Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN MANAJEMEN DI RUANG DAHLIA

OLEH KELOMPOK V :

1. HILARIA PAJO 21203010


2. CLARA C.O.XIMENES 21203027
3. MARIA VELISITAS PIAT 21203009
4. JOSEPH F.D. FINDORO 21203022
5. ROBERTUS Y.LAWE 21203028

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS

RUTENG

2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek klinik
manajemen keperawatan di ruangan Dahlia RSUD BLUD dr. BEN MBOI RUTENG TAHUN
2021.
Adapun tujuan pembuatan laporan ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh Pendidikan Profesi Ners Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Dalam
penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada para
pembimbing dan semua yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan laporan ini.
Namun penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penulis telah berupaya
seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Ruteng, April 2022

Penulis

2
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan manajemen keperawatan di ruang Dahlia ini telah disetujui pada


tanggal……………

Menyetujui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Ns. Lusia Henny Mariati, M.Kep Ns. Salahuddin, S.kep


NIDN : NIP : 198507162010011024

3
DAFTAR ISI

Halaman Sampul............................................................................................... 1
Lembar Pengesahan.......................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................... 3
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 4
BAB 1

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai
suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu pelayanan
keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam perkembangan dari masa ke
masa yang akan datang. Perawat harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan
berubah sesuai tuntutan masyarakat dan menjadi tenaga perawat yang professional.
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling
bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan.
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang
lain. Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas batas yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi Menurut P. Siagian, (2008). Sedangkan Liang Lie (2010), mengatakan
bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan,
pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang
ditentukan sebelumnya.
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk memberikan
pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager keperawatan adalah
merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan
dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis
kepada pasien (Gillies, 2011).
Manajemen pelayanan keperawaatan sebagai sub system manajemen rumah sakit
harus memperoleh tempat dan perhatian sama dengan manajemen lainnya, sehingga
rumah sakit dapat berfungsi sebagaimana diharapkan. Lingkup manajemen operasional
dan manajemen asuhan keperawatan yaitu merencanakan, mengorganisir, mengarahkan
dan mengawasi sumber daya keperawatan. Fungsi fungsi manajemen keperawatan
adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan yang harus dilakukan
oleh manajer dalam bentuk supervisi. Supervise yang dilakukan oleh manager

5
keperawatan secara baik dan terus menerus dapat memastikan pemberian asuhan
keperawatan sesuai dengan standar praktek keperawatan (Depkes RI, 2011).
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci yang
dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40 – 60% pelayanan rumah sakit merupakan
pelayanan keperawatan dan hamper semua pelayanan promosi kesehatan dan pecegahan
penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain
dilakukan oleh perawat (Wiwiek, 2008).
B. Tujuan Praktik
1. Mahasiswa memahami konsep dasar manajemen keperawatan
2. Mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan pre conference dan post conference
3. Mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan operan
4. Mahasiswa mampu melakukan analisis SWOT
5. Mahasiswa mampu melakukan analisis dengan problem based
6. Mahasiswa mampu menjelaskan rencana kajian situasi yang akan dilakukan
7. Mahasiswa mampu melakukan implementasi berdasarkan masalah
8. Mahasiswa mampu melakukan role play sebagai kepala ruangan, ketua tim, perawat
pelaksana.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Manajemen
Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara
singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen
mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies,
2002).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang
merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan
Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya,
maka diperlukan suatu Standard Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan
sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut. Muninjaya (2004), menyatakan
bahwa manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama
penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih
alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan
keputusan manajerial. Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor
berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu
tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah
perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.
B. Unsur-unsur Manajemen
Unsur-unsur manajemen terdiri dari 6 unsur yang disingkat dengan 6 M, yaitu man,
money, methods, materials, machines, market. Adapun penjelasannya diantaranya:
1. Manusia (Man)
Man merupakan orang-orang yang akan menjalankan fungsi-fungsi manajemen dalam
oprasional suatu organisasi, man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki
organisasi. Hal ini termasuk penempatan orang yang tepat, pembagian kerja,
pengaturan jam kerja dan sebagainya. Dalam manajemen faktor man adalah yang

7
paling mentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan
proses untuk mencapai tujuan.
2. Uang (Money)
Money merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan, uang merupakan
modal yang dipergunakan pelaksanaan program dan rencana yang telah ditetapkan,
uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai, seperti pembelian alat-alat,
pembelian bahan baku, pembayaran gaji dan lain sebagainya. Besar kecilnya hasil
kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena
itu uang merupakan alat yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu
harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa besar
uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dalam suatu
organiasi.
3. Material
Material adalah bahan-bahan baku yang dibutuhkan biasanya terdiri dari bahan
setengah jadi dan bahan jadi dalam operasi awal guna menghasilakan barang atau
jasa. Dalam organisasi untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang
ahli dibidangnya juga harus dapat menggunakan sebagai salah satu sarana. Bahan
baku dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa bahan baku aktivitas produksi tidak
akan mencapai hasil yang dikehendaki.
4. Mesin (Machine)
Machine adalah peralatan termasuk teknologi yang digunakan untuk membantu
dalam operasi untuk menghasilakan barang dan jasa. Mesin yang digunakan untuk
memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta
menciptakan efisiensi kerja. Terutama pada penerapan teknologi mutahir yang dapat
meningkatkan kapasitas dalam proses produksi baik barang atau jasa.
5. Metode (Methods)
Methods adalah cara yang ditempuh teknik yang dipakai untuk mempermudah
jalannya pekerjaan manajer dalam mewujudkan rencana oprasional. Metode dapat
dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan

8
berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia
dan penggunaan waktu, serta uang dan aktivitas bisnis.
6. Pasar (Market)
Market merupakan pasar yang hendak dimasuki hasil prosuksi baik barang atau jasa
untuk menghasilkan uang, mengembalikan investasi dan mendapatkan profit dari
hasil penjualan atau tempat dimana organisasi menyebarluaskan produknya.
C. Fungsi Manajemen
Menurut G.R. Terry, fungsi-fungsi manajemen adalah Planning, Organizing,
Actuating, Controlling. Sedangkan menurut John F. Mee fungsi manajemen diantaranya
adalah Planning, Organizing, Motivating dan Controlling. Berbeda lagi dengan pendapat
Henry Fayol ada lima fungsi manajemen, diantaranya Planning, Organizing,
Commanding, Coordinating, Controlling, dan masih banyak lagi pendapat pakar-pakar
manajemen yang lain tentang fungsi-fungsi manajemen. Dari fungsi-fungsi manajemen
tersebut pada dasarnya memiliki kesamaan yang harus dilaksanakan oleh setiap manajer
secara berurutan supaya proses manajemen itu diterapkan secara baik (Hasibuan, 2005: 3-
4). Persamaan tersebut tampak pada beberapa fungsi manajemen sebagai berikut:
1. Fungsi Perencanaan
a. Definisi
Menurut G.R. Terry, Planning atau perencanaan adalah tindakan memilih
dan menghubungkan fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi
mengenai masa yang akan datang dalam hal menvisualisasikan serta merumuskan
aktivitas-aktivitas yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang
diinginkan (Purwanto, 2006: 45).
b. Manfaat dan Tujuan Perencanaan
1) Manfaat Perencanaan
a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
b) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
c) Memudahkan kordinasi
d) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional
secara jelas

9
e) Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
g) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
h) Menghemat waktu dan dana
2) Tujuan Perencanaan
a) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
b) Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
c) Membantu dalam koping dengan situasi kritis
d) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
e) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang.
f) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
g) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif

c. Jenis Kegiatan Perencanaan Di Ruang Rawat


1) Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan, proses
yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini
dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek
perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu
untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui
mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam
keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber yang
langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi
keperawatan.

2) Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang
akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan,
menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas

10
dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja
dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu
rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang
sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri
dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan.
d. Tugas KARU dalam fungsi Perencanaan
1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai
kebutuhan.
2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan sesuai
kebutuhan.
3) Merencanakan dan menetukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan yang akan
diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
4) Menunjuk ketua tim bertugas diruangan masing-masing.
5) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
6) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
7) Mengatur dan mengandalikan asuhan keperawatan
e. Tugas Perawat Pelaksana Dalam Fungsi Perencanaan
1) Bersama Karu mengadakan serah terima tugas
2) Menerima pembagian tugas dari katim
3) Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan
4) Mengikuti ronde keperawatan
5) Menerima klien baru
2. Fungsi Pengorganisasian
a. Definisi
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-
tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka
mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan

11
semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 2004).
b. Manfaat dan Tujuan Pengorganisasian
1) Manfaat Pengorganisasian
a) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
b) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
c) Pendelegasian wewenang.
d) Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
2) Tujuan Pengorganisasian
a) Mempermudah pelaksanaan tugas.
b) Mempermudah pimpinan melakukan pengendalian.
c) Agar kegiatan-kegiatan para bawahan terarah ke satu tujuan yang telah
ditentukan.
d) Agar dapat menentukan orang-orang yang tepat untuk tugas-tugas
yang ada.
3) Jenis Kegiatan Pengorganisasian Di Ruang Rawat
Untuk menyusun pengorganisasian kerja yang efektif dalam
mencapai tujuan organisasi, ada empat prinsip yang harus di perhatikan.
Ada empat prinsip tersebut adalah:
a) Pembagian kerja dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi habis
kepada semua staf. Setiap staf memiliki tugas yang jelas untuk
mengerjakan pekerjaan tertentu. Untuk menghindari kesalahan maka
manajer perawat hendaknya mengerti karakteristik tugas, tanggung
jawab dan wewenang stafnya. Job description, pengembangan
prosedur dan deskripsi hasil kerja diperlukan sebagai rambu-rambu
pembagian kerja
b) Pendelegasian, menurut ANA (2005) adalah penyerahan tanggung
jawab kinerja atas suatu tugas dari satu individu kepada individu lain
sedangkan pertanggung jawaban tetap tergantung hasilnya.
Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung

12
jawab kepada staf untuk melakukan tindakan dengan batas
kewenangan tertentu, Dalam pendelegasian mengandung unsur
mentoring dan regenerasi yang baik atau alami serta memiliki nilai
bagaimana mengelola sumber daya yang efektif dan efisien dengan
kemampuan terbatas, Menurut Rose K.N (2008) dalam Kurnia (2013),
pendelegasian yang baik harus melihat The five right of delegation
meliputi : tugas/pekerjaan, lingkungan sekitarnya, orang yang
ditunjuk, adanya pengarahan/ komunikasi yang baik dan dilakukan
supervisi atau evaluasi
c) Koordinasi, adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan
hubungan dengan pihak yang terlibat dalam melancarkan kegiatan agar
terjadi nada atau irama yang sama sehingga terjadi keselarasan
tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada di
tempat kerja. Koordinasi efektif bisa dilakukan dengan cara :
(1) Membangun komunikasi dua arah baik dengan atasan maupun
bawahan
(2) Membiasakan melakukan rapat formal ( rapat resmi, pre dan post
conference)
(3) Melakukan pelaporan dan pencatatan yang teratur dan
berkelanjutan
(4) Membuat pembakuan formulir–formulir yang dipakai dalam semua
kegiatan sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat
d) Manajemen waktu biasanya digunakan oleh setiap orang untuk
melakukan aktivitas apa saja. Kemampuan mengelola waktu
merupakan capaian keberhasilan seseorang. Agar dapat berhasil dalam
mengelola waktu maka diperlukan pemanfaatan waktu yang efektif
dengan cara :
(1) Analisa waktu yang dipakai dengan membuat jadwal dan kategori
kegiatan
(2) Memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada

13
(3) Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, mendesak,
dan tidak mendesak/rutin
(4) Mendelegasikan kepada bawahan, sesuai dengan sifat pekerjaan
4) Tugas KARU dalam Fungsi Pengorganisasian
Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan
pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat inap (Swanburg, 2000)
meliputi :
a) Struktur organisasi
Struktur organisasi ruang rawat inap terdiri dari : struktur, bentuk dan
bagan. Berdasarkan keputusan Direktur rumah sakit dapat ditetapkan
struktur organisasi ruang rawat inap untuk menggambarkan pola
hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertikal maupun
horizontal. Juga dapat dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan
tanggung jawab serta jalur tanggung gugat. Bentuk organisasi
disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan atau sistem penugasan.
b) Pengelompokam kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus
diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan
sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengelompokan kegiatan dilakukan
untuk memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai dengan
pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki serta disesuaikan
dengan kebutuhan klien. Ini yang disebut dengan metoda penugasan
keperawatan. Metoda penugasan tersebut antara lain : metode
fungsional, metode alokasi klien/keperawatan total, metode tim
keperawatan, metode keperawatan primer, dan metode moduler.

c) Koordinasi kegiatan
Kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan
kerjasama yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk
menciptakan suasana kerja yang kondusif. Selain itu perlu adanya

14
pendelegasian tugas kepada ketua tim atau perawat pelaksana dalam
asuhan keperawatan di ruang rawat inap.
d) Evaluasi kegiatan
Kegiatan yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi untuk menilai
apakah pelaksanaan kegiatan sesuai rencana. Kepala ruang
berkewajiban untuk memberi arahan yang jelas tentang kegiatan yang
akan dilakukan. Untuk itu diperlukan uraian tugas dengan jelas untuk
masing-masing staf dan standar penampilan kerja.
e) Kelompok kerja
Kegiatan di ruang rawat inap diperlukan kerjasama antar staf dan
kebersamaan dalam kelompok, hal ini untuk meningkatkan motivasi
kerja dan perasaan keterikatan dalam kelompok untuk meningkatkan
kualitas kerja dan mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan
5) Tugas Perawat Pelaksana Dalam Fungsi Pengorganisasian
a) Menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan
b) Membuat daftar alokasi pasien kepada perawat pelaksana
6) Model penugasan di ruang rawat:
(a) Model fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada
penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan
untuk melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua
pasien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini digambarkan sebagai
keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan
tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat
hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien
dibangsal. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk
pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan
luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi
ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi
bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh
untuk perawatan seorang pasien.

15
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat.
Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pelaksana pada tindakan keperawatan. Penugasan yang
dilakukan pada model ini berdasarkan kriteria efisiensi, tugas
didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing
perawat dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan
terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan,
selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab
mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini
merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua yang
dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia
kedua.
Kelebihan :
(1) Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam
waktu singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik
(2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
(3) Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
(4) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai
kerja.
(5) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana.
(6) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta
didik yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kelemahan :
(1) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga
kesulitan dalam penerapan proses keperawatan.
(2) Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas
pekerjaan.
(3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan
dengan ketrampilan saja

16
(4) Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
(5) Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
(6) Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk
(b) Model Penugasan Primer
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an,
menggunakan beberapa konsep dan perawatan total pasien.
Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24
jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaIuasi satu atau
beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien
dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan
perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat primer
tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada
perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah
disusuni oleh perawat primer. Pada model ini, klien, keluarga, staf
medik dan staf keperawatan akan mengetahui bahwa pasien tertentu
akan merupakan tanggung jawab perawat primer tertentu. Setiap
perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer
mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja
sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadual
perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah, dan lain sebagainya.
Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut
akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan.
Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega
yang memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan
yang yang diberikan direncanakan dan ditentukan secara total oleh
perawat primer. Metode keperawatan primer mendorong praktek
kemandirian perawat, yang ditandai dengan adanya keterkaitan kuat
dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat. Perawat primer bertanggung jawab untuk membangun

17
komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan
anggota tim kesehatan lain. Walaupun perawat primer membuat
rencana keperawatan, umpan balik dari orang lain diperlukan untuk
pengkoordinasian asuhan keperawatan klien. Dalam menetapkan
seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati karena
memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan
kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan
yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu
berkolaborasi dengan baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara maju
pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah
seorang perawat spesialis klinik yang mempunyai kualifikasi master
dalam bidang keperawatan.
(c) Model penugasan Tim
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan
perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan
berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya
(Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh
pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung jawab
dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group
bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan
pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua
tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan
pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.

Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat


berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim
dapat menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai
upaya untuk menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan
model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama memberikan

18
asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah
arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston,
2000).
Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan
dapat bekerja bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional.
Penugasan terhadap pasien dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim
dan anggota tim. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap
anggota kelompok mempunyai kontriibusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa
tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota tim akan
merasakan kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam mencapai
tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang
bermutu. Potensi setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu
kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta
menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberian
asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada
filosofi ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau pada klien.
Perawat yang berperan sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk
mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada di dalam
timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi:
mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien,
melakukan pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien.
Kelebihan :
(1) Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
(2) Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
(3) Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif
untuk belajar.
(4) Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
(5) Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang
berbeda-beda secara efektif.

19
(6) Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim
dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi
staf secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa
ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang
diberikan
(7) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan
(8) Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama
bertugas
Kelemahan :
(1) Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan
supervisi anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang
tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik
(2) Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila
konsepnya tidak diimplementasikan dengan total
(3) Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat
tim ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
(4) Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.
(5) Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
(6) Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena
membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.
(d) Model penugasan Modular/modifikasi tim primer
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan
keperawatan dengan modifikasi antara tim dan primer. Menurut
Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan
kondisi sumber daya manusia yang ada, antara lain adalah:
 Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan
keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat
tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan

20
klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para
perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset
dalam memberikan asuhan keperawatan
 Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat
dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk
cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk
memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada
perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan
riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan
keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang
untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu
melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis
direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer (1:10)
 Model Praktek Keperawatan Profesional I.
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3
komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode
pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada model ini
adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim
disebut tim primer.
 Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP)
merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini
mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat
pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu:
ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan
dan dokumentasi asuhan keperawatan

21
(e) Model penugasan kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab
terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk
satu pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode
tertentu. Metode penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan
khusus seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan komunitas.
Kelebihan :
(1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
(2) Sistem evaluasi

Kekurangan :

(1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab


(2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama.
3. Fungsi pengarahan
a) Definisi
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha
memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan
negosiasi (Marquis dan Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi manajemen
yang memantau dan menyesuaikan perencanaan, proses, dan sumber yang
efektif dan efisien mencapai tujuan (Huber, 2000). Pengarahan yang efektif
akan meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen
keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan (Swanburg, 2000). Tujuan dan
manfaat pengarahan
Memberikan perintah atau arahan. Selain itu juga termasuk kegiatan
kepemimpinan, bimbingan, motivasi dan pengarahan agar karyawan dapat
bekerja dengan lebih efekif.
b) Jenis kegiatan pengarahan di ruang rawat
Pengarahan diruang perawatan dapat dilakukan dilakukan dalam beberapa
kegiatan yaitu operan pasien, program motivasi, manajemen konflik, dan
melakukan supervisi dan lainnya.

22
1) Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir positif
bagi setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui pujian
(reinforcement) pada setiap orang yang bekerja bersama-sama.
Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi merupakan pendorong kuat
untuk fokus pada potensi masing-masing anggota.
2) Manajemen konflik, perubahan kemungkinan menimbulkan konflik yang
disebabkan oleh persepsi, pandangan dan pendapat yang berbeda. Untuk
itu dilakukan pelatihan tentang sistem pelayanan dan asuhan keperawatan
bagi semua SDM yang ada. Komunikasi yang terbuka diarahkan kepada
penyelesaian konflik dengan win-win solution.
3) Supervisi / pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk
memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar
mutu yang ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan
mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisipatif yaitu perawat
yang mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada
pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang
belum terpenuhi. Dengan demikian pengawasan mengandung makna
pembinaan. Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Pengawasan langsung dilakukan saat tindakan atau kegiatan
sedang berlangsung, misalnya perawat pelaksanan sedang melakukan
ganti balutan, maka katim mengobservasi tentang pelaksanaan dengan
memperhatikan apakah standar kerja dijalankan. Pengawasan terkait pula
dengan kinerja dan kompetisi perawat, yang akan berguna dalam program
jenjang karir perawat bersangkutan. Pengawasan tidak langsung dilakukan
melalui pelaporan atau dokumen yang menguraikan tindakan dan kegiatan
yang telah dilakukan.
Pengawasan biasanya dilakukan oleh perawat yang lebih berpengalaman,
ahli atau atasan kepada perawat dalam pelaksanaan kegiatan atau tindakan.
Agar hasil pengawasan dapat ditindak lanjuti maka sebaliknya disediakan
instrumen pengawasan. Tindak lanjut dapat berupa penghargaan,
penambahan pengetahuan atau keterampilan, promosi untuk tahap

23
kemampuan lanjutan. Pelaksanaan pengawasan dapat direncanakan harian,
mingguan, bulanan, atau tahunan dengan fokus yang telah ditetapkan. Di
ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim dan
perawat pelaksana. Pengawasan terhadap kepala ruangan dilakukan oleh
kasubdepwat. Pengawasan terhadap ketua tim dilakukan oleh
kasubdepwat, dan kepala ruangan. Pengawasan terhadap perawat
pelaksana dilakukan oleh kasubdepwat, kepala ruangan dan katim.
c) Tugas KARU dalam fungsi pengarahan
(1) Memimpin operan
(2) Menciptakan iklim motivasi
(3) Mengatur pendelegasian
(4) Melakukan supervise
d) Tugas perawat pelaksana dalam fungsi pengarahan
(1) Menyediakan dan mempertahankan standar dalam bentuk kebijakan, prosedur,
peraturan dan regulasi.
(2) Mengkoordinasikan disiplin dalam semua aspek kegiatan.
(3) Memberikan kesempatan untuk konseling.
(4) Membangun dan mempertahankan kepercayaan dan kerja tim.
(5) Mengatasi atau me-manage konflik
(6) Mendelegasikan wewenang
4. Fungsi Pengendalian
a) Tujuan dan manfaat pengendalian
1) Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh staf
dalam kurun waktu tertentu,
2) Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf yang
melaksanakan tugas
3) Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi sudah
digunakan dengan tepat dan efisien
4) Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan (reward)
b) Jenis kegiatan pengendalian di ruang rawat

24
Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan
yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan
(Swanburg, 2000). Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian
rencana, proses, dan sumber daya yang secara efektif mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Huber, 2006). Selama fase pengendalian, kinerja diukur
menggunakan standar yang telah ditentukan dan tindakan diambil untuk
mengoreksi ketidakcocokan antara standar dan kinerja (Marquis dan Huston,
2010). Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya lebih
efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program
(Muninjaya, 2004). Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager
keperawatan dalam menjalankan fungsi pengendalian (Muninjaya, 2004)
adalah:
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya
mudah diukur
2) Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan
organisasi
3) Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.
c) Tugas KARU dalam fungsi pengendalian
1) Mengevaluasi indikator mutu
2) Melakukan audit dokumentasi
3) Melakukan survey kepuasan pasien,
4) Melakukan survey masalah kesehatan/ keperawatan.
5) Tugas perawat pelaksana dalam fungsi pengendalian
Perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien
dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu
tindakan diagnostik atau pengobatan. Dalam menjalankan perannya sebagai
advocath, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum.

25
BAB III

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

RUANGAN DAHLIA

A. Kajian Situasi Rumah Sakit


1. Sejarah Singkat Rumah Sakit

Rumah sakit RSUD dr. Ben Mboi di dirikan pada tahun 1918 oleh Raja Manggarai,
Raja Bagung dengan jumlah tempat tidur sebanyak 50 buah, berlokasi di Kampung
Pitak. Tahun 1949 atas persetujuan Asisten Residen di Ende oleh Raja Alexander Baruk
lokasi Rumah Sakit dipindahkan dari Kampung Pitak ke Kampung Watu dengan
jumlah tempat tidur bertambah 10 menjadi 60 buah. Tahun 1982 terjadi bencana alam
gempa bumi yang mengakibatkan dua pertiga bangunan Rumah Sakit mengalami
kerusakan sehingga menyebabkan kesulitan dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Sejak tahun 1982/1983 dibangun rumah sakit baru yang berlokasi
di Kampung Nekang Kelurahan Watu dengan jumlah tempat tidur 69 buah. Sejak tahun
1984, sebagian kegiatan pelayanan kesehatan mulai dipindahkan ke lokasi baru dan
pada tahun 1987 seluruh kegiatan pelayanan sudah berada di Kampung Nekang
Kelurahan Watu Kecamatan Langke Rembong.
Sejak tahun 1918 sampai dengan tahun 1970-an RSUD Ruteng hanya mampu
memberikan pelayanan kesehatan dasar oleh tenaga perawat dan sesekali mendapat
kunjungna dokter umum dari Ende. Namun sejak adanya program penempatan tenaga
dokter melalui INPRES, BLUD RSUD Kabupaten Manggarai mulai mendapatkan
tenaga dokter umum yang menetap di Ruteng. Sampai dengan tahun 1990 BLUD
RSUD Kabupaten Manggarai berstatus kelas D, selanjutnya sejak tanggal 20 Mei 1998
melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Noor : 471/Menkes/SK/V/1998 status
BLUD RSUD Kabupaten Manggarai menjadi kelas C. BLUD RSUD Kabupaten
Manggarai sejak didirikan sampai dengan saat ini yang diperkuat dengan Peraturan
Daerah Nomor 31 Tahun 1989 tanggal 14 Maret 1989, yang kemudian diperbarui
dengan Perda Nomor 7 Tahun 1995.
Pada tanggal 12 Desember 2013 RSUD Ruteng ditetapkan menjadi RSUD BLUD
melalui Keputusan Bupati Manggarai Nomor HK/399/2013 tentang Penerapan Pola

26
Pengelolaan Keuangan BLUD pada RSUD. Dan pada tanggal 1 juli 2015 nama RSUD
ditetapkan menjadi BLUD RSUD dr.Ben Mboi melalui Surat Keputusan Bupati Nomor
: HK/285/2015. Adapun pejabat yang pernah menjabat sebagai Direktur BLUD RSUD
Kabupaten Manggarai adalah sebagai berikut :
a. dr. Go
b. dr. Ivon Sabe
c. dr. Alo
d. dr. Husein
e. dr. Yusuf
f. dr. Ahyar
g. dr. Ignatius Henyo Kerong (Juni 1988 s/d april 1993)
h. dr. Yohanes Don Bosko Do (9 April 1993 s/d Mei 1995)
i. dr. Wera Damianus, M.Kes (3 Mei 1995 s/d 31 Des 2003)
j. dr. Yulianus Weng, M.Kes (1 Januari 2003 s/d 2 Maret 2007)
k. drg. Dupe Nababan (3 Januari 2007 s/d 10 Maret 2015)
l. dr. Elisabeth Frida Adur, Sp.PK,M.Kes 10 Maret
m. dr. Oktavianus Yanuar Ampur, Sp.B
2. Visi: Misi, Falsafah, Moto, Tujuan Rumah Sakit
 Visi RSUD dr. Ben Mboi
RSUD dr.Ben Mboi yang maju, adil, dan berdaya saing
 Misi RSUD dr.Ben Mboi
a) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
b) Menyediakan sarana dan prasarana yang berkualitas
c) Menyediakan pelyanana yang mengedepankan keselamatan pasien.
 Falsafah: Melayani dengan dengan hati, professional, unggul, tanggung
jawab, inovatif humanis
 Moto: Melati Putih (Melayani dengan hati, Professional, Unggul, Tanggung
Jawab, Inovatif, Humanis).
 Tujuan RS:
3. Status Akreditasi Rumah Sakit: Utama

27
4. Jenis- Jenis Pelayanan Rumah Sakit
Jenis-jenis pelayanan yang ada di Rumah Sakit Dr.Ben Mboi Ruteng terdiri dari:
a. Pelayanan IGD RS 24 jam
b. Poli klinik rawat jalan yang terdiri dari poli umum, gigi, anak, penyakit dalam,
bedah, dan kebidanan.
c. Pelayanan rawat inap yang terdiri dari ruang penyakit dalam, ruang bedah, ruang
nifas, ruang bersaling, ruang neonates, ICU, ruangan VIP A, ruangan VIP B,
ruang kelas I, dan ruang ICU.
d. Hemodialisa
e. Administrasi
f. Pelayanan kamar operasi
g. Pelayanan anastesi
h. Pelayanan radiologi
i. Pelayanan fisioterapi
j. Pelayanan farmasi
k. Pelayanan laboratorium
l. Pelayanan gizi
m. Ruang jenazah
n. Apotek
o. Rekam medis
p. Pengendalian infeksi di rumah sakit
q. Keselamatan kerja
B. Kajian Situasi Di Ruang Dahlia
1. Data Umum Ruangan
a. Tenaga dan Pasien (M1-Man)
1) Jumlah Tenaga
Jumlah tenaga keperawatan diruang dahlia 14 orang yang terdiri dari 1 Kepala
ruangan, 1 Perawat primer, dan 12 Perawat Asosiet.

28
2) Pengaturan Ketenagaan
Pengaturan ketenagaan diruang Dahlia diatur menggunakan metode loka
karya PPNI. Pembagian sift berdasarkan tingkat ketergantungan klien partial
care, minimal care, dan total care.
3) Metode lokakarya PPNI

Tenaga perawat = (A x 52 minggu) x 7 hari (TT x BOR) + 25%

Hari kerja efektif x total jam kerja perminggu

 A: jumlah jam perawatan yang dibutuhkan oleh pasien perhari


 52 minggu = 365 hari dalam setahun : 7
 TT : Tempat tidur
 BOR : (bed occupancy rate) adalah presentase rata rata jumlah
tempat tidur yang digunakan selama periode tertentu (satu
semester/tahun).
Jawab : 6,6 x 52 x 7 hari ( 13 x 0,72) + 25 %
40 mg x 41 jam/ minggu
= 22.486,464 + 25%
1.640
= 13,71 + 0.25 = 13,96 orang
Di bulatkan menjadi 14 orang
Kesimpulan : tenaga yang dibutuhkan untuk di ruangan perawatan
Dahlia sebanyak 14 orang .
Jumlah tenaga di ruangan Dahlia berdasarkan rumus PPNI
No Jenis/kategori Rata-rata Rata-rata jam Jumlah jam
pasien/hari perawatan perawatan/ hari
pasien/hari
1 Pasien rawat 2 6,6 24
inap

29
4) Metode Ilyas
Tenaga Perawat = A x B x 365 hari
(289 x jam kerja /hari)
Keterangan :
 A : jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan
pasien)
 B : Sensus harian (BOR X jumlah tempat tidur)
 365 : jumlah hari kerja selama setahun
 289 : hari kerja efektif perawat/tahun
Jumlah tenaga perawat di ruangan Dahlia berdasarkan rumus Ilyas
Jawab:
= 6,6 x ( 0,72 x 13) x 365
(363- 76) x 7 hari
= 22. 548,24
2.023
= 11,14
Di bulatkan menjadi 11 perawat
Kesimpulan : kebutuhan perawat di ruangan Dahlia menurut ilyas adalah
11 orang
5) Metode Swansburg
a) Total jam perawat/hari = jumlah klien x jumlah jam kontak perawat
klien
2 x 6,6 = 13,2 jam
b) Jumlah perawat yang dibutuhkan perhari
 Total jam perawat/hari
Jumlah jam kerja/hari
 6,6 x 2 = 1,88 atau 2 perawat pelaksana
7

30
Jadi total 2 perawat = 2 perawat yang dibutuhkan perhari

c) Pembagian proporsi dinas dalam satu hari


Pagi : siang : malam = 47% : 36% : 17%
Pagi : 47% x 2 = 0,94 berarti 1 perawat
Siang : 36% x 2 =0,72 berarti 1 perawat
Malam : 17% x 2 = 0,34 berarti 1 perawat
6) Metode Douglas
Secara teoritis jumlah tenaga keparawatan yang dibutuhkan pada suatu ruang
keperawatan didasarkan pada seperti rumus yang dikemukan oleh Douglas.
Ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan perpasien untuk dinas
pagi, siang dan malam.

Jumlah Minimal Partial Total


Pasien
Pagi Sian Malam Pagi Siang Malam Pag Siang Malam
g i

08/04/2022 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

Jumlah ketergantungan pasien di ruangan Dahlia

Hari tanggal Minimal Partial Total

Pagi Sian Malam Pagi Siang Malam Pag Siang Malam


g i

08/04/2022 6 4 4 2 2 2 - - -

09/04/2022

Dinas pagi 08/04/2022

31
M : 6 x 0,17 = 1,02 (1 perawat)

P : 2 x 0,27 = 0,54 (1 perawat)

Dinas siang

M : 4 x 0,14 = 0,56 (1 perawat)

P : 2 x 0,15 = 0, 30 (1 perawat)

Dinas malam

M : 4 x 0,07 = 0, 28 ( 1 perawat)

P : 2 x 0,10 = 0, 20 (1 perawat)

7) Analisis beban kerja


Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 56 tahun
2014 tentang “Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 54 ayat (1) huruf c dihitung dengan perbandingan 2 (dua) perawat
untuk 3 (tiga) tempat tidur”maka kelompok menganalisis ketenagakerjaan
diruangan Dahlia sebagai berikut
a. Jumlah tempat tidur : 13
b. Menurut depmenkes rasio jumlah perawat dan jumlah tempat tidur
adalah 2 : 3
c. Rasio jumlah perawat dan jumlah tempat tidur di ruangan Dahlia
adalah sebagai berikut :
 2 : (13 : 3 = 4,33)
 (3 x2 ) : 13
 6 : 13
 Jadi rasio jumlah perawat dan jumlah tempat tidur di ruangan
Dahlia 6 : 13
 Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk ruangan Dahlia adalah 6
orang.

32
Keterangan :

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode


yang baik yang dapat digunakan di ruangan Dahlia adalah metode Ilyas
dan PPNI. Metode ini mendekati perbandingan rasio kebutuhan tenaga
perawat menurut depmenkes yakni rasio jumlah perawat dan jumlah
tempat tidur adalah 2:3.
b. Bangunan, Sarana dan Prasarana (M2-Material)
1) Lokasi ruang praktek
Ruangan Dahlia terletak di sebelah timur RSUD dr. Ben Mboi Ruteng,
berdekatan dengan ruangan Melati dan pos jaga dan instalasi farmakologi.
Ruangan Dahlia terdiri dari 3 lante dengan rincian sebagai berikut:

- 3 ruangan nurse station


- 1 ruangan obat
- 3 pentri
- 3 ruangan tindakan
- 1 ruangan luka bakar
- 1 ruangan gizi
- 1 Ruangan perawatan bedah 1A
- 1 ruangan perawatan bedah 1B
- 1 ruangan perawatan bedah 1 C
- 1 ruangan janitor
- 1 ruangan linen dan gudang steril
- 1 gudang alat medis
- 1 ruangan perawatan bedah kelas 1
- 1 ruangan perawatan bedah kelas 2
- 1 ruangan perawatan bedah kelas 3 C
- 1 ruangan HCU
- 1ruangan dokter konsultasi
- 1 ruangan kepala instalasi
-

33
2) Denah ruang
Terlampir .
3) Fasilitas pasien
Fasilitas yang didapatkan oleh pasien diruangan Dahlia yaitu pasien diberikan
fasilitas seperti tempat tidur beserta perangkatnya disertai meja makan, lemari,
pentri serta toilet dan kamar mandi dalam.
4) Fasilitas untuk petugas kesehatan
Ruangan Dahlia RSUD dr.Ben Mboi Ruteng, sudah dilengkapi dengan Nurse
Station, perlengkapan makan dan minum, telepon kantor, kamar mandi untuk
perawat, juga di sediakan ruangan ganti.
5) Fasilitas peralatan dan bahan
Berdasarkan hasil wawancara dan Observasi ruangan rawat inap Dahlia dr.
Ben Mboi berukuran , dilengkapi dangan fasilitas-fasilitas yang menunjang
seperti jumlah tempat tidur yang sebernya 46 tempat tidur, tetapi pada saat ini
ruangan Dahlia hanya menggunakan13tempat tidur.
Sarana prasarana yang menunjang pelayanan:

 Sistem pernapasan : (O2, Nebulizer, Suction, Oxymetri)


 Sistem pencernaan : (NGT)
 Sistem cardiovaskuler : (Infuse set, Transfuse set, EKG, infuse
pump)
 Sistem perkemihan : (Kateter)
 Alat tenun : lengkap
Sarana prasarana penunjang lain :
 Tersedia lemari obat
 Dokumentasi: Buku rekam medic pasien, buku asuhan keperawatan
 Kamar wc: 1 9 kamar wc.
 Setiap ruangan perawatan di lengkapi dengan lemari kecil, untuk
menyimpan barang-barang dari keluarga pasien, dan meja makan
dengan perincian sebagai berikut: Ruangan kelas I tersedia 1 lemari
dan 1 meja makan, kelas II 1 lemari dan 1 meja makan, kelas III 1

34
lemari dan 1 meja makan, ruangan HCU 1 lemari dan 1 meja makan,
ruang isolasi 1 lemari dan 1 meja makan.
 Ruangan Dahlia memiliki tempat sampah Infeksius sebanyak 3 tempat
sampah dan tempat sampah non infeksius berjumlah 13, sampah
limbah benda tajam 2, dan sampah botol kaca 1.
 Di lengkapi dengan lemari penyimpanan obat-obatan, dan lemari
penyimpanan alat tenun.
 Sudah di sediakan Spill kit untuk membersihkan tumpahan cairan
tubuh pasien.
6) Administrasi penunjang
Buku log book, buku observasi TTV, buku laporan kepala ruangan, buku
injeksi, buku register, buku SPM, buku salinan resep perawat, buku
pemakaian oksigen dan buku resep BPJS, buku audit, buku transfuse darah.
Administrasi penunjang di ruang Dahlia RSUD dr. Ben Mboi Ruteng yaitu
seperti buku TTV, buku laporan kepala ruangan, buku injeksi, buku operan
shift, status pasien. Selain itu ruangan Dahlia memiliki format pengkajian
keperawatan. SOP (standar operasional prosedur) dan SAK (standar asuhan
keperawatan) sesuai dengan standar yang berlaku di Rumah sakit tetapi belum
diperbarui.
c. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3-Methode)
1) Penerapan model praktik praktik asuhan keperawatan di ruangan
Ruangan Dahlia menggunakan model MPKP modifikasi tim primer yang dibagi
dalam 2 team dengan 1 perawat primer sebagai berikut :
 Team 1 menangani lantai 1
 Team 2 menangani lantai2
 Operan shift dan pengaturan shift
2) Sentralisasi obat
Dalam pemberian obat dokter yang bertanggung jawab penuh untuk
memberikan resep obat selanjutnya pramuhusada mengambil obat di apotek
yang telah disediakan rumah sakit jika tidak ada di apotek rumah sakit
keluarga pasien bisa membeli obat di apotek tempat lain.

35
3) Discharge planning pasien
Discharge Planning di ruangan Dahlia di jalankan tetapi hanya diberikan
pada pasien dengan kondisi tertentu (DM, Ulkus Diabetikum, dan Pasien
fraktur).
d. Pembiayaan (M4-Money)
1) Pembayaran pasien umum/secara pribadi
Pembayaran dilakukan di loket satu pintu 24 jam yang bekerja sama dengan
bank BPD yang tersedia di rumah sakit.
2) Pembayaran pasien dengan asuransi
Sistem penklaiman ke BPJS yang diatur oleh admin di ruangan.
e. Pemasaran (M5-Marketing)
Tidak ada metode khusus untuk pemasaran RSUD dr.Ben Mboi karena di
manggarai hanya terdapat 1 rumah sakit umum di Kabupaten Manggarai.
Sehingga untuk masyarakat di kabupaten Manggarai yang memerlukan pelayanan
kesehatan langsung menuju ke RSUD dr. Ben Mboi Ruteng. Selain itu ada
beberapa pasien dari Manggarai Timur, Manggarai Barat yang masih datang
berobat di RSUD dr. Ben Mboi Ruteng.
2. Data Khusus Ruangan (fungsi manajemen keperawatan di ruangan)
a. Fungsi Perencanaan
1) Visi, Misi Organisasi
 Visi: Menjadikan ruangan Dahlia terdepan dalam pelayanan bedah.
 Misi:
a) Menyelenggarakan pelayanan bedah yang bermutu dan beriorentasi
pada kepuasan pelanggan
b) Meningkatkan SDM dan fasilitas pelayanan ruangan Dahlia
c) Menyelenggarakan manajemen ruangan Dahlia yang efektif, efisien,
dan akuntabel.
Masalah: Tidak ada masalah
2) Tujuan Ruangan

36
Ruangan perawatan bedah yang unggul dalam perawatan bedah dari segi
profisionalisme.
Masalah: Tidak ada masalah
3) Standar operasional prosedur
Hasil wawancara Karu mengatakan ruangan Dahlia sudah memiliki SOP dan
semua tindakan yang diberikan perawat sesuai dengan SOP yang ada.
Masalah: Tidak ada masalah
4) Standar asuhan keperawatan
Hasil wawancara kepala ruangan mengatakan dalam pemberian asuhan
keperawatan perawat ruangan sesuai dengan standar asuhan keperawatan
yang ada. Pelaksanaan asuhan keperawatan di dokumentasikan secara
terintegrasi. Terintegrasi disini maksudnya baik dokter, perawat , bidan, dan
tenaga kesehatan lainnya yang melakukan tindakan kepada pasien tersebut
didokumentasikan secara terintegrasi dalam satu lembar catatan
perkembangan pasien terintegrasi. Dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien bila ada muncul 1 2 atau 3 masalah semuanya di tangani dan di
dokumentasikan dengan lengkap.
Observasi : ada bukti fisik SAK
Masalah: Tidak ada masalah
5) Pembuatan rencana harian
Kepala ruangan Dahlia mengatakan ada pembuatan rencana harian perawat
secara mandiri.
Observasi: Ada log book perawat.
Masalah: Tidak ada masalah
6) Kuisioner
Berdasarkan hasil analisis kuisioner pada fungsi

b. Fungsi Pengorganisasian
1) Struktur Organisasi
 Hasil wawancara kepala ruangan mereka menggunakan struktur organisasi
yang baru.

37
 Observasi, terdapat struktur organisasai
 Masalah : tidak ada masalah

2) Pengorganisasian perawatan klien


 Wawancara: Hasil wawancara kepala ruangan mengatakan menggunakan
penugasan MPKP dengan modifikasi tim primer.
 Observasi: Perawat pelaksana melaporkan hasil asuhan keperawatan
kepada perawat primer dan karu bagi yang berdinas malam untuk overkan
untuk yang sift pagi, sedangkan pada sift pagi perawat primer yang
mengatur dan melaporkan semua hasil asuhan keperawatan pada yang
bersift selanjutnya.
3) Uraian Tugas
Hasil wawancara Karu mengatakan setiap perawat mempunyai uraian tugas
masing-masing.
Masalah: Tidak ada masalah
4) Metode Penugasan
Hasil wawancara, kepala ruangan perhitungan tenaga kerja dilakukan oleh
KABID kepegawaian. Kepala ruangan tidak mengetahui metode penugasan
yang di gunakan.
Observasi berdasarkan hasil perhitungan ketenagakerjaan jumlah perawat
lebih banyak dibandingkan jumlah tempat tidur. dengan dinas rincian dinas
sebagai berikut Pagi= 4 orang, Siang = 2 orang, malam= 2 orang, libur = 2
orang dan cuti tidak ada. Untuk dinas pagi ditambah 1 kepala ruang dan
perawat primer 1.
5) Pendokumentasian asuhan keperawatan
 Hasil wawancara kepala ruangan bahwa pendokumentasi asuhan
keperawatan sesuai dengan SOP dan SAK yang tersedia di Rumah.
 Observasi, dalam dokumen rekam medis pasien tersedia format asuhan
keperawatan.
 Masalah, ditemukan masalah

38
6) Pengaturan jadwal dinas
Wawancara :
 Menurut kepala ruangan jadwal dinas diatur sesuai dengan jumlah
tenaga yang ada. Pengaturan jadwal dinas dilakukan sesui dengan
jumlah perawat.
 Observasi, terdapat jadwal dinas di dalam ruang dengan perincian
tugas sebagai berikut. Untuk shift pagi = 4 orang tambah karu dan
perawat primer menjadi 6 orang, untuk shift siang ada 2 orang dan
shift malam ada 2orang.
 Kuisioner
Berdasarkan hasil analisis kusioner didapatkan fungsi
pengorganisasian baik sebanyak.......dan fungsi pengorganisasian
cukup .....

C. Fungsi Pengarahan
1) Motivasi kepada perawat
 Wawancara : Karu mengatakan sebelum dan setelah pemberian asuhan
keperawatan diberikan motivasi secara lisan setiap hari.
 Observasi: setiap overan dinas
 Masalah: Tidak ada masalah
2) Supervisi
Wawancara : Kepala ruangan mengatakan melakukan supervise tindakan
kepada perawat ruangan
Observasi : tidak ada jadwal supervisi
Kuesioner :jelaskan hasil analisis kuesioner tentang supervise
Masalah : tidak ada jadwal supervise
3) Operan
Kepala ruangan mengatakan melakukan operan setiap hari.

39
Observasi : kepala ruangan dan semua perawat di ruangan melakukan operan
dinas setiap hari.
Masalah : tidak ada masalah
4) Pre dan post conference
Wawancara: Karu mengatakan Pre dan post conference dilakukan
Observasi : kepala ruangan selalu membuka acara Pre dan post conference
setiap hari.
Masalah : Tidak ada masalah
5) Ronde keperawatan
Wawancara: Kepala ruangan mengatakan tidak melakukan ronde keperawatan
Observasi : Ronde keperawatan tidak dilakukan
Masalah: Terdapat masalah, tidak melakukan ronde keperawatan.
6) Pendelegasian
Hasil wawancara kepala ruangan pendelegasian dilakukan secara tertulis
tetapi belum ada format khusu pendelegasian diruangan.
Observasi : tidak ada format pendelegasian
Masalah: tidak ada format pendelegasian
7) Pengendalian
1. Indikator mutu (BOR, LOS, TOI, BTO, NDR, GDR)
Berdasarkan laporan indikator pelayanan rumah sakit dalam bulan
maret 2021:
a. Jumlah pasien yang di rawat 54 pasien
BOR : jumlah hari perawatan x 100%
Jumlah TT x jumlah hari persatauan
: 289 x 100%
13 x 31
: 28.900 %
403
: 72 %
Kesimpulan : perhitungan BOR di ruangan Dahlia 72 %

40
ALOS : jumlah hari perawatan
Jumlah pasien yang keluar ( hidup/mati)

: 264

48

: 5,5 hari

Kesimpulan : perhitungan ALOS di ruangan Dahlia 5,5 hari

TOI :
(jumlah TT x jumlah hari persatuan) - jumlah hariperawatan

Jumlah pasien yang keluar ( hidup/mati)

: ( 13 x 31) – 264

48

: 139
48
: 2,89 hari dibulatkan menjadi 3 hari.
Kesimpulan : perhitungan TOI di ruangan Dahlia 3 hari

BTO = Jumlah pasien keluar hidup + mati


Jumlah tempat tidur
= 48
13
= 3,69
Kesimpulan : perhitungan BTO di ruangan Dahlia 3,69

41
NDR = Jumlah pasien mati > 48 jam X 100 %
Jumlah pasien keluar (hidup/mati)
= 2 X 100%
48
= 4.16%
Kesimpulan : perhitungan NDR di ruangan Dahlia 4,16%

GDR
Jumlah pasien mati seluruhnya x 1000
Jumlah pasien keluar (hidup/mati)
= 2 X 1000%
48
= 4.16%
Kesimpulan : perhitungan GDR di ruangan Dahlia 4,16%.
2. Survey kepuasan
C. ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN

a) Anlisis Data
Berupa intisari hasil dari kajian situasi pada bab sebelumnya (menggunakan analisis
SWOT/Matriks SWOT : Internal Factor dan External Factor).
Strength (kekuatan) Weakness Opportunity (peluang) Treatness (ancaman )
(kelemahan)

1. Perawat selalu 1. Tidak ada 1. Adanya kerja sama 1. Adanya tuntutan dari
mengikuti pelatihan pengklasifikasian antara bangsal dalam masyarakat untuk
untuk meningkatkan pasien lingkup rumah sakit. mendapatkan
skill dan mutu berdasarkan 2. Adanya pelatihan pelayanan yang lebih
pelayanan. tingkat yang diselenggarakan professional.
2. Ruangan memiliki ketergantungan RS untuk 2. Adanya rumah sakit
visi misi, falsafah 2. Belum meningkatkan skill lain yang berada di

42
dan motto ruangan. optimalnya perawat. Manggarai Raya yang
3. Setiap shift memiliki pelaksanaan 3. Adanya kebijakan memiliki pelayan
penanggng jawab. MPKP di ruangan rumah sakit untuk yang sama serta
4. Terdapat SAK dan Dahlia pegawai melanjutkan sistem pelayanan
SOP dalam ruangan 3. Belum pendidikan. asuransi (BPJS) yang
5. Peralatan medis melakukan ronde 4. RSUD dr. Ben Mboi berjenjang.
memadai keperawatan sebagai tempat
6. Administrasi 4. Tidak ada format rujukan Puskesmas.
penunjang serta tulisan surat
buku–buku pendelegasian
pendokumentasian
lengkap.
7. Mempunyai stuktur
organisasi yang baru
8. Melakukan pre dan
pos conference
setiap hari
9. Sistem teknologi
informasi dan
komunikasi
memadai.

b) Rumusan masalah

N BOBOT SCORE RATING JUMLAH


O
1. Perawat selalu mengikuti pelatihan untuk 0,1 4 0, 4
meningkatkan skill dan mutu pelayanan.

2. Ruangan memiliki visi misi, falsafah dan motto 0,2 3 0,6


ruangan.

3. Setiap shift memiliki penanggng jawab 0,1 3 0,3

43
4. Terdapat SAK dan SOP dalam ruangan 0,1 4 0,4

5. Peralatan medis memadai 0,1 3 0,3


6. Administrasi penunjang serta buku–buku 0,1 3 0,3
pendokumentasian lengkap.

7. Sistem teknologi informasi dan komunikasi 0,1 3 0,3


memadai.
8. Mempunyai stuktur organisasi yang baru 0,1 4 0,4
9. Melakukan pre dan pos conference setiap hari 0,1 4 0,4

Total 3,4
WEAKNESS : KELEMAHAN
1. Tidak ada pengklasifikasian pasien berdasarkan 0,3 3 0,9
tingkat ketergantungan

2. Belum optimalnya pelaksanaan MPKP di ruangan 0,2 2 0,4


Dahlia
3. Tidak melakukan ronde keperawatan 0,3 2 0,6
4. Tidak ada format surat pendelegasian di ruangan 0,2 3 0,6
Dahlia
Total 2,5
OPPORTUNITY : PELUANG
1. Adanya kerja sama antara bangsal dalam lingkup 0,3 3 0,9
rumah sakit.

2. Adanya pelatihan yang diselenggarakan RS untuk 0,3 2 0,6


meningkatkan skill perawat.

3. Adanya kebijakan rumah sakit untuk pegawai 0,2 2 0,4


melanjutkan pendidikan.

4. RSUD dr. Ben Mboi sebagai tempat rujukan 0,2 2 0,4


Puskesmas dan RS daerah.

44
Total 2,3
THREAT : ANCAMAN
1. Adanya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan 0,5 3 1,5
pelayanan yang lebih professional.

2. Adanya rumah sakit lain yang berada di Manggarai 0,5 2 1,0


Raya yang memiliki pelayan yang sama serta sistem
pelayanan asuransi (BPJS) yang berjenjang
Total 2,5

c) Diagram layang analisis SWOT

IFAS : S – W

3,4 -2,5 = 0,9

EFAS : 0-T

2,3- 2,5= -0,2

(opportunity)

weakness
0,9 strenght
x

-0,2

Threat

45
Dari diagram layang diatas dapat disimpulkan bahwa ruangan Dahlia
termasuk dalam kategori diversifikasi strategi,yaitu sebuah organisasi kuat
namun menghadapi tantangan yang besar pula sehingga diperkirakan roda
organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu
pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera
memperbanyak ragam strategi taktisnya.
d) Prioritas masalah berdasarkan hasil skoring
Prioritas penyelesaian Masalah Manajemen Keperawatan.
Prioritas masalah dilakukan dengan teknik criteria matriks, dengan
memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
- Magnitude (Mg), yaitu kecenderungan dan seringnya masalah terjadi,
- Severity (Sv), yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan,
- Manageability (Mn), yaitu kemampuan menyelesaikan masalah- masalah,
- Nursing Concern (Nc), yaitu fokus padaKeperawatan,
- Affordabilility (Af), yaitu ketersedian sumberdaya.
Setiap masalah diberikan nilai dengan rentang 1-5 dngan kriteria sebagai berikut :
- Nilai 1 = sangat kurangsesuai,
- Nilai 2 = kurangsesuai,
- Nilai 3 = cukupsesuai,
- Nilai 4 =sesuai
- Nilai 5 = sangatsesuai.
Tabel Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor

1 Tidak ada pengklasifikasian


4 3 4 4 4 768
pasien berdasarkan tingkat
ketergantungan

46
2 Belum melakukan ronde 4 3 4 3 3 432
keperawatan

3 Tidak ada format tulisan 4 3 3 3 3 324


surat pendelegasian

4 Belum optimalnya 3 4 3 3 2 216


pelaksanaan MPKP di
ruangan dahlia

Dari tabel diatas maka dibuat prioritas masalah sebagai berikut :


1) Tidak ada pengklasifikasian pasien berdasarkan tingkat ketergantungan
2) Belum melakukan ronde keperawatan
3) Tidak ada format surat pendelegasian di ruangan Dahlia
4) Belum optimalnya pelaksanaan MPKP di ruangan Dahlia

47

Anda mungkin juga menyukai