Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

KONSEP DAN PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan
Dosen Pengampu : Ermawati Dalami, S.kp, M.Kes

Di susun oleh :
Aurellia Eka Devriani (P27901119059)
Fitri Yunengsih (P27901119072)
Hanifah Nur Esha (P27901119073)
Luvi Hapysari (P27901119080)
Nia Elfaniasari (P27901119085)
Putri Tresna Budiarni (P27901119091)
Rizky Juliandy (P27901119094)
Vika Rizkiani Lestari (P27901119101)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Konsep dan Proses Manajemen Keperawatanini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Manajemen Keperawatan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konesep dan Proses
Manajemen Keperawatanbagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 25 Juli 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................... 2
BAB 2 Landasan Teori
2.1 Teori- Teori Manajemen............................................................... 3
2.2 Teori Birokrasi dari Webber......................................................... 8
2.3 Teori MC Greger.......................................................................... 10
2.4 Scientific MC Greger................................................................... 12
2.5 Konsep Manajemen Perencanaan Asuhan Keperawatan.............. 15
BAB 3 Penutup
3.1 Kesimpulan................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan suatu seni dan ilmu yang mencakup
berbagaiaktivitas konsep dan keterampilan yang berhubungan dengan
berbagaidisiplin ilmu. Keperawatan sebagai suatu profesi unik karena
keperawatanditujukan ke berbagai respon individu dan keluarga terhadap
masalahkesehatan yang dihadapi. Profesi keperawatan berkembang karena
adanyatuntutan masyarakat serta perubahan kebutuhan kesehatan dan
berbagaikebijakan pemerintah terkait dengan pelayanan kesehatan dan
pelayanankeperawatan. (Apriyani, 2015)
Tuntutan Masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatandirasakan
sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Olehkarena itu
Pelayanan keperawatan ini membutuhkan adanya systemmanajemen yang
merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktifdalam menjalankan
suatu kegiatan di organisasi profesi. (Budiyono, 2016)
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaanmelalui
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkunganyang
berubah-ubah. Manajemen juga merupakan proses pengumpulan
danpengorganisasian sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja
oranglain) yang mencerminkan dinamika suatu organisasi. Proses
manajemenmeliputi kegiatan mencapai tujuan organisasi melalui perencanaan
organisasi,pengarahan dan pengendalian sumber daya manusia, fisik, dan
teknologi.Semua perawat yang terlibat dalam manajemen keperawatan
dianggap perlumemahami misi, filosofi dan tujuan pelayanan keperawatan
serta kerangkakonsep kerjanya. Manajemen keperawatan mempunyai lingkup
manajemenoperasional untuk merencanakan, mengatur dan menggerakkan
karyawandalam memberikan pelayanan keperawatan sebaik-baiknya pada
pasienmelalui manajemen asuhan keperawatan. Manajemen Keperawatan
harusdapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di seluruh
fasilitaspelayanan kesehatan baik puskesmas, klinik maupun di rumah sakit,
sehinggaperawat perlu memahami bagaimana konsep dan proses
manajemenkeperawatan agar mampu diterapkan atau diaplikasikan.
(Mugiyati, 2015).
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan teori- teori manajemen?
2. Jelaskan teori birokrasi dari Webber?
3. Jelaskan teori MC Greger?
4. Jelaskan Scientific MC Greger?
5. Jelaskan konsep perencanaan manajemen asuhan keperawatan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa saja teori teori manajemen
2. Mengetahui teori birokrasi dari Webber
3. Mengetahui teori MC Greger
4. Mengetahui Scientific MC Greger
5. Mengetahui konsep manajemen perencanaan asuhan keperawatan

2
BAB ll
LANDASAN TEORI

2.1 Teori-Teori Manajemen


A. Pengertian Manajemen

Manajemen biasanya diidentikkan dengan cara untuk mengatur beberapa hal


secara baik dan sesuai dengan tujuan. Pengaturan dilakukan agar hal hal yang
diatur berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan yang diharapkan. Berikut
ini akan diuraikan beberapa pengertian manajemen secara umum dari beberapa
ahli. Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain
(Gillies,1989). Menurut Siagian (1999), manajemen berfungsi untuk melakukan
semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dalam batas
– batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie
mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan,
pengarahan, pengorganisasian dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya Swanburg (2000)
mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen adalah
proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan
perkembangan. Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-sumber
untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan
berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi. Bila Anda sudah memahami, mari kita
pelajari tentang manajemen keperawatan berikut ini. Bacalah dengan baik dan
pahamilah isinya. Diskusikan dengan teman Anda jika Anda mengalami kesulitan
untuk memahami materi yang disajikan. Manajemen keperawatan adalah suatu
proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan,
pengobatan dan bantuan terhadap para pasien (Gillies, 1989). Pekerjaan
keperawatan harus diatur sedemikian rupa sehingga tujuan pelayanan dan asuhan

3
keperawatan dapat tercapai. Siapa yang diatur? Untuk apa? Apa tujuan
pengaturan? Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, perawat
menerapkan manajemen keperawatan dalam bentuk manajemen asuhan
keperawatan. Sebelum Anda mempelajari perbedaan manajemen pelayanan
keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan, Anda perlu memahami lebih
dulu prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan.
B. Prinsip-Prinsip Yang Mendasari Manajemen Keperawatan

Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :


1. Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang afektif dan terencana.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan
berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbagai
tingkat manajerial.
4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang
pasien lihat, fikir, yakini dan ingini . Kepuasan pasien merupakan point
utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
7. Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat memotivasi
staf untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.

4
8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara bawahan.
9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang lebih
tinggi ataupun upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian
instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar,
membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki
kekurangan. Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para manajer,
administrator dan bawahan seyogianya bekerja bersama-sama dalam
merencanakan dan pengorganisasian serta fungsifungsi manajemen
lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
C. TUJUAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan.
2. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial.
3. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan
seluruh komponen yang ada.
4. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja
lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi
duplikasi tenaga dan upaya.

Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan adalah:


1) Terselenggaranya pelayanan
2) Asuhan keperawatan yang berkualitas.
3) Pengembangan staf.
4) Budaya riset bidang keperawatan.
D. Teori-teori Manajemen

Berikut ini adalah ringkasan singkat Teori-teori Manajemen yang


dikemukakan oleh para ahli Manajemen.

5
1. Teori Manajemen Ilmiah

Frederick W. Taylor (1856-1915) adalah orang pertama yang mempelajari


produktivitas pekerja dan cara terbaik untuk mengoptimalkannya. Taylor yang
memiliki latar belakang di bidang teknik mesin ini melakukan percobaan yang
akhirnya berhasil mengembangkan empat prinsip manajemen ilmiah yang dikenal
sebagai “Taylorism”. Prinsip-prinsip ini merekomendasikan bahwa metode ilmiah
harus digunakan untuk menentukan cara yang paling efisien untuk melakukan
tugas di tempat kerja daripada hanya mengandalkan penilaian pribadi pekerja.
Taylor memperkenalkan standardisasi dan spesialisasi dengan
menyarankan bahwa tugas-tugas di tempat kerja dipecah menjadi urutan langkah-
langkah yang lebih kecil. Taylor juga menyimpulkan bahwa manajer harus
menugaskan pekerja ke pekerjaan yang paling sesuai dengan kemampuan mereka,
melatih mereka secara menyeluruh dan mengawasi mereka untuk memastikan
bahwa mereka mampu bekerja secara efisien.
Bentuk murni dari Teori Taylor yang hanya fokus pada pencapaian
efisiensi di tempat kerja dan menggunakan cara optimal untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan dengan mengabaikan sisi kemanusiaan individunya ini sudah
tidak banyak dipraktikkan saat ini. Namun teori Taylor yang menyoroti dan
menekankan pentingnya efisiensi tempat kerja, prosedur pelatihan dan perlunya
kerja sama antara pekerja dan manajer Ini adalah bagian penting dari Manajemen
yang dipraktekkan saat ini.
2. Teori Manajemen Administratif

Henri Fayol (1841-1925) adalah seorang insinyur pertambangan dan


eksekutif senior di Perancis yang dianggap sebagai salah satu kontributor paling
berpengaruh terhadap teori manajemen modern. Tidak seperti Taylor yang
meningkatkan produktivitas dengan menganalisis tindakan pekerja, Fayol
mengambil pendekatan atas-kebawah (top-down).
Fayol memeriksa sebuah organisasi melalui kacamata para manajer dan
situasi yang mungkin mereka hadapi. Henry Fayol percaya bahwa manajemen
memiliki enam fungsi terpenting yaitu untuk meramalkan, merencanakan,

6
mengatur, memerintahkan, mengoordinasikan dan mengendalikan. Fayol
mengembangkan 14 prinsip administrasi yang menguraikan bagaimana manajer
harus mengatur dan berinteraksi dengan karyawan.
Prinsip-prinsip komprehensifnya, yang telah menjadi pedoman dasar di
banyak tempat kerja saat ini, mencakup topik mulai dari pentingnya memelihara
fasilitas yang tertib dan bersih hingga nilai mempromosikan inisiatif karyawan
dan kerja tim.
3. Teori Manajemen Birokrasi

Max Weber (1864-1920) adalah seorang sosiolog Jerman yang


mengembangkan teori manajemen birokrasi yang berfokus pada penataan
organisasi secara hierarkis dengan aturan tata kelola yang jelas.
Prinsip-prinsip Weber untuk menciptakan sistem birokrasi yang ideal
meliputi pembagian kerja yang jelas, rantai komando hierarkis, pemisahan antara
aset pribadi dan organisasi pemilik, pencatatan dan dokumentasi yang cermat,
regulasi dan peraturan yang ketat dan konsisten serta pemilihan dan promosi
karyawan berdasarkan kualifikasi dan bukan berdasarkan hubungan pribadinya.
Meskipun Weber mengakui bahwa birokrasi merupakan ancaman bagi
kebebasan individu, namun dia masih menganggap bahwa birokrasi merupakan
cara paling efisien dan rasional untuk membangun organisasi. Teori Weber ini
memainkan peran kunci dalam universalisasi penetapan standar dan prosedur yang
merupakan inti dari sebagian besar organisasi modern.
Weber juga membuat perbedaan antara otoritas dan kekuasaan. Weber
percaya bahwa kekuasaan mengurangi kepatuhan melalui kekerasan atau ancaman
kekerasan yang mendorong individu untuk mematuhi peraturan. Menurut Max
Weber, ada tiga jenis kekuatan dalam suatu organisasi yaitu Kekuasaan
Tradisional, Kekuasaan Karismatik dan kekuasaan Birokrasi atau Kekuasaan
Hukum.
4. Teori Manajemen Perilaku (Behavioral Theory of Management)

Elton Mayo (1880-1949) adalah seorang psikolog kelahiran Australia dan


peneliti Harvard yang membantu meletakkan dasar bagi gerakan hubungan

7
manusia. Mayo melakukan percobaan yang bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas di antara karyawan yang tidak puas di pabrik Hawthorne di Chicago
pada 1920-an.
Dalam Penelitian ini, Elton Mayo mengubah kondisi kerja seperti suhu,
pencahayaan, waktu istirahat dan lamanya hari kerja. Perubahan ini dapat
meningkatkan produktivitas kerja dan kepuasan kerja karyawan di pabrik
Hawthorne. Berdasarkan pengamatannya, peningkatan produktivitas tersebut
bukan hanya dikarenakan perubahan kondisi kerja, namun lebih pada perasaan
karyawan yang merasa dihargai sebagai kelompok terpadu yang bekerjasama
dalam penelitiannya ini.
Hasil penelitian dari Elton Mayo ini mengarah pada pengakuan akan
pentingnya faktor psikologis dan sosial dalam menciptakan organisasi yang
produktif. Ini memunculkan Teori Hubungan Manusia yang menyimpulkan
bahwa karyawan lebih termotivasi oleh faktor-faktor seperti menjadi bagian dari
kelompok dan perhatian pribadi daripada materi yang berupa uang saja atau
bahkan kondisi kerjanya. Pendekatan manajemen yang berorientasi pada orang ini
mengharuskan para manajer untuk mengakui kompleksitas sifat manusia dan nilai
ikatan sosial di tempat kerja.
Meskipun validitas percobaan Hawthorne telah dipertanyakan dalam
beberapa tahun terakhir, kontribusi Mayo terhadap teori manajemen adalah dasar
dari fokus saat ini pada dinamika kelompok dan penggunaan upaya membangun
tim untuk memperkuat budaya kerja.
2.2 Teori Birokrasi dari Max Webber
Birokrasi berasarkan istilah asal kata “biro” dan “kratia”), berarti
pengaturan dari meja ke meja. Webber, seorang sosiologi terkenal Jerman,
adalah orang yang menggunakan istilah “birokrasi” menjelang akhir abad ke-
19. Weber tidak hanya menggunakan kata itu; ia juga percaya bahwa sistem
manajemen birokrasi adalah sistem yang paling efektif untuk membentuk &
menjalankan suatu organisasi. Weber tidak pernah mendefinisikan birokrasi
secara jelas berdiri sendiri, tetapi hanya mengemukakan ciri-ciri, gejala-gejala,
proposisi-proposisi dan pengalaman yang ia lihat sehari-hari.

8
Max Weber mampu membahas manajemen birokrasi dari 2 sudut pandang
yang berbeda yaitu perilaku & struktural. Max Weber menciptakan model tipe
ideal birokrasi yang menjelaskan bahwa suatu birokrasi atau administrasi
mempunyai suatu bentuk yang pasti dimana semua fungsi dijalankan alam
cara-cara yang rasional. Tipe ideal itu menurutnya bisa dipergunakan untuk
membandingkan birokrasi antara organisasi yang satu dengan organisasi yang
lain. Menurut weber bahwa tipe ideal birokrasi yang rasional tersebut
dilakukan dalam cara-cara sebagai berikut:
1. Pertama, inividu pejabat secara personal bebas, akan tetapi dibatasi
oleh jabatannya manakal ia menjalankan tugas-tugas atau kepentingan
inividual dalam jabatannya. Pejabat tidak bebas menggunakan
jabatannya untuk keperluan dan kepentingan pribadinya termasuk
keluarganya.
2. Kedua, terdapat struktur pengembangan karier yang jelas dengan
promosi berdasarkan senioritas dan merit sesuai dengan pertimbangan
yang obyektif.

Weber tidak mendefinisikan secara utuh tentang birokrasi tetapi dari ciri-
ciri yang dikemukakan pada berbagai kesempatannya dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut. “birokrasi adalah suatu badan administratif tentang pejabat
yang diangkat, dan membentuk hubungan kolektif bagi golongan pejabat itu
sebagai suatu kelompok tertentu yang berbeda, yang pekerjaan dan
pengaruhnya dapat dilihat dalam organisasi tertentu, khususnya menurut
prosedur pengangkatannya.”
Selain itu sifat yang menonjol dari konsep birokrasi Max Weber yaitu:
1. Harus ada prinsip kepastian dari hal-hal kedinasan, diatur dengan
hukum, yang biasanya diwujukan dalam berbagai peraturan atau
ketentuan administrasi.
2. Prinsip tata jenjang kedinasan dan tingkat kewenangan, agar terjadi
keserasian kerja, keharmonisan dan rasionalitas.
3. Manajemen yang modern haruslah diasrkan pada dokumen-dokumen

9
tertulis
4. Spesialisasi dalam manajemmen atau organisasi harus diukung oleh
keahlian yang terlatih
5. Hubungan kerja di antara orang dalam organisasi diasarkan atas
prinsip impersonal
Weber meyakini bahwa birokrasi itu harus memperoleh kekuasaan yang
dilimpahkan dari pejabat yang diatasnya sebagai sumber otoritas. Oleh karena
sumber kewenangan berasal dari atasan, dan mereka diangkat oleh pejabat
berwenang yang lebih tinggi maka disimpulkan oleh weber bahwa pejabat-
pejabat yang dipilih bukanlah birokrasi. Birokrasi adalah pejabat-pejabat yang
diangkat dengan suatu kontrol tertentu dengan adanya hak-hak yang melekat
pada dirinya dan birokrasi dapat dianalisis tanpa pransangka adanya
birokratisme [yang sering diartikan sebagai penyalahgunaan birokrasi].
Weber pula mengemukakan bahwa birokrasi rasional semakin penting,
yang memiliki seperangkat ciri ketetapan, kesinambungan, disiplin
kekuasaan, keajegan [reliabilitas] yang menjadikan secara teknis merupakan
bentuk organisasi yang paling otoritas maupun bagi semua kelompok
kepentingan lain.Kesimpulan ini diperkuat oleh kenyataan bahwa weber tidak
memandang demokrasi parta-partai politik sebagai suatu perwakilan.
2.3 Teori Mc Gregor
Dalam sebuah organisasi, keinginan dan motivasi karyawan merupakan
salah satu kunci terbesar dari kesuksesan dan pencapaian organisasi. Untuk
mencapai hal itu, banyak teori manajemen organisasi yang dapat meningkatkan
aspek partisipasi karyawan. Salah satunya adalah teori X dan Y. Teori X dan Y
merupakan teori yang dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor terhadap
pembawaan sebuah organisasi dan bagaimana pembawaan tersebut dapat
mempengaruhi karyawan dan pegawainya. Sesuai dengan namanya, teori ini
dibagi menjadi 2 domain. Domain X dan domain Y. Secara representatif, domain
X dilambangkan sebagai pembawaan authoritarian (otoriter), sedangkan domain Y
dilambangkan sebagai pembawaan participative (partisipatif).

10
1. Teori X
Sebuah organisasi yang pemimpinnya mengadopsi teori X berarti menganggap
bawahan mereka cenderung kurang termotivasi dalam melakukan pekerjaannya,
atau bahkan tidak menyukai apa yang sedang mereka lakukan ketika mereka
sedang bekerja. Dalam implementasi teori X, pemimpin cenderung akan
memberikan hadiah atau ancaman terhadap para pekerjanya. Dalam teori ini juga
menjelaskan bahwa setiap pekerja harus selalu diawasi, diancam, serta diarahkan
agar bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan.
Gaya pembawaan teori X ini menjabarkan kemungkinan pekerjanya: Tidak
menyukai pekerjaan mereka Menghindari kewajiban mereka Harus dikontrol,
diancam, dan diawasi agar dapat optimal dalam mengerjakan pekerjaan mereka
Harus diawasi dalam setiap step atau tahapan kerjanya
Tidak berambisi untuk bekerja, atau harus diberikan hadiah agar mereka dapat
bekerja.
Menurut McGregor, karyawan yang harus diatur menggunakan teori X ini
cenderung minoritas. Namun ketika kita dihadapkan dengan sebuah perusahaan
dengan pekerja yang cukup banyak, terkadang teori X ini mungkin diperlukan
untuk mengatur kualitas pekerjanya.

2. Teori Y
Seorang pemimpin yang mengadopsi teori Y cenderung melihat pegawainya
sebagai pegawai yang optimistik, dan melihat pekerjaan mereka sebagai sesuatu
yang menantang. Mereka juga cenderung memiliki positive opinion terhadap
pegawai mereka. Pemimpin tersebut juga cenderung menyemangati pekerjanya
untuk terus menerus menggapai hal yang baru. Berbeda dengan teori X, pemimpin
yang mengadopsi teori ini cenderung lebih terbuka terhadap pegawainya dan terus
mendukung pegawainnya daripada mengatur dan mengawasi mereka setiap saat.

Gaya pembawaan teori X ini menjabarkan kemungkinan pekerjanya:

11
Bekerja dengan bahagia dan sukarela dengan inisiatif dari diri mereka sendiri
Lebih ikut turun tangan dalam pemilihan keputusan Self-motivated ketika
mengerjakan tugas mereka Dapat menyelesaikan tugas dengan kreatif dan inovatif
Melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang menantang Teori Y ini melihat pegawai
sebagai sesosok pekerja yang memiliki motivasi dan keinginan untuk berkembang
yang lebih tinggi lagi. Ini melambangkan peningkatan keinginan pekerja untuk
memiliki meaningful career yang bisa menunjang mereka selain uang.

2.4 SCIENTIFIC MC GREGER

Management Theories

Secara garis besar managemen teori di bagi menjadi dua yaitu scientific
management and the human relations–based approach

1. Scientific Management

Frederick Taylor berpendapat bahwa pekerjaan dapat dilakukan lebih efisien jika
dianalisis secara menyeluruh ( Lee , 1980; Locke , 1982). Dengan marancang
tugas dan memberikan dorongan atau insentif yang baik maka pekerja akan lebih
produktif. Sebagai cotohnya Taylor mempromosikn konsep membayar pekerja
sesuai jamnya bekerja  atau dalam dunia keperawatan berdasarkan jumlah pasien
yang dirawat atau waktu berkunjung perawat pada pasien. Cara ini dapat
mendorong pekerjaan selesai t dengan waktu yang singkat.

2. Human Relations–Based Management

McGregor’s theories X dan Y menyediakan contoh yang bagus dalam


membedakan scientific management dengan human relations–based management.

Theory X, McGregor (1960) mengatakan, mencerminkan sikap umum dari


kalangan manajer yaitu kebanyakan orang tidak mau bekerja keras dan pekerjaan
manajer adalah untuk memastikan bahwa karyawan bekerja keras . Untuk
mencapai hal ini , menurut Teori X ,seorang manajer harus menggunakan aturan

12
yang ketat , pengawasan konstan , dan ancaman hukuman ( teguran , pemotongan
gaji , dan ancaman kehilangan pekerjaan ) untuk membuat pekerja rajin dan teliti .

Teori Y , merupakan teori yang di sukai oleh McGregor  , karena sudut pandang
yang berlawanan . Teori Y percaya bahwa pekerjaan itu sendiri dapat memotivasi
dan bahwa orang akan bekerja keras jika manajer menyediakan lingkungan yang
mendukung . Seorang manajer Teori Y menekankan bimbingan bukan kontrol ,
perkembangan di bandingkan dengan pengawasan yang ketat , dan penghargaan
daripada hukuman. Seorang  perawat manajer Teori Y lebih memikirkan cara
menjaga semangat kerja karyawan setinggi mungkin dnegan asumsi karyawan
yang termotivasi akan melakukan pekerjaan terbaik . Sikap karyawan , pendapat ,
harapan , dan ketakutan karyawan merupakan hal yang  penting untuk jenis
perawat manajer ini . Banyak upaya yang dilakukan agar tidak ada konflik dalam
pekerjaan dan mempromosikan lingkungan yang saling pengertian agar orang
dapat melakukan pekerjaan terbaik mereka .

Para perawat manajer yang efektif memiliki kombinasi kualitas :

a. Kepemimpinan

Semua keterampilan dari seorang pemimpin sangatlah penting untuk menjadi


manajer yang efektif . Kepemimpinan adalah kemampuan yang di perlukan untuk
melakukan tugas dari seorang manajer.

Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y


Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side
Enterprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu
organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X
dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai
pekarjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak
perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y
mengasumsikan bahwa, bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung
jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif.

13
Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu:
1) Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta
menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori
X.
2) Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan
diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan
pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga
merupakan pelaksanaan dari Teori X.
3) Gaya Kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan keputusan yang
dilakukan dengan musyawarah. Gaya ini pada dasarnya sesuai dengan Teori Y. 5.
4) Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan
pada bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)

b. Keahlian Klinis

Sangatlah sulit untuk membantu orang lain mengembangkan keterampilan mereka


dan mengevaluasi seberapa baik mereka melakukannya jika seorang manajer tidak
memiliki keahlian klinis .

c. Naluri  Bisnis

Seorang Perawat Manajer juga harus peduli dengan ” bottom line , ” dengan biaya
penyediaan perawatan yang diberikan , terutama dibandingkan dengan manfaat
yang diterima dari perawatan tersebut dan dana yang tersedia untuk membayar,
baik dari asuransi , Medicare , Medicaid , atau keluar dari saku pasien sendiri . Ini
adalah tugas kompleks yang membutuhkan pengetahuan tentang penganggaran ,
kepegawaian , dan mengukur  pasien outcomes.

2.5 Konsep Manajemen Perencanaan Asuhan Keperawatan

14
A. Definisi Manajemen Perencanaan Asuhan Keperawatan
Manajemen adalah koordinasi dan integrase sumber-sumber melalui
perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan dan pengawasan dalam
mencapai tujuan menurut Huber (1996). Sedangkan manajemen keperawatan
dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan, pengobatan dan rasa
aman, kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Gillies, 1998).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang
merencanakan, mengatur, dan menggerakan pada staf untuk memberikan
pelayanan keperawtan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen
asuhan keperawatan. Supaya dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan
sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang
akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan keperawatan.
Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya
untukmenyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu, diperlukan adanya fungsi-
fungsi yang jelas mengenai manajemen. Ada empat fungsi manajemen yang harus
diperhatikan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan. Dalam manajemenkeperawatan ada beberapa elemen utama
berdasarkan fungsinya, salah satunya adalah perencanaan (planning).
Perencanaan adalah satu proses berkelanjutan yang diawali dengan
merumuskantujuan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan
personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada
perencanaan yang sebelumnya dan memodifikasi rencana yang diperlukan
Swansburg (1999). Perencanaan formal menekankan pada apa yang akan
dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya yang didasarkan pada komitmen
bersama (Robbin, 1997). Perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen
karena perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara
efektif dan efisien.

15
B. Tujuan Manajemen Perencanaan Asuhan Keperawatan

Dalam proses keperawatan perencanaan untuk menjamin bahwa klien atau


pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan serta
pelayanan ini diberikan oleh pekerja keperawatan agar mendapat hasil yang
memuaskan sesuai tujuan. Adapun tujuan perencanaan adalah:
1. Sebagai upaya koordinasi dalam memberikan arahan sehingga semua
anggota paham akan kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya dalam
mencapaitujuan baik secara mandiri maupun tim.
2. Mengurangi dampak perubahan.
3. Memininimalkan hasil yang tidak efektif dan tidak efisien serta
menghindari pengulangan kegagalan.
4. Menetapkan standar pengontrolan/ pengendalian: membandingkan kinerja
dantujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan.
5. Menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan.
6. Efektif dalam hal biaya.
C. Prinsip Manajemen Perencanaan Asuhan Keperawatan

Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan yang baik harus


memiliki prinsip- prinsip sebagai berikut:
1. Mengetahui sifat atau ciri suatu rencana yang baik yaitu:
- Mempermudah tercapainya tujuan organisasi karena rencana merupakan
suatukeputusan yang menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam
rangkamencapai tujuan.
- Dibuat oleh orang-orang yang mengerti organisasi.
- Dibuat oleh orang yang sungguh-sungguh mendalami teknik perencaan.
- Adanya suatu perencanaan yang teliti,yang berarti rencana harus di ikuti
oleh program kegiatan terinci.
- Tidak boleh terlepas dari pemikiran pelaksanaan, artinya harus tergambar
bagaimana rencana tersebut dilaksanakan.
- Bersifat sederhana, yang berarti disusun secara sistematis dan prioritasnya
jelas terlihat.

16
- Bersifat lewes, yang berarti bisa diadakan penyesuaian bila ada perubahan
- Terdapat tempat pengambilan risiko karena tidak ada seorang pun yang
mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
- Bersifat praktis, yang berarti bisa dilaksanakan sesuai denga kondisi
organisasi .
- Merupakan prakiraan atau peramalan atas keadaan yang terjadi.

2. Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang


harus dijawab dengan memuaskan menggunakan pendekatan 5W1H.
1) What : kegiatan apa yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah disepakati.
2) Where : dimana kegiatan akan dilakukan?
3) When : kapan kegiatan tersebut akan dilakukan?
4) Who : siapa yang harus melaksanakan kegiatan tersebut?
5) Why : mengapa kegiatan tersebut perlu dilaksanakan?
6) How :bagaimana cara melaksanakan kegiatan tersebut kearah pencapaian
tujuan?

3. Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus


diselesaikan dengan menggunakan teknik ilmiah, artinya harus disusun
dengan cara sistematis dan didasarkan pada langkah sebagai berikut:
1) Mengetahui sifat hakiki dan masalah yang dihadapi.
2) Mengetahui data yang akurat sebelum menyusun rencana.
3) Menganalisis dan menginterpretasi data yang telah terkumpul.
4) Menetapkan data alternatif pemecahan masalah.
5) Melaksanakan rencana yang telah tersusun.
6) Memilih cara yang terbaik untuk menyelesaikan masalah.
7) Menilai hasil yang telah dicapai.

17
Dalam memberikan asuhan keperawatan, model asuhan keperawatan yang
yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan,
keperawatan primer dan sistem manajemen kasus.

1. Metode kasus

Metode kusus disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang
merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung
jawab umtuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam
setiap shift. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian
shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan
keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru.

2. Metode fungsional

Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalambidang administrasi bisnis


yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan pendidikan
kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan dengan
perawatan profesional. Dalam model ini dibutuhkan pembagian tugas ( job
description), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini
cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian.
Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana
pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan.

18
3. Metode tim

Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang
digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan
memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul
karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari
perawat profesional (registered nursing), perawat praktis yang mendapat izin
serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih
menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk
belajar.
Hal pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua
tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan
metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada
klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua
personil adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan
anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi
tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim,
memfokuskan padapemenuhan tujuan dan kebuuhan standar asuhan keperawatan.

4. Keperawatan Primer

19
Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab selama 24
jam sehari, 7 hari/ minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan
secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan manajemen. Perawat primer
mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan,
dan mengevaluasi keefektivan keperawatan. Sementara perawat lain memberikan
tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan
lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk
pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan
perawatan.

5. Sistem Manajemen Kasus

Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer


kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama
dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beerapa cara
seperti :
a Dengan dokter dan pasien tertentu.
b Dengan pasien secara gografis berada dalam satu unit atau unit-unit.
c Dengan mengadakan diagnosa.

Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan


seseorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkatt master
untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budgetyang tinggi.

20
6. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) yaitu suatu sistem (struktur


proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat
menopang pemberian asuhan keperawatan (Hoffart dan Woods, 1996). Lima
Komponen dalam Model Praktek Keperawatan Profesional menurut Hoffart dan
Woods (1996):
a nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model praktek keperawatan
profesional (MPKP).
b hubungan antar professional.
c metode pemberian asuhan keperawatan.
d pendekatan manejemen dalam perubahan pengambilan keputusan.
e sistem kompetensi dan penghargaan

21
BAB lll
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori menajemen


umum yng memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi
secara efektif.Empat elemen besar dari teori manajemen adalah perencanaan,
pengorganisasian, mengarahkan atau memimpin, dan mengendalikan atau
pengevaluasian seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif, dan
psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utsms yang
bergerak secara simultan. Kepercayaan utama dari manajemen keperawtan
adalah bahwa fokusnya  pada perilaku manusia.Manajer perawat terdidik
dalam pengetahuan dan keterampilan tentang perilsku manusia mengelola
perawat profesional serta  pekerja keperawatan non profesional untuk
mencapai tingkat tertinggi dari  produktifitas pada pelayanan perawatan
pasien.
 

22
DAFTAR PUSTAKA

Certo, Samuel C. 1981. Principles of Modern Management. Dubuque,


Iowa: WmC Brown

Dauglass ,L.A. (1984). The Effective Nurse Leader ang Manager, @


nd .ed. St. Louish : The CV Mosby Company

Swansberg,RC & Swansberg RJ ( 1999) Introductory manajemen and


leadership for nurses: an interactive text, Second edition, Boston : Jones and
Bartlett Publishers.

Tappen GR (2001) Nursing Leadership and Management Consep and


Practice , 4 th ed, FA Davis, Philadelphia

Wakhid, Ali Abdul. 2011. Eksistensi Konsep Birokrasi Max Weber


dalam Reformasi Birokrasi di Inonesia.

Leonae. 2019. Teori manajemen Birokrasi Max Weber.

Asmuji. 2012. Manajmemen Keperawatan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Meida


https://www.mindtools.com/pages/article/newLDR_74.htm 35

http://ilmumanajemenindustri.com/teori-x-dan-teori-y-menurut-douglas-
mcgregor/ 61

Diane K., Whitehead, Sally A.W., Ruth M. 2010. Essentials of Nursing


Leadership and Management, (5th Ed.), page 13

Swansburg, Russel C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan; alih bahasa. Jakarta : EGC.

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan aplikasi dalam praktik


keperawatan profesional, ed. 2. Jakarta: Salemba Medika

23
Arwani dan Supriyanto, H. 2006. Manajemen bangsal keperawatan.
Jakarta: EGC

24

Anda mungkin juga menyukai