Di susun oleh :
Aurellia Eka Devriani (P27901119059)
Fitri Yunengsih (P27901119072)
Hanifah Nur Esha (P27901119073)
Luvi Hapysari (P27901119080)
Nia Elfaniasari (P27901119085)
Putri Tresna Budiarni (P27901119091)
Rizky Juliandy (P27901119094)
Vika Rizkiani Lestari (P27901119101)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Konsep dan Proses Manajemen Keperawatanini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Manajemen Keperawatan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konesep dan Proses
Manajemen Keperawatanbagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
2
BAB ll
LANDASAN TEORI
3
keperawatan dapat tercapai. Siapa yang diatur? Untuk apa? Apa tujuan
pengaturan? Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, perawat
menerapkan manajemen keperawatan dalam bentuk manajemen asuhan
keperawatan. Sebelum Anda mempelajari perbedaan manajemen pelayanan
keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan, Anda perlu memahami lebih
dulu prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan.
B. Prinsip-Prinsip Yang Mendasari Manajemen Keperawatan
4
8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara bawahan.
9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang lebih
tinggi ataupun upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian
instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar,
membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki
kekurangan. Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para manajer,
administrator dan bawahan seyogianya bekerja bersama-sama dalam
merencanakan dan pengorganisasian serta fungsifungsi manajemen
lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
C. TUJUAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan.
2. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial.
3. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan
seluruh komponen yang ada.
4. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja
lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi
duplikasi tenaga dan upaya.
5
1. Teori Manajemen Ilmiah
6
mengatur, memerintahkan, mengoordinasikan dan mengendalikan. Fayol
mengembangkan 14 prinsip administrasi yang menguraikan bagaimana manajer
harus mengatur dan berinteraksi dengan karyawan.
Prinsip-prinsip komprehensifnya, yang telah menjadi pedoman dasar di
banyak tempat kerja saat ini, mencakup topik mulai dari pentingnya memelihara
fasilitas yang tertib dan bersih hingga nilai mempromosikan inisiatif karyawan
dan kerja tim.
3. Teori Manajemen Birokrasi
7
manusia. Mayo melakukan percobaan yang bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas di antara karyawan yang tidak puas di pabrik Hawthorne di Chicago
pada 1920-an.
Dalam Penelitian ini, Elton Mayo mengubah kondisi kerja seperti suhu,
pencahayaan, waktu istirahat dan lamanya hari kerja. Perubahan ini dapat
meningkatkan produktivitas kerja dan kepuasan kerja karyawan di pabrik
Hawthorne. Berdasarkan pengamatannya, peningkatan produktivitas tersebut
bukan hanya dikarenakan perubahan kondisi kerja, namun lebih pada perasaan
karyawan yang merasa dihargai sebagai kelompok terpadu yang bekerjasama
dalam penelitiannya ini.
Hasil penelitian dari Elton Mayo ini mengarah pada pengakuan akan
pentingnya faktor psikologis dan sosial dalam menciptakan organisasi yang
produktif. Ini memunculkan Teori Hubungan Manusia yang menyimpulkan
bahwa karyawan lebih termotivasi oleh faktor-faktor seperti menjadi bagian dari
kelompok dan perhatian pribadi daripada materi yang berupa uang saja atau
bahkan kondisi kerjanya. Pendekatan manajemen yang berorientasi pada orang ini
mengharuskan para manajer untuk mengakui kompleksitas sifat manusia dan nilai
ikatan sosial di tempat kerja.
Meskipun validitas percobaan Hawthorne telah dipertanyakan dalam
beberapa tahun terakhir, kontribusi Mayo terhadap teori manajemen adalah dasar
dari fokus saat ini pada dinamika kelompok dan penggunaan upaya membangun
tim untuk memperkuat budaya kerja.
2.2 Teori Birokrasi dari Max Webber
Birokrasi berasarkan istilah asal kata “biro” dan “kratia”), berarti
pengaturan dari meja ke meja. Webber, seorang sosiologi terkenal Jerman,
adalah orang yang menggunakan istilah “birokrasi” menjelang akhir abad ke-
19. Weber tidak hanya menggunakan kata itu; ia juga percaya bahwa sistem
manajemen birokrasi adalah sistem yang paling efektif untuk membentuk &
menjalankan suatu organisasi. Weber tidak pernah mendefinisikan birokrasi
secara jelas berdiri sendiri, tetapi hanya mengemukakan ciri-ciri, gejala-gejala,
proposisi-proposisi dan pengalaman yang ia lihat sehari-hari.
8
Max Weber mampu membahas manajemen birokrasi dari 2 sudut pandang
yang berbeda yaitu perilaku & struktural. Max Weber menciptakan model tipe
ideal birokrasi yang menjelaskan bahwa suatu birokrasi atau administrasi
mempunyai suatu bentuk yang pasti dimana semua fungsi dijalankan alam
cara-cara yang rasional. Tipe ideal itu menurutnya bisa dipergunakan untuk
membandingkan birokrasi antara organisasi yang satu dengan organisasi yang
lain. Menurut weber bahwa tipe ideal birokrasi yang rasional tersebut
dilakukan dalam cara-cara sebagai berikut:
1. Pertama, inividu pejabat secara personal bebas, akan tetapi dibatasi
oleh jabatannya manakal ia menjalankan tugas-tugas atau kepentingan
inividual dalam jabatannya. Pejabat tidak bebas menggunakan
jabatannya untuk keperluan dan kepentingan pribadinya termasuk
keluarganya.
2. Kedua, terdapat struktur pengembangan karier yang jelas dengan
promosi berdasarkan senioritas dan merit sesuai dengan pertimbangan
yang obyektif.
Weber tidak mendefinisikan secara utuh tentang birokrasi tetapi dari ciri-
ciri yang dikemukakan pada berbagai kesempatannya dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut. “birokrasi adalah suatu badan administratif tentang pejabat
yang diangkat, dan membentuk hubungan kolektif bagi golongan pejabat itu
sebagai suatu kelompok tertentu yang berbeda, yang pekerjaan dan
pengaruhnya dapat dilihat dalam organisasi tertentu, khususnya menurut
prosedur pengangkatannya.”
Selain itu sifat yang menonjol dari konsep birokrasi Max Weber yaitu:
1. Harus ada prinsip kepastian dari hal-hal kedinasan, diatur dengan
hukum, yang biasanya diwujukan dalam berbagai peraturan atau
ketentuan administrasi.
2. Prinsip tata jenjang kedinasan dan tingkat kewenangan, agar terjadi
keserasian kerja, keharmonisan dan rasionalitas.
3. Manajemen yang modern haruslah diasrkan pada dokumen-dokumen
9
tertulis
4. Spesialisasi dalam manajemmen atau organisasi harus diukung oleh
keahlian yang terlatih
5. Hubungan kerja di antara orang dalam organisasi diasarkan atas
prinsip impersonal
Weber meyakini bahwa birokrasi itu harus memperoleh kekuasaan yang
dilimpahkan dari pejabat yang diatasnya sebagai sumber otoritas. Oleh karena
sumber kewenangan berasal dari atasan, dan mereka diangkat oleh pejabat
berwenang yang lebih tinggi maka disimpulkan oleh weber bahwa pejabat-
pejabat yang dipilih bukanlah birokrasi. Birokrasi adalah pejabat-pejabat yang
diangkat dengan suatu kontrol tertentu dengan adanya hak-hak yang melekat
pada dirinya dan birokrasi dapat dianalisis tanpa pransangka adanya
birokratisme [yang sering diartikan sebagai penyalahgunaan birokrasi].
Weber pula mengemukakan bahwa birokrasi rasional semakin penting,
yang memiliki seperangkat ciri ketetapan, kesinambungan, disiplin
kekuasaan, keajegan [reliabilitas] yang menjadikan secara teknis merupakan
bentuk organisasi yang paling otoritas maupun bagi semua kelompok
kepentingan lain.Kesimpulan ini diperkuat oleh kenyataan bahwa weber tidak
memandang demokrasi parta-partai politik sebagai suatu perwakilan.
2.3 Teori Mc Gregor
Dalam sebuah organisasi, keinginan dan motivasi karyawan merupakan
salah satu kunci terbesar dari kesuksesan dan pencapaian organisasi. Untuk
mencapai hal itu, banyak teori manajemen organisasi yang dapat meningkatkan
aspek partisipasi karyawan. Salah satunya adalah teori X dan Y. Teori X dan Y
merupakan teori yang dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor terhadap
pembawaan sebuah organisasi dan bagaimana pembawaan tersebut dapat
mempengaruhi karyawan dan pegawainya. Sesuai dengan namanya, teori ini
dibagi menjadi 2 domain. Domain X dan domain Y. Secara representatif, domain
X dilambangkan sebagai pembawaan authoritarian (otoriter), sedangkan domain Y
dilambangkan sebagai pembawaan participative (partisipatif).
10
1. Teori X
Sebuah organisasi yang pemimpinnya mengadopsi teori X berarti menganggap
bawahan mereka cenderung kurang termotivasi dalam melakukan pekerjaannya,
atau bahkan tidak menyukai apa yang sedang mereka lakukan ketika mereka
sedang bekerja. Dalam implementasi teori X, pemimpin cenderung akan
memberikan hadiah atau ancaman terhadap para pekerjanya. Dalam teori ini juga
menjelaskan bahwa setiap pekerja harus selalu diawasi, diancam, serta diarahkan
agar bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan.
Gaya pembawaan teori X ini menjabarkan kemungkinan pekerjanya: Tidak
menyukai pekerjaan mereka Menghindari kewajiban mereka Harus dikontrol,
diancam, dan diawasi agar dapat optimal dalam mengerjakan pekerjaan mereka
Harus diawasi dalam setiap step atau tahapan kerjanya
Tidak berambisi untuk bekerja, atau harus diberikan hadiah agar mereka dapat
bekerja.
Menurut McGregor, karyawan yang harus diatur menggunakan teori X ini
cenderung minoritas. Namun ketika kita dihadapkan dengan sebuah perusahaan
dengan pekerja yang cukup banyak, terkadang teori X ini mungkin diperlukan
untuk mengatur kualitas pekerjanya.
2. Teori Y
Seorang pemimpin yang mengadopsi teori Y cenderung melihat pegawainya
sebagai pegawai yang optimistik, dan melihat pekerjaan mereka sebagai sesuatu
yang menantang. Mereka juga cenderung memiliki positive opinion terhadap
pegawai mereka. Pemimpin tersebut juga cenderung menyemangati pekerjanya
untuk terus menerus menggapai hal yang baru. Berbeda dengan teori X, pemimpin
yang mengadopsi teori ini cenderung lebih terbuka terhadap pegawainya dan terus
mendukung pegawainnya daripada mengatur dan mengawasi mereka setiap saat.
11
Bekerja dengan bahagia dan sukarela dengan inisiatif dari diri mereka sendiri
Lebih ikut turun tangan dalam pemilihan keputusan Self-motivated ketika
mengerjakan tugas mereka Dapat menyelesaikan tugas dengan kreatif dan inovatif
Melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang menantang Teori Y ini melihat pegawai
sebagai sesosok pekerja yang memiliki motivasi dan keinginan untuk berkembang
yang lebih tinggi lagi. Ini melambangkan peningkatan keinginan pekerja untuk
memiliki meaningful career yang bisa menunjang mereka selain uang.
Management Theories
Secara garis besar managemen teori di bagi menjadi dua yaitu scientific
management and the human relations–based approach
1. Scientific Management
Frederick Taylor berpendapat bahwa pekerjaan dapat dilakukan lebih efisien jika
dianalisis secara menyeluruh ( Lee , 1980; Locke , 1982). Dengan marancang
tugas dan memberikan dorongan atau insentif yang baik maka pekerja akan lebih
produktif. Sebagai cotohnya Taylor mempromosikn konsep membayar pekerja
sesuai jamnya bekerja atau dalam dunia keperawatan berdasarkan jumlah pasien
yang dirawat atau waktu berkunjung perawat pada pasien. Cara ini dapat
mendorong pekerjaan selesai t dengan waktu yang singkat.
12
yang ketat , pengawasan konstan , dan ancaman hukuman ( teguran , pemotongan
gaji , dan ancaman kehilangan pekerjaan ) untuk membuat pekerja rajin dan teliti .
Teori Y , merupakan teori yang di sukai oleh McGregor , karena sudut pandang
yang berlawanan . Teori Y percaya bahwa pekerjaan itu sendiri dapat memotivasi
dan bahwa orang akan bekerja keras jika manajer menyediakan lingkungan yang
mendukung . Seorang manajer Teori Y menekankan bimbingan bukan kontrol ,
perkembangan di bandingkan dengan pengawasan yang ketat , dan penghargaan
daripada hukuman. Seorang perawat manajer Teori Y lebih memikirkan cara
menjaga semangat kerja karyawan setinggi mungkin dnegan asumsi karyawan
yang termotivasi akan melakukan pekerjaan terbaik . Sikap karyawan , pendapat ,
harapan , dan ketakutan karyawan merupakan hal yang penting untuk jenis
perawat manajer ini . Banyak upaya yang dilakukan agar tidak ada konflik dalam
pekerjaan dan mempromosikan lingkungan yang saling pengertian agar orang
dapat melakukan pekerjaan terbaik mereka .
a. Kepemimpinan
13
Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu:
1) Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta
menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori
X.
2) Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan
diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan
pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga
merupakan pelaksanaan dari Teori X.
3) Gaya Kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan keputusan yang
dilakukan dengan musyawarah. Gaya ini pada dasarnya sesuai dengan Teori Y. 5.
4) Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan
pada bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)
b. Keahlian Klinis
c. Naluri Bisnis
Seorang Perawat Manajer juga harus peduli dengan ” bottom line , ” dengan biaya
penyediaan perawatan yang diberikan , terutama dibandingkan dengan manfaat
yang diterima dari perawatan tersebut dan dana yang tersedia untuk membayar,
baik dari asuransi , Medicare , Medicaid , atau keluar dari saku pasien sendiri . Ini
adalah tugas kompleks yang membutuhkan pengetahuan tentang penganggaran ,
kepegawaian , dan mengukur pasien outcomes.
14
A. Definisi Manajemen Perencanaan Asuhan Keperawatan
Manajemen adalah koordinasi dan integrase sumber-sumber melalui
perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan dan pengawasan dalam
mencapai tujuan menurut Huber (1996). Sedangkan manajemen keperawatan
dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan, pengobatan dan rasa
aman, kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Gillies, 1998).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang
merencanakan, mengatur, dan menggerakan pada staf untuk memberikan
pelayanan keperawtan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen
asuhan keperawatan. Supaya dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan
sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang
akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan keperawatan.
Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya
untukmenyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu, diperlukan adanya fungsi-
fungsi yang jelas mengenai manajemen. Ada empat fungsi manajemen yang harus
diperhatikan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan. Dalam manajemenkeperawatan ada beberapa elemen utama
berdasarkan fungsinya, salah satunya adalah perencanaan (planning).
Perencanaan adalah satu proses berkelanjutan yang diawali dengan
merumuskantujuan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan
personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada
perencanaan yang sebelumnya dan memodifikasi rencana yang diperlukan
Swansburg (1999). Perencanaan formal menekankan pada apa yang akan
dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya yang didasarkan pada komitmen
bersama (Robbin, 1997). Perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen
karena perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara
efektif dan efisien.
15
B. Tujuan Manajemen Perencanaan Asuhan Keperawatan
16
- Bersifat lewes, yang berarti bisa diadakan penyesuaian bila ada perubahan
- Terdapat tempat pengambilan risiko karena tidak ada seorang pun yang
mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
- Bersifat praktis, yang berarti bisa dilaksanakan sesuai denga kondisi
organisasi .
- Merupakan prakiraan atau peramalan atas keadaan yang terjadi.
17
Dalam memberikan asuhan keperawatan, model asuhan keperawatan yang
yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan,
keperawatan primer dan sistem manajemen kasus.
1. Metode kasus
Metode kusus disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang
merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung
jawab umtuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam
setiap shift. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian
shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan
keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru.
2. Metode fungsional
18
3. Metode tim
Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang
digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan
memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul
karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari
perawat profesional (registered nursing), perawat praktis yang mendapat izin
serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih
menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk
belajar.
Hal pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua
tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan
metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada
klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua
personil adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan
anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi
tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim,
memfokuskan padapemenuhan tujuan dan kebuuhan standar asuhan keperawatan.
4. Keperawatan Primer
19
Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab selama 24
jam sehari, 7 hari/ minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan
secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan manajemen. Perawat primer
mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan,
dan mengevaluasi keefektivan keperawatan. Sementara perawat lain memberikan
tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan
lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk
pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan
perawatan.
20
6. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
21
BAB lll
PENUTUP
A. Kesimpulan
22
DAFTAR PUSTAKA
http://ilmumanajemenindustri.com/teori-x-dan-teori-y-menurut-douglas-
mcgregor/ 61
23
Arwani dan Supriyanto, H. 2006. Manajemen bangsal keperawatan.
Jakarta: EGC
24