Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MAKALAH PRADIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

“DISCHARGE PLANNING”

DISUSUN OLEH :

1. Rekno Puji Lestari (201502107)

2. Novanka Rara Kusumaningrum (201602029)

3. Puji Lestari Handayani (201602030)

4. Yulya Eka Santi (201602039)

5. Rita Novika Putri (201602073)

6. Rusmiati (201602074)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen keperawatan adalah proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang
fektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu
bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektivitasnya adalah saat
pergantian shift (timbang terima pasien) (Nursalam, 2008: 195).
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Disini dituntut tugas manajer keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi sarana dan
prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan seefektif dan
seefisien mungkin bagi individu keluarga dan masyarakat (Gillis,1996). Salah
satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam
pelayanan keperawatan dalam pembenahan manejemen keperawatan, karena
dengan adanya faktor kelola yang optimal diharapkan mampu menjadi wahana
peningkatan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih
menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
Salah satu upaya yang dapat di gunakan untuk meningkatkan
pelayanan keperawatan klien adalah dengan melakukan timbang terima saat
pergantian dinas. Timbang terima merupakan teknik atau cara menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima
dilakukan oleh Perawat primer ke perawat asosiate yang bertanggung jawab
pada dinas sore atau dinas malam. Timbang terima yang efektif dapat
dilakukan secara lisan maupun tulisan.
Tujuan dari timbang terima adalah agar semua perawat dapat
mengikuti perkembangan klien secara paripurna, meningkatkan kemampuan
komunikasi antar perawat dan yang lebih penting adalah agar terjadi suatu
hubungan kerjasama antar perawat serta terlaksananya asuhan perawatan
terhadap klien yang berkesinambungan

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Tujuan umum
Meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan yang
komprehensif
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Meningkatkan hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar
anggota tim perawat serta terlaksana asuhan keperawatan terhadap
klien yang berkesinambungan.

1.3 Manfaat
1. Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar 
perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang
berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Bagi Klien
 Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu
diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross
coverage. Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien
yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008)
menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang
informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggunggugat) selama
perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang
tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs
juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan,
tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya
ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer
tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang
lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang
akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan
perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.

2.2 Tujuan Timbang Terima


1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,
mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang
relevan yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan
keefektifan dalam bekerja.
Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan
perasaan perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.

2.3 Langkah-langkah dalam Timbang Terima


1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
i. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
ii. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
iii. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu-buri.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien. (Nursalam, 2002)

2.4 Prosedur dalam Timbang Terima


1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-
masing penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan
timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang
berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan
yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya
yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya.
1) Identitas klien dan diagnosa medis.
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4) Intervensi kolaborasi dan dependen.
Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
a. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal
yang kurang jelas Penyampaian pada saat timbang terima secara
singkat dan jelas
b. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang
lengkap dan rinci.
Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada
buku laporan ruangan oleh perawat (Nursalam, 2002). Timbang
terima memiliki 3 tahapan yaitu:
a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan
tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan
oleh perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan
datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan
itu sendiri yang berupa pertukaran informasi yang memungkinkan
adanya komunikasi dua arah antara perawat yang shift sebelumnya
kepada perawat shift yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang
tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas
dari perawat yang menerima operan untuk melakukan pengecekan
data informasi pada medical record atau pada pasien langsung.

2.5 Metode dalam Timbang Terima


1. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo
(2005) di sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih
tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi
secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga,
sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status
kesehatannya tidak up to date.

2. Timbang terima dengan metode bedside handover


Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan
sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu
handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan
melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk
mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga
baik secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda,
hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan
terkait kondisi penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien
dengan perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi
pasien secara khusus.
d. Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang
kerahasiaan pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait
adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis yang lain.

Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan


diantaranya:
a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian
diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang.
Metode itu berupa one way communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical
record saja atau media tertulis lain.

Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk


dilakukan bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode
untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun
pedoman implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai
berikut:
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk
adanya pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi
pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date
meliputi terapi, pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang
harus diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh
perawat penerima dengan melakukan pengecekan dengan
membaca, mengulang atau mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit,
termasuk perawatan dan terapi sebelumnya.
5. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan
kegagalan informasi atau terlupa.

2.6 Faktor-faktor dalam Timbang Terima


1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.

2.7 Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga


Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat
mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada
pasien. Efek-efek dari shift kerja atau operan adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam,
banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk
menebus kurang tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas
fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.
Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek
fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi
dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam
masyarakat. Saksono (1991) mengemukakan pekerjaan malam
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan
pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam
dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari
lingkungan masyarakat.

3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh
efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat
mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh
terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan
pemantauan.

4. Efek Terhadap Kesehatan


Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini
cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat
menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi
penderita diabetes.

5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja


Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja yang dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989),
melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada
akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan
0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan
bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam.
Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi
selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.

2.8 Dokumentasi dalam Timbang Terima


Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan
dokumen pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan
apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat.
Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
a. Identitas pasien.
b. Diagnosa medis pesien.
c. Dokter yang menangani.
d. Kondisi umum pasien saat ini.
e. Masalah keperawatan.
f. Intervensi yang sudah dilakukan.
g. Intervensi yang belum dilakukan.
h. Tindakan kolaborasi.
i. Rencana umum dan persiapan lain.
j. Tanda tangan dan nama terang.

Manfaat pendokumentasian adalah :


a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan
lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai
informasi mengenai pasien telah dicatat.
(Suarli & Yayan B, 2009)
2.9 Konsep Komunikasi S-BAR
1. Definisi
Komunikasi S-BAR menurut NHS (2012) adalah komunikasi yang
dilakukan oleh perawat dalam menyampaikan kondisi pasien dan
untuk mengatur informasi yang sesuai secara jelas dan lengkap
sehingga dapat diterima oleh perawat lainnya secara akurat dan efisien
pada saat operan jaga/pergantian shift. Komunikasi S-BAR meliputi
(Situation, Background, Assesment, Recomendation).
2. Tujuan
Tujuan komunikasi S-BAR adalah :
a. Menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi yang efektif antara
anggota tim perawatan kesehatan dengan dokter.
b. Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien saat ini
dan setiap perubahan terbaru yang terjadi atau untuk mengantisifasi
apabila terjadi perubahan.
c. Membantu staf menjadi advokat pasien.
3. Langkah-langkah Komunikasi SBAR
Pelaksanaan Komunikasi toolSBAR disaat berkomunikasi secara
langsung berhadapan dengan tim kesehatan yang lain. Langkah-
langkah tersebut dijelaskan dibawah ini menurut Capital Health, 2011,
Quality Improvement Tool :
a. Situation/Situasi
1) Menentukan nama pasien dan kondisi atau situasi saat ini.
2) Jelaskan apa yang terjadi pada pasien untuk mengawali
percakapan ini dan menjelaskan bahwa pasien telah
mengalami perubahan kondisi.
b. Background/Latar Belakang
1) Menyatakan tanggal tanggal penerimaan pasien, diagnosisnya,
dan sejarah medis pasien.
2) Berikan sinopsis atau ringkasan singkat dari apa yang telah
dilakukan selama ini.
c. Assessment/Pengkajian
1) Ringkasan kondisi atau situasi pasien.
2) Jelaskan apa yang menjadi permasalahannya: “Saya tidak
yakin apa masalah dari pasien, namun kondisi pasien
memburuk, dan tidak stabil, sehingga perlu dilakukakn suatu
tindakan”.
3) Memperluas pernyataan perawat dengan tanda-tanda dan
gejalanya.
d. Recomendation/Rekomendasi
1) Jelaskan apa yang diinginkan dokter setelah melihat hasil
tindakan (misalnya: tes laboratorium, perawatan).
2) Perawat meromendasikan dokter untuk melakukan kunjungan
kepada pasien dan keluarga pasien.
3) Apakah ada tes lain yang diperlukan seperti: EKG
4) Perawat menyampaikan kepada dokter setiap terdapat
pengobatan baru atau apabila ada perubahan dalam perintah
segera diinformasikan oleh doter kepada perawat.
5) Jika terdapat perbaikan ataupun tidak adanya perbaikan
kondisi pada pasien, perawat akan menghubungi dokter
kembali, menanyakan ke dokter tindakan yang harus dilakukan
perawat sampai ditempat (Capital Health, 2011, Quality
Improvement Tool, http://www.cdha.nshealth.ca/
quality/ihiTools.html).
4. Alasan Penggunaan Komunikasi Dengan S-BAR
Komunikasi antar tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan
ternyata tidak memadai seperti komunikasi antara dokter dengan
perawat, hal ini merupakan salah satu penyebab kesalahan
medis/insiden keselamatan pasien. Hambatan yang terjadi dalam
komunikasi perbedaan dalam staf pelayanan. Hambatan tersebut dapat
terjadi termasuk dalam hirarki, jenis kelamin, latar belakang etnis dan
perbedaan dalam gaya komunikasi antara kedisiplinan dan individu itu
sendiri. Komunikasi dapat dikatakan efektif jika didalam tim terdapat
standar komunikasi yang terstruktur (WHO,2007).
Komunikasi menggunakan S-BAR dapat mengurangi insiden
komunikasi yang tidak terjawab dan telah terjadi melalui penggunaan
asumsi, bantuan atau ketidakjelasan sikap. Menurut American Journal
of Nursing (2006) Komunikasi menggunakan S-BAR merupakan
mekanisme yang efektif terhadap hirarki tradisional antara tenaga
kesehatan seperti antara dokter dengan perawat dalam memberikan
tindakan perawatan. Komunikasi S-BAR dapat membangun bahasa
dengan penggunaan bahasa umum pada saat berkomunikasi, sehingga
mengurangi hambatan dalam berkomunikasi antar tenaga kesehatan.
5. Fungsi Alat S-BAR dalam proses komunikasi
Alat S-BAR terdiri dari pertanyaan standar yang cepat dalam
empat bagian, yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa perawat
dapat menyampaikan informasi dengan tegas dan efektif, untuk
mengurangi pengulangan. Alat S-BAR digunakan agar perawat agar
perawat mampu merumuskan informasi dengan tepat dan detail. Alat
S-BAR juga membantu perawat dalam mempersiapkan informasi yang
dibutuhkan oleh tenaga kesehatan lain dalam meningkatkan
keterampilan (WHO, 2007).
6. Waktu Penggunaan Komunikasi dengan S-BAR
Perawat menggunakan S-BAR dalam pengaturan klinis dalam
membuat rekomendasi agar komunikasi terjamin kejelasannya.
Perawat memiliki peranan penting, namun terkadang dalam membuat
rekomendasi perawat mengalami kesulitan dalam berkomunikasi
karena kurangnya pengalaman. Penggunaan S-BAR dapat mencegah
hit dan miss dari suatu keinginan dan harapan pada saat melakukan
operan jaga (Velji, et al, 2012). Menurut Joint Comission on
Accreditation of Healthcare Organization National Patient Safety
Goals (2006) alat S-BAR dapat dapat memebentuk komunikasi pada
tahap perjalanan pasien, dari isi rujukan dokter umum, konsultan untuk
rujukan, konsultan untuk berkomunikasi.
7. Peran Perawat dalam Pelaksanaan S-BAR
Sesuai dengan kode etik keperawatan tentang tanggung jawab
perawat terhadap tugas Pasal 1 Menyatakan bahwa perawat senantiasa
memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga,
dan masyarakat, Pasal 5 Menjelaskan bahwa perawat sesantiasa
mengutamakan perlindungan dan keselamatan kliaen dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam
memepertimbangkan kemampuan jika menerima atau
mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan
keperawatan.
2.10 Skema Timbang Terima

Pasien

Diagnosa medis Diagnosa


masalah keperawatan

Rencana
tindakan

Yang telah Yang akan


dilakukan Perkembangan dilakukan
keadaan pasien

Masalah :

Teratasi Belum Sebagian

Gambar 2.1 : Skema timbang terima (Nursalam, 2008)


2.10 Mekanisme Kegiatan Timbang Terima
Tabel 2.1 : Mekanisme kegiatan timbang terima
TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA
Pra Timbang a. Kedua kelompok 10 Menit Nurse Station Karu
terima dinas sudah siap PP
dan berkumpul di PA
Nurse Station
b. Karu mengecek
kesiapan timbang
terima tiap PP
c. Kelompok yang
akan bertugas
menyiapkan
catatan (Work
Sheet), PP yang
akan
mengoperkan,
menyiapkan buku
timbang terima &
nursing kit
d. Kepala ruangan
membuka acara
timbang terima
dilanjutkan dengan
doa.
Pelaksanaan PP dinas pagi 20 Menit Nurse Station Karu
Timbang melakukan timbang PP
terima kepada PP PA
dinas sore. Hal-hal
yang perlu
disampaikan PP pada
saat timbang terima :
1. Identitas klien dan
diagnose medis
termasuk hari
rawat keberapa
atau post op hari
keberapa.
2. Masalah
keperawatan.
3. Data yang
mendukung.
4. Tindakan
keperawatan yang
sudah/belum
dilaksanakan. Disamping
5. Rencana umum tempat tidur
yang perlu klien
dilakukan:
Pemeriksaan
penunjang, konsul,
prosedur tindakan
tertentu.
6. Karu membuka
dan memberi
salam kepada
klien, PP pagi
menjelaskan
tentang klien, PP
sore mengenalkan
anggota timnya
dan melakukan
validasi data.
7. Lama timbang
terima setiap klien
kurang lebih 5
menit kecuali
kondisi khusus
yang memerlukan
keterangan lebih
rinci.
Post timbang Klarifikasi hasil 5 Menit Nurse Station Karu
terima validasi data oleh PP PP
sore. PA
1. Penyampaian alat-
alat kesehatan
2. Laporan timbang
terima
ditandatangani
oleh kedua PP dan
mengetahui Karu
(kalau pagi saja).
3. Reward Karu
terhadap perawat
yang akan dan
selesai bertugas.
4. Penutup oleh karu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab atau penanggung
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume yang
cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia
bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan
secara langsung di dekat klien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station (Nursalam, 2008).

2.12 Evaluasi dalam Timbang Terima


a. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah
tersedia antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok
shift timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima
yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan
kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat
primer.
b. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan
oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift.
Perawat primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang
akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station
kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang
terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang
sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila ada.
Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat
klarifikasi ke klien.
c. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap
perawat dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang
terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian
shift.Selain laporanan tar shift,dapat disampaikan juga informasi-informasi
yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan.
Timbang terima bertujuan untuk kesinambungan informasi mengenai
keadaan klien secara menyeluruh sehingga tercapai asuhan keperawatan
yang optimal.
Pelaksanaan timbang terima pada hari ...........terhadap seluruh klien
kelolaan di ruang bedah ,...... sebanyak 2 klien. Pelaksanaan dapat berjalan
dengan lancar sesuai perencanaan dan semua personal dapat melaksanakan
kegiatan sesuai peran masing-masing.

4.2  Saran
1. Pembagian peran PP dan PA hendaknya lebih jelas baik saat di nurse
stasion atau saat di pasien
1. Pada laporan timbang terima hendaknya dilengkapi dengan tandatangan
PP pagi dan PP sore sebagai dokumentasi keperawatan
DAFTAR  PUSTAKA

Nursalam, (2002).Manajemen Keperawatan:Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Salemba Medika. Jakarta.
Gillies, (1989).Managemen Keperawatan Suatu pendekatan Sistem,Edisi
Terjemahan.Alih Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta.
PSIK, (2003).Buku Panduan Manajemen Keperawatan : Program Pendidikan
Ners. Surabaya.

SKENARIO ROLE PLAY TIMBANG TERIMA KEPERAWATAN


KARU : Rekno
KATIM : Novanka
PA Pagi : Puji
PP Sore : Yulya
PA Sore : Rita
Pasien 1 dan Pasien 2 : Rusmiati

1. Pre Timbang Terima


Di nurse station kepala ruangan membuka timbang terima dan sekaligus
mendata perawat yang dinas pagi dan dinas sore
KARU (Rekno) : Assalamualaikum Wr.Wb, pertama-tama marilah
kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT
karena rahmat serta karunianya kita dapat
berkumpul di ruangan ini hari dalam keadaan sehat
walafiat untuk melakukan timbang terima. Sholawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta pengikutnya sampal akhir
jaman. Pada hari ini Selasa, 25 Agustus 2020 akan
dilakukan kegiatan timbang terima yang rutin kita
lakukan pada setiap pergantian shift, namun
sebelumnya saya akan mendata perawat terlebih
dahulu. Untuk yang dinas pagi, Perawat Novanka
dan Perawat Puji?
Katim dan PA (pagi) : Hadir bu
KARU ( Rekno ) : Untuk yang akan dinas sore perawat Yulya dan
Rita?
PP dan PA (sore) : Hadir bu
KARU ( Rekno ) : Baik sekarang kita akan melakukan timbang
terima, untuk selanjutnya kepada Perawat Pelaksana
yang dinas malam dipersilahkan untuk
menyampaikan dan menjelaskan kondisi masing-
masing pasien saat ini kepada Perawat Pelaksana
yang dinas sore.
Perawat yang berdinas pagi menyampaikan data-data pasien sesuai
dengan keadaan yang ada dan sesuai dengan data yang dicatat, dan
perawat yang berdinas sore mencatat apa yang disampaikan terkait data
pasien
Katim Pagi (Novanka) : Assalammualakum Wr.Wb. terimakasih untuk
kesempatan yang diberikan kepada kami untuk
menjelaskan kondisi pasien saat ini. Jumlah pasien
saat ini adalah 2 orang pasien. Dengan tingkat
ketergantungan minimal.
Untuk yg pertama nama Ny. R umur 36 tahun
dengan diagnosa medis post apendixtomi, keadaan
umum pasien baik. TTV terakhir pukul 13.00
dengan TD 120/80 mmHg, RR 20x/menit, N
80x/menit, Suhu 36,5 °C pada hari pertama setelah
pasien menjalani operasi pasien mengeluhkan rasa
nyeri pada luka operasi seperti ditusuk – tusuk
dengan skala 5 dari 10. Masalah keperawatan yang
ditemukan adalah Nyeri akut. Implementasi yang
sudah di lakukan adalah pemberian obat dengan
cara injeksi ketorolac 1x3 30mg, cefotaxime 1g.
Pukul 09.00 WIB pasien kembali mengeluhkan rasa
panas di daerah luka, setelah dilakukan observasi
dengan membuka balutan luka ternyata didapatkan
bahwa keadaan luka memerah dan mengeluarkan
pus di jahitan pasien. Intervensi yang sudah
dilakukan adalah dilakukan rawat luka oleh perawat
puji, memberi edukasi kepada pasien dan keluarga
untuk tidak tarak makanan, serta melakukan
mobilisasi sesuai kemampuan, Intervensi yang
belum di lakukan adalah melakukan tindakan
relaksasi distraksi. Dokter yang menangani dr.A,
dokter bedah.
Evaluasi (SOAP)
S : pasien mengatakan nyeri pada luka berkurang
O : pasien nampak rileks
A : Masalah nyeri sebagian teratasi
P : Lanjutkan intervensi
PA Pagi ( Puji ) : Assalammualaikum Wr.Wb. terimakasih untuk
kesempatan yang diberikan kepada kami untuk
mejelaskan kondisi pasien saat ini. Selanjutnya
pasien dengan nama Ny. F dengan diagnosa medis
post ORIF hari ke-1 fraktur femur 1/3 distal,
keadaan umum pasien tampak lemah dengan TTV
terakhir pukul 13.00, TD 100/80 mmHg, RR
20x/menit, N 78x/menit, suhu 36,2 °C, GCS 15.
Pasien mengeluh tidak bisa beraktivitas seperti
biasa, masalah keperawatan yang ditemukan adalah
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
terpasangnya plat. Implementasi yang sudah
dilakukan : mengkaji kemampuan klien dalam
beraktivitas, mengkaji kesiapan untuk meningkatkan
aktivitas, pemberian obat untuk menghilangkan rasa
nyerinya, Ketorolac 1x3 30mg, Ceftriaxone 1x3 1g
tindakan yang belum dilakukan adalah dorong
pasien untuk partisipasi dalam memilih periode
aktivitas, jelaskan pada pasien pentingnya
melakukan aktivitas sesuai kemampuan dan advis
dokter besok pagi foto rongen. Dokter yang
menangani dr.P dokter orthopedi.
Evaluasi (SOAP)
S : pasien mengatakan sebagian aktivitasnya bisa
dilakukan di tempat tidur
O : pasien nampak terbaring lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Ulangi intervensi
KARU ( Rekno ) : Terimakasih untuk perawat pelaksana pagi yang
telah menyampaikan kondisi dari semua pasien saat
ini, mungkin ada yang perlu ditambahkan dari
KATIM
KATIM ( Novanka ) : Untuk perawat pelaksana yang dinas sore di
siapkan apa yang perlu dicatat mengenai kondisi
pasien saat nanti kita akan melakukan validasi
terhadap pasien.
KARU ( Rekno ) : Baik terima kasih tambahan dari katim, mari kita
langsung menuju ke ruangan pasien.

2. Pelaksanaan
Selanjutnya KARU, KATIM dan Perawat Pelaksana menuju ke ruang
pasien. Saat berada di ruangan pasien, KARU menyiapkan pasien dan
bersama dengan KATIM serta Perawat Pelaksana pagi untuk
melakukan validasi.
KARU ( Rekno ) : Assalamualaikum Wr.Wb. Selamat pagi Ny. R,
seperti biasa bu kita disini akan melakukan kegiatan
timbang terima yang rutin di lakukan setiap
pergantian sift yang tujuannya untuk
mengkomunikasikan keadaan pasien sekarang dan
menyampaikan informasi penting antar sift jaga.
Perkenalkan perawat pelaksana yang akan bertugas
di dinas sore. Ada perawat Yulya dan perawat Rita
yang akan bertugas menggantikan perawat sift pagi.
KATIM mempersilahkan masing-masing PP dan PA yang dinas sore
untuk melakukan validasi langsung kepada pasien.
KATIM ( Novanka) : Kepada perawat sore silahkan untuk mengecek
pasien.
(Pasien 1)
PP Sore ( Yulya ) : Assalamualaikum ibu, selamat sore, perkenalkan
nama saya adalah perawat Yulya dan perawat Rita,
yang berdinas sore pada hari ini, dengan ibu siapa
saya berbicara ?
Pasien 1 ( Rusmiati ) : Ny. R sus
PP Sore ( Yulya ) : Apa yang dirasakan Ny.R saat ini apakah sudah
ada perkembangan yang lebih baik dari
sebelumnya?
Pasien 1 ( Rusmiati ) : Masih sus, saya masih lemas dan sedikit pusing
PA Sore ( Rita ) : Apa dari perawat dinas pagi sudah melakukan
injeksi terhadap ibu?
Pasien 1 ( Rusmiati) : Iya sudah
PA Sore ( Rita ) : Iya ibu yang di rasakan sekarang merupakan efek
dari proses penyembuhan. Namun ibu jangan
kawatir karena sudah ada terapi obat yang diberikan
dokter. Terimakasih bu. Assalamualaikum wr wb.
KATIM (Novanka) : Ny. R usia 36 tahun, hari pertama post apendix
dengan keluhan nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan
skala 5, injeksi ketorolac 1x3 (30mg), cefotaxime 1
gram, kemudian sudah dirawat luka dan ditemukan
luka memerah dan mengeluarkan pus, menurut saya
kondisi pasien mengarah ke tanda-tanda infeksi,
tolong lakukan distraksi relaksasi.

(Pasien 2)
PP Sore ( Yulya ) : Assalamualaikum ibu, selamat sore, perkenalkan
nama saya adalah perawat Yulya dan perawat Rita,
yang berdinas sore pada hari ini, dengan ibu siapa
saya berbicara?
Pasien 2 ( Rusmiati ) : Ny. F sus
PA Pagi (Puji) : Ny. F post ORIF femur 1/3 distal hari pertama,
pasien mengeluh tidak bisa beraktivitas seperti
biasanya, injeksi ketorolac 1x3 (30mg), ceftriaxone
1x3 (1g), anjurkan untuk belajar bergerak, lakukan
rongen besok pagi
PP Sore ( Yulya ) : Apakah ibu masih merasakan nyeri di bagian
lengan?
Pasien 2 ( Rusmiati) : Iya masih sus
PP Sore ( Yulya ) : Dari perawat pagi sudah memberikan obat?
Pasien 2 ( Rusmiati ) : Iya sudah sus
PA Sore ( Rita ) : Apa ibu sudah merasa ada perubahan rasa
nyerinya?
Pasien 2 ( Rusmiati ) : iya sudah ada perubahan sus
PA Sore ( Rita ) : Iya ibu, ibu tidak usah kawatir karena ibu sudah
diben obat analgetik untuk mengurangi rasa nyeri
yang ibu derita. Baik bu, ibu tidak usah sungkan
apabila ibu butuh bantuan kami akan selalu siap
memberi pelayanan yang terbaik. Terimakasih bu.
Assalamu’alaikum wr wb
Demikian KATIM dan Perawat Pelaksana (pagi) melakukan validasinya.
Selanjutnya mereka masuk ke nurse station lagi untuk merencanakan
kegiatan selanjutnya
KATIM ( Novanka ) : Baik, untuk intervensi selanjutnya adalah
lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ke semua
pasien dan bila perlu konsulkan lagi ke dokter.
Untuk Ny. R tindakan yang dilakukan adalah
berikan obat untuk menurunkan rasa nyerinya.
KARU ( Rekno ) : Sebelum saya akhiri mungkin ada tambahan yang
perlu didiskusikan?
PA Pagi ( Puji ) : Tidak ada bu
KARU ( Rekno ) : Baik jika tidak ada mari kita akhiri kegiatan
Timbang Terima pada pagi hari ini.
Post
Kegiatan Timbang Terima sudah selesei dan selanjutnya Kepala Ruang
menutup kegiatan Timbang Terima.
KARU ( Rekno ) : Baik terimakasih atas kerjasamanya kita tadi
sudah melakukan kegiatan Timbang Terima saya
harap dengan adanya kegiatan ini proses
pendelegasian tugas bisa jelas dan terstruktur.
Demikian Timbang Terima ini, semoga apa yang
telah kita lakukan ini memberi banyak keuntungan
bagi kita semua dan kita diberikan kelancaran
dalam melaksanakan tugas masing-masing .
Demikian saya akhiri wassalamualakum wr.wb
Buku Timbang Terima

No Nama/ Dx SOAP
1. Ny. R S = Ny. R masih mengeluh nyeri pada luka operasinya skala 5
No RM : 190609 O = TD : 120/80 mmhg RR : 20x/ menit
Dx : Post Apendixtomi N : 80x/ menit Suhu : 36,5 ’C
 Rawat luka. Keadaan luka memerah, pus (+), bengkak (-)
 Terapi obat masuk jam 08.00
Ketorolac 1x30mg
Cefriaxon 1x1g
A = Masalah belum teratasi
Resiko Infeksi
P = Lanjutkan intervensi
Jika masih keluar pus, ganti balutan basah kering dengan rawat luka,
Lakukan distraksi relaksasi

No Nama/ Dx SOAP
2. Ny. F S = Ny. F tidak bisa beraktivitas seperti biasa
No RM : 190696 O = TD : 120/80 mmhg RR : 20x/ menit
Dx : Post ORIF femur 1/3 N : 78x/ menit Suhu : 36 ’C
distal  Terpasang plat
 Terapi obat masuk jam 08.00
Ketorolac 1x30mg
Cefriaxon 1x1g
A = Masalah belum teratasi
Hambatan mobilitas fisik
P = Lanjutkan intervensi
Adv Dokter P besok pagi foto rongen dan anjurkan untuk belajar
bergerak

Anda mungkin juga menyukai