Disusun oleh:
Kelompok 1
2020
B. Pengertian CRF
Chronic kidney disease atau penyakit ginjal kronik didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk setidaknya 3 bulan dengan tanpa
penurunanGlomerulus Filtration Rate (GFR) (Nahas& Levin, 2010).
Sedangkan menurut Terry & Aurora, 2013 CKD merupakan suatu
perubahan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel. Pada gagal ginjal
kronik, ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan cairan sisa
metabolisme sehingga menyebabkan penyakit gagal ginjal stadium akhir.
Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD)
merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat
dipulihkan kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara
metabolisme, gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang
berakibat pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronik
mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan
memerlukan pengobatan berupa hemodialisa, dialisis peritoneal,
transplantasi ginjal, dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama (Black
& Hawks, 2014).
Dapat disimpulkan dari ketiga teori bahwa Gagal ginjal kronik
merupakan perubahan fungsi ginjal yang sudah gagal dalam memelihara
keseimbangan cairan sisa metabolisme tubuh dalam waktu yang lama dan
berakibat pada peningkatan ureum sehingga pengobatan yang harus
dilakukan berupa hemodialisa.
C. Tanda dan gejala (Manifestasi)
Manifestasi klinik menurut Nahas & Levin (2010) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi
perikardiak dan gaga jantung akibat penimbunan cairan, gangguan
irama jantung dan edema.
Kondisi bengkak bisa terjadi pada bagian pergelangan kaki, tangan,
wajah, dan betis. Kondisi ini disebabkan ketika tubuh tidak bisa
mengeluarkan semua cairan yang menumpuk dalam tubuh, gejala ini
biasanya juga disertai dengan rambut rontok yang terus menerus,
berat badan yang turun meskipun terlihat gemuk.
b. Gangguan pulmoner
Nafas dangkal, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan
metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal, perdarahan pada mulut, nafas bau ammonia.
d. Gangguan moskuloskeletal
Pegal pada kakinya sehingga selalu digerakkan, rasa kesemutan dan
terbakar, terutama di telapak kaki, tremor, miopati.
e. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrin
Gangguan seksual: libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore. Gangguan metabolik glukosa, gangguan
metabolik lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia,
hipokalsemia.
h. Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,
sehingga rangsangan eritopoesis pada sum-sum tulang belakang,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana
uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan
trombositopeni.
D. Etiologi
E. Pembagian stadium
c. Stadium III Stadium akhir gagal ginjal progresif atau disebut penyakit
ginjal stadium akhir atau uremia. Pada stadium ini sekitar 90% dari
massa nefron telah hancur. Nilai LFG hanya 10% dari keadaan normal
dan bersihan kreatinin sebesar 5-10 ml per menit atau kurang. Pada
keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat sebagai
respon terhadap LFG yang mengalami sedikit penurunan. Penderita
mulai merasakan gejala gejala yang cukup parah, karena ginjal tidak
lagi mampu mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit
dalam tubuh (Wilson, 2006).
b) Dialisis
Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergancy. Sedangkan
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tiak bersifat akut
adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
Hemodialisis
Yaitu dialysis yang dilakukan melalui tindakan infasis di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodialisis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan:
AV fistule: menggabungkan vena dan arteri
Double lumen: langsung pada daerah jantung (Vaskularisasi ke
jantung)
Tujuannya yaitu untuk menggantikan fungsi ginjal dalam tubuh
fungsi eksresi yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam
tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
c. Operasi
Pengambilan batu
Transplantasi ginjal
1. Pemberi Perawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien
mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan.
Proses penyembuhan lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu
. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien
secara holistik, meliputi upaya mengembalikan kesehatan emosi,
spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien
dan keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut
dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal (Potter dan
Perry, 2005 hal:286)
2. Pembuat Keputusan Klinis
Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan
keahliannya berpikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum
mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi
pasien, pemberian perawatan dan mengevaluasi hasil, perawat
menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik
bagi tiap klien. Perawat membuat keputusan itu sendiri atau
berkolaborasi dengan klien, keluarga dan berkonsultasi dengan profesi
kesehatan yang lainnya (Potter dan Perry, 2005 hal:286)
3. Pelindung dan Advokat Klien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan
yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek
yang tidak diinginkan dari suatu tindakan.
Sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan
secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan haknya bila
dibutuhkan. Membela hak klien yang menolak suatu tindakan (Potter
dan Perry, 2005 hal:286)
4. Manejer Kasus
Perawat berperan mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan.
Serta mengatur waktu kerja dan sumber yang tersedia di tempat
kerjanya. Sebagai manejer, perawat mengkoordinasikan dan
mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan juga mengawasi tenaga
kesehatan lainnya (Potter dan Perry, 2005 hal: 287)
5. Rehabilitator
Perawatberperan sebagai rehabilitator, dimana rehabilitasi merupakan
proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah
sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan
klien. Mengembalikan peran dan fungsi klien terhadap lingkungannya
dengan memberi motivasi agar klien dapat beradaptasi dengan
keterbatasannya (Potter dan Perry, 2005 hal:287)
6. Komunikator
Peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran
perawat yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien,
keluarga klien, antara sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya,
sumber informasi dan komunitas. Kualitas komunikasi merupakan
faktor yang penting dalam memenuhi kebutuhan individu keluarga dan
komunitas (Potter dan Perry, 2005 hal:287)
7. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-
data tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur, menilai apakah
klien mengerti dengan penjelasan perawat dan mengevaluasi
kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode
pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta
melibatkan keluarga (Potter dan Perry, 2005 hal:287)
8. Pendidik
Peran perawat pendidik bekerja terutama di sekolah keperawatan,
departemen pengembangan staf dan departemen pendidikan klien.
Perawat pendidik mempunyai latar belakang pengalaman klinis yang
memberikan mereka keahlian klinis dan pengetahuan teoritis. Perawat
pendidik di sekolah keperawatan menyiapkan peserta didiknya untuk
berfungsi sebagai perawat, dan secara umum memiliki spesialisasi
klinis dibidang tertentu dan pengalaman klinis.
Perawat pendidik di departemen pengembangan staf memberikan
program pendidikan bagi perawat yang bekerja di institusinya. Program
ini meliputi orientasi karyawan baru, kursus asuhan perawatan kritis,
pengenalan alat-alat baru dan prosedur penggunaannya. Untuk
departemen pendidikan klien, perawat berfokus pada mengajarkan
klien yang sakit atau yang tidak mampu, juga pada keluarga untuk
perawatan dirumah (Potter dan Perry, 2005 hal:287)
9. Administrator
Perawat sebagai administrator berfungsi untuk pengaturan dana,
tenaga kerja, program perencanaan strategi dan pelayanan, evaluasi
pegawai dan pengembangan pegawai (Potter dan Perry, 2005 hal:287)
10. Peneliti
Perawat peneliti menggali masalah untuk meningkatkan asuhan
keperawatan dan untuk mendefenisikan lebih jauh dan memperluas
cakupan praktek keperawatan. Perawat peneliti dapat bekerja
dilingkungan akademik, rumah sakit, dan komunitas (Potter dan Perry,
2005 hal:287)
11. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator melakukan kolaborasi dengan yang
lain untuk mencapai tujuan yang sama. ini adalah suatu proses
dalamsebuah lingkungan yang saling menghargai dan kooperatif.
Kolaborasi seharusnya selalu menjadi suatu gaya dalam berinteraksi
antara perawat kesehatan komunitas dengan klien dan sama
pentingnya peran operawat ketika perawat berfungsi sebagai bagian
dari sebuah tim. Meskipun berkolaborasi dengan seorang individu,
sebuah keluarga, sebuah agensi, atau sebagai bagian dari sebuah tim,
perawat kesehatan komunitas terlibat dalam sebuah pembuatan
keputusan bersama berhubungan dengan aksi yang paling tepat untuk
dilakukan untuk memecahkan masalah (Hitchcock, 2003)
12. Konselor
Konseling pada levelpaling dasarnya adalah sebuah proses menolong
klien untuk memilih solusi yang tepat untuk masalah mereka. Klien
pada umumna mencari konseling ketika mereka tidak mampu untuk
membuat keputusan mengenai kesehatan atau masalah pribadi.
Konseling melibatkan eksplorasi perasaan dan perilaku pada bagian
klien dan langsung kepada menolong pemahaman klien mengenai
pemahaman dirinya sendiri. Perawat kesehatan komunitas memiliki
peran penting sebagai konselor (Hitchcock, 2003)
Daftar Pustaka