Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ Konsep CRF ( Chronic renal failure )

Disusun oleh:
Kelompok 1

1. Halimah Surani (A11701554)


2. Hanifah Adilla F (A11701556)
3. Hasna Faras F (A11701557)
4. Heny Lusmiati (A11701558)
5. Hidayah Mei W (A11701559)
6. Ilham Rusdi P (A11701560)
7. Ilham Yoga S (A11701561)
8. Indra Gunawan (A11701562)
9. Istiana Puspita (A11701563)
10. Istiti Ayuningtyas (A11701564)
11. Ivianna Dyah W (A11701565)
12. Kasiffah Kamelia (A11701566)
13. Khanif Ridlo S (A11701567)
14. Khusnul Khotimah (A11701568)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

2020

KONSEP CHF ( Chronic Renal Failure )


A. Anatomi Fisiologi Ginjal

Ginjal merupakan organ yang berada di rongga posterior abdomen,


terutama berada di daerah retroperitoneum , disebelah kanan dan kiri
tulang belakang , dibungkus lapisan lemak yang tebal. Setiap ginjal
panjangnya 6 sampai 7,5 sentimeter dan tebal 1,5 sampai 2,5 sentimeter.
Pada orang dewasa beratnya kira kira 140 gram.Bentuk ginjal seperti biji
kacang dan sisi dalamnya atau hilum menghadap ke tulang punggung. Sisi
luarnya cembung. (Pearce, 2016). Di bagian atas ginjal terdapat kelenjar
adrenal (suprarenal yang merupakan sebuah kelenjar endokrin) yang
fungsinya tidak berhubungan dengan ginjal.

Setiap ginjal dilindungi oleh tiga lapis jaringan penyokong. Lapisan


pertama yang paling dekat dengan struktur ginjal adalah kapsula fibrosa,
untuk mencegah penjalaran infeksi dari regio sekitar ke ginjal. Lapisan
kedua adalah lemak perirenal, yang melindungi ginjal dari benturan.
Lapisan terluar adalah fascia renal, merupakan jaringan ikat fibrosa yang
padat berfungsi memisahkan ginjal dan kelenjar adrenal dari struktur
sekitar (Marieb & Hoehn, 2015) . Setiap ginjal mengandungi unit
penapisnya yang dikenali sebagai nefron. Nefron terdiri dari glomerulus
dan tubulus. Glomerulus berfungsi sebagai alat penyaring manakala
tubulus adalah struktur yang mirip dengan tuba yang berikatan dengan
glomerulus (Kathuria, 2010).

Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat


banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah
menyaring/ membersihkan darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2
liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan
filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke tubulus. Cairan filtrat ini
diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi
urin sebanyak 1-2 liter/hari. Selain itu, fungsi primer ginjal adalah
mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas-
batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh
filtrasi glomerulus, reabsorpsi dan sekresi tubulus (Guyton & Hall, 2016).

Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan


komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan
mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif (Price & Wilson, 2012).
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal
kemudian akan mengambil zat-zat dari hasil metabolisme. Zat-zat yang
diambil dari darah pun di ubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan
dan dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih
dahulu dikandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan
berkemih dan keadaan memungkinkan, maka urin yang ke dalam, dan
berukuran kira- kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa.

Ginjal juga menghasilkan beberapa hormon yang penting untuk


fungsi vital dalam tubuh. Salah satunya renin, yang menjaga tekanan
darah tetap normal. Jika tekanan darah menurun, renin dihasilkan untuk
menghasilkan efek vasokonstriksi pada pembuluh darah kecil sehingga
meningkatkan tekanan darah (Guyton & Hall, 2016). Ginjal mendapatkan
darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian akan mengambil
zat-zat hasil metabolisme dari darah. Zat-zat yang diambil dari darah pun
di ubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke ureter.
Setelah ureter,urin akan ditampung terlebih dahulu dikandung kemih. Bila
orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan keadaan
memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung kemih akan di
keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2014).

Fungsi dasar nefron adalah mengekskresikan atau menjernihkan


plasma darah dan substansi yang tidak diperlukan tubuh sewaktu darah
melalui ginjal. Substansi yang paling penting untuk diekskresikan adalah
hasil akhir metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat dan lain-lain.
Selain itu ion-ion natrium, kalium, klorida dan hidrogen yang cenderung
untuk berakumulasi dalam tubuh secara berlebihan (Guyton & Hall,
2016).

B. Pengertian CRF
Chronic kidney disease atau penyakit ginjal kronik didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk setidaknya 3 bulan dengan tanpa
penurunanGlomerulus Filtration Rate (GFR) (Nahas& Levin, 2010).
Sedangkan menurut Terry & Aurora, 2013 CKD merupakan suatu
perubahan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel. Pada gagal ginjal
kronik, ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan cairan sisa
metabolisme sehingga menyebabkan penyakit gagal ginjal stadium akhir.
Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD)
merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat
dipulihkan kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara
metabolisme, gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang
berakibat pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronik
mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan
memerlukan pengobatan berupa hemodialisa, dialisis peritoneal,
transplantasi ginjal, dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama (Black
& Hawks, 2014).
Dapat disimpulkan dari ketiga teori bahwa Gagal ginjal kronik
merupakan perubahan fungsi ginjal yang sudah gagal dalam memelihara
keseimbangan cairan sisa metabolisme tubuh dalam waktu yang lama dan
berakibat pada peningkatan ureum sehingga pengobatan yang harus
dilakukan berupa hemodialisa.
C. Tanda dan gejala (Manifestasi)
Manifestasi klinik menurut Nahas & Levin (2010) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi
perikardiak dan gaga jantung akibat penimbunan cairan, gangguan
irama jantung dan edema.
Kondisi bengkak bisa terjadi pada bagian pergelangan kaki, tangan,
wajah, dan betis. Kondisi ini disebabkan ketika tubuh tidak bisa
mengeluarkan semua cairan yang menumpuk dalam tubuh, gejala ini
biasanya juga disertai dengan rambut rontok yang terus menerus,
berat badan yang turun meskipun terlihat gemuk.

b. Gangguan pulmoner
Nafas dangkal, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan
metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal, perdarahan pada mulut, nafas bau ammonia.
d. Gangguan moskuloskeletal
Pegal pada kakinya sehingga selalu digerakkan, rasa kesemutan dan
terbakar, terutama di telapak kaki, tremor, miopati.
e. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrin
Gangguan seksual: libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore. Gangguan metabolik glukosa, gangguan
metabolik lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia,
hipokalsemia.
h. Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,
sehingga rangsangan eritopoesis pada sum-sum tulang belakang,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana
uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan
trombositopeni.

D. Etiologi

Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of


National Kidney Foundation (2016), terdapat dua penyebab utama dari
penyakit ginjal kronis yaitu diabetes dan tekanan darah tinggi, yang
bertanggung jawab untuk sampai dua-pertiga kasus. Diabetes terjadi
ketika gula darah terlalu tinggi, menyebabkan kerusakan banyak organ
dalam tubuh, termasuk ginjal dan jantung, serta pembuluh darah, saraf
dan mata. Tekanan darah tinggi, atau hipertensi, terjadi ketika tekanan
darah terhadap dinding pembuluh darah meningkat. Jika tidak terkontrol,
atau kurang terkontrol, tekanan darah tinggi bisa menjadi penyebab
utama serangan jantung, stroke dan penyakit ginjal kronis. Begitupun
sebaliknya, penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi.

Penyebab yang lain diantaranya yaitu:


a. Infeksi misalnya pielonefritis kronik (Infeksi saluran kemih),
glomerulonefritis (penyakit peradangan).

b. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,


nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis, disebabkan karena
terjadinya kerusakan vaskularisasi di ginjal oleh adanya peningkatan
tekanan darah akut dan kronik.

c. Gangguan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus sistemik,


poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif, disebabkan oleh
kompleks imun dalam sirkulasi yang ada dalam membran basalis
glomerulus dan menimbulkan kerusakan (Price, 2006).

d. Gangguan konginetal dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,


asidosis tubulus ginjal.

e. Penyakit metabolik misalnya DM (Diabetes Melitus), gout,


hiperparatiroidisme, amiloidosis.

f. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal.

g. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas.

h. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis, merupakan


penyebab gagal ginjal dimana benda padat yang dibentuk oleh
presipitasi berbagai zat terlarut dalam urin pada daluran kemih.

E. Pembagian stadium

Perjalanan klinis gagal ginjal progresif dibagi menjadi 3 stadium yaitu:

a. Stadium I Stadium pertama disebut dengan penurunan cadangan


ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar Blood Urea
Nitrogen (BUN) normal dan asimptomatik. Gangguan fungsi ginjal
hanya dapat terdeteksi dengan memberi beban kerja yang berat pada
ginjal melalui tes pemekatan urine yang lama atau dengan
mengadakan tes LFG.

b. Stadium II Stadium kedua disebut insufisiensi ginjal. Pada stadium ini


lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak dan kadar BUN
mulai meningkat diatas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini
berbeda-beda tergantung dari protein dalam makanan. Pada stadium
ini kadar kreatinin serum juga meningkat melebihi kadar normalnya.
Azotemia biasanya ringan kecuali pada pasien yang mengalami stress
akibat infeksi, gagal jantung atau dehidrasi. Pada stadium ini mulai
timbul gejala-gejala nokturia dan poliuria. Nokturia disebabkan oleh
hilangnya pola pemekatan urine diurnal normal sampai tingkatan
tertentu pada malam hari. Penderita biasanya sering berkemih pada
malam hari. Poliuria yaitu peningkatan volume urine yang terus-
menerus. Poliuria akibat insufisiensi ginjal biasanya lebih besar pada
penyakit yang menyerang tubulus.

c. Stadium III Stadium akhir gagal ginjal progresif atau disebut penyakit
ginjal stadium akhir atau uremia. Pada stadium ini sekitar 90% dari
massa nefron telah hancur. Nilai LFG hanya 10% dari keadaan normal
dan bersihan kreatinin sebesar 5-10 ml per menit atau kurang. Pada
keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat sebagai
respon terhadap LFG yang mengalami sedikit penurunan. Penderita
mulai merasakan gejala gejala yang cukup parah, karena ginjal tidak
lagi mampu mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit
dalam tubuh (Wilson, 2006).

F. Penatalaksanaan ( Terkait dengan Hemodialisa )


Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CRF dibagi menjadi
tiga yaitu:
a) Konservatif
 Dilakukan pemeriksaan Lab. Darah dan urin
 Observasi balance cairan
 Observasi adanya odema
 Batasi cairan yang masuk

b) Dialisis
 Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergancy. Sedangkan
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tiak bersifat akut
adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
 Hemodialisis
Yaitu dialysis yang dilakukan melalui tindakan infasis di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodialisis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan:
AV fistule: menggabungkan vena dan arteri
Double lumen: langsung pada daerah jantung (Vaskularisasi ke
jantung)
Tujuannya yaitu untuk menggantikan fungsi ginjal dalam tubuh
fungsi eksresi yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam
tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
c. Operasi
 Pengambilan batu
 Transplantasi ginjal

G. Peran perawat hemodialisa

Peran perawat dalam memberikan tindakan hemodialisis pada pasien


gagal ginjal kronik

1. Pemberi Perawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien
mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan.
Proses penyembuhan lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu
. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien
secara holistik, meliputi upaya mengembalikan kesehatan emosi,
spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien
dan keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut
dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal (Potter dan
Perry, 2005 hal:286)
2. Pembuat Keputusan Klinis
Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan
keahliannya berpikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum
mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi
pasien, pemberian perawatan dan mengevaluasi hasil, perawat
menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik
bagi tiap klien. Perawat membuat keputusan itu sendiri atau
berkolaborasi dengan klien, keluarga dan berkonsultasi dengan profesi
kesehatan yang lainnya (Potter dan Perry, 2005 hal:286)
3. Pelindung dan Advokat Klien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan
yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek
yang tidak diinginkan dari suatu tindakan.
Sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan
secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan haknya bila
dibutuhkan. Membela hak klien yang menolak suatu tindakan (Potter
dan Perry, 2005 hal:286)
4. Manejer Kasus
Perawat berperan mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan.
Serta mengatur waktu kerja dan sumber yang tersedia di tempat
kerjanya. Sebagai manejer, perawat mengkoordinasikan dan
mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan juga mengawasi tenaga
kesehatan lainnya (Potter dan Perry, 2005 hal: 287)
5. Rehabilitator
Perawatberperan sebagai rehabilitator, dimana rehabilitasi merupakan
proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah
sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan
klien. Mengembalikan peran dan fungsi klien terhadap lingkungannya
dengan memberi motivasi agar klien dapat beradaptasi dengan
keterbatasannya (Potter dan Perry, 2005 hal:287)
6. Komunikator
Peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran
perawat yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien,
keluarga klien, antara sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya,
sumber informasi dan komunitas. Kualitas komunikasi merupakan
faktor yang penting dalam memenuhi kebutuhan individu keluarga dan
komunitas (Potter dan Perry, 2005 hal:287)
7. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-
data tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur, menilai apakah
klien mengerti dengan penjelasan perawat dan mengevaluasi
kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode
pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta
melibatkan keluarga (Potter dan Perry, 2005 hal:287)
8. Pendidik
Peran perawat pendidik bekerja terutama di sekolah keperawatan,
departemen pengembangan staf dan departemen pendidikan klien.
Perawat pendidik mempunyai latar belakang pengalaman klinis yang
memberikan mereka keahlian klinis dan pengetahuan teoritis. Perawat
pendidik di sekolah keperawatan menyiapkan peserta didiknya untuk
berfungsi sebagai perawat, dan secara umum memiliki spesialisasi
klinis dibidang tertentu dan pengalaman klinis.
Perawat pendidik di departemen pengembangan staf memberikan
program pendidikan bagi perawat yang bekerja di institusinya. Program
ini meliputi orientasi karyawan baru, kursus asuhan perawatan kritis,
pengenalan alat-alat baru dan prosedur penggunaannya. Untuk
departemen pendidikan klien, perawat berfokus pada mengajarkan
klien yang sakit atau yang tidak mampu, juga pada keluarga untuk
perawatan dirumah (Potter dan Perry, 2005 hal:287)
9. Administrator
Perawat sebagai administrator berfungsi untuk pengaturan dana,
tenaga kerja, program perencanaan strategi dan pelayanan, evaluasi
pegawai dan pengembangan pegawai (Potter dan Perry, 2005 hal:287)
10. Peneliti
Perawat peneliti menggali masalah untuk meningkatkan asuhan
keperawatan dan untuk mendefenisikan lebih jauh dan memperluas
cakupan praktek keperawatan. Perawat peneliti dapat bekerja
dilingkungan akademik, rumah sakit, dan komunitas (Potter dan Perry,
2005 hal:287)
11. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator melakukan kolaborasi dengan yang
lain untuk mencapai tujuan yang sama. ini adalah suatu proses
dalamsebuah lingkungan yang saling menghargai dan kooperatif.
Kolaborasi seharusnya selalu menjadi suatu gaya dalam berinteraksi
antara perawat kesehatan komunitas dengan klien dan sama
pentingnya peran operawat ketika perawat berfungsi sebagai bagian
dari sebuah tim. Meskipun berkolaborasi dengan seorang individu,
sebuah keluarga, sebuah agensi, atau sebagai bagian dari sebuah tim,
perawat kesehatan komunitas terlibat dalam sebuah pembuatan
keputusan bersama berhubungan dengan aksi yang paling tepat untuk
dilakukan untuk memecahkan masalah (Hitchcock, 2003)
12. Konselor
Konseling pada levelpaling dasarnya adalah sebuah proses menolong
klien untuk memilih solusi yang tepat untuk masalah mereka. Klien
pada umumna mencari konseling ketika mereka tidak mampu untuk
membuat keputusan mengenai kesehatan atau masalah pribadi.
Konseling melibatkan eksplorasi perasaan dan perilaku pada bagian
klien dan langsung kepada menolong pemahaman klien mengenai
pemahaman dirinya sendiri. Perawat kesehatan komunitas memiliki
peran penting sebagai konselor (Hitchcock, 2003)
Daftar Pustaka

Alldredge, B.K., Corelli, R.L., Ernst, M.E., Guglielmo, B.J.,


Jacobson,P.A.,Kradjan, W.A., et al., 2013. Koda-Kimble & Young’s
Applied Therapeutics The Clinical Use of Drugs, 10100th edition.
Lippincott.
Berawi, 2009. Fisiologi Ginjal dan Cairan Tubuh Edisi 2. Bandar
Lampung:Penerbit Universitas Lampung.
Besarab, A., 2011. Anemia of Chronic Kidney Disease. Chronoc Kidney
Disease (CKD): Clinical Practice Recommendation For Primary
Care Physican and Health Care Providers A Collaborative
Approach. In.Yee, J & Krol, D.Gregory (Eds). 6 th Edition. Los Angeles:
Henry Ford Hospital, PP. 28-30.
Cahyaningsih, Niken. 2011. Hemodialisis : Panduan Praktis Perawatan
Gagal Ginjal. Jogjakarta : Mitra Cendekia
Ecder, Tevfick., 2014. Renal and metabolic effects of valsartan.Anadolu
Kardiyol. 14 (Suppl 2): S14-S9.
Eknoyan, Garabed. 2009. Definition and Classification of Chronic Kidney
Disease. US Nephrology: 13-7.

Herdinan,HeatherT.Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan klasifikasi 2


012-2014.Jakarta: EGC. 2012

Indonesia Renal Registry (IRR). 2015. 8th Report of Indonesian Renal


Registry.
Lorraine M. Wilson ., sylvia A Price, 2005. Gangguan Sistem Ginjal, Gagal
Ginjal Kronik. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Edisi keenam. Volum 2. Jakarta: EGC, halaman: 914.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical
Guide to Understanding and Management. USA : Oxford University
Press. 2010.

Press. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi (diterjemahkan


oleh Nkhe Budhi subekti). Jakarta : EGC
Suwitra, K., 2009. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo, A.W., dkk. (Eds.)
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi kelima,Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-UI.
Suzanne C dan Brenda G Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Williams & Wilkins, Pennsylvania, United States of America p 342 Ashley.


C & Dunleavy.A, 2014.The Renal Drug Handbook The ultimate
Prescribing Guide For Renal Practitioners, 4 th Edition. CRC press.
New York London.

Anda mungkin juga menyukai