Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

NY. I DENGAN POST PARTUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners


Departemen Keperawatan Maternitas Di Ruang Kaber
RSU Pindad Turen

Oleh:
Nama : Octaviani Defi
NIM : 190614901265

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN NY. D DENGAN POST PARTUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners


Departemen Keperawatan Maternitas Di Ruang Kaber
RSU Pindad Turen

DISUSUN OLEH

Octaviani Defi
190614901265

Disetujui Oleh

Pembimbing Institusi Pembimbing Wahana Praktik

Nurma Afiani, S. Kep., Ns, M. Kep Nofi Astutik, Amd. Keb

LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM
A. Pengertian Post Partum
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
kembali sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama
masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Wikyosastro, 2016). Akan tetapi seluruh
alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan (Huliana, 2013). Selain itu
masa nifas / purperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu (Mitayani, 2012).
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Hadijono, 2016):
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya mencapainya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan
mempunyai komplikasi.

B. Etiologi
Menurut winkyosastro (2016), etiologi post partum dibagi menjadi
2, yaitu:
 Post partum dini
- Atonia uteri
- Laserasi jalan lahir atau robekan jalan lahir
- hematoma
 Post partum lambat
- Tertinggalnya sebagian plasenta
- Subinvolusi di daerah insersi plasenta
- Luka bekas sectio caesarea

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala post partum fisiologis menurut Mitayani (2012),
sebagai berikut:
- Peningkatan perdarahan : bekuan darah dan keluarnya jaringan
- Keluar darah segar terus menerus setelah ppersalinan
- Nyeri yang hebat
- Peningkatan suhu
- Perasaan kandug kemih yang penuh dan ketidakmampuan
mengosongkan
- Perluasan hematoma
- Muka pucat,dingin, kulit lembab,peningkatan HR ,chest pain,batuk.

D. FISIOLOGI
Perjalanan fisiologis ibu post partum menurut Huliana (2013),
sebagai berikut:
a) Involusi
Proses involusi mengurangi berat uterus dari 1000 gram seminggu
kemudian 500 gram, 2 minggu post partum 300 gram dan setelah
6 minggu post partum berat uterus menjadi 40 – 60 gram (berat
uterus normal : 30 gram). Involusi disebabkan oleh :
 Kontraksi retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus- menerus
sehingga mengakibatkan kompresi pembuluh darah darah dan
anemia setempat : Ishcemia.
 Autolisis : sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri
sehingga tertinggal jaringan fibroelastik dan jumlah remik sebagai
bukti kehamilan.
 Atrofi : jaringan berfoliperasi dengan adanya estrogen kemudian
atrofi sebagai reaksi terhadap produksi estrogen yang menyertai
pelepasan plasenta. Selama involusi vagina mengeluarkan sekret
yang dinamakan lochea, yang dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Hari ke 1 dan ke 2 Lochea Rubra, terdiri atas darah segar
bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-
sisa vernix caseosa lanugo dan mekonium.
2. Hari ke 3 dan 5 Lochea sanguilolenta, terdiri atas darah
bercampur lendir.
3. 1 minggu masa persalinan, lochea serosa berwarna agak
kuning.
4. Setelah 2 minggu (10-15) berwarna hanya cairan putih
atau kekuning-kuningan, warna itu disebabkan karena
banyak leukosit (Wiknjosastro, 2006 : 238).
b) Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada
kelenjar-kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi setelah
partus pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron
terhadap hypofisis hilang.
Laktasi mempunyai 2 pengertian, yaitu :
1. Pembentukan / produksi air susu.
2. Pengeluaran air susu.
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran
laktasi, refleks yang terjadi pada ibu yaitu prolaktin dan let down.
Kedua refleks ini bersumber dan perangsang puting susu akibat
isapan bayi meliputi :
 Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat
pada puting susu terangsang. rangsangan tersebut oleh
serabut afferent dibawa ke hipotalamus didasar otak. Lalu
dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang
memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah
melalui sirkulasi memacu sel kelenjar memproduksi air
susu.
 Reflek Let Down
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar
ke bagian belakang kelenjar hipofisis yang akan
dilepaskan hormon. Oksitosin masuk ke dalam darah dan
akan memacu otot-otot polos mengelilingi alveoli dan
duktuli dan sinus menuju puting susu (Huliana, 2003 : 33).

E. PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM MASA NIFAS


Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi
seperti sedia kala, sehingga banyak sekali perubahan-perubahan yang
terjadi menurut Manuaba (2013), sebagai berikut:
1. Perubahan dalam system reproduksi
a. Perubahan dalam uterus/rahim (involusi uterus)
b. Involusi tempat plasenta
c. Pengeluaran lochea
d. Perubahan pada perineum, vulva, dan vagina
2. Laktasi / pengeluaran Air Susu Ibu
Selama kehamilan horman estrogen dan progesterone menginduksi
perkembangan alveolus dan duktus lactiferas dari dalam mamae dan juga
merangsang kolostrum sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone
esdtrogen menurun memungkinkan terjadinya kenaikan kadar hormone
prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.
3. Perubahan system Pencernaan
Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam atau
2 jam setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas awal
dikarenakan kekurangan bahan makanan selama persalinan dan
pengendalian pada fase defekasi.
4. Perubahan system perkemihan
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering mengalami
kesukaran dalam buang air kecil, karena :
 Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun bledder penuh
 Uretra tersumbat karena perlukaan/udema pada dindingnya akibat
oleh kepala bayi
 Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring
5. Penebalan Sistem Muskuloskeletal
Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan
sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena
meregang setelah kehamilan. Perut menggantung sering dijumpai pada
multipara.
6. Perubahan Sistem Endokrin
Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen (hpl) dan
chorionia gonadotropin (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl
sudah tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesterone dalam
serum turun dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas. Diantara
wanita menyusui, kadar prolaktin meningkat setelah bayi disusui.
7. Perubahan Tanda-tanda Vital
Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,20C. Setelah partus dapat
naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,0 0C sesudah 12
jam pertama melahirkan. Bila >38,00C mungkin ada infeksi. Nadi dapat
terjadi bradikardi, bila takikardi dan badan tidak panas dicurigai ada
perdarahan berlebih/ada vitrum korelis pada perdarahan. Pada beberapa
kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang dengan sendirinya
apabila tidak ada penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan tanpa
pengobatan.
8. Perubahan system kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo
2 minngu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan
peningkatan factor pembekuan yang terjadi selama kehamilan masih
menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas fibrinolitik.
9. Perubahan Sistem Hematologik
Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama
persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000 – 30.000 tanpa
menjadi patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang
lama/panjang.
Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal masa nifas.
10. Perubahan Psikologis Postpartum
Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan
gejala-gejala depresi ringan sampai berat, yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal
ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak
memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk
menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu
berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air
kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995: ) Sedangkan
stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka
sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini
disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5
post partum

F. Penatalaksanaan Post Partum


Penatalaksanaan post partum menurut huliana Huliana (2013),
sebagai berikut:
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

H. Komplikasi
Komplikasi post partum dapat terjadi menurut Mitayani (2012),
yaitu:
1. Pembengkakan payudara
2. Mastitis (peradangan pada payudara)
3. Endometritis (peradangan pada endometrium)
4. Post partum blues
5. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri,
kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau
dari jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.
I. Pathways

PATHWAYS post partum Letting go phase

Estrogen & Progesteron


menurun Kehadiran anggota
Involusi uterus baru
Oksitosin meningkat Prolaktin
meningkat
Kontraksi
Kontraksi uterus cemas
uterus lambat
Isapan bayi Isapan bayi
Laserasi jalan lahir adekuat tidak adekuat
Atonia uteri Pelepasan jaringan perubahan
endometrium pola peran
Oksitosin meningkat Pembendungan ASI
perdarahan Vol. darah turun Servik & vagina

Lokhea
keluar Port of the entri Duktus & alveoli Payudara bengkak
Vol. Cairan turun Anemia akut kontraksi Ansietas

Kurang perawatan
Hb O2 turun Resiko infeksi
efektif Tidak efektif

hipoksia Invasi bakteri


ASI keluar ASI tidak keluar
Ketidakefektifan Nyeri Akut
Perfusi Jaringan Kuman
Daya tahan mudah masuk
Perrifer Resiko syok
tubuh turun
hipovolemik Ibu tidak tahu
bagaimana cara
menyusui bayinya
Kelemahan umum Intoleransi
aktivitas

Kurang
Pengetahuan
Defisit
perawatan diri
Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum
Asuhan keperawatan pengkajian, diagnosis keperawatan dan intervensi
menurut Mc Closky & Bulechek (2014); Meidian (2014); Gordon et.al. (2012),
sebagai berikut:
A. PENGKAJIAN
 Nama Klien digunakan untuk membedakan antar klien yang satu
dengan yang lain (Sastrawinata, 1983 : 154)
 Umur : Untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi
atau tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun.
 Suku / Bangsa :Untuk menentukan adat istiadat / budayanya
 Agama :Untuk menentukan bagaimana kita memberikan
dukungan kepada ibu selama memberikan asuhan.
 Pekerjaan ekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu
kelelahan secara tidak langsung dapat menyebabkan involusi dan
laktasi terganggu sehingga masa nifas pun jadi terganggu pada
ibu nifas normal.
 Alamat :Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat
tinggal.

 Anamnesa (Data Subjektif)


 Tanggal / jam :Untuk mengetahui kapan klien datang dan
mendapatkan pelayanan.
 Keluhan : Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu setelah
melahirkan.
 Riwayat kehamilan dan persalinan :Untuk mengetahui apakah
klien melahirkan secara spontan atau SC. Pada ibu nifas normal
klien melahirkan spontan.
 Riwayat persalinan :
 Jenis Pesalinan :Spontan atau SC. Pada ibu nifas normal
klien melahirkan normal.
 Komplikasi dalam persalinan :Untuk mengetahui selama
persalinan normal atau tidak.
 Placenta ilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan
lengkap atau tidak, ada kelainan atau tidak, ada sisa
placenta atau tidak.
 Tali pusat :Normal atau tidak, normalnya 45-50 cm.
 Perineum :Untuk mengetahui apakah perineum ada
robekan atau tidak. Pada nifas normal perineum dapat
utuh atau ada robekan, pada nifas normal pun bisa juga
dilakukan episotomi.
 Perdarahan :
Untuk mengetahui jumlah darah yang keluar pada kala I,
II, III selama proses persalinan, pada nifas normal
pendarahan tidak boleh lebih dari 500 cc.
 Proses persalinan Bayi
 Tanggal lahir : untuk mengetahui usia bayi
 Tekanan darah pada nifas normal < 120 / 80 mmHg.
 Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit  Pernapasan
pada nifas normal 16 – 20 x/menit, suhu normalnya 36BB
dan PB : untuk mengetahui BB bayi normal atau tidak
Normalnya > 2500 gr
 BBLR < 2500 gr, makrosomi > 4000 gr.
 Cacat bawaan : bayi normal atau tidak
 Air ketuban : Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya
putih keruh. Banyaknya normal atau tidak normalnya 500-
1000 cc.

 Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)


a. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan ibu secara umum
nifas normal biasanya baik.
b. Keadaan emosional
Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil / tidak dan
apakah terjadi post partum blues (depresi) pada post partum pada
klien tersebut. Pada ibu nifas normal keadaan emosional stabil.
c. Tanda Vital
36,40C sampai 37,40C.
d. Pemeriksaan fisik
 Muka
- Kelopak mata : ada edema atau tidak
- Konjungtiva : Merah muda atau pucat
- Sklera : Putih atau tidak
 Mulut dan gigi : Lidah bersih, gigi : ada karies atau tidak
ada.
 Leher
- Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak
- Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak.
 Dada
- Jantung : irama jantung teratur
- Paru-paru : ada ronchi dan wheezing atau tidak
 Payudara
Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau
tidak, pengeluaran colostrum (Mochtar, 1990 : 102).
 Punggung dan pinggang
Posisi tulang belakang : normal atau tidak dan tidak normal
bila ditemukan lordosis.
CVAT : ada / tidak nyeri ketuk. Normalnya tidak ada.
 Abdomen
Bekas luka operasi : untuk mengetahui apakah pernah SC
atau operasi lain.
Konsistensi : keras atau tidak benjolan ada atau tidak
Pembesaran Lien (liver) : ada atau tidak
e. Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus,
konsistensi uterus, posisi uterus. Pada ibu nifas normal TFU 2 jari
di bawah pusat kontraksinya baik. Konsistensinya keras dan posisi
uterus di tengah.
f. Pengeluaran lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada
umumnya ada kelainann atau tidak. Pada ibu nifas yang normal 1
hari post partum loceha warna merah jumlah + 50 cc, bau : dan
konsistensi encer (Mochtar, 1998 : 116).
g. Perineum
Untuk mengetahui apakah ada perineum ada bekas jahitan atau
tidak, juga tentang jahitan perineum klien. Pada nifas normal
perineum bisa juga terdapat ada bekas jahitan bisa juga tidak ada,
perineumnya bersih atau tidak.
h. Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, para
ibu nifas normal kandung kemih tidak teraba.
i. Extremitas atas dan bawah
- Edema : ada atau tidak
- Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak
- Kemerahan : ada atau tidak
- Varices : ada atau tidak
- Reflek patella : kanan kiri +/-, normalnya +
- Reflek lutut negatif pada hypovitaminase B1 dan penyakit
urat syarat
- Tanda hooman : +/-+ bila tidak ditemukan rasa
nyeri (Mochtar, 1998 : 102)
 Uji Diagnostik
- Darah : pemeriksaan Hb
HB ibu nifas normal : Hb normal 11 gram %
- Golongan darah
Pemeriksaan golongan darah penting untuk transfusi darah
apabila terjadi komplikasi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan
saluran kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi;
diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
7. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.

C. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Rasional
Keperawatan Hasil Intervensi
Nyeri akut b/d NOC : Pain Management
agen injuri fisikv Pain Level, § Lakukan
(peregangan v Pain control, pengkajian nyeri · Mengetahui tingkat
perineum; lukav Comfort level secara pengalaman nyeri
episiotomi; Setelah dilakukan komprehensif klien dan tindakan
involusi uteri; askep selama …x 24 termasuk lokasi, keperawatan yang
hemoroid; jam, diharapkan nyeri karakteristik, akan dilakukan
pembengkakan berkurang durasi, frekuensi, untuk mengurangi
payudara). Kriteria Hasil : kualitas dan faktor nyeri
v Mampu mengontrol presipitasi · Reaksi terhadap
nyeri (tahu penyebab (PQRST) nyeri biasanya
nyeri, mampu § Observasi reaksi ditunjukkan dengan
menggunakan tehnik nonverbal dari reaksi non verbal
nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan tanpa disengaja.
mengurangi nyeri, § Gunakan teknik · Mengetahui
mencari bantuan) komunikasi pengalaman nyeri
v Melaporkan bahwa terapeutik untuk
nyeri berkurang mengetahui
dengan menggunakan pengalaman nyeri
manajemen nyeri pasien · Penanganan nyeri
v Mampu mengenali § Ajarkan tentang tidak selamanya
nyeri (skala, teknik non diberikan obat.
intensitas, frekuensi farmakologi Nafas dalam dapat
dan tanda nyeri) § Evaluasi membantu
v Menyatakan rasa keefektifan kontrol mengurangi tingkat
nyaman setelah nyeri nyeri nyeri
berkurang § Motivasi untuk · Mengetahui
v Tanda vital dalam meningkatkan keefektifan control
rentang normal asupan nutrisi nyeri
TD : 120-140 /80 – 90 yang bergizi. · Mengurangi rasa
mmHg § Tingkatkan nyeri Menentukan
RR : 16 – 24 x/mnt istirahat intervensi
N : 80- 100 x mnt § Latih mobilisasi keperawatan sesuai
T : 36,5o C – 37,5 o miring kanan skala nyeri.
C miring kiri jika · Mengidentifikasi
kondisi klien mulai penyimpangan dan
membaik kemajuan
· Kaji kontraksi berdasarkan involusi
uterus, proses uteri.
involusi uteri.
· Anjurkan pasien · Mengurangi
untuk membasahi ketegangan pada
perineum dengan luka perineum.
air hangat sebelum
berkemih.
· Anjurkan dan · Melatih ibu
latih pasien cara mengurangi
merawat payudara bendungan ASI dan
secara teratur. memperlancar
· Jelaskan pada pengeluaran ASI.
ibu tetang teknik · Mencegah infeksi
merawat luka dan kontrol nyeri
perineum dan pada luka perineum.
mengganti PAD
secara teratur
setiap 3 kali sehari · Mengurangi
atau setiap kali intensitas nyeri
lochea keluar denagn menekan
banyak. rangsnag nyeri pada
· Kolaborasi dokter nosiseptor.
tentang pemberian
analgesik
Resiko defisit v Fluid balance Fluid management· Mengidentifikasi
volume cairanv Hydration · Obs Tanda-tanda penyimpangan
b/d Setelah dilakukan vital setiap 4 jam. indikasi kemajuan
pengeluaran askep selama …x 24 · Obs Warna urine. atau penyimpangan
yang jam, Pasien dapat · Status umum dari hasil yang
berlebihan; mendemostrasikan setiap 8 jam. diharapkan.
perdarahan; status cairan · Pertahankan ·
diuresis; membaik. catatan intake dan Memenuhi
keringat Kriteria evaluasi: tak output yang akurat kebutuhan cairan
berlebihan. ada manifestasi · Monitor status tubuh klien
dehidrasi, resolusi hidrasi · Menjaga
oedema, haluaran ( kelembaban status balance
urine di atas 30 membran mukosa, cairan klien
ml/jam, kulit nadi adekuat,
kenyal/turgor kulit tekanan darah
baik. ortostatik ), jika
diperlukan ·
· Monitor masukan Memenuhi
makanan / cairan kebutuhan cairan
dan hitung intake tubuh klien
kalori harian ·
· Lakukan terapi IV Memenuhi
· Berikan cairan kebutuhan cairan
· Dorong masukan tubuh klien
oral
· Beritahu dokter · Temuan-temuan
bila: haluaran urine ini menandakan
< 30 ml/jam, haus, hipovolemia dan
takikardia, gelisah, perlunya
TD di bawah peningkatan cairan.
rentang normal,
urine gelap atau · Mencegah pasien
encer gelap. jatuh ke dalam
· Konsultasi dokter kondisi kelebihan
bila manifestasi cairan yang
kelebihan cairan beresiko terjadinya
terjadi. oedem paru.
· Pantau: cairan · Mengidentifikasi
masuk dan cairan keseimbangan
keluar setiap 8 cairan pasien
jam. secara adekuat dan
teratur.

Perubahan Setelah dilakukan · Kaji haluaran · Mengidentifikasi


pola eleminasi askep selama …x 24 urine, keluhan penyimpangan
BAK (disuria) jam, Pola eleminasi serta keteraturan dalam pola
b/d trauma (BAK) pasien teratur. pola berkemih. berkemih pasien.
perineum dan Kriteria hasil: · Anjurkan pasien · Ambulasi dini
saluran kemih. eleminasi BAK lancar, melakukan memberikan
disuria tidak ada, ambulasi dini. rangsangan untuk
bladder kosong, · Anjurkan pasien pengeluaran urine
keluhan kencing tidak untuk membasahi dan pengosongan
ada. perineum dengan bladder.
air hangat sebelum· Membasahi
berkemih. bladder dengan air
· Anjurkan pasien hangat dapat
untuk berkemih mengurangi
secara teratur. ketegangan akibat
· Anjurkan pasien adanya luka pada
untuk minum bladder.
2500-3000 ml/24 · Menerapkan pola
jam. berkemih secara
· Kolaborasi untuk teratur akan melatih
melakukan pengosongan
kateterisasi bila bladder secara
pasien kesulitan teratur.
berkemih. · Minum banyak
mempercepat filtrasi
pada glomerolus
dan mempercepat
pengeluaran urine.
· Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran urine
untuk mencegah
stasis urine.
Perubahan Setelah dilakukan · Kaji pola BAB, · Mengidentifikasi
pola eleminasi askep selama …x 24 kesulitan BAB, penyimpangan serta
BAB jam, Pola eleminasi warna, bau, kemajuan dalam
(konstipasi) b/d (BAB) teratur. konsistensi dan pola eleminasi
kurangnya Kriteria hasil: pola jumlah. (BAB).
mobilisasi; diet eleminasi teratur, · Anjurkan · Ambulasi dini
yang tidak feses lunak dan warna ambulasi dini. merangsang
seimbang; khas feses, bau khas · Anjurkan pasien pengosongan
trauma feses, tidak ada untuk minum rektum secara lebih
persalinan. kesulitan BAB, tidak banyak 2500-3000 cepat.
ada feses bercampur ml/24 jam. · Cairan dalam
darah dan lendir, jumlah cukup
konstipasi tidak ada. · Kaji bising usus mencegah
setiap 8 jam. terjadinya
· Pantau berat penyerapan cairan
badan setiap hari. dalam rektum yang
· Anjurkan pasien dapat menyebabkan
makan banyak feses menjadi keras.
serat seperti buah-· Bising usus
buahan dan sayur- mengidentifikasikan
sayuran hijau. pencernaan dalam
kondisi baik.
· Mengidentifiakis
adanya penurunan
BB secara dini.
· Meningkatkan
pengosongan feses
dalam rektum.
Gangguan Setelah dilakukan · Kaji toleransi · Parameter
pemenuhan askep selama …x 24 pasien terhadap menunjukkan
ADL b/d jam, ADL dan aktifitas respon fisiologis
immobilisasi; kebutuhan beraktifitas menggunakan pasien terhadap
kelemahan. pasien terpenuhi parameter berikut: stres aktifitas dan
secara adekuat. nadi 20/mnt di atas indikator derajat
Kriteria hasil: frek nadi istirahat, penagruh kelebihan
- Menunjukkan catat peningaktan kerja jnatung.
peningkatan dalam TD, dispnea, nyeri
beraktifitas. dada, kelelahan
- Kelemahan dan berat, kelemahan, · Menurunkan kerja
kelelahan berkurang. berkeringat, pusing miokard/komsumsi
- Kebutuhan ADL atau pinsan. oksigen ,
terpenuhi secara · Tingkatkan menurunkan resiko
mandiri atau dengan istirahat, batasi komplikasi.
bantuan. aktifitas pada
- frekuensi dasar nyeri/respon · Stabilitas fisiologis
jantung/irama dan Td hemodinamik, pada istirahat
dalam batas normal. berikan aktifitas penting untuk
- kulit hangat, merah senggang yang menunjukkan tingkat
muda dan kering tidak berat. aktifitas individu.
· Kaji kesiapan
untuk
meningkatkan · Komsumsi oksigen
aktifitas contoh: miokardia selama
penurunan berbagai aktifitas
kelemahan/kelelah dapat meningkatkan
an, TD stabil/frek jumlah oksigen yang
nadi, peningaktan ada. Kemajuan
perhatian pada aktifitas bertahap
aktifitas dan mencegah
perawatan diri. peningkatan tiba-
· Dorong tiba pada kerja
memajukan jantung.
aktifitas/toleransi · Teknik
perawatan diri. penghematan energi
menurunkan
· Anjurkan keluarga penggunaan energi
untuk membantu dan membantu
pemenuhan keseimbangan
kebutuhan ADL suplai dan
pasien. kebutuhan oksigen.
· Jelaskan pola · Aktifitas yang maju
peningkatan memberikan kontrol
bertahap dari jantung,
aktifitas, contoh: meningaktkan
posisi duduk regangan dan
ditempat tidur bila mencegah aktifitas
tidak pusing dan berlebihan.
tidak ada nyeri,
bangun dari
tempat tidur,
belajar berdiri dst.

Resiko infeksi Setelah dilakukan · Pantau: vital sign, · Mengidentifikasi


b/d trauma askep selama …x 24 tanda infeksi. penyimpangan dan
jalan lahir. jam, Infeksi tidak kemajuan sesuai
terjadi. · Kaji pengeluaran intervensi yang
Kriteria hasil: tanda lochea, warna, bau dilakukan.
infeksi tidak ada, luka dan jumlah. · Mengidentifikasi
episiotomi kering dan · Kaji luka perineum, kelainan
bersih, takut berkemih keadaan jahitan. pengeluaran lochea
dan BAB tidak ada. secara dini.
· Keadaan luka
· Anjurkan pasien perineum
membasuh vulva berdekatan dengan
setiap habis daerah basah
berkemih dengan mengakibatkan
cara yang benar kecenderunagn luka
dan mengganti untuk selalu kotor
PAD setiap 3 kali dan mudah terkena
perhari atau setiap infeksi.
kali pengeluaran · Mencegah infeksi
lochea banyak. secara dini.
· Pertahnakan
teknik septik
aseptik dalam
merawat pasien
(merawat luka · Mencegah
perineum, kontaminasi silang
merawat terhadap infeksi.
payudara,
merawat bayi).

DAFTAR PUSTAKA

Gordon et.al. 2012. Nursing Diagnoses: Definition and Clasification 2014-


2019. Philadelphia: USA.
Hadijono, S. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
Huliana, M. 2013. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta: Puspa Swara.
Manuaba, Ida, B., dkk. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Mc Closky & Bulechek. 2014. Nursing Intervention Classification (NIC).
United States of America: Mosby.
Meidian, JM. 2014. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of
America: Mosby.
Mitayani. 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Wikyosastro, H. 2016. Ilmu Kebidanan, Edisi IX. Jakarta: YBP-SP.

Anda mungkin juga menyukai