Oleh:
Nama : Octaviani Defi
NIM : 190614901265
DISUSUN OLEH
Octaviani Defi
190614901265
Disetujui Oleh
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM
A. Pengertian Post Partum
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
kembali sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama
masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Wikyosastro, 2016). Akan tetapi seluruh
alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan (Huliana, 2013). Selain itu
masa nifas / purperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu (Mitayani, 2012).
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Hadijono, 2016):
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya mencapainya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan
mempunyai komplikasi.
B. Etiologi
Menurut winkyosastro (2016), etiologi post partum dibagi menjadi
2, yaitu:
Post partum dini
- Atonia uteri
- Laserasi jalan lahir atau robekan jalan lahir
- hematoma
Post partum lambat
- Tertinggalnya sebagian plasenta
- Subinvolusi di daerah insersi plasenta
- Luka bekas sectio caesarea
D. FISIOLOGI
Perjalanan fisiologis ibu post partum menurut Huliana (2013),
sebagai berikut:
a) Involusi
Proses involusi mengurangi berat uterus dari 1000 gram seminggu
kemudian 500 gram, 2 minggu post partum 300 gram dan setelah
6 minggu post partum berat uterus menjadi 40 – 60 gram (berat
uterus normal : 30 gram). Involusi disebabkan oleh :
Kontraksi retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus- menerus
sehingga mengakibatkan kompresi pembuluh darah darah dan
anemia setempat : Ishcemia.
Autolisis : sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri
sehingga tertinggal jaringan fibroelastik dan jumlah remik sebagai
bukti kehamilan.
Atrofi : jaringan berfoliperasi dengan adanya estrogen kemudian
atrofi sebagai reaksi terhadap produksi estrogen yang menyertai
pelepasan plasenta. Selama involusi vagina mengeluarkan sekret
yang dinamakan lochea, yang dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Hari ke 1 dan ke 2 Lochea Rubra, terdiri atas darah segar
bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-
sisa vernix caseosa lanugo dan mekonium.
2. Hari ke 3 dan 5 Lochea sanguilolenta, terdiri atas darah
bercampur lendir.
3. 1 minggu masa persalinan, lochea serosa berwarna agak
kuning.
4. Setelah 2 minggu (10-15) berwarna hanya cairan putih
atau kekuning-kuningan, warna itu disebabkan karena
banyak leukosit (Wiknjosastro, 2006 : 238).
b) Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada
kelenjar-kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi setelah
partus pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron
terhadap hypofisis hilang.
Laktasi mempunyai 2 pengertian, yaitu :
1. Pembentukan / produksi air susu.
2. Pengeluaran air susu.
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran
laktasi, refleks yang terjadi pada ibu yaitu prolaktin dan let down.
Kedua refleks ini bersumber dan perangsang puting susu akibat
isapan bayi meliputi :
Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat
pada puting susu terangsang. rangsangan tersebut oleh
serabut afferent dibawa ke hipotalamus didasar otak. Lalu
dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang
memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah
melalui sirkulasi memacu sel kelenjar memproduksi air
susu.
Reflek Let Down
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar
ke bagian belakang kelenjar hipofisis yang akan
dilepaskan hormon. Oksitosin masuk ke dalam darah dan
akan memacu otot-otot polos mengelilingi alveoli dan
duktuli dan sinus menuju puting susu (Huliana, 2003 : 33).
H. Komplikasi
Komplikasi post partum dapat terjadi menurut Mitayani (2012),
yaitu:
1. Pembengkakan payudara
2. Mastitis (peradangan pada payudara)
3. Endometritis (peradangan pada endometrium)
4. Post partum blues
5. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri,
kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau
dari jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.
I. Pathways
Lokhea
keluar Port of the entri Duktus & alveoli Payudara bengkak
Vol. Cairan turun Anemia akut kontraksi Ansietas
Kurang perawatan
Hb O2 turun Resiko infeksi
efektif Tidak efektif
Kurang
Pengetahuan
Defisit
perawatan diri
Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum
Asuhan keperawatan pengkajian, diagnosis keperawatan dan intervensi
menurut Mc Closky & Bulechek (2014); Meidian (2014); Gordon et.al. (2012),
sebagai berikut:
A. PENGKAJIAN
Nama Klien digunakan untuk membedakan antar klien yang satu
dengan yang lain (Sastrawinata, 1983 : 154)
Umur : Untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi
atau tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun.
Suku / Bangsa :Untuk menentukan adat istiadat / budayanya
Agama :Untuk menentukan bagaimana kita memberikan
dukungan kepada ibu selama memberikan asuhan.
Pekerjaan ekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu
kelelahan secara tidak langsung dapat menyebabkan involusi dan
laktasi terganggu sehingga masa nifas pun jadi terganggu pada
ibu nifas normal.
Alamat :Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat
tinggal.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan
saluran kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi;
diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
7. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
C. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Rasional
Keperawatan Hasil Intervensi
Nyeri akut b/d NOC : Pain Management
agen injuri fisikv Pain Level, § Lakukan
(peregangan v Pain control, pengkajian nyeri · Mengetahui tingkat
perineum; lukav Comfort level secara pengalaman nyeri
episiotomi; Setelah dilakukan komprehensif klien dan tindakan
involusi uteri; askep selama …x 24 termasuk lokasi, keperawatan yang
hemoroid; jam, diharapkan nyeri karakteristik, akan dilakukan
pembengkakan berkurang durasi, frekuensi, untuk mengurangi
payudara). Kriteria Hasil : kualitas dan faktor nyeri
v Mampu mengontrol presipitasi · Reaksi terhadap
nyeri (tahu penyebab (PQRST) nyeri biasanya
nyeri, mampu § Observasi reaksi ditunjukkan dengan
menggunakan tehnik nonverbal dari reaksi non verbal
nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan tanpa disengaja.
mengurangi nyeri, § Gunakan teknik · Mengetahui
mencari bantuan) komunikasi pengalaman nyeri
v Melaporkan bahwa terapeutik untuk
nyeri berkurang mengetahui
dengan menggunakan pengalaman nyeri
manajemen nyeri pasien · Penanganan nyeri
v Mampu mengenali § Ajarkan tentang tidak selamanya
nyeri (skala, teknik non diberikan obat.
intensitas, frekuensi farmakologi Nafas dalam dapat
dan tanda nyeri) § Evaluasi membantu
v Menyatakan rasa keefektifan kontrol mengurangi tingkat
nyaman setelah nyeri nyeri nyeri
berkurang § Motivasi untuk · Mengetahui
v Tanda vital dalam meningkatkan keefektifan control
rentang normal asupan nutrisi nyeri
TD : 120-140 /80 – 90 yang bergizi. · Mengurangi rasa
mmHg § Tingkatkan nyeri Menentukan
RR : 16 – 24 x/mnt istirahat intervensi
N : 80- 100 x mnt § Latih mobilisasi keperawatan sesuai
T : 36,5o C – 37,5 o miring kanan skala nyeri.
C miring kiri jika · Mengidentifikasi
kondisi klien mulai penyimpangan dan
membaik kemajuan
· Kaji kontraksi berdasarkan involusi
uterus, proses uteri.
involusi uteri.
· Anjurkan pasien · Mengurangi
untuk membasahi ketegangan pada
perineum dengan luka perineum.
air hangat sebelum
berkemih.
· Anjurkan dan · Melatih ibu
latih pasien cara mengurangi
merawat payudara bendungan ASI dan
secara teratur. memperlancar
· Jelaskan pada pengeluaran ASI.
ibu tetang teknik · Mencegah infeksi
merawat luka dan kontrol nyeri
perineum dan pada luka perineum.
mengganti PAD
secara teratur
setiap 3 kali sehari · Mengurangi
atau setiap kali intensitas nyeri
lochea keluar denagn menekan
banyak. rangsnag nyeri pada
· Kolaborasi dokter nosiseptor.
tentang pemberian
analgesik
Resiko defisit v Fluid balance Fluid management· Mengidentifikasi
volume cairanv Hydration · Obs Tanda-tanda penyimpangan
b/d Setelah dilakukan vital setiap 4 jam. indikasi kemajuan
pengeluaran askep selama …x 24 · Obs Warna urine. atau penyimpangan
yang jam, Pasien dapat · Status umum dari hasil yang
berlebihan; mendemostrasikan setiap 8 jam. diharapkan.
perdarahan; status cairan · Pertahankan ·
diuresis; membaik. catatan intake dan Memenuhi
keringat Kriteria evaluasi: tak output yang akurat kebutuhan cairan
berlebihan. ada manifestasi · Monitor status tubuh klien
dehidrasi, resolusi hidrasi · Menjaga
oedema, haluaran ( kelembaban status balance
urine di atas 30 membran mukosa, cairan klien
ml/jam, kulit nadi adekuat,
kenyal/turgor kulit tekanan darah
baik. ortostatik ), jika
diperlukan ·
· Monitor masukan Memenuhi
makanan / cairan kebutuhan cairan
dan hitung intake tubuh klien
kalori harian ·
· Lakukan terapi IV Memenuhi
· Berikan cairan kebutuhan cairan
· Dorong masukan tubuh klien
oral
· Beritahu dokter · Temuan-temuan
bila: haluaran urine ini menandakan
< 30 ml/jam, haus, hipovolemia dan
takikardia, gelisah, perlunya
TD di bawah peningkatan cairan.
rentang normal,
urine gelap atau · Mencegah pasien
encer gelap. jatuh ke dalam
· Konsultasi dokter kondisi kelebihan
bila manifestasi cairan yang
kelebihan cairan beresiko terjadinya
terjadi. oedem paru.
· Pantau: cairan · Mengidentifikasi
masuk dan cairan keseimbangan
keluar setiap 8 cairan pasien
jam. secara adekuat dan
teratur.
DAFTAR PUSTAKA