Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

AN. A DENGAN DF (DENGUE FEVER)

Disusun untuk memenuhi tugas laporan individu praktek profesi ners


departemen keperawatan anak di ruang Unit 1
RSU Pindad Turen

Oleh:
Nama : Octaviani Defi
NIM : 190614901265

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN AN. A DENGAN DF


(DENGUE FEVER)

Disusun untuk memenuhi tugas laporan individu praktek profesi ners


departemen keperawatan anak di ruang Unit 1
RSU Pindad Turen

DISUSUN OLEH

Octaviani Defi
190614901265

Disetujui Oleh

Pembimbing Institusi Pembimbing Wahana Praktik

(...................................................) (.............................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
DF (DENGUE FEVER)

1. Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam. Demam
berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut, dengan ciri-ciri demam
manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Sudoyo, 2006).
Demam dengue (dengue fever, selanjutnya di singkat DF) adalah
penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau dewasa, dengan tanda-
tanda klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leucopenia,
dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala, yang
hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa pengecap yang terganggu,
trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (petekie) spontan
(Hendarwanto, 2000).

2. Etiologi
Penyebab terjadinya nyeri dipengaruhi beberapa hal menurut Mubarak
(2017), sebagai berikut:
a) Trauma. Trauma ini juga terbagi menjadi beberapa macam penyebab
trauma ini terbagi menjadi :
 Mekanik. Rasa nyeri yang diakibatkan oleh mekanik ini timbul akibat
ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan. Contoh dari nyeri akibat
trauma mekanik ini adalah akibat adanya benturan, gesekan, luka dan
lain-lain.
 Thermis. Nyeri karena hal ini timbul karena ujung saraf reseptor
mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
 Khemis. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya kontak dengan zat kimia
yang bersifat asam atau pun basa kuat.
 Elektrik. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya pengaruh aliran listrik
yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan
otot dan luka bakar.
b) Neoplasma. Neoplasma ini juga terbagi menjadi dua yaitu :
 Neoplasma Jinak.
 Neoplasma Ganas.
c) Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah. Hal ini dapat
dicontohkan pada pasien dengan infark miokard akut atau pun angina
pektoris yang dirasakan adalah adanya nyeri dada yang khas.
d) Peradangan. Nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan ujung-ujung
saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.
Contohnya adalah nyeri karena abses.
e) Trauma psikologis.

3. Tanda dan gejala


Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup tanda dan gejala
menurut wartonah (2010) sebagai berikut:
a) Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
b) Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
c) Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan
gerakan jari-jari & tangan)
d) Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,
Menghindari kontak sosial,
e) Penurunan rentang perhatian dan fokus pada aktivitas menghilangkan
nyeri
f) Individu yang mengalami nyeri dengan mendadak dapat bereaksi sangat
berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau
menjadi kronis yaitu nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat
individu terlalu letih untuk merintih atau menangis, pasien dapat tidur,
bahkan dengan nyeri hebat, pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam
aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap
nyeri.

4. Klasifikasi
Klasifikasi nyeri terbagi dalam beberapa kelompok menurut Mubarak
(2017), sebagai berikut:
1. Nyeri akut
Selang waktunya lebih singkat dengan tanda – tanda klinis antara laina
berkeringat banyak, tekanan darah naik, nadi naik, pucat dan dengan
respon pasien, umunya menaggis, teriak atau mengusap daerah yang
nyeri.
2. Nyeri kronik
Mempunyai selang waktu yang lebik lama dan dapat berlangsung lebih
dari enam bulan.
3. Nyeri intensitasnya
- Nyeri berat (7 – 10)
- Nyeri sedang (3 – 6)
- Nyeri ringan (0 – 3)
4. Nyeri berdasarkan tempatnya
a. Pheriperal pain, yakni nyeri yang terasa pada permukaan tubuh,
misalnya pada kulit, mukosa
b. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih
dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.
c. Refered pain, yakni nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh di
daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
d. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada
sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus dan lain-lain.
5. Nyeri berdasarkan sifatnya
a. Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
b. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan
dalam waktu lama.
c. Proxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
sekali. Nyeri tersebut biasanya ± 10-15 menit, lalu menghilang,
kemudian timbul lagi.
5. Patofisiologi dan pathway
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf
perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari
beberapa rute saraf dan akhirnya samapai didalam massa berwarna abu – abu
di medula spinalis. Terdapat tesan nyeri dapat berinteraksi dengan inhibitor,
mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa
hambatan kekorteks cerebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks cerebral,
maka otak menginterprestasikan kualitas nyeri dan memproses informasi tentang
pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosoasi kebudayaan dalam
upaya mempersepsikan nyeri (Muhammad, dkk, 2016).
Semua kerusakan seluler disebabkan oleh stimulus termal, mekanik,
kimiawi atau stimulus listrik menyebabkan pelepasan substansi yang
mengahasilkan nyeri (Muhammmad, dkk, 2016)

Pathway Nyeri
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mengetahui nyeri disebabkan oleh
penyakit menurut Asmadi (2013), sebagai berikut:
a) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di
abdomen
b) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c) Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemeriksaan kimia klinik
d) Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi terhadap nyeri
menurut Mubarak (2017), sebagai berikut:
a) Distraksi
Metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan pasien
pada hal – hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang
dialami
b) Relaksasi
Metode untuk menghilangkan nyeri dengan teknik menarik nafas dalam –
dalam kemudian dihembuskan sambil dibiarkan tubuh kendor
c) Kompres hangat atau dingin
d) Stimulasi kulit
Stimulasi dapat dilakukan dengan cara pemberian kompres dingin,
balsam, analgetik, dan stimulasi kontra lateral (menstimulasi kulit pada
arah yang berlawanan)
e) Placebo
Suatu bentuk tindakan misalnya pengobatan atau tindakan keperawatan
yang mempunyai efek pada pasien akibat sugesti pada kandungan fisik
atau kimianya.
f) Kolaborasi dengan dokter untuk terapi analgetik: SAID (Steroid Anti-
Inflamasion Drugs), dua jenis utama SAID murni: agonis murni dan
kombinasi agonis-integonis

8. Asuhan keperawatan
a) Pengkajian Keperawatan
Pengkajian terhadap nyeri menurut Wartonah (2010), sebagai berikut:
1. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
- Alasan masuk rumah sakit
- Faktor pencetus
- Faktor memperberat nyeri ; ketakutan, kelelahan.
- Keluhan utama
- Timbulnya keluhan
- Pemahamanaan penatalaksanaan masalah kesehatan
- Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
- Diagnosa medik
b. Status kesehatan masa lalu
- Penyakit yang pernah dialami
- Pernah dirawat
- Operasi
- Riwayat alergi
- Status imunisasi
- Kebiasaan obat – obatan
2. Pengakajian riwayat nyeri
- Sifat nyeri ; ( P, Q, R, S, T )
P : provocating ( pemacu ) dan paliative yaitu faktor yang
meningkatkan atau mengurangi nyeri
Q : Quality dan Quantity
 Supervisial : tajam, menusuk, membakar
 Dalam : tajam, tumpul, nyeri terus
 Visceral : tajam, tumpul, nyeri terus, kejang
R : region atau radiation ( area atau daerah ) : penjalaran
S : severty atau keganasan : intensitas nyeri
T : time ( waktu serangan, lamanya, kekerapan muncul.
- Lokasi
- Intensitas
- Kualitas dan karakteristik
- Waktu terjadinya dan interval dan respon nyeri
b) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Herlman, dkk (2015),
sebagai berikut:
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan ikat, pembuluh darah dan
membran mukosa
2. Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan peningkatan
energi akibat penyakit kronis dan perubahan kimia tubuh
3. Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, perubahan sendi dan
kerusakan neuromuskular
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan
fungsi tubuh, ruam, lesi, dan purpura.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ruam, lesi, edema,
perubahan sirkulasi dan hambatan mobilitas fisik.

c) Intervensi
Intervensi yang muncul sesuai diagnosa di atas menurut Wilkinson
(2017), sebagai berikut:
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan ikat, pembuluh darah dan
membran mukosa
Tujuan dan kriteria hasil (NOC ) :
- Perubahan dalam rasa nyaman
- Penurunan tingkat nyeri
- Melakukan tindakan nyeri
- Perasaan senang fisik dan psikologis
Intervensi ( NIC ) :
- Lakukan pengkajian yang komprehensif dari nyeri: lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan presipitasi.
- Eksplorasi faktor yang mempengaruhi nyeri
- Obsrvasi respon nonverbal karena ketidaknyamanan
- Evaluasi perkembangan masa lalu terhadap nyeri
- Catat perkembangan tingakat nyeriberikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab, lamanya, dan antisipasi terhadap kenyamanaan
nyeri
- Berikan strategi nonfarmakologik sebelum dilakukan prosedur yang
menyakitkan
- Gunakan komunikasi terapeutik untuk meningkatkan pengetahuan
nyeri dan penerimaan respon klien
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
2. Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan peningkatan
energi akibat penyakit kronis dan perubahan kimia tubuh
Tujuan dan kriteria hasil ( NOC ) ;
- Mengikutsertakan pasien dalam tindakan sebagai bagian dari
aktivitas hidup sehari-hari yang diperlukan.
- Beradaptasi dengan konsentrasi dan penghematan energi
- Meningatkan daya tahan adekuat untuk beraktivitas
- Dapat beraktivitas dalam melakukan kegiatan sehari - hari
- Tidak letih dan lemas
Intervensi ( NIC ) :
- Pantau pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya
- Pantau respon kardiorespirasi terhadap aktivitas misalnya.
Takikardi, disritmia, dispnea, pucat, dan frekuensi napas
- Pantau lokasi dan sifat ketidak nyamanaan atau nyeri selama
gerak atau beraktivitas
- Pantau adnya keletihan fisik dan emosi yang berlebihan pada
pasien
- Pantau asupan nutrisi untuk menjamin keadekuatan sumber energi
- Jelaskan pada pasien tentang penyebab keletihan dan proses atau
kondisi penyakit
- Ajarkan pasien mengenalai tanda dan gejala keletihan yang
memerlukan pengurangan aktivitas
- Ajarkan tehnik pengaturan aktivitas untuk mencegah keletihan
- Konsultasikan pada ahli gizi dengan pemberian asupan makanan
berenergi tinggi
- Rencanakan aktivitas yang mengurangi keletihan pada pasien
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari - hari
sesuai dengan kebutuhan
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, perubahan sendi
dan kerusakan neuromuskular
Tujuan dan kriteria hasil (NOC):
- Mendapatkan dan mempertahankan mobilitas fungsional yang
optimal
- Melakukan aktivitas sehari- hari secara mandiri
- Menyangga berat badan
- Berjalan dengan menggunakan langkah – langkah yang benar
- Menggunakan alat bantu secara benar dengan pengawasan
Intervensi ( NIC ) :
- Kaji kebutuhan bantuan pelayanan kesehatan akan peralatan
pengobatan yang tahan lama
- Bantu berjalan untuk mempertahankan fungsi tubuh
- Bantu pasien dengan penggunaan pergerakkan rom aktif atau pasif
untuk mempertahankan atau memperbaikai fleksibilitas sendi
- Ubah posisi pasien untuk memberikan kenyamanan dan
menurunkan resiko kerusakan kulit
- Ajarkan pasien tentang penggunaan alat bantu mobilitas misal;
ktuk, walker dan kursi roda
- Ajarkan dan bantu pasien dalam proses perpindahan misal; dari
tempat tidur ke kursi roda
- Ajarkan tehnik ambulasi dan perpindahan yang aman
- Instruksikan pasien 8ntuk memperhatikan postur tubuh yang benar
- Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi untuk
meningkatkan mobolitas
- Berikan analgesik sebelum memulai aktivitas
- Berikan penguatan positif selama aktivitas
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan
fungsi tubuh, ruam, lesi, dan purpura.
Tujuan dan kriteria hasil ( NOC ) :
- Pasien dapat mengidentifikasi kekuatan pasien
- Pasien mengetahui perubahan aktual pada penampilan tubuh
- Pasien akan megambarkan perubahan aktual pada fungsi tubuh
- Pasien dapat memelihara hubungan soaial yang dekat dan
hubungan personal
Intervensi ( NIC ) :
- Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan non verbal pasien
tentang tubuh pasien
- Tentukan bagaimana respon anak terhadap reaksi orang tua,
sesuai denbgan kebutuhan
- Beri dorongan atau pasien atau keluarga untuk mengungkapakan
perasaan
- Bantu pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi mekanisme
koping cdan kekuatan personal
- Kolaborasi dengan merujuk kepada layanan sosial untuk
merencanakan perawatan pasien atau keluaraga
- Instruksikan anak tentang fungsi dari bagian tubuh sesuai dengan
kebutuhan
- Ajarkan orang tua tentang pentingnya respon mereka terhadap
perubahan tubuh anak dan penyesuaian dikemuduan hari, sesuai
kebutuhan
- Pertahankan kebiasaan berpakaian tentang hubungan personal
yang dekat
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ruam, lesi, edema,
perubahan sirkulasi dan hambatan mobilitas fisik.
Tujuan dan kriteria hasil ( NIC ) :
- pemeliharaan integritas kulit.
- Terbebas adanya lesi jaringan
- Tidak ada ruam
- Tidak ada eritema disekitar luka
Intervensi ( NOC) ;
- Pantau proses penyembuhan luka
- Bersihkan luka pada daerah sekitar kulit
- Lakukan pengawasan kulit untuk mempertahankan intergritas
membran mukosa dan kulit
- Perawatan luka untuk mencegah komplikasai luka
- Kaji tanda – tanda vital pasien
- Catat karakteristik luka meliputi; lokasi kedalaman luka, luas, adnya
eksudat, warna, dan bau
- Kaji adanya tanda – tanda infeksi luka lokal misal; nyeri palpasi,
edema, pruritus dan eksudat
- Ajarkan keluarga tentang prosedur perawatan luka
- Konsultasikan pada dokter dengan pemberian maknan dan nutrisi
secara enteral dan parental untuk meningkatakan penyembuhan
luka
- Evaluasi tindakan pengobatan atau pembalutan topikal meliputi
balutan absorbent
DAFTAR PUSTAKA

Aziz. A. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An Affiliate


Of Elsefer.
Asmadi. 2013. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Herlman, T., dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Wilkinson, M. J. 2017. Diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria
hasil NOC. EGC. Jakarta.
Mubarak, I. 2017. Buku Ajar: Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Muhammad,W. I., dkk. 2016. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC.
Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai