Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “F”


DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERPES
DI RUANG RAWAT INAP AROFAH PUSKESMAS AMPENAN
TANGGAL 15-17 SEPTEMBER 2021

Oleh :
LINA SOLIHAN
P07120421105N

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PRODI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM
2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

NAMA MAHASISWA : LINA SOLIHAN


NIM : P07120421105N
JUDUL LAPORAN KASUS : LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN RASA
NYAMAN NYERI & ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN “F” DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN
NYERI DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERPES
DIRUANG RAWAT INAP AROFAH PUSKESMAS
AMPENAN TANGGAL 15-17 SEPTEMBER 2021

TELAH DISAHKAN
PADA TANGGAL …………………………………………. DI ……………………………….
OLEH

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN

(Mira Utami Ningsih, MN.Sc) (Ni Wayan Artini, S.Kep., Ns)


Nip. Nip.197001131991032006

2
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI PROFESI NERS

VISI
“Menjadi Program Studi yang Menghasilkan Tenaga Ners yang Expert, Inovatif,
Enterpreuner, dan Berdaya Guna di Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan
Bencana dalam Mewujudkan Masyarakat Sehat, Produktif dan Berkeadilan pada
Tahun 2022”

MISI

a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang expert, inovati,


enterpreuner di bidang keperawatan gawat darurat dan bencana.
b. Mengembangkan penelitian berbasis inovatif di bidang keperawatan gawat
darurat dan bencana.
c. Menyelenggarakan dan meningkatkan pengabdian masyarakat yang berdaya
guna di bidang keperawatan gawat darurat dan bencana dalam mewujudkan
masyarakat sehat, produktif dan berkeadilan.
d. Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah daerah, institusi pendidikan dan
lembaga pelayanan kesehatan dalam bidang keperawatan.

3
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………………....1

HALAMAN PENGESAH……………………………………………………………………..2

VISI MISI PRODI PROFESI ………………………………………………………………....3

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………........4

GANGGUAN KEBUTUHAN NYAMAN DAN NYERI……………………………………...5

A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Dasar………………………………………….5


1. Pengertian Kebutuhan Dasar…………………………………………………5
2. Anatomi Fisiologi……………………………………………………………….5
3. Klasifikasi Nyeri…………………………………………………………………6
4. Etiologi …………………………………………………………………………...7
5. Manifestasi Klinis……………………………………………………………….7
6. Patofisiologi …………………………………………………………………….8
7. Pathway ………………………………………………………………………….9
B. Konsep Asuhan Keperawatan……………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….17

4
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NYAMAN (NYERI)

A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Dasar


1. Pengertian Kebutuhan dasar
Nyaman adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dalam merespons terhadap sesuatu rangsangan yang
berbahaya.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan,
bersifat sangat subjektif.Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal
skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.(Tetty, 2015).
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Association fol the Study of
Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan dengan durasi
kurang dari 3 bulan (Nanda I 2018).
Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial
atau yang digambarkan sebagai suatu kerusakan (International Association
fol the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat, terjadi konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga (>3) bulan (Nanda
I 2018).

2. Anatomi Fisiologi
Reseptor nyeri (nosireceptor) adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri.Organ tubuh yang berperan adalah ujung saraf
bebas dalam kulit yang berespon hanya terdapat pada stimulus kuat yang
secara potensial merusak.

5
a. Mekanik (mekano sensitif) : Kerusakan ujung saraf bebas akibat trauma
karena benturan atau gerakan.
b. Thermis (thermo sensitif) : Rangsangan panas atau dingin yang
berlebihan.
c. Kimia (khemo sensitif) : Rangsangan zat kimia berupa bradikinin,
serotinin, ion kalium, asam, prostaglandin, asetilkolon, dan enzim
proteolitik.
Mekanisme Penghantaran Impuls Nyeri
a. Serabut delta A (menusuk dan tajam) : Pada kulit dan otot bermielin halus,
garis tengah 2-5 mm, kecepatan 6-30 m/detik.
b. Serabut delta C (panas & terbakar) : Dalam otot, tidak bermielin, garis
tengah 0,4-1,2 mm, kecepatan 0,5-2,0 m/detik.
3. Klasifikasi Nyeri
1. Menurut lokasinya:
a. Perifer pain : Daerah perifer (kulit & mukosa)
b. Deep pain : Somatik (periosteum/lapisan luar tulang, otot,
sendi/tendon, pembuluh darah)
c. Viseral / splanik pain : Organ viseral (renal colik, cholesistisis/radang
kandung empedu, apendisitis, ulkus gaster)
d. Reffered pain : Penyakit organ / struktur tubuh (vertebrata, viseral,
otot), ditransmisikan di bagian tubuh lain.
e. Psykogenik pain : Tanpa penyebab organik, tapi karena trauma
psikologis.
f. Phantom pain : Pada bagian tubuh yang sebenarnya sudah tidak ada.
Contohnya yaitu nyeri pada kaki yang sudah diamputasi.
g. Intractable pain : Nyeri yang resisten (melawan)
2. Menurut serangannya
a. Nyeri akut : mendadak, berlangsung < 3 bulan, intensitas berat, area
dapat diidentifikasi, karakteristik ketegangan otot meningkat, dan
cemas.

6
b. Nyeri kronis : Berlangsung > 3 bulan, intensitas ringan hingga berat,
sumber nyeri tidak diketahui dan sulit dihilangkan, sensasi difus
(menyebar).
3. Menurut sifatnya
a. Insidentil : Timbul sewaktu-waktu lalu menghilang, contohnya yaitu
trauma ringan.
b. Stedy : Menetap dan dalam waktu yang lama, contohnya yaitu abses.
c. Paroximal : Intensitas tinggi dan kuat, ± 10-15 menit lalu hilang dan
timbul lagi.
4. Etiologi
a. Lingkungan
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Kelelahan
e. Budaya
f. Ansietas
g. Gaya koping
h. Pengalaman sebelumnya
i. Dukungan keluarga dan sosial
5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri Akut
• Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
• Menunjukan kerusakan
• Gangguan tidur
• Muka dengan ekspresi nyeri
• Tingkah laku ekspresif (Gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
• Posisi untuk mengurangi nyeri
• Penurunan Tanda-tanda vital
b. Nyeri Kronis
• Perubahan berat badan
• Melaporkan secara verbal dan non verbal

7
• Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri
sendiri
• Kelelahan
• Perubahan pola tidur
• Takut cedera
• Interaksi dengan orang lain menurun
6. Patofisiologi
1. Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage), dimana
jaringan tubuh yg cedera melepaskan zat kimia inflamatori (excitatory
neurotransmitters), (histamine dan bradykinin) sebagai vasodilator yg kuat
→ edema, kemerahan dan nyeri dan menstimulasi pelepasan
prostaglandins.
2. Transduksi (transduction) : perubahan energi stimulus menjadi energi
elektrik, →proses transmisi (transmission) yakni ketika energi listik
mengenai nociceptor dihantarkan melalui serabutsaraf A dan C
dihantarkan dengan cepat ke substantia gelatinosa di dorsal horn dari
spinal cord →ke otak melalui spinothalamic tracts→thalamus dan pusat-
pusat yg lebih tinggitermasuk reticular formation, limbic system, dan
somatosensory cortex.
3. Persepsi (perseption) : otak menginterpretasi signal, memproses informasi
dr pengalaman, pengetahuan, budaya, serta mempersepsikan nyeri
→individu mulaimenyadari nyeri.
4. Modulasi (modulation) : saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh
melepaskan neuromodulator, seperti opioids (endorphins and
enkephalins), serotonin, norepinephrine & gamma aminobutyric acid →
menghalangi /menghambat transmisi nyeri & membantu menimbulkan
keadaan analgesik, & berefek menghilangkan nyeri.

8
PATHWAY

Etiologi

Panas atau Iskemia jaringan Trauma sel, Kejang otot Perubahan


dingin yang infeksi dalam jaringan
berlebihan misalnya oedem
Blok pada arteri Kerusakan sel
Kerusakan coronary
Pemekaan pada
jaringan
Pelepasan mediator reseptor nyeri
nyeri (Histamin, bradikinin
Merangsang bradikinin,
thermo sensitive prostaglandin,
reseptor serotonin, ion
kalium,dll)

Merangsang nosiseptor

Dihantarkan
serabut tipe A
Serabut tipe c

Medulla spinalis

Hipotalamus, thalamus dan sistem limbik

Otak
(kortrks somasensorik)

Persepsi nyeri

Nyeri

Nyeri pada
Nafsu makan ekstrimitas
Intoleransi Gangguan rasa nyaman
menurun
aktivitas
Gangguan
mobilitas Ansietas
fisk 9
Nafsu makan Deficit Intoleransi Gangguan rasa
menurun perawatan aktivitas nyaman
diri

Intake berkurang Stress Risiko


Deficit Pengabaian berlebihan ketidakberdayaan
perawatan diri
diri Gangguan
Risiko pola tidur
berpakaian
keetidakseimbangan
nutrisi kurang dari Deficit
Ketidakefektifan
perawatan
kebutuhan pemeliharaan
diri
kesehatan
mandi
kurus Risiko
keterlambatan
pertumbuhan
dan
perkembangan Risiko harga
diri rendah
situasional

10
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan

• Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari


bantuan
• Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang
• Riwayat penyakit dahulu
• Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah
pernah
• Riwayat kesehatan keluarga
• Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular
• Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas,
dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara ‘PQRST’ :
a) P (Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
Hal ini berkaitan erat dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan tahanan terhadap nyeri adalah alkohol, obat-obatan, hipnotis,
gesekan atau gasukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan
sebagainya. Sedangkan faktor yang dapat menurunkan tahanan terhadap nyeri
adalah kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tak kunjung hilang,
sakit, dan lain-lain.
b) Q (Quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.
Contoh sensasi yang tajam adalah jarum suntik, luka potong kecil atau laserasi,
dan lain-lain. Sensasi tumpul, seperti ngilu, linu, dan lain-lain. Anjurkan pasien
menggunakan bahasa yang dia ketahui ; nyeri kepala : ada yang membentur.

11
c) R (Region), daerah perjalanan nyeri.
Untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat meminta utnuk menunjukkan semua
daerah yang dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi nyeri dengan baik dengan
lebih spesifik, perawat kemudian meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari
titik yang paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat difusi (nyeri
menyebar kesegala arah), meliputi beberapa tempat atau melibatkan segmen
terbesar tubuh.
d) S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas
nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai
yang ringan, sedang atau parah. Namun makna istilah-istilah ini berbeda bagi
perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk
dipastikan.
e) T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri.
Perawat mengajukan pertanyaan utnuk menentukan awitan, durasi dan
rangsangan nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan? Sudah berapa lama nyeri yang
dirasakan? Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap
hari? Seberapa sering nyeri kembali kambuh?
• Macam skala nyeri
1) Skala Numerik Nyeri
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat ringannya rasa
sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat
subyektif nyeri. Skala numerik, dari 0 hingga 10, di bawah ini , dikenal juga
sebagai Visual Analog Scale (VAS), Nol (0) merupakan keadaan tanpa atau
bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10) , suatu nyeri yang sangat hebat.

12
Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-6 : nyeri sedang
7-9 : sangat nyeri, tetapi masih bias dikontrol
10 : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol

2) Visual Analog Scale


Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus , tanpa angka. Bisa bebas
mengekspresikan nyeri ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak
tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang.
Visual Analog Scale (VAS)

Tidak ada Sangat


________________________________________
rasa nyeri Nyeri

3. Skala Wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan wajah
bahagia hingga wajah sedih, juga digunakan untuk "mengekspresikan" rasa
nyeri. Skala ini dapat dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.

13
a. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum,
eleminasi, gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu,
rasa aman dan nyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas,
pengetahuan, rekreasi dan ibadah.

b. Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum
• Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna
kulit, turgor kulit, dan kebersihan diri.
• Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
• Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
1) Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,
keadekuatan sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
2) Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan
payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan
pengisian kapiler.
3) Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja
diafragma.
4) Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan, atau
suara napas tambahan.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma sel
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake kurang
3. Gangguan pola tidur b.d gangguan rasa nyaman nyeri
4. Ansietas b.d ancaman peningkatan nyeri
5. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri pada ekstrimitas

14
6. Intoleransi aktivitas b.d nyeri pada tubuh
7. Defisit perawatan diri b.d gangguan mobilitas fisik
8. Risiko ketidakberdayaan b.d intoleransi aktivitas
9. Harga diri rendah b.d defisit perawatan diri

3. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma sel
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam,masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil :
a. Adanya penurunan intensitas nyeri
b. Ketidaknayaman akibat nyeri berkurang
c.tidak menunjukan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri

No. Intervensi Rasional

1. Kaji nyeri dan skala pasien Mengetahui


daerah nyeri,kualitas,kapan nyeri
dirasakan,faktor pencetus,berat
ringannya nyeri yang dirasakan.
Beri posisi nyaman pada pasien Meningkatkan relaksasi pada pasien

3. Ajarkan tekhnik relaksasi kepada Membantu mengurangi rasa nyeri


pasien pasien
4. Kolaborasi dengan dokter Mengurangi rasa nyeri pasien
pemberian obat analgetik

5. Observasi TTV Mengetahui keadaan umum pasien

2. Intoleransi Aktifitas b.d nyeri pada tubuh


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,masalah
dapat teratasi dengan KH sebagai berikut:
a. Pasien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri
b. Pasien tanda – tanda vital normal

15
No. Intervensi Rasional
1. Monitor keterbatasan aktivitas dan Merencanakan intervensi dengan tepat
kelemahan saat aktivitas.

2. Bantu pasien dalam melakukan Pasien dapat memilih dan


aktivitas sendiri. merencanakannya sendiri

3. Catat tanda vital sebelum dan Mengkaji sejauh mana perbedaan


sesudah aktivitas. peningkatan selama aktivitas

4. Kolaborasi dengan dokter dan Meningkatkan kerjasama tim dan


fisioterapi dalam latihan aktivitas. perawatan holistik

3. Gangguan pola tidur b.d gangguan rasa nyaman nyeri


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,kebutuhan
tidur tercukupi dengan KH sebagai berikut :
a. Kebutuhan tidur tercukupi
b.Pasien tampak segar
c.Tidak sering terbangun pada saat tidur

No. Intervensi Rasional


1. Kaji pola tidur pasien Untuk mengetahui kebutuhan tidur
pasien
2. Ciptakan lingkungan nyaman dan Dengan lingkungan yang nyaman akan
tenang meningkatkan kualitas dan kuantitas
tidur pasien

3. Batasi pengunjung Agar pasien tidur lebih nyaman dan


nyenyak

4. Monitor kebutuhan tidur pasien Mengetahui perkembangan pola tidur


setiap hari dan jam pasien

5. Kolaborasikan dengan dokter Agar pasien dapat tidur dengan


pemberian obat tidur nyenyak

16
DAFTAR PUSTAKA
NANDA Internasional Inc. 2015.Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Kemenkes. (2016) Asuhan Keperawatan Rasa Aman dan Nyaman
Nurarif A.H dan Kusuma, H. (2016) Asuhan Keperawatan Praktis, Jakarta : Medication
Tetty, S. 2015.Knsep dan Penatalaksanaan Nyeri.Jakarta : EGC
Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri .Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media.
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan AplikasiKebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Nanda International. 2011. Nursing Diagnoses: Definition & classification 2012-

2014, Jakarta: Buku Kedokteran EGC

17
Harlina & Athifah: Penanganan herpes simpleks labialis rekuren 195

Penanganan herpes simpleks labialis rekuren (Management of recurrent herpes


simplex labialis)
1
Harlina, 1Erni Marlina, 2Athifah
1
Bagian Oral Medicine
2
Mahasiswa tahap kepaniteraan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
Makassar, Indonesia

ABSTRACT
Infections of Herpes simplex virus 1 (HSV-1), is a viral infection that is often in the form of primary gingivostomatitis.
Its mild form usually provides subclinical symptoms that are not clear. Herpes virus transmission can occur through
contact with secretions from the mouth mucocutaneous and patient’s genital. It is reported that a 10 years-old male
patient complaining of pain in the left corner of the lip and lower lip mucosa experienced since three days ago. Seven
days ago there was a similar injury in the right corner of his mouth. This condition was often experienced the patient.
As its management of HSV-1, the patient was given acyclovir, paracetamol and vitamin B complex. After 7 days the
patient was declared healed. It is concluded that treatment for HSV-1 infected patients include causative treatment
together with analgesic and antipyretic. Patients are also prouded with supporting treatments, such as high-calori-
and-protein diluted food, multivitamins, and anastheticum mouthwasher.
Keywords: herpes simplex virus, herpes simplex, labialis herpes simplex

ABSTRAK
Infeksi virus herpes simpleks 1 (VHS-1), merupakan infeksi virus yang lebih sering terjadi dalam bentuk
gingivostomatitis primer dan jika dalam bentuk ringan biasanya memberikan gejala subklinis yang tidak jelas.
Penularan virus herpes dapat terjadi melalui kontak mukokutaneus dengan sekret dari mulut maupun genital penderita.
Pada laporan kasus ini dibahas mengenai penanganan herpes simpleks labialis rekuren pada seorang anak laki-laki
berusia 10 tahun yang datang dengan keluhan nyeri pada sudut bibir sebelah kiri dan mukosa bibir bawah yang dialami
sejak 3 hari yang lalu. Pada tujuh hari yang lalu, terdapat luka yang sama pada sudut bibir kanan. Dilaporkan juga
bahwa kondisi ini sering dialami oleh pasien. Pada penatalaksanaannya pasien diberikan Acyclovir, Paracetamol dan
vitamin B kompleks. Setelah 7 hari pasien dinyatakan sembuh. Infeksi VHS-1 pada umumnya tidak bergejala ataupun
gejalanya sangat ringan sehingga sering tidak disadari, dan penting untuk dibedakan antara infeksi primer dan
sekunder. Disimpulkan bahwa terapi bagi penderita infeksi VHS meliputi terapi kausatif disertai analgesik dan
antipiretik, pemberian terapi suportif seperti makanan cair tinggi kalori dan protein, multivitamin, serta obat kumur
anastetik.
Kata kunci: virus herpes simpleks, herpes simplek, herpes simplek labialis

Koresponden:

PENDAHULUAN Penularan virus herpes dapat terjadi karena


Infeksi virus herpes simpleks 1 (VHS-1) yang kontak mukokutaneus dengan sekret dari mulut
biasa disebut herpes simpleks labialis (HSL) adalah maupun genital individu yang terinfeksi. Infeksi
masalah global kesehatan masyarakat yang memiliki herpes disebabkan oleh VHS-1 dan VHS-2 dengan
berbagai bentuk pengobatan dengan dampak yang sifat biologis dan serologis yang berbeda. VHS-1
minimal.Bentuk yangpaling umum dari infeksi virus bertanggung jawab terhadap mayoritas kasus infeksi
tersebut adalah gingivostomatitis primer, atau berupa mulut, faringdan meningoensefalitis, serta dermatitis
infeksi berulang HSL, biasanya terjadi pada anak di atas pinggang. Sedangkan VHS-2 disebut dalam
prasekolah atau taman kanak-kanak, remaja, dan mayoritas infeksi genitalia, infeksi pada bayi yang
dewasa muda.1 baru lahir, dan dermatitis di bawah pinggang.2,3
Herpes simpleks virus merupakan famili dari Prevalensi VHS secara lazim mencapai 33% di
Herpes viridae yang terdiri dari delapan virus, antara seluruh dunia,15-45% terjadi padaorangdewasa yang
lain cytomegalovirus, varicella zostervirus, eipstein mengalami herpes simpleks labialis dan memiliki
barr,danhuman herpes virus VI yang terkait dengan kecenderungan untuk menurun seiring pertambahan
roseola infantum, dan human herpes virus VII yang usia. Pasien dengan riwayat VHS labialis memiliki
terkait dengan virus roseola exanthem subitum, prevalensi 30-70% dengan VHS-1 antibodi. Survei
pityriasisrosea, serta human herpes virus VIII yang secara klinis sangat meremehkan tingkat kejadian
terkait dengan sarcoma kaposi dan limfoma. dan prevalensi infeksi VHS sebab lebih dari dua

ISSN:1412-8926
196 Dentofasial, Vol.13, No.3, Oktober 2014:195-198

pertiga kasus infeksi VHS-1 tidak memperlihatkan KASUS


adanya gejala.3 Seorang laki-laki berusia 10 tahun datang ke
Manifestasi dari infeksi primer dapat ringan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Halimah Dg.
maupun berat.Pada infeksi yang ringan, yaitu gejala Sikati dengan keluhan rasa sakit pada sudut bibir
subklinis dengan tanda-tanda yangtidak khas seperti sebelah kiri dan mukosa bibir bawah yang dialami
influensa. Masa inkubasi infeksi ini berlangsung 2- sejak tiga hari yang lalu.Dua hari sebelumnya, pasien
10 hari.2 Infeksi VHS ditandai dengan adanya lesi mengalami demam, meriang, serta merasa lemas.
khas vesikoulseratif pada oral dan atau perioral, Tujuh hari yanglalu ditemukan luka yang sama pada
kebanyakan mengenai anak-anak umur 1-5 tahun. sudutbibir sebelahkanan. Kondisi inisudahseringkali
Gejala prodromal berupa demam, sakit kepala, dialami pasien.
malaise, dan muntah disertai rasa tidak nyaman di Pada saat pemeriksaan ekstraoral, kelenjar
mulut. Pada satu sampai dua hari setelah gejala submandibularis kanan dan kiri teraba lunak dan
prodromal,timbul lesi-lesi lokal berupa vesikel kecil terasa nyeri. Terdapat krusta pada bibir bawah regio
berkelompokdi mukosa mulut, berdinding tipis yang kiri masing-masing berdiameter 5 mm dan 4 mm
dikelilingi oleh peradangan. Vesikel cepat pecah, dengan tepi yang eritematous (gambar 1 dan 2). Pada
meninggalkan ulkus dangkal dan bulat yang nyeri pemeriksaan intraoral tampakdua ulkus pada mukosa
di sekitar rongga mulut. Lesi dapat mengenai seluruh labial rahang bawah berbentuk bulat, di bagian
bagian di mukosa mulut. Selama berlangsungnya tengah tampak pseudomembran putih kekuningan
penyakit, vesikel dapat bersatu menjadi lesi yang dengan tepi berbatas jelas dan tampak eritema. Ulkus
lebih besar dengan tepi tidak teratur. Gambaran khas masing-masing berukuran diameter 2 mm dan 3 mm.
adalahgingivitismarginalisakut, generalisata, edema, Terlihat hiperemi pada seluruh daerah marginal
dan eritema gingiva, yang kadang-kadang disertai gingiva, khususnya di regio gigi 12 (gambar 3).
beberapa ulkus pada gingiva.Pada pemeriksaan intra,
faring posterior akan tampak kemerahan dengan PENATALAKSANAAN
pembesaran kelenjar getah bening submandibula dan Pada kunjungan pertama, berdasarkan hasil
servikal.4 anamnesis diketahui penderita mengalami demam
Pemeriksaan penunjang, antara lain meliputi sejak3 hari sebelum kunjungankerumah sakitsetelah
pemeriksaan biopsi, titer antibodi, dan kultur virus satu minggu sebelumnya juga pernah mengalami
maupun dengan mikroskop elektron direk. Diagnosis demam dan lesi yang sama di bibir kiri bawah yang
ditegakkan melalui anamnesis yang adekuat dan akhirnya sembuh sendiri. Dari pemeriksaan klinis
gambaran klinis serta hasil pemeriksaan penunjang diketahui pasien menderita sariawan pada rongga
di laboratorium.5 mulut sertakemerahan pada seluruh gingival margin,
Terapi bagi penderita VHS meliputi kausatif maka didiagnosis gingivostomatitis dengandiagnosis
disertai analgesik dan antipiretik, pemberian terapi banding herpangina.Pasien mendapat terapi acylovir
suportif seperti makanan yang cair tinggi kalori dan tablet 20 mg 5 kali sehari, vitamin B komplek,
protein, multivitamin, serta obat kumur dengan obat kumur Listerine 3 kali sehari, serta pemberian
kandungan anastetikum.6 antipiretik paracetamol.

A B
Gambar 1A & B Krusta pada bibir bawah regio kiri masing-masing berdiameter 5 mm dan 4 mm yang
bertepi eritematous

ISSN:1412-8926
Harlina & Athifah: Penanganan herpes simpleks
simplek labialis rekuren 197

A B
Gambar 2A Hiperemi pada seluruh daerah marginal gingiva, khususnya di regio gigi 12, B tampak ada
krusta pada bibir regio kanan atas serta bibir regio kanan bawah dengan diameter masing
masing-masing 3 mm
dan 4 mm
Anjuran yangdiberikan adalah diet tinggi kalori hari pertama, kemudian lesi sembuh dalam waktu
dan protein, istirahat yang cukup, serta isolasi agar kurang dari 2 minggu tanpa jaringan parut. Pelepasan
tidak terjadi penularan virus. Pasien diinstruksikan virus terus berlangsung 3–5 hari setel
setelah lesi sembuh.
kontrol 3 hari berikut untuk melihat perkembangan Herpes labialis rekuren terjadi pada 50-75% individu
penyembuhan penyakit serta mewaspadai terjadinya yang terkena infeksi VHS di mulut, dan terjadi tiga
infesi sekunder. kali lebih sering pada pasien
pasienyangmengalami demam
Setelah kontrol hari ketiga terlihat penyembuhan dibandingkan pasien tanpa demam.4
ulser di mukosa labial inferior serta penyembuhan Herpes intra oral rekuren merupakan bentuk
pada krusta di bibir kiri bawah yangditandai
yang dengan rekuren berupa lesi pada intra oral khususnya daerah
tidak adanya rasa nyeri pada mukosa labial serta mukosa yang berkeratin. Predileksi pada palatum
labiuminferior sinistra.Tujuh
Tujuh hari kemudian,terlihat
kemudian, durum regio premolar dan molar, dapat juga timbul
adanya tanda penyembuhan pada bibir bawah kiri pada bagian fasial dan bukal gingiva; vesikel mudah
namun tampak adanya krusta pada bibir regio kanan pecah, terletak unilateral, dan tidak melewati garis
atas serta bibir regio kanan bawah dengan diameter tengah.4,7
masing-masing3 mm dan4 mm(Gambar (Gambar 4). Karena Umumnya VHS pada anak tidak bergejala atau
terlihat adanya lesi yang sama pada bibir atas dan bergejala sangat ringan, sehingga baik anak maupun
bawah kanan, dosis oral ditambah seperti dosis orang orang tuanya tidak menyadari
menyadarinya. Sebuah penelitian
dewasa menjadi 200 mg sebanyak 4 kali sehari lalu menyatakan bahwa hanya 10 10-12% anak yangpernah
pasien diminta untuk kontrol 1 minggu kemudian terinfeksi. Infeksi primer lebih berat sebab adanya
untuk memantau penyembuhan penyakit. limfadenopati, meriang, dan demam. Oleh karena
Dari hasil anamnesis tidak tidak lagi ditemukan itu penting untuk membedakan infeksi primer dan
adanyarasa sakit pada bibir kanan. Hasil pemeriksaan infeksi sekunder.8
ekstra oral normal, sedangkan pemeriksaan intra oral Pada marginal gingiva didapati ada kemerahan
ulkus pada mukosa labial serta kemerahan pada serta mudah berdarah karena terjadi peningkatan
marginal gingiva sudah tidak tampak lagi sehingga kerentanan dan permeabilitas kapiler. Secara teori,
pasien dinyatakan sembuh. diagnosis akhir dapat ditegakkan berdasarkan hasil
anamnesis dan pemeriksaan klinis pada pasien yang
PEMBAHASAN sudah sangat jelas, meskipun ttanpa pemeriksaan
Herpes simplek labialis (cold
coldsore/feverblisters) biopsi, kultur virus, serologi maupun mikroskop
adalah bentuk herpes orofasial rekuren yang paling elektron. Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan
sering terjadi, tampak berupa vesikel-vesikel
vesikel pada apapun sebab pertimbangan waktu pemeriksaan
batas luar vermilion dan kulit sekitarnya. Gejala yang lama sementara penyakit ini adalah penyakit
dimulai dengan rasa perih diikuti oleh timbulnya self limiting. Acyclovir diberikan karena merupakan
vesikel berkelompok dalam waktu 24 jam, pecah, terapi efektif terhadap herpes simplek
simplek. Acyclovir
terjadi erosi superfisial, kemudian ditutupi krusta. adalah analog nukleosida purin asiklik yang efektif
Nyeri dan rasa tidak nyaman terjadi pada beberapa terhadap VHS, virusirus Varicella zoster, Epstein barr

ISSN:1412-8926
198 Dentofasial, Vol.13, No.3, Oktober 2014:195-198

dan Cytomegalovirus. Di dalam sel, acyclovir akan memiliki efek samping pada sistem saraf pusat;
mengalami proses fosforilasi menjadi bentuk aktif, dilaporkan terjadi malaise sekitar 12%, sakit kepala
yaitu acyclovir trifosfat yang menghambat DNA 2%,gangguansistempencernaan berupa mual 2-5%,
polymerase VHS dan replikasi DNA virus dengan muntah 3%, diare 2-3%. Dosis obat antivirus untuk
cara memutuskan rantai DNA, sehingga mencegah terapi herpes simplek labialis pada orang dewasa
sintesis DNA virus tanpa mempengaruhi proses sel berupa acyclovir oral 400 mg 2 kali sehari, acyclovir
yang normal. Indikasi penggunaan acyclovir adalah topikal 5% krim5 kali sehari. Sedangkan dosis untuk
mengobati herpes simplek genital, herpes labialis, anak-anak acyclovir oral 20 mg/hari dan acyclovir
herpes zoster, VHS ensefalitis, VHS neonatal, VHS topikal 5% krim 5 kali sehari.1
mukokutan pada pasien yang memiliki respon imun Disimpulkan bahwa terapi bagi penderita infeksi
yang diperlemah atau immunocompromised, dan VHS meliputi terapi kausatif disertai analgesik dan
varicella-zoster. Sedangkan kontraindikasi acyclovir antipiretik, diikuti pemberian terapi suportif seperti
adalah hipersensitivitas pada acyclovir, valacyclovir, makanancair tinggi kalori dan protein, multivitamin,
atau komponen lain dari formula. Acyclovir juga serta obat kumur anastetik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wayne RG, Michael GA. Reccurent herpes simplex labialis: selected therapeutic options. J Can Dent Assoc 2003; 69
(8): 498-503
2. Regezi, Sciuba, Jordan. Oral pathology : clinical pathology correlations. 4th Ed. Philadelphia: Saunders; 2003. p.1-5
3. Thomas J, Liesegang. Herpes simplex virus epidemiology and ocular importance. Cornea 2001; 20(1): 1-13
4. Adolf H. Infeksi herpes pada pasien imunokompeten. PKB “New Perspective of Sexually Transmitted Infection
Problems.” Surabaya 7-8 Agustus 2010. p.1-10
5. Ajar AH, Chauvin PJ. Acute Herpetic gingivostomatitis in adult. J Can Dent Assoc 2002; 68: 247
6. Laskaris G. Treatment of oral disease: a concise textbook. Thieme; 2005. p.84-5
7. Fatahzadeh M, Schwartz RA. Human herpes simplex virus infections: epidemiology, pathogenesis, symptomatology,
diagnosis, and management. J Am Acad Dermatol 2007; 57: 737-63
8. Harner G. Ano-genital herpes in children incidence of herpes simplex infection. J Pediatr Health Care 2006; 20:106-4

ISSN:1412-8926

Anda mungkin juga menyukai