Anda di halaman 1dari 159

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN AKTIFITAS FISIK DENGAN

DEMENSIA PADA ELDERLY DI POSYANDU LANSIA


DESA PASURUHAN KIDUL KECAMATAN JATI
KABUPATEN KUDUS

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan (S-1)

Oleh :
Eva Noor Hadiyanti
NIM : 920173018

Pembimbing :
1. Rusnoto, SKM., M.Kes (Epid)
2. Umi Faridah, S.Kep., Ns. MNS

PROGRAM STUDl S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS lLMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2021

i
ii
iii
iv
v
SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Eva Noor Hadiyanti
NIM : 920173018

Menyatakan bahwa skripsi judul : "HUBUNGAN STATUS GIZI DAN AKTIFITAS


FISIK DENGAN DEMENSIA PADA ELDERLY DI POSYANDU LANSIA DESA
PASURUHAN KIDUL KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS", merupakan :
1. Hasil Karya yang dipersiapkan dan disusun sendiri.
2. Belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar S1 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Kudus.

Oleh karena itu pertanggung jawaban skripsi ini sepenuhnya berada pada diri
saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Kudus, 5 Agustus 2021


Penyusun,

Eva Noor Hadiyanti


NIM : 920173018

vi
MOTTO

Allah SWT tidak akan menguji hamba-nya di luar batas kemampuannya

(QS. Al – Baqarah : 286)

Maka bangkitlah, tetap semangat dan jangan menyerah karena dirimu lebih kuat
dari yang kau duga.

“Hidup adalah pilihan. Apa yang di dapatkan sekarang adalah yang kita buat di
masa lalu. Apa yang kita pilih hari ini adalah yang akan kita dapat di masa
depan”.

(Harry Slyman)

“Setiap pemenang penuh dengan bekas luka, karena hidup butuh perjuangan,
selalu ada rintangan, dan persaingan, karena kesuksesan bukan akhir, dan
kegagalan bukan hal yang fatal, itu adalah keberanian untuk melanjutkan sebuah
impian”.

(David J. Schwartz and Winston Churchill)

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
1. Nama : Eva Noor Hadiyanti
2. NIM : 920173018
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tempat / Tanggal Lahir : Kudus, 01 Nopember 1999
5. Agama : Islam
6. Alamat : Desa Pasuruhan Lor RT 04 / RW 08
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus
7. Institusi : Universitas Muhammadiyah Kudus

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal XIV : Lulus tahun 2005
2. SD Muhammadiyah Pasuruhan : Lulus tahun 2011
3. SMP 2 JATI Kudus : Lulus tahun 2014
4. SMA 2 Kudus : Lulus tahun 2017
5. Tahun 2017 - sekarang tercatat sebagai mahasiswa angkatan IX Prodi
S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus.

C. RIWAYAT ORGANISASI
1. Anggota Hizbul Wathan (HW) periode 2008-2010
2. Anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) periode 2010-2012
3. Anggota Pramuka Penggalang periode 2012-2014
4. Anggota Pramuka Penegak periode 2015-2017

viii
PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala


petunjuk dan rahmat yang telah diberikan kepadaku, terimakasih atas segala
anugerah, taufiq dan hidayah-Nya atas jalan yang sudah dimudahkan sehingga
do‟a dan usaha dapat menyertai penyelesaian penyusunan Skripsi ini.

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima


kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.
Adapun rasa terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Rusnoto, SKM. M. Kes (Epid) selaku pembimbing I yang telah


memberikan nasihat dan pilihan serta kesempatan kepada penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi.
2. Ibu Umi Faridah, S.Kep.,Ns.MNS sebagai pembimbing II yang sudah
bersedia dalam memberikan motivasi dan support yang penuh, selalu
ramah dan sabar dalam meluangkan waktu untuk membagikan ilmu
dan pengalamannya dalam membimbing, sehingga penulis dapat
menyusun skripsi ini, agar bisa terselesaikan dengan baik.
3. Bapak Baiman dan Ibu Suhadiyah yang telah senantiasa hadir
menemaniku dari mulai di kandung badan, hingga sekarang ini kalian
yang sudah menghiasi dunia dengan begitu banyak kebahagiaan
sebagai bukti kasih sayang.
4. Amiruddin Setiadi sebagai kakak tunggal yang paling dibanggakan,
yang selalu memberikan inspirasi, dan juga dorongan serta bantuan.
5. Mbah Suminah dan Mbah Ngasmi selaku nenek yang selalu
memberikan arahan, sehingga saya dapat melewati semua halangan
dan tantangan yang dapat mempersulit diri. Jalan yang saya ambil,
langkah yang saya tuju merupakan saran yang bijaksana dari pesan
manis mereka yang dapat saya ingat sepanjang masa.
6. Ifa Kurnia Khoirunnisa sebagai sahabat abadi yang selalu
memberikan do‟a, semoga suatu saat nanti kita bisa berkumpul dan
dipertemukan kembali di sisi Allah SWT. Akhirnya, aku bisa
mempersembahkan setitik keberhasilan ini untuk mewujudkan
impianmu yang tertunda. Karena mimpiku juga mimpimu.

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke-hadirat Allah SWT, Rabb semesta alam yang tidak pernah
berhenti melimpahkan berjuta nikmat-Nya. Maha suci Allah yang telah
memudahkan segala urusan karena berkat kasih sayang-Nya , akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN STATUS GIZI DAN
AKTIFITAS FISIK DENGAN DEMENSIA PADA ELDERLY DI POSYANDU
LANSIA DESA PASURUHAN KIDUL KECAMATAN JATI KABUPATEN
KUDUS” sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi S1
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar
bukan hanya kerja keras dari penulis sendiri, akan tetapi karena adanya
dukungan moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
penulis tidak lupa ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada :

7. Rusnoto, SKM., M.Kes (Epid) selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Kudus.
8. Anny Rosiana Mashithoh, M.Kep.Ns.Sp.Kep.J selaku Wakil Rektor lll
Universitas Muhammadiyah Kudus dan selaku penguji utama ujian
hasil.
9. lndanah, M.Kep.Ns.Sp.Kep.An selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Kudus.
10. Umi Faridah, S.Kep.,Ns.MNS selaku Ketua Jurusan Prodi
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus dan selaku penguji
anggota ujian hasil.
11. Noor Hidayah, A.Kep.,M.Kes selaku Pembimbing ASKEP dari
semester 3 sampai semester 6 yang telah meluangkan waktunya untuk
bersedia memberikan konsultasi yang begitu bermanfaat.
12. Amalia Rahmawati, M.P selaku korektor tugas akhir proposal dan
skripsi.
13. Segenap dosen pengajar dan seluruh jajaran staf Universitas
Muhammadiyah Kudus.
14. Kedua orang tua yang sangat saya cintai, dan kakak pria satu-satunya
yang masih saya miliki. Untaian keberhasilan ini tidak luput dari do‟a

x
dan didikan mereka yang selalu menumbuhkan senyuman serta
harapan, agar keyakinan untuk selalu percaya pada diri sendiri selalu
tertanam kuat di dalam hati.
15. Pak Sunarto selaku Kepala Desa Pasuruhan Kidul yang telah
memberikan ijin penelitian.
16. Ibu Nafsiyah selaku Bidan Desa Pasuruhan Kidul.
17. Pak Nor Badri selaku Kepala Desa Pasuruhan Lor yang telah
memberikan ijin untuk dapat melakukan uji validitas di tempat tersebut.
18. Seluruh kader posyandu balita dan lansia Pasuruhan Kidul yang sudah
turut membantu dalam pencarian data, serta memberikan komentar
yang positif dan selalu memberikan informasi sebagai data pendukung
yang dibutuhkan.
19. Edismany Delgado Artiles yang selalu ada untuk saya dalam duka
maupun suka, memberikan tawa bahagia, menjadikan hidup menjadi
lebih indah dan berwarna, serta bersedia mendengarkan setiap cerita,
serta memberikan semangat dan pengalaman yang begitu berharga
yang mengajarkan bahwa masa lalu bisa dijadikan sebagai
pembelajaran, untuk melangkah maju agar menjadi lebih baik untuk
kedepannya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha dengan segala


kemampuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala
kekurangan dalam penyusunan Skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang lain.

Kudus, 5 Agustus 2021

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRlPSl ......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRlPSl ........................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN SKRlPSl ............................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRlPSl .............................................................................. v

SURAT PERNYATAAN .................................................................................................. vi

MOTTO ...........................................................................................................................vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... viii

PERSEMBAHAN ............................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ x

DAFTAR ISI .....................................................................................................................xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xv

DAFTAR BAGAN ...........................................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xvii

ABSTRAK ..................................................................................................................... xviii

ABSTRACT ....................................................................................................................xix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8
E. Keaslian Penelitian ......................................................................................... 9
F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 11

xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 12
A. DEMENSIA PADA ELDERLY (60-75 tahun) ............................................... 12
1. Pengertian Demensia ............................................................................. 12
2. Tahapan Demensia ................................................................................ 12
3. Jenis-Jenis Demensia ............................................................................ 13
4. Tingkatan Demensia ...................................... 14
5. Faktor Yang Mempengaruhi Demensia ................................................. 15
6. Pemeriksaan Keadaan Mental Mini ....................................................... 16
(Mini Mental State Examination)
7. Penelitian-Penelitian Yang Terkait Sebelumnya ................................... 17
B. STATUS GIZI ............................................................................................... 19
1. Pengertian Status Gizi ........................................................................... 19
2. Klasifikasi Status Gizi ............................................................................. 20
3. Metode Pengukuran Status Gizi Pada Lansia ....................................... 21
4. Penilaian Status Gizi .............................................................................. 22
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi .................................... 28
6. Kebutuhan Gizi Lansia ........................................................................... 30
7. Hubungan Status Gizi Dengan Demensia ............................................. 31
C. AKTIVITAS FISIK ......................................................................................... 32
1. Pengertian Aktifitas Fisik ........................................................................ 32
2. Klasifiasi Aktifitas Fisik ........................................................................... 32
3. Jenis Aktifitas Fisik ................................................................................ 33
4. Sifat Aktifitas Fisik Pada Lansia ............................................................. 34
5. Pengukuran Aktifitas Fisik ...................................................................... 35
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Fisik ................................ 36
7. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Demensia ........................................ 37
D. LANJUT USIA (LANSIA) .............................................................................. 38
1. Pengertian Lanjut Usia ........................................................................... 38
2. Kategori Umur Lanjut Usia ..................................................................... 39
3. Ciri-ciri lansia ........................................................................................... 39
4. Tipe lanjut usia ....................................................................................... 40
E. KERANGKA TEORI ..................................................................................... 41

xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 42
A. Variabel Penelitian ....................................................................................... 42
B. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 43
C. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................................ 43
D. Rancangan Penelitian .................................................................................. 44
E. Etika Penelitian ............................................................................................. 58

BAB lV HASlL PENELlTlAN ........................................................................................... 59


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 59
B. Karakteristik Responden .............................................................................. 60
C. Analisis Univariat .......................................................................................... 61
D. Analisis Bivariat ............................................................................................ 62

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................................... 65


A. Karakteristik Responden .............................................................................. 65
B. Analisa Univariat ........................................................................................... 68
C. Analisa Bivariat.............................................................................................. 71
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 74

BAB Vl PENUTUP .......................................................................................................... 75


A. Kesimpulan .................................................................................................... 75
B. Saran ............................................................................................................ 75

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 77

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .......................................................................................... 9

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Skala Ukur Variabel ................................ 48

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Aktiftas Fisik ..................................................................... 52

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ............................. ....................................... 53

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Umur.......................................................................................... 60

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................................................ 60

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Pendidikan Terakhir ................................................................. 61

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Gizi .................................................................... 61

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik ................................................................. 62

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Demensia ...................................................................... 62

Tabel 4.7 Distribusi Status Gizi Dengan Demensia ...................................................... 63

Tabel 4.8 Distribusi Aktifitas Fisik Dengan Demensia ................................................... 64

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ............................................................................................. 40

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................................ 43

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 FORM PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

LAMPIRAN 2 SURAT IJIN PENGAMBILAN DATA AWAL

LAMPIRAN 3 SURAT IJIN UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

LAMPlRAN 4 SURAT lJlN PENELlTlAN

LAMPlRAN 5 SURAT BALASAN DARl TEMPAT PENELlTlAN

LAMPIRAN 6 SURAT PERMOHONAN CALON RESPONDEN

LAMPIRAN 7 SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LAMPIRAN 8 LEMBAR KUESIONER

LAMPIRAN 9 JADWAL PENELITIAN

LAMPIRAN 10 LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL SKRIPSI

LAMPlRAN 11 DATA PENELlTlAN

LAMPlRAN 12 DATA KARAKTERlSTlK RESPONDEN

LAMPIRAN 13 TABULASI DATA

LAMPlRAN 14 HASlL UJl VALlDlTAS DAN RELlABlLlTAS

LAMPlRAN 15 HASlL KARAKTERlSTlK RESPONDEN

LAMPlRAN 16 HASlL UNlVARlAT DAN BlVARlAT

LAMPlRAN 17 MASALAH BERDASARKAN DlSTRlBUSl PERTANYAAN

LAMPlRAN 18 DOKUMENTASl

xvii
HUBUNGAN STATUS GlZl DAN AKTlFlTAS FlSlK DENGAN
DEMENSlA PADA ELDERLY Dl POSYANDU LANSlA
DESA PASURUHAN KlDULKECAMATAN JATl
KABUPATEN KUDUS

Eva Noor Hadiyanti1, Rusnoto2, Umi Faridah3


Program Studi S1-Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Kudus
Jl. Ganesha Raya no 1 Purwosari Kudus
Email : evanoorhadiyanti@gmail.com

xviii + 78 halaman, + 12 tabel, + 2 bagan, + 18 lampiran

Abstrak

Latar Belakang : Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif dan fungsional yang
berat yang disebabkan oleh penyakit otak sebagai akibat neurodegeneratif dan
proses serebrosvaskuler yang bersifat kronis atau progesif yang dapat mengganggu
aktivitas kehidupan sehari-hari dan menghalangi hubungan sosial. Di lndonesia
diperkirakan ada 1,2 juta orang dengan demensia pada tahun 2016, yang akan
meningkat menjadi 2 juta di 2030 dan 4 juta orang pada tahun 2050. Tujuan :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dan aktifitas fisik
dengan demensia pada elderly di posyandu lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan
Jati Kabupaten Kudus. Metode : Jenis pada penelitian ini menggunakan metode
analitik korelasional dengan pendekatan crossectional dan teknik sampling yang
digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel yang diambil pada
penelitian ini yaitu sebanyak 50 responden. lnstrumen yang digunakan adalah lembar
kuesioner. Hasil : Dari pengujian data univariat didapatkan distribusi status gizi
dalam resiko malnutrisi dengan presentase 54% dan aktivitas fisik buruk dengan
presentase 78% serta demensia sedang dengan presentase 46%. Dari hasil uji
bivariat didapatkan hasil adanya hubungan status gizi dengan demensia (P = 0,002),
serta ditemukan adanya hubungan aktifitas fisik dengan demensia (P = 0,003).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan ada hubungan
status gizi dan aktifitas fisik dengan demensia pada elderly di Posyandu Lansia Desa
Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudu. Di harapkan kepada lansia agar
memperhatikan pola makan, serta melakukan kegiatan yang dapat bermanfaat untuk
penguatan dan daya tahan selama beberapa jam, supaya lansia tetap mandiri dan
produktif, agar dapat meningkatkan derajat kesehatan serta kualitas hidup bagi
lansia.

Kata Kunci : aktifitas fisik, demensia, status gizi


Pustaka : 35 (2010-2017)

1
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kudus
2
Dosen Pembimbing l Universitas Muhammadiyah Kudus
3
Dosen Pembimbing ll Universitas Muhammadiyah Kudus

xviii
THE CORRELATlON BETWEEN NUTRlTlONAL STATUS AND
PHYSlCAL ACTlVlTY WlTH DEMENTlA lN THE ELDERLY
AT POSYANDU FOR ELDERLY PASURUHAN KlDUL
VlLLAGE JATl DlSTRlCT OF KUDUS REGENCY

Eva Noor Hadiyanti1, Rusnoto2, Umi Faridah3


S1-Nursing Study Program
Muhammadiyah Kudus University
Jl. Ganesha Raya no 1 Purwosari Kudus
Email : evanoorhadiyanti@gmail.com

xviii + 78 pages, + 12 tables, + 2 schemas + 18 attachments

Abstract

Background : Dementia (senile) is a severe cognitive and functional decline caused


by brain disease as a result of chronic or progressive neurodegenerative and
cerebrovascular processes that can interfere with activities of daily living and hinder
social relationships. In Indonesia, it is estimated that there was 1.2 million people with
dementia in 2016, which will increase to 2 million in 2030 and 4 million people in
2050. Objective : The purposed of this study determined the correlation between
nutritional status and physical activity with dementia in the elderly at posyandu for
elderly Pasuruan Kidul Village Jati District of Kudus Regency. Method : This type of
research used a correlational analytic method with a cross-sectional approach and
the sampling technique was used purposive sampling with the number of samples
taken in this study as many as 50 respondents. The instrument was used
questionnaire sheet. Results : From the univariate data test, it was found that the
distribution of nutritional status in the risk of malnutrition with a percentage of 54%
and bad physical activity with a percentage of 78% and moderate dementia with a
percentage of 46%. From the results of the bivariate test, it was found that there was
a correlation between nutritional status with dementia (P = 0.002), and there was a
correlation between physical activity with dementia (P = 0.003). Conclusion : From
the results of the research that has been done, it is found that there is a correlation
between nutritional status and physical activity with dementia in the elderly.It is hoped
that the elderly will pay attention to diet, and carry out activities that can be useful for
strengthening and endurance for a few hours, so that the elderly remain independent
and productive, in order to improve the health status and quality of life for the elderly.

Keywords : physical activity, dementia, nutritional status


Bibliography : 35 (2010-2017)

1
Student’s of Nursing Muhammadiyah Kudus University
2
Lecturer of Nursing l Muhammadiyah Kudus University
3
Lecturer of Nursing ll Muhammadiyah Kudus University

xix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia mengalami perkembangan dan perubahan mulai


dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua, dan masa terakhir
adalah lansia dari setiap tahapan melalui beberapa proses. Masa akhir
disebut lansia (lanjut usia) dimana mengalami perubahan fisik yang
nampak dari lansia antara lain rambut mulai putih, kulit kering, gigi
keropos, dan masih banyak perubahan fisik yang terlihat, serta
kemampuan berpikir maupun bertindakpun menjadi terbatas. Proses
menua adalah proses alamiah kehidupan yang terjadi mulai dari awal
seseorang hidup, dan memiliki beberapa fase (Kholifah, 2016). Lanjut
usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik
pria maupun wanita (Kushariyadi, 2011). Lansia dapat juga diartikan
sebagai menurunnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan
mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (Darmojo, 2015). Jumlah penduduk lansia di
Indonesia pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 23.992.553
jiwa (9,77%), sementara pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20 juta
jiwa (9,51%), dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta
(11,34%) (Depkes, 2012). Jumlah orang lanjut usia di Indonesia
menduduki nomor ke empat di dunia, setelah China, India dan USA.
Angka Usia Harapan Hidup (UHH) di dunia pada tahun 2010-2015 adalah
sebesar 70%, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 71% pada tahun
2015-2020. Sedangkan, angka UHH di Indonesia pada tahun 2010-2015
adalah 70,7% dan diperkirakan akan meningkat menjadi 71,7% pada
tahun 2015-2020 (Kemenkes, 2013).
Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian
beratnya, sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas
sosial. Demensia berkaitan erat dengan usia lanjut (Nugroho, 2012).

1
2

Demensia adalah suatu kemunduran intelektual berat dan progresif yang


mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas harian seseorang. Di
Indonesia sendiri, diperkirakan ada sekitar 1,2 juta orang dengan
demensia pada tahun 2016, yang akan meningkat menjadi 2 juta di 2030
dan 4 juta orang pada tahun 2050. Peningkatan angka kejadian demensia
terjadi seiring bertambahnya usia. Prevalensi demensia meningkat dua
kali setiap pertambahan usia 5 tahun setelah melewati usia 60 tahun
sebesar 5,6%, hal ini diperkirakan akan meningkatkan pula prevalensi
demensia di seluruh dunia, ada 35,6 juta orang memiliki demensia
dengan lebih dari setengah (58%) yang tinggal di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2011).
Aspiani (2014) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar
penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan oleh
beberapa penyakit atau kondisi tertentu. Hampir 55% penyakit alzheimer
merupakan penyebab yang paling sering dari demensia. Demensia
alzheimer adalah salah satu bentuk demensia akibat degerasi otak yang
sering ditemukan dan paling ditakuti. Demensia alzheimer merupakan
keadaan klinis seseorang yang mengalami kemunduran fungsi intelektual
dan emosional secara progresif sehingga mengganggu kegiatan sosial
sehari-hari. Kemudian, 25-35% karena stroke dan 10-15% karena
penyebab lain seperti kelainan metabolisme atau endrokrin, multiple
sclerosis, subdural hematoma, efek samping obat seperti obat penenang
dan obat pereda nyeri, kekurangan vitamin dan mineral tertentu
(kekurangan vitamin B1, vitamin B6, vitamin B12, vitamin E, dan zat besi
dalam tubuh), keracunan akibat paparan logam berat, pestisida, dan
konsumsi alkohol. Banyak demensia yang diobati meskipun sangat sedikit
yang dapat disembuhkan (Asrori dan putri, 2014).
Menurut Aspiani (2014) kemunduran kognitif pada demensia
biasanya diawali dengan kemunduran memori (pelupa) serta daya pikir
lain, fatique, kerja mental menurun, perubahan tingkah laku,
ketidakmampuan untuk hidup mandiri dan akan menjadi beban keluarga,
gangguan afektif, ADL terganggu, disorientasi, cepat marah, kurang
konsentrasi, dan resiko jatuh. Menurut Pieter et al (2011) beberapa
kejadian demensia ditandai oleh hilangnya memori jangka pendek,
gangguan global, fungsi bahasa, mundurnya kemampuan berpikir
3

abstrak, kesulitan merawat diri sendiri, dan hilangnya pengenalan waktu


dan tempat. Proses penuaan otak abnormal merupakan bagian dari
proses degenerasi pada seluruh organ tubuh, hal ini akan menimbulkan
berbagai gangguan neuropsikologis dan masalah yang terbesar adalah
demensia.
Masalah gizi lanjut usia merupakan proses dari masalah gizi sejak
usia muda yang manifestasinya timbul setelah tua. Menurut ahli
gerontologi dan geriatri diperkirakan 30-50% faktor gizi berperan penting
dalam mencapai dan mempertahankan kesehatan lansia yang optimal.
Kebutuhan unsur gizi tertentu pada lansia mengalami peningkatan, hal ini
disebabkan oleh terjadinya proses degradasi (perusakan) yang
berlangsung sangat cepat. Masalah gizi adalah masalah yang mungkin
terjadi pada lansia yang erat kaitannya dengan masukan makanan dan
metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pola
makan yang baik dan beraneka ragam akan dapat memperbaiki mutu gizi
pada makanan seseorang. Seringkali, lanjut usia mempunyai masalah
dalam hal makan, salah satunya yaitu nafsu makan yang menurun.
Dalam perkembangannya, lansia akan mengalami berbagai masalah
kesehatan, salah satu di antaranya adalah masalah kekurangan gizi ada
sekitar 3,4%. Lansia merupakan salah satu kelompok yang rawan
menderita kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Bila konsumsi makanan
melebihi kebutuhan, tubuh akan mengalami kegemukan. Sebaliknya,
asupan makanan kurang dari yang dibutuhkan, tubuh akan menjadi kurus
dan sakit-sakitan. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan
makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Status gizi dikatakan baik,
bila pola makan kita seimbang. Artinya asupan, frekuensi, dan jenis
makanan yang dikonsumsi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang
yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50
tahun. Sayangnya, nafsu makan mereka secara biologis cenderung terus
menurun, karena itu harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh
gizi (Yono. dkk 2011). Gizi seimbang untuk lansia perlu diterapkan
dengan melihat kondisinya, apakah masih dapat mengunyah dengan baik
atau tidak. Kesulitan mengunyah pada lansia menurut Dewi (2014)
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi karena
4

kemampuan menguyah membatasi jenis konsumsi makanan lansia,


sehingga dapat mempengaruhi intake nutrisi lansia. Gigi yang hampir
tanggal atau telah tanggal kadang membuat lansia menolak untuk
mengkonsumsi buah, sayuran, ataupun daging yang merupakan sumber
vitamin, mineral, protein, dan serat.
Status gizi lansia dapat dilakukan melalui pengukuran berat badan
dan tinggi badan. Menilai status gizi lansia memerlukan metode
pengukuran yang sesuai dengan perubahan yang terjadi pada struktur
tubuh, komposisi tubuh serta penurunan fungsi organ tubuh. Metode yang
bisa dilakukan pada pengukuran status gizi lansia adalah dengan Mini
Nutritional Assessment (MNA). Status gizi pada usia diatas 18 tahun
dapat diukur dengan IMT dan dibedakan menjadi underweight, normal,
overweight, dan obesitas. Di Indonesia, prevalensi obesitas sentral yang
ditandai dengan penambahan lingkar pinggang pada lansia sebesar
18,8%. Hasil penelitian The Whitehall II dan The Framingham Offspring,
menunjukan bahwa overweight mempunyai hubungan terhadap
berkurangnya fungsi memori dan fungsi eksekutif. Studi Yan Zou di
Tiongkok menunjukan bahwa IMT yang menurun berpengaruh terhadap
penurunan dari fungsi kognitif yang merupakan risiko terhadap demensia.
Zat gizi mikro diketahui berkaitan dengan kejadian demensia pada lansia,
terutama vitamin B kompleks. Kekurangan vitamin B kompleks pada
lansia dapat meningkatkan risiko terjadinya demensia (Jurnal Gizi dan
Pangan, Juli 2013, 8(2): 129-136). Gorrelick (2014) mengemukakan
bahwa gizi merupakan salah satu faktor untuk mencegah kejadian
demensia.
Menurut WHO (2018), terdapat peningkatan risiko kematian
sebesar 20-30% pada orang dengan kurang melakukan aktivitas fisik,
dibandingkan dengan aktif melakukan latihan fisik selama minimal 150
menit dengan intensitas sedang per minggu secara rutin. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti populasi yang menua (lanjut
usia) dan gaya hidup yang kurang melakukan aktivitas fisik (Minh et al.,
2015). Menurut Rosdiani (2013), semakin rendahnya kebugaran jasmani,
kian meningkat pula gejala penyakit hipokinetik (kurang gerak),
kurangnya gerak akan menyebabkan resiko penyakit degeneratif
(menurunnya fungsi organ) yang semakin besar. Aktifitas fisik lansia
5

adalah berbagai macam aktifitas yang bisa dilakukan atau yang tidak bisa
dilakukan oleh orang yang sudah tua renta seperti berlari, melompat,
berjalan, dan berolahraga. Aktifitas fisik terdiri dari aktivitas selama
bekerja, tidur, dan pada waktu senggang. Setiap orang melakukan
aktifitas fisik bervariasi antara individu satu dengan yang lain bergantung
gaya hidup perorangan dan faktor lainnya seperti jenis kelamin, umur,
pekerjaan, dan lain-lain. Kohl (2013) menjelaskan aktivitas fisik yang
reguler menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan serta memiliki
banyak manfaat untuk kesehatan fisik, mental dan psikososial. Menurut
Kyu et al (2016) mengungkapkan manfaat aktivitas fisik yaitu menjaga
kestabilan tekanan darah dan kadar kolesterol, menurunkan resiko
penyakit degeneratif dan penyakit kronik seperti penyakit diabetes,
jantung, stroke, kanker, mempertahankan berat badan, menurunkan
stress, meningkatkan kerja jantung, memperbaiki sirkulasi darah,
mempertahankan kekuatan tulang dan otot. Aktivitas fisik memiliki
dampak positif terhadap keseimbangan energi dan pengendalian berat
badan, sehingga tingkat kebugaran dan produktivitas individu menjadi
meningkat karena tubuh berfungsi secara efektif dan memiliki energi yang
cukup (Novanda & Dwiyanti, 2014; Palar, Wongkar, & Ticoalu, 2015).
Aktifitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam
sehari, sehingga dapat menyehatkan jantung dan paru-paru serta alat
tubuh lainya. Jika lebih banyak waktu yang digunakan untuk beraktifitas
fisik, maka manfaat yang diperoleh juga lebih banyak, jika kegiatan ini
dilakukan setiap hari secara teratur, maka dalam waktu 3 bulan ke depan
akan terasa hasilnya (Proverawati, 2012).
Jumlah lansia di Indonesia terus meningkat terkhususnya Provinsi
Jawa Tengah yang menempati urutan ketiga se-Indonesia dengan
persentase 10,35% dari 18,55 juta jiwa lansia di Indonesia pada tahun
2012 dan diprediksi akan terus meningkat. Akibat adanya peningkatan
jumlah usia lanjut, masalah kesehatan yang dihadapi menjadi semakin
kompleks, terutama masalah yang berkaitan dengan gejala-gejala
penuaan. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia,
diantaranya perubahan tubuh, otot, tulang dan sendi, sistem
kardiovaskular, respirasi, dan kognisi (Ambardini, 2016). Hal ini,
menimbulkan perhatian penting terhadap bidang kesehatan lansia untuk
6

meningkatkan kualitas hidupnya, salah satunya adalah aktivitas fisik


lansia dimana aktivitas fisik sangat berkaitan erat dengan kesejahteraan
jasmani lansia. Kekuatan fisik, panca indera, potensi dan kapasitas
intelektual mulai menurun pada tahap-tahap tertentu. Terganggunya
kapasitas intelektual berhubungan erat dengan fungsi kognitif pada usila
di antaranya yaitu gangguan memori, perubahan persepsi, masalah
dalam berkomunikasi, penurunan fokus dan atensi, yang merupakan
hambatan dalam melaksanakan tugas harian. Gangguan ini sering
dialami oleh golongan usila. Sekurang-kurangnya ada 10% dari usila
yang berumur di atas 65 tahun dan 50% dari usila yang berumur di atas
85 tahun mengalami gangguan ini. Awalnya, kemunduran aktivitas hidup
sehari-hari ini berwujud sebagai ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas hidup yang kompleks (complex activity of daily living) seperti
tidak mampu mengatur keuangan, melakukan korespondensi, bepergian
dengan kendaraan umum, melakukan hobi, memasak, menata boga,
mengatur obat-obatan, menggunakan telepon, dan sebagainya. Lambat
laun penyandang tersebut tidak mampu melakukan aktivitas hidup sehari-
hari yang dasar (basic activity of daily living) berupa ketidakmampuan
untuk berpakaian, menyisir, mandi, toileting, makan, dan aktivitas hidup
sehari-hari yang dasar. Hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun
2018 menunjukan bahwa aktivitias fisik yang dilakukan masyarakat terus
meningkat hingga umur 40-44 tahun, kemudian menurun pada umur 45-
49 tahun ke atas. Banyak studi yang menjelaskan bahwa aktivitas fisik
dapat mencegah kemunduran fungsi kognitif dan juga merupakan
penanda status kesehatan secara umum pada usila. Aktivitas fisik
merupakan salah satu dari upaya pencegahan terhadap gangguan fungsi
kognitif dan demensia. Usila yang melakukan aktivitas fisik dapat
menstimulasi faktor pertumbuhan neuron yang melibatkan fungsi kognitif
dapat mengurangkan risiko menderita demensia dengan signifikan.
Aktivitas fisik termasuk latihan ketahanan dan berjalan, dapat
meningkatkan fungsi kognitif pada orang dewasa tua. Kemunduran fungsi
kognitif dapat berupa mudah lupa (forgetfulness) yaitu bentuk gangguan
kognitif yang paling ringan sampai ke demensia sebagai bentuk klinis
yang paling berat.
7

Berdasarkan pengambilan data awal di Posyandu Lansia Mawar


Desa Pasuruhan Kidul pada hari Selasa, 29 September 2020 terdapat 57
peserta, kemudian dilakukan survey pendahuluan pada hari Rabu, 7
Oktober 2020 dan 10 Februari 2021, survey awal terhadap 15 usila. Dari
hasil wawancara, mereka mengeluh mengalami penurunan daya ingat,
seperti lupa hari dan lupa tanggal, ada 2 usila yang mengatakan tidak
dapat mengingat umur, dan mengatakan sering lupa meletakkan barang
atau benda, dan 1 usila diantaranya mengatakan pernah tidak bisa
pulang kerumah dengan sendirinya karena lupa jalan. Ada 2 usila yang
mengatakan nafsu makan nya berkurang dan tidak teratur, sebagian dari
mereka mengatakan kurang asupan vitamin, mineral, karbohidrat, dan
protein, sedangkan 1 usila mengatakan memiliki nafsu makan yang
meningkat, serta ada 2 usila yang sering mengkonsumsi obat-obat
tertentu, kemudian 3 usila lainya rajin mengikuti senam lansia. Terdapat
juga adanya penurunan aktifitas fisik yang dialami, 4 usila mengatakan
biasanya mereka mengeluh mudah lelah jika berjalan dan sulit untuk
menyelesaikan rutinitas pekerjaan sehari-hari. Hal itu, disebabkan karena
kalsium untuk tulang dan otot tidak terpenuhi maksimal, dan di karenakan
tulang mulai rapuh, serta sendi-sendi sulit untuk berfungsi dengan normal.
Berdasarkan literatur Asrori dan Putri (2014), itu merupakan bagian dari
tanda dan gejala dari demensia. Dari data yang telah didapatkan terdapat
hasil yaitu tingginya peluang demensia. Berdasarkan uraian di atas yang
telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Hubungan Status Gizi dan Aktifitas Fisik dengan Demensia
pada Elderly di Posyandu Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya dalam latar
belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1. Adakah Hubungan Status Gizi dan Aktifitas Fisik dengan Demensia pada
Elderly di Posyandu Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus ?
8

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan di Posyandu Lansia Desa
Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Status gizi dan Aktifitas Fisik dengan
Demensia pada Elderly di Posyandu Lansia Desa Pasuruhan Kidul
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui status gizi pada elderly di Posyandu Lansia Desa
Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
b. Untuk mengetahui aktifitas fisik pada elderly di Posyandu Lansia Desa
Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
c. Menganalisa hubungan status gizi dan aktifitas fisik dengan demensia
pada elderly di Posyandu Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan
Jati Kabupaten Kudus.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan menjadi
bahan acuan bagi penulis dan memperoleh informasi dan pengalaman
berharga dalam mengaplikasikan ilmu, serta melatih penulis untuk
melakukan kegiatan penelitian sebagai proses belajar.

2. Bagi Masyarakat
Hasil dari penelitian ini, dapat dijadikan informasi sebagai tambahan
pengetahuan untuk masyarakat agar dapat mengatasi kualitas hidup bagi
lansia.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan pustaka dalam rangka menambah informasi dan sebagai
tambahan materi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan,
dan sebagai bentuk pengabdian mahasiswa dalam bentuk penelitian.
9

4. Bagi Pengembangan Riset Keperawatan


Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengembangan riset
keperawatan dalam menentukan kebijaksanaan dalam perencanaan
program, dan dapat digunakan sebagai dasar untuk penyempurnaan
penelitian untuk selanjutnya.

5. Bagi Responden
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan yang
bermanfaat, serta menambah wawasan bagi lansia agar bisa menjaga
status gizi tetap dalam keadaan normal dan aktifitas fisiknya tetap terjaga.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian penelitian


Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
Chairunnisa Pola Penelitian ini Hasil penelitian Penelitian
Utami Konsumsi menggunakan menunjukkan terdahulu
Pratiwi, Sri Pangan, desain Cross Sec- bahwa terdapat variable bebas
Anna Aktifitas Fisik, tional dianalisis hubungan yang Pola Konsumsi
Marliyati, dan Riwayat dengan uji korelasi signifikan antara Pangan, Aktifitas
Melly Latifah Penyakit, Spearman tingkat Fisik, Riwayat
(2013) Riwayat pendidikan, Penyakit,
Demensia, tingkat Riwayat
Riwayat kecukupan Demensia,
Demensia vitamin A, vitamin Riwayat
Keluarga, B1, vitamin B2, Demensia
dan Kejadian vitamin B6, Keluarga dan
Demensia vitamin C, riwayat pada penelitian
Pada Lansia penyakit diabetes sekarang
Di Panti mellitus, dan menggunakan
Werdha aktivitas fisik variable bebas
Tresna Bogor dengan kejadian status gizi dan
demensia pada aktifitas fisik
lansia (p<0.05).
Tidak terdapat
hubungan yang
signifikan antara
usia, tingkat
kecukupan asam
folat, riwayat
hipertensi, dan
riwayat demensia
keluarga dengan
kejadian
demensia pada
lansia (p>0.05)
10

Raden Siti Hubungan Jenis penelitian Hasil uji statistik uji Penelitian
Maryam, Tingkat ini adalah non- hubungan antara terdahulu
Tien Hartini, Pendidikan dan eksperimen usia dan variable
Sumijatun Activity Daily (observasionl) demensia, p = bebas tingkat
(2015) Living dengan dengan 0,099, dan r = - usia dan
Demensia pada pendekatan 0,297, berarti tidak kemampuan
Lanjut Usia di cross sectional ada hubungan fungsional
Panti Werdha yang bermakna, dan pada
negatif dan lemah penelitian
diantara kedua sekarang
variabel. antara menggunaka
demensia dengan n variable
kemampuan bebas status
fungsional, p = gizi dan
0,002, dan r = - aktifitas fisik
0,535, artinya ada
hubungan yang
bermakna, negatif
dan kuat diantara
kedua variable

Sri Suwarni, Hubungan Usia Penelitian ini Hasil uji statistik uji Penelitian
Setiawan, M. Demensia dan adalah penelitian hubungan antara terdahulu
Muddasir Kemampuan deskriptif dengan usia dan variable
Syatibi Fungsional metode demensia, p = bebas tingkat
(2017) pada Lansia obsevasional 0,099, dan r = - usia dan
analitik dengan 0,297, berarti tidak kemampuan
pendekatan ada hubungan fungsional
cross sectional yang bermakna, dan pada
study negatif dan lemah penelitian
diantara kedua sekarang
variabel. antara menggunakan
demensia dengan variable
kemampuan bebas status
fungsional, p = gizi dan
0,002, dan r = aktifitas fisik
-0,535, artinya ada
hubungan yang
bermakna, negatif
dan kuat diantara
kedua variable
11

F. Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang Lingkup Waktu
Pemberian izin penelitian dilakukan pada hari Jum‟at, 25 September 2020
sedangkan pengambilan data awal di mulai pada hari Selasa, tanggal 29
September 2020, selanjutnya dilakukan survey pendahuluan pada tanggal
7 Oktober 2020 dan tanggal 10 Februari 2021, kemudian akan dilakukan
studi penelitian pada bulan April 2021.

2. Ruang Lingkup Tempat


Studi penelitian nantinya akan dilakukan di Posyandu Lansia Mawar Desa
Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.

3. Ruang Lingkup Materi


Penelitian ini termasuk dalam Ilmu Keperawatan Gerontik mengenai
demensia yang berkaitan dengan status gizi dan aktifitas fisik pada
elderly.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEMENSIA PADA ELDERLY (60 – 75 Tahun)

1. Pengertian Demensia
Menurut Meiner (2011), demensia merupakan sindrom
kemunduran kognitif secara berangsur-angsur dan menetap. Perubahan
ingatan yang diperoleh dari perubahan fungsi intelektual secara menetap
(seperti orientasi, kalkulasi, perhatian, dan keterampilan motorik) yang
dicurigai mengenai beberapa bagian kognitif.
Menurut Asrori (2014), demensia adalah kondisi yang
dikarakteristikkan dengan hilangnya kemampuan intelektual yang cukup
menghalangi hubungan sosial dan fungsi kerja dalam kehidupan sehari-
hari.
Demensia adalah sindrom penurunan kognitif dan fungsional,
biasanya terjadi di kemudian hari sebagai akibat neuro degeneratif dan
proses serebrosvaskuler (Killin, 2016).
Jadi kesimpulannya bahwa demensia adalah gejala yang
disebabkan oleh penyakit otak yang biasanya bersifat kronis atau
progesif, dimana gangguan dari beberapa fungsi kortikal lebih tinggi,
termasuk memori, berpikir, pemahaman, belajar, berbahasa, dan
penilaian.

2. Tahapan Demensia
a. Early stage (tahap awal)
Lansia yang mengalami demensia dimulai secara bertahap,
sehingga akan sulit mengenali persis kapan gejala dimulai. Beberapa
perubahan yang sering dialami sebagai bagian dari proses penuaan yang
normal. Dalam tahap ini, penderita mengalami kehilangan memori jangka
pendek seperti depresi dan sering agresif, menjadi disorientasi pada
waktu, menjadi kehilangan keakraban dengan sekitarnya, menunjukan

12
13

kesulitan dalam berbahasa, kurangnya inisiatif dan motivasi, hilangnya


minat dan hobi serta berkurangnya aktifitas.
b. Middle stage (tahap tengah)
Dalam tahap ini, gajala yang cukup jelas terlihat dan mengganggu
pekerjaan, sosialisasi, serta kegiatan sehari-hari menjadi sering pelupa
terutama kejadian baru yang dialami, kesulitan melakukan pekerjaan
rumah tangga, kesulitan menemukan kata yang tepat untuk diungkapkan,
mudah berpergian, dan tidak dapat kembali ke tempat asal, mendengar
dan melihat sesuatu yang tidak ada, tidak bisa mengatur dirinya sendiri
dan bergantung pada orang lain.
c. Late stage (tahap akhir)
Pasien akan kehilangan fungsi serta lebih ketergantungan pada
orang lain seperti susah untuk makan, sulit untuk berbicara, tidak dapat
mengenali orang atau obyek, berada di kursi roda ataupun tempat tidur,
kesulitan berjalan, memiliki inkontensia bowel, kesulitan mengerti dan
menginterpretasikan kejadian.

3. Jenis- Jenis Demensia


a. Demensia tipe kortikal (4A)
Patologi korteks otak demensia biasanya mempengaruhi fungsi
kognitif yang terletak di lapisan luar otak (korteks). Fungsi-fungsi ini
adalah sebagai berikut :

1) Agrafia yaitu kesulitan menggambarkan objek (Meiner, 2011).


2) Afasia mengacu pada kemunduran bahasa, yaitu sulit mengucap-
kan / pemahaman verbal yang sulit dipahami untuk
mengekspresikan diri (Meiner, 2011).
3) Apraxia ketidakmampuan untuk melakukan gerakan-gerakan
motorik, terutama kemampuan motorik yang dipelajari (Meiner,
2011).
4) Agnosia mengacu pada ketidakmampuan dalam mengenal objek
yang dikenal (Meiner, 2011).
14

b. Demensia subkortikal (4D)


Terjadi karena masalah pada bagian otak di bawah korteks.
Cenderung menunjukkan perubahan dalam kecepatan berpikir dan
kemampuan mereka untuk memulai kegiatan.

1) Dysmentia adalah setiap gangguan dalam memori /


perlambatan pemikiran.
2) Delay yaitu gangguan memori tunda yang berupa mengalami
kesulitan mengingat kembali sebuah informasi walaupun telah
diberikan bantuan isyarat.
3) Dysexecutive yaitu menggambarkan kesulitan dalam
pengambilan keputusan.
4) Deplesi yaitu saat-saat individu menunjukkan tanda baik empat
A dan empat D, kondisi ini didefinisikan sebagai demensia
campuran.

4. Tingkatan Demensia
a. Demensia buruk
Demensia yang dikatakan buruk yang memiliki skor pemeriksaan
MMSE < 17 seperti disorientasi, gangguan bahasa, mudah bingung, dan
penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita pada kondisi ini
tidak dapat melakukan kegiatan sampai selesai mengalami gangguan
visuospasial, tidak mengenali anggota keluarganya (Gluhm et all, 2013).
b. Demensia sedang
Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki
skor MMSE 17-23 yang artinya, fungsi memori yang terganggu bisa
menyebabkan lupa akan hal baru yang dialami (Gluhm et all, 2013).
c. Demensia dengan kondisi baik
Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki
skor MMSE ≥ 24 yang artinya, lansia dalam kondisi ini masih mempunyai
daya ingat yang tinggi (Gluhm et all, 2013).
15

5. Faktor Yang Mempengaruhi Demensia


a. Usia
Usia merupakan faktor risiko utama terhadap kejadian demensia
pada lanjut usia. Hubungan ini sangat berbanding lurus yaitu bila semakin
meningkatnya umur, semakin tinggi pula risiko terjadinya demensia.
Semakin usia yang bertambah, akan semakin rentan pula terkena
penyakit (Gorelick 2014).
b. Riwayat penyakit
Penyakit infeksi dan metabolisme yang tidak ditangani serta
diabaikan dapat memicu terjadinya demensia seperti tumor otak, penyakit
kardiovaskular (seperti hipertensi dan atherosklerosis), gagal ginjal,
penyakit hati, penyakit gondok. Penyakit penyebab demensia dibagi
menjadi 3 kelompok meliputi demensia idiopatik, demensia vascular, dan
demensia sekunder. Demensia idiopatik contohnya penyakit alzheimer,
penyakit huntington, penyakit pick yang terjadi pada lobus frontal.
Demensia vascular meliputi demensia multi-infark, pendarahan otak non-
traumatik dengan demensia. Pada demensia sekunder terjadi karena
infeksi, gangguan nutrisi, gangguan auto-imun, trauma, dan stress.
c. Riwayat demensia keluarga
Beberapa pasien demensia memiliki genetik demensia. Namun
pada sebagian orang yang memiliki gen demensia hanya sedikit yang
berkembang gennya menjadi demensia. Penyakit Alzheimer (AD)
merupakan penyakit genetik heterogen dikaitkan dengan susceptibility
(risk) gen dan tiga determinative (disease) gen. Susceptibility (risk) gen
yang diketahui ialah alel apolipoprotein Eε4 (APOEε4) di kromosom 19
pada q13. Hal ini, harus dilakukan pemeriksaan secara detail agar
mengetahui faktor ini terjadi pada lanjut usia (Alzheimer„s disease, 2011).
d. Jenis kelamin
Demensia lebih banyak dialami perempuan, bahkan saat populasi
perempuan lebih sedikit dari pada laki-laki, kejadian demensia pada
perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki. Akan tetapi tidak ada
perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian demensia, hal
ini menunjukkan bahwa laki-laki maupun perempuan memiliki peluang
yang sama untuk berkembangnya demensia (Gorelick 2014).
16

e. Pola konsumsi
Kebutuhan lanjut usia semakin menurun seiring dengan
bertambahnya usia. Pada usia 40-49 tahun menurun sekitar 5%, dan
pada usia 50-69 tahun menurun hingga 10%. Lanjut usiapun
membutuhkan asupan gizi lengkap seperti sedikit daging dan karbohidrat,
sayur, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang sangat cukup sebagai
pengatur tubuh dan memperlancar proses oksidasi, memelihara fungsi
normal otot dan saraf, vitalitas jaringan dan menunjang fungsi lain (Ariani,
2017). Hal ini diperlukan energi untuk menjalankan fungsi fisiologis
tubuhnya (Andriani & Wirjatmadi, 2012). Asupan vitamin A, B6 dan B12,
C, E, Fe, Zn, dan riset menunjukkan bahwa diet tipe mediterania, kaya
sereal, buah-buahan, ikan, kacang-kacangan, dan sayuran yang cukup
dapat mengurangi risiko demensia pada lanjut usia. Adanya kejadian
status gizi kurang dan status gizi lebih dapat dipengaruhi oleh faktor pola
konsumsi.
f. Tingkat pendidikan
Orang yang berpendidikan lebih lanjut memiliki berat otak yang
lebih, dan mampu menghadapi perbaikan kognitif, serta neuro degeneratif
dibandingkan orang yang berpendidikan rendah (Larasati, 2013).
g. Aktivitas fisik
Aktivitas lanjut usia sebenarnya sangat terbatas karena faktor
usia, bahkan lanjut usia ada yang tidak ingin melakukan apa-apa hanya
berjalan dan duduk di tempat tidur. Kejadian demensia berhubungan
dengan berkurangnya partisipasi dalam mengisi waktu senggang.
Aktivitas untuk lanjut usia yang dilakukan saat waktu senggang dapat
menurunkan risiko demensia. Hal ini akan mempengaruhi kondisi lanjut
usia seperti cepat terjadinya pikun, mudah terserang penyakit, otot-otot
pada alat gerak melemah. Lanjut usia yang melakukan latihan fisik
olahraga dapat menjaga tubuh tetap sehat, meningkatkan mobilitas,
menghindari faktor resiko tulang keropos.

6. Pemeriksaan Keadaan Mental Mini (Mini Mental State Examination)


Pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE) ini adalah
salah satu tes dalam usaha menegakkan diagnosa demensia, yaitu :
17

a. Pemeriksaan orientasi (seperti menyebut nama hari, tanggal, bulan


tahun).
b. Registrasi (seperti menyuruh lansia menyebut beberapa nama benda
dalam waktu singkat).
c. Perhitungan (kalkulasi seperti menambah dan mengurangi).
d. Mengingat kembali (mengulangi semua nama benda yang sudah
disebut sebelumnya).
e. Tes bahasa (menyebut nama benda yang ditunjukkan).

7. Penelitian-Penelitian Yang Terkait Pada Penelitian Sebelumnya


Menurut penelitian Chairunnisa Utami Pratiwi, Sri Anna Marliyati,
dan Melly Latifah (2013) dengan judul “Pola Konsumsi Pangan, Aktivitas
Fisik, Riwayat Penyakit, Riwayat Demensia Keluarga, Dan Kejadian
Demensia Pada Lansia Di Panti Werdha Tresna Bogor”. Penelitian ini
menggunakan desain Cross Sectional yang dilaksanakan di Panti Werdha
Tresna, Bogor pada bulan Maret-Mei 2013. Pemilihan tempat dilakukan
secara purposive. Lansia yang tinggal di panti, seluruhnya berjenis
kelamin perempuan. Data primer meliputi karakteristik subjek, pola
konsumsi pangan, status gizi, aktivitas fisik, riwayat penyakit, riwayat
demensia keluarga, dan keadaan kognitif subjek. Data sekunder meliputi
data gambaran umum, dan jadwal kegiatan panti. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara secara langsung dengan kuesioner,
pengukuran langsung, dan penggunaan data kesehatan dari pihak panti
Werdha Tresna. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif dan inferensia. Dianalisis dengan uji korelasi Spearman.
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik subjek,
kebiasaan makan, frekuensi konsumsi makan, tingkat kecukupan gizi,
aktivitas fisik, status gizi, riwayat penyakit, riwayat demensia keluarga
subjek, dan kondisi kognitif untuk melihat risiko kejadian demensia pada
subjek. Penelitian ini menggunakan metode semi kuantitatif untuk
mengetahui frekuensi makan dan kebiasaan makan subjek dengan
wawancara menggunakan Food Frequency Questionnaires (FFQ).
Metode kuantitatif recall 2x24 jam digunakan untuk mengetahui konsumsi
pangan subjek. Clinical Dementia Rating Scale (CDR) didesain untuk
mengukur demensia yang berkelanjutan. CDR menggambarkan lima
18

tingkatan demensia dalam enam faktor yaitu daya ingat, orientasi,


penilaian dan pemecahan masalah, kehidupan bermasyarakat, hobi dan
rumah tangga, dan perawatan diri. Masing-masing dari tingkatan
demensia memiliki skor 0 ; 0.5; 1 ; 2; dan 3. Skor 0 (healthy) berarti
subjek masih sehat. Skor 0.5 (questionable dementia) merujuk pada
subjek dengan kerusakan kognitif namun belum demensia akan tetapi
memiliki risiko tinggi untuk menjadi demensia di masa mendatang. Subjek
penelitian berjumlah 42 wanita lansia dengan kisaran usia antara 60
sampai 82 tahun. Berdasarkan pemeriksaan CDR, sebanyak 57.1%
lansia mengalami demensia dan 42.9% lansia tidak mengalami demensia.
Sebagian besar subjek demensia tidak sekolah (54.2%), dan sebagian
besar subjek tidak demensia merupakan tamatan Sekolah Dasar (33.3%).
Sebagian besar subjek telah menikah dengan jumlah keluarga tergolong
kecil yaitu < 4 orang.
Menurut penelitian Raden Siti Maryam, Tien Hartini, Sumijatun
(2015) dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Activity Daily
Living Dengan Demensia Pada Lanjut Usia Di Panti Werdha”. Jenis
penelitian ini adalah non-eksperimen (observasional) dengan pendekatan
cross sectional yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan
di antara variabel independen terhadap variabel dependen yaitu usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama tinggal di panti, tipe
ketergantungan, merokok, minum beralkohol, hipertensi, diabetes,
hiperkolesterol, obesitas, dan ADL lansia dengan demensia. Analisis data
dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di 4 Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Wilayah Pemda DKI Jakarta yang memenuhi
kriteria inklusi yaitu berusia 60 tahun ke atas, dapat membaca dan
menulis, serta bersedia menjadi responden. Adapun kriteria eksklusi pada
penelitian ini adalah lansia yang sakit / bedrest dan lansia yang tidak
dapat berkomunikasi. Sampel penelitian didapatkan 120 lansia dari
jumlah keseluruhan lansia dari 4 panti yaitu kurang lebih 520 lansia.
Instrumen data memuat karakteristik lansia status fungsional lansia (Basic
Activity Daily Living / BADL) menggunakan Katz Indeks. Instrumen MMSE
diuji cobakan terhadap 30 lansia yang memiliki karakteristik hampir sama
dengan responden penelitian. Uji validitas dan reliabilitas instrumen
19

menggunakan pearson product moment dengan hasil nilai alpha


Cronbach_0,659.
Menurut Penelitian Sri Suwarni, Setiawan, M. Mudadsir Syatibi
(2017) dengan judul “Hubungan Usia Demensia Dan Kemampuan
Fungsional Pada Lansia. Desain yang digunakan pada penelitian ini
adalah cross sectional studi. Dalam penelitian ini, uji hipotesis korelasi
yang dipakai adalah rank spearman karena skala data dari variabel yang
dihubungkan adalah ordinal dan numerik. Sejumlah 38 orang yang
bersedia menjadi subyek diperoleh 32 subjek lansia (laki – laki 7 orang,
perempuan 25 orang), bersedia dilakukan tes Mini Mental State
Examination dan juga tes kemampuan fungsional dengan indeks GARS.
Hasil analisis deskriptif distribusi frekuensi karakteristik usia subyek
penelitian adalah kelompok usia elderly (60 – 74) tahun sebanyak 13
orang (40,625%), dan pada kelompok usia old (75 – 90) tahun sebanyak
19 orang (59,375%). Pada nilai significancy yang diperoleh adalah p =
0,099 atau p > 0,05 yang artinya tidak ada korelasi yang bermakna antara
kedua variabel. Hasil uji korelasi yang diperoleh adalah berarti bahwa
usia tidak berhubungan dengan kejadian demensia. Skor MMSE yang
mewakili variabel demensia diperoleh hasil yang bervariasi dengan
sebaran usia yang bervariasi pula. Hal ini bisa diartikan setiap
pertambahan usia maka tidak diikuti dengan penurunan skor MMSE.
Sebagian besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang
hanya diderita oleh para lansia, kenyataannya demensia dapat diderita
oleh siapa saja dari semua tingkat usia dan jenis kelamin.

B. STATUS GIZI

1. Pengertian Status Gizi


Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat gizi. Hal ini penting diberikan karena zat
gizi sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi, pertumbuhan
dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta pengatur proses tubuh
(Septikasari, 2018).
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan
20

asupan zat gizi yang berbeda antar individu, hal ini tergantung pada usia
orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, dan berat
badan (Par‟I, Holil M. dkk, 2017).
Status gizi dapat pula diartikan sebagai gambaran kondisi fisik
seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energi yang masuk dan
yang dikeluarkan oleh tubuh (Marmi, 2013).
Jadi kesimpulan dari status gizi yaitu faktor yang terdapat dalam
level individu, faktor yang dipengaruhi langsung oleh jumlah dan jenis
asupan makanan serta kondisi infeksi. Diartikan juga sebagai keadaan
fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah
satu atau kombinasi ukuran-ukuran gizi tertentu.

2. Klasifikasi Status Gizi


Berdasarkan baku rujukan World Health Organization – National
Centre for Health Service (WHO-NCHS) status gizi dibagi menjadi empat
yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, gizi buruk.
a. Gizi lebih (overnutrition)
Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi
energi dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara
kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih
(overweight) dan obesitas. Kelebihan berat badan dan obesitas pada
seseorang merupakan masalah gizi yang serius karena dampak masalah
gizi lebih dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif seperti jantung
koroner, diabetes mellitus (DM), hipertensi, dan penyakit hati (Supariasa,
2012). Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu
terutama di perkotaan, menyebabkan perubahan dalam gaya hidup
terutama pola makan berubah ke pola makan baru yang rendah
karbohidat, rendah serat kasar, dan tinggi lemak, sehingga menjadikan
mutu makanan ke arah tidak seimbang. Penanggulangan masalah gizi
lebih adalah dengan menyeimbangkan masukan dan keluaran energi
melalui pengurangan makan dan penambahan latihan fisik.
Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan membatasi konsumsi
karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol.
21

b. Gizi baik
Gizi baik adalah gizi yang seimbang. Gizi seimbang adalah
makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam
dan memenuhi zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan
tidak kekurangan.
c. Gizi kurang (undernutrition)
Gizi kurang adalah kekurangan bahan nutrisi seperti protein,
karbohidrat, lemak, dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Status gizi
yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur (BB/U) yang
merupakan padanan istilah underweight (Kemenkes RI, 2011).
d. Gizi buruk
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena
kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka
waktu lama. Status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan
menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah severely
underweight (Kemenkes RI, 2011).

3. Metode Pengukuran Status Gizi Pada Lansia


Metode yang bisa dilakukan pada pengukuran status gizi lansia
adalah dengan menggunakan Mini Nutritional Assessment (MNA). Pada
pengukuran dengan menggunakan MNA ini, pengukuran antropometri
menjadi poin yang diukur. Selain dengan menggunakan MNA,
pemeriksaan klinis dan biokimia juga dapat dilakukan untuk pengukuran
status gizi. Mini Nutritional Assessment (MNA) adalah menggolongkan
pasien atau lansia dalam keadaan status gizi baik, beresiko malnutrisi
ataukah malnutrisi berat. MNA mempunyai dua bagian besar yaitu
screening dan assessment, dimana penjumlahan semua skor akan
menentukan seseorang lansia pada status gizi baik, beresiko malnutrisi,
atau berisiko underweight (Darmojo, 2010). Mini Nutritional Asessment
(MNA) didesain dan telah dibuktikan bagus sebagai alat kajian tunggal
dan cepat untuk menilai status gizi pada lansia. MNA ini merupakan
kuesioner dalam bahasa Indonesia dan sudah diuji validasnya untuk
menskrining status gizi lansia. Darmojo (2010) dalam studinya
mengemukakan bahwa Mini Nutritional Assessment (MNA) ini meliputi
wawancara dan pengamatan mengenai berat badan dan perubahan berat
22

badan 6 bulan atau 2 minggu terakhir, ada tidaknya gangguan


gastrointestinal, ada tidaknya gangguan fungsional, status metabolik dari
penyakit, ada tidaknya muscle wasting dan edema. Kuesioner MNA terdiri
atas 18 pertanyaan yang terbagi dalam empat komponen yaitu penilaian
antropometri, penilaian asupan makanan, penilaian secara umum
mengenai gaya hidup dan penilaian secara subjektif. Berikut ini adalah
penilaian MNA :
1) Skor < 17 = malnutrisi
2) Skor 17 - 23,5 = Dalam resiko malnutrisi
3) Skor ≥ 24 = status gizi normal

4. Penilaian Status Gizi


Status gizi dapat diukur secara langsung dan tidak langsung.
Penilaian secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia, biofisik. Sedangkan penilaian status gizi
secara tidak langsung dibagi menjadi tiga yaitu survei konsumsi
makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2012).

a. Penilaian secara langsung


1) Antropometri
Antropometri berasal dari Bahasa Yunani yaitu antropos (tubuh)
dan metros (ukuran), jadi antropometri diartikan sebagai ukuran tubuh.
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi fisik tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Cara ini sudah digunakan secara meluas dalam pengukuran
status gizi, terutama pada ketidakseimbangan yang menahun antar
asupan energi dan protein. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan
jumlah air dalam tubuh. Faktor genetik, konsumsi makanan, dan
kesehatan (adanya infeksi) merupakan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi antropometri (Aritonang, 2013).
Keunggulan antropometri yaitu alat mudah, dapat dilakukan
berulang-ulang & objektif, siapa saja bisa dilatih mengukur, relatif murah,
hasilnya mudah disimpulkan, secara ilmiah diakui kebenarannya,
sederhana, aman, bisa sampel besar, tepat, akurat, dapat
23

menggambarkan riwayat gizi masa lalu, bisa untuk skrining &


mengevaluasi status gizi. Kelemahan antropometri yaitu tidak sensitif &
spesifik mengukur suatu zat gizi, bisa dipengaruhi faktor di luar gizi
misalnya penyakit, bisa terjadi kesalahan pengukuran.
Dalam menilai status gizi khusus pada penilaian status gizi lansia
berdasarkan Mini Nutritional Assessment (MNA) yaitu terdapat kombinasi
beberapa parameter yang disebut indeks antropometri yang terdiri dari
berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut
umur (LLA/U), indeks massa tubuh (IMT) (Mardalena, 2016).
a) Berat Badan (BB)
Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang
paling sering digunakan yang dapat menggambarkan massa jaringan
termasuk cairan tubuh dan zat gizi (Gibson, 2015). Pengukuran berat
badan ini paling sering digunakan untuk berbagai kelompok usia, karena
pengukuran berat badan ini juga dapat digunakan sebagai indikator status
gizi pada saat skrining gizi dilakukan. Hal ini disebabkan karena berat
badan sangat sensitif terhadap berbagai perubahan komposisi tubuh,
sehingga penurunan atau kenaikan berat badan ini berkaitan erat dengan
komposisi tubuh.
b) Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan yaitu parameter ukuran panjang dan dapat
merefleksikan pertumbuhan skeletal atau tulang (Hartriyanti dan Triyanti,
2015). Tinggi badan merupakan hasil pertumbuhan kumulatif sejak lahir,
sehingga parameter ini dapat memberikan gambaran mengenai riwayat
status gizi masa lalu. Tinggi badan ini diukur dengan menggunakan alat
ukur dengan menggunakan alat pengukuran seperti microtoise dengan
ketepatan 1 cm tetapi bisa juga dengan alat pengukuran non elastik
ataupun metal.
c) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau biasa dikenal dengan Body Mass
Index (BMI) merupakan alat ukur sederhana yang sering digunakan untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan seseorang, maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
24

mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Nilai indeks diperoleh


dengan perhitungan berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi
badan dalam meter dikuadratkan (Kemenkes RI, 2013).

Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat diketuhi nilainya dengan


menggunakan rumus :

IMT = Berat badan (kg)

Tinggi badan (m)²

Klasifikasi IMT untuk Indonesia merujuk kepada ketentuan WHO


dimana klasifikasi ini dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis serta
hasil penelitian di negara berkembang yang kemudian diklasifikasikan ke
dalam Mini Nutritional Assessment (MNA), klasifikasinya sebagai berikut :
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai berikut :

(1) Buruk = < 17,0

(2) Kurang = < 18,5

(3) Normal = 18,5 – 25,0

(4) Lebih = > 25,0

d) Lingkar Lengan Atas (LLA)


Selain beberapa hal yang diukur di atas untuk mengidentifikasi
status gizi pada seseorang. Lingkar Lengan Atas (LILA) juga digunakan
untuk menetapkan dan mengidentifikasi status gizi. Dikutip oleh Indriaty
(2010) dalam bukunya mengenai antropometri (Clinical Method in
antropometri : Dinamic of Nutrition support Assessment Implementation).
Klasifikasi nilai Lingkar Lengan Atas (LLA) sebagai berikut :

(1) LLA < 21 = buruk

(2) LLA 21 sampai ≤ 22 = sedang

(3) LLA > 22 = baik / normal


25

e) Lingkar Betis
Lingkar betis ini merupakan salah satu bagian yang diukur pada
penilaian antropometri khusus untuk melihat gambaran status gizi pada
lansia.

2) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral
atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis
secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah
satu atau lebih zat gizi.
Pada pemeriksaan ini terdapat dua jenis kategori untuk
mengetahui status gizi pada lansia, diantaranya adalah :
a) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu melakukan pemeriksaan fisik dari kepala
sampai ujung kaki untuk melihat tanda-tanda dan gejala adanya masalah
gizi (Mardalena, 2016). Berbagai kelainan akibat kurang gizi dapat
ditemukan pada pemeriksaan fisik antara lain kehilangan lemak subkutan,
ulkus dekubitus karena kekurangan protein dan energi, edema akibat
kekurangan protein, penyembuhan luka yang lambat karena defisiensi
seng dan vitamin C. Manifestasi klinis lain yang sering dijumpai pada
lansia adalah gangguan keseimbangan cairan, khususnya dehidrasi.
Dehidrasi pada lansia dapat berupa peningkatan suhu tubuh, penurunan
volume urine, penurunan tekanan darah, mual, muntah, dan gagal ginjal
akut (Darmojo, 2010).
Kelebihan atau keunggulannya adalah relatif murah, tidak
memerlukan tenaga khusus cukup paramedis terlatih, sederhana, cepat,
dan mudah diinterpretasikan, dan peralatan sederhana. Sedangkan
kelemahannya adalah beberapa gejala klinis tidak mudah dideteksi,
kadang tidak spesifik, adanya gejala klinis yang bersifat multipel, gejala
26

dapat terjadi saat permulaan atau tahap akan sembuh dari penyakit,
adanya variasi dalam gejala klinis (Mardalena, 2016).
b) Pemeriksaan fungsional
Menurut Darmojo (2010) gangguan fungsi pada kemampuan
untuk menyiapkan makanan dan makan secara mandiri dapat
menganggu asupan makan seorang lansia. Seorang lansia yang dapat
bergerak bebas di dalam rumah akan banyak menyiapkan makanan
sesuai dengan yang diinginkannya, sedangkan lansia yang menderita
stroke, misalnya tidak dapat bergerak bebas untuk menyiapkan makanan
sesuai seleranya, sehingga hanya bergantung kepada orang lain untuk
makan. Fungsi kognitif dan psikologis juga menentukan status gizi lansia.
Sebagian besar kehilangan berat badan pada lansia disebabkan karena
depresi.

3) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai
macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah,
urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Selain
itu, kadar protein dan kolesterol juga bisa dijadikan sebagai indikator
untuk mengetahui status gizi pada lansia. Metode ini digunakan untuk
suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi
yang lebih parah. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka
penentuan kimia faali dapat banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat
atau mengukur satu aspek dari status gizi seperti kadar mineral atau
vitamin. Pengukuran simpanan protein tubuh seperti albumin, transferin
dan total iron binding capacity (TIBC) sering dipakai untuk mengukur
status gizi lansia. Sementara serum kolesterol yang rendah pada lansia
juga merupakan indikator status gizi yang kurang pada lansia (Darmojo,
2010).
27

a) Hemoglobin dan Hematokrit


Protein yang kaya akan protein disebut juga dengan hemoglobin.
Hemoglobin ini memiliki afinitas atau daya gabung terhadap oksigen dan
oksigen tersebut membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah.
Pengukuran hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) merupakan pengukuran
yang mengindikasikan defisiensi sebagai bahan nutrisi. Kadar hemoglobin
dapat mencerminkan status protein pada malnutrisi berat. Pada
pengukuran hematokrit menggunakan satuan persen (%) dan untuk
hemoglobin menggunakan satuan gram/dl.
b) Transferin
Nilai serum transferin adalah parameter lain yang digunakan
dalam mengkaji status protein visceral. Serum transferin ini dihitung
dengan menggunakan kapasitas total iron binding capacity (TIBC),
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Transferin serum = ( 8 x TIBC ) – 43
c) Serum Albumin
Indikator yang tak kalah pentingnya dalam menilai status nutrisi
dan sintesa protein adalah nilai dari serum albumin. Kadar albumin
rendah sering terjadi pada keadaan infeksi, injuri, atau penyakit yang
mempengaruhi kerja dari hepar, ginjal, dan saluran pencernaan.
d) Keseimbangan Nitrogen
Pemeriksaan keseimbangan nitrogen digunakan untuk
menentukan kadar pemecahan protein di dalam tubuh. Dalam keadaan
normal, tubuh memperoleh nitrogen melalui makanan dan kemudian
dikeluarkan melalui urine. Seseorang beresiko mengalami malnutrisi
protein terjadi jika nilai keseimbangan nitrogen yang negatif terjadi secara
terus menerus, dapat diketahui katabolisme protein melebihi pemasukan
protein melalui makanan yang dikonsumsi setiap hari.

4) Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dari jaringan. Penilaian biofisik ini memerlukan
biaya yang besar (Mardalena, 2016).
28

b. Penilaian secara tidak langsung


1) Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan
gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga,
dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
zat gizi (Mardalena, 2016).
2) Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab
tertentu, dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator penilaian
tidak langsung penilaian status gizi (Mardalena, 2016).
3) Faktor Ekologi
Pengukuran status gizi yang didasarkan atas ketersediaannya
makanan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologi. Tujuanya untuk
mengetahui penyebab malnutrisi (Mardalena, 2016).

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Pada Lansia


Oktariyani (2012), menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada lansia,
antara lain sebagai berikut :
a. Usia
Seiring bertambahnya usia, kebutuhan zat gizi seperti karbohidrat
dan lemak akan mengalami penurunan, sedangkan kebutuhan protein,
vitamin, dan mineral akan mengalami peningkatan. Zat gizi yang
mengalami peningkatan memiliki fungsi sebagai antioksidan, dimana
antioksidan berperan untuk melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas.
b. Jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, kebutuhan zat gizi seperti kalori, lemak
dan protein lebih banyak dibutuhkan oleh laki-laki dari pada perempuan.
Hal ini disebabkan adanya perbedaan tingkat aktifitas fisik, dimana
aktifitas fisik laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan.
29

c. Gangguan kesehatan dan proses penyakit


Seiring bertambahnya usia, kesehatan dan fungsi tubuh mulai
mengalami penurunan. Hal ini, dapat memicu timbulnya beberapa
penyakit kronis yang menyebabkan gangguan dalam pemenuhan zat gizi.
Beberapa penyakit yang dapat diderita oleh lansia seperti arthritis,
penyakit jantung serta hipertensi. Akibat dari penyakit ini, lansia
mengalami keterbatasan dalam beraktifitas, sehingga dapat
mempengaruhi pemenuhan zat gizi pada lansia. Selain itu, pengaturan
diet yang ketat dapat menurunkan nafsu makan lansia.
d. Faktor psikososial
Faktor ini berasal dari dalam diri lansia. Lansia yang mengalami
stres atau cemas cenderung akan mengalami gangguan proses
pencernaan makanan melalui sistem saraf autonomi. Lansia yang
depresi, gangguan memori dalam otak serta adanya penurunan kognitif
dapat mempengaruhi kemampuan lansia dalam memilih dan menyiapkan
makanan.
e. Gaya hidup
Lansia yang mengkonsumsi alkohol akan cenderung memiliki
jumlah kalori yang lebih tinggi akan tetapi memiliki kandungan zat gizi
yang rendah. Alkohol juga dapat mempengaruhi absorbsi vitamin B
kompleks dan vitamin C. Selain itu, lansia yang merokok dapat
mengurangi kemampuan mencium dan merasakan makanan serta
menurunkan kemampuan absorbsi vitamin C dan asam folat. Lansia yang
menyukai makanan cepat saji (fast food) cenderung memilih makanan ini
karena proses penyajian yang cepat dan memiliki rasa makanan yang
lebih enak dan gurih, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan risiko
penyakit tertentu karena pemenuhan nutrisi yang kurang dalam makanan.
f. Pola asupan konsumsi makanan
Asupan konsumsi makanan merupakan faktor utama yang dapat
menentukan gizi seseorang. Seseorang dengan stastus gizi baik biasanya
dengan asupan pola konsumsi dengan baik pula. Rendahnya asupan
makanan yang mengandung zat gizi untuk waktu yang sangat lama, hal
ini disebabkan karena terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau
makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena adanya
faktor sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan, sehingga dapat
30

mempengaruhi dalam pemilihan dan konsumsi makanan. Lansia yang


memiliki pendapatan rendah akan memikirkan dan memilih untuk
kebutuhan sehari-harinya seperti kebutuhan bahan pangan. Pada lansia
dengan pendapatan rendah, akan memilih makan satu kali dalam sehari
untuk mencukupi kebutuhan lainnya. Pada lansia yang memiliki
pendapatan yang tinggi, akan cenderung untuk mengkonsumsi makanan
yang lebih sehat dan dapat mengkonsumsi makanan tiga kali dalam
sehari. Kelebihan asupan makanan disebabkan oleh perubahan gaya
hidup dan mempunyai lemak lebih banyak, sedangkan asupan makanan
yang kurang dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi faktor penyakit
penyerta, depresi, gangguan gigi dan mulut, penggunaan obat, cita rasa
makanan, serta jumlah gigi. Pada masa lansia sering terjadi kurang gizi
yang dapat berpengaruh terhadap status kesehatan mereka.

6. Kebutuhan Gizi Lansia


Pada prinsipnya jenis zat yang dibutuhkan lansia sama seperti
anak muda, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, air dan serat.
Namun, bertambahnya usia umumnya disertai dengan menurunya fungsi
organ. Perubahan itu terjadi menyebabkan jumlah kebutuhan gizi pada
lansia berubah. Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang akan
bermanfaat bagi lansia untuk mencegah dan mengurangi masalah gizi
(Martono, 2010). Angka Kecukupan Gizi (AKG) merupakan suatu taraf
asupan atau intake yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan gizi
seseorang (Soejono, 2010). Kementrian Kesehatan RI (2013)
mengemukakan bahwa kecukupan gizi lansia pada umumnya dihitung
berdasarkan :
a. Energi
AKG yang dianjurkan untuk lansia > 60 tahun pada laki-laki adalah
2050 kalori, dan pada wanita adalah 1600 kalori. Kebutuhan energi pada
lansia menurun sehubungan dengan penurunan metabolisme basal dan
aktivitas fisik yang cenderung menurun.
31

b. Protein
Kecukupan protein pada lansia adalah sekitar 0,8 gram/kg/BB
atau 15-25% dari kebutuhan energi. Jumlah protein yang dibutuhkan
untuk lansia laki-laki adalah 60 gram/hari dan wanita 50 gram/hari.
c. Lemak
Lemak berlebih disimpan dalam tubuh sebagai cadangan tenaga
dan bila berlebihan akan ditimbun sebagai lemak tubuh. Lansia dianjurkan
untuk mengkonsumsi lemak tidak lebih dari 15% total energi (Kemenkes
RI, 2013).
d. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama di dalam menu
makanan Indonesia. Lansia dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat
kompleks karena mengandung vitamin, mineral, dan juga serat dari pada
mengkonsumsi karbohidrat murni seperti gula. Jumlah karbohidrat yang
dikonsumsi lansia sebaiknya 55-60% dari total energi.
e. Vitamin, mineral, air, dan serat
Lansia dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi makanan vitamin
A, D, dan E sebagai antioksidan untuk mencegah penyakit degeneratif.
Selain itu, konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin C, B1,
dan B12 serta asam folat juga dianjurkan untuk mencegah penyakit
anemia pada lansia.

7. Hubungan Status Gizi Dengan Demensia


Makanan yang kita makan merupakan alat pembawa berbagai zat
gizi esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Zat gizi makro merupakan zat-
zat gizi esensial yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sangat
besar terutama untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh. Zat-zat gizi
esensial tersebut berperan dalam pertumbuhan, perkembangan,
penuaan, menjaga kesehatan, dan mencegah atau penyebab munculnya
berbagai penyakit degeneratif. Kecenderungan yang ada adalah semakin
buruk status gizi lansia maka semakin berat kejadian demensia yang
dialami dan berlaku sebaliknya. Hasil penelitian ini semakin menguatkan
teori yang dikemukakan oleh Gorrelick (2014) yang mengemukakan
bahwa gizi merupakan salah satu faktor untuk mencegah kejadian
demensia. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian
32

(Hardiantoa dkk, 2016) yang menemukan adanya perbedaan antara


status gizi pada lansia kognitif baik dan buruk. Dalam penelitian tersebut,
lansia dengan fungsi kognitif baik ditemukan memiliki skor IMT yang lebih
tinggi, dibandingkan lansia dengan fungsi kognitif buruk. Hasil penelitian
klinis tersebut mengungkapkan bahwa insiden demensia dan penurunan
fungsi kognitif berasosiasi dengan kondisi defisiensi folat, vitamin B-12
dan keratin. Sementara, berat defisiensi zat yang dialami semakin berat
pula kondisi penurunan fungsi kognitif dan mengarah pada kejadian
demensia.

C. AKTIFITAS FISIK

1. Pengertian Aktifitas Fisik


Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar
tetap sehat dan bugar (Rahmawati, 2012).
Menurut WHO (2018), aktivitas fisik didefinisikan sebagai gerakan
tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran
energi. Energi tersebut didapat dari makanan yang cukup mengandung
nilai gizi yang baik, sehingga dapat meningkatkan daya tahan otot,
kelenturan, koordinasi, dan kelincahan yang baik (Rismayanthi, 2012).
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran tenaga dan energi atau pembakaran kalori (Kemenkes RI,
2015).
Jadi dapat disimpulkan bahwa aktifitas fisik adalah gerakan tubuh
yang dihasilkan oleh otot-otot rangka sebagai suatu pengeluaran tenaga
(dinyatakan kilo-kalori), yang meliputi pekerjaan, waktu senggang, dan
aktivitas sehari-hari yang sudah biasa dilakukan.

2. Klasifikasi Aktifitas Fisik


a. Aktivitas ringan
Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan menggunakan sedikit
tenaga, sehingga tidak menghasilkan perubahan pada tubuh seperti
berkendaraan, menonton tv, duduk, dan beribadah.
33

b. Aktivitas sedang
Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dengan intensitas tenaga
sedang minimal 150 menit yang menggunakan kekuatan otot secara
fleksibilitas seperti berjalan kaki dengan cepat, jogging atau berlari-lari
kecil, menyapu, dan mengepel lantai dan bersepeda.
c. Aktifitas berat
Kegiatakan atau aktivitas yang dilakukan secara terus menerus
menggunakan otot dengan intensitas minimal 10 menit dan dilakukan
minimal 3 hari dalam seminggu sampai meningkatnya denyut nadi dan
nafas lebih cepat dari biasanya sehingga mengeluarkan keringat yang
dihasilkan dari dalam tubuh seperti bermain tenis meja, bola voli, bola
basket, bela diri, menimba air, mencangkul, dan lari cepat (WHO, 2017
dalam Esty, 2017).

3. Jenis Aktifitas Fisik


Menurut Kathy (2012) dalam Esty (2017) jenis-jenis aktivitas fisik
pada lansia dilakukan tergantung dari tujuannya, apakah untuk
kesehatan, kebugaran, perbaikan kinerja, dan kemandirian. Aktivitas atau
kegiatan dalam kategori baik harus memenuhi kriteria FITT yang terdiri
dari (frequency, intensity, time, type). Frekuensi merupakan kegiatan yang
dilakukan seberapa sering (hari dalam seminggu). Intensitas merupakan
seberapa keras kegiatan dilakukan. Waktu merupakan kegiatan yang
sekali dilakukan dalam (durasi). Jenis merupakan kegiatan yang
dilakukan.
a. Latihan aerobik
Latihan yang dilakukan untuk membuat kerja paru dan jantung
meningkat dengan kebutuhan oksigen maksimum seperti berjalan,
bersepeda, berlari, dan naik turun tangga. Lansia yang memiliki rentan
usia > 65 tahun disarankan melakukan latihan yang dimulai dari intensitas
rendah. Latihan fisik pada lansia bisa dilakukan dengan durasi waktu 30
menit untuk intensitas sedang, dilakukan dengan durasi waktu 20 menit
dan frekuensi 5 kali dalam satu minggu. Untuk intensitas tinggi, dilakukan
dengan durasi waktu 20 menit dan frekuensi 3 kali dalam satu minggu
dengan cara kombinasi selama 2 hari dengan intensitas tinggi dan
dengan intensitas sedang dalam seminggu.
34

b. Latihan fleksibilitas dan keseimbangan


Latihan fleksibilitas diberikan dengan tujuan untuk membantu
menjaga lingkup gerak sendi. Biasanya dapat dilakukan 2-3 hari
perminggu, sedangkan yang melibatkan peregangan otot dan sendi 3-4
kali dengan sekali penarikan dipertahankan 10-30 detik. Latihan
keseimbangan diberikan dengan tujuan untuk membantu mencegah
lansia agar tidak mudah jatuh. Latihan ini dilakukan 3 hari dalam
seminggu dengan intensitas rendah seperti berjalan, senam taichi, chair
based exercise.
c. Latihan kekuatan otot
Latihan kekuatan otot merupakan latihan yang bertujuan untuk
memperkuat dan menyokong otot serta jaringan ikat seperti duduk di kursi
kemudian kaki dililit dengan alat pembebanan handuk yang panjang
kemudian ditahan beberapa detik dengan kemampuan tergantung pada
individu. Latihan dilakukan sebanyak seminggu 2x dengan pemberian
jeda untuk istirahat. Untuk membentuk kekuatan otot yang maksimal bisa
menggunakan tahanan atau beban dengan 10-12 repitisi setiap latihan.
Pemberian intensitas latihan akan meningkat seiring dengan
meningkatnya kemampuan lansia dengan jumlah repitisi juga ditingkatkan
bebannya 10-25 repitisi dalam satu set latihan.

4. Sifat Aktifitas Fisik Pada Lansia


Menurut (Fatmah, 2010) terdapat beberapa aktifitas fisik yang
sesuai untuk dilakukan oleh lansia Indonesia meliputi :
a. Ketahanan (endurance)
Ketahanan merupakan aktivitas fisik yang dilakukan guna
mendapatkan ketahanan tubuh lansia, efektifnya dilakukan sekitar 30
menit dengan frekuensi 4-7 hari perminggu. Lansia dapat memilih
aktivitas untuk melatih ketahanan seperti berjalan kaki, lari ringan, senam,
berkebun dan kerja di taman. Aktivitas ini bersifat sebagai ketahanan
tubuh lansia yang mampu membantu sistem kerja jantung, paru-paru dan
otot serta sirkulasi darah agar tetap sehat dan bertenaga.
35

b. Kelenturan (flexybility)
Kelenturan pada tubuh lansia dapat diperoleh dari aktivitas fisik
yang meliputi aktivitas peregangan yang dimulai dengan perlahan-lahan
yang dilakukan secara teratur selama 10-30 detik dan bisa dimulai dari
tangan atau kaki, kemudian aktivitas yang dilakukan guna melatih
kelenturan pada tubuh adalah dengan mencuci piring, mengepel lantai
dan melakukan senam taichi serta yoga. Aktivitas ini dilakukan selama 30
menit selama 4-7 hari seminggu.
c. Kekuatan (strength)
Banyak jenis dan aktivitas fisik yang dilakukan guna melatih
kekuatan yang dapat membantu meningkatkan fungsi kerja otot dan
tulang pada lansia dalam menjaga suatu beban yang diterima, membantu
lansia dalam menurunkan angka kejadian pengeroposan tulang
(osteoporosis).

5. Pengukuran Aktifitas Fisik


Penilaian untuk aktivitas fisik seseorang dalam penelitian biasa
dilakukan secara objektif atau subjektif.
a. Penilaian objektif
Penilaian objektif adalah penilaian dengan beban yang rendah.
Kelompok beban rendah yang dimaksud adalah kelompok yang tidak
memerlukan usaha yang besar pada saat diberikan intervensi. Alat ukur
yang bisa digunakan untuk aktivitas fisik yang objektif antara lain adalah
monitor detak jantung, alat sensor gerakan, dan kalorimetri tidak
langsung.
b. Penilaian subjektif
Penilaian subjektif adalah penilaian dengan beban yang tinggi.
Kelompok beban tinggi yang dimaksud adalah kelompok yang
memerlukan usaha terus menerus. Alat ukur yang bisa digunakan untuk
aktivitas fisik yang subjektif antara lain observasi langsung dan kuesioner.

Physical Activities Scale For Elderly (PASE) merupakan kuesioner


untuk menilai aktivitas fisik lanjut usia. Berdasarkan Nafidah (2014)
aktivitas fisik yang dilakukan lansia selama 7 hari terakhir dengan
36

memberikan tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan kondisi lansia.
PASE terdiri dari tiga macam aktivitas yaitu :
1) Leisuretime activity (aktivitas waktu luang) yang terdiri dari 6
pertanyaan.
2) House hold activity (aktivitas rumah tangga) yang terdiri dari 5
pertanyaan.
3) Work related activity (aktivitas relawan) yang terdiri dari 1
pertanyaan.
Kuesioner PASE meliputi 12 item pertanyaan, tidak hanya pada
pekerjaan, rumah tangga dan kegiatan waktu luang, tetapi juga situasi
hidup, seperti tidur dan kegiatan sehari-hari yang terbatas. Penentuan
jawaban kuesioner menggunakan skala Likert, dimana jawaban
responden menggunakan rentang skala 0 sampai 3 yaitu, Tidak pernah
(0), jarang (1), kadang-kadang (2) dan sering (3). Penentuan jawaban
kuesioner menggunakan nilai mean sebagai cut of point. Aktivitas fisik
lanjut usia dikategorikan menjadi satu yaitu aktivitas fisik baik jika nilai
lebih dari rata-rata, dan aktivitas fisik kurang jika nilai kurang dari rata-rata
(Neri, 2010).

Kategori hasil PASE :


a.) Aktifitas fisik buruk jika < 15
b.) Aktifitas fisik baik jika ≥ 15

Peneliti memodifikasi kuesioner PASE, dengan mengambil 10


pertanyaan dari kategori Leisuretime activity (aktivitas waktu luang) yang
terdiri dari 6 pertanyaan. House hold activity (aktivitas rumah tangga)
yang terdiri dari 3 pertanyaan. Work related activity (aktivitas relawan)
yang terdiri dari 1 pertanyaan.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Fisik


a. Umur
Aktivitas fisik meningkat mencapai maksimal pada remaja sampai
dewasa kisaran usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan
kapasitas fungsional dari seluruh tubuh kira-kira sebesar 0,8-1% per 7
tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai
separuhnya.
37

b. Pendidikan
Menurut WHO (dalam Pratiwi Retnaningsih, 2015) pendidikan
merupakan faktor kunci terhadap gaya hidup sehat. Semakin tinggi
pendidikan semakin tinggi kesehatan individu.
c. Pola makan
Makanan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas, karena
bila jumlah porsi makan lebih banyak, maka tubuh akan mudah merasa
lelah dan keinginan melakukan olahraga atau menjalankan aktivitas
lainnya akan menurun. Kandungan dari makanan yang berlemak juga
banyak mempengaruhi tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari
ataupun berolahraga, sebaiknya makanan yang akan dikonsumsi
dipertimbangkan kandungan gizinya agar tubuh tidak mengalami
kelebihan energi karena tidak dapat dikeluarkan secara maksimal.
d. Penyakit / kelainan pada tubuh
Berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh,
obesitas, hemoglobin / sel darah, dan serat otot. Kelainan pada tubuh
seperti di atas akan mempengaruhi aktivitas yang akan dilakukan seperti
kekurangan sel darah merah, maka orang tersebut tidak diperbolehkan
untuk melakukan olahraga yang berat.

7. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Demensia


Faktor yang mempengaruhi penurunan memori salah satunya
adalah aktivitas fisik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
menurunkan risiko terjadinya demensia adalah dengan cara melakukan
aktivitas fisik. Dengan melakukan aktivitas fisik dapat meningkatkan
atensi dan motivasi dengan cara meningkatkan kadar dopamine dan
norepinefrin, selain itu dapat meningkatkan aktivitas neurotransmitter,
memperbaiki aliran darah, dan memicu produksi faktor pertumbuhan otak
sehingga dapat meningkatkan aliran darah ke otak menyebabkan energi
dan oksigen meningkat, sehingga dapat menstimulasi area otak yang
dapat membantu pembentukan memori seseorang untuk mengurangi
demensia. Dengan melakukan aktifitas fisik dapat meningkatkan daya
ingat dan berfikir lebih tajam.
38

Kaitannya dalam aktivitas fisik, terdapat unsur gerak. Bergerak


berfungsi untuk menyiapkan otak untuk belajar secara optimal. Dengan
bergerak, aliran darah ke otak lebih tinggi sehingga suplai nutrisi lebih
baik. Otak membutuhkan nutrisi terutama berupa oksigen dan glukosa.
Glukosa bagi otak merupakan bahan bakar utama supaya otak dapat
bekerja optimal. Kurangnya suplai oksigen ke otak dapat menimbulkan
disorientasi, bingung, kelelahan, gangguan konsentrasi, dan masalah
daya ingat. Aktivitas fisik akan memberi otak suplai nutrisi yang
diperlukan. Seseorang yang banyak melakukan aktivitas fisik termasuk
berolahraga cenderung memiliki memori yang lebih tinggi dari pada yang
jarang beraktivitas (Effendi, Mardijana, & Dewi, 2014). Program latihan
fisik selama 6 bulan atau sekitar 150 menit per minggu dapat
meningkatkan fungsi kognitif (Rilianto, 2015). Hal ini sejalan dengan studi
yang pernah dilakukan bahwa intervensi aktivitas fisik pada lansia
meningkatkan kualitas fungsi kognitif dan menurunkan demensia
(Blankevoort, Heulen, Boersma, Luning, Jong, & Scherder, 2010).

D. LANJUT USIA (LANSIA)

1. Pengertian Lanjut Usia


Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih,
karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik
secara jasmani, rohani maupun sosial (Nugroho, 2012).
Lanjut usia sering kali disebut senescene yakni periode rentang
kehidupan yang ditandai dengan penurunan dan perubahan pada fungsi
tubuh, dimulai dari usia yang berbeda untuk individu yang berbeda (Mahfud,
2017).
Lansia adalah tahap akhir dalam proses kehidupan yang terjadi
banyak penurunan dan perubahan fisik, psikologi, sosial yang saling
berhubungan satu sama lain, sehingga berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan fisik maupun jiwa pada lansia (Cabrera, 2015).
Jadi dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang berusia
60 tahun ke atas yang ditandai dengan penurunan biologis dan perubahan
pada fungsi tubuh pada tahap akhir dalam proses kehidupan.
39

2. Katagori Umur Lanjut Usia


Adapun kategori berdasarkan usia pada lansia menurut World
Health Organization (WHO, 2013) yaitu :
a. Middle age (usia pertengahan)
Yaitu usia lanjut yang ditandai dengan kematangan jiwa (45-59 tahun).
b. Elderly age (usia lanjut)
Yaitu kelompok yang memasuki usia lanjut dini (60-75 tahun).
c. Old (usia tua)
Yaitu kelompok lanjut usia yang berisiko menderita penyakit degeneratif
(76-90 tahun).
d. Very old (usia sangat tua)
Yaitu kelompok usia yang sangat tua (>90 tahun).

3. Ciri – Ciri Lansia


a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia, misalnya lansia yang memiliki motivasi yang
rendah dalam melakukan kegiatan maka akan mempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang
tinggi maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang
baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya
maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia
yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial
masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia
sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar
tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di
masyarakat sebagai ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak
memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
40

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.


Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang
buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula, misalnya
lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk
pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi
inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat
tersinggung, dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.

4. Tipe Lanjut Usia


Menurut Ismayadi (2015) beberapa tipe lansia bergantung pada
karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental dan
ekonominya.
Tipe-tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Tipe arif bijaksana


Tipe lansia ini kaya dengan pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, dan menjadi panutan.
b. Tipe Mandiri
Tipe ini mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, dan bergaul dengan teman.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, pengkritik dan banyak
menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,
dan melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif dan acuh tak acuh.
41

E. KERANGKA TEORI Indikator Pengukuran


Status Gizi Pada Lansia
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Demensia

Risk Factors Mini Nutritional


Status Gizi Assessment (MNA)
1. Usia 1. Malnutrisi
2. Riwayat Penyakit 2. Berisiko Malnutrisi
3. Riwayat Demensia 3. Status Gizi Normal
Keluarga
4. Jenis Kelamin
Kecukupan zat gizi
Protective Factors yang dibutuhkan oleh
tubuh bergantung
1. Pola Konsumsi banyaknya makanan
2. Tingkat Pendidikan yang dikonsumsi
3.
Aktivitas Fisik
Adanya fungsi kognitif baik
ditemukan memiliki nilai
1. Aktifitas Fisik skor IMT lebih tinggi
Ringan dibandingkan dengan
2. Aktifitas Fisik fungsi kognitif yang buruk
Sedang
3. Aktifitas Fisik
Berat

Terdapat unsur gerak yang


Demensia
menyebabkan aliran darah
ke otak lebih tinggi,
sehingga suplai nutrisi baik.
Kekurangan suplai darah
ke otak menyebabkan Tingkatan Demensia
masalah daya ingat
1. Demensia Buruk
2. Demensia Sedang
3. Demensia Dengan
Kondisi Baik
Keterangan :

= Variable yang diteliti

= Variable yang tidak diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Modifikasi teori menurut Neri (2010), Alzheimer„s disease (2011),


Gluhm et all (2013), Larasati (2013), Gorelick (2014), Ariani (2017)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2012).

Variabel penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu :

1. Variabel Independent ( Variabel Bebas )


Variabel bebas sering disebut variabel independen, variable stimulus,
prediktor, atau antecedent. Menurut Sugiyono (2017) variabel bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan adanya suatu
perubahan terhadap variabel yang lain (Swarjana, 2015).
Dalam penelitian ini variabel independent (variabel bebas) adalah status
gizi dan aktifitas fisik.

2. Variabel Dependent ( Variabel Terikat )


Variabel terikat atau dependen atau disebut variabel output, kriteria,
konsekuen, adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2017).
Variabel terikat tidak dimanipulasi, melainkan diamati variasinya
sebagai hasil yang dipradugakan berasal dari variabel bebas. Biasanya
variabel terikat adalah kondisi yang hendak kita jelaskan (Siyoto, 2015).
Dalam penelitian ini, variabel dependent (variabel terikat) adalah demensia
pada elderly di posyandu lansia Desa Pasuruhan Kidul.

42
43

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap


masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan
kebenarannya. Hipotesis berasal dari bahasa Yunani : hypo = di bawah;
thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian.
Menurut Sugiyono (2014) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan
atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas
masalah yang dirumuskan.

1. Hipotesis alternatif (Ha)


Hipotesis alternatif disebut juga hipotesis kerja, Hipotesis ini
menyatakan adanya perbedaan satu variabel dengan variabel yang lainnya
atau menyatakan adanya hubungan diantara satu variabel dengan variabel
yang lainnya atau bisa juga menyatakan adanya pengaruh satu variabel
dengan treatment terhadap variabel yang lainnya (Swarjana, 2012).

Ha¹ : Ada hubungan antara status gizi dengan demensia pada elderly di
posyandu lansia Desa Pasuruhan Kidul.
Ha² : Ada hubungan antara aktifitas fisik dengan demensia pada elderly di
posyandu lansia Desa Pasuruhan Kidul.

2. Hipotesis nol (Ho)


Hipotesis nol ialah hipotesis yang menyatakan tidak adanya
hubungan di antara variabel penelitian atau menyatakan tidak adanya
perbedaan di antara variabel penelitian atau bisa juga menyatakan
pengaruh satu variabel atau treatment terhadap variabel lainnya (Swarjana,
2012).

Ho¹ : Tidak ada hubungan antara status gizi dengan demensia pada
elderly di posyandu lansia Desa Pasuruhan Kidul.
Ho² : Tidak ada hubungan antara aktifitas fisik dengan demensia pada
elderly di posyandu lansia Desa Pasuruhan Kidul.

C. Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep (conseptual framework) adalah model pendahuluan
dari sebuah masalah penelitian dan merupakan refleksi dari hubungan
44

variabel – variabel yang diteliti yang dibuat berdasarkan literatur dan teori
yang sudah ada (Swarjana, 2015).
Kerangka konsep disebut sebagai miniatur penelitian, berkaitan erat
dengan tahapan formulasi permasalahan dan literature review yang
dilakukan peneliti yang berfungsi sebagai mengarahkan aspek metode
yang paling relevan digunakan membedah permasalahan penelitian
(Dwiastuti, 2017).
Sugiyono (2014:128) menyatakan bahwa kerangka konsep akan
menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu
antara variabel independen dengan variabel dependen. Secara ringkas
kerangka konseptual yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja auditor dengan motivasi auditor sebagai variabel moderating.
Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat

Status Gizi

Demensia

Aktifitas Fisik

D. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional.


Menurut Arikunto (2013) penelitian korelasional adalah penelitian yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua
variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau
manipulasi terhadap data yang memang sudah ada. Menurut (Azwar,
2010) penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana
variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan
koefisien korelasi. Menurut Sugiyono (2016) metode penelitian
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian analitik, untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua
variabel secara observasional. Desain penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
45

bertujuan untuk menguji hipotesis. Penelitian kuantitatif adalah data yang


dipaparkan dalam bentuk angka-angka (Riwidikdo, 2013).
Metode analitik korelasional dalam penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan atau mempelajari hubungan status gizi dan aktifitas fisik
dengan demensia pada elderly di posyandu lansia Desa Pasuruhan Kidul.

2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan waktu cross


sectional atau sering juga disebut penelitian transversal yang mana
menekankan waktu pengukuran / observasi data variabel bebas dan
tergantung hanya satu kali pada satu saat (Notoatmodjo, 2012). Artinya,
setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja, hal ini tidak berarti
bahwa semua subjek penelitian diamati dalam waktu yang sama.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain.
Dalam penelitian ini variabel bebas yang diteliti yaitu status gizi dan
aktifitas fisik, sedangkan variabel terikatnya yang diteliti yaitu demensia
pada elderly di posyandu lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat


digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Pengumpulan data
dalam penelitian perlu dipantau agar data yang diperoleh dapat terjaga
tingkat validitas dan reliabilitasnya. (Siyoto, 2015)
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode lembar kuesioner. Menurut Sugiyono (2013)
kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab.
a. Data Primer
Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang
memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti
harus mengumpulkannya secara langsung dari sumber datanya.
Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data
46

primer antara lain observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner.


(Siyoto, 2015)
Data primer dari penelitian ini didapatkan secara langsung
dengan cara wawancara untuk mendapatkan informasi lebih lanjut
mengenai status gizi dan aktifitas fisik, serta mengisi kuesioner yang
diberikan kepada elderly di posyandu lansia Desa Pasuruhan Kidul.
Data diperoleh dengan cara membagikan lembar kuesioner kepada
setiap responden, masing-masing responden dimohon mengisi,
setelah diisi kemudian dikumpulkan. Data yang didapatkan berupa
jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan sesuai pada lembar
kuesioner MNA, PASE, dan MMSE yang kemudian dianalisis
berdasarkan nilai skoring.
b. Data Sekunder
Menurut Ulber Silalahi (2012) bahwa data sekunder adalah
data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber
lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan dengan
menggunakan media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku,
serta dokumen.
Data sekunder didapatkan dari hasil catatan rekapan data
laporan pemantauan buku POKJA 1 tim penggerak PKK Desa
Pasuruhan Kidul. Data sekunder penelitian ini yaitu jumlah usila yang
mengikuti posyandu, nama peserta yang mengikuti posyandu, hasil
pengukuran BB / TB, serta hasil pengukuran tekanan darah pada
tahun 2017-2021.

4. Populasi

Menurut Sugiyono (2017) definisi populasi adalah wilayah


generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua elderly di Posyandu
Lansia Mawar Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus
ada sebanyak 57 peserta berdasarkan pengambilan data awal pada
tanggal 29 September 2020.
47

5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian

a. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat


dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam,
2013). Menurut Arifin, Zainal (2011) sampel merupakan sebagian dari
populasi yang akan diteliti atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah
populasi dalam bentuk mini.
Sampel dalam penelitian ini adalah elderly yang mengalami kejadian
demensia di posyandu lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus dengan jumlah sampel 50 orang.
Cara menentukan dan menghitung sampel dengan menggunakan
rumus solvin (Silaen, 2014). Rumus Slovin digunakan apabila kita
melakukan survei yang tujuannya adalah untuk mengestimasi proporsi
populasi, bukan untuk mengestimasi rata-rata populasi atau parameter
lainnya.

n = N
1 + N (e)²

Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Persentase tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi

n = N
1 + N (e)²
n = 57
1 + 57 (0,05)²
n = 57
1,1425
n = 49,89 (dibulatkan)
n = 50

Sampel diambil secara langsung pada saat penelitian dilakukan


dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.
48

1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2012).
Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah :
a) Berusia 60-75 tahun.
b) Usila yang bersedia menjadi responden.
c) Responden dalam keadaan sehat dan tidak mengalami
gangguan kejiwaan.
d) Usila yang aktif mengikuti posyandu lansia Desa Pasuruhan
Kidul.

2) Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek
penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi
syarat sebagai sampel penelitian, seperti halnya adanya hambatan
etis, menolak menjadi responden atau suatu keadaan yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Dalam penelitian ini kriteria eksklusinya adalah :
a) Responden dalam keadaan sakit.
b) Usila yang menolak dijadikan sebagai responden.
c) Usila yang berhalangan hadir.

b. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah proses menyeleksi unit yang dari


keseluruhan populasi yang akan diteliti, sehingga kelompok yang
diobservasi dapat digunakan untuk membuat kesimpulan atau membuat
inferensi tentang populasi tersebut (Swarjana, 2015).
Teknik / metode samplingnya menggunakan teknik purposive sampling.
Menurut Sugiyono (2018) sampling purposive adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Purposive sampling tergolong
dalam jenis non-probability sampling yang artinya tidak memberikan
peluang yang sama dari setiap populasi. Alasan menggunakan teknik
purposive sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria
yang sesuai dengan fenomena yang diteliti.
49

6. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran

Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015)


adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki
variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Sugiyono (2012), skala
pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Skala Ukur Variabel

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional

Bebas

1.Status Status gizi dapat Menggunakan Hasil Nominal


Gizi pula diartikan lembar dikategorikan
sebagai kuesioner MNA jika :
gambaran kondisi (Mini Nutritional
fisik seseorang Assesment) Skor < 17 :
sebagai refleksi dengan 18 malnutrisi
dari pertanyaan Skor 17-23,5 :
keseimbangan dalam resiko
energi yang malnutrisi
masuk dan yang Skor ≥ 24 :
dikeluarkan oleh status gizi
tubuh. normal

Aktivitas fisik Menggunakan Hasil Ordinal


2.Aktifitas
didefinisikan lembar dikategorikan
Fisik
sebagai gerakan kuesioner jika :
tubuh yang PASE (Physical
dihasilkan oleh Activities Scale
otot rangka yang For Elderly) Aktifitas Fisik
membutuhkan dengan 10 Buruk < 15
pengeluaran pertanyaan
energi. Aktifitas Fisik
Baik ≥ 15
50

Terikat

Demensia Demensia Menggunakan Demensia Nominal


merupakan lembar Buruk
sindrom kuesioner skor MMSE
kemunduran MMSE (Mini <17
kognitif secara Mental State
berangsur-angsur Examination) Demensia
dan menetap. dengan 11 Sedang
Perubahan pertanyaan skor MMSE
ingatan yang 17-23
diperoleh dari
perubahan fungsi Demensia
intelektual secara Dengan
menetap (seperti Kondisi Baik
orientasi, skor MMSE ≥
kalkulasi, 24
perhatian, dan
keterampilan
motorik) yang
dicurigai
mengenai
beberapa bagian
kognitif.

7. Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian


a. Instrumen penelitian
Sugiyono (2014) menyatakan bahwa instrumen penelitian
adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Instrumen pada penelitian ini menggunakan lembar kuesioner
tentang status gizi dan aktifitas fisik serta demensia yang dibuat
sendiri oleh peneliti berdasarkan panduan dari bab 2. Dalam
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Lembar kuesioner mini nutritional assesment (MNA) yang
digunakan untuk memperoleh data status gizi pada usila
sebanyak 18 pertanyaan. Yang dikategorikan menjadi :
a) Skor < 17 : Malnutrisi
b) Skor 17 - 23,5 : Dalam resiko malnutrisi
c) Skor ≥ 24 : Status gizi normal
51

2) Lembar kuesioner physical activities scale for elderly (PASE)


yang digunakan untuk memperoleh data aktifitas fisik pada
usila sebanyak 10 pertanyaan. Yang dikategorikan menjadi :
a) Aktifitas fisik buruk : < 15
b) Aktifitas fisik baik : ≥ 15
3) Lembar kuesioner mini mental state examination (MMSE) yang
digunakan untuk memperoleh data demensia pada usila
sebanyak 11 pertanyaan. Yang dikategorikan menjadi :
a) Demensia buruk skor MMSE < 17
b) Demensia sedang skor MMSE 17 - 23
c) Demensia kondisi baik skor MMSE ≥ 24

b. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


1) Uji Validitas
Menurut Ghozali (2016) validitas adalah instrumen yang
dapat digunakan untuk mengukur data yang bisa menunjukan
bahwa data tersebut valid, valid menunjukan derajat ketepatan
antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data
yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.
Uji validitas untuk kuesioner aktifitas fisik peneliti lakukan di
Posyandu Lansia Desa Pasuruhan Lor Kecamatan Jati Kabupaten
Kudus sebanyak 30 peserta pada tanggal 21 Februari 2021.
Untuk mencari nilai validitas di sebuah item
mengkorelasikan skor item dengan total item-item tersebut. Jika
ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item tersebut tidak
akan diteliti lebih lanjut.
Teknik korelasi yang dipakai yaitu teknik korelasi “pearson product
moment” adalah ukuran korelasi linier antara dua variabel
kontinue (minimal berskala data interval) yang berdistribusi
normal. Rumus pearson product moment sebagai berikut :

(∑ (∑ (∑

√ ∑ (∑ ∑ (∑
52

Keterangan :
r hitung : koefisien korelasi
∑X : jumlah skor item
∑Y : jumlah skor total (item)
n : jumlah responden
(Notoatmodjo, 2018)

Hasil perhitungan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai


product moment. Bila r hitung lebih besar dari r table (0,361) pada
taraf signifikasi 5%, maka kuesioner dikatakan valid dan dapat di
pakai untuk pengambilan data penelitian. Namun sebaliknya, jika r
hitung lebih kecil dari r table (0,361), maka pertanyaan tersebut
tidak valid dan harus dikeluarkan dari kuesioner (Riyanto, 2013).

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Aktiftas Fisik di Posyandu Lansia


Desa Pasuruhan Lor Kecamatan Jati Kabupaten Kudus
Pertanyaan R hitung Perbandingan R product Keterangan
moment
1 0,726 > 0,361 Valid
2 0,566 > 0,361 Valid
3 0,363 > 0,361 Valid
4 0,441 > 0,361 Valid
5 0,450 > 0,361 Valid
6 0,414 > 0,361 Valid
7 0,745 > 0,361 Valid
8 0,429 > 0,361 Valid
9 0,726 > 0,361 Valid
10 0,495 > 0,361 Valid
Sumber : Olah Data SPSS

Berdasarkan tabel 3.2, dapat diketahui bahwa masing–masing


item memiliki r hitung lebih besar dari r tabel dan bernilai positif.
Dengan demikian butir atau pertanyaan tersebut dikatakan valid.

2) Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2011), uji reliabilitas merupakan alat
untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari
suatu variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji reliabilitas “Alpha
Cronbach” koefisien alpha cronbach (C) merupakan statistik yang
53

sering dipakai untuk menguji reliabilitas suatu instrumen


penelitian. Suatu instrumen penelitian diindikasikan memiliki
tingkat reliabilitas memadai jika koefisien Alpha Cronbach lebih
besar atau sama dengan 0,60 sampai mendekati angka satu dan
nilainya positif.
Rumus untuk mengukur reliabilitas sebagai berikut :


{ }
(

Keterangan :

rl : realiabilitas instrumen
k : banyaknya item
∑ : jumlah varian item
∑ : varian total

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas lnstrumen


Variabel Reliability Alpha lnstrumen
Coeffiens
Aktifitas Fisik 0,730 0,60 Reliabel
Sumber : Olah Data SPSS

Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa masing–masing variabel


memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,60, dengan demikian semua variabel
dikatakan reliabel.

8. Teknik Pengolahan dan Analisa Data


a. Pengolahan Data
Menurut Sutabri (2013) pengolahan data adalah
manipulasi dari data ke dalam bentuk yang berguna dan lebih
berarti, berupa suatu informasi yang dapat digunakan oleh orang-
orang yang membutuhkan.
Menurut Notoatmodjo (2012), analisa data dilakukan melalui
pengolahan data yang dilakukan melalui beberapa tahap yaitu
editing data, coding data, scoring, data entry, dan cleaning.
54

1.) Mengedit (Editing data)


Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
isi formulir atau kuesioner yang telah diisi. Dalam penelitian ini
yang dilakukan oleh peneliti adalah memeriksa kembali data
responden yang diperoleh atau dikumpulkan. Kemudian editing
dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul.
2.) Mengkode (Coding data)
Coding data yaitu kode yang diteliti bertujuan untuk
mengidentifikasi data yang terkumpul dan memberikan angka.
Dalam penelitian ini yang dilakukan oleh peneliti adalah setelah
kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
pengkodean atau coding, yakni memberikan kode pada hasil
jawaban pertanyaan masing-masing responden.
Untuk lembar kuesioner status gizi pada lansia
a) Kode 1 : Malnutrisi
b) Kode 2 : Dalam resiko malnutrisi
c) Kode 3 : Status gizi normal
Untuk lembar kuesioner aktifitas fisik
a) Kode 1 : Aktifitas Buruk
b) Kode 2 : Aktifitas Baik
Untuk lembar kuesioner demensia
a) Kode 1 : Demensia buruk
b) Kode 2 : Demensia sedang
c) Kode 3 : Demensia kondisi baik
3.) Scoring
Scoring merupakan kegiatan pemberian skor terhadap
jawaban dari lembar kuesioner.
Untuk lembar kuesioner status gizi lansia, dengan kategori :
a) Screening, diberikan total nilai maksimal 14
b) Pengkajian, diberikan total nilai maksimal 16
Untuk lembar kuesioner aktifitas fisik, pertanyaan positif
diberikan nilai :
55

a) Tidak pernah = nilai 0


b) Jarang = nilai 1
c) Kadang – Kadang = nilai 2
d) Sering = nilai 3
Untuk lembar kuesioner demensia, total nilai maksimal 30
dengan pertanyaan positif diberikan nilai :
a) Benar = nilai 1
b) Salah = nilai 0

4) Memasukan Data (Data Entry) atau Processing


Memasukkan data yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing
responden yang dalam bentuk “kode” dimasukkan kedalam
program atau “software” computer salah satu paket program
yang sering digunakan untuk entri data penelitian adalah
komputerisasi.
5) Pembersihan Data (Cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.

b. Analisa Data
Analisis data menurut Bogdan & Biklen (dalam Lexy J.
Moleong, 2012) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain. Analisis data dapat bertujuan untuk
memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah
dirumuskan dalam tujuan penelitian, membuktikan hipotesis
penelitian yang telah dirumuskan, dan memperoleh kesimpulan
secara umum dari penelitian yang merupakan kontribusi dalam
pengembangan ilmu yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2018).
56

1) Analisa Data Univariat


Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan variabel penelitian yaitu baik variabel terikat
dan variabel bebas dimana dalam penelitian ini hubungan
status gizi dan aktifitas fisik dengan demensia pada elderly di
Posyandu Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus. Analisis univariat bertujuan untuk
menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang
diteliti. Untuk data numerik digunakan nilai mean (rata – rata),
median, dan standar deviasi. Pada umumnya, dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase
dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2018).
Rumus yang digunakan adalah :

Keterangan :

X : Hasil presentase
f : Frekuensi hasil penelitian
N : Total seluruh observasi

2) Analisa Data Bivariat


Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga memiliki hubungan atau berkorelasi
(Notoatmodjo, 2014).
Analisa bivariat dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan status gizi dan aktifitas fisik dengan
demensia pada elderly di Posyandu Lansia Desa Pasuruhan
Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
Dalam analisa bivariat akan dilakukan uji yang diolah secara
statistik menggunakan program komputer dengan uji statistik
“Chi Square” (kai kuadrat).

Chi-Square adalah salah satu jenis uji komparatif non


parametris yang dilakukan pada dua variabel, di mana skala
57

data kedua variabel adalah nominal. Apabila dari 2 variabel,


ada 1 variabel dengan skala nominal maka harus digunakan
uji pada derajat yang terendah.
Rumus chi square sebagai berikut :

(

Keterangan :
X2 : Chi kuadrat / chi-square
f0 : Frekuensi observasi
fh : Frekuensi harapan

Aturan yang berlaku pada Chi Square yaitu :


a) Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai expected (harapan)
kurang dari 5, maka yang digunakan “Fisher’s Exact Test”.
b) Bila tabel 2x2 tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai
sebaiknya “Continuity Correction (a)”.
c) Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, misalnya 3x2, 3x3 dsb, maka
digunakan uji “Pearson Chi Square” bila nilai expected tidak
ada yang kurang dari 5 atau tidak lebih dari 20% .
d) Uji “Likelihood Ratio” dan “Linear-by-Linear Assciation”,
biasanya untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisis
stratifikasi pada bidang epidemiologi dan juga untuk
mengetahui hubungan linier. Dua variabel katagorik, sehingga
kedua jenis ini jarang digunakan.
Menggunakan uji “Likelihood Ratio” bila tabelnya 3x2, 3x3
dsb, dengan nilai expected kurang dari 5 lebih dari 20%.
e) Untuk mengetahui adanya nilai E kurang dari 5, dapat
dilihat pada footnote b dibawah kotak Chi Square Test, dan
tertulis diatas nilainya 0 cell (0%) berarti pada tabel silang
diatas tidak ditemukan nilai E < 5.

E. Etika Penelitian
58

Menurut Notoatmodjo (2012), etika penelitian adalah suatu


pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang
melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek penelitian) dan
masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut.
Menurut Polit and Beck dalam (Swarjana, 2015) etika penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Principle Of Beneficence (Prinsip Kebaikan)
Dalam etika penelitian, principle of beneficence (Prinsip Kebaikan)
maknanya dalam penelitian yang akan dilakukan mampu memberikan
manfaat kebaikan bagi kehidupan manusia.
2. The Principle Of Respect For Human Dignity
Dalam hal ini, peneliti harus memegang prinsip yaitu menghormati
harkat dan martabat manusia.
3. The Principle Of Justice
Penelitian semestinya mampu menerapkan prinsip keadilan,
terutama terhadap subjek maupun partisipan dalam penelitian yang
dilakukan.
4. Inform Consent
Inform consent berarti partisipan punya informasi yang adekuat
tentang penelitian, mampu memahami informasi, bebas menentukan
pilihan, memberikan kesempatan kepada mereka untuk ikut atau tidak
ikut berpartisipasi dalam penelitian secara sukarela.
5. Vulnerable Subjects
Vulnerable subjects adalah subyek penelitian yang rentan dalam
penelitian di antaranya children (secara legal dan etik tidak punya
kompetensi untuk diberikan inform consent), Mentally or emotionally
disabled people (orang yang tidak mampu secara mental dan emosional),
orang–orang yang sakit terutama dengan penyakit yang serius atau
orang–orang yang mengalami kecacatan, orang dengan penyakit
terminasi, orang–orang yang dilembagakan yang tidak memungkinkan
memberikan data yang akurat akibat posisi maupun jabatannya, Pregnant
women (berhubungan dengan kondisi hamil dan ada fetus di dalamnya,
terutama untuk penelitian eksperimental.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Desa Pasuruhan Kidul merupakan salah satu desa yang ada di
wilayah Kabupaten Kudus yang terletak di Kecamatan Jati, dengan luas
wilayah ± 201.16 ha, dan jumlah penduduk ada sebanyak ± 3,748 jiwa.
Desa Pasuruhan Kidul dipimpin oleh seorang kepala desa. Kepala desanya
bernama Bapak Sunarto.
Adapun batas batas wilayah dengan Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan
Jati Kabupaten Kudus, yaitu :
Sebelah Barat : Desa Prambatan
Sebelah Timur : Desa Jati Kulon
Sebelah Utara : Desa Purwosari
Sebelah Selatan : Desa Pasuruhan Lor
Penelitian ini dilakukan pada hari Rabu, tanggal 7 April 2021 di
Posyandu Lansia yang berlokasi di Desa Pasuruhan Kidul RT 1 / RW 2
Kecamatan Jati, kode pos 59349, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa
Tengah. Setelah mendapat ijin dari pihak perangkat desa dan bidan desa
yang bersangkutan, maka dilakukan penelitian dengan judul Hubungan
Status Gizi dan Aktifitas Fisik dengan Demensia pada Elderly di Posyandu
Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Proses
penelitian diawali dengan pemilihan sampel yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan bersedia menandatangani lembar persetujuan responden. Pada
saat penelitian berlangsung, peneliti menerangkan kepada responden
mengenai alur penelitian, kemudian melakukan pengisian kuesioner yang
dibantu oleh kader posyandu dalam membacakan pertanyaan seputar
variabel yang diteliti. Hasil penelitian yang dipaparkan meliputi data umum
yang terdiri dari data demografi, karakteristik responden berdasarkan umur,
jenis kelamin, dan pendidikan terakhir. Data khususnya terdiri dari status
gizi (MNA), aktifitas fisik (PASE), dan demensia (MMSE). Adapun faktor-
faktor yang mendukung penelitian ini yaitu adanya respon yang baik dari
responden, kader posyandu, serta perangkat desa yang sangat terbuka
dalam memfasilitasi segala keperluan peneliti, sehingga proses penelitian
ini dapat berjalan dengan lancar sampai akhir.

59
60

B. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian meliputi umur, jenis kelamin, dan
pendidikan terakhir yang telah dilakukan di Posyandu Lansia Desa
Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus, maka dapat
digambarkan distribusi untuk masing-masing karakteristik responden
sebagai berikut :
1. Umur

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Variabel Mean SD Minimal - 95% Cl


Maksimal
Umur 2,16 1,095 60-75 1,85 – 2,47

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa rata-rata umur


yaitu 2,16 (95% Cl: 1,85 – 2,47), dengan standar deviasi 1,095. Adapun
umur termuda adalah 60 tahun, sedangkan umur tertua 75 tahun. Dari
hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-
rata umur elderly yang mengikuti posyandu lansia di Desa Pasuruhan
Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus antara 60-75 tahun.

2. Jenis Kelamin

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase %
Laki-laki 11 22,0
Perempuan 39 78,0

Total 50 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dikatakan bahwa sebagian


besar jenis kelamin elderly yang yang mengikuti posyandu lansia di Desa
Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus yaitu perempuan
dengan jumlah 39 responden (78,0%).
61

3. Pendidikan Terakhir

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Frekuensi Presentase %
SD 22 44,0
SLTP 9 18,0
SLTA 13 26,0
PT 6 12,0

Total 50 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan


terakhir elderly yang mengikuti posyandu lansia di Desa Pasuruhan Kidul
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus paling banyak yaitu SD (Sekolah Dasar)
ada 22 responden (44,0%).

C. Analisa Univariat
Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Status Gizi Dan
Aktifitas Fisik Dengan Demensia Pada Elderly Di Posyandu Lansia Desa
Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus, maka didapatkan
hasil sebagai berikut :
1. Status Gizi

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Status Gizi
Status Gizi Frekuensi Presentase %

Malnutrisi 7 14,0
Dalam Resiko Malnutrisi 27 54,0
Status Gizi Normal 16 32,0

Total 50 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat disimpulkan dari 50


responden, yang mengalami malnutrisi sebanyak 7 responden (14,0%),
yang dalam resiko malnutrisi ada 27 responden (54,0%), kemudian yang
mengalami status gizi normal berjumlah 16 responden (32,0%).
62

2. Aktifitas Fisik

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik
Aktifitas Fisik Frekuensi Presentase %
Aktifitas Fisik Buruk 39 78,0
Aktifitas Fisik Baik 11 22,0

Total 50 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dengan jumlah 50 responden, dapat


dikatakan bahwa elderly yang mengalami aktifitas fisik buruk jumlahnya 39
responden (78,0%) dan elderly yang mengalami aktifitas fisik baik ada
sebanyak 11 responden (22,0%).

3. Demensia

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Demensia
Demensia Frekuensi Presentase %

Demensia Buruk 10 20,0


Demensia Sedang 23 46,0
Demensia Dengan Kondisi 17 34,0
Baik

Total 50 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dengan total 50 responden, dapat


diketahui bahwa elderly yang mengalami demensia sedang jumlahnya lebih
banyak ada 23 responden (46,0%), selain itu ada elderly yang mengalami
demensia dengan kondisi baik sebanyak 17 responden (34,0%) dan elderly
yang mengalami demensia buruk jumlahnya lebih sedikit dibandingkan
dengan yang lainya yaitu hanya 10 responden (20,0%).

D. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua
variabel yang berbeda. Analisa bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis Hubungan Status Gizi Dan Aktifitas Fisik Dengan Demensia
Pada Elderly Di Posyandu Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus.
63

1. Hubungan Status Gizi Dengan Demensia Di Posyandu Lansia Desa


Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.

Tabel 4.7
Distribusi Status Gizi Dengan Demensia
Status Gizi Demensia Demensia Demensia Total P
Buruk Sedang Dalam Value
Kondisi Baik
N % N % N % N %

Malnutrisi 3 42,9 3 42,9 1 14,3 7 100,0

Dalam 7 25,9 15 55,6 5 18,5 27 100,0 0,002


Resiko
Malnutrisi

Status Gizi 0 0,0 5 31,3 11 68,8 16 100,0


Normal

Total 10 20,0 23 46,0 17 34,0 50 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui dari 50 responden,


mengalami malnutrisi dengan demensia buruk sebanyak 3 responden
(42,9%), dan malnutrisi dengan demensia sedang ada 3 responden
(42,9%) sedangkan, malnutrisi dengan demensia dalam kondisi baik
jumlahnya 1 responden (14,3%). Kemudian, yang dalam resiko malnutrisi
mengalami demensia buruk ada 7 responden (25,9%), dan yang dalam
resiko malnutrisi dengan mengalami demensia sedang sebanyak 15
responden (55,6%) selain itu, yang dalam resiko malnutrisi dengan
mengalami demensia dalam kondisi baik jumlahnya 5 responden (18,5%).
Selanjutnya, status gizi normal yang terjadi demensia buruk sebanyak 0
responden (0,0%), dan status gizi normal yang terjadi demensia sedang
jumlahnya 5 responden (31,3%). Kemudian, status gizi normal yang terjadi
demensia dalam kondisi baik ada 11 responden (68,8%).
Dari hasil uji statistika menggunakan uji Chi Square dengan jenis
pengambilan keputusan “Likelihood Ratio” diperoleh nilai P Value sebesar
0,002 (kurang dari 0,05) maka ho ditolak yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara status gizi dengan demensia pada elderly di Posyandu
Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
64

2. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Demensia Di Posyandu Lansia Desa


Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.

Tabel 4.8
Distribusi Aktifitas Fisik Dengan Demensia
Aktifitas Demensia Demensia Demensia Total P
Fisik Buruk Sedang Dalam Kondisi Value
Baik
N % N % N % N %

Aktifitas 10 25,6 20 51,3 9 23,1 39 100,0 0,003


Fisik Buruk

Aktifitas 0 0,0 3 27,3 8 72,7 11 100,0


Fisik Baik

Total 10 20,0 23 46,0 17 34,0 50 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 di atas menjelaskan bahwa dari 50


responden, dapat diketahui bahwa yang mengalami aktifitas fisik buruk
yang mengalami demensia buruk ada 10 responden (25,6%), dan aktifitas
fisik buruk yang mengalami demensia sedang sebanyak 20 responden
(51,3%), sedangkan aktifitas fisik buruk yang mengalami demensia dalam
kondisi baik jumlahnya 9 responden (23,1%). Kemudian, yang mengalami
aktifitas fisik baik dengan demensia buruk ada 0 reponden (0,0%), dan
aktifitas fisik baik dengan demensia sedang sebanyak 3 responden (27,3%)
selain itu, aktifitas fisik baik dengan demensia dalam kondisi baik
jumlahnya 8 responden (72,7%).
Dari hasil uji statistika menggunakan uji Chi Square dengan jenis
pengambilan keputusan “Likelihood Ratio” diperoleh nilai P Value sebesar
0,003 (kurang dari 0,05) maka ho ditolak yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara aktifitas fisik dengan demensia pada elderly di Posyandu
Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden
1. Umur

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa rata-rata umur


yaitu 2,16 (95% Cl: 1,85 – 2,47), dengan standar deviasi 1,095. Adapun
umur termuda adalah 60 tahun, sedangkan umur tertua 75 tahun. Dari
hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-
rata umur elderly yang mengikuti posyandu lansia di Desa Pasuruhan Kidul
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus antara 60-75 tahun.
Kelompok lanjut usia (lansia) dipandang sebagai kelompok
masyarakat yang berisiko mengalami gangguan kesehatan. Hal ini, terjadi
sejalan dengan bertambahnya usia seseorang dan proses kemunduran
yang diikuti dengan munculnya gangguan fisiologis, penurunan fungsi,
gangguan kognitif, gangguan afektif, dan psikososial (Palestin et al, 2010).
Dengan meningkatkan kesejahteraan hidup dan kualitas kesehatan, serta
meningkatkan umur, maka harapan hidup manusia semakin tinggi,
sehingga jumlah penduduk usia lanjut menjadi bertambah. Dengan
bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses
penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia.
Penuaan yang sesuai dengan kronologis usia dipengaruhi oleh faktor
endogen, perubahan dimulai dari sel-jaringan-organ-sistem pada tubuh.
Proses penuaan sekunder (faktor eksogen) lebih mempercepat proses
disabilitas fungsional lansia dibanding penuaan primer (faktor endogen).
Sebagian besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit
yang hanya diderita oleh para lansia, kenyataannya demensia dapat
diderita oleh siapa saja dari semua tingkat usia. Menurut studi EURODEM
dari 8 negara Eropa menghasilkan prevalensi demensia sedang mulai dari
0,4% pada pria dan perempuan dengan usia 60-64 tahun, 22,1% pada pria
dan 30,8% pada wanita yang berusia lebih dari 90 tahun (Wreksoadmodjo,
2014). Salah satu masalah utama pada lanjut usia adalah penurunan
fungsi kognitif yang dapat mempengaruhi pola interaksi.

65
66

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dikatakan bahwa sebagian besar


jenis kelamin elderly yang yang mengikuti posyandu lansia di Desa
Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus yaitu perempuan
dengan jumlah 39 responden (78,0%).
Jenis kelamin atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies
sebagai sarana atau akibat yang digunakannya proses reproduksi seksual
untuk mempertahankan keberlangsungan spesies yang dikaitkan pula
dengan aspek gender, karena deferensiasi peran sosial yang dilekatkan,
sehingga mengakibatkan perbedaan perilaku dan gaya hidup masing-
masing individu. Dalam penelitian ini jenis kelamin yang digunakan adalah
laki-laki dan perempuan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Fitzpatrick, dkk menjelaskan bahwa demensia paling banyak terjadi pada
perempuan dari pada yang yang umumnya terjadi pada laki-laki. Salah satu
hormon yang dapat mempengaruhi lipolisis adalah katekolamin (Adie,
2012). Katekolamin mempunyai dua reseptor yaitu α-adrenoreseptor yang
menghambat lipolisis dan β-adrenergic yang menstimulasi lipolisis. Hormon
estrogen dan testosteron mempengaruhi lipolisis melalui reseptor yang
terdapat pada katekolamin. Hormon estrogen menduduki α-adrenoreseptor
yang dapat berfungsi untuk melindungi dinding pembuluh darah, oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa estrogen dapat menghambat lipolisis,
sehingga menyebabkan kolestrol yang beredar ke dalam darah berkurang,
dan menyebabkan risiko aterosklerosis pun menurun, berbeda dengan
testosteron yang menduduki reseptor β-adrenergic yang akan menstimulasi
lipolisis, sehingga kolestrol yang bersirkulasi dalam darah pun meningkat,
selain itu kondisi aterosklerosis juga meningkat, karena pada tubuh wanita
menjelang masa menopause dan setelahnya akan menurun, sementara
kadar estrogen dalam tubuh laki-laki selalu stabil dalam setiap tahapan
usia. Ketika kadar estrogen semakin menurun, maka sifat proteksi pada
pembuluh darah termasuk pembuluh darah di otak otomatis akan menurun
juga dan memperburuk kemunduran memori. Umumnya, dampak masalah
memori disebabkan oleh penumpukan protein yang disebut “tau” dan
amiloid di otak, ketika hal tersebut membentuk gumpalan beracun dan
kusut, maka mengakibatkan sel-sel otak menjadi mati.
67

3. Pendidikan Terakhir

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan


terakhir elderly yang mengikuti posyandu lansia di Desa Pasuruhan Kidul
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus paling banyak yaitu SD (Sekolah Dasar)
ada 22 responden (44,0%).
Menurut Redja Mudyahardjo makna pendidikan bisa dibagi menjadi
tiga yakni maha luas, sempit, dan luas terbatas. Makna secara maha luas
adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan hidup dan sepanjang hidup. Makna maha sempit, pendidikan
adalah per sekolahan. Adapun makna secara luas terbatas, pendidikan
adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang
berlangsung di sekolah dan luar sekolah untuk mempersiapkan peserta
didik agar dapat memainkan perannya secara tepat dalam berbagai
lingkungan hidup (Wahab, 2013). Adapun fungsi dari pendidikan adalah
menghilangkan penderitaan rakyat dari kebodohan, ketertinggalan, dan
kemiskinan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin tinggi
pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuannya (Suardi, 2012). Kurangnya
pendidikan merupakan faktor predesposisi terjadinya demensia, karena
dengan pendidikan dapat memberikan beberapa perlindungan terhadap
munculnya penyakit demensia. Pendidikan yang tinggi dapat membantu
dalam membangun sel yang lebih kuat.
Dari analisis yang ditemukan berdasarkan Mongsidi (2013) bahwa
pendidikan yang dilakukan selama lebih dari sembilan tahun (SMA,
diploma, ataupun sarjana) memiliki hasil fungsi kognitif yang tergolong
normal dibandingkan dengan lansia yang hanya berpendidikan kurang dari
9 tahun, maka lebih banyak mengalami kejadian penurunan fungsi kognitif.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi mampu mentolerir lebih banyak
penyakit di otak serta menunjukkan bahwa memiliki fungsi saraf yang lebih
baik dibandingkan dengan orang yang berpendidikan lebih rendah. Dalam
penelitian Yao, dkk perubahan struktur fungsi otak setelah maturitas
sebagian besar disebabkan oleh pengalaman dan pendidikan. Pendidikan
dapat menyediakan stimulus rutin dan terus menerus bagi perkembangan
kemampuan kognitif seperti logika, penalaran, pemikiran abstrak, dan
mampu mencegah hilangnya hubungan antar neuron.
68

B. Analisa Univariat
1. Status Gizi
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat disimpulkan dari 50 responden,
yang mengalami malnutrisi sebanyak 7 responden (14,0%), yang dalam
resiko malnutrisi ada 27 responden (54,0%), kemudian yang mengalami
status gizi normal berjumlah 16 responden (32,0%).
Menurut hasil penelitian ditemukan banyak elderly dalam resiko
malnutrisi. Malnutirsi ialah keadaan patologis yang dihasilkan akibat
defisiensi nutrisi. Umumnya pada kejadian malnutrisi terlihat dari berat
badan yang di bawah standar, karena berdasarkan penelitian yang
dijelaskan oleh Oktariyani (2016) bahwa banyaknya lanjut usia yang
berada dalam resiko malnutrisi disebabkan karena faktor usia yang
menyebabkan perubahan fungsi tubuh yang dapat mempengaruhi
menurunnya nafsu makan, karena semakin bertambahnya usia seseorang,
tubuh akan mengalami beberapa perubahan yang kemudian bisa
mempengaruhi selera makan, seiring bertambahnya usia banyak juga
fungsi tubuh yang menurun, itulah yang menyebabkan adanya masalah
kesehatan yang dapat mengganggu sistem kerja tidak seefisien
sebelumnya. Otot-otot menjadi lebih kaku, lemah, sel tubuh pun juga tidak
bergenerasi secepat pada saat di usia muda, sehingga jaringan pada
sistem pencernaan menjadi lebih sensitif dan mudah mengalami luka.
Selain itu, dibandingkan dengan usia dewasa kebutuhan gizi lansia lebih
rendah, karena adanya masalah kesehatan yang membuat lansia perlu
minum obat-obatan. Penggunaan obat menimbulkan efek samping seperti
mual, diare, dan mulut kering yang dapat mempengaruhi nafsu makan
lansia jadi menurun, sehingga membuat tubuh tidak mendapatkan nutrisi
yang cukup. Terlalu sedikit makan, pilihan makanan yang kurang nutrisi,
serta konsumsi makanan yang sama setiap hari dapat menyebabkan
kebosanan. Pemikiran yang positif dari lansia tentang kondisi
kesehatannya dapat meningkatkan status kesehatan, hal ini di karenakan
jika lanjut usia berfikiran negatif tentang kondisi kesehatannya akan
menyebabkan lansia cenderung stress dan dapat mempengaruhi kondisi
psikologisnya. Dapat diketahui dari pemenuhan kebutuhan gizi dapat
membantu proses adaptasi dengan perubahan yang dialami, dan dapat
menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh (Nursilmi, 2017). Kualitas
hidup yang baik dapat dilihat dari status gizi yang baik.
69

2. Aktifitas Fisik
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dengan jumlah 50 responden, dapat
dikatakan bahwa elderly yang mengalami aktifitas fisik buruk jumlahnya 39
responden (78,0%) dan elderly yang mengalami aktifitas fisik baik ada
sebanyak 11 responden (22,0%).
Dari hasil analisis ditemukan bahwa sebagian besar elderly
mengalami aktifitas fisik buruk, umumnya aktivitas fisik pada lansia perlu
disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan kondisi. Secara tidak
langsung, aktifitas fisik secara bertahap akan menurun seiring
bertambahnya usia karena kehilangan massa dan kekuatan otot. Usia juga
berpengaruh terhadap kelenturan dan komposisi tubuh, hal itu biasannya
terjadi karena proses menua yang disebabkan karena menurunnya
elastisitas otot. Usia menunjukkan tanda kemampuan ataupun bagaimana
seseorang bereaksi terhadap ketidakmampuan melaksanakan aktifitas
sehari-hari. Sifat genetik dalam diri seseorang akan berpengaruh terhadap
kemampuan tubuh seperti kecepatan dan keseimbangan, selain itu pola
makan dapat ditentukan dari kualitas bahan makanan untuk bisa
mempertahankan gizi seimbang. Lalu yang dapat dianjurkan adalah
memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai standar,
hal tersebut dapat diketahui dengan adanya tingkat pendidikan yang tinggi
memiliki informasi yang lebih memadai, dengan adanya pendidikan dapat
meningkatkan wawasan dan juga pengetahuan, sehingga dapat
membangun kesadaran yang lebih mendalam mengenai bahaya dari
aktivitas fisik buruk yang ditimbulkan. Aktifitas fisik merupakan intervensi
nonfarmakologis yang tersedia bagi sebagian besar masyarakat umum,
serta memainkan peran penting dalam mencegah berbagai macam
penyakit metabolik. Adanya kelainan pada tubuh menyebabkan
ketidakmampuan tubuh dalam melakukan aktifitas dengan baik, jika tubuh
kurang melakukan aktivitas fisik dapat menyebabkan kualitas fisik yang
rendah sehingga mudah lelah, mudah sakit, pegal-pegal, hingga menjadi
kurang produktif melakukan aktivitas fisik lagi (Baert, Gorus, Mets, Geerts,
& Bautmans, 2011). Menurut Bherer, Erickson, dan Ambrose (2013) latihan
fisik seperti aerobik akan meningkatkan kemampuan kognitif lansia
khususnya bagian kontrol eksekutif dan meningkatkan volume
hippocampus. Hippocampus merupakan sentral otak yang sangat penting
dalam menyimpan memori (Sankanparan, 2010).
70

3. Demensia
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dengan total 50 responden, dapat
diketahui bahwa elderly yang mengalami demensia sedang jumlahnya lebih
banyak ada 23 responden (46,0%), selain itu ada elderly yang mengalami
demensia dengan kondisi baik sebanyak 17 responden (34,0%) dan elderly
yang mengalami demensia buruk jumlahnya lebih sedikit dibandingkan
dengan yang lainya yaitu hanya 10 responden (20,0%).
Pada penelitian ini lebih banyak responden yang mengalami
demensia sedang, biasanya pada tahapan demensia sedang terjadi
loncatan dalam mengingat dan berfikir, serta biasanya memerlukan
bantuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Demensia telah lama
dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif otak sebagai efek samping
penuaan alami, penuaan juga melemahkan sistem kekebalan tubuh dan
kemampuannya untuk memperbaiki sel-sel saraf otak yang rusak.
Ditemukan pada kadar vitamin rendah dapat meningkatkan gangguan
kognitif, karena ditemukan adanya peningkatan kadar homosistein plasma
yang dapat menyebabkan perubahan patologi melalui mekanisme vaskuler
dan neurotiksik langsung (Wreksoatmodjo, 2014). Pola makan yang buruk
dapat memicu penyakit pikun, karena kebanyakan makan makanan
berlemak, mengandung gula, dan terlalu banyak garam (natrium). Menurut
Maryam, dkk (2011) pada kandugan garam yang berlebih dalam tubuh
dapat meningkatkan tekanan darah (hipertensi) yang dapat menyebabkan
berbagai masalah kesehatan dan mempengaruhi kesehatan jantung.
Selain itu, usia tua menyebabkan gangguan sirkulasi darah sehingga
meningkatkan munculnya berbagai risiko penyakit. Biasanya, gangguan
peredaran darah disebabkan oleh kolestrol yang tinggi. Penumpukan plak
kolestrol dapat mempersempit pembuluh darah yang membuat kerja
jantung mengalami gangguan dalam memompa darah segar tidak optimal,
sehingga menyempitkan aliran darah ke otak. Otak yang tidak
mendapatkan cukup darah segar lama-lama akan meyebabkan penurunan
fungsi kognitif. Hal yang dapat dilakukan agar dapat mengontrol terjadinya
penurunan kognitif adalah dengan cara menjaga aktivitas fisik, semakin
tinggi level aktivitas fisik maka semakin rendah kejadian demensia pada
lansia (Pratiwi, Marliyati & Latifah, 2013). Selain itu, menurut Septiyana
Pratiwi (2016) penurunan kognitif dapat dicegah melalui tingkat pendidikan
yang akan menjadi bekal untuk memperkuat ingatan pada sistem otak.
71

C. Analisa Bivariat
1. Hubungan Status Gizi Dengan Demensia Pada Elderly Di Posyandu
Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui dari 50 responden, mengalami


malnutrisi dengan demensia buruk sebanyak 3 responden (42,9%), dan
malnutrisi dengan demensia sedang ada 3 responden (42,9%) sedangkan,
malnutrisi dengan demensia dalam kondisi baik jumlahnya 1 responden
(14,3%). Kemudian, yang dalam resiko malnutrisi mengalami demensia
buruk ada 7 responden (25,9%), dan yang dalam resiko malnutrisi dengan
mengalami demensia sedang sebanyak 15 responden (55,6%) selain itu,
yang dalam resiko malnutrisi dengan mengalami demensia dalam kondisi
baik jumlahnya 5 responden (18,5%). Selanjutnya, status gizi normal yang
terjadi demensia buruk sebanyak 0 responden (0,0%), dan status gizi
normal yang terjadi demensia sedang jumlahnya 5 responden (31,3%).
Kemudian, status gizi normal yang terjadi demensia dalam kondisi baik ada
11 responden (68,8%).
Setelah dilakukan tabulasi silang, maka dilakukan analisis dengan uji
statistika menggunakan uji Chi Square dengan jenis pengambilan
keputusan “Likelihood Ratio” diperoleh nilai P Value sebesar 0,002 < 0,05
maka, ho¹ ditolak dan ha¹ diterima yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara status gizi dengan demensia pada elderly di Posyandu
Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Menurut
pendapat peneliti, bahwa status gizi bisa menyebabkan demensia, hal
tersebut diperkuat berdasarkan hasil penelitian pada pengisian kuesioner
Mini Nutritional Assesment (MNA), pada distribusi pertanyaan “Apakah
anda memiliki masalah neuropsikologi ?” dan sebagian besar elderly
mengalami demensia sedang dengan jumlah 23 responden (46,0%), selain
itu didapatkan hasil bahwa responden tidak pernah mengkonsumsi salah
satu produk olahan susu (susu, keju, yoghurt), sedangkan kacang-
kacangan, sayur, lauk hewani seperti daging, ikan, telur jarang disajikan, di
karenakan untuk mengurangi risiko penyakit akibat penuaan atau karena
masakan yang disajikan tidak ada rasa, tidak enak, ataupun teksturnya
yang keras. Status gizi yang kurang pada lansia dapat diakibatkan oleh
penurunan asupan makanan, hal tersebut diperkuat oleh teori Dewi (2015),
yang mengemukakan bahwa kondisi psikologis seperti stress, kecemasan
dan kesedihan ataupun perasaan tidak berguna dapat menyebabkan
72

penurunan nafsu makan yang bisa menyebabkan kehilangan berat badan,


dan biasanya dipengaruhi oleh kehilangan selera makan karena kesulitan
mengunyah, serta kurangnya pengetahuan mengenai status gizi pada
lansia. Pola makan yang baik dan beraneka ragam dapat memperbaiki
mutu gizi makanan seseorang (Utami et al., 2013). Jika keseimbangan gizi
terganggu, misalnya pengeluaran energi dan protein lebih banyak
dibandingkan pemasukan, maka status gizinya kurang dan dapat
mengakibatkan risiko terjadinya malnutrisi. Hasil yang serupa juga
dikemukakan oleh Almatsier, yang mengatakan bahwa asupan makanan
sangat penting bagi tubuh karena dapat mempengaruhi berat badan. Dari
pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa asupan makanan merupakan
faktor utama yang melihat berat badan seseorang ada peningkatan
ataupun tidak. Jadi, lebih baik mengkonsumsi makanan yang seimbang
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh, maka tubuh akan dapat
menyerap dan menghasilkan berat badan yang normal.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian menurut Dadang
Noviansyah tahun 2017, hasil analisa data menggunakan uji Kendall Tau
didapatkan hasil nilai P-Value adalah 0,001 (P < 0,005) mengidentifikasikan
adanya hubungan antara status gizi dengan demensia pada responden
penelitian. Sementara itu, nilai korelasi (r) menunjukkan hasil 0,463
besarnya nilai korelasi berada di antara rentang 0,400-0,599. Hasil ini
dapat disimpulkan adanya hubungan dengan tingkat keeratan sedang
antara status gizi dengan demensia pada responden lansia di BPSTW Unit
Luhur Kasongan Bantul.

2. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Demensia Pada Elderly Di Posyandu


Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus

Berdasarkan tabel 4.8 di atas menjelaskan bahwa dari 50 responden,


dapat diketahui bahwa yang mengalami aktifitas fisik buruk yang
mengalami demensia buruk ada 10 responden (25,6%), dan aktifitas fisik
buruk yang mengalami demensia sedang sebanyak 20 responden (51,3%),
sedangkan aktifitas fisik buruk yang mengalami demensia dalam kondisi
baik jumlahnya 9 responden (23,1%). Kemudian, yang mengalami aktifitas
fisik baik dengan demensia buruk ada 0 reponden (0,0%), dan aktifitas fisik
baik dengan demensia sedang sebanyak 3 responden (27,3%) selain itu,
73

aktifitas fisik baik dengan demensia dalam kondisi baik jumlahnya 8


responden (72,7%).
Setelah dilakukan tabulasi silang, maka dilakukan analisis dengan
uji statistika menggunakan uji Chi Square dengan jenis pengambilan
keputusan “Likelihood Ratio” diperoleh nilai P Value sebesar 0,003 < 0,05
maka, ho² ditolak dan ha² diterima yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara aktifitas fisik dengan demensia pada elderly di Posyandu
Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Menurut
pendapat peneliti, bahwa aktifitas fisik dapat menyebabkan demensia, hal
tersebut diperkuat berdasarkan penelitian pada pengisian kuesioner
Physical Activities Scale For Elderly (PASE), pada distribusi jawaban
responden didapatkan hasil bahwa sebagian besar elderly jarang jalan kaki
ada 24 responden (48,0%), serta elderly yang tidak pernah melakukan
senam sebanyak 29 responden (58,0%). Aktifitas fisik yang kurang
berpeluang mengalami demensia lebih banyak, karena dengan melakukan
aktivitas fisik secara rutin dan berkala termasuk berjalan kaki akan
membuat fungsi kognitif menjadi lebih baik, hal ini karena aktivitas fisik
dapat mempertahankan aliran darah yang optimal dan mengantarkan
nutrisi ke otak, apabila lansia tidak melakukan aktivitas fisik secara rutin
maka aliran darah ke otak akan menurun dan menyebabkan otak
kekurangan oksigen, sehingga mempunyai pengaruh terhadap fungsi
kognitif. Dengan melakukan program aktivitas fisik jangka pendek seperti
latihan fisik dapat membawa perbaikan yang berarti dalam kinerja fungsi
kognitif. Aktifitas fisik merupakan salah satu manfaat dari upaya
pencegahan terhadap gangguan fungsi kognitif dan demensia, serta
kurangnya aktivitas fisik dapat memperbesar risiko penurunan fungsi
kognitif.
Berdasarkan penelitian sebelumnya menurut Muzamil, Afriwardi,
dan Martini (2014), pendapat tersebut sejalan dengan tingkat aktivitas fisik
yang tinggi dan rutin mempunyai hubungan dengan tingginya skor fungsi
kognitif. Namun, lansia yang memiliki tingkat aktivitas rendah atau sedang
berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif khususnya memori dan
fungsi bahasa (Makizako, 2014). Menurut Kirk-Sanchez dan McGough
(2013), saat melakukan aktivitas fisik dapat langsung menstimulasi otak,
sehingga saat melakukan olahraga teratur dapat meningkatkan protein di
otak yang disebut Brain Derived Neutrophic Factor (BDNF).
74

Protein BDNF ini berperan penting menjaga sel saraf tetap bugar dan
sehat. Namun apabila kadar BDNF rendah, maka akan menyebabkan
penyakit kepikunan (Antunes, 2016). Aktivitas fisik juga diduga
menstimulasi pertumbuhan saraf yang kemungkinan dapat menghambat
penurunan fungsi kognitif pada lansia (Muzamil, Afriwardi, & Martini, 2014).
Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain
mempengaruhi dalam kegiatan sehari-hari, sehingga lansia yang banyak
melakukan aktivitas fisik akan mempunyai fungsi kognitif yang lebih baik.
Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa lansia yang memiliki aktivitas
fisik yang buruk berpeluang mengalami demensia lebih banyak.
Berdasarkan penelitian Evina Yudhanti tahun 2016 diperoleh hasil
uji Kendall-Tau antara aktifitas fisik dan kejadian demensia pada lansia
didapatkan nilai signifikan P Value sebesar 0,000 (P-Value < 0,05). Maka,
Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan signifikan antara
aktivitas fisik dengan kejadian demensia pada lansia di Balai Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.

D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan.
Adapun kekurangan yang dimiliki selama proses penelitian berlangsung,
yaitu :
1. Peneliti hanya melakukan penelitian mengenai status gizi dan aktifitas
fisik saja, sebaiknya dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi demensia.
2. Jumlah sampel dalam penelitian ini sudah sesuai dengan jumlah
minimal sampel yang dibutuhkan, namun kemungkinan penelitian ini
akan menghasilkan data yang lebih baik jika dilakukan pada populasi
yang lebih besar dengan jumlah yang lebih banyak.
3. Pada data karakteristik responden ditemukan adanya pengkajian yang
kurang, karena riwayat pekerjaan tidak diteliti.
4. Kurangnya antusias dari sebagian responden dalam melakukan
penelitian, karena merasa cemas dengan adanya pandemi covid-19.
BAB Vl
PENUTUP

A. KESlMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan
judul “Hubungan Status Gizi Dan Aktifitas Dengan Demensia Pada Elderly
Di Posyandu Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati Kabupaten
Kudus”, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Mayoritas dari 50 responden, terdapat status gizi dalam resiko
malnutrisi sebanyak 27 responden (54,0%).
2. Dengan jumlah 50 responden, mayoritas dikatakan bahwa elderly
mengalami aktifitas fisik buruk ada 39 responden (78,0%).
3. Dari total 50 responden, dapat diketahui bahwa elderly yang
mengalami demensia sedang jumlahnya lebih banyak yaitu 23
responden (46,0%).
4. Dari hasil penelitian ada hubungan status gizi dengan demensia pada
elderly di Posyandu Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus dengan nilai P Value sebesar 0,002 dengan α = 5%.
5. Dari hasil penelitian ada hubungan antara aktifitas fisik dengan
demensia pada elderly di Posyandu Lansia Desa Pasuruhan Kidul
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus dengan nilai P Value sebesar 0,003
dengan α = 5%.

B. SARAN
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dari hasil penelitian yang telah didapatkan, diharapkan bisa dijadikan
pertimbangan dan referensi untuk dilakukan penelitian lanjutan, agar
bisa mengembangkan penelitian secara mendalam dan lebih detail.
Penelitian bisa dilakukan dengan menggunakan faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi demensia dengan menggunakan metodologi
penelitian yang berbeda, dengan cara melakukan penelitian yang
belum pernah ada sebelumnya, seperti hubungan usia dan riwayat
penyakit dengan demensia yang tempat penelitiannya dapat dilakukan
di panti jompo untuk mendapatkan jumlah populasi dan sampel yang
lebih banyak lagi agar dapat menghasilkan data yang lebih baik.

75
76

2. Bagi Masyarakat
Direkomendasikan bagi masyarakat sebagai bahan evaluasi agar
menambah ilmu pengetahuan, serta sebagai sarana infomasi terkait
status gizi dan aktifitas fisik dengan demensia.

3. Bagi lnstitusi Pendidikan


Ditujukan untuk institusi pendidikan supaya memperbanyak sumber
agar dapat menggali faktor-faktor yang dapat menyebabkan demensia,
dengan melakukan program pengabdian masyarakat yang ditunjang
dengan teori serta jurnal yang mendukung.

4. Bagi Pengembangan Riset Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat dijadikan pembanding, untuk memperkuat
riset mahasiswa dalam mengembangkan ilmu keperawatan,
khususnya keperawatan di bidang gerontik yang berkaitan dengan
status gizi dan aktifitas fisik dengan demensia pada elderly.

5. Bagi Responden
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk elderly agar selalu
memperhatikan pola makan dengan memperhatikan bentuk makanan
agar disesuaikan dengan kondisi, jika untuk elderly sebaiknya bisa
makan dengan makanan yang dikukus atau direbus agar teksturnya
lebih lunak, seringlah berkonsultasi agar dapat meningkatkan
pengetahuan tentang gizi, serta memotivasi elderly untuk melakukan
kegiatan yang bermanfaat untuk penguatan dan daya tahan selama
beberapa jam seperti senam.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. (2014). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Asrori, & Putri. (2014). Panduan Perawatan Pasien Demensia di Rumah. Malang:
UMM Press.

Atika Proverawati, (2010). Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Medical Book.

Azwar. (2012). Metodologi Penelitian. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistik. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035.


Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia.

Bulan AyuFKD., Pujiastuti N., dan Fajar I. (2013). Ilmu Gizi untuk Praktisi
Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Darmojo, B. (2010). Buku ajar geriatri (ilmu kesehatan lanjut usia). Jakarta: FK
UI.

Effendi, A. D., Mardijana, A., & Dewi, R. (2014). Hubungan antara Aktivitas Fisik
dan Kejadian Demensia pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan Vol. 2, 332-336.

Fargo K. Alzheimer’s Association Report: Alzheimers disease facts and figures.


Alzheimer‟s Dement [Internet]. (2014);10(2):e47–92. Available.

Fatma (2010) „Gizi Usia Lanjut‟. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Glhum et all, (2013). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Demensia pada
Lansia Di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi
Luhur.

Hardiantoa, D.D., Rahayu, D.A. & Hidayati, T.N. (2016). Perbedaan Status Gizi
Pada Lanjut Usia Kognitif Baik dan Buruk di Unit Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Pucang Gading Semarang. Keperawatan 1(1):1-8.

Kasjono, H.S. & Yusril. (2013). Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kartikasari, D. (2012). Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia pada Lansia


Demensia oleh Keluarga. Jurnal Nursing Studies Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Kemenkes RI (2017) „Analisis Lansia di Indonesia‟, Kementrian Kesehatan RI.

Mardalena, I., & Suryani, E. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Ilmu
Gizi. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Maryam, R. S., Hartini, T., & Sumijatun. (2015). Hubungan Tingkat Pendidikan
dan Activity Daily Living dengan Demensia pada Lanjut Usia di Panti
Werdha. Jakarta : Poltekes Kemekes Jakarta III.

77
78

Nelson, (2016). Mencegah Kepikunan Memperkuat Daya Ingat. Jakarta: BIP.

Notoatmodjo S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho. (2015). Perawatan Lanjut Usia. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

Nurfantri, D.Y. (2016). Identifikasi Status Nutrisi dan Resiko Malnutrisi Pada
Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari. Dunia
Keperawatan 4(2):93-99.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Riyanto A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika

Rochmah W., Harimurti K. (2014). Demensia Dalam buku ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Ed 4. Jakarta: Interna Publishing; h.3804-9.

Silalahi, Ulber. (2015). Metode Penelitian Sosial Kuantitatif. Bandung: Refika


Aditama.

Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta :


Literasi Media Publishing.

Sugiyono, P. D. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Cetakan Ke-15. Alfabeta: Bandung.

Sumantri A. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi ke 1. Jakarta:


Penerbit Kencana Prenada Media Group.

Sunaryo, Wijayanti, R., Kuhu, M. M., Sumedi, T., Widayanti, E. D., Sukrilah, U.
A., Kuswati, A. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV.
Andi Offset.

Swarjana, I. K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: CV Andi


Offset.

Turana Y, Handayani YS. (2011). Nilai Mini Mental State Examination


Berdasarkan Usia dan Tingkat Pendidikan pada Masyarakat Lanjut Usia.
Jakarta: Medika.

Utami C.P., Sri Anna M., dan Melly Latifah. (2013). Pola Konsumsi Pangan,
Aktivitas Fisik, Riwayat Penyakit, Riwayat Demensia Keluarga, dan
Kejadian Demensia pada Lansia di Panti Werdha Tresna Bogor. Fakultas
Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor.

Wibosono, Dermawan. (2013). Panduan Penyusunan Skripsi, Tesis & Disertasi.


Yogyakarta: Penerbit Andi.

Wibowo, (2014). Metodologi Penelitian Praktif Bidang Kesehatan. Edisi 1 cetakan


1. Jakarta: Rajawali Pers.

World Health Organization. (2014). Regional strategy for healthy ageing. India:
WHO Publications.
LAMPIRAN
SURAT PERMOHONAN CALON RESPONDEN

Kepada Yth :
Peserta responden di Posyandu Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Prodi S1
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus :
Nama : Eva Noor Hadiyanti
NIM : 920173018
Alamat : Desa Pasuruhan Lor RT 4 / RW 8 Kecamatan Jati Kabupaten Kudus

Bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “HUBUNGAN STATUS GIZI


DAN AKTIFITAS FISIK DENGAN DEMENSIA PADA ELDERLY DI POSYANDU
LANSIA DESA PASURUHAN KIDUL KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS”
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, saya memohon kepada ibu untuk
berpartisipasi dengan cara mengisi kuesioner yang terlampir.
Dalam pengambilan data peneliti menggunakan etika penelitian yaitu peneliti
menjaga kerahasiaan responden, menjamin keamanan selama proses penelitian
berlangsung, dan Anda boleh mengundurkan diri jika merasa kurang nyaman
dengan proses penelitian.
Atas perhatian dan ketersediaannya, peneliti mengucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Eva Noor Hadiyanti


SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :
Umur :

Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitain yang dilakukan oleh :


Nama : Eva Noor Hadiyanti
NIM : 920173018
Intitusi : Universitas Muhammadiyah Kudus
Judul penelitian : Hubungan Status Gizi Dan Aktivitas Fisik Dengan Demensia
Pada Elderly Di Posyandu Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus

Saya akan mengisi lembar penelitian tanapa ada paksaan demi kepintingan
penelitian. Dengan ketentuan yang di berikan akan di rahasiakan dan hanya
semata untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Dengan demikian pernyataaan ini
saya buat .

Kudus, 7 April 2021


Reponden

(...............................)
LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN AKTIFITAS FISIK DENGAN


DEMENSIA PADA ELDERLY DI POSYANDU LANSIA
DESA PASURUHAN KIDUL KECAMATAN JATI
KABUPATEN KUDUS

No. Responden :

1. Inisial responden :

2. Umur :

3. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

4. Pendidikan terakhir : SD SMP SMA PT

 Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan baik.


2. Teliti pertanyaan terlebih dahulu sebelum anda menjawab.
3. Untuk kelancaran penelitian ini, dimohon mengisi jawaban dengan
jujur.
4. Jawablah pertanyaan dengan apa adanya.
5. Tulis biodata menggunakan inisial huruf depan nama pada tempat
yang telah disediakan.
l. FORM FULL Mini Nutritional Assesment (MNA)
(Formulir Pengkajian Nutrisi Mini)

No Pertanyaan Keterangan Skor nilai


Screening
1 Apakah anda mengalami penurunan asupan 0 : mengalami penurunan asupan makanan
makanan selama tiga bulan terakhir yang parah
dikarenakan hilangnya selera makan, 1 : mengalami penurunan asupan makanan
masalah pencernaan, kesulitan mengunyah sedang
atau menelan 2 : tidak mengalami penurunan asupan
makan
2 Apakah anda kehilangan berat badan 0 : kehilangan berat badan lebih dari 3 kg
selama 3 bulan terakhir 1 : tidak tahu
2 : kehilangan berat badan antara 1 sampai
3 kg
3 : tidak kehilangan berat badan
3 Bagaimana mobilisasi atau penggerakan 0 : hanya ditempat tidur atau kursi roda
anda 1 : dapat turun dari tempat tidur namun
tidak dapat jalan-jalan
2 : dapat pergi keluar/jalan-jalan
4 Apakah anda mangalami stress psikologis 0 : Ya
atau penyakit akut selama 3 bulan terakhir 2 : Tidak
5 Apakah anda memiliki masalah 0 : demensia atau depresi berat
neuropsikologi? 1 : demensia ringan
2 : tidak mengalami masalah neuropsikologi
6 Bagaimana hasil BMI (Body Mass lndex) 0 : BMI kurang dari 19
anda ? (berat badan (kg) tinggi badan (m2)) 1 : BMI antara 19-21
2 : BMI antara 21-23
3 : BMI lebih dari 23
Nilai skrining ≥ 12 : normal / tidak berisiko, tidak
membutuhkan pengkajian lebih lanjut
(total nilai maksimal 14) ≤ 11 : mungkin mal nutrisi
No Pertanyaan Keterangan Skor nilai
Pengkajian
7 Apakah anda hidup secara mandiri ? 0 : tidak
(tidak di rumah perawatan, panti atau rumah 1 : ya
sakit)
8 Apakah anda diberi obat lebih dari 3 jenis 0 : tidak
obat per hari ? 1 : ya
9 Apakah anda memiliki luka tekan / ulserasi 0 : tidak
kulit ? 1 : ya
10 Berapa kali anda makan dalam sehari 0 : 1 kali dalam sehari
1 : 2 kali dalam sehari
2 : 3 kali dalam sehari

11 Pilih salah satu jenis asupan protein yang 0 : jika tidak ada atau hanya 1 jawaban
biasa anda konsumsi? diatas
a. Setidaknya salah satu produk dari 0,5 : jika terdapat 2 jawaban ya
susu (susu, keju, yoghurt perhari) 1 : jika semua jawaban ya
b. Dua porsi atau lebih kacang
kacangan / telur perminggu
c. Daging, ikan atau unggas setiap hari
12 Apakah anda mengkonsumsi sayur atau 0 : tidak
buah 2 porsi atau lebih setiap hari ? 1 : ya

13 Seberapa banyak asupan cairan yang anda 0 : kurang dari 3 gelas


minum per hari (air putih, jus, kopi, teh, 0,5 : 3-5 gelas
susu, dsb) 1 : lebih dari 5 gelas
14 Bagaimana cara anda makan ? 0 : tidak dapat makan tanpa dibantu
1 : dapat makan sendiri namun mengalami
kesulitan
2 : dapat makan sendiri tanpa ada masalah
15 Bagaimana persepsi anda tentang status 0 : ada masalah gizi pada dirinya
gizi anda 1 : ragu / tidak tahu terhadap masalah gizi
dirinya
2 : tidak ada masalah terdapat status gizi
dirinya
16 Jika dibandingkan dengan orang lain, 0 : tidak lebih baik dari orang lain
bagaimana pandangan anda tentang status 0,5 : tidak tahu
kesehatan anda ? 1 : sama baiknya dengan orang lain
2 : lebih baik dari orang lain
17 Bagaimana hasil lingkar lengan atas (LLA) 0 : LLA kurang dari 21 cm
anda (cm) ? 0,5 : LLA antara 21 – 22 cm
1 : LLA lebih dari 22 cm
18 Bagaimana hasil lingkaran betis (LB) anda 0 : jika LB kurang dari 31
(cm) ? 1 : jika LB lebih dari 31
Nilai pengkajian :
(Nilai maksimal 16)
Nilai skrining :
(nilai maksimal 14)
Total nilai skrining dan pengkajian Indikasi nilai malnutrisi
(nilai maksimal 30) ≥ 24 : nutrisi baik
17-23,5 : dalam resiko malnutrisi
< 17 : malnutrisi
ll. Physical Activities Scale For Elderly (PASE)
Beri tanda ceklist (√) pada kolom yang sesuai dengan keadaan Anda !

No Pertanyaan Tidak Pernah Jarang Kadang-kadang Sering


(0) (1) (2) (3)

Aktifitas di waktu luang


1. Apakah anda setiap
pagi jalan kaki ?
2. Apakah anda biasa
membuat kerajinan
tangan ?
3. Apakah anda suka
menonton TV ?
4. Apakah anda
mengikuti senam
lansia ?
5. Apakah anda
mengikuti kegiatan
pengajian ?
6. Apakah anda
melakukan kegiatan
bercocok tanam ?

Aktifitas rumah tangga


7. Apakah anda
melakukan aktifitas
mencuci baju dan
mencuci piring ?
8. Apakah anda setiap
hari memasak ?
9. Apakah anda
melakukan aktifitas
menyapu dan
mengepel ?

Aktifitas relawan
10. Apakah anda
berpartisipasi dalam
kebersihan lingkungan
?
(misalnya
membersihkan kamar
mandi, tempat
sampah, dll).
III. Mini Mental State Examination (MMSE)
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat !

No Pertanyaan Jawaban Responden Nilai Skor


1 Tahun berapa sekarang ?
Bulan apa sekarang ?
Tanggal berapa sekarang ?
Hari apa sekarang ?
Musim apa sekarang ?
2 Dimana kita sekarang,
Negara apa ?
Kota apa ?
Kabupaten / kecamatan mana ?
Di tempat apa ?
Di ruangan apa ?
3 Sebutkan 3 buah nama benda (meja,
kursi, pintu). Tiap satu detik, responden
disuruh mengulangi ketiga
nama benda tadi.
4 Hitung mundur dari 10 ke bawah
dengan pengurangan 2 berhenti
setelah angka 2.
5 Tanyakan kembali 3 nama benda
yang tadi telah disebutkan di atas.
6 Apakah nama benda ini ?
(Lihat pasien menunjuk dan
menyebut nama benda, tunjukkan 2
macam benda).
7 Katakan ke responden :
Sekarang saya akan meminta Anda
mengulang apa yang saya
katakan, TIDAK, JIKA, DAN, ATAU.
8 Minta responden untuk
mengikuti perintah berikut : “ambil
kertas di tangan Anda,
lipat dua dan letakkan di lantai”.
9 Katakan :
Silahkan baca tulisan ini dan lakukan
apa yang anda katakan “ TUTUP
MATA ANDA”
10 Perintahkan pada responden untuk
menulis satu kalimat.
11 Perintahkan responden untuk
menggambar di bawaah ini :

SKOR TOTAL
JADWAL PENELITIAN

Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari Maret April


2020 2020 2020 2020 2021 2021 2021 2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengusulan Judul

Survey Pendahuluan

Bimbingan BAB I

Bimbingan BAB II

Bimbingan BAB III

Ujian Proposal

Uji Validitas

Revisi Proposal

Keterangan :

: Pelaksanaan Kegiatan
JADWAL PENELITIAN

Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September Oktober


2021 2021 2021 2021 2021 2021 2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penelitian

Penyusunan Hasil dan


Pembahasan
Bimbingan BAB IV

Bimbingan BAB V

Bimbingan BAB Vl

Ujian Skripsi

Revisi Skripsi

Keterangan :

: Pelaksanaan Kegiatan
DATA PENELlTlAN

lnisial Jenis Pendidikan Status Gizi Aktifitas Fisik Demensia


Umur
Responden Kelamin Terakhir Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor
Ny. J 70 P SD Malnutrisi 15 Aktifitas fisik buruk 12 Demensia buruk 16
Ny. I 60 P SLTA Dalam resiko malnutrisi 22 Aktifitas fisik baik 18 Demensia sedang 22
Ny. S 62 P SD Dalam resiko malnutrisi 20,5 Aktifitas fisik buruk 8 Demensia sedang 22
Ny. S 60 P SLTA Status gizi normal 26 Aktifitas fisik baik 21 Demensia dengan kondisi baik 26
Ny. S 75 P SD Dalam resiko malnutrisi 22 Aktifitas fisik buruk 11 Demensia sedang 20
Ny. W 62 P SLTP Malnutrisi 14 Aktifitas fisik buruk 10 Demensia sedang 23
Ny. U 60 P SLTA Status gizi normal 26 Aktifitas fisik baik 17 Demensia sedang 21
Ny. R 65 P SD Dalam resiko malnutrisi 17,5 Aktifitas fisik buruk 7 Demensia buruk 16
Ny. K 60 P PT Status gizi normal 28 Aktifitas fisik baik 19 Demensia dengan kondisi baik 27
Ny. S 70 P SD Dalam resiko malnutrisi 22 Aktifitas fisik buruk 6 Demensia sedang 18
Ny. N 63 P PT Status gizi normal 25 Aktifitas fisik buruk 14 Demensia dengan kondisi baik 25
Tn. S 61 L SLTP Status gizi normal 25,5 Aktifitas fisik buruk 7 Demensia sedang 20
Ny. S 60 P SLTA Dalam resiko malnutrisi 18,5 Aktifitas fisik baik 16 Demensia dengan kondisi baik 26
Ny. M 68 P SLTA Status gizi normal 27 Aktifitas fisik buruk 12 Demensia dengan kondisi baik 24
Ny. M 63 P SD Dalam resiko malnutrisi 20 Aktifitas fisik baik 16 Demensia sedang 23
Ny. Y 72 P SD Dalam resiko malnutrisi 21,5 Aktifitas fisik buruk 7 Demensia sedang 19
Ny. K 66 P SD Dalam resiko malnutrisi 21 Aktifitas fisik buruk 9 Demensia sedang 22
Ny. S 64 P SLTA Status gizi normal 28 Aktifitas fisik baik 16 Demensia dengan kondisi baik 24
Ny. W 74 P SD Dalam resiko malnutrisi 20,5 Aktifitas fisik buruk 6 Demensia buruk 16
Ny. A 71 P SD Status gizi normal 24,5 Aktifitas fisik buruk 10 Demensia sedang 21
Ny. A 67 P SLTP Dalam resiko malnutrisi 19 Aktifitas fisik buruk 10 Demensia sedang 22
Tn. P 68 L SD Status gizi normal 26 Aktifitas fisik buruk 12 Demensia dengan kondisi baik 25
Ny. W 62 P SLTP Dalam resiko malnutrisi 21 Aktifitas fisik baik 13 Demensia sedang 23
Ny. M 64 P SLTA Dalam resiko malnutrisi 22,5 Aktifitas fisik buruk 9 Demensia dengan kondisi baik 25
Ny. A 73 P SD Malnutrisi 16,5 Aktifitas fisik buruk 6 Demensia buruk 15
Ny. S 67 P SD Malnutrisi 15 Aktifitas fisik buruk 10 Demensia buruk 15
Tn. P 60 L PT Status gizi normal 25 Aktifitas fisik baik 16 Demensia dengan kondisi baik 29
Ny. S 70 P SD Status gizi normal 24,5 Aktifitas fisik buruk 7 Demensia sedang 19
Tn. S 65 L SLTP Dalam resiko malnutrisi 19 Aktifitas fisik buruk 6 Demensia sedang 20
Ny. J 60 P SLTA Status gizi normal 26 Aktifitas fisik baik 20 Demensia dengan kondisi baik 24
Ny. N 64 P SLTP Malnutrisi 16 Aktifitas fisik buruk 12 Demensia sedang 20
Ny. Z 60 P SLTA Dalam resiko malnutrisi 23 Aktifitas fisik buruk 13 Demensia dengan kondisi baik 25
Ny. E 66 P SLTP Dalam resiko malnutrisi 18,5 Aktifitas fisik buruk 14 Demensia sedang 21
Tn. N 75 L SD Dalam resiko malnutrisi 18 Aktifitas fisik buruk 7 Demensia buruk 14
Ny. F 62 P PT Malnutrisi 9,5 Aktifitas fisik buruk 9 Demensia sedang 19
Ny. K 70 P SLTP Status gizi normal 25,5 Aktifitas fisik baik 17 Demensia dengan kondisi baik 25
Tn. U 65 L SLTA Dalam resiko malnutrisi 20,5 Aktifitas fisik buruk 13 Demensia dengan kondisi baik 24
Ny. K 75 P SD Dalam resiko malnutrisi 21 Aktifitas fisik buruk 10 Demensia buruk 12
Ny. K 75 P SD Dalam resiko malnutrisi 22,5 Aktifitas fisik buruk 12 Demensia buruk 16
Ny. S 65 P PT Malnutrisi 14 Aktifitas fisik baik 18 Demensia dengan kondisi baik 26
Tn. M 65 L SLTA Dalam resiko malnutrisi 19,5 Aktifitas fisik buruk 14 Demensia sedang 21
Tn. Z 60 L SLTA Dalam resiko malnutrisi 22,5 Aktifitas fisik buruk 13 Demensia dengan kondisi baik 28
Ny. S 75 P SD Dalam resiko malnutrisi 20,5 Aktifitas fisik buruk 11 Demensia sedang 18
Ny. W 70 P SD Status gizi normal 24,5 Aktifitas fisik buruk 13 Demensia sedang 21
Tn. Y 61 L PT Status gizi normal 27 Aktifitas fisik buruk 12 Demensia dengan kondisi baik 27
Ny. L 63 P SLTP Status gizi normal 26 Aktifitas fisik buruk 14 Demensia dengan kondisi baik 24
Ny. R 70 P SD Dalam resiko malnutrisi 21 Aktifitas fisik buruk 11 Demensia sedang 19
Tn. Z 66 L SLTA Dalam resiko malnutrisi 22 Aktifitas fisik buruk 12 Demensia sedang 22
Ny. M 65 P SD Dalam resiko malnutrisi 22,5 Aktifitas fisik buruk 10 Demensia buruk 16
Tn. K 68 L SD Dalam resiko malnutrisi 17,5 Aktifitas fisik buruk 11 Demensia buruk 14
DATA KARAKTERlSTlK RESPONDEN

No lnisial
Umur Kode Jenis Kelamin Kode Pendidikan Kode
Responden Responden
1 Ny. J 70 3 P 2 SD 1
2 Ny. I 60 1 P 2 SLTA 3
3 Ny. S 62 1 P 2 SD 1
4 Ny. S 60 1 P 2 SLTA 3
5 Ny. S 75 4 P 2 SD 1
6 Ny. W 62 1 P 2 SLTP 2
7 Ny. U 60 1 P 2 SLTA 3
8 Ny. R 65 2 P 2 SD 1
9 Ny. K 60 1 P 2 PT 4
10 Ny. S 70 3 P 2 SD 1
11 Ny. N 63 1 P 2 PT 4
12 Tn. S 61 1 L 1 SLTP 2
13 Ny. S 60 1 P 2 SLTA 3
14 Ny. M 68 3 P 2 SLTA 3
15 Ny. M 63 1 P 2 SD 1
16 Ny. Y 72 4 P 2 SD 1
17 Ny. K 66 2 P 2 SD 1
18 Ny. S 64 2 P 2 SLTA 3
19 Ny. W 74 4 P 2 SD 1
20 Ny. A 71 3 P 2 SD 1
21 Ny. A 67 2 P 2 SLTP 2
22 Tn. P 68 3 L 1 SD 1
23 Ny. W 62 1 P 2 SLTP 2
24 Ny. M 64 2 P 2 SLTA 3
25 Ny. A 73 4 P 2 SD 1
26 Ny. S 67 2 P 2 SD 1
27 Tn. P 60 1 L 1 PT 4
28 Ny. S 70 3 P 2 SD 1
29 Tn. S 65 2 L 1 SLTP 2
30 Ny. J 60 1 P 2 SLTA 3
31 Ny. N 64 2 P 2 SLTP 2
32 Ny. Z 60 1 P 2 SLTA 3
33 Ny. E 66 2 P 2 SLTP 2
34 Tn. N 75 4 L 1 SD 1
35 Ny. F 62 1 P 2 PT 4
36 Ny. K 70 3 P 2 SLTP 2
37 Tn. U 65 2 L 1 SLTA 3
38 Ny. K 75 4 P 2 SD 1
39 Ny. K 75 4 P 2 SD 1
40 Ny. S 65 2 P 2 PT 4
41 Tn. M 65 2 L 1 SLTA 3
42 Tn. Z 60 1 L 1 SLTA 3
43 Ny. S 75 4 P 2 SD 1
44 Ny. W 70 3 P 2 SD 1
45 Tn. Y 61 1 L 1 PT 4
46 Ny. L 63 1 P 2 SLTP 2
47 Ny. R 70 3 P 2 SD 1
48 Tn. Z 66 2 L 1 SLTA 3
49 Ny. M 65 2 P 2 SD 1
50 Tn. K 68 3 L 1 SD 1
HASIL JAWABAN RESPONDEN

Nama Aktifitas Fisik X2 Total X2

Responden X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10
Ny. S 2 2 3 1 3 1 2 2 1 1 18
Ny. Y 0 1 3 0 2 0 1 2 1 1 11
Tn. B 2 1 3 0 3 1 2 2 1 1 16
Ny. I 0 0 3 0 3 0 1 1 1 0 9
Ny. A 1 0 3 0 3 1 2 3 2 2 17
Ny. T 1 0 3 0 3 0 1 1 0 1 10
Ny. M 2 0 3 0 3 2 3 3 2 1 19
Ny. S 1 0 3 0 1 1 0 1 0 0 7
Ny. S 3 1 3 1 3 1 3 1 3 3 22
Ny. R 1 0 3 0 2 0 3 3 2 0 14
Ny. J 2 1 3 1 3 1 3 2 1 0 17
Tn. W 2 0 3 1 3 1 1 0 1 2 14
Ny. J 1 0 2 0 3 1 2 0 1 1 11
Tn. M 1 0 3 1 3 0 3 1 1 1 14
Ny. R 0 0 3 0 1 2 1 1 1 2 11
Tn. M 1 1 2 0 3 0 1 2 0 0 10
Ny. N 0 0 3 0 3 0 0 0 1 0 7
Tn. S 3 0 3 1 3 1 3 0 2 2 18
Ny. S 1 0 2 1 1 0 0 0 0 1 6
Tn. S 3 2 3 1 3 0 3 1 2 2 20
Ny. S 0 1 3 0 3 0 1 1 0 0 9
Ny. T 0 1 3 2 3 3 1 0 0 0 13
Ny. S 3 2 3 0 3 2 1 0 1 1 16
Tn. S 3 1 3 1 3 0 2 1 1 1 16
Tn. J 1 1 3 0 3 0 3 0 2 1 14
Tn. K 0 0 3 1 3 0 1 0 0 1 9
Ny. J 0 0 3 0 3 0 2 0 1 1 10
Ny. S 2 0 3 1 3 1 1 0 1 3 15
Ny. M 2 2 3 1 3 1 2 2 2 1 19
Ny. N 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 21
HASlL JAWABAN RESPONDEN

No lnisial
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 Kode
Responden Responden
1 Ny. J 1 2 2 0 0 1 1 0 0 1 0,5 0 1 2 1 0,5 1 1 1
2 Ny. I 2 3 2 0 1 2 1 0 0 2 1 0 1 2 2 1 1 1 2
3 Ny. S 1 2 2 0 1 3 1 1 0 1 0,5 0 1 2 2 1 1 1 2
4 Ny. S 2 3 2 0 2 3 1 0 0 2 1 1 1 2 2 2 1 1 3
5 Ny. S 2 3 2 0 1 2 1 1 0 2 1 1 0,5 2 1 0,5 1 1 2
6 Ny. W 0 0 2 0 1 1 1 1 0 1 0,5 0 1 2 1 0,5 1 1 1
7 Ny. U 2 3 2 0 1 3 1 1 0 2 1 1 1 2 2 2 1 1 3
8 Ny. R 1 2 2 0 0 3 1 1 0 1 0,5 0 0,5 2 1 0,5 1 1 2
9 Ny. K 2 3 2 2 2 3 1 0 0 2 1 1 1 2 2 2 1 1 3
10 Ny. S 2 3 2 0 1 3 1 1 0 2 0,5 0 1 2 1 0,5 1 1 2
11 Ny. N 2 3 2 2 2 1 1 0 0 2 1 1 1 2 2 1 1 1 3
12 Tn. S 2 3 2 0 1 3 1 1 1 2 1 1 1 2 2 0,5 1 1 3
13 Ny. S 0 0 2 0 2 3 1 1 0 1 1 0 1 2 2 0,5 1 1 2
14 Ny. M 2 3 2 0 2 3 1 1 0 2 1 1 1 2 2 2 1 1 3
15 Ny. M 2 3 2 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0,5 2 2 0,5 1 1 2
16 Ny. Y 2 3 2 2 1 1 1 0 0 2 1 0 1 2 1 0,5 1 1 2
17 Ny. K 2 3 2 2 1 1 1 0 0 1 0,5 1 1 2 1 0,5 1 1 2
18 Ny. S 2 3 2 2 2 3 1 1 0 2 1 1 1 2 2 1 1 1 3
19 Ny. W 2 3 2 0 0 1 1 1 0 2 1 1 1 2 1 0,5 1 1 2
20 Ny. A 2 3 2 2 1 3 1 0 0 2 1 1 1 2 1 0,5 1 1 3
21 Ny. A 1 2 2 0 1 3 1 0 0 1 0,5 0 1 2 2 0,5 1 1 2
22 Tn. P 2 3 2 2 2 3 1 1 0 2 0,5 0 1 2 2 0,5 1 1 3
23 Ny. W 2 3 2 0 1 1 1 1 0 2 0,5 0 1 2 2 0,5 1 1 2
24 Ny. M 2 3 2 2 2 1 1 0 0 2 0,5 0 1 2 1 1 1 1 2
25 Ny. A 2 3 2 0 0 1 0 1 0 1 0,5 0 0,5 2 1 0,5 1 1 1
26 Ny. S 2 3 2 0 0 0 1 0 0 1 0,5 0 0,5 2 1 0,5 0,5 1 1
27 Tn. P 2 3 2 2 2 1 1 0 0 2 1 0 1 2 2 2 1 1 3
28 Ny. S 2 3 2 2 1 3 1 0 0 2 1 1 1 2 1 0,5 1 1 3
29 Tn. S 2 3 2 0 1 0 1 1 0 2 0,5 0 1 2 1 0,5 1 1 2
30 Ny. J 2 3 2 0 2 3 1 1 0 2 1 1 1 2 2 1 1 1 3
31 Ny. N 1 2 2 0 1 1 1 1 0 1 0,5 0 0,5 2 0 1 1 1 1
32 Ny. Z 2 3 2 0 1 2 1 1 1 2 0,5 1 1 2 1 0,5 1 1 2
33 Ny. E 1 2 2 2 1 2 1 0 0 1 0,5 0 0,5 2 1 0,5 1 1 2
34 Tn. N 1 2 2 0 0 2 1 1 0 1 0,5 0 1 2 2 0,5 1 1 2
35 Ny. F 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0,5 0 0,5 1 0 0,5 1 1 1
36 Ny. K 2 3 2 0 2 3 1 1 0 2 0,5 1 1 2 2 1 1 1 3
37 Tn. U 1 2 2 0 2 1 1 1 1 1 0,5 1 1 2 1 1 1 1 2
38 Ny. K 2 3 2 0 0 2 1 1 0 2 0,5 0 1 2 2 0,5 1 1 2
39 Ny. K 2 3 2 0 0 3 1 1 0 2 0,5 0 1 2 2 1 1 1 2
40 Ny. S 0 0 2 0 2 1 1 1 0 1 0,5 1 0,5 2 0 0 1 1 1
41 Tn. M 1 2 2 0 1 2 1 1 0 2 0,5 1 1 2 1 0 1 1 2
42 Tn. Z 2 3 2 0 2 2 1 1 0 2 0,5 0 1 2 1 1 1 1 2
43 Ny. S 1 2 2 0 1 2 1 1 0 1 0,5 1 1 2 2 1 1 1 2
44 Ny. W 2 3 2 2 1 2 1 0 0 2 0,5 1 1 2 2 1 1 1 3
45 Tn. Y 2 3 2 2 2 3 1 0 0 2 1 1 1 2 2 1 1 1 3
46 Ny. L 2 3 2 2 2 2 1 0 0 2 1 1 1 2 2 1 1 1 3
47 Ny. R 2 3 2 0 1 3 1 0 0 2 0,5 0 1 2 1 0,5 1 1 2
48 Tn. Z 2 3 2 0 1 3 1 1 0 2 0,5 0 1 2 1 0,5 1 1 2
49 Ny. M 2 3 2 0 0 3 1 1 0 2 1 1 1 2 1 0,5 1 1 2
50 Tn. K 1 2 2 0 1 3 1 0 0 1 0,5 0 0,5 2 1 0,5 1 1 2
HASlL JAWABAN RESPONDEN

No Responden lnisial Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Kode


1 Ny. J 3 0 2 0 0 0 3 1 2 1 1
2 Ny. I 3 2 3 0 1 0 3 3 3 0 2
3 Ny. S 3 0 3 0 0 1 0 1 0 0 1
4 Ny. S 0 3 3 0 2 1 3 3 3 3 2
5 Ny. S 2 0 3 0 3 0 3 0 0 0 1
6 Ny. W 2 1 2 1 0 1 2 1 0 0 1
7 Ny. U 1 2 3 1 1 0 3 3 2 1 2
8 Ny. R 0 0 2 0 1 1 1 2 0 0 1
9 Ny. K 3 1 2 1 3 1 2 2 2 2 2
10 Ny. S 0 0 3 0 1 1 0 1 0 0 1
11 Ny. N 3 1 3 1 2 1 1 2 0 0 1
12 Tn. S 1 0 3 0 0 1 0 0 1 1 1
13 Ny. S 2 3 2 1 0 2 1 3 1 1 2
14 Ny. M 2 0 3 1 2 1 0 3 0 0 1
15 Ny. M 3 1 3 1 1 2 1 2 1 1 2
16 Ny. Y 1 0 3 0 1 0 1 0 0 1 1
17 Ny. K 2 0 3 1 1 0 1 1 0 0 1
18 Ny. S 1 1 3 2 2 0 2 3 1 1 2
19 Ny. W 1 0 2 0 1 1 1 0 0 0 1
20 Ny. A 1 0 3 0 1 0 1 2 1 1 1
21 Ny. A 1 1 3 0 1 0 1 2 1 0 1
22 Tn. P 3 0 2 0 0 3 2 0 1 1 1
23 Ny. W 2 1 3 1 0 1 1 2 1 1 1
24 Ny. M 1 0 2 1 1 1 1 0 1 1 1
25 Ny. A 0 0 3 0 1 0 1 1 0 0 1
26 Ny. S 1 1 3 0 0 1 2 1 0 1 1
27 Tn. P 3 1 3 2 2 2 1 0 1 1 2
28 Ny. S 1 1 3 0 1 0 1 0 0 0 1
29 Tn. S 1 0 3 0 0 1 0 0 0 1 1
30 Ny. J 3 2 3 2 2 1 2 3 1 1 2
31 Ny. N 1 0 3 0 0 1 2 3 1 1 1
32 Ny. Z 1 1 2 1 2 1 2 2 1 0 1
33 Ny. E 1 0 3 0 1 1 3 3 1 1 1
34 Tn. N 1 0 2 0 2 1 0 0 0 1 1
35 Ny. F 0 0 3 0 1 1 2 2 0 0 1
36 Ny. K 1 1 3 2 2 1 2 3 1 1 2
37 Tn. U 2 0 3 1 3 2 1 0 0 1 1
38 Ny. K 0 0 2 0 3 0 2 3 0 0 1
39 Ny. K 1 0 2 0 3 1 2 3 0 0 1
40 Ny. S 1 1 3 1 3 2 1 3 2 1 2
41 Tn. M 2 0 3 1 3 2 0 0 2 1 1
42 Tn. Z 1 0 2 0 2 3 0 0 2 3 1
43 Ny. S 1 1 3 0 3 0 2 0 1 0 1
44 Ny. W 1 0 2 0 1 3 2 3 1 0 1
45 Tn. Y 1 0 3 1 3 2 0 0 1 1 1
46 Ny. L 1 1 3 1 2 0 1 2 2 1 1
47 Ny. R 2 1 3 0 2 0 2 1 0 0 1
48 Tn. Z 1 0 3 2 2 1 1 0 1 1 1
49 Ny. M 0 0 2 0 1 0 3 3 1 0 1
50 Tn. K 2 0 3 0 2 1 1 0 1 1 1
HASlL JAWABAN RESPONDEN

No Responden lnisial Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 Kode


1 Ny. J 2 5 1 3 1 2 1 0 0 1 0 1
2 Ny. I 3 5 3 3 3 2 1 0 1 1 0 2
3 Ny. S 3 5 3 1 3 2 1 2 1 1 0 2
4 Ny. S 3 5 3 3 3 2 1 3 1 1 1 3
5 Ny. S 3 5 2 4 1 2 1 0 1 1 0 2
6 Ny. W 3 5 3 2 3 2 1 2 1 1 0 2
7 Ny. U 3 5 3 2 3 2 1 0 1 1 0 2
8 Ny. R 2 5 1 2 1 2 1 0 1 1 0 1
9 Ny. K 4 5 3 4 3 2 1 2 1 1 1 3
10 Ny. S 2 5 2 2 2 2 1 0 1 1 0 2
11 Ny. N 4 5 3 2 3 2 1 2 1 1 1 3
12 Tn. S 2 5 3 2 3 2 1 0 1 1 0 2
13 Ny. S 5 5 3 2 3 2 1 2 1 1 1 3
14 Ny. M 3 5 3 3 3 2 1 2 1 1 0 3
15 Ny. M 3 5 3 3 3 2 1 1 1 1 0 2
16 Ny. Y 2 5 2 2 2 2 1 1 1 1 0 2
17 Ny. K 3 5 3 2 3 2 1 1 1 1 0 2
18 Ny. S 2 5 3 5 3 2 1 0 1 1 1 3
19 Ny. W 2 3 2 2 2 2 1 0 1 1 0 1
20 Ny. A 3 5 3 2 3 2 1 0 1 1 0 2
21 Ny. A 3 5 3 3 3 2 1 0 1 1 0 2
22 Tn. P 3 5 3 5 3 2 1 1 1 1 0 3
23 Ny. W 3 5 3 2 3 2 1 1 1 1 1 2
24 Ny. M 4 5 3 2 3 2 1 2 1 1 1 3
25 Ny. A 2 4 2 1 2 2 1 0 1 0 0 1
26 Ny. S 2 4 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1
27 Tn. P 5 5 3 5 3 2 1 2 1 1 1 3
28 Ny. S 3 5 2 1 2 2 1 1 1 1 0 2
29 Tn. S 3 5 2 2 2 2 1 1 1 1 0 2
30 Ny. J 5 5 3 2 3 2 1 1 1 1 0 3
31 Ny. N 2 5 3 3 2 2 1 1 1 0 0 2
32 Ny. Z 5 5 3 3 2 2 1 1 1 1 1 3
33 Ny. E 2 5 2 3 2 2 1 2 1 1 0 2
34 Tn. N 2 4 1 2 1 1 1 1 1 0 0 1
35 Ny. F 4 5 1 2 1 2 1 2 1 0 0 2
36 Ny. K 5 5 3 3 2 2 1 1 1 1 1 3
37 Tn. U 3 5 3 3 2 2 1 2 1 1 1 3
38 Ny. K 2 3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
39 Ny. K 3 3 1 2 1 2 1 2 1 0 0 1
40 Ny. S 5 5 3 3 2 2 1 2 1 1 1 3
41 Tn. M 4 5 2 2 2 2 1 1 1 1 0 2
42 Tn. Z 5 5 3 4 3 2 1 2 1 1 1 3
43 Ny. S 3 4 2 2 2 2 1 1 1 0 0 2
44 Ny. W 3 5 3 2 1 2 1 2 1 1 0 2
45 Tn. Y 5 5 3 3 3 2 1 2 1 1 1 3
46 Ny. L 5 5 3 2 3 2 1 1 1 1 0 3
47 Ny. R 2 4 2 2 2 2 1 2 1 1 0 2
48 Tn. Z 3 5 2 3 2 2 1 2 1 1 0 2
49 Ny. M 1 5 1 2 2 2 1 1 1 0 0 1
50 Tn. K 2 4 1 1 1 2 1 0 1 1 0 1
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS AKTIFITAS FISIK

Correlations
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X.10 Total_X2
** ** ** **
X2.1 Pearson Correlation 1 ,348 ,096 ,270 ,276 ,174 ,486 ,065 ,516 ,488 ,728
Sig. (2-tailed) ,059 ,612 ,149 ,140 ,359 ,006 ,734 ,004 ,006 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* **
X2.2 Pearson Correlation ,348 1 ,134 ,411 ,277 ,263 ,207 ,308 ,139 -,032 ,566
Sig. (2-tailed) ,059 ,481 ,024 ,139 ,160 ,273 ,098 ,465 ,867 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
X2.3 Pearson Correlation ,096 ,134 1 ,108 ,212 ,164 ,240 ,138 ,317 ,146 ,363
Sig. (2-tailed) ,612 ,481 ,571 ,261 ,387 ,201 ,466 ,088 ,441 ,048
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* *
X2.4 Pearson Correlation ,270 ,411 ,108 1 ,194 ,349 ,155 -,083 -,005 ,224 ,441
Sig. (2-tailed) ,149 ,024 ,571 ,304 ,059 ,412 ,664 ,981 ,235 ,015
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* *
X2.5 Pearson Correlation ,276 ,277 ,212 ,194 1 -,009 ,415 -,010 ,243 ,080 ,450
Sig. (2-tailed) ,140 ,139 ,261 ,304 ,964 ,023 ,958 ,196 ,673 ,013
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
X2.6 Pearson Correlation ,174 ,263 ,164 ,349 -,009 1 ,025 ,110 ,081 ,160 ,414
Sig. (2-tailed) ,359 ,160 ,387 ,059 ,964 ,894 ,563 ,669 ,398 ,023
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** **
X2.7 Pearson Correlation ,486 ,207 ,240 ,155 ,415 ,025 1 ,358 ,738 ,259 ,745
Sig. (2-tailed) ,006 ,273 ,201 ,412 ,023 ,894 ,052 ,000 ,168 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
X2.8 Pearson Correlation ,065 ,308 ,138 -,083 -,010 ,110 ,358 1 ,281 -,157 ,429
Sig. (2-tailed) ,734 ,098 ,466 ,664 ,958 ,563 ,052 ,132 ,409 ,018
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** **
X2.9 Pearson Correlation ,516 ,139 ,317 -,005 ,243 ,081 ,738 ,281 1 ,513 ,726
Sig. (2-tailed) ,004 ,465 ,088 ,981 ,196 ,669 ,000 ,132 ,004 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** **
X.10 Pearson Correlation ,488 -,032 ,146 ,224 ,080 ,160 ,259 -,157 ,513 1 ,495
Sig. (2-tailed) ,006 ,867 ,441 ,235 ,673 ,398 ,168 ,409 ,004 ,005
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** * * * * ** * ** **
Total_X2 Pearson Correlation ,728 ,566 ,363 ,441 ,450 ,414 ,745 ,429 ,726 ,495 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,048 ,015 ,013 ,023 ,000 ,018 ,000 ,005
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,730 11

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
X2.1 26,23 66,530 ,665 ,685
X2.2 26,87 71,292 ,497 ,707
X2.3 24,63 77,206 ,333 ,729
X2.4 27,00 74,552 ,381 ,720
X2.5 24,80 74,372 ,390 ,719
X2.6 26,80 73,683 ,332 ,720
X2.7 25,83 66,971 ,689 ,686
X2.8 26,43 72,116 ,324 ,718
X2.9 26,47 69,568 ,680 ,696
X.10 26,50 72,328 ,417 ,713
Total_X2 13,77 19,771 1,000 ,726
KARAKTERlSTlK RESPONDEN

1. UMUR

Statistics
Umur
N Valid 50
Missing 0
Mean 2,16
Std. Error of Mean ,155
Median 2,00
Mode 1
Std. Deviation 1,095
Variance 1,198
Skewness ,447
Kurtosis -1,116
Range 3
Minimum 1
Maximum 4
Sum 108

One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the
Mean Difference
T Df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper
Umur 13,952 49 ,000 2,160 1,85 2,47

Case Processing Summarya


Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Umur 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
a. Limited to first 100 cases.
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 60-63 18 36,0 36,0 36,0
64-67 14 28,0 28,0 64,0
68-71 10 20,0 20,0 84,0
72-75 8 16,0 16,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

1. JENlS KELAMlN

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 11 22,0 22,0 22,0
Perempuan 39 78,0 78,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

2. PENDlDlKAN TERAKHlR

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 22 44,0 44,0 44,0
SLTP 9 18,0 18,0 62,0
SLTA 13 26,0 26,0 88,0
PT 6 12,0 12,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
ANALlSA UNlVARlAT

1. STATUS GlZl

Status Gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Malnutrisi 7 14,0 14,0 14,0
Dalam Resiko Malnutrisi 27 54,0 54,0 68,0
Status Gizi Normal 16 32,0 32,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

2. AKTlFlTAS FlSlK

Aktifitas Fisik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Aktifitas Fisik Buruk 39 78,0 78,0 78,0
Aktifitas Fisik Baik 11 22,0 22,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

3. DEMENSlA

Demensia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Demensia Buruk 10 20,0 20,0 20,0
Demensia Sedang 23 46,0 46,0 66,0
Demensia Dengan 17 34,0 34,0 100,0
Kondisi Baik
Total 50 100,0 100,0
ANALlSA BlVARlAT

1. STATUS GlZl DENGAN DEMENSlA

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Status Gizi * Demensia 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%

Status Gizi * Demensia Crosstabulation


Demensia
Demensia
Demensia Demensia Dengan
Buruk Sedang Kondisi Baik Total
Status Gizi Malnutrisi Count 3 3 1 7
Expected Count 1,4 3,2 2,4 7,0
% within Status Gizi 42,9% 42,9% 14,3% 100,0%
Dalam Resiko Malnutrisi Count 7 15 5 27
Expected Count 5,4 12,4 9,2 27,0
% within Status Gizi 25,9% 55,6% 18,5% 100,0%
Status Gizi Normal Count 0 5 11 16
Expected Count 3,2 7,4 5,4 16,0
% within Status Gizi 0,0% 31,3% 68,8% 100,0%
Total Count 10 23 17 50
Expected Count 10,0 23,0 17,0 50,0
% within Status Gizi 20,0% 46,0% 34,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance
Value Df (2-sided)
a
Pearson Chi-Square 15,196 4 ,004
Likelihood Ratio 17,258 4 ,002
Linear-by-Linear 12,140 1 ,000
Association
N of Valid Cases 50
a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,40.
1. AKTlFlTAS FlSlK DENGAN DEMENSlA

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Aktifitas Fisik * Demensia 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%

Aktifitas Fisik * Demensia Crosstabulation


Demensia
Demensia
Demensia Demensia Dengan
Buruk Sedang Kondisi Baik Total
Aktifitas Fisik Aktifitas Fisik Buruk Count 10 20 9 39
Expected Count 7,8 17,9 13,3 39,0
% within Aktifitas Fisik 25,6% 51,3% 23,1% 100,0%
Aktifitas Fisik Baik Count 0 3 8 11
Expected Count 2,2 5,1 3,7 11,0
% within Aktifitas Fisik 0,0% 27,3% 72,7% 100,0%
Total Count 10 23 17 50
Expected Count 10,0 23,0 17,0 50,0
% within Aktifitas Fisik 20,0% 46,0% 34,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance
Value Df (2-sided)
a
Pearson Chi-Square 10,117 2 ,006
Likelihood Ratio 11,371 2 ,003
Linear-by-Linear 9,159 1 ,002
Association
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2,20.
MASALAH STATUS GlZl
(BERDASARKAN DlSTRlBUSl PERTANYAAN)

P1_1
Apakah anda mengalami penurunan asupan makanan selama tiga bulan
terakhir dikarenakan hilangnya selera makan, masalah pencernaan, kesulitan
mengunyah atau menelan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid mengalami penurunan 4 8,0 8,0 8,0
asupan makanan yang
parah
mengalami penurunan 11 22,0 22,0 30,0
asupan makanan sedang
tidak mengalami 35 70,0 70,0 100,0
penurunan asupan makan
Total 50 100,0 100,0

P2_1
Apakah anda kehilangan berat badan selama 3 bulan terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kehilangan berat badan 4 8,0 8,0 8,0
lebih dari 3 kg
kehilangan berat badan 11 22,0 22,0 30,0
antara 1 sampai 3 kg
tidak kehilangan berat 35 70,0 70,0 100,0
badan
Total 50 100,0 100,0
P3_1
Bagaimana mobilisasi atau penggerakan anda
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid dapat turun dari tempat 1 2,0 2,0 2,0
tidur namun tidak dapat
jalan-jalan
dapat pergi keluar/jalan- 49 98,0 98,0 100,0
jalan
Total 50 100,0 100,0

P4_1
Apakah anda mangalami stress psikologis atau penyakit akut
selama 3 bulan terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 36 72,0 72,0 72,0
Tidak 14 28,0 28,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P5_1
Apakah anda memiliki masalah neuropsikologi?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid demensia atau depresi 9 18,0 18,0 18,0
berat
demensia ringan 25 50,0 50,0 68,0
tidak mengalami masalah 16 32,0 32,0 100,0
neuropsikologi
Total 50 100,0 100,0

P6_1
Bagaimana hasil BMI (Body Mass lndex) anda ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BMI kurang dari 19 2 4,0 4,0 4,0
BMI antara 19-21 15 30,0 30,0 34,0
BMI antara 21-23 11 22,0 22,0 56,0
BMI lebih dari 23 22 44,0 44,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
P7_1
Apakah anda hidup secara mandiri ?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 2 4,0 4,0 4,0
ya 48 96,0 96,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P8_1
Apakah anda diberi obat lebih dari 3 jenis obat per hari ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 19 38,0 38,0 38,0
ya 31 62,0 62,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P9_1
Apakah anda memiliki luka tekan / ulserasi kulit ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 46 92,0 92,0 92,0
ya 4 8,0 8,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P10_1
Berapa kali anda makan dalam sehari
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 kali dalam sehari 1 2,0 2,0 2,0
2 kali dalam sehari 17 34,0 34,0 36,0
3 kali dalam sehari 32 64,0 64,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
P11_1
Pilih salah satu jenis asupan protein yang biasa anda konsumsi?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid jika terdapat 2 jawaban ya 30 60,0 60,0 60,0
jika semua jawaban ya 20 40,0 40,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P12_1
Apakah anda mengkonsumsi sayur atau buah 2 porsi atau
lebih setiap hari ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 27 54,0 54,0 54,0
ya 23 46,0 46,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P13_1
Seberapa banyak asupan cairan yang anda minum per hari
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3-5 gelas 10 20,0 20,0 20,0
lebih dari 5 gelas 40 80,0 80,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P14_1
Bagaimana cara anda makan ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid dapat makan sendiri 1 2,0 2,0 2,0
namun mengalami
kesulitan
dapat makan sendiri 49 98,0 98,0 100,0
tanpa ada masalah
Total 50 100,0 100,0
P15_1
Bagaimana persepsi anda tentang status gizi anda
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada masalah gizi pada 3 6,0 6,0 6,0
dirinya
ragu / tidak tahu terhadap 23 46,0 46,0 52,0
masalah gizi dirinya
tidak ada masalah 24 48,0 48,0 100,0
terdapat status gizi dirinya
Total 50 100,0 100,0

P16_1
Jika dibandingkan dengan orang lain, bagaimana pandangan anda tentang
status kesehatan anda ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak lebih baik dari orang 2 4,0 4,0 4,0
lain
tidak tahu 28 56,0 56,0 60,0
sama baiknya dengan 15 30,0 30,0 90,0
orang lain
lebih baik dari orang lain 5 10,0 10,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P17_1
Bagaimana hasil lingkar lengan atas (LLA) anda ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid LLA antara 21 – 22 cm 1 2,0 2,0 2,0
LLA lebih dari 22 cm 49 98,0 98,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P18_1
Bagaimana hasil lingkaran betis (LB) anda ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid jika LB lebih dari 31 50 100,0 100,0 100,0
MASALAH AKTlFlTAS FlSlK
(BERDASARKAN DlSTRlBUSl PERTANYAAN)

P1_2
Apakah anda setiap pagi jalan kaki ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 14,0 14,0 14,0
Jarang 24 48,0 48,0 62,0
Kadang-kadang 10 20,0 20,0 82,0
Sering 9 18,0 18,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P2_2
Apakah anda biasa membuat kerajinan tangan ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 29 58,0 58,0 58,0
Jarang 16 32,0 32,0 90,0
Kadang-kadang 3 6,0 6,0 96,0
Sering 2 4,0 4,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P3_2
Apakah anda suka menonton TV ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kadang-kadang 15 30,0 30,0 30,0
Sering 35 70,0 70,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
P4_2
Apakah anda mengikuti senam lansia ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 29 58,0 58,0 58,0
Jarang 16 32,0 32,0 90,0
Kadang-kadang 5 10,0 10,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P5_2
Apakah anda mengikuti kegiatan pengajian ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 10 20,0 20,0 20,0
Jarang 17 34,0 34,0 54,0
Kadang-kadang 14 28,0 28,0 82,0
Sering 9 18,0 18,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P6_2
Apakah anda melakukan kegiatan bercocok tanam ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 16 32,0 32,0 32,0
Jarang 24 48,0 48,0 80,0
Kadang-kadang 7 14,0 14,0 94,0
Sering 3 6,0 6,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P7_2
Apakah anda melakukan aktifitas mencuci baju dan mencuci piring ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 18,0 18,0 18,0
Jarang 19 38,0 38,0 56,0
Kadang-kadang 15 30,0 30,0 86,0
Sering 7 14,0 14,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
P8_2
Apakah anda setiap hari memasak ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 17 34,0 34,0 34,0
Jarang 8 16,0 16,0 50,0
Kadang-kadang 10 20,0 20,0 70,0
Sering 15 30,0 30,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P9_2
Apakah anda melakukan aktifitas menyapu dan mengepel ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 20 40,0 40,0 40,0
Jarang 21 42,0 42,0 82,0
Kadang-kadang 7 14,0 14,0 96,0
Sering 2 4,0 4,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P10_2
Apakah anda berpartisipasi dalam kebersihan lingkungan ?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 21 42,0 42,0 42,0
Jarang 26 52,0 52,0 94,0
Kadang-kadang 1 2,0 2,0 96,0
Sering 2 4,0 4,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
MASALAH DEMENSlA
(BERDASARKAN DlSTRlBUSl PERTANYAAN)

P1_3
Tahun berapa sekarang ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 1 2,0 2,0 2,0
Benar 49 98,0 98,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P1_3
Bulan apa sekarang ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 15 30,0 30,0 30,0
Benar 35 70,0 70,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P1_3
Tanggal berapa sekarang ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 35 70,0 70,0 70,0
Benar 15 30,0 30,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P1_3
Hari apa sekarang ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 34 68,0 68,0 68,0
Benar 16 32,0 32,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
P1_3
Musim apa sekarang ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 9 18,0 18,0 18,0
Benar 41 82,0 82,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P2_3
Dimana kita sekarang, Negara apa ?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 50 100,0 100,0 100,0

P2_3
Dimana kita sekarang, Kota apa ?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 50 100,0 100,0 100,0

P2_3
Dimana kita sekarang, Kabupaten / kecamatan mana ?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 50 100,0 100,0 100,0

P2_3
Dimana kita sekarang, Di tempat apa ?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 8 16,0 16,0 16,0
Benar 42 84,0 84,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P2_3
Dimana kita sekarang, Di ruangan apa ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 4 8,0 8,0 8,0
Benar 46 92,0 92,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
P3_3
Sebutkan 3 buah nama benda, tiap satu detik, responden
disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 50 100,0 100,0 100,0

P3_3
Sebutkan 3 buah nama benda, tiap satu detik, responden
disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 9 18,0 18,0 18,0
Benar 41 82,0 82,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P3_3
Sebutkan 3 buah nama benda, tiap satu detik, responden
disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 20 40,0 40,0 40,0
Benar 30 60,0 60,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P4_3
Hitung mundur dari 10 ke bawah dengan pengurangan 2
berhenti setelah angka 2.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 50 100,0 100,0 100,0

P4_3
Hitung mundur dari 10 ke bawah dengan pengurangan 2
berhenti setelah angka 2.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 9 18,0 18,0 18,0
Benar 41 82,0 82,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
P4_3
Hitung mundur dari 10 ke bawah dengan pengurangan 2
berhenti setelah angka 2.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 32 64,0 64,0 64,0
Benar 18 36,0 36,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P4_3
Hitung mundur dari 10 ke bawah dengan pengurangan 2
berhenti setelah angka 2.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 43 86,0 86,0 86,0
Benar 7 14,0 14,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P4_3
Hitung mundur dari 10 ke bawah dengan pengurangan 2
berhenti setelah angka 2.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 41 82,0 82,0 82,0
Benar 9 18,0 18,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P5_3
Tanyakan kembali 3 nama benda yang tadi telah disebutkan
di atas.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 1 2,0 2,0 2,0
Benar 49 98,0 98,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
P5_3
Tanyakan kembali 3 nama benda yang telah disebutkan di
atas.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 10 20,0 20,0 20,0
Benar 40 80,0 80,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P5_3
Tanyakan kembali 3 nama benda yang telah disebutkan di
atas.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 26 52,0 52,0 52,0
Benar 24 48,0 48,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P6_3
Apakah nama benda ini ? (Lihat pasien menunjuk dan
menyebut nama benda, tunjukkan 2 macam benda).

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 50 100,0 100,0 100,0

P6_3
Apakah nama benda ini ? (Lihat pasien menunjuk dan

menyebut nama benda, tunjukkan 2 macam benda).


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 3 6,0 6,0 6,0
Benar 47 94,0 94,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
P7_3
Katakan ke responden : Sekarang saya akan meminta Anda

mengulang apa yang saya katakan, TIDAK, JIKA, DAN, ATAU.


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 50 100,0 100,0 100,0

P8_3
Minta responden untuk mengikuti perintah berikut : “ambil
kertas di tangan Anda, lipat dua dan letakkan di lantai”.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 14 28,0 28,0 28,0
Benar 36 72,0 72,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P8_3
Minta responden untuk mengikuti perintah berikut : “ambil
kertas di tangan Anda, lipat dua dan letakkan di lantai”.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 33 66,0 66,0 66,0
Benar 17 34,0 34,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P8_3
Minta responden untuk mengikuti perintah berikut : “ambil
kertas di tangan Anda, lipat dua dan letakkan di lantai”.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 47 94,0 94,0 94,0
Benar 3 6,0 6,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
P9_3
Katakan : Silahkan baca tulisan ini dan lakukan apa yang
anda katakan “ TUTUP MATA ANDA”

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 2 4,0 4,0 4,0
Benar 48 96,0 96,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P10_3
Perintahkan pada responden untuk menulis satu kalimat.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 8 16,0 16,0 16,0
Benar 42 84,0 84,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

P11_3
Perintahkan responden untuk menggambar di
bawah ini :

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 36 72,0 72,0 72,0
Benar 14 28,0 28,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Penjabaran Distribusi Kuesioner Demensia di
Posyandu Lansia Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan
Jati Kabupaten Kudus (N=50)

No Pertanyaan Salah Benar


Pertanyaan N % N %

1 P1_3 1 2,0 49 98,0


P1_3 15 30,0 35 70,0
P1_3 35 70,0 15 30,0
P1_3 34 68,0 16 32,0
P1_3 9 18,0 41 82,0

2 P2_3 50 100,0 0 0,0


P2_3 50 100,0 0 0,0
P2_3 50 100,0 0 0,0
P2_3 8 16,0 42 84,0
P2_3 4 8,0 46 92,0

3 P3_3 50 100,0 0 0,0


P3_3 9 18,0 41 82,0
P3_3 20 40,0 30 60,0

4 P4_3 50 100,0 0 0,0


P4_3 9 18,0 41 82,0
P4_3 32 64,0 18 36,0
P4_3 43 86,0 7 14,0
P4_3 41 82,0 9 18,0

5 P5_3 1 2,0 49 98,0


P5_3 10 20,0 40 80,0
P5_3 26 52,0 24 48,0
6 P6_3 50 100,0 0 0,0
P6_3 3 6,0 47 94

7 P7_3 50 100,0 0 0,0


8 P8_3 14 28,0 36 72,0
P8_3 33 66,0 17 34,0
P8_3 47 94,0 3 6,0

9 P9_3 2 4,0 48 96,0

10 P10_3 8 16,0 42 84,0

11 P11_3 36 72,0 14 28,0


DOKUMENTASl

Anda mungkin juga menyukai