Anda di halaman 1dari 127

HUBUNGAN MOTIVASI DAN TRAUMA FISIK DENGAN

KECERDASAN EMOSIOANAL PADA REMAJA


KELAS VIII DI SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA (SMP) NEGERI 5
KUDUS

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan (S-1)

Oleh :
IRFAN SAHZURI
NIM. 920173022

Pembimbing :
1. Noor Hidayah, A.Kep.,M.Kes.
2. Heny Siswanti, S.Kep.,Ners.,M. Kep.

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2021
ii
iii
iv
v
PERNYATAAN

Nama : Irfan Sahzuri


NIM : 920173022
Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN MOTIVASI DAN
TRAUMA FISIK DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA
KELAS VIII DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 5 KUDUS”,
merupakan:
1. Hasil karya yang disiapkan dan disusun sendiri
2. Belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar S1 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Kudus
Oleh karena itu, pertanggungjawaban skripsi ini sepenuhnya berada pada diri
saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sejujurnya.

Kudus, 2021

Irfan Sahzuri
NIM: 920173022

vi
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
Nama : Irfan sahzuri
JenisKelamin : laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Grobogan, 21 Desember 1998
Agama : Islam
Alamat : Jangkungharjo 4/2 brati Kab. Grobogan
E-mail : sahzuri.irfan51@gmail.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK RA MUSLIMAT NU AL BA’ITS tahun 2005-2006
2. SD Negeri 3 Jangkungharjo tahun 2006-2012
3. MTS Yasi Jangkungharjo tahun 2012-2014
4. SMA Negeri 1 Grobogan tahun 2014-2017
5. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
Angkatan VII tahun 2017-2021

C. RIWAYAT ORGANISASI
1. Sekretaris OSIM (Organisasi Siswa Intra Madrasah) MTs.Yasi
jangkungharjo Periode 2012-2013
2. bendahara Organisasi Pramuka MTs yasi jangkungharjo Periode 2012-
2013
3. Sekretaris ROHIS (Kerohanian islam ) SMA Negeri 01 Grobogan
Periode 2015-2016
4. Ketua Organisasi UKM Paduan suara “Sembada” Universitas
Muhammadiyah Kudus Periode 2018-2019

vii
MOTTO

“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”


(QS. At-Taubah: 40)

“Tidak boleh menyusahkan dan tidak boleh pula disusahkan.”


(Al-Syathibi)

“. . . Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran


bagimu . . .”
(Q.S. al-Baqarah [2] : 185 )

“yang baik adalah yang dapat terlaksana sebagai kebiasaan”

“sesungguhnya setiap perbuatan itu disertai dengan niat”

“.. . Allah tidak menghendaki menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak


membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya atas kamu ..”

(Q.S. al-Ma’idah [5] ; 6)

viii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:


1. Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan kekuatan,
kesabaran, ketabahan, serta karunia dan nikmat tiada habisnya kepada saya
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya dengan judul“Hubungan
Motivasi dan Trauma fisik dengan kecerdasan emosional pada remaja kelas
VIII di SMP Negeri 5 Kudus tahun 2020”
2. Kedua orang tua saya yang selalu bersabar jika bertanya kapan saya akan
wisuda. Terima kasih atas kesabarannya dan terima kasih atas kucuran
dananya agar skripsi saya bisa terlaksana. Ibu Siti suwaibah dan Bapak
Subadi, terimakasih sudah menjadi orang tua yang selalu siap sedia bagi
saya. Saya mencintai kalian! Sehat selalu untuk ibu dan bapak.
3. Kaka saya yang senantiasa bertanya tiada henti mengenai skripsi saya.
Terima kasih sudah membuat saya terpicu untuk membelai skripsi saya.
Perkataan kalian adalah bahan bakar ampuh untuk skripsi saya.
4. Sepupu dan tante saya yang selalu kepo, sok tahu dan menyebalkan. Yang
selalu bertanya apa itu skripsi, apa gunanya, dan untuk apa dikerjakan.
Terima kasih banyak sudah memberikan beban lain bagi saya dalam
mengerjakan skripsi saya. Terima kasih.
5. Kedua dosen pembimbing saya yang selalu mengajarkan pada saya bahwa
revisi itu indah, tulisan tangan dosen adalah karya, dan menunggu acc itu
mengagumkan. Terima kasih banyak bu Noor Hidayah, A.Kep.,M.Kes., dan
bu Heny Siswanti, S.Kep.,Ners.,M.Kes. Anda berdua adalah sumber
kekuatan saya untuk melajukan motor saya dari Purwodadi ke Kudus.
6. Rekan–rekanku seperjuangan pada program studi S1 Ilmu Keperawatan
angkatan 2017, khususnya untuk kelas A yang saya cintai. Senang bisa
mengenal kalian semua, tapi tolong jangan kasih undangan ke saya
kedepannya.
7. Anak paguyuban skripsi saya, Dian Fitria Agustina, Dyah Ayu Kusumastuti,
dan Muhammad Alfian Nur Majid. Terima kasih sudah menjadi rekan skripsi.
Semoga kedepannya kita bisa meneruskan persaudaraan ini.

ix
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “HUBUNGAN MOTIVASI DAN TRAUMA FISIK DENGAN
KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA KELAS VIII DI SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 5 KUDUS”. Skripsi ini disusun sebagai
syarat mencapai Gelar S1 Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Kudus.
Atas tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rusnoto, SKM.,M.Kep.(Epid)., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Kudus serta yang telah memberikan izin dan membantu terselesaikan
penelitian ini.
2. Umi Faridah, S.Kep., Ns.MNS,.selaku Ketua Jurusan Keperawatan
UniversitasMuhammadiyah Kudus, serta yang telah memberikan izin dan
membantu terselesaikan penelitian ini.
3. Noor Hidayah, A.Kep.,M.Kes.,selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan dan arahan penyusunan penelitian ini
4. Heny Siswanti, S.Kep.,Ners.,M.Kes., selaku Pembimbing Anggota yang telah
memberikan bimbingan dan arahan penyusunan penelitian ini.
5. Ibu, ayah, dan keluarga yang telah menjadi penopang, pendorong, serta
penyemangat penulis untuk melaksanakan penelitian ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Universitas Muhammadiyah Kudus serta staf yang
telah banyak memberikan bekal ilmiah selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Semua kawan-kawan yang telah bersedia menjadi bagian dari penelitian ini.
8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannyaSkripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi masih banyak
kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari
berbagai pihak dalam perbaikan selanjutnya.
Kudus, 2021

Irfan sahzuri
NIM: 920173022

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN ................................. Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN ................................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................................vii
MOTTO ............................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xvi
ABSTRAK ......................................................................................................... xvii
ABSTRACT ..................................................................................................... xviii
BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 6
D. Ruang Lingkup...................................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 7
F. Keaslian Penelitian............................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 10
A. Kecerdasan Emosional ..................................................................................... 10
B. Remaja ................................................................................................................. 15
C. Motivasi ................................................................................................................ 18
D. Trauma Fisik ....................................................................................................... 22
E. Hubungan Motivasi Dan Trauma Fisik Dengan Kecerdasan Emosional... 26
F. Kerangka Teori ................................................................................................... 28

xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 29
A. Variabel Penelitian ............................................................................................. 29
B. Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 30
C. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................................ 30
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian Dan Skalapengukuran ................ 35
F. Instrumen Penelitian Dan Uji Validitas Reliabilitas ....................................... 36
G. Teknik Pengolahan Data Dan Analisa ............................................................ 43
H. Etika Penelitian ................................................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................................. 48
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian.............................................................. 48
B. Karakteristik Responden ................................................................................... 49
C. Analisis Univariat ................................................................................................ 50
D. Analisis Bivariat .................................................................................................. 51
BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 54
BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 65

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ................................................................... 8


Table 3.1 Proporsi Sampel Penelitian ...................................................... 35
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel ................................................... 36
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Motivasi...................................................... 38
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Trauma Fisik .............................................. 38
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Emosional .............................. 39
Tabel 3.6 Uji validitas Kuesioner Motivasi ............................................... 41
Tabel 3.7 Uji validitas Kuesioner Trauma Fisik ....................................... 41
Tabel 3.8 Uji validitas Kuesioner Kecerdasan
Emosional Remaja .................................................................. 42
Tabel 3.9 Hasil Uji Reabilitas Instrumen .................................................. 44
Tabel 3.10 Penskoran Kuesioner ............................................................... 45
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
usia siswa kelas VIII sekolah menengah
pertama (SMP) Negeri 5 Kudus 2021....................................... 50
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin siswa
kelas VIII sekolah menengah pertama (SMP)
Negeri 5 Kudus 2021................................................................ 51
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan Motivasi pada
remaja kelas VIII SMP Negeri 5
Kudus tahun 2021 ................................................................... 51
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan Trauma fisik pada remaja kelas
VIII SMP Negeri 5 Kudus tahun 2021 ...................................... 52
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan Kecerdasan Emosional
pada remaja kelas VIII SMP Negeri 5
Kudus tahun 2021 ................................................................... 53

xiii
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan Motivasi dengan
kecerdasan emosional pada remaja
kelas VIII SMP Negeri 5 Kudus tahun 2021 ............................. 53
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan Trauma fisik dengan Kecerdasan
Emosional pada remaja kelas VIII SMP
Negeri 5 Kudus tahun 2021 ...................................................... 53

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................ 31


Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ......................................... 34

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal penelitian


Lampiran 2 Permohonan Calon Responden
Lampiran 3 Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 Lembar Kuesioner
Lampiran 5 Hasil Uji Vliditas & Reabilitas Motivasi
Lampiran 6 Hasil Uji Vliditas & Reabilitas Trauma Fisik
Lampiran 7 Hasil Uji Vliditas & Reabilitas Kecerdasan Emosional Remaja
Lampiran 8 Data Penelitian
Lampiran 9 Hasil Jawaban Responden mengenai Motivasi
Lampiran 10 Hasil Jawaban Responden mengenai Trauma Fisik
Lampiran 11 Hasil Jawaban Responden mengenai Kecerdasan Emosional
Remaja
Lampiran 12 Karakteristik Responden
Lampiran 13 Analisis Univariat
Lampiran 14 Analisis Bivariat
Lampiran 15 Distribusi Frekuensi Jawaban Motivasi
Lampiran 16 Distribusi Frekuensi Jawaban Trauma Fisik
Lampiran 17 Distribusi Frekuensi Jawaban Kecerdasan Emosional Remaja
Lampiran 18 Form pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 19 Surat izin pengambilan Data Awal
Lampiran 20 Surat izin Uji Validitas & Reabilitas
Lampiran 21 Surat Balasan Uji Validitas & Reabilitas
Lampiran 22 Surat Izin Penelitian
Lampiran 23 Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 24 Lembar Konsultasi Skripsi Dosen Pembimbing I
Lampiran 25 Lembar Konsultasi Skripsi Dosen Pembimbing II
Lampiran 26 Dokumentasi

xvi
Universitas Muhammadiyah Kudus
Program Studi S-1 Keperawatan
Skripsi Keperawatan, Mei 2021

ABSTRAK

HUBUNGAN MOTIVASI DAN TRAUMA FISIK DENGAN KECERDASAN


EMOSIONAL PADA REMAJA KELAS VIII DI SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA (SMP) NEGERI 5 KUDUS TAHUN 2021
1 2 3
Irfan sahzuri , Noor Hidayah , Heny Siswanti
xviii + 61 Halaman + 17 Tabel + 2 Gambar + 26 Lampiran

Latar Belakang: Pada masa remaja terjadi berbagai perubahan yaitu perubahan
hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan fisik yang menonjol adalah
perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta perubahan
perilaku dan hubungan sosial dengan lingkungannya. Kecerdasan emosional adalah
serangkaian keterampilan yang dimiliki individu dalam mengatur suasana hati untuk
dapat merasa optimis dan bahagia, melalui kemampuan memahami diri sendiri dan
orang lain, berinteraksi dengan orang lain, mengatur dan mengendalikan emosi, serta
beradapatasi terhadap berbagai tuntutan dan perubahan hidup. Subyek memiliki
kecerdasan emosional yang baik, mampu mengontrol diri, mampu mengelola emosi yang
dimilikinya baik itu emosi positif maupun emosi negatif.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara motivasi dan trauma
fisik dengan kecerdasan emosional pada remaja kelas VIII sekolah menengah pertama
(SMP) Negeri 5 Kudus tahun 2021..
Metode: Penelitian korelatif dengan rancangan cross sectional study. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VIII sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 5 Kudus
yang berjumlah 245 mahasiswa.Pemilihan sampel dengan menggunakan metode Ari
kunto sehingga dari seluruh jumlah mahasiswa yang ada, didapatkan sebanyak 61
responden yang dijadikan sampel. Tehnik uji statistik menggunakan chi square.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara motivasi dan trauma
fisik dengan kecerdasan emosional pada remaja kelas VIII sekolah menengah pertama
(SMP) Negeri 5 Kudus tahun 2021..
Kesimpulan: Ada hubungan antara motivasi dan trauma fisik dengan kecerdasan
emosional pada remaja kelas VIII sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 5 Kudus
tahun 2021.

KATA KUNCI : Motivasi, Trauma fisik, Remaja


Kepustakaan : 47 (2010-2020)

1
Mahasiswa Ilmu Keperawatan UniversitasMuhammadiyah Kudus
2
Dosen Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
3
Dosen Ilmu Keperawatan UniversitasMuhammadiyah Kudus

xvii
Muhammadiyah University of Kudus
Study program of Nursing Undergraduate
Thesis Nursing, May 2021

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF MOTIVATION AND PHYSICAL TRAUMA WITH EMOTIONAL


INTELLIGENCE IN THE VIII CLASS ADOLESCENT IN THE STATE 5 KUDUS FIRST
MIDDLE SCHOOL (SMP) IN 2021
1 2 3
Irfan sahzuri , Noor Hidayah , Heny Siswanti
xviii + 61 Halaman + 17 Tabel + 2 Gambar + 26 Lampiran

Background: During adolescence, various changes occur, namely hormonal, physical,


psychological and social changes. The physical changes that stand out are the
development of secondary sex signs, the occurrence of growth spurts, and changes in
behavior and social relationships with their environment. Emotional intelligence is a set of
skills possessed by individuals in regulating moods to be able to feel optimistic and
happy, through the ability to understand themselves and others, interact with others,
regulate and control emotions, and adapt to various demands and changes in life.
Subjects have good emotional intelligence, are able to control themselves, are able to
manage their emotions, both positive and negative emotions.
Objectives: The purpose of this study was to analyze the relationship between
motivation and physical trauma with emotional intelligence in grade VIII junior high school
(SMP) Negeri 5 Kudus in 2021.
Methods: Correlative research with cross sectional study design. The population in this
study was class VIII junior high school (SMP) Negeri 5 Kudus totaling 245 students. The
sample selection was using the Ari Kunto method so that from all the existing students,
61 respondents were obtained as samples. Statistical test technique using chi square.
Results: The results show that there is a relationship between motivation and physical
trauma with emotional intelligence in grade VIII junior high school (SMP) Negeri 5 Kudus
in 2021.
Conclusion : There is a relationship between motivation and physical trauma with
emotional intelligence in class VIII junior high school (SMP) Negeri 5 Kudus in 2021.

KEYWORDS: Motivation, Physical trauma, Youth

Literature : 47 (2010-2020)

1
Students of the Muhammadiyah University of Kudus
2
Lecturer at the Muhammadiyah University of Kudus
3
Lecturer at the Muhammadiyah University of Kudus

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Remaja (adolescent) merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi
dewasa. Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun.
Pada saat ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik,
mental, sosial dan emosional. Umumnya masa ini berlangsung sekitar umur
13 tahun sampai umur 18 tahun, yaitu masa anak duduk di bangku sekolah
menengah (WHO, Ali & Asrori, 2014).

Pada masa remaja terjadi berbagai perubahan yaitu perubahan hormonal,


fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan fisik yang menonjol adalah
perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta
perubahan perilaku dan hubungan sosial dengan lingkungannya. Di samping
itu juga terjadi perubahan psikososial anak baik dalam tingkah laku dan
trauma yang pernah dialami anak, hubungan dengan lingkungan serta
ketertarikan dengan lawan jenis.Masa remaja terdapat fase pubertas dimana
mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon pada tubuhnya dan hal ini
memberi dampak pada bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan psikis
terutama emosi. Meningginya emosi remaja sangat tergantung dengan
dampak perubahan fisik dan kehidupan psikologis. Artinya, jika semakin
banyak terjadi perubahannya dan tidak terkendali oleh remaja, maka semakin
meninggi pula emosinya (Pieter & Namora 2010).

Dampak perubahan emosi yang labil akan mengakibatkan minimnya


kemampuan remaja untuk menguasai dan mengontrol emosi. Kondisi ini
membuat remaja selalu mengalami storm and stress (bergejolak dan stress).
Perubahan emosi remaja merupakan akibat perubahan hormonal dan terhenti
seiring bertambah usia. Remaja dikatakan matang secara emosi jika mampu
mengontrol emosi, remaja hendaknya memahami dan memiliki kecerdasan
emosional (Mu’tadin, 2010).

Kecerdasan emosional adalah serangkaian keterampilan yang dimiliki


individu dalam mengatur suasana hati untuk dapat merasa optimis dan
bahagia, melalui kemampuan memahami diri sendiri dan orang lain,

1
2

berinteraksi dengan orang lain, mengatur dan mengendalikan emosi,


serta beradapatasi terhadap berbagai tuntutan dan perubahan hidup. Subyek
memiliki kecerdasan emosional yang baik, mampu mengontrol diri, mampu
mengelola emosi yang dimilikinya baik itu emosi positif maupun emosi negatif.
Dengan tidak mengekspresikan emosi yang meledak-ledak dimuka umum dan
mampu bertindak secara wajar sehingga dapat diterima oleh masyarakat di
lingkungan sekitarnya (Karmiana, 2016).

Hal ini sesusi dengan penelitian Supriadi, Atti & yanti (2017) yang
menjelaskan bahwa remaja yang pandai menyesuaikan diri dengan
lingkungannya akan lebih mudah beradaptasi pada sesuatu hal yang baru.
Individu yang pandai mengungkapkan perasaan atau emosional yang positif
pada lingkungannya maka akan mudah menjalin hubungan interaksi dengan
orang lain atau lingkungan sekolahnya. Individu yang dapat mengontrol
emosinya akan lebih mudah mengembangkan perkembangan sosialnya

Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang


sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan,
kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut
tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi
belajar yang memuaskan dibutuhkan motivasi belajar di dalam proses belajar
tersebut. Kondisi psikis anak yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
motivasi belajar anak. Motivasi belajar merupakan pendorong dalam diri anak
atau siswa untuk mencapai tujuan belajar yang ingin dicapai (Buyung
Desiverlina, 2014)

Motivasi yang dimiliki oleh setiap siswa bertujuan untuk menumbuhkan


gairah, serta mencapai hasil belajar yang efektif dan maksimal. Pencapaian
hasil belajar efektif dan maksimal harus ditunjang dengan berbagai
saranaprasarana yang memadai seperti perlengkapan alat-alat belajar dan
kesiapan jiwa (batin) anak atau siswa. Motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat dicapai, yang
tentunya dengan dukungan dan dorongan dari lingkungan keluarga (Buyung
Desiverlina, 2014)
3

keluarga merupakan unit terkecil yang memberikan pengaruh yang


sangat menentukan pada pembentukan watak dan kepribadian anak. Anak
yang sering mendapat perlakuan kasar atau mendapat kekerasan dari orang
tuanya, mungkin saat besar nanti akan menjadi pribadi yang berbeda dengan
orang pada umumnya. Kekerasan fisik juga dapat berpengaruh pada
kepribadian anak, yaitu anak mempunyai harga diri yang rendah, hubungan
dengan perilaku yang kurang baik, dan kesukaran dalam berperilaku
(Walker&Roberts dalam Patnani, Ekowarni, Etsem, 2012).

Sikap mendidik yang salah dalam lingkungan keluarga seperti penolakan


dan perlakuan kejam terhadap anak dan sering menghukum fisik akan
menimbulkan rasa tidak diterima, rasa ditolak dalam lingkungan keluarga,
sehingga anak akan melakukan pelampiasan pada masa remaja dimana
masa remaja ini banyak sekali masalah-masalah yang timbul. Selanjutnya,
apabila tidak mampu mengontrol emosinya maka masalah lain pun akan
muncul, seperti sangat pemarah,bersikap sadis dan pengalaman traumatis.(
Mappiare, dalam Patnani, Ekowarni, Etsem, 2012)

Pengalaman traumatis sering melibatkan ancaman terhadap kehidupan


atau keselamatan. Beberapa situasi yang membuat seorang siswa merasa
terbebani bahkan melibatkan kerusakan fisik. Trauma terjadi berdasarkan
pengalaman emosional seseorang memaknai suatu peristiwa yang menjadi
pemicu seseorang tersebut memiliki trauma psikologis. (Sumiati, Ambar
sulianti 2016)

Trauma didefinisikan oleh AmericanPsychological Association (APA)


sebagai respon emosional seseorang terhadap suatu peristiwa yang sangat
negatif. Trauma adalah reaksi normal terhadap peristiwa yang mengerikan,
efek dapat begitu parah sehingga mereka mengganggu kemampuan individu
untuk hidup normal. Secara umum, ketika seseorang mengalami trauma
apapun peristiwa yang melatar belakanginya reaksi yang muncul dapat
dikategorikan menjadi tiga hal yaitu ingatan yang mengganggu, selalu
menghindar, dan munculnya gangguan trauma fisik. (Sumiati, Ambar sulianti
2016)
4

Trauma yang dialami di masa kecil, dapat memiliki efek yang parah dan
bertahan lebih lama. Anak-anak yang mengalami trauma, melihat dunia
sebagai tempat yang menakutkan dan berbahaya. Ketika trauma masa kecil
yang tidak terselesaikan, rasa takut yang mendasar dan ketidakberdayaan
membawa mereka mengalami trauma lebih lanjut.Trauma dapat disebabkan
oleh sebuah peristiwa negatif yang menyebabkan dampak yang menetap
pada ketidakseimbangan mental dan emosional anak. (Psympathic, Jurnal
Ilmiah Psikologi 2016)

Penelitian di National Survey of Children oleh Nicholas Zill menemukan


bahwa anak-anak yang berumur antara 18 hingga 22 tahun dari keluarga-
keluarga yang bermasalah seperti terdapat unsur kekerasan itu 2 kali lebih
besar kemungkinannya dibandingkan remaja lain untuk memperlihatkan
tingkat gangguan emosional atau kecerdasan emosi yang dimiliki ataupun
masalah tingkah laku yang lebih tinggi (dalam retnosari wulan prawoto. 2010)

Penyimpangan yang sedang marak terjadi di kalangan remaja adalah


perkelahian atau tawuran pelajar. Dari kasus tersebut dapat disimpulkan
bahwa remaja yang begitu mudah terstimulus untuk berperilaku menyimpang
adalah remaja yang memiliki konsep diri negatif. Dengan konsep diri negatif
ini, remaja tidak dapat menjadi dirinya sendiri dan mereka akan mudah goyah
dalam pendiriannya. Sehingga dapat diartikan remaja tersebut memiliki
kecerdasan emosional rendah, karena mereka tidak mampu memotivasi diri,
mengelola emosi, serta tidak mampu berempati, dan membina hubungan
dengan orang lain. (Lestari, 2016)

Berdasarkan wawancara awal pada hari senin tanggal 21 September


2020 di Sekolah menengah pertama (SMP) negeri 5 kudus bahwa setiap
angkatan terdapat delapan kelas dan masing-masing kelas berjumlah 32
siswa. Hasil wawancara langsung kepada bebarapa guru bimbingan konsling
(BK) yang mengatakan bahwa masih ada beberapa anak yang mudah
tersinggung, mudah marah, berbicara kotor/ kurang sopan dan berperilaku
negative kepada teman kelasnya. Tidak hanya itu, di masa pandemic ini
karena pembelajaran dilakukan secara daring, masih banyak anak yang
5

kurang disiplin didalam hal mengerjakan soal dan kurangnya motivasi untuk
mengerjakan tugas yang diberikan bapak/ibu guru sesuai mata pelajaran.
Studi pendahuluan ini juga membagikan kuesioner sementara kepada
20 siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kudus tentang motivasi, trauma fisik dan
kecerdasan emosioanal. Kuesioner tentang motivasi mendapatkan hasil
bahwa 9 siswa mendapatkan motivasi baik, dikarenakan motivasi sebagai
proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan
perilaku dari waktu ke waktu, seorang siswa yang percaya bahwa dirinya
memiliki kemampuan yang perlu untuk melakukan suatu tugas, akan
termotivasi untuk melakukan tugas tersebut. Dan 11 siswa mendapatkan
motivasi kurang baik, itu karena siswa yang tidak percaya bahwa dirinya
memiliki kemampuan dan kemauan yang perluh untuk melakukan suatu
tugas, jadi siswa tidak akan termotivasi untuk melukan tugas tersebut.
Pada kuesioner sementara mengenai trauma fisik mendapatkan hasil 5
siswa trauma fisik ringan, itu karena siswa tidak menghindari orang, tempat,
atau sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa traumatic. 15 siswa
memiliki trauma fisik berat, hal itu dikarenakan kesulitan mengontrol emosi,
menghindari orang, tempat, atau sesuatu yang berhubungan dengan
peristiwa traumatic, dan enggan membicarakannya.
Dan untuk kuesioner keceerdasan emosional didapatkan 5 siswa
memiliki kecerdsan emosional rendah, itu dikarenakan merea belum mampu
menahan emosinya seperti mudah marah, mudah tersinggung, sering
berbicara kotor dan kasar kepada sesame teman, tidak membutuhkan orang
lain ketika menghadapi kesulitan, daya saing untuk mencapai sesuatu antar
siswa rendah. Dan tidak jarang menyelesaikan persoalan dengan
pertengkaran. Sedangkan sebaliknya 5 siswa meliliki kecerdasan emosional
tinggi, hal ini dikarenakan mereka mampu menahan dan mengontrol atas
emosinya, mampu member motivasi terhadap dirinya sendiri dan orang lain,
tidak merasa putus asa ketika sedang menghadapi persoalan dan
menyelesaikan permasalahan melalui baik dengan antar sesama teman atau
mendiskusikan dengan guru BK. Serta 10 siswa memiliki kecerdasan
emosional sedang, hal ini dikarenakan siswa masih belum mampu
mengontrol emosinya, masih labil dalam berpikir, masih terbawa suasana
hati dan belum mampu mengenali emosinya sendiri dan orang lain.
6

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis tertarik untuk


mengadakan penelitian dengan judul “ Hubungan motivasi dan trauma fisik
dengan kecerdasan emosioanal pada remaja kelas VIII di sekolah
menengah pertama (SMP) Negeri 5 kudus”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka ditetapkan rumusan
masalah : “Apakah terdapat Hubungan motivasi dan trauma fisik dengan
kecerdasan emosioanal pada remaja kelas VIII di sekolah menengah pertama
(SMP) Negeri 5 kudus ?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan motivasi dan trauma fisik dengan
kecerdasan emosioanal pada remaja kelas VIII di sekolah menengah
pertama (SMP) Negeri 5 kudus
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kecerdasan emosioanal pada remaja kelas VIII di sekolah
menengah pertama (SMP) Negeri 5 kudus
b. Mengetahui motivasi pada remaja kelas VIII di sekolah menengah
pertama (SMP) Negeri 5 kudus
c. Mengetahui trauma fisik pada remaja kelas VIII di sekolah menengah
pertama (SMP) Negeri 5 kudus
d. Menganalisis Hubungan motivasi dan trauma fisik dengan kecerdasan
emosioanal pada remaja kelas VIII di sekolah menengah pertama
(SMP) 5 kudus

D. RUANG LINGKUP
1. Ruang Lingkup Waktu
Dimulainya pengambilan data awal pada bulan September 2020.
Direncanakan studi penelitian akan dimulai pada bulan November 2020.
2. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini bertempat di sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 5
kudus
7

3. Ruang Lingkup Materi


Masalah yang dikaji adalah Hubungan motivasi dan trauma fisik dengan
kecerdasan emosioanal pada remaja kelas VIII di sekolah menengah
pertama (SMP) Negeri 5 kudus

E. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian dan ruang lingkup di atas, manfaat yang
akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Responden
Sebagai motivasi bagi responden untuk meningkatkan pengetahuan
tentang kecerdasan emosional pada remaja, agar tidak adanya
penyimpangan perilaku pada remaja saat ini.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi yang dapat meningkatkan
pengetahuan tentang pentingnya kecerdasan emosional pada remaja.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi dan pengembangan penelitian di institusi
pendidikan tentang kecerdasan emosional pada remaja . Selain itu,
sebagai bahan rujukan institusi dan instansi lainnya mengenai atau
yang berkaitan dengan pengaruh kecerdasan emosional pada remaja.
4. Bagi Institusi Kesehatan
Sebagai referensi atau bahan rujukan dan atau bahan
perbandingan untuk mengatasi masalah pasien dengan psikologis
akibat trauma fisik yang dialami oleh pasien yang akan mennganggu
kecerdasan emosional pada pasien.
5. Bagi Peneliti
Sebagai pengaplikasian ilmu keperawatan yang diperoleh
selama berada di bangku perkuliahan dan pengalaman nyata selama
praktik yang menangani masalah kecerdasan emosional dengan
motivasi dan trauma fisik atau yang berkaitan ke dalam penelitian.
8

F. KEASLIAN PENELITIAN
Keaslian penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu
yang mempunyai karekteristik yang relatif sama dalam hal tema kajian,
meskipun berbeda dalam hal kriteria subjek, jumlah dan posisi variabel
penelitian atau metode analisis yang digunakan. Beberapa penelitian
yang terkait dengan motivasi dan trauma fisik dengan kecerdasan
emosiaonal pada remaja akan dipaparkan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian


No Nama Tahun Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian
. Peneliti Penelitia Penelitian
n
1. Buyung 2014 Hubungan Survey Terdapat
Desiverlina kecerdasan Analitik hubungan yang
emosional dan dengan sangat signifikan
keharmonisan pendekatan dengan F hitung
keluarga dengan Cross = 4.927 > F tabel
motivasi belajar Sectional = 3.1504, R2 =
siswa di sekolah Study 0.175, dan p =
menengah 0.011.
kejuruan (SMK) Kemudian,
kesehatan terdapat
samarinda hubungan positif
antara
kecerdasan
emosional
dengan motivasi
belajar dengan
beta = 0.826, t
hitung = 2.491 > t
tabel = 2.000,
dan p = 0.035 <
0.050. Pada
keharmonisan
keluarga dengan
motivasi belajar
diketahui bahwa
tidak ada
hubungan antara
keduanya
dengan beta = -
0.501, t hitung = -
0.501 < t tabel =
2.000 dan p =
0.138 > 0.050.

2. Ida samidah, 2018 Hubungan antara metode Ada hubungan


murwati dan pengalaman deskriptif antara
mirawati. memperoleh analitik pengalaman
9

hukuman fisik di dengan mendapatkan


masa anak pendekatan hukuman fisik di
dengan perilaku cross masa kecil
agresif pada sectional. dengan perilaku
remaja di SMKN agresif pada
02 Kota remaja di SMK N
Bengkulu. 02 Kota
Bengkulu.

3. Profitra reza 2015 Perbedaan teknik tidak


akbar dan kecerdasan sampel terdapat
imam emosional antara kluster perbedaan
setyawan siswa SMA (cluster kecerdasan
dengan MA: Studi sampling). emosional
komparasi pada yang
siswa kelas XI di signifikan
SMA N 1 antara
Purwodadi dan siswa SMA
MA Sunniyyah dengan
Selo. siswa MA.
Kecerdasa
n
emosional
SMA dan
MA sama-
sama
berada
pada
kategori
tinggi.

4. Irfan sahzuri, 2020 Hubungan ? “On progress”


Noor motivasi dan
Hidayah & trauma fisik
Heny dengan
Siswanti kecerdasan
emosional pada
remaja kelas VIII
di sekolah
menengah
pertama (SMP) 5
kudus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KECERDASAN EMOSIONAL

1. Pengertian kecerdasan emosional


Kecerdasan emosi diperkenalkan tahun 1990 oleh Salovey dan
Mayer untuk menjelaskan kualitas emosi yang penting bagi keberhasilan
hidup. Salovey dan Meyer mengartikan kecerdasan emosi sebagai
kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan diri sendiri dan orang
lain, memilah informasi serta menggunakannya untuk memandu pikiran
untuk bertindak (Andriani, 2014).
Kecerdasan emosional adalah serangkaian keterampilan yang
dimiliki individu dalam mengatur suasana hati untuk dapat merasa optimis
dan bahagia, melalui kemampuan memahami diri sendiri dan orang lain,
berinteraksi dengan orang lain, mengatur dan mengendalikan emosi,
serta beradapatasi terhadap berbagai tuntutan dan perubahan hidup
(Putri, 2016).
Kecerdasan emosi tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan, namun
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan bersifat tidak menetap.
Oleh karena itu, faktor lingkungan orang tua di masa kecil sangat
berpengaruh dalam pembentukan kecerdasan emosi. Keterampilan
kecerdasan emosi dan kognitif saling berinteraksi pada tingkatan
konseptual dan konkret. Goleman juga mengatakan bahwa dalam
kehidupan tidak hanya ada satu jenis tipe kecerdasan untuk meraih
sukses, namun ada cakupan yang lebih luas yaitu kecerdasan linguistik,
spasial, kinestetik, logika, musik, interpersonal, dan intrapersonal.
Menurut Gardner kecerdasan tersebut merupakan kecerdasan pribadi
dan Daniel Goleman menyebutnya sebagai kecerdasan emosi (Thaib,
2013).
Kecerdasan emosi dapat bekerja secara sinergis dengan
kemampuan kognitif karena ketika individu meggunakannya secara
seimbang, maka individu dapat memanfaatkanya sesuai dengan potensi
yang dimiliki dan akan berkembang hingga menjadi pribadi yang lebih
tangguh dalam menghadapi permasalahan (Windayani & Anwar 2017

10
kecerdasan emosi merupakan dasar pembentukan emosi dan
pengendalian impuls-impuls, dimanaindividu tetap optimis ketika
berhadapan dengan ketidakpastian, mampu memahami dan menangani
kelemahan diri sendiri, mampu memotivasi diri sendiri, serta mampu
memiliki rasa simpatik kepada orang lain.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan emosi adalah kemampuan individu dalam mengenali emosi
diri sendiri dan orang lain, kemampuan individu dalam memahami emosi
diri sendiri dan orang lain, dan kemampuan dalam mengelola emosi pada
situasi dan kondisi tertentu dalam upaya memotivasi diri, serta membina
hubungan baik dengan orang lain.
2. Aspek-aspek kecerdasan emosional
Aspek-aspek yang membentuk kecerdasan emosi dari sudut pandang
para ahli tidaklah sama. Salah satunya (Daniel 2018) yang merinci aspek-
aspek kecerdasan emosi, yaitu:
a. Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri artinya mengenali perasaan yang dialami diri
sendiri. Hal ini merupakan dasar dari kecerdasaan emosi, yaitu
mampu mengontrol perasaan yang dapat memberikan pemahaman
dalam diri. Individu yang memiliki kepekaan tinggi dalam mengenali
perasaanya dapat mengambil suatu keputusan masalah pribadi yang
dimilikinya dan ketidakmampuan dalam memahami perasaan akan
membuat individu dikuasai oleh perasaannya sendiri.
b. Mengelola emosi
terhindar dari perasaan cemas, murung dan ketersinggungan.
Individu yang tidak memiliki keterampilan ini akan melawan
keterpurukan, sedangkan orang yang memiliki keterampilan dalam
mengelola emosi dapat bangkit dari keterpurukan. Mengelola emosi
merupakan kemampuan menangani emosi sendiri agar diketahui
dengan tepat, seperti kemampuan untuk menghibur diri sendiri,
12

c. Memotivasi diri sendiri


Memberikan motivasi kepada diri sendiri adalah hal penting dalam
kemampuan mengatur emosi yang berhubungan dengan
memberikan perhatian, memotivasi diri dan mengendalikan diri
sendiri. Individu yang mempunyai kemampuan ini akan lebih
produktif dan secara efektif dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.
d. Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain merupakan kemampuan membangun
relasi yang didasari oleh kesadaran diri yang tinggi dalam
mengenali emosi orang lain dengan baik. Semakin dapat
memahami emosi diri sendiri, maka individu semakin mudah untuk
mengenal dan menyadari emosi dari orang lain, dan semakin
mudah juga dalam membaca perasaan orang lain.
e. Membina hubungan
Membina hubungan merupakan keterampilan dalam mengelola
emosi orang lain. Individu yang terampil membina hubungan
dengan orang lain, harus memiliki kemampuan dalam menyadari
dan mengelola emosi diri sendiri terlebih dahulu. Agar dapat
mengelola emosi orang lain, individu terlebih dahulu harus dapat
mengendalikan diri sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosi sangat dibutuhkan individu untuk mencapai kesuksesan hidup
dalam bidang akademis, pekerjaan ataupun di kehidupan sosial. Aspek
kecerdasan emosi yang digunakan dalam penelitian ini terdapat lima
aspek, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional
Kecerdasan emosi juga tidak ditetapkan sejak individu lahir, tetapi
dapat ditentukan melalui pengalaman dan proses belajar. Patton
(dalam Jati & Yoenanto, 2013) juga menjelaskan beberapa faktor yang
mempengaruhi kecerdasan emosi, yaitu:
13

a. Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana setiap orang mendapatkan
kasih sayang, dukungan, dan disinilah individu akan
mendapatkan kekuatan dalam diri yang secara tidak langsung
akan tertanam kecerdasan emosi.
b. Psikologi
Hubungan ini disebut juga hubungan interpersonal. Adanya
hubungan interpersonal yang terjalin dapat menimbulkan
penerimaan dan terkoneksi secara emosional, sehingga individu
memiliki kematangan emosional yang dapat menuntun dalam
bersikap dan bertindak.
c. Hubungan dengan teman kelompok
Pola pembentukan emosi pada individu akan terbentuk jika
dalam suatu kelompok tercipta perasaan saling menghargai,
memberikan dukungan, dan terdapat feedback dalam suatu
kelompok tersebut.
d. Lingkungan
Kondisi lingkungan tempat tinggal dan pergaulan individu yang
mempunyai norma tersendiri dapat mempengaruhi pola
kehidupan individu tersebut, terutama dalam pembentukan
emosi.
e. Hubungan dengan teman sebaya
Pergaulan dari setiap individu dengan teman sebayanya secara
langsung dan tidak langsung dapat saling berpengaruh dan
akan membentuk dinamika emosinya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan


emosi bukan sesuatu yang secara tiba-tiba muncul dan tidak juga
ditentukan sejak individu lahir, tetapi dibentuk melalui pengalaman
dan proses belajar. Kecerdasan emosi juga tidak dipengaruhi oleh
satu faktor saja, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
keluarga, usia, jenis kelamin, dan hubungan dengan orang lain yang
banyak membentuk dan mempengaruhi kecerdasan emosi individu.
14

4. Ciri-ciri kecerdasan emosional


(Goleman dalam dian rakmawati 2019 ) juga mengelompokkan ke
dalam lima komponen ciri-ciri kecerdasan emosi, yaitu:
a. Kecerdasan emosional
Kesadaran diri diartikan sebagai mengetahui sesuatu yang
dirasakan oleh diri sendiri dan menggunakan kemampuan
emosinya untuk mengambil suatu keputusan dari masalah yang
dihadapi, serta berpikir realistis atas kemampuan yang dimiliki
dan kepercayaan diri.
b. Pengaturan diri
Pengaturan diri diartikan sebagai penanganan emosi diri sendiri
yang dapat berdampak positif pada kehidupan sehari-hari,
fokus pada masalah dan menyelesaikannya, dan mampu
mengembalikan ke keadaan semula dari tekanan emosi yang
muncul.
c. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri untuk
menggerakkan individu dalam mencapai tujuan, membantu
individu menuntun dan bertindak efektif, serta memiliki inisiatif
yang tinggi untuk bertahan menghadapi suatu kegagalan.
d. Empati
Empati merupakan perasaan peka yang dirasakan pada orang
lain, membangun hubungan saling percaya, mampu memahami
sudut pandang orang lain dan mampu menyesuaikan diri
dengan bebagai karakter individu.
e. Keterampilan sosial
Keterampilan sosial merupakan kemampuan dalam membaca
situasi sosial, seperti dapat berinteraksi dengan baik pada orang
lain, dapat mempengaruhi dan memimpin dengan baik,
bermusyawarah, serta mampu bekerja sama dalam tim.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri


kecerdasan emosi yaitu adanya kesadaran dalam diri, pengaturan diri,
memiliki motivasi, berempati, dan memiliki keterampilan sosial. Secara
15

rinci dijelaskan bahwa individu yang cerdas secara emosi dalam situasi
yang sulit, luapan dari emosi positif yang dipancarkan dapat membantu
individu mengatasi keadaan negatif, seperti tidak akan mudah dikuasai
emosinya dan tidak mudah larut dalam kondisi yang dialaminya.

B. REMAJA
1. Pengertian Remaja
Remaja merupakan masa trasnsisi dari kanak-kanak menuju dewasa
dan merupakan pencarian jati diri yang meliputi perubahan biologis,
psikologis, social ekonomi ( Nurihsan, 2011).
WHO (World Health Organization) mendefinisikan remaja secara
konseptual, dibagi menjadi tiga criteria biologis, psikologi dan sosiaol
ekonomi (Sarwono,2012). Definisi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Remaja berkembang mulai pertama kali menunjukan tanda- seksual
sekunder samapai kematangan seksual tercapai.
b. Remaja mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi
dari anak-anak menjadi dewasa.
c. Remaja mengalami peralihan ketergantungan social ekonomi
menuju ke keadaan yang relative mendiri.

Menurut Undang-Undang dasar No.4 tahuan 1979 mengenai


kesejahateraan anak mengatakan remaja adalah individu yang belum
tercapai umur 21 tahuan dan belum menikah. Dari segi usia remaja
dapat dibagi menjadi remaja awal (early adolescence), remaja
menengah (middle adolescence), dan remaja akhir (late adolescence)
(sa’id, 2015).

2. Ciri-Ciri Remaja
Terdapat ciri-ciri yang ada pada masa remaja yaitu:
a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja
awal. Hal ini merupakan akibat dari perubahan fisik terutama
perubahan hormone yang terjadi pada masa remaja. Selain tu
peningkatan emosi terjadi akibat banyaknya tuntunan dan tekanan
yang terjadi pada masa remaja.
16

b. Mulai terbentuknya kemandirian dan tanggung jawab, hal ini terjadi


karena sudah berakhirnya masa kanak-kanak.
c. Terjadi perubahan yang cepat pada fisik akibat hasil akitifitas
hormone dibawah pengaruh system saraf pusat. Perubahan fisik
yang terjadi secara cepat, pada internal seperti sisetem sirkulasi,
pencernaan, dan system respirasi, serta pada eksternal seperti tinggi
badan, berat badan, dan proporsi tubuh. Selain fisik, perkembangan
karakteristik seks sekunder juga sudah mulai terlihat.
d. Terjadi perubahan hubungan dengan orang lain atau mengalami
perkembangan social. Pada remaja berhubungan anatar individu
tidak hanya terjadi pada sesame jenis saja, tetapi juga pada lawan
jenis dann dengan orang dewasa.
e. Perkembangan dan perubahan psikologis adolesen. Adolesen
adalah masa dalam kehidupan seseorang dimana masyarakat tidak
lagi memandang individu sebagai seorang anak, tetapi juga belum
diakui sebagai seorang dewasa dengan semua hak dan
kewajibannya. Tehap ini menghasilkan terbentuknya identitas
individu.
f. Mengalai perkembangan spiritual, yaitu individu mampu berempati,
berfilosofi dan berfikir secara logis.
g. Pada periode remaja sudah memiliki pola pikir sendiri untuk
memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Pada
fase remaja tidak lagi menerima informasi secara mentah, tetapi
informasi akan diproses daan diadabtasikan dengan pemikirannya.
3. Tahap Perkembangan Remaja
Tahap perkembangan remaja dalam perjalannya dibagi menjadi tiga
fase, yaitu:
a. Remaja awal 10-14 tahun (early adolescent)
Pada tahap ini mengalami pertumbuhan fisik dan seksual dengan
cepat. Identitas berfokus pada perubahan fisik dan perhatian pada
keadaan normal. Sifat seksual bersifat tidak membedakan, sehingga
kontak fisik dengan teman sebaya adalah normal. Pada tahap ini
rasa penasaran tinggi sehingga remaja membutuhkan privasi.
17

b. Remaja pertengahan atau madya 15-17 tahun (middle adolescent)


Pada tahap ini mengalami masa sulit untuk dirinya dan orang yang
berinteraksi dengannya, proses kognitif lebih rumit. Tahap ini
berfokus pada masalah identitas. Remaja tahap ini mulai
bereksperimen dan rasa ingin tahu yang besar, sehingga beresiko
mengalami berbagai permasalahan.
c. Remaja akhir 18-21 tahun (late adolescent)
Pada tahap ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh,
pemikiran tentang maa depan, pendidikan, pekerjaan, dan sesksual.
Remaja tahap akhir lebih berkomitmen pada pilihan hidupnya. Konflik
yang sering dihadapi lebih kompleks pada berbagai dimensi.
(Guidelines For Adolescent Preventive Service (GAPS), 2011)
4. Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja berfokus pada upaya merubah sikap
dan perilaku kekanak-kanakan dan berusaha untuk bersikap dan
berperilaku secara dewasa. Tugas-tugas perkembangan remaja menurut
Hurlock (dalam Ali dan Asrori, 2012) adalah :
a. Mampu membina hubungan yang lebih baik dengan teman sebaya,
baik sesame jenis atau lawan jenis.
b. Mencapai peran sosioal maskulien atau feminism
c. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
d. Mampu menerima keadaan fisik dan mempu mempergunakan
dengan efektif
e. Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya
f. Mencapai kepastian untuk mandirian secara ekonomi
g. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
h. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan
keluarga
i. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang
diperluhkan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
j. Mengembangkan dan mencapai perilaku yang dapat
dipertanggungjawabkan secara social
18

k. Memperoleh rangkaian system nilai dan etika sebagai pedoman


perilaku.

C. MOTIVASI
1. Teori-teori Motivasi
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow
pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai
lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
a) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa
lapar, haus, istirahat dan sex
b) kebutuhan rasa aman (safetyneeds), tidak dalam arti fisik
semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
c) kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
d) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada
umumnya tercermindalam berbagai simbol-simbol status
e) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti
tersedianyakesempatan bagi seseorang
untukmengembangkan potensi yang terdapatdalam dirinya
sehingga berubahmenjadi kemampuan nyata.
Salah satu konsep penting yang diperkenalkan Maslow adalah
perbedaan antara kebutuhan defisiensi (deficiency needs) dan
kebutuhan pertumbuhan (growths needs). Kebutuhan defisiensi
adalah kebutuhan yang paling utama yang meliputi: fisiologi,
keselamatan, cinta dan harga diri) dan bersifat harus dipuaskan
namun setelah dipuaskanmaka orang tidak akan termotivasi lagi
untuk memuaskannya. Sebaliknya kebutuhan pertumbuhan yang
meliputi; kebutuhan untuk memahami sesuatu, menghargai
keindahan, aktualisasi diri bersifat tumbuh dimana jika sudah
terpenuhi maka orang akan terus mencari pemenuhan kebutuhan
lagi (Slavin,2011;102)
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua
(keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya
dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan
yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder.
19

Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang


jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia
berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan
individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak
hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental,
intelektual dan bahkan juga spiritual. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan
sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini,
perlu ditekankan bahwa :
1) Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan
timbul lagi di waktu yang akan datang.
2) Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan
fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi
pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
3) Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh”
dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi
dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih
bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi
pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan
berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
2. Indicator motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang
dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam
melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri
individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu
(motivasi ekstrinsik).
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak
menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik
dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya..
Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri
bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2016)
20

mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat


dari beberapa indicator diantaranya:
1. Durasi kegiatan
2. Frekuensi kegiatan
3. Persistensi pada kegiatan
4. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi
rintangan dan kesulitan
5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan
6. Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang
dilakukan;
7. Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari
kegiatan yang dilakukan
8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan
3. Motivasi dan Pembelajaran Perilaku
Konsep motivasi berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang
telah dikuatkan pada masa lalu lebih mungkin diulangi daripada perilaku
yang belum dikuatkan atau yang telah dihukum. Bahkan daripada
penggunakan konsep motivasi, ahli teori perilaku mungkis saja terfokus
pada sejauh mana siswa belajar menyelesaikan pekerjaan sekolah
untuk memperoleh hasil yang diinginkan (Bigge & Shermis 2014;
Wielkewicz, 1995) Setiap anak tentunya memiliki motivasi yang
berbeda-beda. Dalam konsep teori ini, motivasi anak bisa saja akan
dapat bertambah tinggi bila diberikan imbalan yang sesuai dengan
dijanjikan olehseseorang. Sebaliknya anak akan dapat berkurang
bahkan hilang motivasinya apabila imbalan yang dijanjikan tidak ia
terima sebagaimana mestinya. Penekanan dari teori ini adalah motivasi
adalah konsekuensi dari penguatan. Namun nilai penguatan (reinforrer)
tersebut bergantung kepada pada banyak faktor, dan kekuatan motivasi
mungkin saja berbeda antar siswa. (Skiner dan pakar lainnya)
4. Motivasi dan kebutuhan manusia
Berkenaan dengan teori ini dimana manusia banyak mempunyai
kebutuhan. Maslow memiliki teori yang disebut dengan
hirarkikebutuhan Maslow yaitu:
21

1) Kebutuhan fisiologis
2) Kebutuhan keamanan
3) Kebutuhan akan harga diri
4) Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami
5) Kebutuhan aktualisasi diri
Menurut Maslow kebutuhan yang perlu dipenuhi terlebih dahulu
adalah kebutuhan yang lebih rendah, selanjutnya barulah kebutuhan yang
lebih tinggi yang perlu dipuaskan. Contohnya orang yang sedang lapar
pastilah ia akan mengupayakan untuk mendapatkan makan agar rasa lapar
yang ia rasakan hilang. Selanjutnya setelah itu maka barulah ia akan
memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
5. Motivasi dan Teori Atribusi
Teori atribusi adalah suatu teori dimana orang berupaya untuk
memahami penjelasan manusia tentang keberhasilan dan kegagalan
mereka. Asumsi intinya ialah bahwa orang akan mencoba
mempertahankan citra diri yang positif. Hal ini akan terlihat ketika
seseoarang mengalami kejadiankejadian baik, orang akan menghubungan
dengan kemapuan dirinya sendiri, sebaliknya ketika terjadinya perstiwa-
peristiwa buruk pada dirinya ia akan cendrung menghubungkan peristiwa
negative tersebut dengan faktor di luar kendali dirinya. Contohnya mereka
akan mencoba untuk menyalahkan pihakpihak lain yang berada di luar
dirinya
6. Motivasi dan Teori Pengharapan
Teori ini berpendapat bahwa motivasi seseorang untuk mencapai
sesuatu bergantung pada produk pikiran orang itu tentang peluang
keberhasilannya. Dan nilai yang dia letakkan pada keberhasilan itu.
Motivasi hendaknya berada pada tingkat maksimum di tingkat probabilitas
keberhasilan sedang. Atkinson menyatakan bahwa teori pengharapan
(expectancy theory) adalah teori motivasi yang didasarkan pada keyakinan
bahwa upaya orang untuk berhasil bergantung pada harapan mereka
terhadap imbalan.
22

7. Perspektif Motivasi
Perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang
berbeda-beda berdasarkan perspektif yang berbeda pula. Ada empat
perspektif tentan motivasi, yaitu:
1) Perspektif Behavioral
Perspektif bevavioral menekankan pada bahwa imbalan dan hukuman
eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi siswa. Insentif
adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi
perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa
insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan
mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan
mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer dkk., 2016)
2) Perspektif Humanistis
Perspektif humanistis menekankan pada kapasitas siswa untuk
mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib
mereka. Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham
Maslow yang mengemukakan teori tentang hirarki kebutuhan, yaitu
kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut,
yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keaman, kebutuhan rasa cinta
dan rasa memiliki, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan
aktualisasi diri.

D. TRAUMA FISIK
1. Pengertian trauma
Dalam Kamus psikologi trauma berasal dari bahasa yunani yang
artinya luka, sebuah istilah yang digunakan bebas entah bagi luka fisik
yang disebabkan oleh beberapa kekuatan eksternal langsung atau luka
psikologis yang disebabkan oleh serangan emosi yang ekstrem (Reber,
2010)
Sedangkan dalam himpunan istilah psikologi yang dimaksud trauma
adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, meninggalkan kesan
mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan (Noor,dalam Naely
Soraya 2018).
23

Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud trauma adalah


pengalaman dari suatu peristiwa yang melibatkan kematian atau cidera
serius, aktual maupun ancaman, terhadap diri atau orang lain. Trauma
juga bisa dikatakan sebagai respons ketakutan intens, ketidakberdayaan
atau horor sebagai reaksi terhadap peristiwa itu (Oltmanns, 2013).
Selain itu trauma atau kejadian traumatis adalah luka jiwa yang
dialami seseorang, disebabkan oleh satu pengalaman yang sangat
menyedihkan atau melukai jiwanya. Sehingga karena pengalaman
tersebut hidupnya sejak saat kejadian itu berubah secara radikal, yaitu
mendapatkan satu insight baru, serta mengalami proses penaikan dan
makin menurunnya niveau kehidupan. (Kartono dalam Naely Soraya
2018)
Pengalaman traumatis tadi dapat bersifat jasmaniah, umpamanya
berupa kecelakaan berat, cidera fisik atau menjadi cacat secara mental.
Dapat pula berupa pengalaman yang bersifat Psikologis, antara lain
berupa peristiwa yang sangat mengerikan, sehingga menimbulkan
kepiluan hati, putus asa, shock jiwa dll.
2. Bentuk-bentuk respon ketika terjadi trauma
Menurut Mendatu dalam Hadi Riyanto dan Abd Syukur (2013)
ketika terjadi trauma, maka korban akan memberikan respon secara
total melalui beberapa respon:
a) Respon Emosional
1) Kesulitan mengontrol emosi, lebih mudah tersinggung,
marah, gampang diagitasi dan dipanas-panasin
2) Mood gampang berubah, dari baik keburuk dan
sebaliknya terjadi begitu cepat
3) Cemas, gugup, sedih, berduka, dan depresi, takut,
kawatir kejadian akan terulang.
4) Memberikan respon emosional yang tidak sesuai
b) Respon Kognitif
1) Sering mengalami flasback, atau mengingat kembali
kejadian traumatiknya. Saat mengalaminya, seolah-olah
kejadiannya dialami kembali secara nyata
24

2) Mimpi buruk
3) Kesulitan berkomunikasi, mengambil keputusan, dan
memecahkan masalah.
4) Kesulitan mengingat dan memaksa melupakan kejadian.
5) Menyalahkan diri sendiri atau mengambinghitamkan
orang lain.
6) Merasa sendirian dan sepi, mudah bingung.
7) Merasa kehilangan harapan akan masadepan
8) Merasa lemah tak berdaya.
9) Kehilangan minat serta aktivitas yang bisa dilakukan.
c) Respon Behavior
1) Sering menangis tiba-tiba.
2) Menghindari orang, tempat, atau sesuatu yang
berhubungan dengan peristiwa traumatik, dan enggan
membicarakanya.
3) Kurang memperhatikan diri sendiri
4) Kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari
5) Sering menangis tiba-tiba.
6) Sulit belajar atau berkerja
7) Mengalami ganguan tidur, dan sering melamun
d) Respon Fisiologis atau Fisik
1) Sakit kepala
2) Nyeri
3) Sakit dada atau dada sesak
4) Sulit bernafas
5) Sakit perut
6) Berkeringat berlebihan
7) Gemetar
8) Lemah dan lesu
9) Letih
10) Otot tegang atau kulit dingin
11) Hilang keseimbangan tubuh atau merasa berguncang.
25

3. Faktor penyebab trauma


Factor – factor penyebab trauma terbagi atas 2 (dua) bagian, yaitu:
1. Factor internal
Secara sederhana, trauma dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan
akibat ketidakmampuan seseorang mengatasi persoalan hidup yang
harus dijalaninya, sehingga yang bersangkutan bertingkah secara
kurang wajar. Berikut ini penyebab yang mendasari timbulnya trauma
pada diri seseorang:
a) Kepribadian yang lemah dan kurangnya percaya diri sehingga
menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri.
b) Terjadi konflik sosial budaya akibat adanya norma yang berbeda
antara dirinya dengan llingkungan masyarakat
c) Pemahaman yang salah sehingga memberikan reaksi berlebihan
terhadap kehidupan sosial dan juga sebaliknya terlalu rendah.
Proses-proses yang diambil oleh seseorang dalam menghadapi
kekalutan mental, sehingga mendorongnya ke arah positif.
2. Faktor eksternal (fisik)
Adapun faktor eksternal tersebut, ialah:
a) Faktor orangtua dalam bersosialisasi dalam kehidupann
keluarga, terjadinya penganiayaan yang menjadikan luka atau
trauma fisik
b) Kejahatan atau perbuatan yang tidak bertanggungjawab yang
mengakibatkan trauma fisik dalam bentuk luka pada badan dan
organ pada tubuh korban.
Selain itu, kondisi trauma yang dialami individu (anak) disebabkan
oleh berbagai situasi dan kondisi, diantaranya:
a) Peristiwa atau kejadian alamiah (bencana alam) seperti gempa
bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, angin topan dan sebagainya.
b) Pengalaman di kehidupan sosial (psiko-sosial), seperti pola asuh
yang salah, ketidakadilan, penyiksaan, kekerasan, perang dan
sebagainya.
c) Pengalaman langsung atau tidak langsung, seperti melihat sendiri,
mengalami sendiri (secara langsung) dan pengalaman orang lain
(tidak langsung), dan sebagainya.
26

E. HUBUNGAN MOTIVASI DAN TRAUMA FISIK DENGAN KECERDASAN


EMOSIONAL
Kecerdasan emosi sangat dibutuhkan individu untuk mencapai kesuksesan
hidup dalam bidang akademis, pekerjaan ataupun di kehidupan sosial. Aspek
kecerdasan emosi yang digunakan dalam penelitian ini terdapat lima aspek,
yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, membina hubungan, mengenali
emosi orang lain, dan memotivasi diri sendiri. (Daniel 2018).

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai


dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan” (Sardimaan, 2014).

Dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan sebuah dorongan yang


dialami oleh seseorang untuk melakukan suatu perbuatan yang disengaja
maupun tidak disengaja untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa
dapat dicapai, yang tentunya dengan dukungan dan dorongan dari lingkungan
keluarga (Buyung Desiverlina, 2014)

keluarga merupakan unit terkecil yang memberikan pengaruh yang sangat


menentukan pada pembentukan watak dan kepribadian anak. Anak yang
sering mendapat perlakuan kasar atau mendapat kekerasan dari orang
tuanya, mungkin saat besar nanti akan menjadi pribadi yang berbeda dengan
orang pada umumnya. Kekerasan fisik juga dapat berpengaruh pada
kepribadian anak, yaitu anak mempunyai harga diri yang rendah, hubungan
dengan perilaku yang kurang baik, dan kesukaran dalam berperilaku
(Walker&Roberts dalam Patnani, Ekowarni, Etsem, 2012).

Pengalaman traumatis sering melibatkan ancaman terhadap kehidupan


atau keselamatan. Beberapa situasi yang membuat seorang siswa merasa
terbebani bahkan melibatkan kerusakan fisik. Trauma terjadi berdasarkan
pengalaman emosional seseorang memaknai suatu peristiwa yang menjadi
pemicu seseorang tersebut memiliki trauma psikologis. (Sumiati, Ambar
sulianti 2016)
27

Penelitian di National Survey of Children oleh Nicholas Zill menemukan


bahwa anak-anak yang berumur antara 18 hingga 22 tahun dari keluarga-
keluarga yang bermasalah seperti terdapat unsur kekerasan itu 2 kali lebih
besar kemungkinannya dibandingkan remaja lain untuk memperlihatkan
tingkat gangguan emosional atau kecerdasan emosi yang dimiliki ataupun
masalah tingkah laku yang lebih tinggi (dalam retnosari wulan prawoto. 2010)

Penyimpangan yang sedang marak terjadi di kalangan remaja adalah


perkelahian atau tawuran pelajar. Dari kasus tersebut dapat disimpulkan
bahwa remaja yang begitu mudah terstimulus untuk berperilaku menyimpang
adalah remaja yang memiliki konsep diri negatif. Dengan konsep diri negatif
ini, remaja tidak dapat menjadi dirinya sendiri dan mereka akan mudah goyah
dalam pendiriannya. Sehingga dapat diartikan remaja tersebut memiliki
kecerdasan emosional rendah, karena mereka tidak mampu memotivasi diri,
mengelola emosi, serta tidak mampu berempati, dan membina hubungan
dengan orang lain. (Lestari, 2016)
28

F. KERANGKA TEORI

Faktor yang mempengaruhi Bentuk-bentuk respon ketika


Kecerdasan Emosional (EQ) terjadi trauma.

1. Faktor Psikolog 1. Respon Emosional


2. Faktor keluarga 2. Respon kognitif

3. Faktor Hubungan antar kelompok 3. Respon Behavior

4. Faktor Hubungan dengan teman 4. Respon Fisiologis atau

sebaya Fisik

5. Faktor Lingkungan

Indikator Motivasi

1. Persistensi pada kegiatan


2. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi
rintangan dan kesulitan
3. Devosi dan pengorbananuntuk mencapai tujuan
4. Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang
dilakukan;
5. Tingkatkualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari
kegiatan yang dilakukan

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Kecerdasan Emosional (EQ)


Keterangan :
1. Mengenal Emosi
2. Mengelolah Emosi
3. Motivasi
Diteliti
4. Empati
5. Membina hubungan
Remaja
tidak diteliti

Sumber: (Akbar, P.R. and Setyawan, I., 2015; Desivarlina, B., 2014; Fauziah, A.,
Rosnaningsih, A. and Azhar, S., 2017; Hastuti, R.Y. and Baiti, E.N., 2019)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi
perhatian suatu titik perhatian suatu penelitian (Sandu Siyoto, dkk,. 2015).
Menurut I Ketut Swarjana (2012), variabel penelitian adalah sesuatu
yang dapat di operasionalkan dan dapat diukur (measurable) yang
memerlukan alat pengukur atau dalam penelitian disebut research
instrument.
Berdasarkan dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut dan sifat atau nilai orang,
faktor, perlakuan terhadap suatu obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk selanjutnya dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:
1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel bebas sering disebut independen, variabel stimulus,
prediktor, anteceden. Variabel bebas adalah variabel
yangmempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel terikat. Dalam eksperimen-eksperimen, variabel
bebas adalah variabel yang dimanipulasikan (dimainkan) oleh
pembuat eksperimen (Sandu Siyoto, dkk., 2015).
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan adanya
suatu perubahan terhadap variabel yang lain (I Ketut Swarjana,
2012).
Dalam penelitian ini variabel independen (variabel bebas)
adalah motivasi dan trauma fisik pada remaja kelas VIII di sekolah
menengah pertama (SMP) Negeri 05 Kudus.
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel terikat atau dependen atau disebut variabel output,
kriteria, konsekuen, adalah variabel yang dipengaruhi
30

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.


Variabel terikat tidak dimanipulasi, melainkan diamati variasinya
sebagai hasil yang dipradugakan berasal dari variabel bebas.
Biasanya variabel terikat adalah kondisi yang hendak kita jelaskan
(Sandu Siyoto, dkk., 2015).
Variabel terikat adalah variabel yang mengalami perubahan
sebagai akibat dari perubahan variabel independen (I Ketut
Swarjana, 2012).
Dalam penelitian ini, variabel dependen (variabel terikat)
adalah kecerdasan Emosional pada remaja kelas VIII di sekolah
menengah pertama (SMP) Negeri 5 Kudus.

B. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap
masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan
kebenarannya. Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = dibawah;
thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya hipotesa
merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan
ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti,
dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga
disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna didalamnya
(Sandu Siyoto, dkk., 2015).
Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka hipotesis dari penelitian
adalah:
1. Ha : Ada hubungan motivasi dan trauma fisik dengan kecerdasan
emosional pada Remaja kelas VIII di sekolah menengah pertama
(SMP) Negeri 5 Kudus
2. Ho : Tidak ada hubungan motivasi dan trauma fisik dengan
kecerdasan emosional pada Remaja kelas VIII di sekolah menengah
pertama (SMP) Negeri 5 Kudus.

C. KERANGKA KONSEP PENELITIAN


Kerangka konsep disebut sebagai miniatur penelitian, berkaitan erat
dengan tahapan formulasi permasalahan dan literature review yang
dilakukan peneliti yang berfungsi sebagai mengarahkan aspek metode
31

yang paling relevan digunakan membedah permasalahan penelitian (Rini


Dwiastuti, 2017).
Kerangka konsep (conseptual framework) adalah model pendahuluan
dari sebuah masalah penelitian dan merupakan refleksi dari hubungan
variabel-variabel yang diteliti yang dibuat berdasarkan literatur dan teori
yang sudah ada (I Ketut Swarjana, 2012).
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel bebas Variabel Terikat

Motivasi Kecerdasan emosional pada remaja


kelas VIII disekolah menengah pertama
(SMP) 5 kudus 2020
Trauma fisik

D. Rancangan Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
noneksperimental bersifat korelasional analitik. Menurut Hidayat
(2013) penelitian korelasional, yaitu jenis yang tidak memberikan
intervensi yang betujuan mencari hubungan masalah keperawatan
dalam suatu populasi. Observasi ditampilkan dengan angka yang
dapat dianalisa secara statistik (jenis kuantitatif). Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisa hubungan motivasi dan trauma fisik
dengan kecerdasan emosional pada remaja kelas VIII di SMP Negeri
5 Kudus.
2. Pendekatan Waktu
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan waktu berupa
Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
dinamikakorelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu
saat (point timeapproach) (Gahayau, 2015).
3. Metode pengumpulan data
Dalam penelitian, akuratnya data penelitian yang
dikumpulkan sangat mempengaruhi hasil penelitian. Agar data
32

yang dikumpulkan tersebut akurat, maka diperlukan alat


pengumpulan data yang tidak saja valid tetapi reliable. Selain itu
metode pengumpulan data pun sebaiknya tepat atau sesuai
dengan data yang akan di kumpulkan (Swarjana, 2015).

a) Data Primer
Data primer data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer
disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki
sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus
mengumpulkannya secara langsung (Siyoto, 2015). Teknik
yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data
primer dalam penilitian ini yaitu menggunakan instrumen
(kuesioner) yang harus diisi langsung oleh responden
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai
tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai
sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal
dan lain-lain (Siyoto, 2015). Data sekunder pada penelitian ini
diperoleh dari SMP Negeri 5 Kudus berupa data jumlah siswa
kelas VIII.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada
subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang
diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2017).
a. Peneliti meminta surat permohonan dari Universitas
Muhammadiyah Kudus untuk melakukan ijin penelitian.
b. Peneliti mengajukan izin kepada pihak SMP Negeri 5 Kudus
untuk melakukan penelitian dengan membawa surat
rekomendasi research.
c. Setelah memperoleh izin, peneliti menghubungi calon
responden untuk meminta persetujuan sebagai responden.
33

d. Setelah bersedia menjadi responden, selanjutnya peneliti


menjelaskan kepada calon responden mengenai cara mengisi
kuesioner.
e. Selanjutnya dilakukan pengisian kuesioner dengan cara
membagikan link atau alamat web yang berisi kuesioner
kepada responden. Responden diminta untuk mengisi seluruh
pertanyaan yang disediakan dalam kuesioner penelitian
secara jujur dan sesuai kenyataan.
f. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan dan
analisis data dengan bantuan program komputer
5. Metode Pengumpulan Data
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (Hermawan, 2019). Populasi yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di
SMP Negeri 5 Kudus berjumlah 249 responden.
6. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian
a. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
telah diteliti. Jika jumlah populasinya kurang dari 100
orang. Maka jumlah sampel diambil secara keseluruhan,
tetapi jika populasinya lebih dari 100 orang, maka bisa
diambil 10-15% atau 20-15% dari jumlah populasinya
Berpijak pada teori tersebut, maka pengambilan
sampel pada penelitian iniadalah 25% dari populasi yang
ada, karena jumlah populasi dalampenelitian ini melebihi
100, yaitu 245 siswa, sehingga meghasilkan 25% x 245 =
61 siswa. Maka besarnya sampel pada penelitian ini
adalah sebanyak 61 responden.
Sampel diambil secara langsung pada saat
penelitian, dilakukan dengan menggunakan kriteria inklusi
dan eksklusi.
34

1) Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu


dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil
sebagai sampel. Dalam penelitian ini kriteria inklusinya
adalah :
a) Sisw kelas VIII A –VIII H di SMP Negeri 5 KUDUS
dengan masing-masing kelas terdapat 7-8 siswa
sebagai sampel.
b) Siswa yang bersedia menjadi responden.
c) Siswa yang tidak sedang sakit
2) Kriteria ekslusi adalah cirri-ciri anggota populasi yang
tidak dapat diambil sebagai sampel. Dalam penelitian ini
ekslusinya adalah :
a) Siswa yang bukan kelas VIII.
b) Siswa yang menolak menjadi responden.
c) Siswa yang sedang menderita suatu penyakit.
b. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah proses menyeleksi unit yang
diobservasi dari keseluruhan populasi yang akan diteliti
sehingga kelompok yang diobservasi dapat digunakan
untuk membuat simpulan atau membuat inferensi tentang
populasi tersebut (Swarjana, 2015).
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan
Proportional SimpleRandom Sampling, yaitu pengambilan
sabjek tiap kelas ditentukan seimbang dengan banyaknya
sabjek dalam masing-masing kelas tanpa meperhatikan
strata. Kemudian dilakukan tehnik simple random
sampling, yaitu bentuk pengambilan sampel caraacak.
Proses pengambilan ini dengan undian (Sugiyono, 2012).
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 61 siswa
dengan ditentukan jumlah sampel perkelasnya, untuk
kemudian diundi.
35

Tabel 3.1 Proporsi Sampel Penelitian


Kelas Jumlah siswa Perhitungan Jumlah
A 32 (32/245)x61 8 siswa
B 32 (32/245)x61 8 siswa
C 32 (32/245)x61 8 siswa
D 28 (28/245)x61 7 siswa
E 28 (28/245)x61 7 siswa
F 31 (31/245)x61 8 siswa
G 30 (30/245)x61 7 siswa
H 32 (32/245)x61 8 siswa
Total Sampel 245 - 61 siswa

E. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN DAN


SKALAPENGUKURAN
Definisi Operasional Variabel adalah batasan yang digunakan
untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang
diamati atau diteliti, definisi operasional ini juga bermanfaat untuk
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-
variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur)
(Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel


Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Independen Motivasi adalah Menggunakan 1 Hasil di kategorikan Ordinal


Motivasi perubahan energi lembar kuesioner jika :
dalam diri seseorang yaitu lembar 1) Motivasi
yang ditandai dengan kuesioner tinggi, jika
munculnya “feeling” perspektif tentang skor 50-80.
dan didahului dengan motivasi .Ada 20
tanggapan terhadap pertanyaan dengan 2) Motivasi
adanya tujuan. 17 pertanyaan rendah, jika
Motivasi positif (1, 2, 3, 4, 5, skor 20-49
6, 7, 8, 9, 10, 11,
13, 15,
17,18,19,20) dan
3pertanyaan
negatif (12,14,16)
36

Trauma fisik Trauma juga diartikan Menggunakan 1 Hasil di kategorikan Ordinal


sebagai respon secara lembar kuesioner jika :
emosional akibat yaitu lembar 1) Trauma
sebuah kejadian, kuesioner faktor berat jika
seperti kekerasan, yang skor 30-60.
bully, atau bencana mempengaruhi 2) Trauma
alam. Reaksi jangka trauma. Ada 15 ringanjika
pendek yang biasa dengan 6 skor < 30.
terjadi pada seseorang pertanyaan positif
yang mengalami (2,4,5,7,13, dan
taruma adalah shock 14).dan 9
dan penolakan. Faktor pertanyaan
yang mempengaruhi negative
trauma dibagi menjadi (1,3,6,8,9,10,11,12,
dua yaitu faktor dan 15)
internal dan eksternal
(fisik).
Dependen Kecerdasan Menggunakan 1 Hasil di kategorikan Ordinal
Kecerdasan emosional adalah lembar kuesioner jika :
emosional serangkaian yaitu lembar 1) Kecerdasan
pada remaja keterampilan yang kuesioner aspek emosional
kelas VII di mempengaruhi tinggi, jika
dimiliki individu dalam
sekolah kecerasan sekor 90-
menengah mengatur suasana emosional . Ada 120.
pertama hati untuk dapat 30 dengan 19 2) Kecerdasan
(SMP) Negeri merasa optimis dan pertanyaan positif sedang, jika
05 kudus bahagia, melalui (1, 2, 3, 7, 8, 9, skor 60-89.
. kemampuan 13,14,15,,18,19,2 3) Kecerdasan
memahami diri 0, 23, 24, 25, 26 emosional
sendiri dan orang )dan11 rendah, jika
lain, berinteraksi pertanyaan skor 30-59.
dengan orang lain, negatif 14 (4, 5, 6
10 ,11, 12, 16, 17,
mengatur dan
21, 22, 27, 28, 29,
mengendalikan 30)
emosi, serta
beradapatasi
terhadap berbagai
tuntutan dan
perubahan hidup.

F. INSTRUMEN PENELITIAN DAN UJI VALIDITAS RELIABILITAS


1. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan sebagai alat ukur
penelitian dalam bentuk observasi, yaitu panduan berupa ceklist
yang digunakan oleh peneliti untuk menilai secara langsung
perilaku yang ditunjukkan oleh responden. Menyusun instrument
pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena
mengevaluasi adalah memperoleh data tentang sesuatu yang
37

diteliti, dan hasil yang diperoleh dapat diukur dengan


menggunakan standar yang telah ditentukan sebelumnya oleh
peneliti (Siyoto, 2015).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen
berupa lembar kuesioner. Menurut Notoatmodjo (2010) Kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang dibaca dan dijawab oleh
responden penelitian. Dalam penelitian ini, keusioner diperoleh
dari penelitian serupa sebelumnya untuk kemudian dilakukan
modifikasi kalimat, penyesuaian jumlah dan bentuk pernyataan
agar sesuai target penilaian kepada responden. Pada masing-
masing variable penilian, memiliki jumlah pernyataan yang
berbeda-beda yang harus dijawab oleh respondenDan dalam
penelitian ini terdapat 3 instrumen yang sesuai dengan variable
yang akan diteliti, antara lain:
a. Kuesioner tentang motivasi belajar
Pernyataan dalam kuesioner ini sejumlah 20 pernyataan
dengan skor tertinggi 80 dan skor terendah adalah 20 yang
dikategorikan menjadi:
a) Motivasi tinggi, jika nilai 50−100% atau mendapat
skor 53−80.
b) Motivasi sedang, jika nilai <50% atau mendapat
skor < 50.
3.3 Kisi-Kisi Instrumen motivasi
Indikator Jumlah Pernyataan Pernyataan
Peryataan Positif Negatif
Perasaan senang 6 1,2,3,4,5,6.
Kemauan 7 7,8,9,10,11,13. 12
Kecerdasan 3 15 14,16
Kemandirian 1 17
Dorongan 3 18,19,20

b. Kuesioner tentang trauma fisik


Pernyataan dalam kuesioner ini sejumlah 15 pernyataan
dengan skor tertinggi 60 dan skor terendah adalah 15 yang
dikategorikan menjadi :
38

a) Trauma tinggi, jika 60−100% atau mendapat skor


30−60.
b) Trauma rendah, <30% atau mendapat skor < 30.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen trauma fisik


Indikator No soal Jumlah pertanyaan

Kejadian alamiah 1,2,3,4 4


(bencana alam)
Psikososial 5,6,7,8,9 6

Kejahatan 11,12,13,15 5

c. Kuesioner tentang kecerdasan emosional


Pernyataan dalam kuesioner ini sejumlah 30
pernyataan dengan skor tertinggi 120 dan skor terendah
adalah 30 yang dikategorikan menjadi :
a) Tinggi, jika 75−100% atau mendapat skor 90−120.
b) Sedang, jika 50−74% atau mendapat skor 60−89.
c) Rendah, jika ≤ 49% atau memperoleh skor 30−59.
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen kecerdasan emosional
Indikator Jumlah Pernyataan Pernyataan
Peryataan Positif Negatif
Mengenal emosi 6 1,2,3 4,5,6
Mengelola emosi 6 7,8,9 10,11,12
Motivasi 5 13,14,15, 16,17
Empati 5 18,19,20 21,22
Membina hubungan 8 23,24,25,26 27,28,29,30

2. Uji validitas dan reliabilitas


a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa itu yang diukur. Untuk mengetahui
apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur
apa yang hendak diukur (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas
dalam penelitian ini menggunakan construk validity. Construk
39

validity adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana


alat ukur mengungkap suatu trait atau konstruk teoritis yang
hendak diukurnya (Riwidikdo, 2010).
Dalam penelitian ini, construk validity dilakukan dengan
melakukan korelasi dengan uji korelasi Pearson Product
Moment. Untuk menguji validitas kuesioner yang akan
digunakan, maka dilakukan dengan menghitung korelasi
antara masing-masing pertanyaan dengan skor total
menggunakan rumus Pearson Product Moment sebagai
berikut :

( ) ( )
r=
√( ( ) )( ( ))

Keterangan :
r = Korelasi antara masing-masing item pertanyaan
x = Jumlah skor pertanyaan
n = Jumlah subyek
y = Skor total pertanyaan
Hasil perhitungan tiap-tiap item dibandingkan dengan
tabel nilai Product Moment. Bila r hitung lebih besar dari r tabel
pada taraf signifikasi 5%, maka kuesioner dikatakan valid dan
dapat dipakai untuk pengambilan data penelitian. Namun
sebaliknya, jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka
pertanyaan tersebut tidak valid dan harus dikeluarkan dari
kuesioner (Sugiyono, 2010). Penilaian validitas dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Jika nilai r hitung > r tabel pada taraf signifikansi 5%, maka
pertanyaan tersebut valid.
b) Jika nilai r hitung < r tabel pada taraf signifikansi 5%, maka
pertanyaan tersebut tidak valid.
Pada penelitian ini mengambil sampel pada uji
validitas sebanyak 20 responden yang dilakukan pada
40

siswa SMP Negeri 1 Kaliwungu Kudus pada tanggal 11


Februari 2021 dengan mengujikan keseluruhan dari
variable yang ada dalam penelitian ini, sehingga
menunjukkan hasil:
Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Kuesioner Motivasi

Item r hitung Perbandingan r product Keterangan


moment
1 0.710 > 0.444 Valid
2 0.593 > 0.444 Valid
3 0.710 > 0.444 Valid
4 0.710 > 0.444 Valid
5 0.710 > 0.444 Valid
6 0.697 > 0.444 Valid
7 0.663 > 0.444 Valid
8 0.562 > 0.444 Valid
9 0.518 > 0.444 Valid
10 0.546 > 0.444 Valid
11 0.635 > 0.444 Valid
12 0.582 > 0.444 Valid
13 0.663 > 0.444 Valid
14 0.663 > 0.444 Valid
15 0.663 > 0.444 Valid
16 0.629 > 0.444 Valid
17 0.756 > 0.444 Valid
18 0.803 > 0.444 Valid
19 0.796 > 0.444 Valid
20 0.796 > 0.444 Valid
Sumber : Olah Data SPSS Versi 26.0

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Kuesioner Trauma fisik

Item r hitung Perbandingan r product Keterangan


moment
1 0.524 > 0.444 Valid
2 0.581 > 0.444 Valid
3 0.546 > 0.444 Valid
4 0.546 > 0.444 Valid
41

5 0.651 > 0.444 Valid


6 0.755 > 0.444 Valid
7 0.725 > 0.444 Valid
8 0.768 > 0.444 Valid
9 0.834 > 0.444 Valid
10 0.794 > 0.444 Valid
11 0.794 > 0.444 Valid
12 0.788 > 0.444 Valid
13 0.809 > 0.444 Valid
14 0.748 > 0.444 Valid
15 0.809 > 0.444 Valid
Sumber : Olah Data SPSS Versi 26.0

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Kuesioner Kecerdasan Emosional

Item r hitung Perbandingan r product Keterangan


moment
1 0.587 > 0.444 Valid
2 0.555 > 0.444 Valid
3 0.589 > 0.444 Valid
4 0.566 > 0.444 Valid
5 0.597 > 0.444 Valid
6 0.518 > 0.444 Valid
7 0.574 > 0.444 Valid
8 0.479 > 0.444 Valid
9 0.569 > 0.444 Valid
10 0.569 > 0.444 Valid
11 0.636 > 0.444 Valid
12 0.538 > 0.444 Valid
13 0.722 > 0.444 Valid
14 0.634 > 0.444 Valid
15 0.598 > 0.444 Valid
16 0.737 > 0.444 Valid
17 0.742 > 0.444 Valid
18 0.817 > 0.444 Valid
19 0.739 > 0.444 Valid
20 0.605 > 0.444 Valid
21 0.681 > 0.444 Valid
22 0.683 > 0.444 Valid
42

23 0.758 > 0.444 Valid


24 0.504 > 0.444 Valid
25 0.703 > 0.444 Valid
26 0.676 > 0.444 Valid
27 0.520 > 0.444 Valid
28 0.718 > 0.444 Valid
29 0.813 > 0.444 Valid
30 0.706 > 0.444 Valid
Sumber : Olah Data SPSS Versi 26.0

b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kemampuan alat ukur untuk
menghasilkan hasil pengukuran yang sama ketika
dilakukan pengukuran secara berulang. Jika kuesoner kita
menghasilkan hal yang sama, maka kuesioner kita
menghasilkan hasil yang sangat bervariasi berarti
instrument tersebut tidak reliable (Notoadmodjo, 2012).
Uji reliabilitas instrument dalam penelitian ini
menggunakan Alpha Cronbach. Menurut Santoso (2013)
reliabilitas instrumenmenggunakan Alpha Cronbach.
Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha cronbach diukur
berdasarkan skala alphadengan membandingkan dengan
nilai r tabel pada taraf signifikan 5%. Suatu variable
dikatakan reliable jika memberikan nilai Alpha Cronbach>
0,06. Adapun rumus Alpha Cronbach, sebagai berikut :

ri =
( )
* +

Keterangan :
ri = Reabilitas instrument
k = banyaknya item
= jumlah varian item.

= varian total
43

Tabel 3.9

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Variable Reability coeffiens Alpha Keterangan


Motivasi 0.947 0.60 Reliable
Trauma fisik 0.935 0.60 Reliabel
Kecerdasan 0.956 0.60 Reliabel
Emosional
Sumber : Olah Data SPSS Versi 26.0

G. TEKNIK PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA


1. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010) ada lima tahapan agar analisis
menghasilkan informasi yang benar yaitu:
a) Mengedit (Editing)
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari
lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih
dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan
untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau
kuesioner tersebut apakah lengkap (pertanyaan diisi
semua), jawaban atau tulisan jelas dan terbaca, jawaban
relevan dengan pertanyaan, konsistensi dengan jawaban
pertanyaan lainnya.
b) Coding
Setelah semua kuesioner diediting atau disunting,
selanjutnya dilakukan peng”kode”an atau “coding” yakni
mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan. Kegunaan koding adalah
mempermudahkan kita pada saat analisa data dan juga
pada saat entry data.
Untuk lembar kuesioner motivasi belajar
1) Kode I :Motivasi belajar tinggi
2) Kode II :Motivasi belajar rendah
Untuk lembar kuesioner trauma fisik
44

1) Kode I :trauma berat


2) Kode II :trauma ringan
Untuk lembar kuesioner trauma fisik
1) Kode I :kecerdasan emosional tinggi
2) Kode II:kecerdasan emosional sedang
3) Kode III :kecerdasan emosional rendah
c) Scoring
Scoring merupakan kegiatan pemberian skor terhadap
jawaban dari lembar observasi/kuesioner . penelitian ini,
menggunakan jawaban skala lembar likert yaitu skala 1-4,
antara Sangat setuju (SS), Setuju (S), Kurang setuju (KS),
Tidak setuju (ST). Adapun kriteria penscoringan
pernyataan tersebut dijelakan dalam table berikut . (Table
3.3)
Tabel 3.10 Penskoran kuesioner
Favourable (Pertanyaan positif) Unfarooble (Pertanyaan negative) Skor
Sl (Selalu) Tp (Tidak pernah ) 4
S (Sering) Kd (Kadang-kadang) 3
Kd (Kadang-kadang ) S (Sering ) 2
Tp (Tidak pernah ) Sl (Selalu) 1

d) Memasukan Data (Data Entry) atau Processing


Memasukkan data yaitu jawaban-jawaban dari masing-
masing responden yang dalam bentuk “kode” dimasukkan
kedalam program atau “software” computer salah satu
paket program yang sering digunakan untuk entry data
penelitian adalah komputerisasi.
e) Pembersihan Data (Cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau
responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk
melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
45

2. Analisa Data
Analisa data penelitian merupakan media untuk menarik
kesimpulan dari seperangkat data hasil pengumpulan (Saryono,
2010). Hasil penelitian diolah dengan menggunakan program yang
ada di komputer yaitu komputerisasi dan selanjutnya akan
dilakukan analisa. Menurut Notoatmodjo (2010) Pengolahan dan
analisa data dilakukan dengan komputer menggunakan
softwareSPSS Versi Windows 22.0. Teknik analisis data suatu
penelitianmelalui proses bertahap antara lain:
a. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang digunakan
untuk menggambarkan variabel penelitian yaitu baik
variabel terikat dan variabel bebas dimana dalam
penelitian ini Hubungan motivasi dan trauma fisik dengan
kecerdasan emosional pada remaja kelas VIII sekolah
menengah pertama (SMP) Negeri 05 Kudus.
Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteritik masing-masing setiap
variabel penelitian. Untuk data numerik digunakan nilai
mean atau rata-rata. Pada umumnya dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase
dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2012).
Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan :
x = hasil presentase
f = frekuensi hasil penelitian
n = total seluruh observasi
46

b. Analisa Bivariat
Merupakan analisa yang dilakukan untuk mengetahui
interaksi dua variabel, baik berupa komparatif,
asosiatif,maupun korelatif (Saryono, 2010). Analisa bivariat
dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan motivasi dan trauma fisik dengan kecerdasan
emosional remaja kelas VIII di SMP Negeri 5 Kudus pada
tahun 2020. Dalam analisa bivariat akan dilakukan uji yang
diolah secara statistik menggunakan program komputer
dengan uji Statistic Chi Square.
( )

Keterangan :
= Chi kuadrat / Chi Square.
= Frekuensi observasi.
= Frekuensi harapan.
Aturan yang berlaku pada Chi Square yaitu:
1) Bila pada tabel 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan)
kurang dari 5, maka yang digunakan “Fisher’s ExactTest.”
2) Bila tabel 2 x 2 tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai
sebaiknya “Continuity Correction (a).”
3) Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3 dsb,
maka digunakan uji “Pearson Chi Square.”
4) Uji “Likelihood Ratio” dan “Linear-by-Linear Assciation”,
biasanya untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisis
stratifikasi pada bidang epidemiologi dan juga untuk
mengetahui hubungan linier dua variabel katagorik,
sehingga kedua jenis ini jarang digunakan.
5) Untuk mengetahui adanya nilai E kurang dari 5, dapat dilihat
pada footnote b dibawah kotak Chi Square Test, dan tertulis
diatas nilainya 0 cell (0%) berarti pada tabel silang diatas
tidak ditemukan nilai E < 5.
47

H. ETIKA PENELITIAN
Penelitian kesehatan pada umumnya dan penelitian kesehatan
masyarakat pada khususnya mengunakan manusia sebagai objek yang
diteliti disatu sisi, dan sisi lain manusia sebagai peneliti atau yang melakukan
penelitian. Masalah yang yang terjadi pada satu aspek dapat menyebabkan
masalah pada aspek lainnya.Sehingga penelitian keperawatan perlu dikawal
dengan etika penelitian yang memberikan jaminan bahwa keuntungan yang
didapat dari penelitian jauh melebihi efek samping yang
ditimbulkan.Pemahaman etika penelitian merupakan suatu keharusan bagi
peneliti dibidang keperawatan(Kelana Kusuma, 2011).
1. Informend Consent (Persetujuan Penelitian)
Informend Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan
denganmemberikan persetujuan untuk menjadi responden (Saryono dan
Setiawan, 2010).
Dalam penelitian ini responden telah menandatangani informed
consent sebagai persetujuan untuk menjadi responden.
2. Anomity (Tanpa Nama)
Pada lembar persetujuan maupun lembar kuesioner tidak akan
menuliskan nama responden tetapi hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disampaikan
(Saryono dan Setiawan, 2010).
Dalam penelitian ini pada pengisian identitas responden hanya
mencantumkan pengisian nama, umur dan jenis kelamin. Pada
pengisian nama hanya menggunakan inisial nama responden.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti (Saryono dan Setiawan, 2010).
Dalam penelitian ini peneliti telah menjamin kerahasiaan responden
mengenai informasi maupun masalah-masalah lainny.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN


Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 5 Kudus yang beralamatkan di Jl. Sunan Muria No.58 Kudus.
Dengan SKPT Menteri, PP dan K tanggal 25-8-1956 No: 4361/B/III dan
diralat dengan surat No: 4748/B/III tanggal 20-9-1956, SMP Negeri 5
Kudus didirikan pada tanggal 1 April 1944 dengan menepati sebuah
gedung milik swasta yang telah dibeli oleh Negara pada tahun 1950. Dulu
SMP 5 Kudus bernama STP 1 yang kemudian menjelma menjadi STN II
Kudus dengan jurusan besi,kayu dan batu, dibawah pemimpin Sdr. R.
Handojosumarto.
Dengan adanya peningkatan mutu pendidikan dan penyrmpurnaan
ST, maka berdasarkan surat keputusan menteri PP dan K tanggal Jakarta
5-4-1965 No: 60/Dirpt/B I/65, diadakan perubahan-perubahan menjadi
STN 3 tahun No: II Kudus, dengan jurusan mesin dan listrik menjadi STN 3
tahun No: II Kudus, dengan jurusan mesin dan auto disel dan SKN 2 tahun
dirubah menjadi STN 3 tahun No: III Kudus. Jurusan listrik dan radio
dengan tempat masih tetap menumpang pada gedung milik STN II Kudus.
Saat ini SMP Negeri 5 Kudus di kepalai oleh Abdul Rochim
S.Pd.,M.Pd dengan SK No. 821 2/288/2014 tanggal 29 Desember 2014
Tanggal 1 Desember 2014 s/d sekarang. Adapun batas wilayah dari SMP
Negeri 5 kudus anatara lain:
Sebelah barat :Perumahan penduduk
Sebelah timur :Jalan desa
Sebelah utara :Jalan Provinsi
Sebelah selatan :Perumahan penduduk
Proses penelitian dimulai dari pemilihan sampel yang sesuai dengan
criteria inklusi dan ekslusi, kemudian ditentukan sampe minimal dari
populasi menggunakan tehnik simple random sampling yaitu pengambilan
sampel didasarkan pada suatu pertimbangan yaitu 61 responden.
Reponden tersebut diukur dari hasil kuesioner. Kemudian data diolah
dengan bantuan komputerisasi dengan menggunakn uji Chi Squeare.
49

Penelitian dimulai pada tanggal 24 September 2020 dengan kegiatan


mencari data awal kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data
penelitian pada tanggal 18-25 Februari 2021. Setelah mendapatkan
persetujuan untuk melakukan penelitian, peneliti menghubungi responden
melalui grup kelas untuk menjelaskan tentang penelitian dan memberikan
informed consent(persetujuan penelitian). Setelah itu memberikan arahan
tentang bagaimana mengisi kuesioner yang baik dan benar secara online
melalui google form serta peneliti berjanji bahwa akan menjaga privasi
responden dengan sebaik-baiknya.
Peneliti ini berjudul “Hubungan Motivasi dan Trauma Fisik dengan
Kecerdasan Emosional pada Remaja kelas VIII di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 5 Kudus”.

B. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas
VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) 5 Kudus tahun 2021 maka dapat
digambarkan karakteristik responden sebagai berikut:
1. Umur Responden
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia siswa
kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) 5 Kudus tahun 2021
(N=61).
Umur Frekuensi Presentase %
12 tahun 3 4,9
13 tahun 40 65,6
14 tahun 17 27,9
15 tahun 1 1,6
Total 61 100
Sumber : Data Primer, 2021.
Berdasarkan table 4.1 memunjukan bahwa responden umur 12
tahun sebanyak 3 responden dengan presentase (4,9%), umur 13 tahun
sebanyak 40 responden dengan presentase (65,6%), umur 14 tahun
sebanyak 17 tahun dengan presentas (27,9%), umur 15 tahun sebanyak
1 responden dengan presentase (1,6%).
50

2. Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) 5 Kudus
tahun 2021 (N=61)
Jenis kelamin Frekuensi Presentase %
Laki-laki 20 32.8
Perempuan 41 67.2
Total 61 100
Sumber : Data Primer, 2021.
Dari table 4.2, terlihat bahwa sebagian besar siswa berjenis kelamin
perempuan 41 orang (67.2%). Sedangkan siswa berjenis kelamin laki-
laki hanya 20 orang (32.8%). Jumlah keseluruhan siswa kelas VIII SMP
Negeri 5 Kudus berjumlah 61 orang.

C. ANALISIS UNIVARIAT
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan motivasi dan trauma
fisik dengan kecerdasan emosional pada remaja kelas VIII SMP Negeri 5
Kudus tahun 2021maka dapat digambarkan karakteristik responden sebagai
berikut:
1. Motivasi
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan Motivasi
pada remaja kelas VIII SMP Negeri 5Kudus tahun 2021 (N=61)
Motivasi Frekuensi Presentase %
Tinggi 42 68,9
Rendah 19 31,1
Total 61 100
Sumber : Data Primer, 2021
Dari table 4.3 dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa kelas VIII
SMP Negeri 5 Kudus sebagian besar tinggi yaitu dengan ditunjukannya
hasil dari 61 siswa terdapat 42 siswa yang termasuk dalam kategori
motivasi tinggi dengan presentasi 68,9%.
51

2. Trauma Fisik
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan Trauma
Fisik pada remaja kelas VIII SMP Negeri 5Kudus tahun 2021 (N=61)
Trauma Fisik Frekuensi Presentase %
Tinggi 21 34,4
Rendah 40 65,6
Total 61 100
Sumber : Data Primer, 2021.
Dari table 4.6 dapat disimpulkan bahwa trauma fisik pada remaja
kelas VIII SMP Negeri 5 kudus sebagian besar tinggi yaitu dengan
ditunjukannya hasil dari 61 siswa terdapat 21 siswa yang termasuk
dalam kategori trauma fisik tinggi dengan presntase 34,4%.
3. Kecerdasan Emosional
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
Kecerdasan Emosional pada remaja kelas VIII SMP Negeri 5Kudus
tahun 2021 (N=61)
Kecerdasan Emosional Frekuensi Presentase %
Tinggi 34 55,7
Sedang 27 44,3
Total 61 100
Sumber : Data Primer, 2021.
Dari table 4.7, dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan Emosional
pada remaja kelas VIIISMP Negeri 5 Kudus sebagian besar tinggi yaitu
dengan ditunjukannya hasil dari 61 siswa terdapat 32 siswa yang
termasuk dalam kategori Kecerdasan Emosional Tinggi dengan
presentase 52,5%.

D. ANALISIS BIVARIAT

1. Hubungan Motivasi dan Trauma Fisik dengan Kecerdasan


Emosional Pada Remaja Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 5 Kudus 2021.
Analisi bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisi
Hubungan Motivasi dan Trauma Fisik dengan Kecerdasan Emosional
pada remaja kelas VIII SMP 5 Kudus. Untuk mengetahui hipotesisi di
atas, maka diperluhkan uji hipotesis melalui bantuan program
komputerisasi.
52

Setelah dilakukan uji hipotesisi terdapat data sebagai berikut:


Tabel 4.6

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan motivasi


dengan kecerdasan emosional pada remaja kelas VIII SMP Negeri
5Kudus tahun 2021 (N=61)
Motivasi Kecerdasan Emosioanl P Value

Tinggi Sedang Rendah Total

N % N % N % N %
Tinggi 29 69,0% 13 31,0% 0 0% 42 69,0%
Rendah 3 15,8% 16 84,2% 0 0% 19 31,0% 0,000
Total 32 52,5% 29 47,5% 0 0% 61 100%
Sumber : Data Primer, 2021.

Berdasarkan table 4.6 Analisis Hubungan Motivasi dengan


Kecerdasan Emosional pada remaja kelas VIII SMP Negeri 5 kudus
diperoleh hasil bahwa dari 61 responden dengan kategori motivasi tinggi
dengan Kecerdasan Emosional tinggi 29 Responden dengan presentase
(69,0%) dari Motivasi Tinggi dengan Kecerdasan Emosional sedang
sebanyak 13 responden dengan presentase (31,0%). Sedangkan dari
Motivasi rendah dengan Kecedasan Emosional tinggi sebanyak 3
responden dengan presentase (15,8%) dan dari kategori Motivasi
rendah dengan Kecerdasan Emosional sedang sebaynak 16 responden
dengan persentase (84,2%).
Hasil uji statistic dengan menggunakan uji korelasi chi square
didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 < (α = 0,05) maka H0 ditolak
yang berarti terdapat hubungan yang signifikan anatara motivasi dengan
Kecerdasan Emosional pada remaja kelas VIII SMP Negeri 5 Kudus
2021.
53

2. Hubungan Trauma Fisik dengan Kecerdasan Emosional Pada


Remaja Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5
Kudus 2021.
Tabel 4.7
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan trauma
fisik dengan kecerdasan emosional pada remaja kelas VIII SMP
Negeri 5Kudus tahun 2021 (N=61)

Trauma Kecerdasan Emosioanl P Value


fisik Tinggi Sedang Rendah Total
N % N % N % N %
Tinggi 4 11,0% 17 81,0% 0 0% 21 30,0%
Rendah 28 70,0% 12 30,0% 0 0% 40 70.0% 0,000
Total 32 52,5% 29 47,5% 0 0% 61 100%
Sumber : Data Primer, 2021.

Berdasarkan table 4.7 Analisis Hubungan Trauma Fisik dengan


Kecerdasan Emosional pada remaja kelas VIII SMP Negeri 5 kudus
diperoleh hasil bahwa dari 61 responden dengan kategori trauma fisik
tinggi dengan Kecerdasan Emosional tinggi 4 Responden dengan
presentase (11,0%) dari trauma fisik Tinggi dengan Kecerdasan
Emosional sedang sebanyak 12 responden dengan presentase
(30,0%). Sedangkan dari trauma fisik rendah dengan Kecedasan
Emosional tinggi sebanyak 28 responden dengan presentase (70,0%)
dan dari kategori trauma fisik rendah dengan Kecerdasan Emosional
sedang sebaynak 17 responden dengan persentase (81,0%).
Hasil uji statistic dengan menggunakan uji korelasi chi square
didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 < (α = 0,05) maka H0 ditolak
yang berarti terdapat hubungan yang signifikan anatara trauma
fisikdengan Kecerdasan Emosional pada remaja kelas VIII SMP Negeri
5 Kudus 2020.
BAB V
PEMBAHASAN
A. MOTIVASI
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 42 orang responden
(68,9%) mempunyai motivasi yang tinggi. Sedangkan 19 orang
responden (31,1%) mempunyai motivasi yang rendah. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa motivasi pada remaja kelas VIII di SMP Negeri
5 Kudus sebagian besar mempunyai motivasi yang tinggi.
Motivasi yang tinggi terlihat dari kapasitas dalam belajar, mengambil
resiko, menjawab pertanyaan serta kesediaan untuk bertanggungjawab.
Semakin kuat motivasi yang dimiliki oleh seseorang, berarti oang tersebut
mempunyai kemampuan berfikir kritis yang baik.
Seandainya tidak memiliki kemampuan yang baik dalam berpikir
kritis, senantiasa mengoptimalkan dirinya untuk memiliki kemampuan
berpikir kritis sampai maksimal. Hal tersebut dapat terjadi karena ia
memiliki motivasi yang kuat dari dalam dirinya. Peserta didik dalam
pembelajaran apapun itu senantiasa menghadapi kesulitan pada saat
menyelesaikan tugas , jika peserta didik memiliki kecerdasan emosional
dan motivasi yang tinggi, maka peserta didik akan tetap berusaha untuk
mencari cara bagaimana untuk menyelesaikan tugas tersebut. Dengan
usaha yang sedemikian kuat tentunya didasari oleh pengelolaan emosi
yang baik dan motivasi dalam diri peserta didik. Dari kecerdasan
emosional dan motivasi yang tinggi tersebut, akan semakin baiklah
kemampuan berpikir seseorang, termasuk kemampuan berpikir kritisnya.
Setelah ia merasa bahwa tugas tersebut adalah tugas yang sulit maka ia
akan menyerah begitu saja dan tentu saja itu dikarenakan tingkat
kecerdasan emosional dan motivasi cenderung rendah sehingga
kemampuan berpikir kritis yang dimilikinya belum maksimal.
Hasil dari karakteristik responden berdasarkan usia siwa kelas VIII
di SMP Negeri 5 Kudus (N=61) pada table 4.1 usia termuda yaitu 12
tahun sebanyak 3 responden (4,9%), dan yang tertua yaitu 15 tahun
sebanyak 1 responden (1,6%), dengan kebanyakan siswa berusia 13
tahun sebanyak 40 responden (65,6%) dan yang berusia 14 tahun
55

sebanyak 17 responden (27,9). Dan untuk karakteristik responden


berdasarkan jenis kelamin pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Kudus
(N=61) pada table 4.2 didapatkan siswa yang berjenis kelamin
perempuan mendominasi dengan jumlah 41 siswa, sedangkan siswa
yang berjenis kelamin laki-laki hanya berjumlah 20 siswa saja.
Fenomena yang ditemukan berdasarkan distribusi frekuensi
jawaban kuesioner motivasi adalah pertanyaan nomor 1 yakni “Apakah
kamu akan berusaha menjaga nama baik keluarga dan sekolah?”
sebanyak 54 responden (88,5%) menjawab selalu, pertanyaan nomor 9
yakni “Apakah kamu merasa puas setelah keberhasilan yang kamu
dapatkan?” sebanyak 11 responden (11,0%) menjawab sering,
pertanyaan nomor 17 yakni “Saya adalah orang yang selalu
memperjuangkan apa yang menjadi keinginan saya.” Sebanyak 11
responden (18.0%) menjawab kadang-kadang, pertanyaan nomor 20
yakni “Saya harus mendapatkan nilai yang tinggi, agar orang tua ku
memberikan apresiasi/hadiah kepada ku?” sebanyak 22 responden
(36,1%) menjawab tidak pernah.
B. TRAUMA FISIK
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 21 orang responden
(34,4%) mempunyai trauma fisik yang tinggi. Sedangkan 40 orang
responden (65,5%) mempunyai trauma fisik yang rendah. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa Trauma Fisik pada remaja kelas VIII di
SMP Negeri 5 Kudus sebagian besar mempunyai trauma fisik yang
rendah.
Dalam Kamus psikologi trauma berasal dari bahasa yunani yang
artinya luka, sebuah istilah yang digunakan bebas entah bagi luka fisik
yang disebabkan oleh beberapa kekuatan eksternal langsung atau luka
psikologis yang disebabkan oleh serangan emosi yang ekstrem (Reber,
2010)
Apabila remaja tidak memiliki kematangan emosi yang tinggi maka
akan cenderung mudah melakukan agresivitas. Agresivitas adalah
tingkah laku baik secara verbal maupun fisik yang dilakukan dengan
tujuan untuk menyakiti orang lain. Perasaan negatif yang ditimbulkan oleh
suatu tekanan dapat menghasilkan kecenderungan agresivitas. Aksi
56

nyata agresivitas remaja dapat berupa kekerasan fisik maupun kekerasan


verbal, seperti tawuran, mencaci maki, berkelahi, maupun mendorong.
Fenomena yang ditemukan berdasarkan distribusi frekuensi
jawaban kuesioner trauma fisik dan pada pertanyaan nomor 1 yakni
“Apakah kamu pernah bertengkar dengan teman mu sehingga
menimbulkan luka?” sebanyak 20 responden (55,6%), pertanyaan nomor
5 yakni “Jika kamu melalukukan kesalahan, apakah orang tua mu
memukul/mencubit?” sebanyak 10 responden (27.8%) mengatakan
kadang-kadang, pertanyaan nomor 7 yakni “Apakah kamu pernah
mengalami cidera ketika mengikuti kegiatan belajar olahraga, sehingga
kamu takut untuk mengikuti pembelajaran tersebut?” sebanyak 6
responden (16,7%) mengatakan sering, pertanyaan nomor 15 yakni
“Apakah kamu merasa sakit ketika melihat orang dipukul dihadapanmu
dan kamu mengingat kejadian yang pernah kamu alami.?” Sebanyak 9
responden (25,0%) mengatakan selalu.

C. Kecerdasan Emosional Remaja


Berdasarkan analisis univariat pada table 4.5 mengenai hasil
analisi kecerdasan emosional remaja dapat disimpulkan bahwa dari 61
responden, sebanyak 34 responden memiliki kcerdasan emosional yang
tinggi (55,7%) dan 27 responden (44,3%) memiliki tingkat kecerdasan
emosional sedang. Itu artinya kualitas kecredasan emosional pada
remaja kelas VIII di SMP Negeri 5 kudus tahun 2021 tergolong tinggi. Hal
tersebut dikarenakan remaja tahu betul akan perasaan yang sedang
mereka rasakan, memikirkan perasaan orang lainsebelum mengutarakan
suatu pendapat, mengucapkan salam atau permisi ketika berpapasan
denagn guru atau teman, serta meminta maaf apabila melakukan
kesalahan yang disengaja maupun tidak.
Lawrence (dalam Fitriyani, 2015) mengatakan kecerdasan
emosional sebagai bagian dari kecerdasan social yang melibatkan
kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri
maupun pada orang lain, memilih-milah semuanya dan menggunakan
informasi tersebut untuk membimbing pikiran dan tindakan.
57

Penelitian yang dilakukan oleh Saptoto (2010) menjelaskan


bahwa, individu yang memiliki kecerdasan emosi tinggi jua akan
mempertimbangkan situasi dan kondisi bilamana konflik terjadi. Misalnya
apabila dalam suatu konflik individu tersebut memang bersalah, dia
bersedia mengakui kesalahannya dan kemudian meminta maaf. Selain itu
berbekalkan kemampuan untuk memahami emosi orang lain, individu
yang memiliki kecerdasan emosi tinggi mampu bertindak secara
bijaksana terhadap orang. Hal ini membuat individu yang bersangkutan
mampu membina hubungan yang baik dengan orang lain.
Fenomena yang ditemukan berdasarkan distribusi frekuensi
jawaban kuesioner kecerdasan emosional remaja adalah pada
pertanyaan nomor 1 yaitu remaja tahu benar dengan perasaan yang
sedang mereka rasakan seperti marah, sedih, senang, dan malu sebesar
45 45 responden atau (73,8%), kemudian pertanyaan unfavourable
nomor 12 yakni sebanyak 35 responden (57,4%) tidak pernah
mengalihkan perhatian dengan melakukan hal-hal negative (malas
belajar, malas beribadah, dll) saat sedang stress. Selanjutnya pertanyaan
nomor 14 yaitu remaja beranggapan, selalu ada jalan keluar jika kita mau
berusaha sebesar 38 reponden (62,3%), lalu pertanyaan nomor 18 yaitu
memikirkan perasaan orang lain, sebelum mengungkapkan suatu
pendapat sebanyak 32 responden (52,5%), dan pertanyaan
unfavourablenomor 22 yaitu sebanyak 46 (75,4%) merasa iba (kasihan)
jika ada teman yang sedang mempunyai masalah.
D. Hubungan Motivasi dengan Kecerdasan Emosional pada remaja
kelas VIII di SMP Negeri 5 Kudus tahun 2021
Berdasarkan analisis univariat pada table 4.3 tentang distribuai
frekuensi motivasi dapat disimpulkan bahwa dari 61 responden, 42
responden (68,9%) memiliki motivasi tinggi, sedangkan responden yang
memiliki motivasi rendah sebanyak 19 responden (31,1%). Dari data
tersebut dapat disimpulakan bahwa kualitas motivasi yang didapatkan
remaja kelas VIII di SMP Negeri 5 Kudus tergolong tinggi.
Serta berdasarkan analisis univariat pada table menengai
distribusi frekuesnsi kecerdasan emosional pada remaja kelas VIII di
SMP Negeri 5 Kudus dapat dimpulkan bahwa dari 61 responden,
58

sebanyak 34 responden memiliki kecerdasan emosional yang tinggi


(55,7%) dan 27 responden (44,3%) memiliki tingkat kecerdasan
emosional sedang, itu artinya kualitas kecerdasan emosional pada
remaja kelas VIII di SMP Negeri 5 Kudus tahun 2021 termasuk tinggi.
Dan setelah dilakukan tabulasi silang maka dilakukan analisis
dengan menggunakan Chi Sqeare dan di peroleh hasil p-value sebesar
0,000 < 0,005 sehingga H0, ditolak dan Ha, diterima. Jadi ada hubungan
motivasi dengan kecerdasan emosional pada remaja kelas VIII di SMP
Negeri 5 Kudus tahun 2021.
Menurut peneliti berpendapat bahwa seseorang yang memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi, ialah seseorang yang memiliki pola
berfikir yang optimal, kapsitas dalam berfikir keritis , mempunyai jiwa
bertanggungjawab dan berani dalam mengambil keputusan yang sudah
difikirkan secara matang. Motivasi yang dimiliki individu akan banyak
menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam
konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian
tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi
kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan
kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
Menurut penelitian oleh Meida Adriyati dan Fatwa Patimah
Nursa’adah (2015), di mana hasil penelitian tersebut menunjukkan fakta
bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional
terhadap berpikir kritis matematika peserta didik. Faktor lain yang
memungkinkan dapat memengaruhi kemampuan berpikir kritis adalah
motivasi. Motivasi yang tinggi terlihat dari kapasitas dalam belajar,
mengambil resiko, menjawab pertanyaan serta kesediaan untuk
bertanggungjawab. Semakin kuat motivasi yang dimiliki oleh seseorang,
berarti orang tersebut mempunyai kemampuan berpikir kritis yang baik.
Seandainya tidak memiliki kemampuan yang baik dalam berpikir kritis,
senantiasa mengoptimalkan dirinya untuk memiliki kemampuan berpikir
kritis sampai maksimal. Hal tersebut dapat terjadi karena ia memiliki
motivasi yang kuat dari dalam dirinya.
Hasil penelitian Hipotesis tersebut diuji menggunakan Fdengan
kriteria pengujian: terima H0 jika Fhitung Ftabel, dan tolak H0 jika
59

Fhitung Ftabel. Untuk nilai Ftabel ditentukan dari tabel distribusi F untuk
α 0,05 serta 2 dan 151, besarnya nilai Ftabel 3,172. Setelah dilakukan
perhitungan pada data hasil penelitian, diperoleh nilai Fhitung 175,14.
Dengan demikian ternyata Fhitung Ftabel atau 175,14 3,172 maka tolak
H0 dan terima H1, hal ini dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan kecerdasan emosional (X1) dan motivasi belajar (X2) secara
bersama-sama terhadap kemampuan berpikir kritis matematika (Y).
Fenomena yang ditemukan berdasarkan distribusi frekuensi
jawaban kuesioner motivasi adalah pertanyaan nomor 1 yakni “Apakah
kamu akan berusaha menjaga nama baik keluarga dan sekolah?”
sebanyak 54 responden (88,5%) menjawab selalu, pertanyaan nomor 9
yakni “Apakah kamu merasa puas setelah keberhasilan yang kamu
dapatkan?” sebanyak 11 responden (11,0%) menjawab sering,
pertanyaan nomor 17 yakni “Saya adalah orang yang selalu
memperjuangkan apa yang menjadi keinginan saya.” Sebanyak 11
responden (18.0%) menjawab kadang-kadang, pertanyaan nomor 20
yakni “Saya harus mendapatkan nilai yang tinggi, agar orang tua ku
memberikan apresiasi/hadiah kepada ku?” sebanyak 22 responden
(36,1%) menjawab tidak pernah.

E. Hubungan Trauma Fisik dengan Kecerdasan Emosional pada remaja


kelas VIII di SMP Negeri 5 Kudus tahun 2021.
Berdasarkan analisis univariat pada table tentang distribusi
frekuensi trauma fisik dapat simpulkan bahwa dari 61 responden, 21
responden (34,4%) memiliki trauma fisik tinggi, sedangkan responden
yang memiliki trauma fisik rendah sebanyak 40 (65,6%). Dari data diatas
tersebut dapat disimpulkan bahwa trauma fisik yang ada pada remaja
kelas VIII di SMP Negeri 5 kudus tergolong rendah.
Serta berdasarkan analisis univariat pada table menengai
distribusi frekuesnsi kecerdasan emosional pada remaja kelas VIII di SMP
Negeri 5 Kudus dapat dimpulkan bahwa dari 61 responden, sebanyak 34
responden memiliki kecerdasan emosional yang tinggi (55,7%) dan 27
responden (44,3%) memiliki tingkat kecerdasan emosional sedang, itu
60

artinya kualitas kecerdasan emosional pada remaja kelas VIII di SMP


Negeri 5 Kudus tahun 2021 termasuk tinggi.
Dan setelah dilakukan tabulasi silang maka dilakukan analisis
dengan menggunakan Chi Sqeare dan di peroleh hasil p-value sebesar
0,000 < 0,005 sehingga H0, ditolak dan Ha, diterima. Jadi ada hubungan
trauma fisik dengan kecerdasan emosional pada remaja kelas VIII di
SMP Negeri 5 Kudus tahun 2021.
Menurut peneliti berpendapat sesorang yang memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi, ialah sesorang yangmampu mengontrol emosi
diri, mengelolah emosi dirinya sendiri dan mampu mengontrol emosi
orang lain. Trauma fisik sendiri suatu factor yang mempengaruhi
kecerdasan emosional individu itu sendiri. Sesorang memiliki trauma fisik
yang tinggi, ialah individu sulit mengontrol emosi, lebih mudah
tersinggung, marah ,gampang diagitasi dan dipanas-panasi, tidak hanya
itu tetapi seseorang yang memiliki trauma yang tinggi mereka selalu
cemas, gugup, takut, mudah depresi dan kawatir kejadian akan terulang
lagi.
Hasil penelitian Yudinda (2017) yang menyatakan bahwa
kematangan emosi adalah suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat
kedewasaan dari perkembangan emosional dan karena itu seseorang
tidak lagi menampilkan pola emosional yang seperti anak-anak, namun
mereka mampu mengontrol emosi lebih baik khususnya ketika berada di
situasi sosial. Dengan demikian seseorang yang mempunyai kematangan
emosi yang tinggi mampu menampilkan pola emosional yang pantas
dengan masa perkembangannya, mampu mengelola emosinya dengan
baik dan memenuhi karakteristik individu yang matang emosinya seperti
dapat beradaptasi dengan baik, kemampuan berempati, dan
pengendalian amarah yang baik tanpa menyakiti orang lain.
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang memiliki kematangan
emosi dengan kategori rendah sebanyak 92 orang (34%), remaja yang
memiliki kematangan emosi dengan kategori sedang sebanyak 100 siswa
(37%), sedangkan remaja yang tergolong memiliki kematangan emosi
tinggi sebanyak sebesar 77 orang (29%). Hasil pengkategorian variabel
agresivitas menunjukkan bahwa remaja yang tergolong memiliki
61

agresivitas yang tinggi sebesar 69 orang (24%), remaja yang memiliki


agresivitas dengan kategori sedang sebanyak 103 (39%), sedangkan
remaja yang tergolong memiliki agresivitas rendah sebesar 97 orang
(37%). Hasil deskripsi statistik pengkategorian tersebut menunjukkan
korelasi bahwa remaja yang memiliki kematangan emosi rendah lebih
cenderung mengalami agresivitas dalam tingkat yang lebih tinggi. Begitu
pula dengan remaja yang memiliki kematangan emosi tinggi cenderung
memiliki agresivitas yang rendah. Kategori sedang juga hampir berjumlah
seimbang yang menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kematangan
emosi sedang cenderung memiliki tingkat agresivitas yang sedang pula.
Fenomena yang ditemukan berdasarkan distribusi frekuensi
jawaban kuesioner trauma fisik dan pada pertanyaan nomor 1 yakni
“Apakah kamu pernah bertengkar dengan teman mu sehingga
menimbulkan luka?” sebanyak 6 responden (9,8%) mengatakan selalu,
pertanyaan nomor 5 yakni “Jika kamu melalukukan kesalahan, apakah
orang tua mu memukul/mencubit?” sebanyak 18 responden (29.5%)
mengatakan kadang-kadang, pertanyaan nomor 7 yakni “Apakah kamu
pernah mengalami cidera ketika mengikuti kegiatan belajar olahraga,
sehingga kamu takut untuk mengikuti pembelajaran tersebut?” sebanyak
10 responden (16,4%) mengatakan sering, pertanyaan nomor 15 yakni
“Apakah kamu merasa sakit ketika melihat orang dipukul dihadapanmu
dan kamu mengingat kejadian yang pernah kamu alami.?” Sebanyak 16
responden (26,2%) mengatakan selalu.

F. Keterbatasan penelitian
Penelitian menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan
dan keterbatasan diantaranya adalah :
1. Adanya pancemic covid-19 ini sehingga penelitian dilakukan
daring/google form dan lewat grup whatsapp saja
2. Penelitian ini menggunakan instrument penelitian kuesioner,
sehingga penelitian harus melakukan uji validitas dan reliabilitas
terhadap kuesioner yang peneliti susun karena sebelumnya belum
pernah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
62

3. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner


yaitu kadang jawaban yang diberikan oleh responden tidak
menunjukan keadaan yang sesungguhnya.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul
“Hubungan Motivasi dan Trauma Fisik dengan Kecerdasan Emosional
pada Remaja kelas VIII di SMP Negeri 5 Kudus 2021” maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kecerdasan Emosional pada remaja kelas VIII di SMP Negeri 5
Kudus 2021, dari 61 responden, 34 responden (55,7%) memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi, sedangkan 27 responden
(44,3%) memiliki kecerdasan emosional yang sedang.
2. Motivasi pada remaja kelas VIII di SMP Negeri 5 kudus tahun
2021, dari 61 responden, 42 responden (68,9%) memiliki motivasi
tinggi, sedangkan 19 responden (31,1%) memiliki motivasi rendah.
3. Trauma Fisik pada remaja kelas VIII di SMP Negeri 5 kudus 2021,
dari 61 responden, 40 responden (65,6%) mempunyai trauma
fisik rendah sedangkan 21 responden (34,4%) mempunyai trauma
fisik tinggi.
4. Ada hubungan motivasi dengan kecerdasan emosional pada
remaja kelas VIII di SMP Negeri 5 Kudus tahun 2021 dengan P
Value sebesar 0,000 dengan α 5%, OR=0,000
5. Adanya hubungan trauma fisik dengan kecerdasan emosional
pada remaja kelas VIII di SMP Negeri 5 Kudus 2021 dengan P
Value sebesar 0,000 dengan α 5%, OR=0,000

B. Saran
1. Bagi responden
Hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang sudah
dipaparkan, diantaranya bagi peserta didik perluh kesadaran
bahwa motivasi dan trauma fisik mempengaruhi kecerdasan
emosional.

63
64

2. Bagi masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan Sebagai sumber
informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan tentang
pentingnya mengembangkan kemampuan kecerdasan emosional
serta membangkitkan motivasi. Sehingga pada akhirnya dapat
menurunkan trauma fisik peserta didik.
3. Bagi intitusi penelitian
Bagi sekolah yaitu SMP Negeri 5 Kudus diharapkan peneliti ini
dapat memberikan informasi mengenai gambaran umum motivasi,
trauma fisik dan kecerdasan emosional yang dimiliki oleh para
siswa, sehingga dapat dijadikan bahan masukan untuk
menciptakan suasana kelas dan lingkungan yang kondusif yaitu
menciptakan hubungan yang harmonis, saling mempercayai,
menghargai dan penuh tanggung jawab antar siswa dan guru,
guna untuk membentuk kematangan emosional yang positif.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian dapat dikembangkan lebih dalam dan terperinci
sehingga dapat menjadi dasar dalam penelitian selanjutnya,
dengan menggunakan metodologi yang lain misalnya
menggunakan desain yang berbeda sehingga hasil penelitian
dapat membantu dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, P.R. and Setyawan, I., 2015. Perbedaan Kecerdasan Emosional Antara
Siswa SMA Dengan MA: Studi Komparasi Pada Siswa Kelas XI Di SMA N
1 Purwodadi dan MA Sunniyyah Selo. Empati, 4(4), pp.202-207..

Desivarlina, B., 2014. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Keharmonisan


Keluarga dengan Motivasi Belajar Siswa di Sekolah SMK Kesehatan
Samarinda. Psikoborneo, 2(4).

Fauziah, A., Rosnaningsih, A. and Azhar, S., 2017. Hubungan antara motivasi
belajar dengan minat belajar siswa kelas IV SDN Poris Gaga 05 kota
Tangerang. Jurnal Jpsd, 4(1), pp.47-53.

Gahayu, S. A. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat. Deepublish.

Hastuti, R.Y. and Baiti, E.N., 2019. hubungan kecerdasan emosional dengan
tingkat stress pada remaja. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 8(2), pp.84-93.

Hermawan, I. 2019. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan


Mixed Methode. Kuningan: Hidayatul Quran Kuningan.

Nurizzati, Y. 2016. Peranan statistika dalam penelitian sosial ekonomi. Edueksos:


Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi, 1(1).

Nursalam. 2013. KONSEP DAN PENERAPAN METODOLOGI PENELITIAN


ILMU KEPERAWATAN; Pedoman Skripsi, Tesis, Instrumen Penelitian
Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba

Margaretha, N.R. and Rachim, R., 2013. Trauma kekerasan masa kanak dan
kekerasan dalam relasi intim. Jurnal Makara Seri Humaniora, 17(1), pp.33-
42.

Medika. Setiawan, A., & Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan .


Jakarta: Nuha Medika

Rakhmawati, D., 2019. Pengaruh Bullying Terhadap Kecerdasan Emosional Dan


Kesehatan Mental Anak Di Sd Negeri 08 Mulyoharjo Kecamatan Pemalang
Kabupaten Pemalang (Doctoral Dissertation, Unnes).

Sari, A.E., 2020. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar dengan
Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas IV SD Negeri 01 Totokaton.

Siyoto, S., & Sodik, M. A. 2015. Dasar metodologi penelitian. Literasi Media
Publishing.

Swarjana, I Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: CV ANDI


OFFSET.

65
66

Sumiati, S. and Sulianti, A., 2016. Pendekatan Bermain untuk Menurunkan


Perilaku Menghindar pada Anak yang Mengalami Trauma
Pengobatan. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 3(1), pp.113-120.

Widiarti, E., 2018. Pengaruh Motivasi Belajar dan Kesiapan Belajar Siswa
terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X Ilmu-Ilmu
Sosial di SMA Negeri 2 Banguntapan. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 7(4),
pp.298-305.

Yulianto, D., 2014. Hubungan antara Konsep Diri dan Kecerdasan Emosi dengan
Kenakalan Remaja. Nusantara of Research: Jurnal Hasil-hasil Penelitian
Universitas Nusantara PGRI Kediri (e-journal), 1(1)
LAMPIRAN 8

DATA PENELITIAN

KecerdasanEmo
Motivasi Trauma Fisik
No Responden Alamat Umur JK Kelas sional
Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori
1 R1 Kaliputu 14 Tahun L 8A 69 Tinggi 48 Tinggi 94 Tinggi
2 R2 Peganjaran 14 Tahun L 8A 52 Rendah 46 Tinggi 83 Sedang
3 R3 GarungLor 13 Tahun L 8A 60 Tinggi 53 Tinggi 95 Tinggi
4 R4 Bacin 14 Tahun P 8A 77 Rendah 39 Rendah 96 Tinggi
5 R5 Singocandi 14 Tahun P 8A 51 Tinggi 55 Tinggi 87 Sedang
6 R6 Bacin 13 Tahun L 8A 71 Tinggi 55 Tinggi 96 Tinggi
7 R7 Kudus 13 Tahun P 8A 71 Tinggi 57 Tinggi 103 Tinggi
8 R8 Bacin 13 Tahun P 8A 68 Tinggi 38 Rendah 92 Tinggi
9 R9 Demangan 14 Tahun L 8B 77 Tinggi 55 Tinggi 108 Tinggi
10 R10 Tumpangkrasak 13 Tahun L 8B 64 Tinggi 52 Tinggi 88 Sedang
11 R11 BakalanKrapyak 13 Tahun P 8B 52 Rendah 49 Tinggi 73 Sedang
12 R12 Glantengan 13 Tahun P 8B 67 Tinggi 37 Rendah 84 Sedang
13 R13 Singocandi 13 Tahun P 8B 50 Rendah 53 Tinggi 88 Sedang
14 R14 Sumber Indah 14 Tahun P 8B 65 Tinggi 48 Tinggi 99 Tinggi
15 R15 Kaliputu 13 Tahun P 8B 51 Rendah 60 Tinggi 89 Sedang
16 R16 Megawon 13 Tahun P 8B 71 Tinggi 39 Rendah 102 Tinggi
17 R17 Burikan 13 Tahun P 8C 47 Rendah 59 Tinggi 82 Sedang
18 R18 Kaliputu 14 Tahun P 8C 51 Rendah 51 Tinggi 91 Tinggi

67
68

19 R19 Glantengan 13 Tahun P 8C 73 Tinggi 49 Tinggi 95 Tinggi


20 R20 BurikanBaru 13 Tahun P 8C 73 Tinggi 38 Rendah 106 Tinggi
21 R21 Rendeng 14 Tahun L 8C 71 Tinggi 59 Tinggi 117 Tinggi
22 R22 Kaliputu 14 Tahun P 8C 49 Rendah 56 Tinggi 88 Sedang
23 R23 Tumpangkrasak 13 Tahun P 8C 67 Tinggi 47 Tinggi 87 Sedang
24 R24 Rendeng 15 Tahun P 8C 76 Tinggi 39 Rendah 110 Tinggi
25 R25 Rendeng 13 Tahun P 8D 64 Tinggi 51 Tinggi 95 Tinggi
26 R26 Rendeng 14 Tahun L 8D 52 Rendah 56 Tinggi 89 Sedang
27 R27 Kaliputu 14 Tahun L 8D 77 Tinggi 53 Tinggi 95 Tinggi
28 R28 Tumpangkrasak 13 Tahun P 8D 75 Tinggi 38 Rendah 97 Tinggi
29 R29 Demaan 13 Tahun P 8D 47 Rendah 47 Tinggi 78 Sedang
30 R30 Pedawang 12 Tahun P 8D 68 Tinggi 49 Tinggi 89 Tinggi
31 R31 Burikan 13 Tahun P 8D 60 Tinggi 58 Tinggi 89 Tinggi
32 R32 Mlatinorowito 13 Tahun L DE 48 Rendah 35 Rendah 85 Sedang
33 R33 Singocandi 13 Tahun L DE 64 Tinggi 54 Tinggi 105 Tinggi
34 R34 Bacin 14 Tahun L DE 52 Rendah 42 Tinggi 86 Sedang
35 R35 WerguKulon 13 Tahun L DE 77 Tinggi 57 Tinggi 120 Tinggi
36 R36 Singocandi 13 Tahun P DE 69 Tinggi 38 Rendah 102 Tinggi
37 R37 Singocandi 12 Tahun P DE 51 Rendah 60 Tinggi 91 Tinggi
38 R38 MlatiLor 13 Tahun L DE 67 Tinggi 53 Tinggi 87 Sedang
39 R39 Singocandi 14 Tahun L 8F 65 Tinggi 53 Tinggi 89 Sedang
40 R40 Singocandi 13 Tahun P 8F 52 Rendah 35 Rendah 84 Sedang
41 R41 Singocandi 13 Tahun P 8F 52 Rendah 43 Tinggi 72 Sedang
42 R42 Singocandi 13 Tahun P 8F 63 Tinggi 55 Tinggi 94 Tinggi
43 R43 Bacin 13 Tahun P 8F 51 Tinggi 43 Tinggi 65 Sedang
69

44 R44 Bacin 13 Tahun P 8F 71 Tinggi 32 Rendah 82 Sedang


45 R45 Bacin 13 Tahun P 8F 71 Tinggi 55 Tinggi 90 Tinggi
46 R46 Pedawang 13 Tahun P 8F 78 tinggi 49 Tinggi 111 Tinggi
47 R47 Tumpangkrasak 13 Tahun P 8G 78 Tinggi 58 Tinggi 111 Tinggi
48 R48 Bacin 13 Tahun P 8G 79 Tinggal 38 Rendah 94 Tinggi
49 R49 WerguWetan 14 Tahun L 8G 72 Tinggi 42 Tinggi 87 Sedang
50 R50 Bacin 13 Tahun P 8G 69 Tinggi 56 Tinggi 85 Sedang
51 R51 Bacin 13 Tahun P 8G 52 Rendah 51 Tinggi 107 Tinggi
52 R52 Tumpangkrasak 13 Tahun L 8G 62 Tinggi 33 Rendah 87 Sedang
53 R53 Panjang 13 Tahun P 8G 76 Tinggi 57 Tinggi 106 Tinggi
54 R54 Tumpangkrasak 13 Tahun P 8H 76 Tinggi 57 Tinggi 103 Tinggi
55 R55 BakalanKrapyak 12 Tahun P 8H 68 Tinggi 47 Tinggi 84 Sedang
56 R56 Tumpangkrasak 13 Tahun L 8H 72 tinggi 38 Rendah 76 Sedang
57 R57 Pedawang 14 Tahun L 8H 52 Rendah 45 Tinggi 82 Sedang
58 R58 Pedawang 13 Tahun P 8H 63 tinggi 58 Tinggi 95 Tinggi
59 R59 Pedawang 14 Tahun P 8H 75 Tinggi 50 Tinggi 107 Tinggi
60 R60 Panjang 14 Tahun P 8H 74 Tinggi 36 Rendah 81 Sedang
61 R61 Pedawang 13 Tahun L 8H 68 Tinggi 48 Tinggi 97 Tinggi
LAMPIRAN 9

HASIL JAWABAN RESPONDEN MOTIVASI

MOTIVASI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 4 3 3 3 4 3 4 2
4 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3
4 3 3 2 4 4 4 3 4 2 1 2 2 3 4 3 3 3 4 2
4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 2 3 4 2 2 3 2 2 3 2 3 4 1 4 2 2 2 2 2
4 3 4 2 4 4 4 3 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3
4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3
4 3 4 4 3 4 3 3 3 2 3 2 4 3 4 4 4 4 4 3
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
4 1 3 4 3 4 2 3 4 2 4 3 4 2 4 3 4 4 4 2
4 3 4 3 2 3 3 3 3 1 1 3 2 3 2 3 3 2 3 1
4 3 4 4 3 4 4 3 4 2 4 3 4 3 3 3 4 3 4 1
4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 3 1
4 4 2 1 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3
4 3 3 2 2 4 4 4 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 1
4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 1
4 3 1 1 2 3 2 1 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2
3 3 3 2 2 3 3 4 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2
4 3 4 4 4 4 4 2 4 3 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1
4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1
4 2 2 1 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 1
4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2
4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
4 3 4 4 4 3 1 2 2 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 1
4 4 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 4 2 2 1
4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1
2 4 2 2 4 2 1 1 4 1 4 4 2 1 2 3 4 2 1 1
3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3
4 4 1 2 4 1 3 3 4 2 3 3 3 4 4 4 3 4 3 1
4 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 1 4 3 2 2
4 4 4 3 4 4 2 2 2 4 2 2 4 3 3 4 3 4 3 3
3 3 2 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 2 2 1
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4
4 1 4 4 4 4 4 2 4 3 4 3 4 4 4 2 4 3 4 3

70
71

4 4 3 3 4 4 3 4 4 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1
3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3
4 3 4 3 4 3 1 2 3 2 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3
4 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 2 2 2 2 2 1 3 2 1
4 4 3 3 4 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 1
4 4 4 4 4 4 4 1 2 2 2 2 1 3 2 4 4 4 4 4
3 1 4 1 4 3 2 4 2 1 2 2 1 3 3 4 2 3 3 3
4 1 4 4 3 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4
4 3 4 4 4 4 4 1 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2
4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
4 2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4
4 4 4 4 3 3 4 4 3 2 4 3 4 2 4 4 4 4 4 1
4 4 4 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 4 1
4 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 4 2 4 2 3 3 3 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4
4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3
3 3 4 4 3 2 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4
4 3 4 3 3 4 4 3 3 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 1
4 4 3 3 4 4 4 3 3 1 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2
4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1
4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1
4 1 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 1 4 4 4 4
72

LAMPIRAN 10

HASIL JAWABAN RESPONDEN TRAUMA FISIK

TRAUMA FISIK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2 2 3 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 3 2
2 2 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 2 2 2
3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3
4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 1 2
1 1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3
4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3
3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 1 3
2 1 3 3 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2
3 4 4 4 2 1 4 3 4 2 4 3 4 1 2
1 2 2 3 3 3 1 2 1 1 2 2 2 2 1
4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 3 3 3 2 1
1 2 2 1 1 2 2 2 2 4 4 3 1 1 1
4 3 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 2 3
2 2 2 3 4 1 1 1 3 2 2 2 1 1 1
4 2 2 2 1 1 1 2 3 1 2 2 2 2 2
3 2 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 4 3 4
4 4 4 4 1 2 4 4 2 4 4 4 4 1 1
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
1 1 1 3 3 2 2 2 3 2 2 4 1 1 1
2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 1
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
2 4 4 4 2 4 4 4 2 2 4 3 4 4 4
1 3 4 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3
3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3
4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
4 2 1 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1
3 2 4 3 2 3 4 4 4 4 4 3 4 3 2
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3
1 2 3 3 4 2 1 1 2 2 3 2 1 1 1
4 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4
4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
73

2 1 2 2 2 2 3 3 2 1 1 1 2 2 2
4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 2
3 4 4 4 3 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4
3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4
2 4 1 1 2 3 3 1 2 2 2 1 2 1 2
4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1
2 4 3 3 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1
3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 2 4
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 1 4 4
4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 2 3 2 2
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
2 2 4 2 3 3 4 3 4 4 4 3 1 2 1
4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3
2 2 2 2 2 1 2 1 3 2 2 2 3 2 1
4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 2 4 3
4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1
3 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 4 1 1 1
4 3 4 4 2 4 4 3 3 2 4 4 2 2 3
3 1 1 1 2 2 2 2 2 1 4 4 1 1 1
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4
4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4 2 2 2
4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2
3 4 4 4 1 4 4 2 4 3 3 4 1 3 4
74
PERMOHONAN CALON RESPONDEN

Kepada Yth.

Saudara Siswa/Siswi

SMP Negeri 5 Kudus

Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan hormat,

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita kehidupan.
Sehubungan dengan pelaksanaan penilitian untuk tugas akhir skripsi saya yang
berjudul “HUBUNGAN MOTIVASI DAN TRAUMA FISIK DENGAN
KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA KELAS VIII DI SMP NEGERI 5
KUDUS”. Maka melalui surat ini saya:

Nama : Irfan sahzuri

NIM : 920173022

Prodi : S1 Keperawatan IV A

Alamat : Jangkungharjo4/2, Brati, Grobogan

Mengajukan permohonan kepada siswa/siswikelas VIII SMP Negeri 5 Kudus


untuk berkenan menjadi responden dengan mengisi kuesioner tentang Motivasi,
Trauma Fisik dan Kecerdasan Emosional untuk kepentingan penelitian.

Demikian surat permohonan ini saya sampaikan, atas perhatian dan


kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Billahi fi sabililhaq, fastabiqul khoirot.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Hormat saya,

irfan sahzuri
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh:

Nama : Irfan sahzuri

NIM : 920173022

Alamat : Jangkungharjo4/2, Brati, Grobogan

Judul Penelitian : HUBUNGAN MOTIVASI DAN TRAUMA FISIK DENGAN


KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA KELAS VIII
DI SMP NEGERI 5 KUDUS

Saya akan memberikan jawaban yang sejujur-jujurnya demi kepentingan


penelitian, dengan ketentuan jawaban yang diberikan, dirahasiakan dan hanya
semata-mata untuk kepetingan ilmu pengetahuan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat.

Responden

( )
PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Kepada Yth.

ABDUL ROCHIM, S.Pd., M.Pd

Kepala SMP Negeri 5 Kudus

Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan hormat,

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman
dan taqwa dalam melaksanakan aktivitas kebaikan sehari-hari. Sehubungan
dengan pelaksanaan penilitian untuk tugas akhir yaitu skripsi saya yang berjudul
“HUBUNGAN MOTIVASI DAN TRAUMA FISIK DENGAN KECERDASAN
EMOSIONAL PADA REMAJA KELAS VIII DI SMP NEGERI 5 KUDUS” Maka
melalui surat ini saya:

Nama : Irfan sahzuri

NIM : 920173022

Prodi : S1 Keperawatan IV A

Alamat : Jangkungharjo4/2, Brati, Grobogan

Mengajukan permohonan izin kepada Kepala SMP Negeri 5 Kudus untuk


berkenan memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian di kelas VIII
SMP Negeri 5 Kudus.

Demikian surat permohonan ini saya sampaikan, atas perhatian dan


kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Billahi fi sabililhaq, fastabiqul khoirot.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Hormat saya,
irfan sahzuri
LAMPIRAN 4

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN MOTIVASI DAN TRAUMA FISIK DENGAN


KECERDASASAN EMOSIONAL PADA REMAJA KELAS VIII SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 05 KUDUS

Tanggal Pengisian: No. responden:

I. PETUNJUK PENGISIAN
a. Tulis biodata nama identitas responden menggunakan inisial huruf
depan nama pada tempat yang telah disediakan!
b. Baca dan pahamilah pernyataan-pernyataan pada kuesioner tersebut.
c. Jawablah setiap pertanyaan sesuai dengan pendapat Saudara.
d. Jika anda telah selesai mengerjakan kuesioner ini, saya mohon
kesediaan saudara untuk memeriksa kembali jawaban saudara dan
jangan sampai ada jawaban yang terlewatkan
e. Terima kasih atas kesediaan adik-adik untuk mengisi kuesioner ini
f. Pilihlah jawaban dengan memberi tanda checklist (√) pada salah satu
jawaban yang paling sesuai menurut Saudara. Adapun makna tanda
tersebut adalah sebagai berikut :
Sl : Selalu Kd : Kadang-kadang
Sr : Sering Tp : Tidak Pernah
II. IDENTITAS
Nama :…………………………………………Umur : ……tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
Kelas :
Nama Orang Tua :
Pekerjaan Orang Tua:
III. LEMBAR KUESIONER MOTIVASI

No Pertanyaan Alternative jawaban


Sl Sr Kd Tp
1 Apakah kamu akan berusaha menjaga nama baik
keluarga dan sekolah ?
2 Apakah kamu merasa senang jika melampiaskan
emosi kepada teman mu ?*
3 Apakah kamu akan berusaha menjaga sikap agar
tidak terkena masalah yang akan membuat orang
tua mu sedih?
4 Apakah kamu Senang terhadap salah satu guru
mata pelajaran, yang akan membuat kamu
semangat untuk mendapatkan nilai yang bagus ?
5 Apakah kamu sering melakukan kekeran kepada
orang lain, agar kamu terlihat kuat dan tidak ada
yang berani kepadamu.?*
6 Saya akan membuktikan kepada orang yang
meremehkan cita-cita ku ?
7 Apakah kamu merasa puas setelah keberhasilan
yang kamu dapatkan ?
8 Apakah kamu pernah berfikir bahwa upaya orang
untuk berhasil bergantung pada harapan mereka
yang berusaha?
9 Saya akan mengasah minat bakat, agar citi-cita
yang saya impikan terwujud.
10 Bila ada jadwal pelajaran, apakah kamu
membaca materi pelajaran yang akan
disampaikan esok?
11 Saya berusaha menemukan jawaban soal yang
saya kerjakan dengan benar?
12 jika ada ujian/tes apabila saya tidak bisa
mengerjakannya maka saya meminta kunci
jawaban keteman saya.*
13 Dalam menghadapi tes/ujian, apakah kamu
mempersiapkan diri dengan belajar tekun dan
berlatih soal-soal?
14 Saya tidak akan belajar apabila tidak ada
ujian/tes.*
15 Saya akan bersungguh-sungguh dalam belajar
apabila ada ujian maupun tes agar mendapatkan
nilai yang tinggi.
16 Saya akan mengerjakan sesuatu yang baik, agar
saya mendapatakan imbalan.
17 Saya adalah orang yang selalu memperjuangkan
apa yang menjadi keinginan saya.
18 Jika dari beberapa kali hasil tes pelajaran nilai
yang kamu peroleh ternyata kurang baik (belum
mencapai KKM), apakah kamu tetap
bersemangat dalam belajar?
19 Saya akan melakukan apapun untuk
membahagiakan kedua orang tua ku dengan
menjadi anak yang berprestasi ?
20 Saya harus mendapatkan nilai yang tinggi, agar
orang tua ku memberikan apresiasi/hadiah
kepada ku ?
IV. LEMBAR KUESIONER TRAUMA FISIK
No Pertanyaan Alternative jawaban
Sl Sr Kd Tp
1 Apakah kamu pernah berantem dengan teman
mu sehingga menimbulkan luka ?*
2 Apakah kamu pernah diancam dipukul teman mu
ketika kamu tidak memberikan kunci jawaban
tugasnya ?
3 Apakah kamu pernah dipukul penjaga sekolah
ketika kamu membuang sampah sembarangan ?*
4 Apakah kamu pernah dipukul orang tua mu
ketika kamu mencuri uangnya?
5 Jika kamu melakukan kesalahan, apakah
orang tua kamu memukul/mencubit.?
6 Apakah orang tua kamu ketika marah langsung
memukul mu?*
7 Apakah kamu pernah mengalami cidera ketika
mengikuti kegiatan belajar olahraga, sehingga
kamu takut untuk mengikuti pembelajarn
tersebut.?
8 Apakah kamu pernah dihukum (dicubit/dipukul)
gurumu ketika kamu tidak mengerjakan tugas ?*
9 Apakah kamu merasa dikucilkan atau dipukul
ketika kamu melakukan keselahan pada
temanmu?*
10 Apakah gurumu pernah melempar penghapus
papan tulis pada temanmu yang asik mengobrol
pada saat jam pembelajaan sehingga
menimbulkan luka?*
11 Apakah kamu pernah dipukul temen mu sehingga
kamu merasa takut ketika berangkat sekolah?
12 Apakah kau pernah jatuh dari tangga
sekolahan?*
13 Apakah kamu merasa takut ketika kamu melihat
guru yang pernah menghukummu?
14 Apakah kamu selalu teringat ketika kamu
diperlakukan kasar pada guru mu?
15 Apakah kamu merasa sakit ketika melihat orang
dipukul dihadapamu dan kamu mengingat
kejadian yang pernah kamu alami?*
V. LEMBAR KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL
No Pertanyaan Alternative jawaban
Sl Sr Kd Tp
1 Saya tau benar dengan perasaan saya
(Marah,sedih, senangmalu).
2 Saya merasa senang jika mendapatkan pujian
dari teman, guru dan keluarga.
3 Saya dapat mengenali emosi orang lain dengan
memperhatikan gerakan tubuhnya.
4 Saya kurang tahu penyebab kekecewan yang
saya rasakan.*
5 Saya mudah marah tanpa sebab yang jelas.*
6 Saya malas bergaul dengan teman yang bukan
satu kelas atau satu geng.*
7 Saya berusaha sabar ketika diejek teman .
8 Ketika menghadapi kemarahan orang lain, saya
bersabar dan tidak membalas kemarahannya.
9 Saya berusaha untuk tidak kecewa walaupun
hasilnya tidak sesuai dengan harapan.
10 Saya sulit menahan diri jika marah.*
11 Saya sulit menerima kritikan atau masukan dari
orang lain.*
12 Saat sedang stress, saya mengalihkan perhatian
dengan melalukan hal-hal yang negative (malas
belajar, malas beribadah, dll) .*
13 Saat saya mengalami kegagalan, saya tidak
mudah putus asa.
14 Saya beranggapan, selalu ada jalan keluar jika
mau berusaha.
15 Saya berusaha lebih baik setelah mendapat
teguran dai orang tua atau teman terhadap sifat
buruk saya.
16 Jika sedang bosan, saya akan meninggalkan
tugas walaupun harus segera diselesaikan.*
17 Saya malas untuk mencoba lagi jika pernah gagal
pada hal yang sama.*
18 Saya memikirkan perasaan orang lain, sebelum
mengungkapkan suatu pendapat.
19 Saya berusaha menolong semampu saya jika
ada teman yang membutuhkan.
20 Saya ikut gembira ketika teman saya
mendapatkan nilai bagus.
21 Saya masih dapat tertawa lepas meski teman
saya sedang bersedih.*
22 Saya tidak merasa iba (kasihan) jika ada teman
yang sedang mempunyai masalah.*
23 Saya mengucapkan permisi ketika lewat didepan
orang banyak.
24 Saya akan tersenyum atau menganggukan
kepala kepada orang lain yang melihat saya atau
menyapa saya.
25 Saya meminta maaf kepada teman ketika salah.
26 Saya mampu beradapatasi denagn lingkungan
baru
27 Saya merasa maalu ketika berbicara didepan
orang banyak.*
28 Saya sulit untuk akrab ketika dengan teman
baru.*
29 Saya sulit memaafkan kesalahan orang lain.*
30 Saya enggan memulai pembicaraan dengan
orang yang baru kenal.*
LAMPIRAN 12

KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. UMUR SISWA/SISWI KELAS VIII

Umur
N Valid 61
Missing 0
Mean 2.26
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .575
Variance .330
Skewness .483
Std. Error of Skewness .306
Kurtosis .557
Std. Error of Kurtosis .604
Range 3
Minimum 1
Maximum 4
Percentiles 25 2.00
50 2.00
75 3.00
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 12 tahun 3 4.9 4.9 4.9
13 tahun 40 65.6 65.6 70.5
14 tahun 17 27.9 27.9 98.4
4 1 1.6 1.6 100.0
Total 61 100.0 100.0
2. JENIS KELAMIN

Jenis Kelamin

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent

Valid Laki-laki 20 32.8 32.8 32.8

Perempuan 41 67.2 67.2 100.0

Total 61 100.0 100.0

Statistics
Jenis Kelamin
N Valid 61
Missing 0
Mean 1.6721
Median 2.0000
Mode 2.00
Std. Deviation .47333
Variance .224
Skewness -.752
Std. Error of .306
Skewness
Kurtosis -1.484
Std. Error of Kurtosis .604
Range 1.00
Minimum 1.00
Maximum 2.00
Percentiles 25 1.0000
50 2.0000
75 2.0000
LAMPIRAN 12

ANALISA UNIVARIAT
1. MOTIVASI
MOTIVASI
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tinggi 42 68.9 68.9 68.9
Rendah 19 31.1 31.1 100.0
Total 61 100.0 100.0

2. TRAUMA FISIK

TRAUMA FISIK

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tinggi 40 65.6 65.6 65.6

Rendah 21 34.4 34.4 100.0


Total 61 100.0 100.0

3. KECERDASAN EMOSIONAL
Kecerdasan Emosional
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tinggi 34 55.7 55.7 55.7
Sedang 27 44.3 44.3 100.0
Total 61 100.0 100.0
LAMPIRAN 14

ANALISA BIVARIAT
MOTIVASI DAN TRAUMA FISIK DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
MOTIVASI * 61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%
KECERDASAN
EMOSIONAL
TRAUMA FISIK * 61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%
KECERDASAN
EMOSIONAL

1. MOTIVASI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL

MOTIVASI * KECERDASAN EMOSIONAL


Crosstab

KECERDASAN EMOSIONAL
Tinggi Sedang Total
MOTIVASI Tinggi Count 29 13 42
Expected Count 22.0 20.0 42.0
% within MOTIVASI 69.0% 31.0% 100.0%
Rendah Count 3 16 19
Expected Count 10.0 9.0 19.0
% within MOTIVASI 15.8% 84.2% 100.0%
Total Count 32 29 61
Expected Count 32.0 29.0 61.0
% within MOTIVASI 52.5% 47.5% 100.0%
Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 14.878a 1 .000
Continuity Correctionb 12.820 1 .000
Likelihood Ratio 15.870 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear 14.635 1 .000
Association
N of Valid Cases 61

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.03.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for MOTIVASI (Tinggi 11.897 2.946 48.049
/ Rendah)
For cohort KECERDASAN 4.373 1.518 12.597
EMOSIONAL = Tinggi
For cohort KECERDASAN .368 .225 .601
EMOSIONAL = Sedang
N of Valid Cases 61
2. TRAUMA FISIK DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL

TRAUMA FISIK * KECERDASAN EMOSIONAL


Crosstab
KECERDASAN
EMOSIONAL
Tinggi Sedang Total
TRAUMA Tinggi Count 4 17 21
FISIK Expected Count 11.0 10.0 21.0
% within TRAUMA 19.0% 81.0% 100.0%
FISIK
Rendah Count 28 12 40
Expected Count 21.0 19.0 40.0
% within TRAUMA 70.0% 30.0% 100.0%
FISIK
Total Count 32 29 61
Expected Count 32.0 29.0 61.0
% within TRAUMA 52.5% 47.5% 100.0%
FISIK

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 14.335a 1 .000
Continuity Correctionb 12.365 1 .000
Likelihood Ratio 15.097 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear 14.100 1 .000
Association
N of Valid Cases 61

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.98.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for TRAUMA FISIK 9.917 2.752 35.740
(Tinggi / Rendah)
For cohort KECERDASAN 3.675 1.487 9.082
EMOSIONAL = Sedang
For cohort KECERDASAN .371 .221 .621
EMOSIONAL = Tinggi
N of Valid Cases 61
LAMPIRAN 15
FREKUENSI JAWABAN KUESIONER MOTIVASI
Motivasi K1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KADANG-KADANG 1 1.6 1.6 1.6
SERING 6 9.8 9.8 11.5
SELALU 54 88.5 88.5 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 5 8.2 8.2 8.2
SERING 5 8.2 8.2 16.4
KADANG-KADANG 18 29.5 29.5 45.9
TIDAK PERNAH 33 54.1 54.1 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 2 3.3 3.3 3.3
KADANG-KADANG 5 8.2 8.2 11.5
SERING 15 24.6 24.6 36.1
SELALU 39 63.9 63.9 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 4 6.6 6.6 6.6
KADANG-KADANG 9 14.8 14.8 21.3
SERING 16 26.2 26.2 47.5
SELALU 32 52.5 52.5 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 3 4.9 4.9 4.9
SERING 10 16.4 16.4 21.3
KADANG-KADANG 11 18.0 18.0 39.3
TIDAK PERNAH 37 60.7 60.7 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 1 1.6 1.6 1.6
KADANG-KADANG 6 9.8 9.8 11.5
SERING 18 29.5 29.5 41.0
SELALU 36 59.0 59.0 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 4 6.6 6.6 6.6
KADANG-KADANG 6 9.8 9.8 16.4
SERING 18 29.5 29.5 45.9
SELALU 33 54.1 54.1 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 5 8.2 8.2 8.2
KADANG-KADANG 10 16.4 16.4 24.6
SERING 21 34.4 34.4 59.0
SELALU 25 41.0 41.0 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KADANG-KADANG 15 24.6 24.6 24.6
SERING 11 18.0 18.0 42.6
SELALU 35 57.4 57.4 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 7 11.5 11.5 11.5
KADANG-KADANG 26 42.6 42.6 54.1
SERING 14 23.0 23.0 77.0
SELALU 14 23.0 23.0 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 2 3.3 3.3 3.3
KADANG-KADANG 12 19.7 19.7 23.0
SERING 13 21.3 21.3 44.3
SELALU 34 55.7 55.7 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SERING 13 21.3 21.3 21.3
KADANG-KADANG 30 49.2 49.2 70.5
TIDAK PERNAH 18 29.5 29.5 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 2 3.3 3.3 3.3
KADANG-KADANG 12 19.7 19.7 23.0
SERING 14 23.0 23.0 45.9
SELALU 33 54.1 54.1 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 3 4.9 4.9 4.9
SERING 10 16.4 16.4 21.3
KADANG-KADANG 23 37.7 37.7 59.0
TIDAK PERNAH 25 41.0 41.0 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KADANG-KADANG 13 21.3 21.3 21.3
SERING 13 21.3 21.3 42.6
SELALU 35 57.4 57.4 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K16
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 6 9.8 9.8 9.8
SERING 14 23.0 23.0 32.8
KADANG-KADANG 16 26.2 26.2 59.0
TIDAK PERNAH 25 41.0 41.0 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K17
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 2 3.3 3.3 3.3
KADANG-KADANG 13 21.3 21.3 24.6
SERING 11 18.0 18.0 42.6
SELALU 35 57.4 57.4 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K18
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 1 1.6 1.6 1.6
KADANG-KADANG 11 18.0 18.0 19.7
SERING 19 31.1 31.1 50.8
SELALU 30 49.2 49.2 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K19
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 1 1.6 1.6 1.6
KADANG-KADANG 9 14.8 14.8 16.4
SERING 14 23.0 23.0 39.3
SELALU 37 60.7 60.7 100.0
Total 61 100.0 100.0

Motivasi K20
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 22 36.1 36.1 36.1
KADANG-KADANG 12 19.7 19.7 55.7
SERING 12 19.7 19.7 75.4
SELALU 15 24.6 24.6 100.0
Total 61 100.0 100.0
LAMPIRAN 16
FREKUENSI JAWABAN KUESIONER TRAUMA FISIK
Trauma fisik K1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 6 9.8 9.8 9.8
SERING 11 18.0 18.0 27.9
KADANG-KADANG 13 21.3 21.3 49.2
TIDAK PERNAH 31 50.8 50.8 100.0
Total 61 100.0 100.0

trauma fisik K2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 6 9.8 9.8 9.8
SERING 13 21.3 21.3 31.1
KADANG-KADANG 8 13.1 13.1 44.3
TIDAK PERNAH 34 55.7 55.7 100.0
Total 61 100.0 100.0

trauma fisik K3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 5 8.2 8.2 8.2
SERING 9 14.8 14.8 23.0
KADANG-KADANG 4 6.6 6.6 29.5
TIDAK PERNAH 43 70.5 70.5 100.0
Total 61 100.0 100.0

trauma fisik K4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 4 6.6 6.6 6.6
SERING 6 9.8 9.8 16.4
KADANG-KADANG 11 18.0 18.0 34.4
TIDAK PERNAH 40 65.6 65.6 100.0
Total 61 100.0 100.0

trauma fisik K5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 7 11.5 11.5 11.5
SERING 15 24.6 24.6 36.1
KADANG-KADANG 18 29.5 29.5 65.6
TIDAK PERNAH 21 34.4 34.4 100.0
Total 61 100.0 100.0

trauma fisik K6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 9 14.8 14.8 14.8
SERING 9 14.8 14.8 29.5
KADANG-KADANG 13 21.3 21.3 50.8
TIDAK PERNAH 30 49.2 49.2 100.0
Total 61 100.0 100.0

trauma fisik K7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 6 9.8 9.8 9.8
SERING 10 16.4 16.4 26.2
KADANG-KADANG 12 19.7 19.7 45.9
TIDAK PERNAH 33 54.1 54.1 100.0
Total 61 100.0 100.0

trauma fisik K8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 7 11.5 11.5 11.5
SERING 11 18.0 18.0 29.5
KADANG-KADANG 10 16.4 16.4 45.9
TIDAK PERNAH 33 54.1 54.1 100.0
Total 61 100.0 100.0

trauma fisik K9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 4 6.6 6.6 6.6
SERING 13 21.3 21.3 27.9
KADANG-KADANG 14 23.0 23.0 50.8
TIDAK PERNAH 30 49.2 49.2 100.0
Total 61 100.0 100.0

trauma fisik K10


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 8 13.1 13.1 13.1
SERING 14 23.0 23.0 36.1
KADANG-KADANG 12 19.7 19.7 55.7
TIDAK PERNAH 27 44.3 44.3 100.0
Total 61 100.0 100.0

trauma fisik K11


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 4 6.6 6.6 6.6
SERING 11 18.0 18.0 24.6
KADANG-KADANG 4 6.6 6.6 31.1
TIDAK PERNAH 42 68.9 68.9 100.0
Total 61 100.0 100.0

trauma fsik K12


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 3 4.9 4.9 4.9
SERING 13 21.3 21.3 26.2
KADANG-KADANG 13 21.3 21.3 47.5
TIDAK PERNAH 32 52.5 52.5 100.0
Total 61 100.0 100.0

trauma fisik K13


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 11 18.0 18.0 18.0
SERING 12 19.7 19.7 37.7
KADANG-KADANG 16 26.2 26.2 63.9
TIDAK PERNAH 22 36.1 36.1 100.0
Total 61 100.0 100.0

trauma fisik K14


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 16 26.2 26.2 26.2
SERING 16 26.2 26.2 52.5
KADANG-KADANG 13 21.3 21.3 73.8
TIDAK PERNAH 16 26.2 26.2 100.0
Total 61 100.0 100.0

trauma fisik K15


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 16 26.2 26.2 26.2
SERING 15 24.6 24.6 50.8
KADANG-KADANG 14 23.0 23.0 73.8
TIDAK PERNAH 16 26.2 26.2 100.0
Total 61 100.0 100.0

LAMPIRAN 17
FREKUENSI JAWABAN KECERDASAN EMOSIONAL
EQ K1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 2 3.3 3.3 3.3
KADANG-KADANG 6 9.8 9.8 13.1
SERING 8 13.1 13.1 26.2
SELALU 45 73.8 73.8 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 2 3.3 3.3 3.3
KADANG-KADANG 13 21.3 21.3 24.6
SERING 13 21.3 21.3 45.9
SELALU 33 54.1 54.1 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 3 4.9 4.9 4.9
KADANG-KADANG 27 44.3 44.3 49.2
SERING 20 32.8 32.8 82.0
SELALU 11 18.0 18.0 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 12 19.7 19.7 19.7
SERING 19 31.1 31.1 50.8
KADANG-KADANG 18 29.5 29.5 80.3
TIDAK PERNAH 12 19.7 19.7 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 12 19.7 19.7 19.7
SERING 15 24.6 24.6 44.3
KADANG-KADANG 18 29.5 29.5 73.8
TIDAK PERNAH 16 26.2 26.2 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 11 18.0 18.0 18.0
SERING 5 8.2 8.2 26.2
KADANG-KADANG 19 31.1 31.1 57.4
TIDAK PERNAH 26 42.6 42.6 100.0
Total 61 100.0 100.0
EQ K7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 3 4.9 4.9 4.9
KADANG-KADANG 14 23.0 23.0 27.9
SERING 20 32.8 32.8 60.7
SELALU 24 39.3 39.3 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 4 6.6 6.6 6.6
KADANG-KADANG 24 39.3 39.3 45.9
SERING 13 21.3 21.3 67.2
SELALU 20 32.8 32.8 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 2 3.3 3.3 3.3
KADANG-KADANG 14 23.0 23.0 26.2
SERING 20 32.8 32.8 59.0
SELALU 25 41.0 41.0 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 13 21.3 21.3 21.3
SERING 14 23.0 23.0 44.3
KADANG-KADANG 22 36.1 36.1 80.3
TIDAK PERNAH 12 19.7 19.7 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 3 4.9 4.9 4.9
SERING 12 19.7 19.7 24.6
KADANG-KADANG 27 44.3 44.3 68.9
TIDAK PERNAH 19 31.1 31.1 100.0
Total 61 100.0 100.0
EQ K12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 3 4.9 4.9 4.9
SERING 6 9.8 9.8 14.8
KADANG-KADANG 17 27.9 27.9 42.6
TIDAK PERNAH 35 57.4 57.4 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KADANG-KADANG 14 23.0 23.0 23.0
SERING 21 34.4 34.4 57.4
SELALU 26 42.6 42.6 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 1 1.6 1.6 1.6
KADANG-KADANG 7 11.5 11.5 13.1
SERING 15 24.6 24.6 37.7
SELALU 38 62.3 62.3 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KADANG-KADANG 7 11.5 11.5 11.5
SERING 18 29.5 29.5 41.0
SELALU 36 59.0 59.0 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K16
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 1 1.6 1.6 1.6
SERING 12 19.7 19.7 21.3
KADANG-KADANG 31 50.8 50.8 72.1
TIDAK PERNAH 17 27.9 27.9 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K17
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 1 1.6 1.6 1.6
SERING 8 13.1 13.1 14.8
KADANG-KADANG 26 42.6 42.6 57.4
TIDAK PERNAH 26 42.6 42.6 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K18
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 1 1.6 1.6 1.6
KADANG-KADANG 6 9.8 9.8 11.5
SERING 22 36.1 36.1 47.5
SELALU 32 52.5 52.5 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K19
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 1 1.6 1.6 1.6
KADANG-KADANG 5 8.2 8.2 9.8
SERING 24 39.3 39.3 49.2
SELALU 31 50.8 50.8 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K20
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 4 6.6 6.6 6.6
KADANG-KADANG 21 34.4 34.4 41.0
SERING 12 19.7 19.7 60.7
SELALU 24 39.3 39.3 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K21
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 2 3.3 3.3 3.3
SERING 4 6.6 6.6 9.8
KADANG-KADANG 20 32.8 32.8 42.6
TIDAK PERNAH 35 57.4 57.4 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K22
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 2 3.3 3.3 3.3
SERING 2 3.3 3.3 6.6
KADANG-KADANG 11 18.0 18.0 24.6
TIDAK PERNAH 46 75.4 75.4 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K23
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 1 1.6 1.6 1.6
KADANG-KADANG 6 9.8 9.8 11.5
SERING 11 18.0 18.0 29.5
SELALU 43 70.5 70.5 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K24
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 1 1.6 1.6 1.6
KADANG-KADANG 2 3.3 3.3 4.9
SERING 13 21.3 21.3 26.2
SELALU 45 73.8 73.8 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K25
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 1 1.6 1.6 1.6
KADANG-KADANG 3 4.9 4.9 6.6
SERING 14 23.0 23.0 29.5
SELALU 43 70.5 70.5 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K26
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PERNAH 3 4.9 4.9 4.9
KADANG-KADANG 24 39.3 39.3 44.3
SERING 21 34.4 34.4 78.7
SELALU 13 21.3 21.3 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K27
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 19 31.1 31.1 31.1
SERING 22 36.1 36.1 67.2
KADANG-KADANG 14 23.0 23.0 90.2
TIDAK PERNAH 6 9.8 9.8 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K28
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 7 11.5 11.5 11.5
SERING 19 31.1 31.1 42.6
KADANG-KADANG 21 34.4 34.4 77.0
TIDAK PERNAH 14 23.0 23.0 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K29
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 6 9.8 9.8 9.8
SERING 10 16.4 16.4 26.2
KADANG-KADANG 21 34.4 34.4 60.7
TIDAK PERNAH 24 39.3 39.3 100.0
Total 61 100.0 100.0

EQ K30
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SELALU 12 19.7 19.7 19.7
SERING 16 26.2 26.2 45.9
KADANG-KADANG 27 44.3 44.3 90.2
TIDAK PERNAH 6 9.8 9.8 100.0
Total 61 100.0 100.0
LAMPIRAN 20
JADWAL PENELITIAN

Tahun 2020 - 2021


NO Jenis kegiatan
September Oktober November Desember januari Februari Maret April - Mei
2020 2020 2020 2020 2021 2020 2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Menyusun
proposal
3 Ujian proposal
4 Penelitian
5 Penyusunan hasil
penelitian
6 Ujian hasil
penelitian

Anda mungkin juga menyukai