Anda di halaman 1dari 101

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENARCHE

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA SANTRIWATI


KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN TAMIRUL
ISLAM SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka


Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :

SITI KHOIRIYAH
2011.1381

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU


MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Penelitian dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menarche Terhadap


Tingkat Kecemasan Pada Santriwati Kelas 1 KMI Pondok Pesantren Tamirul Islam
Surakarta telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan
Tim Penguji Program Studi DIII Keperawatan STIKES
PKU Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh :

SITI KHOIRIYAH
NIM. 2011.1381

pada :

Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Weni Hastuti, S.Kep.M.Kes. Ida Resminawati, S.Kep.Ns.


NIDN. 0618047704 NIDN. -

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENARCHE


TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA SANTRIWATI
KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN TAMIRUL
ISLAM SURAKARTA

Disusun Oleh :

SITI KHOIRIYAH
NIM. 2011.1381

Penelitian ini telah diseminarkan dan diujikan


pada tanggal : Juli 2014

Susunan Tim Penguji :

Penguji I Penguji II Penguji III

Sugihartiningsih, A.M.Kes. Nabhani, S.Pd,S.Kep.,M.Kes. Weni Hastuti, S.Kep.M.Kes.


NIDN. 0601027102 NIDN. 0614055901 NIDN. 0618047704

Mengetahui,
Ketua Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta

Weni Hastuti, S.Kep.M.Kes.


NIDN. 0618047704

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul :

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENARCHE


TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA SANTRIWATI
KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN TAMIRUL
ISLAM SURAKARTA

dibuat untuk melengkapi Tugas Akhir Diploma Keperawatan STIKES PKU


Muhammadiyah Surakarta. Tugas Akhir ini merupakan Karya Tulis Ilmiah saya
sendiri (ASLI), dan dalam tugas akhir tidak terdapat karya yang pernah di ajukan
oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu
Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah dipublikasikan dan atau ditulis dan diterbitkan oleh orang lain
maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi manapun, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Surakarta, Juli 2014

SITI KHOIRIYAH
NIM. 2011.1381

iv
MOTTO

Manjada Wajada
Barang siapa yang bersungguh sungguh maka dapatlah ia
(Penulis)

Tidak ada perjuangan ini kecuali harus disertai dengan pengorbanan, sungguh itu
memiliki balasan yang agung dan pahala yang indah
(Hasan Al-Banna)

Hai orang-orang yang beriman , Jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai


penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar
(Al-Baqarah: 153)

Always be yourself and never be anyone else even if they look better than you
(Penulis)

v
PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur dan


penuh cinta atas kehadirat Allah SWT,
karya sederhanaku ini ku persembahkan
pada:

1. Ibu dan Ayah tercinta. Terima kasih atas


motivasi baik spiritual maupun material
sehingga studi ini dapat selesai dengan
lancar.
2. Kakak-kakakku yang selalu
memberikanku semangat dan dukungan
hingga aku dapat menyelesaikan studi
ini.
3. Kelurga besarku yang telah memberikan
semangat, dukungan hingga aku bisa
meraih apa yang aku inginkan.
4. Seseorang yang selalu mewarnai hari-
hariku.
5. Sahabat-sahabatku yang selalu
memberikanku semangat dalam suka
maupun duka: Sari, Maya, Era, Novy, Ika,
Nana, Estik, Sinta, Vanda, serta teman-
temanku DIII Keperawatan angkatan
2010 STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta terima kasih banyak.
6. Almamaterku STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta.

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, innayah dan hidayahNya. Dialah yang sesungguhnya Maha
Pemberi Petunjuk, yang memberi kekuatan, ketabahan, dan kemudahan dalam
berfikir untuk menyelesaikan proposal penelitian ini. Sholawat dan salam senantiasa
terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, seluruh keluarga, para sahabat, dan
segenap pengikutnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini mengambil judul Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Tentang Menarche Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Santriwati Kelas 1
KMI Pondok Pesantren Tamurul Islam Surakarta .
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini mengalami
banyak kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta
bimbingan dari berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan tersebut dapat
teratasi. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis
menyampaikan terima kasih segala bantuan yang telah diberikan dan mohon maaf
atas segala kekhilafan kepada :
1. Weni Hastuti, S.Kep,.M.Kes., selaku Ketua STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta dan selaku dosen pembimbing I, dengan sabar dan bijaksana membantu
dan menyumbangkan ide-idenya dalam mengoreksi, merevisi serta melengkapi
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
2. Cemy Nur Fitria, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Progam Studi DIII
Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.
3. Ida Resminawati, S.Kep.Ns., selaku dosen pembimbing II, dengan sabar dan
bijaksana membantu dan menyumbangkan ide-idenya dalam mengoreksi,
merevisi serta melengkapi dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4. Bapak Sunardi Sudjani, S.TH.I, M.Pd.I., Selaku direktur putri Pondok Pesantren
Tamirul Islam Surakarta yang telah memberikan izin dan mendukung dalam
penelitian ini.

vii
5. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa membimbing dan mendoakan
keberhasilanku dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Teman-teman seperjuangan, terima kasih untuk semuanya atas semangat dan
kekompakannya selama ini, baik suka maupun duka..
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan
waktu yang saya miliki, masih banyak kekurangan dalam penuliasan penelitian ini.
Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
terkait, kalangan akademis dan masyarakat yang berminat terhadap ilmu
keperawatan.

Surakarta, Juli 2014

Penulis

viii
ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENARCHE TERHADAP


TINGKAT KECEMASAN PADA SANTRIWATI KELAS 1 KMI
PONDOK PESANTREN TAMIRUL ISLAM SURAKARTA

Siti Khoiriyah1, Ida Resminawati2, Weni Hastuti3

Latar Belakang: Menarche adalah peristiwa menstruasi pertama kali sebagai tanda
permulaan pubertas pada remajaa putri. Datangnya menarche justru membuat
sebagian remaja cemas dan menganggap bahwa darah haid adalah suatu penyakit
sehingga dapat menganggu proses belajar. Berdasarkan studi pendahuluan pada
10 santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren Tamirul Islam Surakarta didapatkan 6
santriwati (60%) tidak tahu tentang menarche dan merasa cemas menghadapi
menarche. 4 santriwati (40%) sudah tahu tentang menarche dan tidak mengalami
kecemasan karena sudah mengalami menstruasi.
Tujuan: Mengidentifikasi tingkat kecemasan sebelum dan setelah pendidikan
kesehatan tentang menarche dan mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan
tentang menarche terhadap tingkat kecemasan pada santriwati kelas 1 KMI Pondok
Pesantren Tamirul Islam Surakarta
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan
rancangan one group pretest-posttest design. Populasi Penelitian adalah seluruh
santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren Tamirul Islam Surakart. Tekhnik sampling
yang digunakan adalah Purposive Sampling. Jumlah sampel 40 responden.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner, sedangkan intervensi yang diberikan
berupa pendidikan kesehatan tentang menarche. Teknik analisis data
menggunakan uji t-test.
Hasil Penelitian: Tingkat kecemasan santriwati sebelum diberikan pendidikan
kesehatan tentang menarche mayoritas mengalami cemas berat sebesar
(77,50%).Sedangkan Tingkat kecemasan santriwati setelah diberikan pendidikan
kesehatan tentang menarche mayoritas mengalami ringan sebesar (60%). Hasil uji
t-test menunjukkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang menarche
terhadap tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan (thitung =
19,628 > ttabe = 2,023; value =0,000 < = 0,05.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh yang segnifikan antara pendidikan kesehatan
tentang menarche terhadap tingkat kecemasan santriwati kelas 1 KMI Pondok
Pesantren Tamirul Islam Surakarta.

Kata Kunci: Pendidikan, Menarche, Kecemasan

1. Mahasiswa Program D III Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta


2. Dosen Pengampu D III Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta
3. Dosen Pengampu D III Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta

ix
ABSTRACT

THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION ON THE ANXIETY LEVEL OF


MENARCHE IN FAMALE STUDENTS OF CLASS 1 KMI SURAKARTA
ISLAMIC BOARDIN SCHOOL TAMIRUL

Siti Khoiriyah1, Ida Resminawati2, Weni Hastuti3

Background: Menarche is the first menstrual event as marking the beginning of


puberty in young girls. The coming of menarche it makes some teenagers anxious
and assume that the menstrual blood is a disease that can disrupt the learning
process. Based on a preliminary study 10 famale students of class 1 KMI Surakarta
Islamic boarding school Tamirul obtained 6 famale students do not know about
menarche and feel anxious face menarche. 4 famale students already know about
menarche and menstruation anxiety because it.
Objective: To identify the level of anxiety before and after the health education
about menarche and identify the effect of health education on the anxiety level of
menarche on female students of class 1 KMI Ta'mirul Surakarta Islamic Boarding
School
Methods: This study is a design experiment with one group pretest-posttest design.
The study population is the entire female students of class 1 KMI Surakarta Islamic
Boarding School Ta'mirul many as 122 female students. The sampling technique
used was purposive sampling. Number of samples 40 respondents. Collecting data
using a questionnaire, while the intervention is given in the form of health education
about menarche. Analysis using t-test.
Results: The level of anxiety before the female students are given health education
about menarche severe anxiety experienced by the majority (77.50%). While female
students after a given level of anxiety about health education at menarche majority
experienced mild (60%). T-test results show there are significant health education
about menarche on the anxiety level before and after health education (t count =
19.628> t table = 2,023; p-value = 0.000< = 0,025).
Conclusion: There significance influence of menarche between health education to
female students of grade 1 level of anxiety KMI Ta'mirul Surakarta Islamic Boarding
School.

Keywords: Education, menarche, Anxiety

1. The Student Nursing Program D III PKU Muhammadiyah Surakarta


2. Lecturers Nursing Diploma PKU Muhammadiyah Surakarta
3. Lecturers Nursing Diploma PKU Muhammadiyah Surakarta

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian ................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori.................................................................... .......... 9
1. Pendidikan Kesehatan ........................................................ 9
2. Menarche ........................................................................... 12
3. Kecemasan ......................................................................... 19
B. Kerangka Teori ......................................................................... 24
C. Kerangka Konsep ..................................................................... 25

xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...................................................................... 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 26
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling .................................. 26
D. Variabel Penelitian .................................................................. 28
E. Definisi Operasional ................................................................. 29
F. Instrumen Penelitian ................................................................. 29
G. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ............................. 30
H. Jalannya Penelitian ................................................................... 33
I. Etika Penelitian......................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 38
B. Hasil Analisa Data .................................................................... 40
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...................... 40
2. Analisa Univariat............................................................... 41
3. Analisa Prasyarat ............................................................... 43
4. Analisa Bivariat ................................................................. 44
C. Pembahasan .............................................................................. 45
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 48
BAB PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 49
B. Saran ......................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Teori .......................................................................... 24
Gambar 2.2. Kerangka Konsep ...................................................................... 25
Gambar 4.1. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Umur Santriwati ........................................................................ 41
Gambar 4.2. Diagram Batang Tingkat Kecemasan Santriwati Sebelum
Diberi Pendidikan Kesehatan Tentang Menarche ..................... 42
Gambar 4.3. Diagram Batang Tingkat Kecemasan Santriwati Sesudah
Diberi Pendidikan Kesehatan Tentang Menarche ..................... 43

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional ...................................................................... 29
Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Kecemasan........................................ 30
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Santriwati ...................... 40
Tabel 4.2. Tingkat Kecemasan Santriwati Sebelum Diberi Pendidikan
Kesehatan Tentang Menarche ........................................................ 41
Tabel 4.3. Tingkat Kecemasan Santriwati Sesudah Diberi Pendidikan
Kesehatan Tentang Menarche ........................................................ 42
Tabel 4.4. Hasil Analisa Prasyarat dengan Shapiro-Wilk ............................... 44
Tabel 4.5. Hasil Analisa Bivariat dengan Paired Sample t-test ...................... 44

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3. Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4. Instrumen Penelitian
Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 6. Leaflet
Lampiran 7. Analisa Data
Lampiran 8. Hasil Analisa Data
Lampiran 9. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 11. Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 12. Surat Keterangan Penyelesaian Penelitian
Lampiran 13. Lembar Konsultasi
Lampiran 14. Dokumentasi

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Amerika serikat, sekitar 95% wanita remaja mempunyai tanda-tanda

pubertas dengan menarche pada umur 12 tahun dan umur rata-rata 12,5 tahun

yang diiringi dengan pertumbuhan fisik saat menarche. Di Maharashtra, India

rata-rata usia menarche pada anak perempuan adalah 12,5 tahun. 24,92% dini

(10-11 tahun), 64,77% menarche ideal (12-13 tahun) dan 10,30% menarche

terlambat (14-15) (Lestari, 2011).

Di Indonesia usia seorang anak perempuan mulai mendapat menarche

sangat bervariasi, terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapat

menstruasi pada usia lebih muda. Ada yang memulai pada usia 8 tahun, tetapi

terdapat juga anak pada usia 16 tahun baru memulai siklusya. Akan tetapi rata-

rata anak Indonesia mendapatkan menstruasi pertamanya pada usia 12 tahun

(Proverawati dan Misaroh, 2009)

Menarche merupakan merupakan menstruasi yang pertama kali dialami

kaum perempuan. Menarche merupakan tanda awal dimulainya kehidupan baru

sebagai remaja dalam masa pubertas. Menstruasi adalah perdarahan periodik dan

siklik dari uterus disertai pengelupasan (deskuamasi) endometrium. Menarche

merupakan suatu tanda awal adanya perubahan lain seperti perubahan payudara,

pertumbuhan rambut daerah pubis dan aksila, serta distribusi lemak pada daerah

1
2

pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa tabu untuk membicarakan

tentang masalah menstruasi dalam keluarga, sehingga remaja awal kurang

memiliki pengetahuan dan sikap yang cukup baik tentang perubahan-perubahan

fisik dan psikologis terkait menarche. Kesiapan mental sangat diperlukan

sebelum menarche karena perasaan cemas dan takut akan muncul, selain itu juga

kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri yang diperlukan saat menstruasi

(Proverawati dan Misaroh, 2009).

Kecemasan merupakan respon individu pada suatu keadaan yang tidak

menyenangkan dan dialami semua makhlik hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat

diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek

yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi untuk

mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara

keseimbangan hidup (Suliswati, dkk, 2004).

Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan

seorang wanita yang mengalami menstruasi untuk pertama kali (menarche).

Menstruasi pertama atau menarche adalah hal yang wajar yang pasti dialami oleh

setiap wanita normal dan tidak perlu digelisahkan. Namun hal ini akan semakin

parah apabila pengetahuan remaja mengenai menstruasi ini sangat kurang dan

pendidikan dari orang tua yang kurang. Adanya anggapan orang tua yang salah

bahwa hal ini merupakan hal yang tabu untuk diperbincangkan dan menganggap

bahwa anak akan tahu dengan sendirinya, menambah rumit permasalahan. Peran

perawat sebagai pendidik dalam menanggapi masalah tersebut dapat diwujudkan


3

dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang

tentang menarche dan menstruasi kepada remaja (Proverawati dan Misaroh,

2009).

Masa remaja atau masa pubertas adalah masa transisi atau peralihan dari

masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan

aspek fisik, psikis, dan psikososial. Peristiwa penting pada masa pubertasa ini

adalah gejala menstruasi atau haid pada pertama kali (Menarche), yang menjadi

pertanda kematangan seksual. Jika peristiwa ini tidak disertai dengan informasi

yang benar, maka dapat menimbulkan kecemasan dan bermacam-macam

perubahan psikis (Agoes Dariyo, 2004)

Berdasarkan studi pendahuluan dengan tehnik wawancara yang dilakukan

kepada 10 orang santriwati yang berumur 12-14 tahun kelas 1 KMI Pondok

Pesantren Tamirul Islam Surakarta dengan memberikan pertanyaan tentang

menarche dan menstruasi didapatkan 6 santriwati atau 60% tidak tahu tentang

menarche dan merasa cemas menghadapi menarche untuk 4 santriwati atau 40%

sudah tau tahu tentang menarche. 4 santriwati atau yang sudah tahu tentang

menarche sudah mengalami menstruasi yang sebelumnya dari keluarganya yaitu

ibunya telah memberi penjelasan.

Berdasarkan hasil study pendahuluan diatas, maka peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang

Menarche Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Santriwati Kelas 1 KMI Pondok

Pesantren Tamirul Islam Surakarta.


4

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah: Adakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang menarche terhadap

tingkat kecemasan pada santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren Tamirul Islam

Surakarta.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang menarche

terhadap tingkat kecemasan pada santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren

Tamirul Islam Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat kecemasan sebelum diberi pendidikan kesehatan

tentang menarche pada santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren

Tamirul Islam Surakarta.

b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan sesudah diberi pendidikan kesehatan

tentang menarche pada santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren

Tamirul Islam Surakarta.

c. Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan dan kecemasan dalam

menghadapi menarche sebelum dan sesudah duberi pendidikan kesehatan

santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren Tamirul Islam Surakarta.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah tentang

menarche dan menstruasi. Dan selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini

dapat menjadi informasi dasar untuk melakukan penelitian tentang pengaruh

pendidikan kesehatan tentang menarche terhadap tingkat kecemasan.

2. Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dan

dapat bermanfaat sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan guna

meningkatkan mutu pendidikan selanjutnya.

3. Bagi Responden

Bagi santriwati sendiri hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai masukan untuk menurunkan tingkat kecemasan menghadapi

menarche santriwati kelas 1 KMI di Pondok Pesantren Tamirul Islam

Surakarta

4. Bagi Profesi

Bagi perawat hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

yang berkaitan dengan psikologis atau kejiwaan usia remaja menjelang

datangnya menarche.
6

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini adalah:

1. Sriyanto, Eko (2013) Gambaran Tingkat Kecemasan Remaja Putri dalam

Menghadapi Menarche di SMPN 1 Selo Kelurahan Gebyok Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali Penelitian ini dengan menggunakan desain penelitian

survei descriptive, menggunakan analisa univariate, dan Tehnik sampling

menggunakan total sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 50 responden

remaja putri yang belum pernah mengalami menstruasi. Hasil penelitian dan

pembahasan didapatkan bahwa remaja putri yang belum pernah mengalami

menstruasi, setelah diteliti ternyata mengalami kecemasan berupa; cemas

berat 16%, cemas sedang 18% dan cemas ringan 28%.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang

kecemasan remaja menghadapi menarche. Sama-sama mengunakan total

sampling. Perbedaan terletak pada variabel, desain penelitian dan tempat

penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Selo Kelurahan Gebyok

Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, Sedangkan penelitian peneliti

dilakukan di Pondok Pesantren Tamirul Islam Surakarta. Variabel yang

digunakan pada penelitian ini yaitu, variabel terikat: tingkat kecemasa dalam

menghadapi menarche, sedangkan variabel yang digunakan pada penelitian

peneliti terdiri dari variabel bebas: pendidikan kesehatan, variabel terikat:

tingkat kecemasan dalam menghadapi menarche. Desain penelitian ini

menggunakan desain survey descriptive, sedangkan desain yang digunakan


7

pada penelitian peneliti menggunakan desain kuantitatif dengan jenin quasi

experimental.

2. Setyawati, Iin (2013) Hubungan Antara Kesiapan dengan Kecemasan

Menghadapi Menarche pada Siswi Kelas V1 di Madrasah Ibtidaiyah Negri

Sroyo Jaten Karanganyar penelitian ini dengan menggunakan desain

penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dan tehnik

sampling menggunakan Simple Random Sampling. Populasi dalam penelitian

ini adalah siswi kelas V1 sebanyak 46 orang dan sampel 31 responden. Hasil

penelitian dan pembahasan didapatkan Ada hubungan signifikan antara

kesiapan dan kecemasan menghadapi menarche pada siswi kelas V1

Madrasah Ibtidaiyah Negri Sroyo Jaten Karanganyar.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang

kecemasan menghadapi menarche. Perbedaan terletak pada Variabel, desain

penelitian, tekhnik sampling dan tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan di

Madrasah Ibtidaiyah Negri Sroyo Jaten Karanganyar, sedankan penelitian

peneliti dilakukan di Pondok Pesantren Tamirul Islam Surakarta. Variabel

yang digunakan pada penelitian ini yaitu, variabel bebas: kesiapan

menghadapi menarche, variabel terikat: tingkat kecemasan dalam

menghadapi menarche. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah

menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross

sectional, sedangkan desain yang digunakan pada penelitian peneliti

menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan jenis quasi

experimental.Tekhnik sampling pada penelitin ini menggunakan Simple


8

Random Sampling. Sedangkan tekhnik sampling yang digunakan peneliti

adalah Total sampling.

3. Rifyanti, Endang (2013) Gambaran Tingkat Kecemasan Siswi Kelas V11

Dalam Menghadapi Menarche Penelitian ini dengan menggunakan desain

penelitian Deskriptif Kuantitatif dan tehnik sampling menggunakan Total

Sampling. Sampel yang digunaan adalah sebanyak 40 siswa yang belum

pernah mengalami menstuasi. Hasil penelitian ini didapatkan tingkat

kecemasan ringan ringan sebanyal 8 responden (22,9), tingkat kecemasan

sedang sebanyak 17 responden (48,6%), cemas berat sebanyak 10 responden

(28,5%).

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang

kecemasan remaja menghadapi menarche dan sama-sama menggunakan

tekhnik Total Sampling. Perbedaan terletak pada variabel, desain penelitian

dan tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMP Warga Surakarta.

Sedangkan penelitian peneliti dilakukan di Pondok Pesantren Tamirul Islam

Surakarta. Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu, variabel terikat:

tingkat kecemasa dalam menghadapi menarche, sedangkan variabel yang

digunakan pada penelitian peneliti terdiri dari variabel bebas: pendidikan

kesehatan, variabel terikat: tingkat kecemasan dalam menghadapi menarche.

Desain penelitian menggunakan desain Deskriptif Kuantitatif, Sedangkan

desain yang digunakan pada penelitian peneliti adalah kuantitatif dengan jenis

quasi experimental.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku dalam diri

manusia yang diperoleh dari berbagai pengalaman belajar yang

mendorong dan memungkinkan seseorang, kelompok atau masyarakat

mencapai hidup sehat (Hadi Siswanto, 2010).

Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut

masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan

tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut

diharapkan dapat mempengaruhi terhadap perilakunya. Dengan kata lain,

dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap

perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2012).

b. Tujuan

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu:

1) Menetapkan masalah dari kebutuhan mereka sendiri

2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya,

dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan

dukungan dari luar.

9
10

3) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan

taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.

c. Metode

Metode penyampaian pesan dalam pendidikan kesehatan

merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tujuan secara optimal.

Oleh karena itu dalam pemberian pendidikan kesehatan perlu dipilih

metode yang tepat.

Menurut Notoatmodjo (2012) metode tersebut sebagai berikut :

1) Individu

Digunakan untuk membina perilaku baru, pendekatannya antara lain:

a) Bimbingan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas

kesehatan lebih intensif, sehingga akan memungkinkan petugas

dapat menggali masalah klien lebih dalam. Dengan demikian akan

dapat membantu menyelesaikan masalahnya dan akhirnya klien

dengan suka rela berdasarkan kesadaran, dan pengertian menerima

perilaku baru (mengubah perilaku).

b) Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien

untuk menggali informasi mengapa klien belum bisa menerima

perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk

mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi


11

itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila

belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2) Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat

besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari

sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan

kelompok yang kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula

pada besarnya sasaran pendidikan.

a) Kelompok besar (lebih dari 15 orang)

Metode yang tepat untuk penyuluhan kelompok ini adalah

ceramah dan seminar.

b) Kelompok kecil

Diskusi kelompok, curah pendapat, memainkan peran dan

simulasi

3) Massa (publik)

d. Visi dan Misi Pendidikan Kesehatan

Visi dan misi pendidikan kesehatan secara umum dapat

dirumuskan menjadi 3 butir yaitu:

1) Advokat (Advocate)

Advokat berarti melakukan upaya-upaya agar para pembuat

keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini

bahwa progam kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui

kebijakan-kebijakan atau keputusan politik.


12

2) Menjembatani (Mediate)

Dalam melaksanakan progam-progam kesehatan perlu

kerjasama dengan progam lain atau lingkungan kesehatan, maupun

sektor lain yang terkait. Oleh sebab itu, dalam mewujudkan kerjasama

atau kemitraan ini, peran pendidikan kesehatan diperlukan.

3) Memampukan (Enable)

Hal ini berarti masyarakat diberikan ketrampilan atau

kemampuan agar mereka mandiri dibidang kesehatan termasuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Dengan ekonomi

keluarga yang meningkat, maka kemampuan dalam memelihara dan

peningkatan kesehatan keluarga meningkat (Notoatmodjo, 2012).

2. Menarche

a. Pengertian

Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada

rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa

pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Definisi menarche menurut

Hinchliff (1999) adalah periode menstruasi yang pertama terjadi pada

masa pubertas seorang wanita. Sedangkan menurut Pearche (1999)

menarche diartikan sebagai permulaan menstruasi pada seorang gadis

pada masa pubertas, yang biasanya muncul pada usia 11 sampai 14 tahun

(Proverawati dan Misaroh, 2009).


13

Kematangan seksual remaja ditandai dengan keluarnya air mani

pertama pada malam hari (wet-dream) pada laki-laki. Istilah lain untuk

menyatakan keluarnya air mani pada ejakulasi pertama, disebut

spermarche, sedangkan pada remaja wanita mengalami menstruasi

pertama yaitu yang disebut dengan istilah menarche (Agus Dariyo, 2004).

Menarche merupakan pertanda adanya perubahan status sosial

anak-anak kedewasa. Pada studi antar budaya menarche mempunyai

variasi makna termasuk rasa tanggung jawab, kebebasan dan harapan

untuk mulai bereproduksi. Menarche merupakan suatu tanda yang penting

pada wanita yang menunjukkan adanya produksi hormone yang normal

yang dibuat oleh hipotalamus dan kemudian diteruskan pada ovarium dan

uterus. Selama 2 tahun hormon-hormon ini akan merangsang

pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder seperti pertumbuhan payudara,

perubahan kulit, perubahan siklus, pertumbuhan rambut pubis dan ketiak

serta bentuk tubuh menjadi bentuk tubuh yang ideal.

b. Perubahan Saat Menarche

Saat terjadi menarche wanita cenderung merasa binggung, gelisah,

dan perasaan tidak nyaman. Ini merupakan hal yang wajar yang

diharapkan oleh setiap wanita yang normal, namun hal ini akan semakin

parah apabila pengetahuan remaja tentang menstruasi sangat kurang.

Gejala lain yang dirasakan adalah adanya perubahan emosional seperti

perasaan suntuk, marah, dan sedih yang disebabkan oleh adanya

pelepasan beberapa hormon.


14

Gejala lain yang dirasakan yaitu sakit kepala, pegal-pegal dikaki

dan dipinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit perut.

Kemudian wanita juga mengalami Thelarche (perkembangan payudara),

terjadi paling awal pada usia kurang dari 10 tahun. Hal ini disebabkan

oleh sekresi hormon estrogen yang mendorong terjadinya penimbunan

lemak dijaringan payudara. Wanita juga akan mengalami Adrenarche atau

perkembanagan rambut pada aksila dan pubis. Hal ini terjadi karena

lonjakan sekresi androgen adrenal pada pubertas, bukan akibat dari

hormone estrogen. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan tinggi badan

(Proverowati dan Maisaroh, 2009).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi menarche

1) Aspek Psikologi yang menyatakan bahwa menarche merupakan

bagian dari masa pubertas. Menarche merupakan suatu proses yang

melibatkan sistem anatomi dan fisiologi dari proses pubertas yaitu

sebagai berikut:

a) Disekresikannya estrogen oleh ovarium yang distimulasi oleh

hormon pituitari.

b) Estrogen menstimulasi pertumbuhan uterus.

c) Fluktuasi tingkat hormon yang dapat menghasilkan perubahan

suplai darah yang adekuat kebagian endometrium.

d) Kematian beberapa jaringan endometrium dari hormon ini dan

adanya peningkatan fluktuasi suplai darah ke desidua.


15

2) Menarche dan kesuburan

Menarche bukanlah sebagai tanda terjadinya ovulasi. Secara

tidak teratur menstruasi terjadi sela 1-2 tahun sebelum terjadi ovulasi

yang teratur.

3) Pengaruh Waktu Terjadinya Menarche

Menarche terjadi sekitar dua tahun setelah perkembangan

payudara. Namun akhir-akhir ini menarche terjadi pada usia yang

lebih muda dan tergantung dari pertumbuhan individu tersebut, diet

dan tingkat kesehatannya.

4) Menarche dan Lingkungan sosial

Menurut sebuah penelitian menyatakan bahwa lingkungan

sosial berpengaruh terhadap waktu terhadap terjadinya menarche.

Salah satunya yaitu lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang

harmonis dan adanya keluarga besar yang baik dapat memperlambat

terjadinya menarche dini, sedangkan anak yang tinggal di tengah-

tengah keluarga yang tidak harmonis dapat mengakibatkan terjadinya

menarche dini. Selain itu ketidak hadiran seorang ayah ketika ia

masih kecil, adanya tindakan kekerasan seksual pada anak dan adanya

konflik pada keluarga merupakan yang berperan penting pada

terjadinya menarche dini.

5) Umur Menarche dan Status Sosial Ekonomi

Menarche terlambat terjadi pada kelompok sosial ekonomi

sedang sampai tinggi yang memiliki selisih selama 12 bulan. Hal ini
16

telah diteliti di India berdasarkan pendapatan perkapita. Orang yang

berasal dari kelompok keluarga yang biasa mengalami menarche lebih

dini. Tapi setelah diteliti lebih lanjut asupan protein lebih berpengaruh

terhadap kejadian menarche yang lebih awal.

6) Basal Metabolik dan Indeks Kejadian Menarche

Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengalami

menarche dini (9-11 tahun) mempunyai berat badan maksimal 46 kg.

Kelompok yang memiliki berat badan 37 kg mengalami menarche

yang terlambat yaitu sekitar 4,5 kg lebih rendah dari kelompok yang

memiliki berat badan yang ideal (Proverowati dan Maisaroh, 2009).

d. Usia Terjadi Menarche

Usia saat seorang anak perempuan mengalami menarche sangat

berfariasi. Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapat

menstruasi yang pertama kali pada usia yang lebih muda. Ada yang

berusia 12 tahun. Tapi ada juga yang umur 8 tahun sudah memulai

siklusnya. Tidak menutup kemungkinan usia 16 tahun baru mendapatkan

menstruasi pun dapat terjadi atau disebut dengan amenore sekunder. Jika

hal ini terjadi, perlu dilakukan pemeriksaan medis untuk mengetahui

penyebabnya. Karena pada lazimnya penyebab amenore sekunder ini,

karena terdapat lubang aliran menstruasi pada selaput darah.

Anak yang mengalami kelainan didalam kandungan umumnya

mengalami menarche lebih muda dibandingkan usia rata-rata, sebaliknya

anak yang mengalami cacat mental mendapat menarche pada usia yang
17

lebi lambat. Usia untuk mencapai menarche seseorang dipengaruhi oleh

banyak faktor antara lain faktor suku dan ras, genetik, gizi, sosial dan

ekonomi.

Selain itu, menstruasi pertama dapat disebabkan oleh beberapa

faktor diantaranya adalah adanya rangsangan audio visual, baik berasal

dari percakapan maupun tontonan dari film internet berlabel dewasa,

vulgar, dan berbau seksualitas (Proverawati dan Maisaroh, 2009).

e. Reaksi Remaja Wanita Terhadap Menarche

Tidak semua individu mampu menerima perubahan fisiologis

semasa remaja. Menurut para ahli psikologi perkembangan seperti Berk

(1993), Turner dan Helms (1995), Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih

Dirga Gunarsa (1991) secara umum mengungkapkan 2 jenis reaksi remaja

wanita terhadap menarche, yaitu sebagai berikut :

1) Reaksi negatif

Yaitu suatu pandangan yang kurang baik dari seorang remaja

wanita ketika dirinya memandang terhadap munculnya menstruasi.

Ketika muncul menstruasi pertama, seorang individu akan merasakan

adanya keluhan-keluhan fisiologis seperti sakit kepala, sakit pinggang,

mual-mual dan muntah maupun kondisi psikologis yang tak stabil

seperti sedih, setres, cema, mudah tersinggug dan emosional. Hal ini

kemungkinan Karena ketidaktahuan remaja tentang perubahan-

perubahan fisiologis yang terjadi pada awal kehidupan seorang remaja

wanita, maka menstruasi dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak


18

baik. Oleh karena itu, peran orang tua maupun guru disekolah dalam

member pengertian dan pendidikan kondisi perubahan masa-masa

remaja termasuk pendidikan tentang menarche sangatlah penting agar

dapat mngurangi sikap membingungkan bagi remaja.

2) Reaksi positif

Disini individu atau remaja putri mampu memahami,

menghargai, dan menerima adanya menstruasi pertama sebagai tanda

kedewasaan seseorang (Agoes Dariyo, 2004).

f. Perawatan Diri saat Menstruasi

Upaya yang dilakukan ketika anak menstruasi yaitu menjaga

kebersihan selama masa menstruasi dengan menggant pembalut minimal

dua kali sehari, karena penggantian pembalut dapat mengurangi

perkembangbiakan bakteri, minum obat apabila timbul rasa nyeri yang

berlebihan dan memeriksakan kedokter, juga pemberian vitamin B1, B6,

dan B12 berguna untuk individu yang menderita keluhan sakit pada saat

menstruasi dan diminum sesuai dosis yang dianjurkan. Disamping itu

juga disarankan untuk menjaga kebersihan vagina, karena kuman mudah

sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi

(Proverawati dan Maisaroh, 2009).

Beberapa cara perawatan diri saat menstruasi antara lain sebagai

berikut:

1. Bersihkan vagina setiap mandi dengan air bersih, bila perlu dengan air

hangat.
19

2. Cuci tangan seebelum menyentuh vagina.

3. Menyediakan pembalut dan underwear pada saat melakukan aktivitas

ataupun bepergian.

4. Gunakan pembalut yang baik, lembut dan aman pada saat menstruasi.

5. Pilihlah pembalut yang tidak member efek samping, seperti

menimbulkan iritasi pada daerah organ intim, rasa tidak nyaman.

6. Pembalut harus sering diganti setiap mandi atau buang air besar.

3. Kecemasan

a. Pengertian

Ansietas atau kecemasan adalah merupakan respon emosional

terhadap penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah

sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Dalami dan

Ermawati 2009 : 65).

Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang

secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal.

Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan

terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan

perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2005 : 108).


20

b. Tingkat kecemasan

Menurut peplau ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh

individu, yaitu:

1) Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan yang dialami dalam kehidupan

sehari-hari yang menyebabkan seseorang menjadi waspada dan dapat

memotivasi seseorang untuk belajar serta mampu memecahkan

masalah secara efektif.

2) Kecemasan Sedang

Memungkinkan seseorang untuk memfokuskan hanya pada

pikiran yang menjadi perhatiannya dan mengesampingkan yang lain,

sehingga seseorang mengalami penyempitan lapangan persepsi namun

masih mampu melakukan sesuatu yang lebih terarah.

3) Kecemasan Berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Mengakibatkan

seseorang hanya terpusat pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak

terdapat berpikir tentang hal lain. Seluruh perilaku ditujukan hanya

untuk mengurangi kecemasan. Orang tersebut memerlukan banyak

pengarahan sehingga dapat memusatkan pada suatu objek lain.

4) Panik

Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang.

Karena kehilangan kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun

meskipun dengan perintah. Individu mengalami peningkatan aktivitas


21

motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain,

penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu

berfungsi secara efektif. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan

kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu lama maka terjadi

kelelahan yang berlebihan bahkan menyebabkan kematian (Suliswati,

dkk, 2005).

c. Jenis-jenis Kecemasan

Menurut Freud dalam Supratiknya (2009) menyebutkan bahwa

kecemasan dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:

1) Kecemasan realitas

Adalah ketakutan terhadap bahaya-bahaya nyata dari luar,

dan taraf kecemasan sesuai dengan derajat ancaman yang ada

2) Kecemasan neurotis

Adalah kecemasan terhadap tidak terkendalinya naluri yang

menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang bisa

mendatangkan hukuman baginya. Sumber kecemasan ini berada

didalam diri dan dasar dari kecemasan ini sendiri adalah

berlandaskan kenyataan, sebab hukuman yang ditakutkan oleh ego

berasal dari dunia luar individu.

3) Kecemasan moral

Adalah ketakutan terhadap hati nurani sendiri. Kecemasan

ini juga mempunyai dasar realitas. Orang yang nuraninya

berkembang dengan baik cenderung merasa berdosa bila


22

melakukan suatu yang berlawanan dengan kode etik moral yang

dimilikinya

d. Faktor-faktor Kecemasan

Menurut Nursalam dalam Sasongko (2010) membagi faktor-

faktor yang mempengaruhi kecemasan menjadi tiga, yaitu:

1) Umur

Apabila seseorang semakin cukup umur, maka tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang tersebut akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Apabila semakin tua umur seseorang,

maka semakin konstruktif pula dalam menggunakan koping

terhadap masalah yang dihadapi.

2) Pendidikan

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah

seseorang tersebut dalam menerima informasi, sehingga makin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya tingkat

pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap nilai yang diperkenalkan.

3) Pendapatan

Penghasilan setiap bulan seseorang ada kaitannya dengan

gangguan pola psikiatri. Diketahui pula bahwa masyarakat yang

berpenghasilan rendah prevalensi psikiatrinya lebih banyak. Jadi

keadaan penghasilan yang rendah mempunyai peningkatan

kecemasan.
23

e. Reaksi Kecemasan

Kecemasan dapat menimbulkan reaksi-reaksi sebagai berikut:

1) Reaksi Konstruktif

Individu termotifasi untuk belajar mengadakan perubahan

terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan terfokus

pada kelangsungan hidup.

2) Reaksi Destruktif

Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional. Individu

akan akan menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung

diri (Suliswati, dkk, 2005).

f. Alat ukur kecemasan

Menurut Gilory Sharon (1993) untuk mengukur tingkat

kecemasan menggunakan alat ukur kuesioner Chldrens Manifest

Anxiety Scale (CMSA) yang terdiri dari 30 pertanyaan yang meliputi

perubahan konsentrasi, perubahan somatik, dan perubahan

eversensivity. Dalam pemberiaan skor untuk tingkat kecemasan

digunakan nilai kumulatif dari pertanyaan yang sudah diberikan

dimana responden yang menjawab ya diberi nilai 1 dan responden

yang menjawab tidak diberi nilai 0. Nilai komulatif dari jawaban

tersebut dikelompokkan dalam kategori denggan menggunakan skala

data ordinal:

1) Tidak cemas: <5

2) Cemas ringan: 5-10

3) Cemas sedang: 11-16


24

4) Cemas berat: 17-23

5) Panik: >23

B. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan :
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pendapatan

Penkes tentang menarche :


1. Pengertian menarche
2. Perubahan saat menarche
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi menarche Tingkat kecemasan :
4. Usia terjadi menarche 1. Ringan
5. Reaksi remaja wanita 2. Sedang
terhadap menarche 3. Berat
6. Perawatan diri saat
menstruasi

Metode penkes :
1. Individu
2. Wawancara
3. Kelompok
4. Masa (publik)

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber : Notoatmodjo (2012), Proverawati dan Misaroh (2009),


Suliswati, dkk (2005), Nursalam dalam Sasongko (2010)
25

C. Kerangka Konsep

Tingkat kecemasan :
Pendidikan 1. Ringan
Pre test Post test 2. Sedang
kesehatan
3. Berat

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang menarche terhadap tingkat

kecemasan pada santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren Tamirul Islam

Surakarta.

Ho: Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang menarche terhadap

tingkat kecemasan pada santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren

Tamirul Islam Surakarta.


26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah kuantitatif sedangkan jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian True experimental dengan rancangan One group

pretest-posttest design. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan desain

ini adalah tidak memerlukan randomisasi atau sistem pengacakan pada pemilihan

sampel dalam kelompok yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Pre test O1----------- X--------- O2 Post Test

Keterangan :

Pre test O1 = test sebelum diberikan penyuluhan

X = perlakuan pendidikan kesehatan

Post test O2 = test sesudah diberikan penyuluhan

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Tamirul Islam

Surakarta, dengan waktu penelitian tanggal 1 3 April 2014.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

26
27

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2010).

Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah seluruh

santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren Tamirul Islam Surakarta sebanyak

122 santriwati.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan

penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil

penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah

mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi

(Arikunto, 2010).

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan sebanyak 40

santriwati dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan

penelitian tentang kualitas makan, maka sampel sumber datanya adalah orang

yang ahli makan ( Sugiyono, 2010).

Dalam penelitian, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel

yang digunakan (Hidayat, 2011).

a. Kriteria Inklusi

Menurut Notoatmodjo (2010) kriteria inklusi adalah kriteria atau

ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat

diambil sebagai sampel. Kriteria sampel yang akan diteliti pada penelitian
28

ini adalah: Santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren Tamirul Islam

Surakarta yang belum mengalam menarche atau haid pertama.

b. Kriteria Eksklusi

Menurut Notoatmodjo (2010) kriteria eksklusi adalah ciri-ciri

anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel. Kriteria

sampel yang tidak diteliti pada penelitian ini antara lain: Tidak bersedia

atau mengundurkan diri menjadi responden.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010).

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu :

1. Variabel bebas (Variabel Independent) adalah variabel yang menjadi sebab

timbulnya atau berubahnya variabel dependen (terikat), sehingga variabel

independen dapat dikatakan sebagai variabel yang mempengaruhi. Variabel

bebas dalam penelitian adalah pendidikan kesehatan tentang menarche.

2. Variabel terikat (Variabel Dependent) adalah obyek penelitian yang

dipengaruhi atau menjadi akibat variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian yaitu tingkat kecemasan.


29

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan tentang tata cara pelaksanaan di

tempat penelitian atau di subyek penelitian sesuai dengan tujuan penelitian

(Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Definisi Cara dan alat
Variabel Indikator Skala
Operasional pengukuran
Pendidikan Pemberian Penyuluhan
kesehatan informasi dengan
tentang tentang menggunakan
menarche menarche media leafleat
SAP

Tingkat Mengukur Kuesioner Tingkat kecemasan Ordinal


kecemasan kecemasan remaja dalam
pada remaja dalam menghadapi
menarche menghadapi menarche
menarche Penilaian :
a. Cemas ringan
10
b. Cemas sedang
11-16
c. Cemas berat
17

F. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010).

Alat yang digunakan pada varibel bebas yaitu pendidikan kesehatan tentang

menarche dengan melakukan penyuluhan tentang menarche menggunakan media

leafleat dan SAP. Sedangkan untuk variabel terikat menggunakan kuesioner.


30

Kuesioner untuk mengetahui datatingkat kecemasan dengan metode

checklist yang tersusun dalam kategori dan kisi-kisi sebagai berikut :

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Kecemasan

Indikator Nomor soal Jumlah soal


Gejala kecemasan 1, 5, 21 3
Ketegangan 3, 2, 4, 29 4
Gangguan tidur 6, 7, 8, 9 4
Gangguan kecerdasan 10, 11 2
Perasaan depresi 12, 13 2
Gejala somatik/fisik 14, 15 2
Gejala kardiovaskuler 16, 17, 18 3
Gejala respiratori 19 1
Gejala gastrointestinal 20, 21 2
Gejala autonom 23, 24 2
Tingkatan laku/sikap 25, 26, 27, 28, 30 5
Jumlah 30

G. Tehnik Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), data diolah dan dikumpulkan melalui

tahap-tahap sebagai berikut :

a. Editing

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing

merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner tersebut.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng kodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk


31

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Misalnya jenis

kelamin: 1= laki-laki, 2= perempuan. Pekerjaan ibu: 1= tidak bekerja, 2=

bekerja selain sebagai ibu rumah tangga. Koding atau pemberian kode ini

sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).

c. Memasukkan data (data entry) atau processing

Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program

atau software komputer. Software komputer ini bermacam-macam,

masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Salah

satupaket program yang paling sering digunakan untuk entry data

penelitian adalah paket program SPSS for window.

d. Pembersihan Data

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, maka perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan- kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini

disebut pembersihan data (data cleaning).

2. Analisa Data

Analisa data merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setelah data dari

seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis

data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh

responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan


32

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan

untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2010).

a. Analisis Univariate adalah analisa yang bertujuan untuk menjelaskan

atau mendiskripsikan karakteristik suatu variabel penelitian. Pada

umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentasi dari tiap variabel. Pada penelitian ini menjelaskan karakteristik

sebelum dan sesudah dilakukan proses penelitian.

b. Analisis Bivariate adalah analisa yang dilakukan untuk menguji

hubungan antara masing-masing variabel bebas dan variabel terikat

dilakukan uji statistik analisa comparative dengan uji pra syarat, yaitu uji

distribusi normal, bila normal uji menggunakan t test paired. Dan jika

hasilnya distribusi tidak normal maka dihitung menggunakan Wilcoxon

test (Saryono, 2011). Rumus umum t-paired sample t-test :

d
t=
sd / n

Keterangan :

d : selisih atau beda antara nilai pre dengan post

d : rata-rata beda antara nilai pre dengan post

sd : simpangan baku dari d

n : banyaknya sampel

Untuk mencari simpangan baku d (Sd) adalah menggunakan rumus :

n 2
n 2 i 1
di
i 1
d i
sd = n
(n 1)
33

H. Jalannya Penelitian

Pengumpulan data yang dilakukan di Pondok Pesantren Tamirul Islam

Surakarta dengan prosedur sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

a. Mengajukan judul.

b. Membuat proposal dan revisi proposal.

c. Peneliti setelah mendapatkan persetujuan dari pembimbing I dan II akan

mengajukan ujian proposal penelitian di STIKES PKU Muhammadiyah

Surakarta.

d. Ujian proposal

e. Peneliti merevisi semua masukan dan arahan dari para penguji.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pengurusan perijinan.

b. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dan institusi

kepada pihak Pondok Pesantren Tamirul Islam Surakarta.

c. Membagikan kuesioner sebelum diberi pendidikan kesehatan kemudian

melakukan pendidikan kesehatan dan membagikan kuesioner yang sama

setelah pendidikan kesehatan tentang menarche.

d. Peneliti mengecek kembali kelengkapan data, apabila ada data yang

belum lengkap segera melengkapi.

e. Melakukan pengolahan data.

f. Seminar penelitian.

g. Revisi penelitian

h. Pengumpulan penelitian.
34

I. Etika Penelitian

Secara rinci hak-hak dan kewajiban-kewajiban peneliti dan yang diteliti

(informan) sebagai sebuah etika penelitian menurut Notoatmodjo (2010) adalah

sebagai berikut:

l. Hak dan kewajiban responden

a. Hak-hak responden

1) Hak untuk dihargai privacy-nya

Privacy adalah hak setiap orang. Semua orang mempunyai hak

untuk memperoleh privacy atau kebebasan pribadinya. Demikian pula

responden sebagai objek penelitian di tempat kediamannya masing-

masing. Seorang tamu, termasuk peneliti atau pewawancara yang

datang ke rumahnya, lebih-lebih akan menyita waktunya untuk

diwawancarai, jelas merampas privacy orang atau responden tersebut.

2) Hak untuk merahasiakan informasi yang diberikan

Informasi yang akan diberikan oleh responden adalah miliknya

sendiri. Tetapi karena diperlukan dan diberikan kepada peneliti atau

pewawancara, maka kerahasiaan informasi tersebut perlu, dijamin

oleh peneliti. Apabila infomasi tersebut kemudian diberikan kepada

peneliti dan kemudian diolahnya maka bentuknya bukan informasi

individual dari orang per orang dengan nama tertentu, tetapi dalam

bentuk agregat atau kelompok responden. Oleh sebab itu realisasi hak

responden untuk merahasiakan informasi dari masing-masing


35

responden maka nama responden pun tidak perlu dicantumkan, cukup

dengan kode-kode tertentu saja.

3) Hak memperoleh jaminan keamanan atau keselamatan akibat dari

informasi yang diberikan

Apabila informasi yang diberikan itu membawa dampak

terhadap keamanan atau keselamatan bagi dirinya atau keluarganya

maka peneliti harus bertanggung jawab terhadap akibat tersebut.

4) Hak memperoleh imbalan atau kompensasi

Apabila semua kewajiban telah dilakukan, dalam arti telah

memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti atau

pewawancara, responden berhak menerima imbalan atau kompensasi

dari pihak pengambil data atau informasi.

b. Kewajiban responden

Setelah adanya inform consent dari responden atau informan,

artinya responden sudah mempunyai keterikatan dengan peneliti atau

pewawancara berupa kewajiban responden untuk memberikan informasi

yang diperlukan peneliti. Tetapi selama belum ada inform consent,

responden tidak ada kewajiban apapun terhadap peneliti atau

pewawancara.

2. Hak dan kewajiban peneliti atau pewawancara

a. Hak peneliti

Bila responden bersedia diminta informasinya (menyetujui inform

consent), peneliti mempunyai hak memperoleh informasi yang diperlukan


36

sejujur-jujurnya dan selengkap-lengkapnya dari responden atau informan.

Apabila hak ini tidak diterima dari responden, dalam arti responden

menyembunyikan informasi yang diperlukan, maka responden perlu

diingatkan kembali terhadap inform consent yang telah diberikan.

b. Kewajiban peneliti

1) Menjaga privacy responden

Seperti telah disebutkan di atas bahwa posisi peneliti dalam

etika penelitian lebih rendah dibandingkan dengan responden. Oleh

sebab itu dalam melakukan wawancara atau memperoleh informasi

dari responden harus menjaga privacy mereka. Untuk itu peneliti atau

pewawancara harus menyesuaikan diri dengan responden tentang

waktu dan tempat dilakukannya wawancara atau pengambilan data,

sehingga responden tidak merasa diganggu privacy-nya.

2) Menjaga kerahasiaan responden

Informasi atau hal-hal yang terkait dengan responden harus

dijaga kerahasiaannya. Peneliti atau pewawancara tidak dibenarkan

untuk menyampaikan kepada orang lain tentang apa pun yang

diketahui oleh peneliti tentang responden di luar untuk kepentingan

atau mencapai tujuan penelitian.

3) Memberikan kompensasi

Apabila informasi yang diperlukan telah diperoleh dari

responden atau informan maka peneliti atau pewawancara juga

memenuhi kewajibannya. Kewajiban peneliti atau pewawancara


37

seyogyanya bukan sekadar ucapan terima kasih saja kepada reponden.

Tetapi diwujudkan dalam bentuk penghargaan yang lain, misalnya

berupa kenang-kenangan atau apapun sebagai apresiasi peneliti

terhadap responden atau informan yang telah mengorbankan waktu,

pikiran, mungkin tenaga dalam rangka memberikan informasi yang

diperlukan peneliti atau pewawancara.


38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Tamirul Islam

Pada hakekatnya berdirinya Kulliyatul Muallimin Al-Islamiyah Tamirul

Islam tidak lepas dari sejarah berdirinya Pondok Pesantren Tamirul Islam, karena

Kulliyatul Muallimin Al-Islamiyah Tamirul Islam adalah salah satu unit

pendidikan yang dinaungi oleh Pondok Pesantren Tamirul Islam. Pendirian Pondok

Pesantren Tamirul Islam ini telah direncanakan sejak berdirinya Masjid Tegalsari

Surakarta pada tanggal 28 Oktober 1928 oleh para ulama yang berada di Kampung

Tegalsari. Namun cita-cita suci tersebut tidak dapat terwujud dikarenakan suatu hal

yang tidak memungkinkan, yang pada saat itu Indonesia masih dijajah oleh Belanda.

Tahun 1968, cita-cita untuk mendirikan pondok pesantren mulai dirintis

dengan dibentuknya Yayasan Tamirul Masjid Tegalsari Surakarta. Yayasan ini

kemudian mendirikan Sekolah Dasar (SD) dan diberi nama SD Tamirul Islam

Surakarta. Pada tahap perkembangannya, pada tahun 1979 didirikan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Tamirul Islam.

Untuk menjawab tantangan zaman dan harapan masyarakat sekitar, pada

tanggal 14 Juni 1986 Pondok Pesantren Tamirul Islam Surakarta resmi berdiri

dengan diawali kegiatan berupa Pesantren Kilat atau yang populer disebut Pesantren

Syawwal, karena dilaksanakan pertama kali di bulan Syawwal.

Pendirian Pondok Pesantren Tamirul Islam diprakarsai oleh:

a. KH. Naharussurur

b. Hj. Muttaqiyah

38
39

c. KH. Muhammad Halim, SH.

d. Muhammmad Wazir Tamami, SH.

e. Keberadaan pondok di tengah-tengah Kampung Tegalsari ini disambut baik oleh

masyarakat sekitar pondok maupun masyarakat luas. Yaitu khususnya bagi

mereka yang ingin mempelajari dan menelaah ilmu-ilmu duniawi serta ukhrawi,

mengingat manusia tidak bisa dipisahkan oleh dua hal ini.

Kulliyatul Muallimin/at Al-Islamiyyah (KMI) Tamirul Islam (pendidikan

setingkat SMP/MTs (Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah) dan

SMA/MA (Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah) adalah salah satu lembaga

yang menangani pendidikan tingkat menengah di Pondok Pesantren Tamirul Islam.

Lembaga ini didirikan tanggal 20 Agustus 1989. Kulliyatul Mu'allimin Al-Islamiyah

(KMI) merupakan lembaga pendidikan guru Islam yang mengutamakan

pembentukan kepribadian dan sikap mental, serta penanaman ilmu pengetahuan

Islam.

Dalam sejarah perjalanannya, KMI pada awalnya merupakan singkatan dari

Kulliyatul Mujahidin Al-Islamiyyah, kemudian pada tahun 2003 berubah nama

menjadi Kulliyatul Muallimin Al-Islamiyyah sampai sekarang. Hal ini tidak terlepas

dari misi Pondok Pesantren Tamirul Islam yakni membentuk generasi tarbawi dan

Islami (Dokumentasi Buku Panduan Santri Baru 2006, dikutip pada 27 September

2011).

2. Letak Geografis Pondok Pesantren Tamirul Islam Surakarta

Kulliyatul Muallimin Al-Islamiyyah Tamirul Islam beralamatkan di Jln. KH.

Samanhudi No. 3 Kampung Tegalsari Kelurahan Bumi Kecamatan Laweyan Kota

Surakarta Propinsi Jawa Tengah. Adapun letak KMI Tamirul Islam berbatasan

dengan:
40

a. Sebelah Barat: Perkampungan Tegalsari.

b. Sebelah Utara: Jalan KH. Samanhudi.

c. Sebelah Timur: Jalan Dr. Wahidin.

d. Sebelah Selatan: Perkampungan Tegalsari

B. Hasil Analisis Data

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2014 sampai dengan 3

Juni 2014, setelah diperoleh data penelitian selanjutnya ditabulating, dikoding

dan dianalisis dengan analisis univariate. Hasil uji variate selengkapnya

disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Santriwati

No Umur Jumlah (f) Persentase (%)


1 12 Tahun 7 17,50
2 13 Tahun 33 82,50
Jumlah 40 100,00
Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan tabel 4.1 maka dapat diketahui bahwa dari 40 santriwati

yang dijadikan sampel penelitian mayoritas berumur 13 tahun yaitu sebanyak

33 santriwati (82,50%), sedangkan yang berumur 12 tahun sebanyak 7

santriwati (17,50%).
41

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran dan disajikan kembali

pada gambar 4.1 berikut:

Gambar 4.1 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Umur Santriwati

2. Analisa Univariate

a. Tingkat Kecemasan Santriwati Sebelum Dibberikan Pendidikan

Kesehatan Tentang Menarche

Dari hasil penelitian tingkat kecemasan santriwati sebelum

diberikan pendidikan kesehatan tentang menarche didapatkan hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.2 Tingkat Kecemasan Santriwati Sebelum Diberikan


Pendidikan Kesehatan tentang Menarche

No Tingkat Kecemasan Jumlah (f) Persentase (%)


1 Cemas Ringan 1 2,50
2 Cemas Sedang 8 20,00
3 Cemas Berat 31 77,50
Jumlah 40 100,00
Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari 40 santriwati yang

dijadikan sampel penelitian sebelum diberikan pendidikan kesehatan


42

tentang Menarche mayoritas mengalami cemas berat yaitu sebanyak 31

santriwati (77,50%), dan yang mengalami cemas sedang sebanyak 8

santriwati (20%), sedangkan yang mengalami cemas ringan hanya 1

santriwati (2,50%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran dan

disajikan kembali pada gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2 Diagram Batang Tingkat Kecemasan Santriwati Sebelum


Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Menarche

b. Tingkat Kecemasan Santriwati Sesudah Dibberikan Pendididkan

Kesehatan Tentang Menarche

Dari hasil penelitian tingkat kecemasan santriwati sesudah diberikan

pendidikan kesehatan tentang menarche didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.3 Tingkat Kecemasan Santriwati Sesudah Diberikan Pendidikan


Kesehatan tentang Menarche

No Tingkat Kecemasan Jumlah (f) Persentase (%)


1 Cemas Ringan 24 60
2 Cemas Sedang 16 40
Jumlah 40 100
Sumber: Data Primer Diolah
43

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 40 santriwati yang

dijadikan sampel penelitian sesudah diberikan pendidikan kesehatan

tentang Menarche mayoritas mengalami cemas ringan yaitu sebanyak 24

santriwati (60%), dan yang mengalami cemas sedang 16 santriwati (40%).

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran dan disajikan kembali

pada gambar 4.3 berikut:

Gambar 4.3 Diagram Batang Tingkat Kecemasan Santriwati Sesudah


Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Menarche

3. Analisis Prasyarat

Uji prasyarat penelitian digunakan untuk mengetahui apakah sebaran

data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal (nilai >

0,05), digunakan uji statistik parametrics dengan Paired Samples T-Test,

sedangkan jika data berdistribusi tidak normal (nilai < 0,05) digunakan uji

statistik non parametrics dengan Wilcoxon Test.


44

Tabel 4.4 Hasil Analisis Prasyarat dengan Shapiro Wilk

Nilai
No Variabel Keterangan
value
1 Sebelum Diberikan 0,105 0,05 value>
Pendidikan Kesehatan Data berdistribusi normal
2 Sesudah Diberikan 0,101 0,05 value>
Pendidikan Kesehatan Data berdistribusi normal
Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan tabel 4.4 di atas maka diketahui kedua data berdistribusi

normal, maka selanjutnya pada analisis bivariate yaitu untuk mengetahui

pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang Menarche terhadap tingkat

kecemasan santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren Tamirul Islam

Surakarta menggunakan uji statistik parametrics dengan Paired Samples T-

Test.

4. Analisis Bivariate

Analisis bivariate dalam penelitian ini menggunakan uji statistic

Parametrics dengan Paired Samples T-Test. Hasil analisis bivariate

selanjutnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.5 Hasil Analisis Bivariate dengan Paired Samples T-Test

Nilai t Nilai
Mean Keterangan
thitung ttabel value
Pretest- Ada pengaruh
9,000 19,628 2,023 0,000 0,05
Posttest yang signifikan
Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa nilai thitung > ttabel dan

value < , sehingga menolak Ho dan menerima Ha artinya terdapat pengaruh

yang signifikan antara pendidikan kesehatan tentang Menarche terhadap

tingkat kecemasan santriwati kelas1 KMI Pondok Pesantren Tamirul Islam


45

Surakarta. Besarnya pengaruh pendidikan kesehatan tentang Menarche

terhadap penerunan tingkat kecemasan santriwati adalah sebesar 0,596.

Artinya pengaruh tersebut adalah sedang. Hal ini dapat dilihat pada hasil

analisa bivariate Paired Samples T-Test pada lampiran 8.

C. Pembahasan

1. Tingkat Kecemasan Santriwati Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan

Dari hasil penelitian didapatkan pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa

tingkat kecemasan santriwati sebelum diberikan pendidikan kesehatan

mayoritas cemas berat yaitu sebesar 31 santriwati (77,5%), besarnya tingkat

kecemasan ini disebabkan kurangnya pengetahuan santriwati tentang

menarche atau menstruasi pertama.

Hasil penelitian juga menunjukkan nilai mean (rata-rata) tingkat

kecemasan santriwati sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang

menarche yaitu sebesar 19,38 nilai ini jika dikonsultasikan dengan tabel

kecemasan termasuk cemas berat. Hal ini dapat dilihat dari hasi analisa data

bivariate Paired Samples T-Test pada lampiran 8 Jadi rata-rata santriwati

mengalami kecemasan berat dalam menghadapi menarche atau menstruasi

pertama.

Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan

seorang wanita yang mengalami menstruasi untuk pertama kali (menarche).

Menstruasi pertama atau menarche adalah hal yang wajar yang pasti dialami

oleh setiap wanita normal dan tidak perlu dicemaskan. Namun hal ini akan
46

semakin parah apabila pengetahuan remaja mengenai menstruasi ini sangat

kurang dan pendidikan dari oran tua yang kurang (Proverawati dan Misaroh,

2009).

2. Tingkat Kecemasan Santriwati Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan

Dari hasil penilitian didapatkan pada table 4.3 bahwa kebanyakan

tingkat kecemasan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang menarche

menjadi turun, hal ini terlihat setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang

menarche dari 31 santriwati yang tingkat kecemasannya berat setelah diberi

pendidikan kesehatan tentang menarche menjadi tidak ada santriwati yang

tingkat kecemasannya berat.

Hasil penelitian juga menunjukkan nilai mean (rata-rata) tingkat

kecemasan santriwati sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang

menarche yaitu sebesar 10,38 nilai ini jika dikonsultasikan dengan table

kecemasan termasuk cemas ringan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisa

bivariate Paired Samples T-Test pada lampiran 8. Jadi rata-rata santriwati

mengalami kecemasan ringan dalam menghadapi menarche atau menstruasi

pertama setelah dilaksanakan pendidikan kesehatan.

Tingkat kecemasan seseorang menurut Nursalam dalam Sasongko

(2010) dipengaruhi oleh pendidikan, dimana makin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, makin mudah seseorang tersebut dalam menerima informasi,

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya tingkat

pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap nilai yang diperkenalkan.


47

3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Menarche terhadap Tingkat

Kecemasan Santriwati

Dari hasil penelitian didapatkan hasi lanalisis bivariate menunjukkan

diperoleh nilai thitung > ttabel dan value < (19,628 > 2,023 dan 0,000 < 0,05),

maka menolak Ho dan menerima Ha sehingga hipotesis terbukti

kebenarannya, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan

kesehatan tentang menarche terhadap tingkat kecemasan santriwati kelas 1

KMI Pondok Pesantren Tamirul Islam Surakarta.

Hasil penelitian ini menunjukkan besarnya pengaruh pendidikan

kesehatan tentang menarche terhadap tingkat kecemasan santriwati.

Kecemasan santriwati turun signifikan dari 31 santriwati yang mengalami

cemas berat menjadi tidak ada yang mengalami cemas berat setelah dilakukan

pendidikan kesehatan tentang menarche. Hasil analisa data correlation

didapatkan hasil sebesar 0,596. Kekuatan pengaruh pada penelitian ini adalah

sedang. Besarnya pengaruh pendidikan kesehatan dapat dilihat pada lampiran

hasil analisis bivariate pada kolom mean, yaitu diperoleh nilai mean 9,000.

Atau diperoleh dari rata-rata sebelum diberikan pendidikan kesehatan rata-

rata sesudah diberikan pendidikan kesehatan (19,38 10,38 = 9,00). Hal ini

dilihat dari hasil analisa bivariate Paired Samples T-Test pada lampiran 8.

Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.

Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok,

atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih


48

baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat mempengaruhi

terhadap perilakunya. Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut

dapat membawa akibat terhadap perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2012).

D. Keterbatasan Penelitian

Selama proses pengambilan data terdapat beberapa kendala, diantaranya

adalah:

1. Terbatasnya jumlah responden yang dapat dijadikan sampel, disebabkan

sebagian besar santriwati sudah mengalami menstruasi sebelum dilakukan

studi pendahuluan.

2. Pada saat berlangsung pendidikan kesehatan lingkungan kurang mendukung

sehingga mengurangi pemahaman informasi yang masuk yang berdampak

pada kevalitan data atau skor.


49

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan analisa data yang telah dilakukan, sesuai dengan

tujuan yang telah ditentukan dapat diambl beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kecemasan santriwati sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang

menarche pada santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren Tamirul Islam

Surakarta, didapatkan 2,50% santriwati mengalami cemas ringan, 20,00%

mengalami cemas sedang, dan 77,50% santriwati mengalami cemas berat.

2. Tingkat kecemasan santriwati setelah diberi pendidikan kesehatan tentang

menarche pada santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren Tamirul Islam

Surakarta, didapatkan 60% santriwati mengalami cemas ringan dan 40%

santriwati mengalami cemas sedang.

3. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang menarche terhadap tingkat

kecemasan pada santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren Tamirul Islam

Surakarta, didapatkan hasil thitung > ttabel dan value < (19,628 > 2,023 dan

0,000 < 0,05) sehingga menolak Ho dan menerima Ha, artinya terdapat

pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan tentang menarche

terhadap tingkat kecemasan santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren

Tamirul Islam Surakarta. Kekuatan pengaruh tersebut adalah sebesar 0,596

yang artinya terdapat kekuatan sedang pada pengaruh pendidikan kesehatan

tentang menarche terhadap tingkat kecemasan.

49
50

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai

berikut:

1. Bagi Siswa

Bagi siswa khususnya yang belum mengalami menarche agar lebih

meningkatkan pengetahuan dengan cara mencari informasi melalui intrnet

maupun buku tentang menarche agar bisa menghadapi dengan baik.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Yaitu pengurus UKS sekolah hendaknya dapat meningkatkan peran

dalam mengenali dan menangani masalah kesehatan reproduksi siswa

terutama mengenai kesiapan menghadapi menarche, baik dari segi

lingkungan yang kondusif, informasi yang penting dan benar dari guru

tentang menstruasi, serta UKS lebih ditingkatkan lagi.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Perawat hendakanya meningkatkan kesiapan menghadapi menarche

dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang menarche sehingga tidak

menimbulkan kecemasan pada anak perempuan dalam menghadapi

menarche.

4. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dasar untuk

melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang

menarche terhadap tingkat kecemasan.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunoto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.
Chandler, J. 2008. Anxiety Disorders In Chldren and Adolescents. http://www.
Jameschandlermd. Com/anxiety/disorder.pdf. Diakses tanggal 18 Februari
pukul 16:10 WIB.
Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta:
Trans Info Media.
Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia.
Fajri, A. 2009. Hubungan Antara Komunikasi Ibu-Anak Dengan Kesiapan
Menghadapi Menarche Pada Siswi SMP Muhammadiyah Banda Aceh.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34639/5/Chapter%20I.pdf.
Diakses tanggal 5 Februari pukul 09:30 WIB.
Hawari, D. 2011. Manajemen Stress, Cemas Dan Depresi. Jakarta: Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2012. Pendidikan Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Proverawati dan Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Jakarta: Mulia Medika.
Pudiastuti, RD. 2012. 3 Fase Penting pada Wanita. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Rifyanti, E. 2013. Gambaran Tingkat Kecemasan Siswi Kelas V11 dalam
Menghadapi Menarche Di SMP Warga Surakarta.
Saryono. 2011. Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.
Sasongko, B. 2010. Karya Tulis Ilmiah Tingkat Kecemasan Siswa Dalam
Menghadapi Menarche Di SLTP 2 Genting Kecemasan Genting Kabupaten
Banyuwangi.http://www.library.upnvj.ac.id/index.php?p= show
detail&id=2868.s Diakses tanggal 6 Januari 2014 jam 20:15 WIB.
Setyawati, I. 2013. Hubungan Antara Kesiapan Dengan Kecemasan Menghadapi
Menarche Pada Siswi Kelas V1 Madrasah Ibtidaiyah Negri Sroyo Jaten
Karanganyar.
Siswanto, H. 2010. Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini. Jakarta: Pustaka Rihana.
Sriyanto, E. 2013. Gambaran Tingkat Kecemasan Remaja Putri Dalam Menghadapi
Menarche di SMPN Selo Kelurahan Gebyok Kecamatan Selo Kabupaten
Boyolali.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta.
Sulistyawati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: ECG.
Supratiknya, A. 2005. Teori-Teori Psikodinamika (Klinis). Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
LAMPIRAN
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENARCHE TERHADAP TINGKAT
KECEMASAN PADA SANTRIWATI KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN TAMIRUL ISLAM SURAKARTA
OLEH : SITI KHOIRIYAH

No Kegiatan Nopember Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4
Pengumpulan
1
judul KTI
Studi
2
pendahuluan
Bimbingan
3
proposal
Ujian proposal
4
KTI
Revisi
proposal
5 penelitian dan
pengambilan
ijin penelitian
Pengambilan
6
data penelitian
Pembimbingan
penyusunan
7
laporan hasil
penelitian
Ujian laporan
8 hasil
penelitian
Revisi hasil
penelitian dan
9
pengumpulan
KTI
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Kepada
Yth. Santriwati
Di Pondok Pesantren Tamirul
Islam Surakarta

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Khoiriyah
NIM : 2011.1381
Akan mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Tentang Menarche Terhadap Tingkat Kecemasa Pada Santriwati Kelas 1 KMI
Pondok Pesantren Tamirul Islam Surakarta.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi santriwati
sebagai responden. Oleh karena itu, penulis meminta izin kepada santriwati agar
bersedia menjadi responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan kami
jaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian
Apabila santriwati menyetujui, saya mohon kesediaannya untuk
menandatangani persetujuan yang saya sertakan, dan menjawab semua pertanyaan
yang sediakan.
Demikian, atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Siti Khoiriyah
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Penelitian Tentang:
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menarche Terhadap Tingkat Kecemasan
Pada Santriwati Kelas 1 KMI Pondok Pesantren Tamirul Islam Surakarta.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :
Umur :
Alamat :

Dengan ini menyatkan bersedian menjadi responden penelitian yang


dilakukan oleh Siti Khoiriyah mahasiswa D III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta, Februarui 2014


Responden

( ____ )
Kuesioner Penelitian

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENARCHE


TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA SANTRIWATI
KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN TAMIRUL ISLAM
SURAKARTA

Nama Responden :
Umur :

Petunjuk Pengisian
A. Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Menarche
Beri tanda () pada kotak jawaban yang telah disediakan pilih sesuai dengan
jawaban yang Anda pilih
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda merasa takut akan pikiran sendiri dalam
menghadapi menarche (menstruasi pertama)?
2. Apakah anda merasa mudah tersinggung dalam
menghadapi menarche (menstruasi pertama)?
3. Apakah anda sering merasa lesu saat menghadapi
menarche (menstruasi pertama)?
4. Apakah anda merasa tidak bisa istirahat dengan tenang
saat menghadapi menarche (menstruasi pertama)?
5. Apakah anda merasa takut saat menghadapi menarche
(menstruasi pertama)?
6. Apakah anda merasa sulit tidur saat menghadapi
menarche (menstruasi pertama)?
7. Apakah anda sering terbangun malam hari saat
menghadapi menarche (menstruasi pertama)?
8. Apakah anda sering tidur tidak nyenyak saat
menghadapi menarche (menstruasi pertama)?
9. Apakah anda sering bangun dengan lesu saat
menghadapi menarche (menstruasi pertama)?
10. Apakah anda sulit konsentrasi dalam menghadapi
menarche (menstruasi pertama)?
11. Apakah daya ingat anda menurun saat menghadapi
menarche (menstruasi pertama)?
12. Apakah anda sering merasa sedih dalam menghadapi
menarche (menstruasi pertama)?
13. Apakah anda merasa perasaan sering berubah-ubah
saat menghadapi menarche (menstruasi pertama)?
14. Apakah anda merasa sakit dan nyeri pada otot-otot saat
menghadapi menarche (menstruasi pertama)?
15. Apakah anda merasa lemas saat menghadapi menarche
(menstruasi pertama)?
16. Apakah anda merasa denyut nadi anda cepat saat
dalam menghadapi menarche (menstruasi pertama)?
17. Apakah anda merasa berdebar-debar dalam
menghadapi menarche (menstruasi pertama)?
18. Apakah anda merasa sering nyeri didada dalam
menghadapi menarche (menstruasi pertama)?
19. Apakah anda merasa nafas pendek atau sesak dalam
menghadapi menarche (menstruasi pertama)?
20. Apakah nafsu makan anda menurun dalam menghadapi
menarche (menstruasi pertama)?
21. Apakah sering mengalami gangguan pencernaan saat
menghadapi menarche (menstruasi pertama)?
22. Apakah anda merasa takut dengan perubahan-
perubahan saat menarche (menstruasi pertama)?
23. Apakah anda merasa sering sakit kepala atau pusing
dalam menghadapi menarche (menstruasi pertama)?
24. Apakah anda merasa mudah berkeringat saat
menghadapi menarche (menstruasi pertama)?
25. Apakah anda merasa kaki sering tidak tenang dalam
menghadapi menarche (menstruasi pertama)
26. Apakah anda merasa jari-jari gemetar saat menghadapi
menarche (menstruasi pertama)?
27. Apakah anda merasa muka anda teganga dalam
menghadapi menarche (menstruasi pertama)?
28. Apakah anda merasa bingung dengan apa yang harus
anda kerjakan dalam menghadapi menarche
(menstruasi pertama)?
29. Apakah anda merasa mudah marah saat menghadapi
menarche (menstruais pertama)
30. Apakah anda selalu menyendiri saat menghadapi
menarche (menstruasi pertama)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
MENARCHE

Disusun Oleh :

SITI KHOIRIYAH
NIM : 2011.1381

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
SATUAN ACARA PENYULUHAN

TENTANG MENARCHE

Topik Kegiatan : Menarche

Hari/Tanggal :

Waktu : 35 menit

Sasaran : Santriwati kelas 1 KMI Pondok Pesantren Tamirul Islam

Surakarta

A. Latar Belakang

Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada rentang

usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum

memasuki masa reproduksi. Definisi menarche menurut Hinchliff (1999) adalah

periode menstruasi yang pertama terjadi pada masa pubertas seorang wanita.

Sedangkan menurut Pearche (1999) menarche diartikan sebagai permulaan

menstruasi pada seorang gadis pada masa pubertas, yang biasanya muncul pada

usia 11 sampai 14 tahun (Proverawati dan Misaroh, 2009).

B. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pengetahuan santriwati tentang

menarche meningkat meliputi:

1. Pengertian menarche

2. Perubahan yang terjadi saat menarche


3. Faktor-faktor yang mempengaruhi menarche

4. Usia terjadi menarche

5. Reaksi remaja dalam menghadapi menarche

C. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentng menarche santriwati

mampu:

1. Menjelaskan pengertian menarche.

2. Menyebutkan perubahan yang terjadi saat menarche.

3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi menarche.

4. Menjelaskan usia terjadi menarche.

5. Menjelaskan reaksi remaja dalam menghadapi menarche.

D. Garis Besar Materi

1. Pengertian menarche.

2. Perubahan yang terjadi saat menarche.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi menarche.

4. Usia terjadi menarche.

5. Reaksi remaja dalam menghadapi menarche.

E. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab
F. Media

Leaflet tentang menarche

Power point tentang menarche

G. Proses Kegiatan

No. Kegiatan Respon Keluarga Waktu


1. Pendahuluan 4 menit
a. Menyampaikan salam a. Membalas salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
dengan aktif
c. Apersepsi c. Mendengarkan dan
memberikan respon
2. Kegiatan Inti 27 menit
a. Pengertian menarche a. Mendengarkan
b. Perubahan yang terjadi saat b. Memperhatikan
menarche
c. Faktir-faktor yang c. Memperhatikan
mempengaruhi menarche
d. Usia terjadi menarche d. Mendengarkan
e. Reaksi remaja dalam e. Memperhatikan
menghadapi menarche
f. Tanya jawab f. Menanyakan hal
yang belum jelas
3. Penutp 4 menit
a. Menyimpulkan hasil a. Menanyakan hal
pelatihan yang belum jelas
b. Memberikan salam b. Aktif, bersama dalam
menyimpulkan
c. Membalas salam
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian

Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada rentang

usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum

memasuki masa reproduksi. Definisi menarche menurut Hinchliff (1999) adalah

periode menstruasi yang pertama terjadi pada masa pubertas seorang wanita.

Sedangkan menurut Pearche (1999) menarche diartikan sebagai permulaan

menstruasi pada seorang gadis pada masa pubertas, yang biasanya muncul pada

usia 11 sampai 14 tahun (Proverawati dan Misaroh, 2009).

Kematangan seksual remaja ditandai dengan keluarnya air mani pertama

pada malam hari (wet-dream) pada laki-laki. Istilah lain untuk menyatakan

keluarnya air mani pada ejakulasi pertama, disebut spermarche, sedangkan pada

remaja wanita mengalami menstruasi pertama yaitu yang disebut dengan istilah

menarche (Agus Dariyo, 2004).

Menarche merupakan pertanda adanya perubahan status sosial anak-anak

kedewasa. Pada studi antar budaya menarche mempunyai variasi makna

termasuk rasa tanggung jawab, kebebasan dan harapan untuk mulai bereproduksi.

Menarche merupakan suatu tanda yang penting pada wanita yang menunjukkan

adanya produksi hormone yang normal yang dibuat oleh hipotalamus dan

kemudian diteruskan pada ovarium dan uterus. Selama 2 tahun hormon-hormon

ini akan merangsang pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder seperti


pertumbuhan payudara, perubahan kulit, perubahan siklus, pertumbuhan rambut

pubis dan ketiak serta bentuk tubuh menjadi bentuk tubuh yang ideal.

B. Perubahan Saat Menarche

Saat terjadi menarche wanita cenderung merasa binggung, gelisah, dan

perasaan tidak nyaman. Ini merupakan hal yang wajar yang diharapkan oleh

setiap wanita yang normal, namun hal ini akan semakin parah apabila

pengetahuan remaja tentang menstruasi sangat kurang. Gejala lain yang dirasakan

adalah adanya perubahan emosional seperti perasaan suntuk, marah, dan sedih

yang disebabkan oleh adanya pelepasan beberapa hormon.

Gejala lain yang dirasakan yaitu sakit kepala, pegal-pegal dikaki dan

dipinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit perut. Kemudian wanita

juga mengalami Thelarche (perkembangan payudara), terjadi paling awal pada

usia kurang dari 10 tahun. Hal ini disebabkan oleh sekresi hormon estrogen yang

mendorong terjadinya penimbunan lemak dijaringan payudara. Wanita juga akan

mengalami Adrenarche atau perkembanagan rambut pada aksila dan pubis. Hal

ini terjadi karena lonjakan sekresi androgen adrenal pada pubertas, bukan akibat

dari hormone estrogen. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan tinggi badan

(Proverowati dan Maisaroh, 2009).

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menarche

1. Aspek Psikologi yang menyatakan bahwa menarche merupakan bagian dari

masa pubertas. Menarche merupakan suatu proses yang melibatkan sistem

anatomi dan fisiologi dari proses pubertas yaitu sebagai berikut:


e) Disekresikannya estrogen oleh ovarium yang distimulasi oleh hormon

pituitari.

f) Estrogen menstimulasi pertumbuhan uterus.

g) Fluktuasi tingkat hormon yang dapat menghasilkan perubahan suplai

darah yang adekuat kebagian endometrium.

h) Kematian beberapa jaringan endometrium dari hormon ini dan adanya

peningkatan fluktuasi suplai darah ke desidua.

2. Menarche dan kesuburan

Menarche bukanlah sebagai tanda terjadinya ovulasi. Secara tidak

teratur menstruasi terjadi sela 1-2 tahun sebelum terjadi ovulasi yang teratur.

3. Pengaruh Waktu Terjadinya Menarche

Menarche terjadi sekitar dua tahun setelah perkembangan payudara.

Namun akhir-akhir ini menarche terjadi pada usia yang lebih muda dan

tergantung dari pertumbuhan individu tersebut, diet dan tingkat kesehatannya.

4. Menarche dan Lingkungan sosial

Menurut sebuah penelitian menyatakan bahwa lingkungan sosial

berpengaruh terhadap waktu terhadap terjadinya menarche. Salah satunya

yaitu lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang harmonis dan adanya

keluarga besar yang baik dapat memperlambat terjadinya menarche dini,

sedangkan anak yang tinggal di tengah-tengah keluarga yang tidak harmonis

dapat mengakibatkan terjadinya menarche dini. Selain itu ketidak hadiran

seorang ayah ketika ia masih kecil, adanya tindakan kekerasan seksual pada
anak dan adanya konflik pada keluarga merupakan yang berperan penting

pada terjadinya menarche dini.

5. Umur Menarche dan Status Sosial Ekonomi

Menarche terlambat terjadi pada kelompok sosial ekonomi sedang

sampai tinggi yang memiliki selisih selama 12 bulan. Hal ini telah diteliti di

India berdasarkan pendapatan perkapita. Orang yang berasal dari kelompok

keluarga yang biasa mengalami menarche lebih dini. Tapi setelah diteliti

lebih lanjut asupan protein lebih berpengaruh terhadap kejadian menarche

yang lebih awal.

6. Basal Metabolik dan Indeks Kejadian Menarche

Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengalami

menarche dini (9-11 tahun) mempunyai berat badan maksimal 46 kg.

Kelompok yang memiliki berat badan 37 kg mengalami menarche yang

terlambat yaitu sekitar 4,5 kg lebih rendah dari kelompok yang memiliki berat

badan yang ideal (Proverowati dan Maisaroh, 2009).

7. Usia Terjadi Menarche

Usia saat seorang anak perempuan mengalami menarche sangat

berfariasi. Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapat menstruasi

yang pertama kali pada usia yang lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun.

Tapi ada juga yang umur 8 tahun sudah memulai siklusnya. Tidak menutup

kemungkinan usia 16 tahun baru mendapatkan menstruasi pun dapat terjadi

atau disebut dengan amenore sekunder. Jika hal ini terjadi, perlu dilakukan

pemeriksaan medis untuk mengetahui penyebabnya. Karena pada lazimnya


penyebab amenore sekunder ini, karena terdapat lubang aliran menstruasi

pada selaput darah.

Anak yang mengalami kelainan didalam kandungan umumnya

mengalami menarche lebih muda dibandingkan usia rata-rata, sebaliknya

anak yang mengalami cacat mental mendapat menarche pada usia yang lebi

lambat. Usia untuk mencapai menarche seseorang dipengaruhi oleh banyak

faktor antara lain faktor suku dan ras, genetik, gizi, sosial dan ekonomi.

Selain itu, menstruasi pertama dapat disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya adalah adanya rangsangan audio visual, baik berasal dari

percakapan maupun tontonan dari film internet berlabel dewasa, vulgar, dan

berbau seksualitas (Proverawati dan Maisaroh, 2009).

D. Reaksi Remaja Wanita Terhadap Menarche

Tidak semua individu mampu menerima perubahan fisiologis semasa

remaja. Menurut para ahli psikologi perkembangan seperti Berk (1993), Turner

dan Helms (1995), Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih Dirga Gunarsa (1991)

secara umum mengungkapkan 2 jenis reaksi remaja wanita terhadap menarche,

yaitu sebagai berikut :

1. Reaksi negatif

Yaitu suatu pandangan yang kurang baik dari seorang remaja wanita

ketika dirinya memandang terhadap munculnya menstruasi. Ketika muncul

menstruasi pertama, seorang individu akan merasakan adanya keluhan-

keluhan fisiologis seperti sakit kepala, sakit pinggang, mual-mual dan muntah
maupun kondisi psikologis yang tak stabil seperti sedih, setres, cema, mudah

tersinggug dan emosional. Hal ini kemungkinan Karena ketidaktahuan remaja

tentang perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada awal kehidupan

seorang remaja wanita, maka menstruasi dianggap sebagai sesuatu hal yang

tidak baik. Oleh karena itu, peran orang tua maupun guru disekolah dalam

member pengertian dan pendidikan kondisi perubahan masa-masa remaja

termasuk pendidikan tentang menarche sangatlah penting agar dapat

mngurangi sikap membingungkan bagi remaja.

2. Reaksi positif

Disini individu atau remaja putri mampu memahami, menghargai, dan

menerima adanya menstruasi pertama sebagai tanda kedewasaan seseorang

(Agoes Dariyo, 2004)

E. Evaluasi

Tanya jawab

F. Daftar Pertanyaan

1. Pertanyaan

a. Jelaskan pengertian dari menarche?

b. Sebutkan perubahan-perubahan yang terjadi saat menarche?

c. Sebutkan factor-faktor yang mempengaruhi menarche!


2. Jawaban

a. Menarche adalah mestruasi pertama yang biasa terjadi pada rentang usia

10-16 tahun.

b. Saat terjadi menarche wanita cenderung merasa binguung, gelisah, dan

perasaan tidak nyaman. Dan gejala lain yang sering muncul adalah sakit

kepala, pegal-pegal, dan sakit perut.

c. Aspek psikologi, menarche dan kesuburan, pengaruh waktu terjadi

menarche, menarche dan lingkungan.


DAFTAR HADIR

Tanda
No. Nama Usia Alamat
Tangan
MENARCHE B. Tanda dan gejala menarche C. Aspek yang mempengaruhi menarche:
1. Merasa bingung
A. Pengertian
2. gelisah
Menarche merupakan menstruasi
pertama yang biasa terjadi pada
rentang usia 10-16 tahun atau pada
masa awal remaja di tengah masa puber
tasse belum memasuki masa reproduksi. 1. Aspek psikologi
Menarche merupakan pertanada adanya 2. Kesuburan
perubahan status sosial anak-anak 3. perasaan tidaknyaman 3. Waktu terjadi menarche
kedewasa. Menarche merupakan suatu 4. sedih 4. Lingkungan sosial
tanda yang penting pada wanita yang 5. perasaan suntuk 5. Umurdan status sosial
menunjukkan adanya poduksi hormone 6. sakit kepala 6. Basal metabolic dan indekskejadian
yang normal yang dibuat oleh
hipotalamus dan kemudian diteruskan D. Reaksiremajasaat menarche
pada ovarium dan uterus. Selama 2 3) Reaksi negative
tahun hormon-hormon ini akan
merangsang pertumbuhan tanda-tanda
seks sekunder
Pertumbuhan payudara
Perubahan kulit
Pertumbuhan rambut pubis 7. pegal-pegal
Pertumbuhan rambutketiak Yaitu suatu pandangan yang
8. kramperutdan kaki
Bentuktubuh menjadi ideal kurang baik dari seorang remaja wanita
ketika dirinya memandang terhadap
munculnya menstruasi. Ketika muncul
menstruasi pertama, seorang individu
MENARCHE
akan merasakan adanya keluhan-keluhan pertama sebagai tanda kedewasaan
fisiologi sseperti sakit kepala, sakit seseorang
pinggang, mual-mual dan muntah maupun Beberapa cara perawatan diri
kondisi psikologis yang takstabil seperti saat menstruasi antara lain sebagai
sedih, setres, cema, mudah tersinggug berikut:
dan emosional. Hal ini kemungkinan 7. Bersihkan vagina setiap mandi
Karena ketidaktahuan remaja tentang dengan air bersih, bila perlu
perubahan-perubahan fisiologis yang
dengan air hangat.
terjadi pada awal
kehidupanseorangremajawanita, 8. Cuci tangan seebelum menyentuh
makamenstruasi dianggap sebagai vagina.
sesuatu hal yang tidak baik.Oleh karena
9. Menyediakan pembalut dan
itu, peran orang tuamaupun guru
disekolah dalam member pengertian dan underwear pada saat melakukan
pendidikan kondisi perubahan masa- aktivitas ataupun bepergian. DisusunOleh:
masa remaja termasuk pendidikan
10. Gunakan pembalut yang baik,
tentang menarche sangatlah penting SITI KHOIRIYAH
agar dapat mngurangi sikap lembut dan aman pada saat 2011.1381

membingungkan bagi remaja. menstruasi.


11. Pilihlah pembalut yang tidak STIKES PKU MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
4) Reaksi positif member efek samping, seperti
2014
Disini individu atau remaja menimbulkan iritasi pada daerah
putri mampu memahami, menghargai,
organ intim, rasa tidak nyaman.
dan menerima adanya menstruasi
Pretest

No.
Usia Skore Kesimpulan
Responden

1 13 th 17 Cemas Berat

2 13 th 16 Cemas Sedang

3 13 th 10 Cemas Ringan

4 13 th 21 Cemas Berat

5 13 th 22 Cemas Berat

6 12 th 11 Cemas Sedang

7 13 th 25 Cemas Berat

8 13 th 15 Cemas Sedang

9 13 th 18 Cemas Berat

10 13 th 14 Cemas Sedang

11 13 th 22 Cemas Berat

12 13 th 23 Cemas Berat

13 12 th 21 Cemas Berat

14 12 th 20 Cemas Berat

15 13 th 22 Cemas Berat

16 12 th 19 Cemas Berat

17 13 th 16 Cemas Sedang

18 13 th 24 Cemas Berat

19 13 th 20 Cemas Berat

20 13 th 18 Cemas Berat

21 13 th 18 Cemas Berat

22 13 th 24 Cemas Berat

23 13 th 23 Cemas Berat

24 13 th 21 Cemas Berat
No.
Usia Skore Kesimpulan
Responden

25 13 th 22 Cemas Berat

26 13 th 19 Cemas Berat

27 13 th 18 Cemas Berat

28 13 th 16 Cemas Sedang

29 12 th 23 Cemas Berat

30 13 th 24 Cemas Berat

31 13 th 16 Cemas Sedang

32 13 th 18 Cemas Berat

33 12 th 24 Cemas Berat

34 13 th 20 Cemas Berat

35 13 th 19 Cemas Berat

36 12 th 18 Cemas Berat

37 13 th 21 Cemas Berat

38 13 th 23 Cemas Berat

39 13 th 19 Cemas Berat

40 13 th 15 Cemas Sedang
Postest

No.
Usia Skore Kesimpulan
Responden

1 13 th 10 CemasRingan

2 13 th 8 CemasRingan

3 13 th 7 CemasRingan

4 13 th 14 CemasSedang

5 13 th 10 CemasRingan

6 12 th 7 CemasRingan

7 13 th 12 CemasSedang

8 13 th 10 CemasRingan

9 13 th 12 CemasSedang

10 13 th 9 CemasRingan

11 13 th 9 CemasRingan

12 13 th 10 CemasRingan

13 12 th 11 CemasSedang

14 12 th 12 CemasSedang

15 13 th 10 CemasRingan

16 12 th 12 CemasSedang

17 13 th 9 CemasRingan

18 13 th 11 CemasSedang

19 13 th 10 CemasRingan

20 13 th 10 CemasRingan

21 13 th 10 CemasRingan

22 13 th 11 CemasSedang

23 13 th 10 CemasRingan

24 13 th 12 CemasSedang
No.
Usia Skore Kesimpulan
Responden

25 13 th 13 CemasSedang

26 13 th 14 CemasSedang

27 13 th 9 CemasRingan

28 13 th 9 CemasRingan

29 12 th 12 CemasSedang

30 13 th 11 CemasSedang

31 13 th 9 CemasRingan

32 13 th 10 CemasRingan

33 12 th 12 CemasSedang

34 13 th 13 CemasSedang

35 13 th 8 CemasRingan

36 12 th 10 CemasSedang

37 13 th 9 CemasRingan

38 13 th 11 CemasSedang

39 13 th 10 CemasRingan

40 13 th 9 CemasRingan
Frequencies
[DataSet0] F:\DATA KHOIR.sav

Statistics
Kecemasan Kecemasan
Umur Santriwati Pretes Posttest
N Valid 40 40 40
Missing 0 0 0

Frequency Table
Umur Santriwati
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 12 Tahun 7 17.5 17.5 17.5
13 Tahun 33 82.5 82.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kecemasan Pretes
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cemas Ringan 1 2.5 2.5 2.5
Cemas Sedang 8 20.0 20.0 22.5
Cemas Berat 31 77.5 77.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kecemasan Posttest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cemas Ringan 24 60.0 60.0 60.0
Cemas Sedang 16 40.0 40.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Explore
[DataSet0] F:\DATA KHOIR.sav

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pretest 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%
Posttest 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Pretest Mean 19.38 .565
95% Confidence Interval for Lower Bound 18.23
Mean Upper Bound 20.52
5% Trimmed Mean 19.58
Median 19.50
Variance 12.753
Std. Deviation 3.571
Minimum 10
Maximum 25
Range 15
Interquartile Range 5
Skewness -.630 .374
Kurtosis .161 .733
Posttest Mean 10.38 .267
95% Confidence Interval for Lower Bound 9.83
Mean Upper Bound 10.92
5% Trimmed Mean 10.36
Median 10.00
Variance 2.856
Std. Deviation 1.690
Minimum 7
Maximum 14
Range 7
Interquartile Range 3
Skewness .210 .374
Kurtosis -.158 .733

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Pretest .100 40 .200 .954 40 .105
Posttest .188 40 .001 .954 40 .101
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
T-Test
[DataSet0] F:\DATA KHOIR.sav

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pretest 19.38 40 3.571 .565
Posttest 10.38 40 1.690 .267

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Pretest & Posttest 40 .596 .000

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Error Difference Sig.
Mean Deviation Mean Lower Upper t df (2-tailed)
Pair 1 Pretest - 9.000 2.900 .459 8.073 9.927 19.628 39 .000
Posttest
Distribusi Nilai ttabel
d.f t0.10 t0.05 t0.025 t0.01 t0.005 d.f t0.10 t0.05 t0.025 t0.01 t0.005
1 3.078 6.314 12.71 31.82 63.66 61 1.296 1.671 2.000 2.390 2.659
2 1.886 2.920 4.303 6.965 9.925 62 1.296 1.671 1.999 2.389 2.659
3 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841 63 1.296 1.670 1.999 2.389 2.658
4 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604 64 1.296 1.670 1.999 2.388 2.657
5 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032 65 1.296 1.670 1.998 2.388 2.657
6 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707 66 1.295 1.670 1.998 2.387 2.656
7 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499 67 1.295 1.670 1.998 2.387 2.655
8 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355 68 1.295 1.670 1.997 2.386 2.655
9 1.383 1.833 2.262 2.821 3.250 69 1.295 1.669 1.997 2.386 2.654
10 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169 70 1.295 1.669 1.997 2.385 2.653
11 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106 71 1.295 1.669 1.996 2.385 2.653
12 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055 72 1.295 1.669 1.996 2.384 2.652
13 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012 73 1.295 1.669 1.996 2.384 2.651
14 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977 74 1.295 1.668 1.995 2.383 2.651
15 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947 75 1.295 1.668 1.995 2.383 2.650
16 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921 76 1.294 1.668 1.995 2.382 2.649
17 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898 77 1.294 1.668 1.994 2.382 2.649
18 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878 78 1.294 1.668 1.994 2.381 2.648
19 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861 79 1.294 1.668 1.994 2.381 2.647
20 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845 80 1.294 1.667 1.993 2.380 2.647
21 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831 81 1.294 1.667 1.993 2.380 2.646
22 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819 82 1.294 1.667 1.993 2.379 2.645
23 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807 83 1.294 1.667 1.992 2.379 2.645
24 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797 84 1.294 1.667 1.992 2.378 2.644
25 1.316 1.708 2.060 2.485 2.787 85 1.294 1.666 1.992 2.378 2.643
26 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779 86 1.293 1.666 1.991 2.377 2.643
27 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771 87 1.293 1.666 1.991 2.377 2.642
28 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763 88 1.293 1.666 1.991 2.376 2.641
29 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756 89 1.293 1.666 1.990 2.376 2.641
30 1.310 1.697 2.042 2.457 2.750 90 1.293 1.666 1.990 2.375 2.640
31 1.309 1.696 2.040 2.453 2.744 91 1.293 1.665 1.990 2.374 2.639
32 1.309 1.694 2.037 2.449 2.738 92 1.293 1.665 1.989 2.374 2.639
33 1.308 1.692 2.035 2.445 2.733 93 1.293 1.665 1.989 2.373 2.638
34 1.307 1.691 2.032 2.441 2.728 94 1.293 1.665 1.989 2.373 2.637
35 1.306 1.690 2.030 2.438 2.724 95 1.293 1.665 1.988 2.372 2.637
36 1.306 1.688 2.028 2.434 2.719 96 1.292 1.664 1.988 2.372 2.636
37 1.305 1.687 2.026 2.431 2.715 97 1.292 1.664 1.988 2.371 2.635
38 1.304 1.686 2.024 2.429 2.712 98 1.292 1.664 1.987 2.371 2.635
39 1.304 1.685 2.023 2.426 2.708 99 1.292 1.664 1.987 2.370 2.634
40 1.303 1.684 2.021 2.423 2.704 100 1.292 1.664 1.987 2.370 2.633
41 1.303 1.683 2.020 2.421 2.701 101 1.292 1.663 1.986 2.369 2.633
42 1.302 1.682 2.018 2.418 2.698 102 1.292 1.663 1.986 2.369 2.632
43 1.302 1.681 2.017 2.416 2.695 103 1.292 1.663 1.986 2.368 2.631
44 1.301 1.680 2.015 2.414 2.692 104 1.292 1.663 1.985 2.368 2.631
45 1.301 1.679 2.014 2.412 2.690 105 1.292 1.663 1.985 2.367 2.630
46 1.300 1.679 2.013 2.410 2.687 106 1.291 1.663 1.985 2.367 2.629
47 1.300 1.678 2.012 2.408 2.685 107 1.291 1.662 1.984 2.366 2.629
48 1.299 1.677 2.011 2.407 2.682 108 1.291 1.662 1.984 2.366 2.628
49 1.299 1.677 2.010 2.405 2.680 109 1.291 1.662 1.984 2.365 2.627
50 1.299 1.676 2.009 2.403 2.678 110 1.291 1.662 1.983 2.365 2.627
51 1.298 1.675 2.008 2.402 2.676 111 1.291 1.662 1.983 2.364 2.626
52 1.298 1.675 2.007 2.400 2.674 112 1.291 1.661 1.983 2.364 2.625
53 1.298 1.674 2.006 2.399 2.672 113 1.291 1.661 1.982 2.363 2.625
54 1.297 1.674 2.005 2.397 2.670 114 1.291 1.661 1.982 2.363 2.624
55 1.297 1.673 2.004 2.396 2.668 115 1.291 1.661 1.982 2.362 2.623
56 1.297 1.673 2.003 2.395 2.667 116 1.290 1.661 1.981 2.362 2.623
57 1.297 1.672 2.002 2.394 2.665 117 1.290 1.661 1.981 2.361 2.622
58 1.296 1.672 2.002 2.392 2.663 118 1.290 1.660 1.981 2.361 2.621
59 1.296 1.671 2.001 2.391 2.662 119 1.290 1.660 1.980 2.360 2.621
60 1.296 1.671 2.000 2.390 2.660 120 1.290 1.660 1.980 2.360 2.620
Dari "Table of Percentage Points of the t-Distribution." Biometrika, Vol. 32. (1941), p. 300. Reproduced by permission of the Biometrika Trustess.

Anda mungkin juga menyukai