Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEBIDANAN PADA “NY S” USIA 37 TAHUN

ASEPTOR BARU KB IUD DI


RS TK III BRAWIJAYA
SURABAYA

Asuhan Kebidanan ini disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktek Klinik Kebidanan I Semester IV

Oleh :
Ni Putu Rahayu Dwiasti Indira
Nim : 07.051

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2008-2009
Kata Pengantar

Pudji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmatnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Asuhan Kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny. S Usia 37
tahun Akseptor KB IUD di Rs TK III BRAWIJAYA Surabaya.”
 Ibu Lestari, SH.SST sebagai pembimbing klinik di RS TK III
BRAWIJAYA serta selaku Kepala Ruangan Instalasi Rawat Inap B
 Ibu Ludyaningrum Amd,Keb sebagai Kepala Ruangan
Anggrek/Bersalin
 Kaprodi D-III Kebidanan STIKES KENDEDES MALANG yang
telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan praktik
 Pembimbing pendidikan D-III kebidanan STIKES KENDEDES
MALANG
 Serta kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian
Laporan Pendahuluan ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Pendahuluan ini,
masih jauh dari kata sempurna, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan karya tulis ini.

Surabaya, 22 juni 2009

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber
daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat
derajat kehidupan bangsa telah dilaksanakan secara bersamaan pembangunan
ekonomi dan keluarga berencana yang merupakan sisi masing-masing mata
uang. Bila gerakan keluarga berencana tidak dilakukan bersamaan dengan
pembanguanan ekonomi, dikhawatirkan hasil pembanguanan tidak akan
berarti.
Pendapatan Malthus yang mengemukakan bahwa pertumbuhan dan
kemampuan mengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung,
sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana deret ukur,
sehingga pada satu titik sumber daya alam tidak mampu menampung
pertumbuhan manusia telah menjadi kenyataan. Berdasarkan pendapat
demikian diharapkan setiap keluarga, memperlihatkan dan merencanakan
jumlah keluarga yang diinginkan.
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan
menerima norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang
berorentasi pada “catur warga” atau zero population growth (pertumbuhan
seimbang). Gerakan keluarga berencana nasional Indonesia telah berumur
panjang (sejak 1970) dan masyarakat dunia menganggap Indonesia berhasil
menurunkan angka kelahiran dengan bermakna. Masyarakat dapat menerima
hampir semua metode medis teknis keluarga berencana yang direncanakan
oleh pemerintah.
Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu :
1. Keluarga berencana mandiri : artinya masyarakat memilih metode KB
dengan biaya sendiri melalui KB lingkar biru dan KB lingkar emas.
2. Mengarahkan pada pelayanan metode kontrasepsi efektif (MKE) : AKDR,
suntikan KB, susuk KB, dan kontap.

B. TUJUAN PENULISAN
I. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara
ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan secara nyata serta mendapatkan
pengetahuan dalam memecahkan masalah.
II. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :
a. Pengkajian dan menganalisa data pada klien dengan aseptor baru KB
IUD.
b. Merumuskan diagnosa kebidanan dan menentukan prioritas masalah
pada klien.
c. Menyusun rencana kebidanan.
d. Melaksanakan tindakan kebidanan.
e. Evaluasi asuhan kebidanan.

C. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam proses penyusunan laporan ini
adalah :
1. Metode pendekatan deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan
peristiwa dan gejala yang terjadi.
2. Teknik pengumpulan data dan pengidentifikasian data melalui observasi,
wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumen dan studi kepustkaan.
3. Sumber data primer dari klien dan data sekunder dari keluarga dan petugas
kesehatan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau IUD mempunyai sejarah
perkembangan yang panjang sebelum generasi III dengan keamanan,
efektivitas, dan penyulit yang tidak terlalu besar. Hipocrates telah
merencanakan agar pranata ekonomi dan penduduk berjalan seiring sehingga
jumlah penduduk dapat dikendalikan. Hipocrates telah terjadi kehamilan pada
onta. Pengetahuan ini digunakan oleh kafilah dalam perjalanan panjang di
gurun pasir sehingga onta-onta tidak hamil.
Richter dari Polandia 1909 membuat AKDR dari benang sutra tebal yang
dimasukkan ke dalam rahim. Pada tahun 1930 Grafenberg dari Jerman
membuat cincin dari benang sutra dan perak untuk menghindari kehamilan
dengan hasil memuaskan. Pada tahun 1959 Oppenheimer dan Ishimka
mengemukakan hasil yang memuaskan terhadap 1.500 sampai 2.000 wanita
yang memakai cincin Grafenheimer. Otta dari Jepang pada tahun 1959
membuat AKDR dari bahan plastic dengan hasil yang cukup memuaskan yang
disebut Ottaring.
Pengetahuan tentang desinfektan dan sterilitas belum memuaskan
sehingga banyak dijumpai infeksi alat kandungan. Di Indonesia telah banyak
dicoba AKDR generasi kedua seperti spiral Margulis, Lippes Loop, AKDR
M (metal) dengan hasil yang baik. Telah dikembangkan AKDR generasi
ketiga yang mengandung Cu atau hormonal diantaranya Seven cupper,
Multiload, Cupper T 380, Medosa, dan Progestasert (AKDR dengan
progesterone. BKKBN menggunakan Cupper T 380 A sebagai standar yang
dibuat oleh PT Kima Farma.
2.1.1 Mekanisme kerja AKDR sebagai alat kontrasepi
Mekanisme kerja lokal AKDR (IUD) sebagai berikut :
1. AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi
benda asing dengan timbunan leolosit, makrofag, dan limfosit.
2. AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin, yang
menghalangi kapasitasi sepermatozoa.
3. Pemadatan endometrium oleh leokosit, makrofag, dan limfosit
menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh makrofag dan blastokis
tidak mampu melaksanakan nidasi.
4. Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan
gerak spermatozoa sehingga mengurang kmampuan untuk melaksanakan
konsepsi. Mekanisme kerja yang pasti belum diketahui dan masih dalam
penelitian.

2.1.2 Keuntungan AKDR (IUD)


Alat kontrasepsi dalam rahim dapat diterima masyarakat dunia, termasuk
Indonesia dan menempati urutan ketiga dalam pemakaian.
Keuntungan AKDR (IUD) adalah :
1. Dapat diterima masyarakat dengan baik.
2. Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit.
3. Kontrol medis yang ringan.
4. Penyulit tidak terlalu berat.
5. Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik.

2.1.3 Kerugian (IUD)


Alat AKDR bukanlah alat konrasepsi yang sempurna, sehingga masih terdapat
beberapa kerugian sebagai berikut :
1. Masih terjadi kehamilan dengan AKDR in situ.
2. Terdapat perdarahan : spotting dan menometroragia.
3. Leokorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang
senggama terasa lebih basah.
4. Dapat terjadi infeksi.
5. Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau
sekunder dan kehamilan ektopik.
6. Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
mengganggu hubungan seksual.

2.1.4 Kapan waktu untuk memasang AKDR


AKDR dapat dipasang :
1. Bersamaan dengan menstruasi.
2. Segera setelah bersih menstruasi.
3. Pada masa akhir puerperium.
4. Tiga bulan pascapersalinan.
5. Bersamaan dengan seksio sesarea.
6. Bersamaan dengan abortus dan kuretage.
7. Hari kedua-ketiga pascapersalinan.

2.1.5 Kapan AKDR tidak dapat dipasang


Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) tidak dapat dipasang pada keadaan :
1. Terdapat infeksi genetalia.
 Menimbulkan eksaserbasi (kambuh) infeksi.
 Keadaan patologis lokal : frungkle, stenosis vagina ; infeksi vagina.
2. Dugaan keganasan serviks.
3. Perdarahan dengan sebab yang tidak jelas.
4. Pada kehamilan : terjadiabortus, muda perforasi, perdarahan, infeksi.

2.1.6 Teknik pemasangan AKDR


Memperhatikan penyulit AKDR, maka pemasangan perlu mendapat
perhatian:
I. Persiapan pemasangan AKDR.
1) Penderita tidur terlentang di meja ginekologi.
2) Vulva dibersihkan dengan kapas lisol, betadin, hibiscrub atau lainnya.
3) Dilakuak pemeriksaan dalam untuk menentukan besar dan arah rahim.
4) Duk steril dipasang di bawah bokong.
5) Speculum cocor bebek dipasang, sehingga serviks tampak.
6) Serviks-portio dibersihkan dengan kapas bethadin atau lisol atau
lainnya.
7) Dilakukan sodage untuk menentukan dalam-panjang rahim dan arah
posisi rahim.
II. Persiapan dan pemasangan AKDR.
Dikemukakan beberapa jenis pemasangan AKDR sebagai berikut :
a. Jenis Lippes loop.
b. Jenis Cupper T atau Seven Cupper.
c. Jenis Multiload atau Medusa.
III. Pemeriksaan ulan AKDR.
Setelah pemasangan AKDR perlu dilakukan control medis degan jadwal :
a. Setelah pemasangan kalau dipandang perlu
diberikan antibiotika profilaksis.
b. Jadwal pemeriksaan ulang :
c. Satu minggu setelah pemasangan.
d. Satu bulan setelah pemeriksaan pertama.
e. Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua.
f. Setiap enam bulan sampai satu tahun.
Untuk AKDR tanpa bahan aktif Cupper, pemakaiannya dapat
berlangsung sampai menjelang menopause. Sedangkan AKDR dengan
bahan aktif Cupper pemakaiannya tiga sampai empat tahun dan
selanjutnya diganti.
IV. Kapan AKDR dibuka.
Alat kontarasepsi dalam rahim (AKDR) dapat dibuka sebelum waktunya
bila dijumpai :
a. Ingin hamil kembali
b. Leokorea, sulit diobati dan peserta menjadi kurus
c. Terjadi infeksi
d. Terjadi perdarahan
e. Terjadi kehamilan mengandung bahan aktif dengan AKDR.
f. Cupper T 380 A primadona BKKBN.
Pertimbangan mengapa BKKBN memilih Cupper T 380 A sebagai
primadona :
a. Teknik pemasangan
mudah, tidak sakit.
b. Efektivitas tinggi.
c. Kejadian ekspulsi
rendah.
d. Tidak mudah
menimbulkan perforasi.
e. Tidak banyak
menimbulkan komplikasi.
f. Tidak banyak
menimbulkan trauma.
g. Kembalinya kesuburan
berjalan lancer.
Demikian pertimbangan BKKBN sehingga menetapkan Tcu 380 A sebagai
primadona alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Data
Tanggal : Rabu,17 juni 2009
jam : 09.00 WIB
No reg : 109.07
I. Data subyektif
a. Biodata
Nama Istri : Ny. S Nama Suami : Tn. E
Umur : 37 Th Umur : 39 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : STM
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : PNS TNI AD Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : Rp.2.450.000 Penghasilan : Rp.1.500.000
Alamat : Asrama Pomdam Alamat : Asrama Pomdam
V/Brawijaya V/Brawijaya

b. Status Perkawinan
Perkawinan ke: 1
Umur kawin : 25 th
Lama Kawin : 12 th
c. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin memakai spiral sebagai alat kontrasepsi.
d. Riwayat Kebidanan
1.) Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari / teratur
Lama : 5 hari
Banyak : 1-2 kotek/hari
Warna : merah
Bau : anyir
Flour albus : tidak ada
Dismenorhoe : tidak ada
2.) Riwayat Kehamilan, Persalinan, nifas yang lalu.

Kawin Hamil Persalinan Anak Nifas KB

Ke Ke Usia Jenis Penolong Tempat Penyulit BBL Seks Hidup Mati ASI Penyulit Jenis
I I 9 SPT Bidan BPS - 2.9 ♀ 12 th - 8 - -
bln B Kg bln
2 9 SPT Bidan BPS - 3.2 ♀ 9 th 1 th - -
bln B kg
3 9 SPT Bidan BPS - 2.8 ♀ 6 bln 2 - spiral
bln B kg bln

3.) Riwayat KB
Ibu menyatakan ingin menggunakan KB spiral saat ini karena saat ini
sedang menyusui, ibu ingin menggunakan KB yang tidak mengganggu
ASI, ibu juga ingin memakai KB dengan jangka panjang. Sebelumnya
ibu tidak pernah pakai KB apapun.

e. Riwayat kesehatan yang lalu


Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti
(hepatitis, TBC), menurun seperti (kencing manis,te), dan menahun
(asthma, jantung), rieayat stroke, epilepsi, tumor jinak / ganas pada
payudara, tidak ada riwayat kanker payudara.

f. Riwayat kesehatan keluarga


Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti
tekanan darah tinggi, jantung,kencing manis, asthma dan penyakit menular
seperti hepatitis TBC,HIV/AIDS.

g. Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit mioma uteri, radang
pinggul dan vagina. Tidak pernah mengalami perdarahan yang tidak
diketahui sebabnya, tidak menderita tumor / kanker sistem reproduksi.
h. Pola kebiasaan sehari-hari
1.) Pola nutrisi
Makan : 3x/hari, porsi (nasi, lauk, sayur, buah)
Minum : + 7-9 gelas/hari (air putih, teh)
2.) Pola eliminasi
BAK : + 6-7x/hari (konsistensi cair, warna kuning, bau khas)
BAB : 1x/hari (konsistensi lembek, kuning, bau khas, tidak nyeri)
3.) Pola aktifitas
Klien mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti biasa.
4.) Pola istirahat
Siang : 14.00-16.00 WIB
Malam : 22.00-04.30 WIB
5.) Pola sexual
2x/minggu, tidak ada keluhan.
i. Data psikologi
Hubungan klien dengan ibu dan suami baik, suami sangat mendukung ibu
untuk menggunakan alat kontrasepsi, dalam agama yang dianut tidak ada
larangan memakai alat kontrasepsi.
j. Data sosial dan budaya
Ibu dan suami dari Jawa dan tidak ada budaya yang mempengaruhi dalam
pemakaian alat kontrasepsi apapun.

II. Data Obyektif


a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Postur tubuh : tegak
Cara berjalan : normal, biasa
Raut wajah : senang

Tanda-tanda vital
T : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
S : 37oC
RR : 20x/menit
TB : 155 cm
BB : 52 kg
b. Pemeriksaan fisik umum
1.) Inspeksi
Kepala : kulit kepala bersih, tidak ada luka, tidak ada
ketombe, bersih, warna rambut hitam
Muka : simetris,tidak pucat, tidak oedema
Mata : simetris, bersih, tidak ada konjungtiva, tidak
anemis, palpebra tidak oedema, sklera tidak icterus
Hidung : simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip,
tidak ada PHC
Mulut : simetris,mukosa lembab, tidak stomatitis, tidak
caries, tidak ada gigi palsu, gusi tidak anemis
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen dan purulen
Leher : simetris,tidak ada bendungan vena jugularis, tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid
Dada : simetris,tidak ada retraksi, ada hyperpigmentasi
pada areola, puting susu menonjol, ASI +/+, tidak
terlihat adanya benjolan, puting tidak lecet
Abdoment : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada benjolan
pada perut
Vulva : bersih, tidak ada sekret, tidak ada varices, tidak ada
pembesaran kelenjar skene dan bhatolini, tidak
oedem,tidak ada kondiloma akuminata maupun
matalata
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstrimitas atas : simteris, tidak oedema, tidak varices,
tidak ada luka,tidak polidaktil maupun sidaktil
Ekstrimitas bawah : simteris, tidak oedema, tidak varices,
tidak ada luka,tidak polidaktil maupun sidaktil

2.) Palpasi
Leher :Tidak ada bendungan vena jugularis dan tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid
Perut :Tidak ada tanda kehamilan, TFU tidak teraba, tidak
ada nyeri tekan pada adnexa, tidak ada benjolan /
tumor
Payudara :Konsistensi lunak, tidak ada benjolan
Ekstrimitas atas : tidak oedem dan varices
Ekstremitas bawah : tidak oedem dan varices
3.) Auskultasi
Dada : tidak ada wheezing dan ronchi
4.) Perkusi
Tidak dilakukan.
c. Pemeriksaan dalam
1.) Tidak ada nyeri goyang pada portio
2.) Pergerakan serviks bebas
3.) Tidak ada tumor / infeksi pada adnexa
4.) Tidak ada tanda hepar
5.) Posisi uterus anteplexi
6.) Tanda chadwik (-)
d. Pemeriksaan penunjang
1.) Pemeriksaan inspeculo
2.) Tidak ada lesi / keputihan pada vagina
3.) Tidak ada sekret
4.) Tidak ada erosi portio

Kesimpulan :
Akseptor KB baru pro IUD.

B. Interpretasi Data Dasar


Dx : Akseptor KB baru pro pemasangan IUD
DS : - Ibu mengatakan ingin menggunakan KB spiral, karena saat ini
sedang menyusui
- Ibu ingin menggunakan KB dalam waktu yang lama
- Ibu ingin mengetahui banyak info tentang KB spiral
DO : - K/U ibu baik
- Ibu tampak antusias dan banyak bertanya tentang KB spiral
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 20x/menit
S : 37oC
- Pemeriksaan dalam : tidak ada nyeri goyang portio, tidak ada
tumor, tidak ada tanda hegar, posisi
uterus anteflexi, tidak ada tumor pada
kedua adnexa
- Pemeriksaan inspeculo : tidak ada erosi portio, tidak ada lesi /
flour albus, tidak ada sekret
Masalah : Tidak ada

Kebutuhan :
- KIE tentang AKDR, efek samping, keuntungan, kerugian, dan spiral
- Pemasangan IUD

C. Identifikasi Masalah Potensial


Tidak ada

D. Indentifikasi Kebutuhan Segera


Tidak ada

E. Pengembangan Rencana
Dx : Akseptor KB baru IUD
Tujuan : Setelah diberikan asuhab kebidanan diharapkan ibu menjadi
akseptor KB lestari dan tidak terjadi komplikasi
Kriteria : - Ibu jelas mengenai KIE tentang alat kontrasepsi spiral
- Ibu dapat mengulangi penjelasan tentang KIE alat kontrasepsi
spiral yang sudah diberikan
- Ibu mau / setuju untuk dilakukan pemasangan alat
kontrasepsi spiral
- Ibu menjadi akseptor KB spiral lestari
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan pada ibu / klien dan suami serta keluarga
R/ membangun kepercayaan ibu dan keluarga serta suami terhadap nakes
dan menjalin hubungan yang kooperatif
2. Berikan kesempatan pada klien untuk mengemukakan masalahnya
R/ mengurangi ketegangan klien
3. Berikan penjelasan tentang alat kontrasepsi spiral, efek samping,
keuntungan dan kerugian, kontra indikasi serta cara pemasangan
R/ alih informasi dan memberi kesempatan ibu untuk bertanya bila tidak
mengerti
4. Lakukan informed consent
R/ tanda bukti persetujuan tindakan yang dilakukan (tanggung jawab dan
tanggung gugat)
5. Persiapkan alat, pasien, lingkungan
R/ memudahkan pemasangan dan untuk menjaga privacy klien
6. Lakukan pemasangan IUD secara benar dan efektif
R/ mencegah infeksi dan efek samping
7. Berikan KIE pasca tindakan
R/ menambah pengetahuan klien
F. Implementasi
Dx : Calon akseptor KB baru pro IUD
Jam 09.00 wib : Menyapa klien dengan sikap ramah dan sopan dan
memperkenalkan diri. Memberikan kesempatan klien untuk
mengemukakan masalahnya yaitu : ibu saat ini sedang
menyusui dan ibu ingin menggunakan KB dalam jangka
waktu yang lama, salah satunya yaitu KB spiral dan ibu ingin
tahu tentang KB spiral
Spiral / IUD / AKDR adalah salah satu jenis alat kontrasepsi
yang dimasukkan kedalam rahim ukuran kecil, kerangka dari
plastik, flexibel, berbentuk huruf T diselubugi kawat halus
yang dibuat dari tembaga, sangat efektif, berjangka panjang
sampai 40 tahun.
Berfungsi untuk : Mencegah sperma ovum bertemu, menghambat masuk ke
tuba falori mencegah implantasi telur dalam uterus
Efek samping : - Haid menjadi lebih lama dan banyak
- Perubahan siklus haid
- Perdarahan spotting (antar menstruasi)
- Saat haid lebh sakit
Kerugian : - Tidak mencegah IMS, HIV / AIDS, klien tidak dapat
melepas spiral sendiri
- Mungkin terjadi translokasi, resiko ektopik T
Keuntungan : - Efektifitas tinggi, metode jangka panjang 10 tahun
- Tidak mempengaruhi volume / kualitas ASI, tidak
mengganggu hubungan sexual
Kontraindikasi : Hamil / diduga hamil, perdarahan pervaginam, menderita
TBC pelvik, ukuran rongga rahim < 5 cm
Jam 09.10 : Melakukan informed consent
Jam 09.15 : Menyiapkan alat :
- IUD kit terdiri dari (spealvro, tampan tang, tenakulum,
sonde uterus, gunting, iebold)
- IUD steril (jenis coper T 380 A)
- Duf steril, obat disenfacton, hands coen steril 1 psu, larutan
chlorin 0,5%
- Spatula oyre dan obyek glass
Jam 09.30 : Menyiapkan ruangan :
- Lingkungan tertutup, terdapat lampu penerangan yang
menerangi serviks
Menyiapkan pasien :
- Pasien disuruh membersihkan alat genetalia dengan sabun
hingga bersih, dan berbaring dengan posisi libhokumi
dimeja periksa
Jam 09.42 : Mencuci tangan dengan sabun + air bersih, setelah itu
dikeringkan dengan kain bersih
Jam 09.45 : Menyiapkan IUD steril, pastikan IUD masih terbungkus dalam
kemasan yang rapat, insenter berada diluar tabung, lengan IUD
diluar, badan IUD didalam, tidak lewat tanggal kadaluarsa,
tembaga tidak cacat. Kemdian letakkan kemasan IUD
dipermukaan yang datar, buka kertas penutup 1/3 bagian
kemudian angkat kemasan. Kemudian buka seperti mengupas
kulit pisang masukkan inserter kedalam tabung, letakkan
ditempat yang datar kemudian rapatkan kedua lengan IUD,
kemudian tabung didorong dengan cara menjungkit sampai
lengan IUD masuk kedalam tabung.
Jam 09.55 : Memakai sarung tangan baru, pasang speculum vagina untuk
melihat serviks, usap vagina dan serviks dengan larutan
antisptik 2-3x dengan deopers yang dijepit tampon tang, jepit
portio dengan tenakulum pada jam 11
Jam 09.58 : Masukkan sonde uterus dengan tehnik No Touch Tehnik (tanpa
penyentuh dinding speculum dan serviks), tentukan posisi dan
kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde uterus, ukur
kedalaman kavum pada tabung inserter yang masih dalam
kemasan
Jam 10.00 : Mengukur bekas bejah pada sonde, disesuaikan dengan ukuran
pada kartes pengukur IUD, pegang leher biru dari atas penutup
transparan dan dorong tabung insertor sampai jarak lengan IUD
dengan ujung leher biru sama panjangnya dan batas darah,
putar tabung inserter sampai sumbu panjang leher biru berada
pada posisi horizontal
Jam 10.15 : Mengangkat tabung AKDR tanpa menyentuh permukaan yang
tidak steril, pegang tabung AKDR dan posisi bidang biru
horizontal, sementara lakukan tarikan pada tenokulum dengan
hati-hati, masukkan tabung inserter kedalam kavum uterus
sampai leher biru menyentuh serviks dan terasa adanya tekanan
Jam 10.20 : Tahan tenokulum dan dorong dengan 1 tangan, lepaskan AKDR
dengan tehnik With Drawal, keluarkan pendorong buang
ketempat sampah, tabung inserter didorong kembali ke serviks
sampai leher biru menyentuh serviks / terasa adanya tahanan
Jam 10.30 : - Mengeluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting
benang AKDR + 3-4 cm
- Mengeluarkan seluruh tabung inserter buang ketempat
sampah terkontaminasi
- Melepaskan tenokulum, dengan hati-hati dan rendam
larutan chlorin 0,5% untuk dekonlaminasi
- Memeriksa serviks dan tak ada perdarahan pad atempat
bekas jepitan tenokulum, tekan / didreg dengan kat selma +
30-60 detik
- Mengeluarkan speculum dengan hati-hati, rendam dalam
larutan chlorin 0,5% didekontaminasi
- Membuang bahan yang tidak dipakai ketempat yang sudah
disediakan
- Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tanga
ke dalam larutan chlorin buke dan rendam dalam larutan
chlorin 0,5%
- Mencuci tangan dengan air dan sabun
- Memastikan klien tidak mengalami kram heboh dan amati
selama 15 menit sebelum memperbolehkan klien pulang
Jam 10.35 : - Memberikan konseling pasca pemasangan
- Mengajarkan Klien bagaimana cara memeriksa sendiri
benang AKDR dan kapan harus dilakukan yaitu dengan
melakukan jari tlunjuk dan tengah kedalam vagina untuk
meraba benang pada saat bulan pertama setelah haid
- Menjelaskan pada klien pada bulan pertama pemasangan,
hanya perlu memeriksa
- Menganjurkan klien untuk melakukan person hygiene yang
baik
- Menganjurkan klien untuk kontrol 1 minggu setelah
pemasangan, akhir bulan pertama, akhir bulan ketiga, akhir
bulan keenam, setahun sekali, dan apabila ada keluhan
- Mengingatkan pad aklien jika spiral ini dilepas setelah 10
tahun pemasangan dan dapat datang ke klinik setiap saat
untuk konsultasi atau jika AKDR ingin dicabut
- Minta klien untuk menulangi penjelasan yang telah
diberikan
Jam 10.40 : Melakukan pendokumentasian :
- Tanggal pemasangan
- Jam pemasangan
- Tempat pemasangan
- Nama pemasang IUD dan tanda tangan pemasang IUD
- Nama penderita yang dipasang IUD
- Jenis IUD yang dipasang
- Hal-hal / kejadian istimesa saat pemasangan kemungkinan
terjadi, kesulitan pasien menolak, atau terjadi kram hebat
perdarahan
Terapi yang diberikan : - Ciprofloxalin 3x 500 mg
- Asam mefenamat 3x 500mg
Memberikan kartu akseptor

G. Evaluasi
Tanggal : 29-07-2008 jam : 10.45 WIB
Dx : Akseptor KB baru pro IUD
Ibu mengatakan sudah dipasang spiral dan mengerti tentang
penjelasan mengenai alat kontrasepsi spiral.
O : - IUD jenis CuT 380 A sudah terpasang
- Ibu bisa menjelaskan kembali penjelasan petugas dan tidak
terjadi perdarahan
- K/U baik
A : Akseptor KB baru pasca pemasangan IUD
P : - Jadwal kontrol 1 minggu lagi
- Ajari ibu cara mengecek benang IUD
- Datang sewaktu-waktu ke klinik / konsultasi / bila ada
keluhan atau ingin dicabut

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan
Kontrasepsi IUD di Rs TK III Brawijaya Surabaya. Dapat ditarik beberapa
kesimpulan :
a. Dalam melakukan pelayanan kontrasepsi kepada klien harus
mendapatkan KIE secara lengkap mengenai semua jenis kontrasepsi
sehingga klien memahami benar jenis kontrasepsi apa yang akan
dipilih.
b. Dalam memberikan suatu pelayanan kontrasepsi komunikasi antara
bidan dengan klien harus dibina secara baik,berikan suatu kebebasan
bagi klien untuk bertanya dan jangan memaksakan kontap apa yang
akan klien pilih,kenyamanan berkomunikasi secara interpersonal
memudahkan klien untuk memilih kontrasepsi secara tepat.
c. Semua tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan Protap dan
sesuai standar pelayanan kebidanan.
B. SARAN
a. Bagi petugas.
Bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kebidanan harus
meningkatkan kemampuan & keterampilan yang dimiliki serta harus
memiliki kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain, klien
dan keluarga.
b. Bagi klien.
Klien harus dapat bekerja sama dengan baik dengan tenaga kesehatan agar
keberhasilan dalam asuhan kebidanan dapat tercapai serta semua masalah
klien dapat terpecahkan.

c. Bagi pendidikan.
Tenaga kesehatan yang berada disuatu instansi kesehatan supaya lebih
memperhatikan & memberikan bimbingan kepada calon tenaga kesehatan
pada umumnya serta supaya melengkapi buku-buku yang ada di
perpustakaan yang merupakan gudang ilmu bagi para anak didik.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba “ Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan , dan Keluarga


Berencana untuk Pendidik Bidan ”, Penerbit buku kedokteran, Jakarta :
1998.
Varney, Helen, “ Buku Saku Bidan “, Penerbit buku kedokteran, Jakarta :
2001.
Prof. Dr. dr. Biran Affandi, SpOG “ Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi ”, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo,
Jakarta : 2003.

Anda mungkin juga menyukai