Anda di halaman 1dari 16

KB IUD

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana

Dosen pengampu : Nur Solichah, S.S.IT., M.Kes

Disusun Oleh :

1. Dhea Diptyahayu Mentari (102017005)

2. Lucia Pambudi (1020170

3. Tri Junika Khoirunnisa

PROGAM D-III

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI PUTRA BANGSA PURWOREJO

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat, rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana yang diampu oleh
ibu Nur.

Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
penyusun mengucapkan banyak terimakasih pada ibu Asih selaku dosen pembimbing serta
teman-teman sekalian. Dalam pembuatan makalah yang berjudul “KB IUD”, penyusun berharap
setelah membaca makalah ini, pembaca dapat memahami dan menambah pengetahuan yang
baik, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu
penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan pembuatan makalah
yang akan datang.

Purworejo, 5 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tinjauan Pustaka
D. Manfaat penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian IUD

B. Jenis-jenis IUD

C. Keuntungan Penggunaan IUD

D. Kerugian Penggunaan IUD

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan IUD

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga (WHO, 2009).
Program KB tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan laju pertumbuhan
penduduk, melainkan juga untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB
dan kesehatan reproduksi (KR) yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu (AKI)
dan angka kematian bayi (AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
untuk membentuk keluarga kecil berkualitas (Yuhedi dan Kurniawati, 2013).
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Devices (IUD)
merupakan pilihan kontrasepsi yang efektif, aman, dan nyaman bagi sebagian wanita
(Glasier dan Gebbie, 2012). Pemakaian IUD terhadap penurunan fertilitas mempunyai
efektifitas dan tingkat kembalinya yang cukup tinggi. Risiko kegagalan IUD sebanyak
0,8% tiap 100 wanita bahkan bisa 1:170 wanita pada pemakaian tahun pertama
(Siswosudarmo dkk, 2001). Metode kontrasepsi IUD dapat menjamin sekurangnya tiga
tahun jarak kehamilan. Pengaturan jarak kehamilan lebih dari dua tahun dapat membantu
wanita memiliki anak yang sehat dan meningkatkan peluang mereka untuk terus hidup.
Seperti sebagian besar metode kontrasepsi, AKDR juga memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari metode kontrasepsi AKDR yaitu: dapat dipakai oleh semua
perempuan dalam usia reproduksi, segera setelah pemasangan, reversibel, berjangka
panjang (dapat sampai 10 tahun tidak perlu ganti), dan meningkatkan hubungan seksual
karena tidak perlu takut untuk hamil (Mulyani dan Rinawati, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari IUD
2. Apa saja jenis-jenis IUD?
3. Apa saja keuntungan dan kerugian pemakaian KB IUD?
4. Bagaimana cara pemasangan KB IUD?
5. Bagaimana cara kerja IUD?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian KB IUD
2. Untuk mengetahui jenis-jenis IUD
3. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian pemakaian KB IUD
4. Untuk mengetahui pemasangan KB IUD
5. Untuk mengetahui cara kerja KB IUD
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Merupakan sumber tambahan informasi dan pengetahuan tentang KB IUD yang
digunakan sebagai acuan dan pedoman dalam memberikan pelayanan kebidanan
pada saat praktik lapangan
2. Bagi Institusi dan Civitas Akademika
Mengukur pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam menyusun suatu
makalah dengan mengambil dari berbagai sumber literatur serta dijadikan sebagai
sumber bacaan diperpustakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian IUD
IUD (Intra Uterine Device)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) IUD (Intra
Uterine Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat
kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel dipasang dalam rahim. Kontrasepsi yang
paling ideal untuk ibu pasca persalinan dan menyusui adalah tidak menekan produksi
ASI yakni Alat Kontarsepsi Dalam rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD),
suntikan KB yang 3 bulan, minipil dan kondom (BkkbN, 2014).
Kontrasepsi yang dapat digunakan pada pasca persalinan dan paling potensi untuk
mencegah mis opportunity berKB adalah Alat Kontrasepsi Dalam rahim (AKDR)
atau IUD pasca plasenta, yakni pemasangan dalam 10 menit pertama sampai 48 jam
setelah plasenta lahir (atau sebelum penjahitan uterus/rahim pada pasca persalinan
dan pasca keguguran di fasilitas kesehatan, dari ANC sampai dengan persalinan terus
diberikan penyuluhan pemilihan metode kontrasepsi. Sehingga ibu yang setelah
bersalin atau keguguran, pulang ke rumah sudah menggunakan salah satu kontrasepsi
(BkkbN, 2014)
B. Jenis-jenis IUD
Menurut Arum (2011) jenis-jenis Intra Uterine Device (IUD) adalah sebagai
berikut:
1. IUD CuT-380 A
Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
2. NOVA T (Schering)
Menurut Hartanto (2008) IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari
jenis unmedicated adalah Lippes Loop dan dari jenis Medicated adalah Cu-T 380
A, Multiload 375 dan Nova-T.
a. Lippes Loop
IUD Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral,
pada bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya
radio opaque pada pemeriksaan dengan sinar-X.
Menurut Proverawati (2010) IUD Lippes Loop bentuknya seperti
spiral atau huruf S bersambung. IUD jenis Lippes Loops mempunyai
angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari jenis ini ialah bila
terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab
terbuat dari bahan plastik (Proverawati, 2010).
b. Cu T 380 A
IUD Cu – T 380 A terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T
dengan tambahan bahan Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak,
dibalut tembaga sebanyak 176 mg tembaga dan pada bagian tengahnya
masingmasing mengandung 68,7 mg tembaga, dengan luas permukaan
380 ± 23m2. Ukuran bagian tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm,
dengan diameter 3 mm. pada bagian ujung bawah dikaitkan benang
monofilamen polietilen sebagai kontrol dan untuk mengeluarkan IUD.
c. Multiload 375 IUD
Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan mempunyai
luas permukaan 250 mm2 atau panjang 375 mm2 kawat halus tembaga
yang membalut batang vertikalnya untuk menambah efektifitas. Ada tiga
jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. Bagian lengannya
didesain 15 sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan meminimalkan
terjadinya ekspulsi.
d. Nova – T IUD
Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan bagian
lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka pada
jaringan setempat pada saat dipasang.
e. Cooper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32
mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai
luas permukaan 200 mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga
halus pada jenis Copper-T (Proverawati, 2010). Jenis IUD Jenis
kontrasepsi IUD pasca salin aman dengan menggunakan IUD Cu T
(copper T), sedangkan jenis non copper memerlukan penundaan sampai 6
minggu sehingga tidak cocok untuk pasca salin (BkkbN, 2014).
Menurut Suparyanto (2011) IUD terdiri dari IUD hormonal dan non hormonal.
1. IUD Non-hormonal
Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh
macam IUD telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat dari
benang sutra dan logam sampai generasi plastik (polietilen) baik yang ditambah obat
atau tidak.
a. Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi 2:
1. Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes Loop, CUT, Cu-7.
Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2. Bentuk tertutup (Closed Device): Misalnya: Ota-Ring, Altigon, dan Graten
ber-ring.
b. Menurut Tambahan atau Metal
1. Medicated IUD: Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya
kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8
tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3
tahun). Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera di belakang IUD
menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya
Cu T 220 berarti tembaga adalah 220 mm2 . Cara insersi: Withdrawal.
2. Unmedicated IUD: Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil,
Antigon. Cara insersi Lippes Loop: Push Out. Lippes Loop dapat 18
dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang
tidak ada keluhan persoalan bagi akseptornya. IUD yang banyak dipakai
di Indonesia dewasa ini dari jenis Un Medicated yaitu Lippes Loop dan
yang dari jenis Medicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.
2. IUD yang mengandung hormonal.
a. Progestasert –T = Alza T, dengan daya kerja 18 bulan dan dilakukan dengan
teknik insersi: Plunging (modified withdrawal).
1) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 µg
progesteron setiap hari.
3. Tabung insersinya berbentuk lengkung.
b. Mirena
Mirena adalah IUD yang terbuat dari plastik, berukuran kecil, lembut,
fleksibel, yang melepaskan sejumlah kecil levonogestrel dalam rahim. Mirena
merupakan plastik fleksibel berukuran 32 mm berbentuk T yang diresapi
dengan barium sulfat yang membuat mirena dapat terdeteksi dalam
pemeriksaan rontgen. Mirena berisi sebuah reservoir silindris, melilit batang
vertikal, berisi 52 mg levonorgestrel (LNG). Setelah penempatan dalam
rahim, LNG dilepaskan dalam dosis kecil (20 g/hari pada awalnya dan
menurun menjadi sekitar 10 g/hari setelah 5 tahun) melalui membran
polydimethylsiloxane ke dalam rongga rahim. Pelepasan hormon yang 19
rendah menyebabkan efek sampingnya rendah. Keunggulan dari IUD ini
adalah efektivitasnya tinggi, dengan tingkat kesakitan lebih pendek dan lebih
ringan. Mirena merupakan sebuah pilihan alternatif yang tepat untuk wanita
yang tidak dapat mentoleransi estrogen untuk kontrasepsinya. Mengurangi
frekuensi ovulasi (Rosa, 2012).
Cara kerja mirena melakukan perubahan pada konsistensi lendir serviks.
Lendir serviks menjadi lebih kental sehingga menghambat perjalanan sperma
untuk bertemu sel telur. Menipiskan endometrium, lapisan dinding rahim yang
dapat mengurangi kemungkinan implantasi embrio pada endometrium.
Setelah mirena dipasang 3 sampai 6 bulan pertama, menstruasi mungkin
menjadi tidak teratur. Mirena dapat dilepas dan fertilitas dapat kembali dengan
segera (Rosa, 2012)

C. Keuntungan IUD
Keuntungan menggunakan IUD adalah sebagai berikut: (Proverawati, 2010)
1) Sebagai kontrasepsi, mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama
(1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
3) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
4) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu
diganti).
5) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat.
6) Tidak memengaruhi hubungan seksual.
7) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.
8) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT-380 A).
9) Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI.
10) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi).
11) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih atau setelah haid
terakhir).
12) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
13) Mencegah kehamilan ektopik.

D. Kerugian IUD
Kerugian penggunaan alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut: (Proverawati dkk,
2010).
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan).
2) Haid lebih lama dan banyak.
3) Perdarahan (spotting antar menstruasi)
4) Saat haid lebih sedikit.
E. Indikasi/Persyaratan Pemakaian IUD
Menurut Arum (2011) yang dapat menggunakan IUD adalah sebagai berikut:
1) Usia reproduktif.
2) Keadaan multipara.
3) Menginginkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang.
4) Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi
5) Tidak menyusui bayinya.
6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
7) Risiko rendah dari IMS.
8) Tidak menghendaki metode hormonal.
9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
F. Waktu Pemasangan IUD
Waktu Pemasangan IUD IUD pasca plasenta aman dan efektif, tetapi tingkat
ekspulsinya lebih tinggi dibandingkan ekspulsi ≥4 minggu pasca persalinan. Eskpulsi
dapat diturunkan dengan cara melakukan insersi IUD dalam 10 menit setelah ekspulsi
plasenta, memastikan insersi mencapai fundus uteri, dan dikerjakan oleh tenaga medis
dan paramedis yang terlatih dan berpengalaman. Jika 48 jam pasca persalinan telah
lewat, insersi IUD ditunda sampai 4 minggu atau lebih pasca persalinan. IUD 4
minggu pasca persalinan aman dengan menggunakan IUD copper T, sedangkan jenis
non copper memerlukan penundaan sampai 6 minggu pasca persalinan.
Pelayanan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh bidan, mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/MENKES/Per/IX/2010, Pasal 12 tentang
ijin dan penyelenggaraan praktik bidan, dimana dinyatakan bahwa bidan dapat :
1) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana.
2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
Dalam Pasal 13 dinyatakan bahwa bidan berwenang memberikan pelayanan :
1).Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim dan memberikan
alat kontrasepsi bawah kulit. 2). Pelayanan tersebut hanya dapat diberikan oleh bidan
yang terlatih (Kemenkes RI, 2014b).
G. Cara Kerja IUD
Mekanisme kerja yang pasti dari kontrasepsi IUD belum diketahui. Ada beberapa
mekanisme kerja kontrasepsi IUD yang telah diajukan :
1) Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. Di samping itu,
dengan munculnya leukosit PMN, makrofag, foreign body giant cells, sel
mononuklear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lisis dari
spermatozoa atau ovum dan blastokista.
2) Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
terhambatnya implantasi.
3) Gangguan atau terlepasnya blastokista yang telah berimplantasi di dalam
endometrium.
4) Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii. 5.
Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri (Hartanto, 2008).
5) Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri (Hartanto, 2008).
Menurut Saifuddin, dkk (2006) cara kerja pemasangan IUD adalah sebagai
berikut:
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falofii.
b) Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan
dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
H. Pemasangan IUD
IUD dapat dipasang dalam keadaan berikut:
1) Sewaktu haid sedang berlangsung
Dilakukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid.
Keuntungan IUD pada waktu ini antara lain ialah:
a) Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak
terbuka dan lembek.
b) Rasa nyeri tidak seberapa keras.
c) Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa
dirasakan.
d) Kemungkinan pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil
tidak ada.
Kerugian IUD pada waktu haid sedang berlangsung antara lain:
a) Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila pemasangan dilakukan saat
haid.
b) Dilatasi canalis cervikal adalah sama pada saat haid maupun pada
saat mid - siklus (Hartanto, 2008).
2). Sewaktu pasca salin
Bila pemasangan IUD tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah
bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya IUD ditangguhkan sampai 6
- 8 minggu 24 postpartum oleh karena jika pemasangan IUD dilakukan
antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi
atau ekspulsi lebih besar.
3). Sewaktu post abortum
Sebaiknya IUD dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi
fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic
abortion merupakan kontraindikasi.
4). Beberapa hari setelah haid terakhir.
Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk
bersenggama sebelum IUD dipasang. Sebelum pemasangan IUD
dilakukan, sebaiknya diperlihatkan kepada akseptor bentuk IUD yang
dipasang, dan bagaimana IUD tersebut terletak dalam uterus setelah
terpasang. Dijelaskan bahwa kemungkinan terjadinya efek samping seperti
perdarahan, rasa sakit, IUD keluar sendiri (Sarwono, 2005).
I. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemasangan IUD
a) Usia/umur
Umur menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan IUD.
Semakin meningkatnya umur seseorang dan telah tercapainya jumlah anak
ideal akan mendorong pasangan untuk membatasi kelahiran, hal ini
meningkatkan peluang responden untuk menggunakan IUD (Pastuti dan
Siswanto, 2007).
b) Jumlah Anak
Tingkat paritas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
penggunaan IUD. Semakin banyak jumlah anak yang telah dilahirkan
semakin tinggi keinginan responden untuk membatasi kelahiran. Pada
akhirnya hal ini akan mendorong responden untuk menggunakan IUD
(Dewi, 2012).
c) Pendidikan
Menurut Pastuti dan Siswanto (2007) menunjukkan bahwa responden
yang berpendidikan tinggi secara signifikan berpeluang lebih tinggi untuk
menggunakan IUD dan implan dibandingkan dengan responden yang
berpendidikan rendah.
d) Agama
Dalam Agama Islam tidak semua cara kontrasepsi yang dimasyarakatkan
program KB dapat pakai oleh ummat Islam. Ada cara kontrasepsi yang
dilarang yaitu IUD, vasektomi dan tubektomi. IUD dilarang karena cara
pemasangannya harus dengan melihat aurat besar wanita sedang sterilisasi
dilarang karena mematikan fungsi reproduksi dan dilakukan dengan cara
merusak organ tubuh suami atau isteri. Cara kontrasepsi yang
diperbolehkan dalam Islam adalah: pil, suntik, kondom, senggama
terputus, salep, diaphragma dan pantang berkala. Agama Khatolik pada
dasarnya hanya membolehkan pantang berkala berdasarkan Humanae
vitae yang dikeluarkan oleh Paus Paulus VI, tetapi dalam pelaksanaanya di
Indonesia MAWI memberikan kelonggaran, sehingga pemeluk Khatolik
dapat memakai kontrasepsi modern berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Alasan pertama ini didukung pula oleh adanya
bukti bahwa hubungan antara agama dengan pemakaian jenis kontrasepsi
tetap ada setelah dikontrol dengan variabel pendidikan isteri/suami, status
bekerja, umur dan media (BkkbN, 2012).
e) Ketersediaan IUD
Ketersediaan alat adalah tersedianya sarana dan peralatan untuk
mendukung tercapainya tujuan pelayanan kebidanan sesuai beban
tugasnya dan fungsi institusi pelayanan. Prosedur ketersediaan alat
meliputi: tersedia peralatan sesuai dengan standar, ada mekanisme
keterlibatan, ada buku inventaris peralatan yang mencerminkan jumlah
barang dan kualitas barang, ada pelatihan khusus untuk bidan tentang
penggunaan alat tertentu, ada prosedur permintaan dan penghapusan alat.
(BkkbN, 2012)
f) Ketersediaan petugas kesehatan
Puskesmas telah melaksanakan pelayanan KIA dan KB, namun puskesmas
yang petugasnya telah mendapat pelatihan KB baru 58% dan hanya
terdapat 32,2% puskesmas yang memiliki kecukupan sumber daya dalam
program KB. Kecukupan 35 sumber daya tersebut meliputi kompetensi
pelayanan, ketersediaan petugas di puskesmas, ketersediaan pedoman dan
Standar Prosedur Operasional (SPO) dan bimbingan teknis (Kemenkes RI,
2014b).
g) Keterjangkauan klinik Depkes RI (2012) menyatakan akses yang rendah
ke fasilitas kesehatan reproduksi yang meliputi jarak yang jauh, biaya
yang tidak terjangkau, tidak tahu adanya atau kemampuan fasilitas (akses
informasi) dan tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (akses
informasi) dan tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (akses
budaya).
h) Dukungan/ Peran Suami
Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberi dorongan kepada
istri sebelum pihak lain turut memberi dorongan. Dukungan dan perhatian
seorang suami terhadap istri dan alat kontrasepsi yang cocok digunakan
istri akan membawa dampak positif bagi hubungan dalam perkawinan
(Dagun, 2008).

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

IUD (Intra Uterine Device)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) IUD (Intra
Uterine Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat
kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel dipasang dalam rahim. Kontrasepsi yang
paling ideal untuk ibu pasca persalinan dan menyusui adalah tidak menekan produksi
ASI yakni Alat Kontarsepsi Dalam rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD),
suntikan KB yang 3 bulan, minipil dan kondom (BkkbN, 2014).
Jenis-jenis IUD, menurut Arum (2011) : IUD CuT-380 A & NOVA T (Schering).
Menurut Suparyanto (2011) IUD terdiri dari IUD hormonal dan non hormonal. IUD
non hormonal terbagi menurut bentuknya IUD, yaitu bentuk terpuka (open device)
seperti Lippes Loop, CUT, Cu-7, Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T. Untuk
bentuk tertutup (close device) seperti, Ota-Ring, Altigon, Graten ber-ing. Menurut
tambahan metal, terbagi menjadi medicated IUD dan unmedicated.Untuk IUD
hormonal Progestasert –T = Alza T dan Mirena.
Faktor yang mempengaruhi penggunaan KB IUD adalah usia, jumlah anak,
agama, pendidikan, ketersediaan IUD, ketersediaan petugas kesehatan,
keterjangkauan klinik, dukungan suami.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan.
Oleh karena itu, penulis berharap dapat memperbaiki kekurangan dalam prnyusunan
makalah yang akan datang.
2. Bagi Institusi
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat keefektivan dalam belajar,
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan atau
mengaplikasi materi yang sudah didapatkan, serta untuk melengkapi sumber-sumber
buku perpustakaan sebagai bahan informasi dan referensi yang penting dalam
mendukung pembuatan makalah selajutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, R,E.,Wulandari, D. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra


Cendekia Press

Glasier A dan Gebbie A. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
EGC

Hartanto, H. 2008. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan.

Mulyani S.N, Rinawati M. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta:
Nuha Medika
Saifudin,dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka.

Yuhedi LT, Kurniawati T. 2013. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai