Anda di halaman 1dari 11

Proposal pendidikan kesehatan Tentang PAPSMEAR & IVA (CA SERVIKS)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas

Disusun oleh:
Rini Ning Tiyas

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ichsan Medical Centre


Program Studi S1 Keperawatan Ekstensi
Tahun Ajaran 2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan proposal pendidikan
kesehatan Tentang PAPSMEAR & IVA (CA SERVIKS).

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Kami sebagai penyusun makalah
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca yang untuk ke
depannya dapat memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa kami sebagai penyusun
makalah masih terdapat kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu kami memohon maaf dan menerima segala saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi yang
membacanya.

Tangerang,20 JUNI 2020

Penulis            
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah suatu hal yang penting bagi manusia, tanpa kesehatan manusia tidak
dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan sehat menurut World Helath Organization
(WHO) merupakan suatu keadaan sejahtera meliputi fisik, mental, dan sosial yang bebas dari
penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia secara sosial dan ekonomi (Maulana, 2009).
Menurut Sukaca (2009), kanker serviks merupakan suatu jenis kanker yang terjadi pada
daerah leher rahim, yaitu bagian rahim yang terletak di bawah yang membuka ke arah lubang
vagina. Kanker ini disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Menurut WHO (2008)
dalam Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) sekitar 490.000 wanita di seluruh
dunia didagnosa menderita kanker serviks dan 240.000 kasus kematian wanita akibat kanker
serviks dan 80% kasus terjadi di negara berkembang. Menurut Yayasan Peduli Kanker Serviks
Indonesia tahun 2012 penderita kanker serviks di Indonesia mencapai 15.000 kasus, sedangkan
di provinsi Jawa Tengah terdapat 2.259 kasus (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2012), dan di
Kabupaten Sukoharjo sebanyak 74 kasus (Dinas Kesehatan Sukoharjo, 2014). Beberapa faktor
yang dapat meningkatkan kejadian kanker leher rahim tersebut antara lain paritas tinggi dengan
jarak persalinan pendek, melakukan hubungan seksual pada usia muda atau menikah di usia
muda, berganti-ganti pasangan seksual, perokok pasif dan aktif, penggunaan kontrasepsi oral
dalam jangka waktu yang lama lebih dari 5 tahun, penyakit menular seksual, dan status ekonomi
yang rendah (Irianto, 2014).
Salah satu faktor penyebab tingginya angka kejadian kanker serviks pada wanita akibat
rendahnya cakupan deteksi secara dini akibat kurangnya informasi pada masyarakat. Deteksi
dini pada kanker serviks ini merupakan sebuah terobosan yang inovatif dalam kesehatan untuk
mengurangi angka 3 kematian dan kesakitan akibat kanker tersebut (Depkes RI, 2008). Sebagian
besar wanita yang didiagnosis kanker leher rahim tidak melakukan skrinning test atau menindak
lanjuti setelah ditemukan hasil yang abnormal, selain itu biaya untuk pemeriksaan dini kanker
serviks tersebut tidak murah, sehingga keterlambatan pemeriksaanpun terjadi akibat kurangnya
pengetahuan pada masyarakat tentang kanker serviks, sehingga kesadaran untuk melakukan
deteksi dini kanker serviks tidak dilaksanakan (Hananta, 2010).
Deteksi dini kanker pada leher rahim tersebut sangat penting dilakukan, karena potensi
kesembuhan akan sangat tinggi jika masih ditemukan pada tahap prakanker (Mansjoer, 2007).
Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan program deteksi dini (skrinning) dan
pemberian vaksinasi. Adanya program deteksi dini di negara maju, angka kejadian kanker serviks
dapat menurun (Rasjidi, 2009). Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan menurut Rasjidi
(2009) antara lain dengan Pap Smear (mengambil lendir serviks untuk dilakukan pemeriksaan di
laboratorium), kolposkopi (pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan teropong), biopsy
(pemeriksaan dengan mengambil sedikit jaringan serviks yang dicurigai), dan IVA Test (Inspeksi
Visual Asam Asetat). Tes IVA adalah sebuah pemeriksaan skrinning pada kanker serviks dengan
menggunakan asam asetat 3-5% pada inspekulo dan dapat dilihat dengan pengamatan secara
langsung (Nugroho, 2010 dalam Rahayu 2015). Berdasarkan hasil uji diagnostik, pemeriksaan
IVA memiliki sensitifitas 84%, spesifisitas 89%, nilai duga positif 87%, dan nilai duga negatif 88%,
4 sedangkan pemeriksaan pap smear memiliki sensitifitas 55%, spesifisitas 90%, nilai duga positif
84%, dan nilai duga negatif 69%, sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemeriksaan IVA lebih cepat memberikan hasil sensitivitas yang tinggi (Wiyono dkk, 2008).
Metode IVA ini merupakan sebuah metode skrinning yang praktis dan murah, sehingga
diharapkan temuan kanker serviks dapat diketahui secara dini (Rasjidi, 2012). Penyebab yang
menjadi kendala pada wanita dalam melakukan deteksi dini kanker serviks adalah keraguan
akan pentingnya pemeriksaan, kurang pengetahuan, dan takut akan rasa sakit serta keengganan
karena malu saat dilakukannya pemeriksaan (Maharsie & Indarwati, 2012). Kesadaran yang
rendah pada masyarakat tersebut menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap
tingginya angka kejadian kanker leher rahim di Indonesia

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengerti cara mendeteksi dini kanker serviks dengan PAPSMEAR dan IVA
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Pengertian kanker serviks,Papsmear dan Iva
b. Mengetahui penyebab,gejala dan cara pencegahan ca serviks
c. Mengetahui cara mendeteksi kanker serviks ( PAPSMEAR dan IVA)
C. MANFAAT PENELITIAN
Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Masyarakat
Meningkatkan partisipasi wanita tentang metode deteksi dini kanker serviks dengan
menggunakan pemeriksaan papsmear dan Test IVA.
2. Tenaga Kesehatan
Menambah wawasan tenaga kesehatan untuk meningkatkan program deteksi dini
kanker serviks dengan menggunakan pemeriksaan papsmear dan Test IVA.
3. Institusi Kesehatan
Meningkatkan derajat kesehatan warga daerah sekitar dengan memberikan informasi
kesehatan tentang program pemeriksaan papsmear dan Test IVA.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kanker Serviks


Kanker serviks merupakan penyakit yang menyerang leher rahim yang
merupakan bagian reproduksi wanita. Kanker serviks terjadi ketika sel-sel pada
serviks berubah dan tumbuh tidak terkendali. Sel-sel ini dapat berubah dari normal
menjadi pra-kanker dan kemudian menjadi kanker.
Kanker serviks adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma
Virus (HPV), yang ditularkan melalui hubungan seksual. Virus ini dapat masuk ke
dalam sel-sel serviks, yang kemudian memicu perubahan fungsi dan pertumbuhan sel
yang tidak terkontrol.
B. Penyebab kanker serviks
penyebab kanker serviks menurut Tim KankerServiks pada Panduan Lengkap
Menghadapi Bahaya Kanker Serviks sebagai berikut :
1. Kurangnya tes Pap Smear secara teratur. Kanker leher rahim lebih sering terjadi
pada wanita yang tidak menjalani tes Pap Smear secara teratur. Dengan melakukan
tes ini dapat membantu dokter menemukan sel abnormal pada serviks.
2. Seringnya merokok dapat meningkatkan kemungkinan resiko kanker leher rahim
untuk wanita yang terinfeksi virus HPV. Tembakau mengandung banyak zat kimia
yang tidak baik untuk tubuh. Wanita yang merokok memiliki risiko hingga dua
kali lebih besar dibanding wanita non-perokok dalam terkena kanker serviks. Oleh
sebab itu dipercaya jika merokok merupakan salah satu penyebab kanker serviks.
3. Melemahnya sistem kekebalan tubuh karena sejarah kehidupan seksual. Wanita
yang memiliki banyak pasangan seksual memiliki risiko tinggi terkena kanker
serviks. Selain itu, seorang wanita yang telah berhubungan seks dengan pria yang
memiliki banyak pasangan seksual juga memiliki risiko tinggi untuk mengalami
kanker serviks. Dalam kedua kasus di atas, risiko menderita kanker leher rahim
lebih tinggi karena wanita memiliki risiko yang lebih tinggi terinfeksi HPV.
4. Menggunakan pil KB untuk waktu yang lama atau memiliki banyak anak.
Penelitian menunjukkan bahwa melahirkan banyak anak (5 atau lebih)
meningkatkan resiko kanker leher rahim pada wanita dengan infeksi HPV.
5. Wanita yang yang terkena obat dietilstilbestrol (DES) sebelum kelahiran dapat
meningkatkan risiko kanker serviks.
6. Faktor kemiskinan dan kebersihan juga dapat meningkatkan resiko untuk
mengalami kanker serviks.
7. Hamil atau melahirkan diusia sangat muda Penyebab kanker serviks adalah hamil
dan atau melahirkan di usia yang masih sangat muda, seperti saat berusia di bawah
17 tahun . Wanita yang berusia lebih muda dari 17 tahun saat hamil pertama (tidak
keguguran) dua kali lebih rentan terkena kanker serviks.
C. Gejala Kanker Serviks
Gejala pada kanker serviks stadium awal umumnya tidak terlihat. Namun gejala
baru muncul ketika sel-sel kanker serviks sudah menginvasi jaringan sekitarnya,
yaitu berupa :
1. Keputihan abnormal, beraroma tidak enak dan tidak sembuh-sembuh.
2. Terjadi pendarahan apabila sel-sel rahim telah berubah sifat menjadi kanker
dan menyerang jaringan-jaringan di sekitarnya.
3. Pendarahan abnormal di luar siklus menstruasi dan setelah berhubungan seks.
4. Siklus menstruasi tidak teratur.
5. Nyeri selama berhubungan seks.
6. Rasa nyeri saat berkemih.
7. Nyeri sekitar panggul.
8. Pendarahan pada masa pra atau paska menopause.
9. Bila kanker sudah mencapai stadium tinggi, akan terjadi pembengkakan pada
anggota tubuh seperti betis, paha, tangan dan sebagainya.
D. Cara mencegah agar tidak terkena infeksi HPV sebagai berikut:
1. Gunakan alat pengaman untuk mengurangi risiko tertular HPV.
2. Partner seks yang terbatas. Semakin sedikit, semakin kecil risiko tertular
3. Hindari merokok.
4. Vaksin HPV.
5. Pap smear secara rutin.
E. Cara mendeteksi kanker Rahim ada 2 yaitu papsmear dan IVA yaitu:
1. Pap Smear
a. Pengertian
Pap smear adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya
untuk mendeteksi kelainan-kaelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Fitria, 2007).
Pap smear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang lepas dari sistem alat kandungan wanita
(Lestadi, 2009).
2. Tujuan tes pap smear menurut Sukaca 2009 adalah:
a. Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi kanker
serviks.
b. Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim bagi seseorang yang belum
menderita kanker.
c. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher rahim.
d. Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks.
3. Manfaat pap smear menurut Lestadi 2009 yaitu:
a. Evaluasi sitohormonal Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi
melalui pemeriksaan pap smear yang bahan pemeriksaanya adalah sekret vagina
yang berasal dari dinding lateral vagina sepertiga bagian atas.
b. Mendiagnosis peradangan Peradangan pada vagina dan servik pada umumnya dapat
didiagnosa dengan pemeriksaan pap smear . Baik peradangan akut maupun kronis.
Sebagian besar akan memberi gambaran perubahan sel yang khas pada sediaan pap
smear sesuai dengan organisme penyebabnya. Walaupun kadang-kadang ada pula
organisme yang tidak menimbulkan reaksi yang khas pada sediaan pap smear.
c. Identifikasi organisme penyebab peradangan Dalam vagina ditemukan beberapa
macam organisme/kuman yang sebagian merupakan flora normal vagina yang
bermanfaat bagi organ tersebut. Pada umumnya organisme penyebab peradangan
pada vagina dan serviks, sulit diidentifikasi dengan pap smear, sehingga berdasarkan
perubahan yang ada pada sel tersebut, dapat diperkirakan organisme penyebabnya.
d. Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan kanker leher rahim dini
atau lanjut (karsinoma/invasif) pap smear paling banyak dikenal dan digunakan
adalah sebagai alat pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi prakanker atau kanker
leher rahim.Pap smaer yang semula dinyatakan hanya sebagai alat skrining deteksi
kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai alat diagnostik prakanker dan kanker
leher rahim yang ampuh dengan ketepatan diagnostik yang tinggi, yaitu 96% terapi
didiagnostik sitologi tidak dapat mengantikan diagnostik histopatologik sebagai alat
pemasti diagnosis. Hal itu berarti setiap diagnosik sitologi kanker leher rahim harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi jaringan biobsi leher rahim, sebelum
dilakukan tindakan sebelumya.
e. Memantau hasil terapi Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas atau
gangguan endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasus kanker leher rahim
yang telah diobati dengan radiasi, memantau adanya kekambuhan pada kasus kanker
yang telah dioperasi, memantau hasil terapi lesi prakanker atau kanker leher rahim
yang telah diobati dengan elekrokauter kriosurgeri, atau konisasi.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pap smear menurut Fitria (2007)


a. Umur
Perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim paling sering ditemukan pada usia 35-55
tahun dan memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker leher rahim. Semakin tua
umur seseorang akan mengalami proses kemunduran, sebenarnya proses kemunduran
itu tidak terjadi pada suatu alat saja, tetapi pada seluruh organ tubuh. Semua bagian
tubuh mengalami kemunduran, sehingga pada usia lebih lama kemungkinan jatuh sakit
(Fitria, 2007).
b. Sosial ekonomi
Golongan sosial ekonomi yang rendah sering kali terjadi keganasan pada sel-sel mulut
rahim, hal ini karena ketidak mampuan melakukan pap smear secara rutin (Fitria, 2007).
c. Paritas
Paritas adalah seseorang yang sudah pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. Paritas
dengan jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat mempunyai
resiko terhadap timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim. Jika jumlah
anak menyebabkan perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim yang dapat
berkembang pada keganasan (Fitria, 2007).
d. Usia wanita saat nikah
Usia menikah <20 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami perubahan sel-sel
mulut rahim. Hal ini karena pada saat usia muda sel-sel rahim masih belum matang,
maka sel-sel tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma dan
segala macam perubahanya, jika belum matang, bisa saja ketika ada rangsangan sel yang
tumbuh tidak seimbang dan sel yang mati, sehingga kelebihan sel ini bisa merubah sifat
menjadi sel kanker (Fitria, 2007).
5. Wanita yang dianjurkan tes pap smear
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya mereka yang tinggi aktifitas
seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas
seksualnya memeriksakan diri, berikut ini adalah wanita-wanita sasaran tes pap smear
(Sukaca, 2009) yaitu:
a. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum
menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
b. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti ganti pasangan seksual atau pernah
menderita infeksi HIV atau kutil kelamin.
c. Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun.
d. Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.
e. Pap tes setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun.
f. Sesudah 2 kali pap tes (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa wanita
resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap smear.
g. Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal sesering mungkin
setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker serviks.

6. Tempat pemeriksaan pap smear menurut Sukaca 2009 dapat dilakukan di:
a. Rumah sakit pemerintah.
b. Rumah sakit swasta.
c. Laboratorium swasta, dengan harga yang cukup terjangkau.
d. Tempat-tempat yang menyediakan fasilitas pap smear. Bila hasil pada pasien pap
smear ternyata positif, maka harus dilanjutkan dengan pemeriksaan biobsy terarah
dan patologi. Pap smear sudah dapat menemukan kanker leher rahim. Meskipun
masih ada tingkat pra kanker (stadium dini). Dengan pemeriksaan ini bisa
memberikan harapan kesembuhan 100%. Sebaliknya pada penderita yang datang
terlambat, harapan untuk sembuhpun terlampau sulit
7. Syarat Pendeteksian Pap Smear Hal-hal yang penting yang harus diperhatikan saat
melakukan pap smear menurut (Sukaca, 2009) yaitu:
a. Pengambilan dimulai minimal dua minggu setelah dan sebelum menstruasi
sebelumnya.
b. Pasien harus memberikan sejujur-jujurnya kepada petugas mengenai aktivitas
seksualnya.
c. Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 1 hari sebelum pengambialn bahan
pemeriksaan.
d. Pembilasan vagina dengan bahan kimia tidak boleh dilakukan dalam 24 jam
sebelumnya.
e. Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang pemeriksaan pap smear
8. Pengelompokan pap smear Pengelompokan atau Pengklasifikasian pap smear (Sukaca,
2009) yaitu:
a. Kelas I
Pada kelas I identik dengan normal smear, pemeriksaan ulang 1 tahun lagi.
b. Kelas II
Pada kasus II menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, terkadang disertai
dengan kuman atau virus tertentu, disertai pula dengan kariotik ringan.Pemeriksaan
akan dilakukan 1 tahun lagi. Pengobatanya disesuaikan dengan penyebabnya. Bila
ada radang bernanah maka akan dilakukan pemeriksaan ulang setelah pengobatan.
c. Kelas III
Kelas III dapat ditemukan sel diaknostik sedang keradangan berat, periksa ulang
dilakukan setelah pengobatan.
d. Kelas IV
Dikelas IV telah ditemukan sel-sel yang telah mencurigakan dan ganas.
e. Kelas V Ditemukan sel-sel ganas.

B. IVA
a. pengertian
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009)
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung
(dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan
asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).
Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining alternatife dari pap smear
karena biasanya murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan
sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter ginekologi.

b. Tujuan IVA
Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan
dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi
pada leher rahim.

c. Jadwal pemeriksaan IVA


Program Skrining Oleh WHO :
i. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
ii. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia
35-55 tahun
iii. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-
55 tahun (Nugroho Taufan, dr. 2010:66)
iv. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada
wanita usia 25-60 tahun.
v. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali
seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
vi. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif
(+) adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun

d. Kategori IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
i. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan
jinak lainnya (polip serviks).
ii. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker
serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada
diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat
atau kanker serviks in situ).
iii. IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya
penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan
bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila
ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
DAFTAR PUSTAKA

Doungoes, marilyn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3.Jakarta: EGC

Monica Ester, S.kp.2000.Rencana Perawatan Bayi Edisi 2.Jakarta: EGC

http://vianoviaa.blogspot.com/2013/11/satuan-acara-penyuluhan-sap-kanker.html
diakses pada tanggal 4 Juni 2014 Pukul 18.3

Anda mungkin juga menyukai