0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
51 tayangan15 halaman
Konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh ahli konseling kepada klien untuk mengatasi masalahnya. Tujuan konseling umumnya adalah membantu klien mengambil keputusan bijak dan menangani konsekuensinya. Konseling khusus untuk infeksi menular seksual dan HIV/AIDS bertujuan mencegah penularan lebih lanjut dengan mengedukasi perilaku berisiko dan merujuk klien ke layanan kesehatan."
Konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh ahli konseling kepada klien untuk mengatasi masalahnya. Tujuan konseling umumnya adalah membantu klien mengambil keputusan bijak dan menangani konsekuensinya. Konseling khusus untuk infeksi menular seksual dan HIV/AIDS bertujuan mencegah penularan lebih lanjut dengan mengedukasi perilaku berisiko dan merujuk klien ke layanan kesehatan."
Konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh ahli konseling kepada klien untuk mengatasi masalahnya. Tujuan konseling umumnya adalah membantu klien mengambil keputusan bijak dan menangani konsekuensinya. Konseling khusus untuk infeksi menular seksual dan HIV/AIDS bertujuan mencegah penularan lebih lanjut dengan mengedukasi perilaku berisiko dan merujuk klien ke layanan kesehatan."
DILKAKUKAN MELALUI WAWANCARA OLEH SEORANG AHLI (KONSELOR) KEPADA INDIVIDU (KLIEN) YANG SEDANG MENGALAMI SUATU MASALAH YANG BERMUARA PADA TERATASINYA MASALAH YANG DIHADAPI KLIEN Tujuan Umum Konseling ✓ Membantu setiap individu untuk berperan mandiri dalam hidupnya: ✓ Membangun kemampuan untuk mengambil keputusan bijak dan realistik. ✓ Mendiskusikan perilaku mereka dan mampu mengemban konsekuensinya ✓ Mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan tepat Konseling IMS Konseling IMS bertujuan untuk mernbantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi sehubungan dengan IMS yang dideritanya dan pasien mau mengubah perilaku seksual atau perilaku lainnya yang berisiko menjadi perilaku seksual atau perilaku lainnya yang aman Konseling pasien IMS sebaiknya diberikan oleh dokter yang merawat atau tenaga kesehatan lain yang ditunjuk, yang benar-benar mengerti tentang IMS. Konseling IMS merupakan kesempatan untuk memberikan edukasi pencegahan IMS dan HIV. Penelitian tentang pencegahan telah membuktikan tentang efektifitas konseling untuk penurunan resiko dalam menurunkan IMS. Tujuan Konseling IMS Konseling IMS pada dasamya bertujuan: Agar pasien patuh minum obat/mengobati sesuai dengan ketentuan. Agar pasien kembali untuk jadwal yang ditentukan, follow up secara teratur sesuai dengan Meyakinkan pentingnya pemeriksaan mitra seksual, serta turut berusaha agar mitra tersebut bersedia diperiksa dan diobati bila perlu. Mengurangi risiko penularan dengan: Abstinensia dari hubungan seks hingga pemeriksaan terakhir selesai Abstinesia dari semua hubungan seks bila timbul gejala kambuh Menggunakan kondom bila meragukan adanya risiko Agar pasien tanggap dan memberikan respons cepat terhadap infeksi atau hal yang mencurigakan setelah hubungan seks. Menggunakan kondom bila meragukan adanya risiko Agar pasien tanggap dan memberikan respons cepat terhadap infeksi atau hal yang mencurigakan setelah hubungan seks. Prinsip Konseling Pencegahan Pencegahan penularan merupakan satu hal yang penting dilakukan yang merupakan salah satu tujuan konseling IMS. Prinsip-prinsip konseling pencegahan meliputi: Menjaga sesi konseling pada penurunan resiko IMS: Konseling difokuskan untuk menangani resiko klien Konselor tidak boleh terganggu oleh masalah tambahan klien yang tidak berkaitan Gunakan pertanyaan mendengarkan terbuka scenario bermain peran, aktif, tidak menghakimi, dan melakukan pendekatan untuk mendorong klien tetap fokus pada penurunan resiko Lakukan penilaian resiko secara personal Bantu klien dalam mengindentifikasi penurunan resiko dan mendalam resiko yang konkret, terukur, dan dapat diterima Menggali usaha-usaha penunrnan peluang keberhasilan Hargai dan dukung perubahan positif yang dibuat Meningkatkan kepercayaan klien bahwa perubahan adalah suatu hal yang mungkin terjadi Konseling HIV/AIDS Konseling HIV & AIDS merupakan komunikasi bersifat rahasia (membangun kepercayaan) antara klien dan konselor bertujuan meningkatkan kemampuan menghadapi stres dan mengambil keputusan berkaitan dengan HIV & AIDS. Proses konseling termasuk evaluasi risiko personal penularan HIV, fasilitasi pencegahan perilaku dan evaluasi penyesuaian diri ketika klien menghadapi hasil tes positif. Konseling HIV & AIDS memiliki perbedaan dengan konseling secara umum dalam hal: Membantu klien melakukan informed consent (persetujuan) untuk tes HIV, CD4, atau Viral load. Layanan konseling pra dan pasca tes Penilaian mengenai perilaku berisiko klien terhadap infeksi HIV (baik menularkan atau tertular) Penggalian riwayat perilaku seks dan kesehatan klien. Memfasilitatsi perubahan perilaku. Konfidensialitas klien sangat penting jika menyangkut isu stigma dan diskriminasi Menjangkau kelompok-kelompok khusus (pecandu napza, penjaja seks, laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki, waria, pekerja migran, suku asli, dan pengungsi) menghadapi isu diskriminasi ganda, yaitu sebagai bagian dari kelompok khusus yang dikucilkan masyarakat dan sebagai orang yang selalu dianggap berisiko terhadap atau telah terinfeksi HIV. Tujuan Konseling HIV/AIDS Menyediakan dukungan psikologis, misalnya: dukungan yang berkaitan dengan kesejahteraan emosi, psikologis, sosial dan spiritual seseorang yang mengidap virus HIV atau virus lainnya. Pencegahan penularan HIV dengan menyediakan informasi tentang perilaku berisiko (seperti seks aman atau penggunaan jarum bersama) dan membantu orang dalam mengembangkan keterampilan pribadi yang diperlukan untuk perubahan perilaku dan negosiasi praktek lebih aman. Memastikan efektivitas rujukan kesehatan, terapi, dan perawatan termasuk pemecahan masalah kepatuhan berobat. Prinsip Konseling dan Tes HIV (KTHIV) prinsip yang telah disepakati secara global yaitu 5 komponen dasar yang disebut "5 C" yaitu: Informed consent: orang yang diperiksa HIV harus dimintai persetujuan untuk pemeriksaan laboratorium setelah diberi informasi yang benar. Confidentiality: semua isi diskusi antara klien dan konselor atau petugas pemeriksa dan hasil tes laboratorium tidak akan diungkap kepada pihak lain tanpa persetujuan klien. Counseling: Layanan pemeriksaan harus dilengkapi dengan informasi pra tes dan konseling pasca tes yang berkualitas baik. Correct testing: penyampaian hasil yang akurat. Pemeriksaan harus dilaksanakan dengan jaminan mutu laboratorium sesuai dengan strategi tes, normal dan standar yang diakui secara intemasional. Connection/linkage to prevention, care, and treatment services: klien harus dihubungkan atau dirujuk ke layana pencegahan, perawatan, dukungan, dan pengobatan HIV yang didukung dengan sistem rujukan yang baik dan terpantau. Pendekatan Konseling dan Tes HIV Ada dua jenis pendekatan dalam KTHIV, yaitu: 1. Tes HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling (TIPK) atau provider-iniliated HIV testing and counseling (PITC) 2. Konseling dan tes HIV secara sukarela (KTS) atau Voluntary counseling and testing (VCT) Konseling HIV dalam Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Konseling HIV dalam Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Konseling HIV menggunakan strategi komunikasi perubahan perilaku untuk mendukung klien melakukan perubahan sehingga diharapkan klien bertanggungjawab untuk melindungi dirinya agar tidak tertular HIV, menerapkan pencegahan positif, dan meningkatkan kualitas hidup. Dalam memberikan konseling terhadap penderita yang sudah pasti terinfeksi HIV/AIDS perlu diperhatikan beberapa hal yang hampir selalu timbul pada pasien-pasien tersebut: Rasa takut (fear) Rasa bersalah (guilty) Rasa kehilangan (bereavement) Rasa duka cita (grief) Rasa putus asa (burn-out) Tindakan saat kehilangan (mourning) Oleh karena itu konselor seharusnya benar-benar memahami klien dan berlaku sebaik mungkin untuk menjalin kepercayaan klien dan keluarganya. Konseling yang tidak berhasil akan memberikan dampak yang serius bagi klien sendiri dan masyarakat luas. Tahapan Konseling HIV/AIDS Konseling HIV/AIDS memerlukan proses yang meliputi beebrapa tahap konseling yang masing- masing tahap mempunyai materi konseling yang spesifik, yaitu: 1. Konseling Prates (sebelum pengambilan darah untuk tes antibodi) Pemberian informasi dasar HIV dan AIDS dengan tepat Penilaian resiko klinis Tes sangat dirahasiakan dan tanpa nama 2. Konseling Pascates Konselor yang memberikan konseling prates dan pascates sebaiknya orang yang sama. Bila hasil nonreaktif (negatif). Dalam konseling pasca tes dengan hasil nonreaktif, perlu diperhatikan hal-hal berikut: Belum tentu klien bebas dari HIV/AIDS. Perlu dijelaskan mengenai window period. Tes perlu diulangi 3 bulan setelah hubungan seksual beresiko terakhir, atau kemungkinan pajanan yang lain. Menekankan informasi tentang penularan dan rencana penularan resiko. Memberi informasi, membantu , dan memfasilitasi klien agar menghentikan semua kegiatan seks dan lainnya yang mempunyai resiko tertular HIV. Pentingnya Konseling HIV/AIDS
Konseling pencegahan dan perubahan perilaku dapat mencegah
penularan Diagnosis HIV mempunyai banyak implikasi – psikologik, sosial, fisik, spiritual HIV ialah penyakit yang dapat mengancam hidup dan sampai dengan saat ini masih membutuhkan pengobatan seumur hidup Melalui konseling, konselor memfasilitasi ODHA untuk dalam memilih dan mengambil keputusan opsi terbaik yang membuatnya dapat menikmati hidup yang berkualitas. Konseling Lanjutan dan Berkesinambungan Salah satu peran konselor adalah melakukan konseling lanjutan dan berkesinambungan yang membantu klien positif HIV untuk memperoleh hidup yang berkualitas. Konseling lanjutan dan berkesinambungan misalnya: Konseling pencegahan positif Konseling penerimaan dan pembukaan status Konseling kepatuhan minum obat Konseling dasar adiksi napza Konseling pasangan dan keluarga Konseling nutrisi Konseling dukungan menjelang kematian, duka cita, dan berkabung Dan lain-lain sesuai masalah yang dihadapi klien TERIMAKASIH