Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MEDICAL SCIENCE

DIABETES MILLETUS

DOSEN PEMBIMBING : SITI CHUNAENI,S.KEP, S. Tr. Keb, M.Kes

Di susun oleh :

Kelompok 12

Enita Sintaningtyas P1337424218005

Kafidloh Nailirohmah P1337424218006

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

DIII KEBIDANAN MAGELANG

TAHUN AKADEMIK 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
karunia – Nya penulis dapat menyusun Tugas ini dalam bentuk makalah Medical Science
Diabetes Milletus.

Dalam penulisan ini, penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, penulis mohon pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini sehingga lebih
sempurna di masa yang akan datang.

Semoga tugas ini dapat bermanfaat di masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Atas segala perhatiannya penulis ucapkan Terima kasih.

Magelang, 14 Januari 2019

Kelompok 12

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Diabetes Mellitus 2

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus 3

3. Gejala Klinis 3

4. Patofisiologi Diabetes Melitus dalam Kehamilan 4

5. Komplikasi Diabetes Milletus 6


6. Langkah-langkah yang dapat dikerjakan 9

7. Strategi Pencegahan 9

8. Penanganan Diabetes pada Kehamilan 10

9. Asuhan pada ibu hamil dengan diabetes melitus 10


10. Penggunaan Obat Rasional 12

11. Ketepatan Pemilihan Obat 12

LAMPIRAN 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 14

DAFTAR PUSTAKA 15

3
4
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). DM merupakan
penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat.

Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat
jumlahnya dimasa mendatang. Diabetes merupakan salah satu ancaman utama bagi
kesehatan umat manusia abad 21. Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes
yang lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan Diabetes Mellitus tipe I.
Penderita diabetes mellitus tipe II mencapai 90-95 % dari keseluruhan populasi
penderita DM (Anonim,2005).
Diabetes Milletus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini
dapatmengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Diabetes Milletusdapat timbul secara perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari
akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih
sering ataupun berat badan menurun. Gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa
diperhatikan, sampai kemudian orang tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar gula
darahnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Diabetes Mellitus itu ?
2. Bagaimana Klasifikasi Diabetes Mellitus itu ?
3. Apa saja Gejala Klinis itu?
4. Bagaimana Komplikasi Diabetes Milletus itu ?
5. Langkah-langkah yang dapat dikerjakanitu ?
6. Bagaimana Strategi Pencegahanitu ?
7. Bagaimana Penggunaan Obat Rasionalitu ?

8. Bagaimana Ketepatan Pemilihan Obat itu ?

C. TUJUAN
1. MengetahuiPengertian Diabetes Mellitus
2. MengetahuiKlasifikasi Diabetes Mellitus
3. Mengetahui Gejala Klinis
4. Mengetahui Komplikasi Diabetes Milletus
5. Mengetahui Langkah-langkah yang dapat dikerjakan
6. Mengetahui Strategi Pencegahan
7. Mengetahui Penggunaan Obat Rasional

8. Mengetahui Ketepatan Pemilihan Obat

BAB II
1
PEMBAHASAN

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi
yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi dan kinerja insulin yaitu tidak dapat
memproduksi atau tidak dapat merespon hormone insulin yang dihasilakan oleh pancreas,
sehingga menyebabkan kdar gula meningkat dan dapat menyebabkan komplikasi jangka
pendek maupun jangka panjang. Penyakit ini membutuhkan perawatan seumur hidup dan
tidak ada pengobatan yang pasti untuk menyembuhkannya.

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang


menunjang pemasukan makanan bagi janin serta persiapan menyusui.Glukosa dapat difusi
secara secara tetap melalui plasenta pada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir
menyerupai kadar dalam darah ibu.Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar
gula ibu yang mempengaruhi kadar dalam janin. Pengendalian yang utama dipengaruhi oleh
insulin, disamping beberapa hormon lain yaitu estrogen, steroid, plasenta laktogen.Akibat
lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan menuntut
kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat mencapai 3 kali dari
keadaan normal yang disebut: tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologis telah
terjadi retensi insulin yaitu bila ditambah dengan estrogen eksogen ia tidak mudah menjadi
hipoglikemia. Yang menjadi masalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi
insulin sehingga relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia / diabetes kehamilan.
Retensi insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron, kortisol,
prolaktin dan plasenta laktogen yang mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga
mengurangi afinitas insulin.

Diabetes kehamilan atau diabetes gestational adalah diabetes yang terjadi karena
faktor kehamilan. Diabetes kehamilan dapat menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi
yang dapat menimbulkan masalah bagi penderita, dan dapat mengancam kesehatan bayi yang
belum lahir. Diabetes kehamilan dapat dikelola dengan baik dengan makan makanan yang
sehat, berolahraga secara teratur dan jika perlu minum obat. Menjaga kadar gula yang normal
selama masa kehamilan dapat memastikan kehamilan yang sehat bagi ibu dan anaknya.
Umumnya diabetes kehamilan akan hilang setelah sang ibu melahirkan.

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

2
1) Diabetes Mellitus mencakup 3 sub kelompok diagnostik, yaitu :

a. Diabetes Mellitus tipe I (Insulin dependent):


DM jenis ini paling sering terdapat pada anak-anak dan dewasa muda, namun
demikian dapat juga ditemukan pada setiap umur.Destruksi sel-sel pembuat
insulin melalui mekanisme imunologikmenyebabkan hilangnya hampir seluruh
insulin endogen. Pemberian insulin eksogen terutama tidak hanya untuk
menurunkan kadar glukosa plasma melainkan juga untuk menghindari
ketoasidosis diabetika (KAD) dan mempertahankan kehidupan.
b. Diabetes Mellitus tipe II (non-insulin dependent) :
DM jenis ini biasanya timbul pada umur lebih 40 tahun. Kebanyakan pasien DM
jenis ini bertubuh gemuk, dan resistensi terhadap kerja insulin dapat ditemukan
pada banyak kasus. Produksi insulin biasanyamemadai untuk mencegah KAD,
namun KAD dapat timbul bila ada stress berat. Insulin eksogen dapat digunakan
untuk mengobati hiperglikemia yang membandel pada para pasien jenis ini.
c. Diabetes Mellitus lain (sekunder) :
Pada DM jenis ini hiperglikemia berkaitan dengan penyebab lain yang jelas,
meliputi penyakit-penyakit pankreas, pankreatektomi, sindroma cushing,
acromegaly dan sejumlah kelainan genetik yang tak lazim.

d. DM Dalam Kehamilan, DM dan kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus -


GDM)

Kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistan (ibu hamil
gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat keluarga DM,
kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan morbiditas neonatus,
misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi
karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang
pertumbuhan bayi dan makrosomia. Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para ibu
tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang.

2) Toleransi Glukosa yang terganggu merupakan klasifikasi yang cocok untuk para
penderita yang mempunyai kadar glukosa plasma yang abnormal namun tidak
memenuhi kriteria diagnostik.

3) Diabetes Mellitus Gestasional : istilah ini dipakai terhadap pasien yang menderita
hiperglikemia selama kehamilan. Ini meliputi 2-5% dari seluruh diabetes. Jenis ini
sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak
ditangani dengan benar (Suyono, 2006). Pada pasien-pasien ini toleransi glukosa
dapat kembali normal setelah persalinan (Anonim, 1995).

3. Gejala Klinis

3
a. Kesemutan, rasa baal
b. Kelemahan tubuh
c. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
d. Infeksi saluran kemih

Hal yang sering dikeluhkan oleh paisen adalah, sbb:

a. rasa gatal pada daerah genetal atau daerah lipatan tubuh lain seperti ketiak dan bawah
payudara
b. timbulnya bisul-bisul atau luka yang lama tidak mau sembuh
c. timbulnya keputihan yang disebabkan oleh jamur candida pada wanita
d. Rasa baal dan kesemutan akibat
e. Lemah dan merasa mudah lelah
f. Keluhan impotensi pada laki-laki
g. Mata kabur yang disebabkan katarak, ataupun gangguan refraksi akibat perubahan-
perubahan pada lensa oleh hiperglikemia
h. Diplopia binocular akibat kelumpuhan sementara otot bola mata

4. Patofisiologi Diabetes Melitus dalam Kehamilan

Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah)


diakibatkan karena Produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin
secara tidak efektif pada tingkat seluler. Insulin– insulin yang diproduksi sel– sel beta
pulau langerhans di prankeas bertanggung jawab mentranspor glukosa ke dalam sel
apabila insulin tidak cukup / tidak efektif, glukosa berakumulasi dalam aliran darah
dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas dalam darah
yang menarik cairan intarsel ke dalam sisitem vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan
peningkatan volume darah. Akibatnya ginjal menyekresi urine dalam volume besar
(poliuria) sebagai upaya untuk mengatur kelebihan volume darah dan menyekresi
glukosa yang tidak digunakan (gliousuria). Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa haus
berlebihan (polidipsi). Penurunan berat badan akibat pemecahan lemak dan jaringan
otot, pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa lapar yang membuat individu makan
secara berlebihan (polifalgia). Setelah jangka waktu tertentu, diabetes menyebabkan
perubahan vaskuler yang bermakna. Perubahan ini terutama mempungaruhi jantung,
mata dan ginjal. Komplikasi akibat diabetes mencakup aterosklerosis, premature,
retinopati dan nefropati. Diabetes tipe I dan II biasanysa dikenal sebagai sindrom
yang disebabkan oleh factor genetic. Diabetes biasanya diwariskan sebagai sifat
resesif, tetapi muncul sebagai sifat dominan pada beberapa keluarga. Pewarisan sifat
genetik (genotip) diabetes mellitus tidak selalu berarti bahwa individu akan
mengalami intoleransi glukosa diabetik (fenotip). Banyak individu yang memiliki
genotip, tidak memperlihatkan satupun gejala diabetes sampai mereka mengalami satu
atau lebih stressor atau faktor presipitasi. Contoh stressor tersebut adalah peningkatan
usia, periode perkembangan normal, perubahan hormonal yang cepat, obesitas,
infeksi, pembedahan, krisis emosi dan tumor atau infeksi pangkreas. Diabetes
Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak
dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi

4
hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini
meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat


yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui.
Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya
dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai
janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian
kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormone lain
seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan
maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.
Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan
normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan. Secara
fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen
ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan
produksi insulin, sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia
atau diabetes kehamilan.

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu


keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan
kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber
energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap
tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin
juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan
terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin
juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, dan sebagainya.

Pada Diabetes Melitus Gestasional, selain terjadi perubahan-perubahan


fisiologis hormonal dan metabolic yang normal pada kehamilan, didapatkan keadaan
jumlah/fungsi insulin ibu yang tidak optimal. Serta terjadi juga perubahan kinetika
insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya adalah komposisi sumber
energi dalam plasma ibu berubah (kadar gula darah tinggi, sementara itu kadar insulin
tetap tinggi).

Melalui difusi terfasilitasi dalam membrane plasenta, pada sirkulasi janin juga
ikut terjadi komposisi sumber energy yang abnormal yang dapat menyebabkan
kemungkinan terjadi berbagai komplikasi. Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia,
hipokolosemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya). Dalam hal ini terjadi berbagai
kelainan yang menyebabkan pelbagai komplikasi pada ibu dan janin. Pada intinya,
Diabetes Melitus pada kehamilan dapat terjadi karena proses kehamilan itu sendiri,
Namun juga dapat terjadi karena Diabetes Melitus tipe 1 atau 2 yang baru diketahui
pada saat hamil. Bila Diabetes Melitus terjadi karena proses kehamilan itu sendiri,
setelah melahirkan kadar gula darahnya akan kembali menjadi normal dan dalam

5
beberapa tahun kemudian kemungkinan baru akan benar-benar menetap menjadi
Diabetes Melitus.

Diabetes Melitus pada kehamilan dapat terjadi karena perubahan metabolik


fisiologik yang terjadi pada saat kehamilan. Perubahan tersebut mengarah pada
terjadinya resistensi insulin. Bila sel beta pankreas tidak dapat mengimbangi
perubahan tersebut, maka akan terjadi Diabetes Melitus pada kehamilan. Setelah
melahirkan, karena perubahan fisiologis pada saat hamil telah hilang, maka ibu akan
menjadi normal kembali. Namun sebaliknya, bila ibu sebelumnya sudah menyandang
Diabetes Melitus dan baru diketahui Diabetes Melitus.

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu


keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan
kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber
energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap
tinggi).

Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin


juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan
terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin
juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, dan sebagainya.

5. Komplikasi Diabetes Milletus

Sejak ditemukannya insulin oleh Banting dan Best tahun 1921 serta kemudian
dikembangkan dan diterapkannya pada pengelolaan pasien DM, gambaran komplikasi DM
bergeser dari komplikasi akut kearah komplikasi kronik.

Komplikasi Diabetes Mellitus :

1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi apabila kadar
glukosa darah turun dibawah 50 mg/ dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.Hipoglikemia dapat terjadi
setiap saat pada siang atau malam hari.Hipoglikemia merupakan komplikasi
komplikasi yang tersering dan paling serius pada terapi insulin. Keparahan dan
lamanya hipoglikemia bisa diperkirakan dari dosis, aktivitas puncak dan lama
aksi jenis insulin yang diberikan secara S.C (Anonim, 1995)
 Hipoglikemia ringan
Ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatis akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin kedalam darah menyebabkan gejala
seperti perspirasi, tremor, takikardia, palpitasi, kegelisahan dan rasa
lapar.

6
 Hipoglikemia Sedang
Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak
mendapatkan cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-
tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup
ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, confuse,
penurunan daya ingat, mati rasa didaerah bibir serta lidah, bicara rero,
gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak
rasional, penglihatan ganda, dan perasaan ingin pingsan.
 Hipoglikemia Berat
Fungsi sitem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat
sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lainuntuk mengatasi
Hipoglikemia yang dideritanya. Gejala dapat mencakup perilaku yang
mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan, atau
bahkan kehilangan kesadaran.
b. Diabetes Ketoasidosis

KAD timbul sebagai akibat insufisiensi insulin yang berat (biasanya dengan
bertambah buruknyakebutuhan dasar) dankarena adanya kelebihan hormone
yang pengaruhnya berlawanan dengan insulin (misalnya glucagon).Predisposisi
KAD merupakan ciri khas pada DM tipe 1 dan dapat merupakan gejala yang
mendorong pasien konsultasi ke dokter. Meskipun demikian KAD dapat terjadi
pada setiap pasien DM yang mengalami stress cukup berat. Bila pasien di
diagnosis KAD maka perlu dicari penjelasannya, misalnya penghentian terapi
insulin, terkena stress yang menaikkan dasar insulin.

Terapi KAD hendaknya mencakup juga:

1) Pemulihan cairan tubuh, dengan pengelolaan elektrolit yang tepat


2) Penormalan kembali asidosis dan ketosis yang parah, dan
3) Pengedalian glukosa plasma.

KAD sering timbul denagan didahului oleh penurunan berat badan, poliuria
dan polidipsia.Gejalanya meliputi muntah-muntah dan nyeri perut yang khas
samar-samar dan tanpa menunjukkan tempatnya (Anonim, 1995).

c. Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik (SHHNK)

Sindrom ini timbul terutama pada pasien dengan DM tipe 2 atau jenis lain.
Pada pasien dengan sindroma ini maka hiperglikemia berat dan dehidrasi dapat
timbul tanpa disertai ketoasidosis.

2. Komplikasi kronik :

Komplikasi kronik dari diabetes melitus dapat menyerang semua sistem organ
tubuh. Kategori komplikasi kronik diabetes yang lazim digunakan adalah penyakit
makrovaskuler, mikrovaskuler, dan neurologis.

7
a. Komplikasi Makrovaskuler
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi pada
diabetes. Perubahan aterosklerotik ini serupa dengan pasien-pasien non diabetik,
kecuali dalam hal bahwa perubahan tersebut cenderung terjadi pada usia yang lebih
muda dengan frekuensi yang lebih besar pada pasien-pasien diabetes. Berbagai tipe
penyakit makrovaskuler dapat terjadi tergantung pada lokasi lesi aterosklerotik.
Aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh darah arteri koroner, maka akan
menyebabkan penyakit jantung koroner. Sedangkan aterosklerotik yang terjadi pada
pembuluh darah serebral, akan menyebabkan stroke infark dengan jenis TIA
(Transient Ischemic Attack). Selain itu aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh
darah besar ekstremitas bawah, akan menyebabkan penyakit okluisif arteri perifer atau
penyakit vaskuler perifer.

b. Komplikasi Mikrovaskeler
 Retinopati Diabetik
Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada
retina mata, bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh darah dari
berbagai jenis pembuluh darah arteri serta vena yang kecil, arteriol,
venula dan kapiler.
 Nefropati Diabetik
Bila kadar gluoksa darah meninggi maka mekanisme filtrasi ginjal akan
mengalami stress yang mengakibatkan kebocoran protein darah ke dalam
urin. Sebagai akibatnya kenaikan tekanan tersebut diperkirakan berperan
sebagai stimulus untuk terjadinya nefropati.
 Neuropati Diabetikum
Neuropati adalah komplikasi kronik yang paling umum pada diabetes
mellitus lanjut usia. Mekanisme yang mendasari.

6. Langkah-langkah yang dapat dikerjakan

Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes ada tiga jenis yaitu :

1) Pencegahan Primer : semua aktivitas yang ditujukan untuk pencegah timbulnya


hiperglikemia pada individu yang berisiko untuk jadi diabetes atau pada populasi
umum.
2) Pencegahan sekunder:kegiatannya menemukan DM sedini mungkin, misalnya
dengan tes penyaringan terutama pada populasi risiko tinggi. Dengan demikian pasien
diabetes yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring, hingga dengan demikian
dapat dilakukan upaya-upaya untuk mencegah komplikasi.
3) Pencegahan tersier : semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan
akibat komplikasi itu. Usaha meliputi mencegah timbulnya komplikasi, mencegah
progesi dari pada komplikasi itu supaya tidak menjadi kegagalan organ, dan
mencegah kecacatan tubuh

8
7. Strategi Pencegahan

1) Pencegahan primer
- Menjelaskan kepada masyarakat bahwa mencegah penyakit jauh lebih baik
dari mengobatinya
- Kampanye makanan sehat dengan pola tradisional yang mengndung lemak
rendah atau pola makan seimbang
- Mulai menananamkan pada anak anak sekolah sejak dini tentang makanan
yang bergizi
- Jaga berat badan agar tidak gemuk dengan olahraga teratur
2) Pencegahan sekunder
- Penyuluhan tentang perilaku sehat
- Peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat pusat pelayanan kesehatan
- Penyuluhan kepada pasien dan kelurganya tentang berbagi hal mengenai
penata laksanaan dan pencegahan komplikasi
3) Pencegahan tersier
- Pencegahan komplikasi diabetes, yang pad consensus dimaasukan sebagai
pencegahan sekunder
- Mencegah berlanjutnya (progesi) komplikasi untuk tidak menjurus kepada
penyakit organ
- Mencegah terjadinya kecacatan disebabkan oleh karena kegagalan organ atau
jaringan.

8. Penanganan Diabetes pada Kehamilan

Kehamilan harus diawasi secara teliti sejak dini untuk mencegah komplikasi
pada ibu dan janin. Tujuan utama pengobatan DM dengan hamil:

a.Mencegah timbulnya ketosis dan hipoglikemia.


b. Mencegah hiperglikemia dan glukosuria seminimal mungkin.
c.Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin.

Biasanya kebanyakan penderita diabetes atau DM gestasional yang ringan


dapat di atasi dengan pengaturan jumlah dan jenis makanan, pemberian anti diabetik
secara oral, dan mengawasi kehamilan secara teratur.

Karena 15-20% dari pasien akan menderita kekurangan daya pengaturan


glukosa dalam masa kehamilan, maka kelompok ini harus cepat-cepat diidentifikasi
dan diberikan terapi insulin. Bila kadar plasma glukosa sewaktu puasa 105 mg/ml
atau kadar glukosa setelah dua jam postprandial 120 mg/ml pada dua pemeriksaan
atau lebih dalam tempo 2 (dua) minggu, maka dianjurkan agar penderita diberikan
terapi insulin. Obat DM oral kontraindikasi. Penentuan dosis insulin bergantung pada:
BB ibu, aktivitas, KGD, komplikasi yang ada.

9. Asuhan pada ibu hamil dengan diabetes melitus

9
Penyakit DM dapat merupakan kelainan herediter dengan ciri insufisiensi atau
absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi dan kurangnya
glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini
akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolic dan hormonal pada penderita
yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya, diabetes akan mempengaruhi
kehamilan dan persalinan.

Kemungkinan diabetes dalam kehamilan lebih besar bila :

a. Umur sudah mulai tua


b. Multiparitas
c. Gemuk (obesitas)
d. Ada anggota keluarga yang sakit diabetes (herediter)
e. Anak lahir dengan berat badan besar ( di atas 4 kg )
f. Ada sejarah lahir mati dan anak besar.
g. Sering abortus
h. Glukosuria

Pada prediabetik dijumpai kelainan anatomic dan metabolic, namun tanpa gejala yang
jelas. Prediabetik dapat menjadi diabetes bila timbul tekanan (stress) seperti adanya
kehamilan, infeksi, obesitas, emosi dan lain-lain.

1. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas pada diabetes, adalah :


a. Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik menjadi manifest (diabetic).
b. Diabetes akan menjadi lebih berat oleh kehamilan.
c. Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan memerlukan
glukosa yang banyak, maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma.
d. Dalam masa laktasi keperluan akan insulin akan bertambah.

2. Pengaruh diabetes terhadap kehamilan :


a. Abortus atau partus prematurus
b. Hidramnion
c. Pre eklamsi
d. Kesalahan letak janin
e. Insufisiensi plasenta

3. Pengaruh diabetes terhadap persalinan :

a. Inersia uteri dan atonia uteri


b. Distosia karena janin (anak besar, bahu lebar)
c. Kelahiran mati
d. Persalinan lebih sering ditolong secara operatif
e. Angka kejadian perdarahan dan infeksi tinggi
f. Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi

4. Pengaruh diabetes terhadap nifas :

a. Perdarahan dan infeksi puerperal lebih tinggi

10
b. Luka-luka jalan lahir lambat pulih / sembuh

5. Pengaruh diabetes terhadap janin atau bayi :

a. Sering terjadi abortus


b. kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
c. Dapat terjadi cacat bawaan
d. Dismaturitas
e. Janin besar (bayi kingkong / makrosomia)
f. Kematian neonatal tinggi
g. Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologik dan psikologik

10. Penggunaan Obat Rasional

Dalam konteks biomedis mencakup kriteria berikut :


a. Obat yang benar
b. Obat yang tepat, mempertimbangkan kemanjuran, keamanan, kecocokanbagi
pasien dan harga.
c. Indikasi yang tepat, yaitu alasan menulis resep didasarkan padapertimbangan
medis yang tepat.
d. Dosis pemberian, dan durasi pengobatan yang tepat.
e. Pasien yang tepat, yaitu tidak ada kontraindikasi dan kemungkinan
reaksimerugikan adalah minimal.
f. Dispensing yang benar, termasuk informasi yang tepat bagi pasien tentang obat
yang ditulis
g. Kepatuhan pasien terhadap pengobatan.

11. Ketepatan Pemilihan Obat


Agar tercapai pengobatan yang efektif, aman, dan ekonomis maka harus
memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Indikasi tepat
b. Penilaian kondisi tepat
c. Pemilihan obat tepat
d. Dosis dan cara pemberian obat secara tepat
e. Informasi untuk pasien secara tepat
f. Evaluasi dan tindak lanjut dilakukan secara tepat

Lampiran

11
BAB III

12
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diabetes Mellitus adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa


darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan
hiperglikemia.
Diabetes kehamilan atau diabetes gestational adalah diabetes yang terjadi
karena faktor kehamilan. Diabetes kehamilan dapat menyebabkan kadar gula darah
menjadi tinggi yang dapat menimbulkan masalah bagi penderita, dan dapat
mengancam kesehatan bayi yang belum lahir. Diabetes kehamilan dapat dikelola
dengan baik dengan makan makanan yang sehat, berolahraga secara teratur dan jika
perlu minum obat. Lalu bisa diberikan pengobatan dengan cara pengolahan medis dan
pengolahan obsterik, lalu bisa juga diberikan asuhan kepada ibu hamil tersebut
mengenai diabetes melitus.
Diabetes Mellitus dikenal dengan berbagai tipe yaitu Tipe I yang disebabkan
faktor genetik atau karena keturunan, Tipe II, sebagian besar disebabkan oleh gaya
hidup, dan Tipe III yaitu diabetes yang dialami oleh ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA

Suyono, slamet, 1996,Masalah Diabetes di Indonesia,Jakarta, Balai Penerbit FKUI Jakarta

13
Waspadji, Darwin, 1996,Gambaran Klinis Diabetes Milletus,Jakarta,Balai Penerbit FKUI Jakarta

Darmono, 1996, _Diagnosis_ _dan_ _Klasifikasi_ _Diabetes_ _Milletus_,Jakarta,Balai Penerbit FKUI


Jakarta

https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ums.ac.id/14984/2/BAB_I.pdf&ved=2ahUKEwicjpjiye3fA
hUIKY8KHXykDdIQFjAAegQIBhAB&usg=AOvVaw2RmsokZ-7pZnLVORxpgebD&cshid=1547479489361

14

Anda mungkin juga menyukai