PIJAT OXYTOSIN
Disusun Oleh
RINDHO’AH,S.S.TKeb
NIP. 19800616 200501 2 016
Puji syukur penulis penjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ Pijat Oxytocin”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas dalam
Kenaikan Fungsional Jabatan. Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis masih kurang baik. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Ucapan terima kasih kami tujukan kepada Semua pihak yang telah memberi
dorongan dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami dan juga pembaca. Amiin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..…………………………………………… II
BAB I PENDAHULUAN.……………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………….. 1
B. Tujuan Penulisan.………………………………….. 3
C. Manfaat Penulisan………………………………….. 3
BAB II TINJAUAN TEORI ……………………………………. 5
A. Post Partem.……………………………………….. 5
B. Konsep Menyusui………………………………….. 9
C. Pijat Oxytosin .…………………………………….. 15
BAB III ASUHAN KEBIDANAN …………………………….… 18
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir perlu mendapat perawatan yang optimal sejak dini
termasuk pemberian makanan yang ideal. Tidak ada satupun makananan yang
ideal untuk bayi baru lahir selain ASI. Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi
alamiah bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan
optimal (Kemenkes, 2014). Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah kematian
bayi. Data menunjukkan bahwa angka kematian bayi di Indonesia berdasarkan
hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2018 memperlihatkan
bahwa AKB sebesar 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup, angka ini lebih
tinggidibanding AKB yang direncanakan pada target MDG’s yaitu 23 per
1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2018). Tingginya AKB dan masalah gizi
pada bayi dapat ditangani sejak awal dengan cara pemberian Air Susu Ibu
(ASI). Menurut penelitian yang dilakukan oleh UNICEF, risiko angka
kematian bayi (AKB) bisa berkurang sebanyak 22% dengan pemberian ASI
ekslusif dan menyusui sampai 2 tahun. Khusus untuk kematian neonatus dapat
ditekan hingga 55-87% jika setiap bayi lahir dilakukan IMD dan diberikan ASI
eksklusif. Selain itu kasus kurang gizi pada anak di bawah usia dua tahun juga
dapat diatasi melalui pemberian ASI eksklusif.
World Health Organitation (WHO) dan United Nation International
Children’s Emergency Fund (UNICEF) menganjurkan pemberian ASI saja
sampai bayi berusia 6 bulan, tanpa pemberian cairan tanpa makanan selain ASI
(IDAI, 2013). Hal ini dikarenakan ASI adalah nutrisi alamiah terbaik bagi bayi
dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal (Hegar,
2016). WHO (2016) menjelaskan bahwa terdapat 35.5% bayi berusia kurang
dari 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif. Cakupan ASI Eksklusif di India
sudah mencapai 46%, di Philippines 34%, di Vietnam 27% dan di Myanmar
24%. Data di Indonesia mencapai 54,3% bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif, dimana data ini meningkat dari data sebelumnya. Peningkatan
cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 0–6 bulan dikarenakan
1
meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya ASI eksklusif bagi
bayi (Kemenkes, 2018).
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat menjamin kecukupan gizi
bayi serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Manfaat
lain yang diperoleh dari pemberian ASI adalah hemat dan mudah dalam
pemberiannya serta manfaat jangka panjang adalah meningkatkan kualitas
generasi penerus karena ASI dapat meningkatkan kecerdasan intelektual dan
emosional anak (Marmi, 2015). Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan
terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang
penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya.
Penurunan produksi ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat
disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang
sangat berperan dalam kelancaran produksi ASI.
Menyusui dini di jam pertama kelahiran jika tidak dapat dilakukan oleh
ibu akan menyebabkan proses menyusu tertunda, maka alternatif yang dapat
dilakukan adalah memerah atau memompa ASI selama 10-20 menit hingga
bayi dapat menyusu. Tindakan tersebut dapat membantu memaksimalkan
reseptor prolaktin dan meminimalkan efek samping dari tertundanya proses
menyusui oleh bayi (Kurniarum, 2016). Menyusui merupakan kejadian alamiah
pada setiap ibu post partum. Keberhasilan menyusui dengan optimal, seorang
ibu harus mengetahui tentang air susu ibu (ASI) itu sendiri serta
penatalaksanaan menyusui. Kegagalan menyusui sering disebabkan karena
faktor psikologis ibu pada hari-hari awal proses menyusui. Ibu sering merasa
takut kalau ASI yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan bayinya (Utami,
2014). Kelancaran Produksi ASI sangat penting untuk memenuhi kebutuhan
bayi. Permasalahan ASI yang tidak keluar atau jumlah ASI merasa sedikit, itu
bisa terjadi pada ibu post partum. Keadaan yang mempengaruhi produksi ASI
pada ibu post partum adalah penggunaan obat-obatan saat persalinan.
Upaya untuk membantu pencapaian peran maternal pada ibu post
partum, untuk kelancaran dan meningkatkan produksi ASI adalah dengan
melakukan pijatan atau rangsangan (Suherni, 2014). Penelitian yang dilakukan
2
3
oleh Netty (2015), fenomena keberhasilan pijat oksitosin terhadap ASI yaitu
55%. Pijatan atau rangsangan pada tulang belakang akan merangsang hipofise
posterior mengeluarkan hormon oksitosin, selanjutnya akan merangsang
kontraksi sel mioepitel di payudara untuk mengeluarkan air susu. Pijatan ini
juga akan memberikan efek relaksasi, menghilangkan ketegangan dan stress
sehingga hormone oksitosin keluar dan akan membantu pengeluaran ASI
sehingga kebutuhan ASI dapat tercukupi. Pijat oksitosin merupakan pemijatan
pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae 5 sampai ke 6
dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin
setelah melahirkan, Jika ibu rileks dantidak kelelahan setelah melahirkan dapat
membantu merangsang pengeluaran hormon oksitosin (Lestari, 2016).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka makalah ini akan
membahas tentang pengaruh pijat oksitosin terhadap kelancaran ASI pada ibu
post partum.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan kebidanan dengan teknik pijat oksitosin pada ibu
post partum.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan teori konsep teknik pijat oksitosin pada ibu post partum.
b. Mendiskripsikan teori asuhan kebidanan teknik pijat oksitosin pada ibu
post partum.
c. Mendiskripsikan penerapan teknik pijat oksitosin pada ibu post partum.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Hasil penelian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai pengaruh pengaruh teknik pijat oksitosin dalam
meningkatkan produksi ASI ibu post partum sehingga dapat dijadikan acuan
untuk penelitian selanjutnya.
4
A. Post Partum
1. Pengertian
Masa post partum atau puerperium atau masa nifas adalah waktu sejak
bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu
berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ yang berkaitan dengan
kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lainnya yang
berkaitan saat melahirkan (Bobak, 2014). Masa post partum dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil, masa ini berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Syaifudin, 2015).
2. Tahapan Masa Post Partum
Tahapan dalam masa post partum atau puerperium adalah;
a. Puerperium dini, yaitu saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial, yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-
organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu.
c. Remot puerperium, yaitu waktu yang untuk pulih dan sehat sempurna
terutama ibu yang mengalami komplikasi selama hamil atau persalinan
(Wiknjosastro, 2012).
3. Tujuan Asuhan Post Partum
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupuan psikologik
b. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan penyuluhan pada ibu tentang gizi, menyusui, pemberian
imunisasai pada bayi, perawatan bayi sehat dan keluarga berencana.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana (Bobaks, 2014).
4. Perubahan Masa Post Partum
a. Uterus berangsur mengecil yang akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Saat bayi lahir beratnya kira-kira 1000 gr, pada 1 minggu post partum
5
6
menjadi kurang lebih 500 gr, 2 minggu postpartum menjadi 300 gr, dan
setelah 6 minggu menjadi 10-60 gr. Perubahan ini berhubungan erat
dengan perubahan-perubahan pada miometrium.
b. Plasenta bed menjadi mengecil karena kontraksi dan menonjol ke cavum
uteri dengan diameter 7,5 cm, pada minggu ke-3 menjadi 3,5 cm, minggu
ke-6 menjadi 2,4 cm dan akhirnya pulih (Wiknjosastro, 2012).
c. Endometrium terjadi trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat
implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium kira-kira setebal 2-3
mm dengan permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin. Setelah 3 hari, permukaan endometrium mulai rata. Lepasnya sel-
sel dari bagian yang mengalami degenerasi. Sebagian besar endometrium
terlepas. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua
basalis, yang memakan waktu 2-8 minggu. Jaringan-jaringan di tempat
implantasi plasenta mengalami proses yang sama, yaitu degenerasai
kemudian terlepas. Pelepasan jaringan bergenerasi ini berlangsung
lengkap. Dengan demikian, tidak ada pembentukan jaringan parut bekas
tempat impantasi plasenta (Manuaba, 2015).
d. Luka jalan lahir, bila tidak disertai infeksi akan sembuh 6-7 hari.
e. Munculnya lochea, yaitu cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina
pada masa nifas yang meliputi;
1) Lochea rubra (cruenta), yaitu berisi darah segar dan sisa selaput
ketuban, sel desidua, vernik caseosa, lanugo dan mekonium, selama
dua hari pascapersalinan.
2) Lochea sanguinolenta, berwarna merah kuning berisi darah dan lendir,
hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.
3) Lochea serosa, berwarna kuning, cairan tidak berubah lagi, pada hari
ke-7 sampai ke-14 pascapersalinan.
4) Lochea alba, cairan putih setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan
berbau busuk.
6) Lochiostasis, yaitu lochea yang tidak lancar keluarnya.
7
B. Konsep Menyusui
1. Definisi
Menyusui adalah salah satu komponen dari proses reproduksi yang
terdiri atas haid, konsepsi, kehamilan, persalinan, menyusui, dan penyapihan
(Proverawati, 2015). Menyusui merupakan kegiatan yang menyenangkan
bagi ibu sekaligus memberikan manfaat yang tidak terhingga pada anak
(Utami, 2014). Menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan
pengeluaran (Perinasia, 2014). Pemberian air susu ibu (ASI) secara eklusif
misalnya, merupakan langkah awal yang penting bagi bayi agar tumbuh
sehat dan tercipta sumber daya manusia yang tangguh, tidak hanya sehat
dan cerdas namun juga memiliki kecerdasan emosional dan sosial
(emotional and sosial quotion) yang lebih baik.
ASI (Air Susu Ibu) adalah istilah untuk cairan putih yang dihasilkan
kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai
komponen gizi dan non gizi. Komposisi ASI tidak sama selama periode
menyusui, pada akhir menyusui kadar lemak 4-5 kali dan kadar protein 1,5
kali lebih tinggi daripada awal menyusui dan juga terjadi variasi dari hari ke
hari selama periode laktasi (Proverawati, 2015).
2. Fisiologi Menyusui
Pada masa kehamilan terjadi proses pembesaran mammae, hal ini
disebabkan oleh karena berkembangnya kelenjar mammae, terjadinya
proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel pembuat air susu ibu karena
pengaruh beberapa hormone yaitu hormone estrogen, progesterone, dan
10
a. Kolustrum. Kolustrum adalah ASI yang pertama kali dihasilkan oleh ibu.
Kolustrum biasanya diproduksi pada hari pertama sampai hari ke 3 post
partum.
b. ASI Transisi. ASI transisi adalah ASI peralihan dari kolostrum sampai
menjadi ASI matur yang biasanya dieksresikan pada hari ke-4 sampai
hari ke-10.
c. ASI mature, merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 kompesisi
relative konstan. ASI mature adalah makanan satu-satunya yang paling
baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.
5. Komposisi ASI
Zat gizi yang terkandung di dalam ASI adalah :
d. Lemak, merupakan sumber kalori pertama dalam ASI walaupun kadar
lemak dalam ASI tinggi (3,5 –4,5%).
e. Karbohidrat. Karbohidrat utama dalam ASI adalah lactose, laktose
mudah diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim
lactose.
f. Protein ASI mengandung protein lebih rendah dari air susu sapi (ASS)
tetapi protein ASI ini mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi karena
lebih mudah dicerna.
g. VitaminASI mengandung vitamin A, B, C, D (terutama terdapat di
colostrom) dan vitamin K yang berfungsi sebagai kataliafus pada proses
pembekuan darah.
h. Garam dan Mineral Kadar garam dan mineral ASi lebih rendah
disbanding susu sapi, tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan,
kadar Fe dan Ce paling stabil tidak dipengaruhi oleh diit ibu.
i. Mengandung zat protektif.
6. Mengeluarkan ASI
a. Mengeluarkan ASI dengan Tangan
Mengosongkan ASI dengan tangan merupakan cara
mengeluarkan ASI yang paling baik, paling dianjurkan, terlembut
walaupun beberapa ibu mengalami kesukaran waktu pertama-tama
13
C. Pijat Oksitosin
1. Definisi
Pijat oksitosina dalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai
dari nervus ke 5-6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf
parasimpatis untuk menyampaikan perintah keotak bagian belakang
sehingga oksitosin keluar. Hormon oksitosin adalah hormon yang
berfungsi untuk merangsang sekresi Air Susu Ibu (ASI) (Astutik, 2014).
2. Fisiologis
Pijatan atau rangsangan pada tulang belakang/tulang costae kelima-
keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan
oksitosin setelah melahirkan, neurotransmitter akan merangsang medulla
oblongata langsung mengirim pesan ke hypothalamus di hypofiseposterior
untuk mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya. Pijatan di daerah tulang belakang ini juga akan
merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress dan dengan begitu
hormon oksitosoin keluar dan akan membantu pengeluaran air susu ibu,
dibantu dengan isapan bayi pada puting susu pada saat segera setelah bayi
lahir (Kiftia, 2014).
3. Manfaat Pijat Oxytocin
Pijat oksitosin memberikan banyak manfaat dalam proses menyusui,
manfaat yang dilaporkan adalah selain mengurangistress pada ibu nifas dan
mengurangi nyeri pada tulang belakang juga dapat merangsang kerja
hormon oksitosin, manfaat lain dari pijat oksitosin (Astutik, 2014).
a. Meningkatkan kenyamanan,
b. Meningkatkan gerak ASI kepayudara,
c. Menambah pengisian ASI kepayudara,
d. Memperlancar pengeluaran ASI,
e. Dan, mempercepat proses involusi uterus
4. Langkah-Langkah melakukan Pijat ASI teknik Oksitosin
Langkah-langkah melakukan pijat ASI dengan metode oksitosin
sebagai berikut;
16
a. Melepaskan baju ibu bagian atas.Ibu miring ke kanan maupun kekiri, lalu
memeluk bantal, namun ada dua posisi alternatif, yaitu: boleh telungkup
di meja
b. Memasang handuk.Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau
baby oil.
c. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan
dua kepala tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan.
d. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-
gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya.
e. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah,
dari leher kearah tulang belikat, selama 2-3 menit
f. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali.
g. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara
bergantian.
18
19
24
25
A. Kesimpulan
1. Penerapan teknik pijat oksitosi berpengaruh terhadap produksi ASI pada ibu
post partum.
2. Terdapat peningkatan jumlah pengeluaran ASI setelah dilakukan penerapan
pijat terhadap pengeluaran air susu ibu pada ibu post partum ditandai
dengan pengeluaran ASI yang cukup untuk bayi.
A. Saran
1. Pijat oksitosin dapat dijadikan prosedur tetap sebagai pelayanan postpartum
dan diberikan juga konseling tentang teknik oksitosin kepada ibu menyusui.
2. Diharapkan bagi ibu post partum untuk dapat menerapkan pijat oksitosin
dan menyusui bayi secara on demand atau sesuka bayi serta menghindari
faktor-faktor yang mampu mengurangi produksi ASI.
3. Hasil penelitian ini dapat dimanfaat untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi ibu dan bayi dengan memberikan pelayanan pijat oksitosin
pada ibu nifas, serta dapat dikembangkan menjadi bagian dari asuhan
sayang ibu dan anak di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, Reni Yulia. 2014. Payudara dan Laktasi. Jakarta : Salemba Medika.
Ambarwati, 2014. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Bobaks, M. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC. Jakarta.
Cunningham. F. Gary. 2012. William Obstetri; Alih bahasa: Joko Suyono, Andry
Hartono. Jakarta, EGC.
Delima, Mera. 2016. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Peningkatan Produksi
ASI Ibu Menyusui Di Puskesmas Plus Mandiangin. Jurnal Ipteks Terapan.
ISSN: 1979-9292 E-ISSN: 2460-5611. https://www.academia.edu
Endah, Siti. (2012). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Kolostrum
Pada Ibu Post Partum Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Muham Madiyah
Bandung. http://www.stikesayani.ac.id/.pdf
Greiner, T. (2014). Exclusive breastfeeding : measurement and indicators, 9(1),
1–6. https://doi.org/10.1186/1746-4358-9-18
Hamidah, Khusnul. 2016. Pengaruh Teknik Marmet Terhadap Produksi Asi Pada
Ibu Post Partum Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.
Hanum, Sri. 2015. Efektivitas Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI.
https://www.researchgate.net/publication
Hegar. 2016. Bedah ASI. Jakarta: Balai Pustaka FKUI.
IDAI. 2013. Kendala Pemberian ASI Eksklusif. Tersedia dalam : http:// idai. or.id/
public-articles/klinik/asi/kendala-pemberian-asi-eksklusif.html.
Kemenkes RI. 2018. Riskesdas 2018. http://kemenkes.go.id.
Kemenkes RI. 2014. Panduan Manajemen Laktasi : Diit Gizi Masyarakat. Jakarta:
Depkes RI.
Kiftia, Mariatul. 2014. Pengaruh Terapi Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI
pada Ibu Post Partum. https://www.ejurnal.umri.ac.id
Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta. Pusdik SDM Kesehatan.
Kurniawati, Benny. 2016. Studi Komparasi Teknik Marmet Dan Pijat Oksitosin
Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Primipara Di Rumah Sakit
Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lestari, Humaediah. 2016. Pengaruh pijat oxytocin terhadap kelancaran produksi
kolostrum pada ibu post partum di Puskesmas Rasa Bou. Jurnal STIKES
Mataram. Vol. 2 No. 2 Oktober-Desember 2016 | 85-97.
Lestari, Lieni. 2018. Peningkatan Pengeluaran Asi Dengan Kombinasi Pijat
Oksitosin Dan Teknik Marmetpada Ibu Post Partum (Literatur Review).
28
29