( PIJAT OKSITOSIN )
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai kemudahan, petunjuk
serta karunia yang tak terhingga sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Praktek
Holisticare yang berjudul Pijat Oksitosin dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnan,
hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibu post partum merupakan kondisi ibu yang baru saja melahirkan. Masa post partum
disebut juga masa nifas yang dimulai setelah kelahiran plasenta atau tali pusat dan berakhir
sampai alat-alat reproduksi kembali normal seperti pada saat sebelum hamil yang
berlangsung kurang lebih 6 minggu (Marmi, 2012). Salah satu yang perlu diperhatikan
dalam masa post partum adalah menyusui. Menyusui atau laktasi merupakan suatu proses
pemberian air susu ibu dari payudara ibu secara langsung kepada bayinya (Sumastri, 2012).
Proses pengeluaran air susu ibu dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan hormon
oksitosin. Setelah melahirkan hormon estrogen, hormon progesteron dan hCG (human
Chorionic somatomammotropin) akan menurun sedangkan, hormon prolaktin meningkat
yang akan merangsang alveoli mamae untuk memproduksi air susu (Benson dan Pernol,
2009). Meningkatnya hormon prolaktin sejalan dengan peningkatan hormon oksitosin yang
berperan dalam pelancaran pengeluaran ASI sehingga proses menyusui akan terjadi
(Lowdermilk, Perry, Cashion, dan Alden, 2013).
Air susu ibu (ASI) eksklusif merupakan pemberian air susu dari ibu terhadap bayinya
tanpa minuman atau makanan lain termasuk air putih atau vitamin tambahan lainnya (Wiji,
2013). Pemberian ASI eksklusi diberikan sejak bayi baru lahir hingga bayi berusia 6 bulan.
Setelah bayi berusia 6 bulan dapat diberikan ASI dan makanan pendamping ASI sesuai
usia bayi. Pemerintah telah menetapkan PP No. 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI
Eksklusif, peraturan pemerintah tersebut menyatakan bahwa setiap bayi harus
mendapatkan ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai berumur 6 bulan tanpa ada tambahan
pemberian makanan dan minuman (Kemenkes, 2012).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menjelaskan bahwa cakupan ASI
eksklusif masih belum maksimal hanya mencapai 37,3 %. Di wilayah Provinsi DIY
proporsi pola pemberian ASI pada umur 0-5 bulan menurut provinsi pemberian ASI
eksklusif sebanyak 22%. Rendahnya pemberian ASI eksklusif ini karena beberapa faktor.
Fenomena pada ibu menyusui yang sering muncul adalah ketidaklancaran pengeluaran
1
ASI, ibu mengeluh bayinya sering menangis atau menolak menyusu, puting lecet sehingga
ibu tidak memberikan ASI. Sering diartikan bahwa ketidaklancaran pengeluaran ASI
artinya ASI tidak enak sehingga ibu sering mengambil keputusan untuk menghentikan
menyusui (Naziroh, Rosyidah, dan Millia 2019).
Menurut Wiji (2013) beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar ibu dapat menyusui
secara eksklusif yaitu kesehatan, dukungan, istirahat dan rasa nyaman. Disamping itu
ketidaklancaran produksi ASI dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Ketidaklancaran produksi ASI dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
pengetahuan, rasa percaya diri, santai, dukungan keluarga, status gizi yang cukup dan
mitos- mitos tentang pemberian ASI (Widuri, 2013). Oleh karena itu perlu adanya upaya
mengeluarkan ASI untuk beberapa ibu post partum. Dalam upaya pengeluaran ASI ada dua
hal yang mempengaruhi yaitu produksi dan pengeluaran.
Pijat oksitosin berfungsi untuk merangsang refleks oksitosin atau refleks let down,
meningkatkan hormon oksitosin yang dapat memberi ketenangan pada ibu, sehingga
pengeluaran ASI lancar dengan sendirinya (Rusdiarti, 2014). Menurut Marmi (2012)
hormon oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi
atau melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan pijatan pada tulang
belakang ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan rasa cinta terhadap bayinya,
sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar.
Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul
“Penerapan Pijat Oksitosin untuk Memperlancar Pengeluaran ASI pada Ibu Post Partum”.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam makalah ini
adalah “Bagaimana penerapan pijat oksitosin untuk memperlancar pengeluaran ASI pada
ibu postpartum?”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui penerapan pijat oksitosin untuk memperlancar pengeluaran ASI pada
ibu post partum.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan respon ibu post partum terhadap penerapan pijat oksitosin
untuk memperlancar pengeluaran ASI.
b. Menggambarkan perubahan proses produksi ASI pada ibu post partum.
D. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan untuk ibu post
partum mengenai cara memperlancar ASI melalui pijat oksitosin.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori yang sudah ada
dan mendukung penelitian selanjutnya khususnya di ruang lingkup keperawatan
maternitas dalam memperlancar pengeluaran ASI melalui pijat oksitosin.
3. Bagi Penulis
3
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Isnaini dkk, (2015), Pijat oksitosin adalah pemijatan tulang belakang pada
costa (tulang rusuk) ke 5-6 sampai ke scapula (tulang belikat) yang akan mempercepat
kerja syaraf parasimpatis, saraf yang berpangkal pada medulla oblongata dan daerah
scarum dari medulla spinalis, merangsang hipofise posterior untuk mengeluarkan
oksitosin. Oksitosin menstimulasi kontraksi sel-sel pada otot polos yang melingkari
ductus laktiferus kelenjar mamae hingga menyebabkan kontraktilitas miopitel payudara
yang dapat meningkatkan kelancaran ASI dari kelenjar mammae atau payudara. Pijat
oksitosin sendiri merupakan satu solusi yang baik dan tepat untuk mempercepat atau
memperlancar produksi ASI yaitu pemijatan sepanjang tulang belakang (vertebrae)
sampai tulang costae kelima atau keenam.
Pijat oksitosin adalah gerakan yang dilaksanakan oleh suami pada ibu menyusui
berupa back massage pada punggung ibu untuk menambah pengeluaran hormon
oksitosin. Pijat oksitosin yang dilakukan oleh suami mampu memberikan kenyamanan
pada ibu menyusui dan memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui (Rahayu, 2016).
Hormon oksitosin dapat mengurangi risiko ibu menderita depresi pasca persalinan,
hormon oksitosin yang dilepaskan saat menyusui menciptakan kuatnya ikatan kasih
saying, kedekatan ibu dengan bayi dan ibu mendapatkan ketenangan sehingga produksi
dan pengeluaran ASI lancar. Pijat oksitosin ini juga bisa dilakukan kapanpun ibu mau
dengan durasi ± 15 menit, namun lebih disarankan melakukan pijat oksitosin sebelum
menyusui atau memerah ASI. Sehingga untuk mendapatkan jumlah ASI yang dapat
optimal dan baik. (Yantina, 2015).
4
2.1.2 Tujuan dan Manfaat Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada punggung dan tengkuk ibu untuk merangsang
keluarnya hormon oksitosin. Tujuan pijat oksitosin menurut subyek adalah merangsang
dan mempercepat pengeluaran. Pijat Oksitosin bertujuan untuk merangsang pengeluaran
hormon oksitosin supaya pengeluaran ASI pada ibu post partum menjadi lancar. Cara
melakukan pijat oksitosin adalah memijat dari tulang leher pertama sampai tulang belikat,
bisa memakai minyak atau tidak, dengan posisi sambil duduk atau sambil tiduran.
(Purnamasari, D.K, 2020).
Manfaat pijat oksitosin bagi ibu nifas dan ibu menyusui dapat memberikan berbagai
manfaat dalam proses menyusui, karena kinerjanya yang dapat merangsang kinerja
hormon oksitosin, diantaranya :
Menurut Waode Ratna (2017), pijat oksitosin dapat dilakukan kapan saja, dalam 24
jam setelah ibu melahirkan dimana masa ini klien dapat mobilisasi seperti halnya duduk
dan mulai belajar untuk berjalan. Prosedur dalam pelakasanaan pijat oksitosin
diantaranya :
5
3. Mencuci tangan 6 langkah menggunakan sabun, kemudian bilas dengan air
mengalir, lalu keringkan dengan tisu.
4. Posisikan tubuh pasien duduk rileks bersandar kedepan, tangan dilipat diatas meja
dengan kepala diletakkan diatasnya.
5. Payudara tergantung lepas tanpa bra.
6. Membersihkan punggung, keringat dan kotoran dengan menggunakan washlap dan
air hangat.
7. Lakukan pemijatan dari pangkal tulang belakang sampai dengan bahu, lakukan
selama 1 menit.
8. Pijat kedua sisi tulang belakang ke arah luar selama 3 kali, kemudian bergeser ke
bawah ke titik selanjutnya sampai dengan tulang belikat selama 2 menit.
9. Durasi pemijatan dapat ditambah pada pemijatan oksitosin berikutnya/kunjungan
ulang.
10. Pijatan oksitosin dilakukan pada kehamilan di atas 37 minggu dan bisa dilakukan
oleh suami untuk merangsang kontraksi.
11. Membersihkan punggung dengan menggunakan washlap dan air hangat.
12. Membereskan semua alat-alat yang sudah digunakan.
13. Mencuci tangan 6 langkah menggunakan sabun, kemudian bilas dengan air
mengalir lalu keringkan dengan tisu.
6
2.1.4 Peran keluarga dalam pijat oksitosin
Pijat oksitosin tidak harus dilakukan oleh tenaga kesehatan namun dapat dilakukan
oleh suami/pasangan atau keluarga yang Pijat Oksitosin Laktasi Lancar Bayi Tumbuh
Sehat 38 mendampingi ibu pasca melahirakan yang sudah dilatih oleh tenaga kesehatan
(Bidan).
Adanya peran suami atau keluarga dalam kegiatan pijat oksitosin ini akan
mendukung ibu dalam produksi ASI. Keterlibatan suami memberikan kontribusi yang
bagus mengingat secara psikologis ibu apabila didampingi oleh suami akan merasa lebih
tenang, nyaman dan privacynya sangat terjaga. Begitu juga dengan kerabat atau keluarga
yang dinilai dipercaya oleh ibu. Dengan situasi seperti ini maka hormone prolactin akan
bekerja dengan efektif diarenakan ibu dalam kondisi rileks. Adanya hormone prolaktif
tersebut mampu membuat produksi ASI semakin banyak.
7
g. Payudara kosong setelah bayi menyusu sampai kenyang dan akan tertidur.
h. Bayi akan terlihat menghisap secara kuat dengan irama perlahan (Budiati dalam
Waode, 2017).
Pemicu hormon oksitosin ibu yang merasa puas, bahagia, percaya diri bisa
memberikan ASI pada bayinya, memikirkan bayi dengan penuh kasih sayang dan
perasaan positif lainnya akan membuat reflek oksitosin bekerja. Sensasi menggendong,
menyentuh, mencium, menatap atau mendengar bayinya menangis juga dapat membantu
reflex oksitosin (Rahayu, 2016).
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Isnaini dkk, (2015), Pijat oksitosin adalah pemijatan tulang belakang pada costa
(tulang rusuk) ke 5-6 sampai ke scapula (tulang belikat) yang akan mempercepat kerja syaraf
parasimpatis, saraf yang berpangkal pada medulla oblongata dan daerah scarum dari medulla
spinalis, merangsang hipofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin. Menurut Marmi (2012)
hormon oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi atau
melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan pijatan pada tulang belakang ibu
akan merasa tenang, rileks, meningkatkan rasa cinta terhadap bayinya, sehingga dengan begitu
hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar.
Adanya peran suami atau keluarga dalam kegiatan pijat oksitosin ini akan mendukung ibu
dalam produksi ASI. Keterlibatan suami memberikan kontribusi yang bagus mengingat secara
psikologis ibu apabila didampingi oleh suami akan merasa lebih tenang, nyaman dan privacynya
sangat terjaga. Begitu juga dengan kerabat atau keluarga yang dinilai dipercaya oleh ibu. Dengan
situasi seperti ini maka hormone prolactin akan bekerja dengan efektif diarenakan ibu dalam kondisi
rileks.
B. Saran
1. Bagi ibu nifas
Diharapkan bagi ibu nifas agar mengikuti apabila ada penyuluhan atau dari tenaga kesehatan
tentang pijat oksitosin yang bermanfaat untuk kelancaran produksi ASI.
2. Bagi petugas kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan khususnya bidan dan perawat di rumah sakit melakukan
penyuluhan atau pelatihan tentang pijat oksitosin dan mengikut sertakan suami dalam pelatihan
tersebut.
3. Bagi mahasiswa
Diharapkan hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan salah satu referensi dalam suatu
penulisan atau penelitian selanjutnya terutama dalam pemberian pijat oksitosin terhadap
kelancaran ASI ibu nifas.
9
DAFTAR PUSTAKA
5. Lestari, S. S. T., Fatimah, S. S., & Ayuningrum, S. S. (2021). Pijat Oksitosin Laktasi Lancar,
Bayi Tumbuh Sehat.