Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

Laporan Refleksi Kasus

Diajukan untuk memenuhi Tugas Stase Nifas

Disusun oleh

Aisyah Amelia Yossi


Misrati
Lita Anggraini
Lilik Dian Eka
Yuyun Wahyuni Mk

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Stase Nifas .

Dalam penyusunan tugas Stase Nifas ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar - besarnya kepada :
1. Dr. Retno Widowati, selaku Dekan FIKES Universitas Nasional.
2. Dr. Rukmaini, S.ST, M.Keb, selaku Wakil Dekan FIKES Universitas Nasional
sekaligus selaku Pembimbing Stase Nifas.
3. Sri Dinengsih, S.SiT, M.Kes, selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan
4. Shinta Novelia, S.ST, MNS, selaku Sekretaris Prodi Profesi Kebidanan
Universitas Nasional
5. Dewi Kurniati, S.SiT.,M.Keb, Selaku Koordinator State Nifas

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas Stase Nifas ini masih jauh dari
sempurna. Pada kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan tugas Stase Nifas ini. Akhir kata penulis berharap
semoga tugas Stase Nifas dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca
umumnya, dan bagi penulis khususnya.
Jakarta, 09 Agustus 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah jangka waktu

antara lahirnya bayi dan plasenta lepas dari rahim sampai kembalinya organ-organ

reproduksi ke keadaan normal seperti sebelum melahirkan. Masa nifas berlangsung

selama enam minggu. (Lowdermilk, 2016). Pada masa nifas, ibu akan mengalami

beberapa perubahan, salah satunya perubahan pada payudara. Payudara pada ibu nifas

akan menjadi lebih besar, keras dan menghitam disekitar puting, ini menandakan

dimulainya proses menyusui. Menyusui merupakan hal yang sangat penting bagi

seorang ibu untuk buah hatinya, karena ASI mempunyai banyak nutrisi yang berguna

untuk kecerdasan bayi. ( Menurut Utami 2005 dalam Widyasih, 2016). Beberapa

faktor yang perlu diperhatikan agar ibu dapat menyusui secara eksklusif, yaitu

kesehatan, dukungan, istirahat dan rasa nyaman. Kesehatan ibu memegang peran

penting dalam produksi ASI. Ibu yang sakit, asupan makanan kurang atau kekurangan

darah untuk membawa nutrient yang akan diolah oleh sel-sel acini payudara,

menyebabkan produksi ASI akan menurun (Bahiyatun, 2017).

Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif selanjutnya adalah rasa nyaman,

setalah ibu melahirkan, ibu akan mengalami rasa tidak nyaman diseluruh tubuh, stres

dan khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan ASI untuk buah hatinya. Hal ini akan

menghambat sekresi hormon oksitosin. Hormon oksitosin adalah hormon yang

berperan dalam pengeluaran ASI. Apabila sekresi hormon oksitosin terhambat,

pengeluaran ASI menjadi tidak lancar. Pengeluaran ASI yang tidak lancar dapat

menimbulkan pembengkakan pada payudara, jika tidak segera diatasi akan berdampak

lebih lanjut yaitu dapat menyebakan mastitis dan infeksi (Bahiyatun, 2017).
Salah satu cara untuk merangsang hormon oksitosin dan meningkatkan rasa nyaman

adalah dengan pijat oksitosin (Ummah, 2015). Pijat oksitosin adalah pijat

disepanjang tulang belakang (vertebre) sampai tulang costae kelima atau keenam.

Pijat ini berfungsi untuk meningkatkan oksitosin yang dapat menenangkan ibu,

sehingga ASI pun keluar dengan sendirinya (Biancuzzo, 2003; Roesli, 2009 dalam

Afiani 2016). Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik mengaplikasikan

pemijatan oksitosin ibu menyusui pada masa post partum di Klinik Rosa Kartika

2021.

1.2 Tujuan

Mahasiswa mampu menjelaskan dan menerapkan konsep dasar pijat oksitosin

untuk kelancaran produksi ASI pada ibu post partum sesuai dengan manajemen

kebidanan dan mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.

1.3 Waktu dan Tempat

Pada Tanggal 09 Agustus 2021 di Klinik Rosa Kartika

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

Bagi peneliti dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan

sebagai sumber referensi bacaan di perpustakaan, serta dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan sekaligus evaluasi dalam menjalankan

asuhan kebidanan
1.4.2 Manfaat Bagi Lahan

Bagi lahan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus

masukan dalam menjalankan Asuhan Kebidanan

1.4.3 Manfaat Bagi Pendidikan

Bagi institusi dapat digunakan sebagai sumber bacaan dan referensi

tambahan dalam pendidikan terutama untuk pelaksanaan asuhan

kebidanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat

reproduksi kembali seperti sebelum hamil. Nifas disebu tjuga peurperium.

Peurperium berasal dari bahasa latin. Peur berarti bayi dan parous berarti melahirkan.

Jadi dapat disimpulkan peurperium atau masa nifas merupakan masa setelah

melahirkan. Masa nifas juga dapat diartikan sebagai masa post partum normal atau

masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu

berikutnya disertai pemulihnya organ- organ yang berkaitan dengan kandungan yang

mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan (Sari,

2017).

2.2 Konsep Dasar Pijat Oksitosin

Menurut Ummah (2015), pijat oksitosin adalah pijat relaksasi untuk merangsang

hormon oksitosin. Pijat yang lakukan disepanjang tulang vertebre sampai tulang

costae kelima atau keenam. pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk

mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Menurut Depkes RI (2007 dalam Setiowatii,

2017), pijat okitosin dilakukan dengan cara memijat pada daerah punggung sepanjang

kedua sisi tulang belakang sehingga diharapkan ibu akan merasakan rileks dan

kelelahan setelah melahirkan akan hilang.

Pijat oksitosin efektif dilakukan 2 kali sehari pada hari pertama dan kedua post

partum, karena pada kedua hari tersebut ASI belum terproduksi cukup banyak

(Hartiningtiyaswati, 2015). Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Setiowati (2017), tentang hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran produksi ASI
pada ibu post partum fisiologis hari ke 2 dan ke 3, menyatakan ibu post partum

setelah diberikan pijat oksitosin mempunyai produksi ASI yang lancar. Selain

melancarkan produksi ASI, pijat ini juga dapat mengurangi bengkak, mengurangi

sumbatan ASI, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.

(Mardiyaningsih, 2010 & Depkes RI, 2007 dalam Wijayanti, 2014).

2.3 Mekanisme Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan disepanjang tulang belakang (vertebre)

sampai costae ke lima atau keenam (Ummah, 2015). Melalui pemijatan pada tulang

belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim

pesan ke hipotalamus untuk mengeluarkan oksitosin. Dengan pijat oksitosin ini juga

akan merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress serta meningkatkan rasa

nyaman (Perinasia, 2007 dalam Wulandari, 2014). Hormon oksitosin diproduksi oleh

kelenjar hipofisi posterior. Setelah diproduksi oksitosin akan memasuki darah

kemudian merangsang sel-sel meopitel yang mengelilingi alveolus mammae dan

duktus laktiferus. Kontraksi sel-sel meopitel mendorong ASI keluar dari alveolus

mammae melalui duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus dan disana ASI akan

disimpan. Pada saat bayi menghisap puting susu, ASI yang tersimpan di sinus

laktiferus akan tertekan keluar kemulut bayi (Widyasih, 2016).

2.4 Manfaat Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin mempunyai beberapa manfaat yang sangat membantu bagi ibu setelah

persalinan. Seperti yang dilajelaskan oleh Mulyani (2009, dalam Wulandari, 2014),

pijat oksitosin dapat mengurangi ketidak nyamanan fisik serta memperbaiki mood.

Pijat yang dilakukan disepanjang tulang belakang ini juga dapat merileksasikan

ketegangan pada punggung dan menghilangkan stres sehingga dapat memperlancar

pengeluaran ASI. Sedangkan menurut Depkes RI (2007, dalam Wijayanti, 2014),


pijat oksitosin dapat mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI dan

mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.

2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Pijat Oksitosin

Indikasi :

a. Ibu post partum dengan gangguan produksi ASI

b. Ibu postpartum spontan maupun SC

Kontraindikasi :

a. Ibu yang sedang Hamil

2.6 Pelaksanaan Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore. Pijat ini dilakukan

selama 15 sampai 20 menit (Sari, 2015). Pijat ini tidak harus selalu dilakukan oleh

petugas kesehatan. Pijat oksitosin dapat dilakukan oleh suami atau keluarga yang

sudah dilatih. Keberadaan suami atau keluarga selain membantu memijat pada ibu,

juga memberikan suport atau dukungan secara psikologis, membangkitkan rasa

percaya diri ibu serta mengurangi cemas. Sehingga membantu merangsang

pengeluaran hormon oksitosin. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu :

1. Pertama ibu melepas pakian bagian atas dan bra, pasang

handuk di pangkuan ibu

2. Kemudian posisi ibu duduk dikursi (gunakan kursi tanpa sandaran untuk

memudahakan penolong atau pemijat)

3. Kemudian lengan dilipat diatas meja didepannya dan kepala diletakkan diatas

lengannya, payudara tergantung lepas tanpa baju

4. Melumuri kedua telapak tangan menggunakan minyak kelapa

5. Selanjutnya penolong atau pemijat, memijat sepanjang tulang belakang ibu

dengan menggunakan dua kepal tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan
dan menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-

gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jari.

6. Pada saat bersamaan, pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang,

dari leher kearah tulang belikat (Depkes RI, 2007 dalam Trijayati, 2017).

Gambar 1. Pijat Oksitosin

(Vaikoh, 2017)
BAB III

TINAJUAN KASUS

PENGKAJIAN

Tanggal : 09 Agustus 2021

Pukul : 19.00 WIB

IDENTITAS

Nama : Ny. M Nama Suami : Tn. W

Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun

Suku : Jawa Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl Kecapi V , Jagakarsa

A. DATA SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan cemas karna Asi keluar sedikit, dan payudara terasa tidak

penuh

2. Ibu mengatakan masih merasa lelah

3. Ibu mengatakan ini kelahiran anak pertama JK : perempuan, BB : 3500 gram,

PB : 50 cm dan tidak pernah mengalami keguguran.


4. Riwayat Persalinan

Tempat persalinan : Rumah bidan

Penolong persalinan : Bidan

Tanggal Persalinan : 09 Agustus 2021

Jenis persalinan : Spontan Pervaginam

Lama persalinan : 11 jam 25 menit

Keadaan bayi , bayi lahir spontan presentasi kepala pada tanggal 09 Agustus 2021 dan

langsung menangis, BB : 3500 gram, dan PB : 50 cm, LK : 33 cm, LD : 32 cm, LL :

10 cm, jenis kelamin : perempuan, tidak ada kelainan dan keadaan baik, apgar score
9
/10.

B. DATA OBJEKTIF

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5oC

Pernapasan : 24 x/menit

4. Pemeriksaan Fisik

a. Mata

Simetris kanan dan kiri, seklera berwarna putih, konjungtiva berwarna

merah muda, kelopak mata tidak ada benjolan, fungsi penglihatan baik

b. Mulut dan Gigi

Simetris atas dan bawah, tidak terdapat lesi, gigi bersih tidak

berlubang, tidak terdapat caries.


c. Leher

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena

jugularis, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.

d. Dada

Payudara simetris kanan dan kiri, putting susu menonjol, terdapat

hiperpigmentasi pada daerah aerola, tidak nyeri tekan, tidak ada

benjolan, terdapat sedikit pengeluaran colostrum.

e. Abdomen

Terdapat linea nigra, tidak ada bekas luka operasi.

TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi keras.

f. Anogenital

Pengeluaran lochea rubra , baunya khas dan perineum terdapat luka

jahitan derajat II dan anus tidak hemoroid.

g. Ekstremitas

Ekstremitas atas simetris kanan dan kiri, jari-jari lengkap, tidak odem,

tidak nyeri tekan.

Ekstremitas bawah simetris kanan dan kiri, jari-jari lengkap, tidak

odem, tidak nyeri tekan, tidak terdapat varises, reflek patella (+).

ASSASMENT

Ny. M P1A0 post partum 12 jam


PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu bahwa kondisi ibu

saat ini dalam keadaan sehat. Ibu senang setelah mengetahui kondisinya dalam

keadaan sehat.

2. Memberikan motivasi kepada ibu supaya jangan terlalu khawatir terhadap

pengeluaran ASI yang masih sedikit. Ibu menjadi tidak terlalu khawatir.

3. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat tidur agar mengurangi rasa

lelah pasca melahirkan. Ibu mengerti dan akan tidur jika bayinya tidur.

4. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi seperti sayuran – sayuran

hijau, buah – buahan, ikan, tempe, daging, telur, dan susu untuk membantu

mengembalikan kesehatan dan memperbanyak ASI. Ibu telah makan-makanan

bergizi.

5. Memberikan motivasi kepada ibu supaya tetap memberikan ASI nya 2 jam sekali

secara on demand agar merangsang pengeluaran ASI dan jangan memberikan apapun

selain ASI selama 6 bulan. Ibu mengerti dan akan memberikan ASI kepada bayinya.

6. Memberitahu ibu posisi cara menyusui yang benar.

1. Posisi duduk

a. Ibu duduk menggunakan kursi dengan punggung bersandar dikursi

dan kaki tidak boleh menggantung.

b. Lengan ibu menompang kepala,leher dan seluruh badan bayi, muka

bayi menghadap kepayudara ibu.

c. Mulut ibu harus melingkupi aerola mammae, ketika menyusui hidung

bayi jangan sampai tertutup payudara.

d. Badan bayi menempel keperut ibu.


e. Jika bayi sudah selesai menyusu ibu mengeluarkan puting dari mulut

bayi dengan cara memasukan jari kelingking ibu diantara mulut dan

payudara.

f. Sendawakan bayi dengan menyandarkan bayi dipundak atau

menelungkupkan kemudian menepuk-nepuk punggung.

2. Posisi Berdiri

a. Bayi dipeluk dengan kepala bayi pada lekuk siku tangan ibu

b. Bila ibu menyusui pada payudara kanan, letakan kepala bayi pada

lekuk lekuk siku kanan dan bokong disanggah dengan telapak tangan

kanan

c. Bayi berbaring menyamping dengan muka ,perut dan lutut menempel

dada dan perut ibu

d. Mulut bayi harus melingkupi aerola mammae. Ketika menyusui hidung

bayi jangan sampai tertutup payudara

e. Jika bayi sudah selesai menyusui ibu mengeluarkan puting dari mulut

bayi dengan cara memasukan jari kelingking ibu diantara mulut dan

payudara

f. Sendawakan bayi dengan menyandarkan bayi dipundak atau

menelungkupkan kemudian menepuk-nepuk punggung

3. Posisi Berbaring

a. Sambil berbaring di tempat tidur, letakan beberapa bantal dibawah

kepala dan bahu ibu

b. Dengan muka bayi menghadap ibu (tidur berhadapan). Bantu bayi

menempelkan mulutnya keputing susu ibu

c. Bila perlu letakan bantal dibawah kepala bayi


d. Bayi berbaring menyamping dengan perut dan lutut bayi menempel

dada dan perut ibu

e. Jika bayi sudah selesai menyusui ibu mengeluarkan puting dari mulut

bayi dengan cara memasukan jari kelingking ibu diantara mulut dan

payudara

f. Sendawakan bayi dengan menyandarkan bayi dipundak atau

menelungkupkan kemudian menepuk-nepuk punggung.

Ibu telah mengerti dan mampu menjelaskan kembali cara menyusui

yang benar.

7. Mengajarkan Ibu untuk Pijat Oksitosin agar membantu memperlancarkan pengeluaran

ASI. Langkah-langkah :

1) Pertama ibu melepas pakian bagian atas dan bra, pasang

handuk di pangkuan ibu

2) Kemudian posisi ibu duduk dikursi (gunakan kursi tanpa

sandaran untuk memudahakan penolong atau pemijat)

3) Kemudian lengan dilipat diatas meja didepannya dan kepala

diletakkan diatas lengannya, payudara tergantung lepas tanpa

baju

4) Melumuri kedua telapak tangan menggunakan minyak kelapa.

5) Selanjutnya penolong atau pemijat, memijat sepanjang tulang

belakang ibu dengan menggunakan dua kepal tangan, dengan

ibu jari menunjuk ke depan dan menekan kuat-kuat kedua sisi

tulang belakang membentuk gerakan-gerakan melingkar kecil-

kecil dengan kedua ibu jari.

6) Pada saat bersamaan, pijat ke arah bawah pada kedua sisi


tulang belakang, dari leher kearah tulang belikat.

Ibu mengerti dan mampu menjelaskan kembali cara pijat

oksitosin.

8. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan kemaluannya untuk mencegah infeksi

pada luka jahitan pada perineum ibu kemudian mengeringkan bagian kemaluannya

sehabis BAK atau BAB ataupun mengganti pakaian dalam bila terasa lembab.

Ibu telah mengerti dan akan melakukannya

9. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya nifas, perdarahan pervaginam >500 cc, pusing

dan lemas berlebihan, penglihatan kabur, demam tinggi >38oC, pengeluaran lochea

yang barbau busuk, nyeri pada perut dan pelvis, uterus yang lembek. Ibu mengerti dan

akan segera ke pelayanan kesehatan jika terdapat tanda bahaya diatas.

10. Memberikan therapy berupa obat oral pada ibu yang berguna untuk mengurangi rasa

nyeri atau sakit yang dirasakan, mencegah infeksi, dan mempercepat penyembuhan

pasca persalinan yaitu :

Amoksilin 500mg 3x sehari

Vitamin A 200.000 UI 1 tablet segera setelah melahirkan dan 1 tablet 24 jam

pasca persalinan.

Tablet Fe 60 mg 1x sehari

Paracetamol 500 mg 3x sehari

Ibu bersedia minum obat sesuai anjuran.


BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus Ny M P1A0 yang baru saja melahirkan pada tanggal 09

agustus

Anda mungkin juga menyukai