Anda di halaman 1dari 123

ASUHAN KEBIDANAN POST NATAL PADA NY.

S 32 TAHUN
DENGAN PRE SYOK, SISA PLASENTA DAN ANEMIA
BERAT DI RSUD SAYANG CIANJUR

Disusun oleh
Rika
Mustika
Nim : P17324215013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN
BANDUNG PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2018
LAPORAN TUGAS AKHIR
Dianjukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh
Rika
Mustika
NIM : P17324215013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN
BANDUNG PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2018
ii
LERIB YR PENGESA II I N
Yaitii bcrtanda tangan dibaivah iii menyatakan bah»'a Laporan Tui,as Whir
dengan judul

ASUIJAN KEB1DAN›tN POST NATA L PADA NY’. S 32 J’AIIL N


DENGAN PRESYOK, SISA PLASENTA DAN ANEâIIA
BERA2 DI RSUD SAYANG CIANJUR

Disusun oleh
RIK t itIlISTIMt
hlM : P17324215013

Telah dipertahankan di depan Dewon Penguji

SUSUNAN orwAN rENGU.11

NiP. 198003112002122003 NIP. 19750625200112200 I NIP.19800809200112200 I

Mcngctahui,
Kctua Program Siudi Kebidanan Bo#or
Politer 11 Kesehaian Kemenkes Bandung

'Ba'rni flu*iluwnti. S.X


NlP,j9f5fM23j388IJ32002
iv
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI
Nama lengkap : Rika Mustika
Jenis Kelamis : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Sukabumi, 18 Oktober 1996
Golongan Darah : AB
Agama : Islam
Nama Ayah : Eman Sulaeman
Nama Ibu : Lilis Maryani
Alamat : Kp. Caringin Rt 04/ RW05 Desa Jayanti
Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi
No. Telepon 085831950531
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
TK Tunas Bhakti Tahun 2002-2003
SDN 01 Palabuhanratu Tahun 2003-2009
SMPN 01 Pelabuhanratu Tahun 2009-2012
SMAN 01 Palabuhanratu Tahun 2012-2015
Diploma III Poltekkes Kemenkes Bandug Tahun 2015-2018
Prodi Kebidanan Bogor

v
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN BANDUNG BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
LAPORAN TUGAS AKHIR 2018

Rika Mustika
Nim : P17324215013

Asuhan kebidanan Post Natal pada Ny. S 32 tahun dengan Pre Syok, Sisa
Plasenta dan Anemia Berat di RSUD Sayang Cianjur
xi, 6 bab, 63 halaman, 9 lampiran, 3 tabel

ABSTRAK

Angka Kematian Ibu di Indonesia berdasarkan SUPAS 2015 menunjukan


penurunan AKI 305 per 100.000 KH. Penyebab pertama kematian ibu utama
adalah perdarahan, perdarahan yang dimaksud adalah perdarahan postpartum.
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada perdarahan post partum diantaranya
anemia dan kematian akibat perdarahan. Berdasarkan hasil Rekam Medik RSUD
Sayang Cianjur pada tahun 2017 terdapat kasus Sisa Plasenta sebanyak 214
kasus. Tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah agar mampu memahami
dan menerapkan asuhan kebidanan post partum pada Ny. S dengan sisa plasenta.
Metode penulisan menggunakan metode laporan kasus dalam bentuk
pendokumentasian SOAP, teknik pendekatan yang dilakukan adalah manajemen
kebidanan, dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, pemeriksaan fisik,
dan penunjang, observasi, studi dokementasi, studi literature.
Diperoleh data subjektif pada Ny.S usia 32 tahun P3A0 yaitu ibu
melahirkan 15 jam lalu, mengeluh pusing,lemas, perdarahan banyak. Pada data
objektif ditemukan tekanan darah ibu 90/60 mmHg, nadi 110x/menit, pernafasan
28x/menit, suhu 36,5, TFU 2 jari di bawah pusat, terdapat sisa jaringan plasenta di
dalam uterus pada pemeriksaan USG, dan kadar HB 5,9 gr %. Analisa yang di
tegakkan adalah Ny. S usia 32 tahun P3A0 dengan pre syok, sisa plasenta dan
anemia berat. Penatalaksanaan yang dilakukan memperbaiki keadaan umum pada
saat syok dengan memberikan cairan RL 500 cc, oksigen 6L, memasang kateter,
memberikan cairan intravena berupa RL 500 ml drip oksitosin 20 IU dan
pospargin 0,2 mg, pemberian transfuse darah, observasi KU, TTV, kontraksi
uterus, TFU, perdarahan dan urine, kolaborasi dengan dokter untuk kuretase.
Advice dari dokter kuretase dilakukan setelah KU ibu baik dengan HB > 8 gr %.
Setelah kondisi ibu baik, ibu di perbolehkan pulang. Hasil pemeriksaan
menunjukan ibu dalam keadaan baik. Saran untuk pasien dan keluarga melakukan
pemeriksaan kehamilan dan persalinan di tenaga kesehatan supaya tidak terjadi
komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas.

Kepustakaan : 26(2005-2017)
Kata Kunci : Sisa Plasenta, Asuhan Kebidanan, Post partum

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, kasih sayang, rahmat dan karunia Nya sehingga
penyusunan pendokumentasian asuhan kebidanan ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan alam nabi
Muhammad SAW, yang memberi petunjuk ilmu sebagai perantara agar manusia
bisa hidup bahagia dunia dan akhirat. Laporan ini di susun dalam rangka sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan.
Adapun judul laporan tugas akhir ini adalah “Asuhan Kebidanan Post Natal pada
Ny. S dengan Sisa Plasenta dan Anemia Berat di RSUD Sayang Cianjur ”.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah memberikan dukungan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Atas dukungan yang diberikan, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. H. R. Osman Syarief M.KM selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Bandung
2. Hj. Ns. Enung Harni S, S.Kp, MKM selaku Ketua Prodi Kebidanan Bogor
3. dr. Hj. Ratu Tri Yuli Herawati, M.KM selaku Direktur RSUD Sayang
Cianjur beserta seluruh staf yang telah memberi izin untuk melakukan
pengambilan kasus asuhan kebidanan post natal untuk bahan Karya Tulis
Ilmiah ini
4. Bd. Rohani. SST selaku kepala ruangan nifas RSUD Sayang Cianjur, yang
senantiasa memberikan bimbingan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini
5. Dedes Fitria, M.Keb selaku dosen pembimbing dan wali tingkat Jalur
Umum Tingkat III A yang telah banyak membantu memberikan arahan,
masukan, dan nasehat-nasehat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Kedua orang tua yang selalu mendoakan dan membimbing setiap
langkahku, dengan semangat dan keyakinan memberikan dukungan.

vii
7. Ny. S dan keluarga yang telah bekerja sama dengan baik dan bersedia
memberikan informasi untuk penyusunan kasus ini.
8. Seluruh pihak yang turut andil memberikan masukan, saran maupun kritik
dalam pembuatan pendokumentasian ini.

Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih perlu bimbingan,
sehingga penulis mengharapkan kritik saran yang membangun guna
menyempurnaan penulisan selanjutnya.

Semoga laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khusunya dan pembaca pada umumya.

Bogor, Februari 2018

Rika Mustika

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISEME..................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................v
ABSTRAK.......................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.....................................................................................vii
DAFTAR ISI...................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................x
DAFTAR TABEL...........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................3
D. Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan....................................4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Masa Nifas......................................................5
B. Konsep Dasar Perdarahan Post Partum..................................11
C. Konsep Dasar Sisa Plasenta....................................................14
D. Konsep Dasar Syok.................................................................25
E. Konsep Dasar Anemia............................................................28
BAB III METODOLOGI STUDI KASUS
A. Metode....................................................................................32
B. Teknik Pengumpulan data......................................................33
BAB IV HASIL KEGIATAN ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM
A. Data Subjektif.........................................................................35
B. Data Objektif...........................................................................37
C. Analisa....................................................................................38
D. Penatalaksanaan......................................................................39
BAB V PEMBAHASAN
A. Data Subjektif.........................................................................52
B. Data Objektif...........................................................................53
C. Analisa....................................................................................56
D. Penatalaksanaan......................................................................56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................62
B. Saran.......................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-
LAMPIRAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Lembar konsultasi


2. Lampiran 2 Lembar observasi
3. Lampiran 3 Pemberian Transfusi darah
4. Lampiran 4 Satuan Acara Penyuluhan Perawatan Masa Nifas
5. Lampiran 5 Satuan Acara Penyuluhan Kebutuhan Nutrisi Masa Nifas
6. Lampiran 6 Satuan Acara Penyuluhan Personal Hygiene
7. Lampiran 7 Satuan Acara Penyuluhan Perawatan Payudara
8. Lampiran 8 Satuan Acara Penyuluhan Tanda Bahaya
9. Lampiran 9 Satuan Acara Penyuluhan KB

x
DAFTAR TABEL

2.1 Tabel involusi uteri.....................................................................................8


2.2 Tabel Kriteria Anemia................................................................................28
4.1 Tabel riwayat kehamilan dan persalinan....................................................33

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan
layanan kesehatan di suatu Negara. AKI berguna untuk mengetahui tingkat
kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan pelayanan kesehatan ibu,
kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk
ibu hamil, ibu melahirkan dan nifas. Angka kematian ibu di Indonesia
relative tinggi di bandingkan dengan Negara-negara lain Association of South
East Asia Nations(ASEAN) 1
AKI adalah jumlah angka kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang di sebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas
atau pengelolaannya tetapi bukan karena kecelakaan atau terjatuh disetiap
100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data Survey Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) pada tahun 2015 baik AKI menunjukan penurunan Angka
Kematian Ibu 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2016 AKI di provinsi
Jawabarat mengalami penurunan. Pada tahun 2016 lalu kasus kematian ibu
sebanyak 780 per 100.000 kelahiran hidup . Dibandingkan pada tahun 2015
sebanyak 823 kasus kematian ibu. 2
Penyebab kematian ibu yang paling utama adalah perdarahan sekitar 60-
70 %, dibanding sebab-sebab lain seperti preeklamsi dan Eklamsia 10-20%,
infeksi 20-30 %, termasuk partus terlantar dan penyebab lain seperti emboli
air ketuban.3
Peristiwa perdarahan yang dimaksud adalah perdarahan postpartum,
perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi
setelah persalinan. Perdarahan postpartum dibagi menjadi dua jenis yaitu

1
2

perdarahan postpartum primer dan sekunder, pada perdarahan


postpartum primer salah satunya penyebabnya adalah retensio sisa plasenta.4
Perdarahan post partum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan syok
dan menurunnya kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini
menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Bila hal ini terus
terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan.5
Perdarahan post partum yang disebabkan karena sisa plasenta dimana
tertinggalnya sisa plasenta atau selaput plasenta didalam rongga rahim yang
mengakibatkan perdarahan post partum dini (early post partum hemorrhage)
atau perdarahan post partum lambat (late post partum hemorrhage) yang
biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. Apabila pada
permeriksaaan Ultrasonography (USG) diperoleh kesimpulan adanya sisa
plasenta tahap pertama bisa dilakukan eksplorasi digital (jika servik terbuka)
untuk mengeluarkan bekuan atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui
oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan kuretase. Bidan dapat
berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan kuretase.6
Menurut profil RSUD Sayang Cianjur tahun 2017 kasus Sisa Plasenta
sebanyak (5,8 %) atau sekitar 214 kasus dari 3.734 Kelahiran. Walaupun
angka kejadian karena sisa plasenta tidak terlalu banyak, namun memerlukan
penanganan cepat dan tepat karena apabila tidak ditangani dengan cepat dan
tepat akan menyebabkan perdarahan dan kematian dan komplikasi pada
persalinan selanjutnya.
Diruang Nifas RSUD Sayang Cianjur datang pasien rujukan dari
Puskesmas Cianjur Kota dengan diagnose sisa plasenta bernama Ny.S. pasien
telah melahirkan di rumah ditolong oleh paraji tetapi selama 2 jam ari-ari
tidak dapat lahir setelah bayi lahir dan dilakukan rujukan ke puskesmas. Dan
di puskesmas telah dilakukan manual plasenta tetapi terdapat pengeluaran
darah ± 500 cc.
Berdasarkan banyaknya kasus sisa plasenta di ruang nifas RSUD Sayang
Cianjur. Rata-rata kasus dengan sisa plasenta adalah rujukan. Terdapat pasien
di ruang Nifas Ny. S datang rujukan dari puskesmas dengan sisa plasenta.
Pada saat melakukan observasi kepada NY.S dengan Sisa plasenta penulis
tertarik untuk melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny.S 32 tahun dengan pre
syok, sisa plasenta dan anemia berat karena angka kejadian sisa plasenta
cukup tinggi di RSUD Sayang Cianjur dan Ny. S datang rujukan dari
Puskesmas Cianjur Kota.
B. Rumusan masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan Pad Ny.S 32 tahun P 3A0 dengan sisa plasenta
di RSUD sayang Cianjur ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk melakukan asuhan kebidanan pada pasien Ny. S 32 tahun P 3A0
dengan sisa plasenta di Ruang Delima RSUD sayang Cianjur
2. Tujuan khusus
a. Diperolehnya data subjektif pada Ny. S 32 tahun P3A0 dengan pre
syok, sisa plasenta di ruang delima RSUD Sayang Cianjur
b. Diperolehnya data objektif pada Ny.S 32 tahun P3A0 dengan pre syok,
sisa plasenta di ruang delima RSUD Sayang Cianjur
c. Dirumuskannya analisa pada Ny.S 32 tahun P3A0 dengan pre syok,
sisa plasenta di ruang delima RSUD Sayang Cianjur
d. Dibuatnya penatalaksanaanpada Ny.S 32 tahun P 3A0 dengan pre syok,
sisa plasenta di ruang delima RSUD Sayang Cianjur
e. Diketahuinnya faktor pendukung dan penghambat selama memberikan
Asuhan pada Ny.S 32 tahun P3A0 dengan pre syok, sisa plasenta di
ruang delima RSUD Sayang Cianjur
D. Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan post partum karena
sisa plasenta
2. Bagi klien dan keluarga
Sebagai bahan informasi untuk klien dan keluarga mengenai dampak yang
terjadi apabila sisa plasenta tidak segera ditangani.
3. Bagi profesi bidan
Sebagai masukan untuk menambah wawasan dan informasi bagi profesi
dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat.
4. Bagi institusi
Diharapkan dapat memberi masukan dan menambah referensi tentang
perdarahan post partum karena sisa plasenta.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Masa nifas
1. Definisi
Masa Nifas merupakan masa setelah melahirkan bayi dan plasenta
sampai 6 minggu atau 40 hari. Masa nifas ini sangat penting bagi seorang
wanita karena merupakan masa pemulihan untuk mengembalikan alau
kandungan serta fisik ibu ke kondisi sebelum hamil.8
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai
selesai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.lama masa nifas
yaitu 6-8 minggu. masa nifas ini mulai sejak 1jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu setelah itu.9
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula, masa
nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. 10
Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa masa nifas
merupkakan masa yang dimulai dari keluarnya plasenta hingga alat
kandungan kembali seperti semula kira-kira 6 minggu.
2. Tujuan masa nifas
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologisnya
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif
c. Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu dan bayinya
d. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan imunisasi da
perawatan bayi sehat.

5
6

3. Tahapan masa nifas


Masa nifas di bagi menjadi 3 tahap yaitu8
a. Puerperium dini
puerpurium dini adalah masa kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berjalan. (Ibu nifas sudah diperbolehkan bangun dari
tempat tidur dalam 24-48 jam setelah persalinan.
b. Puerperium intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
c. Remote pueperium
Remote puerperium merupakan masa yang di perlukan untuk pulih
dan sehat sempurna. Terutama apabila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sempurna dapat
berlangsung Selama berminggu-minggu, bulan bahkan tahun.
4. Peran bidan pada masa nifas
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman
d. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan
ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan adminitrasi
e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda bahaya, menjaga gizi yang
baik, serta mempraktekan kebersihan yang aman.
g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayinya selama periode nifas.
h. Memberikan asuhan secara professional.
5. Proses adaptasi psikologis ibu masa nifas
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya, sehingga
terbagi menjadi 3 tahap yaitu :
a. Periode taking in
Periode ini terjadi 1-2 hari setelah melahirkan. Ibu umumnya pasif dan
ketergantungan pada orang lain, perhatiannya tertuju pada
kekhawatirannya akan tubuhnya
b. Periode taking hold
Periode ini berlangsung 2-4 hari post partum. Ibu berusaha keras
untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya
menggendong, memandikan, memasang popok dan sebagainya.
b. Periode letting go
Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah. Ibu
mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus
beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung
padanya . Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan
hubungan social
6. Perubahan fisiologis masa nifas
Perubahan sistem reproduksi
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Secara rinci proses involusi
uterus yaitu :

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uterus dan berat uterus menurut Masa Involusi

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat dan sympisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas sympisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber : Mochtar, Rustam : 1998
b. Lokea
Lokea adalah cairan/ secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Macam-macam lokaea :
1) Lokea rubra : berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel desi
dua, verniks caseosa, lanugo dan meconium, selama 2 hari nifas
2) Lokea sanguilenta : Berwarna kuning berisi darah dan lendir 3-7
hari nifas
3) Lokea serosa : berwarna kuning cairan tidak ada darah lagi. Pada
hari ke 7 -14 nifas
4) Lokea alba : caira putih keluar setelah 2 minggu.
c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus, ostium uteri
eksterna dapat dimasuki 2-3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan
serviks akan menutup.
d. Vulva dan vagina
Perubahan pada vulva dan vagina adalah :
1) Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada
dalam keadaan kendur.
2) Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil
3) Setelah 3 minggu rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali sementara labia mejadi lebih menonjol
e. Perineum
Perubahan yang terjadi pada perineum adalah :
1) Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya tertekan oleh tekanan kepala bayi bergerak maju
2) Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah kembali
seperti keadaan sebelum hamil, walaupun tetap lebih kendur dari
pada keadaan sebelum melahirkan. Untuk mengembalikan tonus
otot perineum, maka pada masa nifas perlu dilakukan senam kegel.
f. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
1) Pernurunan kadar progesterone secara tepat dengan peningkatan
hormone prolactin setelah persalinan
2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari
ke 2 atau hari ke 3 setelah persalinan
3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tandanya mulainya
proses laktasi.8
7. Program dan kebijakan teknik masa nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini
bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk
mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi.
a. Kunjungan 1 yaitu 6-8 jam setelah persalinan
Pada kunjangan ini yang perlu bidan kaji antara lain :
1) Mencegah perdarahan pada masa nifas
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi
rujukan bila perdarahan berlanjut
3) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
4) Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu
5) Mengajari cara memperat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6) Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu
dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai
keadaan ibu dan bayi stabil.
b. Kunjungan 2 yaitu 6 hari setelah persalinan
Pada kunjungan II yang perlu bidan kaji :
1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilicus , tidak ada perdarahan abnormal,
tidak ada bau
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan pasca
melahirkan
3) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan
istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-
tanda penyulit
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
cara merawat tali pusatdan bagaimana menjaga agar bayi tetap
hangat
c. Kunjungan 3 yaitu Dua minggu setelah persalinan
Pada kunjungan ini, pengkajian sama seperti pada kunjungan enam
hari setelah persalinan.
d. Kunjungan 4 yaitu Enam minggu setelah persalinan
Pada kunjungan ini, yang perlu bidan kaji antara lain :
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami ibu
atau bayinya
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.8
8. Penyuluhan masa nifas
Disetiap kali pertemuan atau kunjungan ibu nifas, bidan harus selalu
memasukan kegiatan penyuluhan dalam perencanaan asuhan dengan
pokok-pokok bahasan sebagai berikut :
a. Nutrisi dan cairan
b. Suplemen zat besi dan vitamin A
c. Kebersiha diri
d. Pemberian ASI
e. Latihan/senam nifas
f. Hubungan seksual
g. KB
h. Tanda-tanda bahaya masa nifas.8
B. Perdarahan Post Partum
1. Definisi
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang
terjadi setelah persalinan. Kondisi dalam persalinan menyebabkan
kesulitan untuk menentukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan
jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal
yang telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien
mengeluh, lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea,
tekanan darah sistolik < 90 mmHg, denyut nadi > 100 kali permenit, kadar
HB < 8 gr %.4
2. Klasifikasi perdarahan post partum
Perdarahan post partum terbagi menjadi dua yaitu :
a. Perdarahan post partum dini atau perdarahan post partum primer (
early post partum hemorrhage) perdarah post partum dini adalah
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah kala III.
Penyebab utama perdarahan primer adalah atonia uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir.
b. Perdarahan masa nifas atau perdarahn post partum sekunder ( late post
partum hemorrhage) perdarahan pada masa nifas adalah perdarahan
yang terjadi pada masa nifas tidak termasuk 24 jam pertama setelah
kala III.4
3. Etiologi perdarahan post partum
Penyebab perdarahan post partum diantaranya :
a. Laserasi jalan lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan
trauma, pertolongan persalinan yang semakin manipulative dan
traumatic akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu
dihidarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum
lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomy, robekan
spontan perineum, trauma forceps atau vakum ekstraksi, atau akrena
versi ekstrasi.11
b. Retensio plasenta
Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah bayi
lahir disebut retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan
pertolongan aktif kala III biasa disebabkan oleh adhesi yang kuat
antara plasenta dan uterus. Disebut dengan plasenta akreta bila
implantasi menembus desi dua basalis dan Nitabuch layer, disebut
sebagai plasenta inkreta apabila plasenta sampai menembus
myometrium dan disebut plasenta prekerta bila villi korialis sampai
menembus perineum.11
c. Sisa plasenta
Peradarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang terjadi akibat
tertinggal kotiledon dan selaput kulit ketuban yang menggangu
kontraksi uterus dalam menjepit pembuluh darah dalam uterus
sehingga mengakibatkan perdarahan. 12
d. Atonia uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi Rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi lahir.11
4. Penatalaksanaan perdarahan post partum
Pasien dengan perdarahan post partum harus ditangani dalam komponen
yaitu.13
a. Nilai sirkulasi, jalan nafas, dan pernafasan pasien
b. Bila menemukan tanda-tanda syok lakukan penatalaksanaan syok
c. Berika oksigen
d. Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau
18)dan mulai pemberian cairan kristaloid ( NaCL 0,9 % atau Ringer
Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu. Pada saat
pemasangan infus lakukan juga pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan
e. Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan pemeriksaan:
1) Kadar haemoglobin
2) Penggolongan ABO dan tipe Rh serta sample untuk pencocokan
silang
f. Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi dan pernafasan ibu
g. Periksa kondisi abdomen : kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka,
dan tinggi fundus uteri
h. Periksa jalan lahir dan perineum untuk melihat perdarahan dan
laserasi ( jika ada missal robekan serviks atau robekan vagina)
i. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
j. Pasang kateter Folley untuk memantau volume urine dibandingkan
dengan cairan jumlah yang masuk
k. Siapkan dan segera berikan transfuse darah jika kadar Hb < 8 g/dL
atau secara klinis ditemukan keadaan anemia berat.
1) 1 Labu transfuse darah atau packed red cell ( PRC) dapat
menaikan hemoglobin 1 g/dL atau hematocrit sebesar 3 % pada
dewasa normal.
2) Mulai lakukan transfuse darah setelah informed consent di tanda
tangani untuk tindakan tranfusi
l. Tentukan penyebab dari perdarahannya dan lakukan tatalaksana
spesifik sesuai penyebab.
5. Pencegahan
a. Pemberian uterotonic ( dianjurkan oksitosin) segera bayi dilahirkan
b. Penjepitan dan pomotongan tali pusat dengan cepat dan tepat
c. Penarikan tali pusat yang lembut dengan traksi uterus ketika uterus
berkontraksi dengan baik.4
C. Sisa plasenta
1. Definisi
Sisa plasenta merupakan potongan-potongan plasenta yang tertinggal
tanpa diketahui, biasanya menimbulkan perdarahan postpartum lambat.14
Sisa plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga
rahim yang dapat menimbulkan perdarahan post partum dini atau
perdarahn post partum lambat yang biasanya terjadi dalam 6 hari-10 hari
pasca persalinan.12
Selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal,
perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul uterus berkongraksi
tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang. Sisa plasenta yang masih
tertinggal didalam uterus dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
Bagian plasenta yang masih menempel pada dinding uterus
mengakibatkan uterus tidak adekuat sehingga pembuluh darah yang
terbuka pada dinding uterus tidak dapat berkontraksi/ terjepit dengan
sempurna.15
Dari beberapa penjelasan diatas dapat di simpulkan sisa plasenta
adalah jaringan sisa plasenta yang masih tertinggal dan dapat
menimbulkan perdarahan.
2. Etiologi
Faktor penyebab utama perdarahan baik secara primer maupun sekunder.16
a. Multipara
Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari
satu kali sedangkan semakin sering wanita mengalami kehamilan dan
melahirkan lebih dari 2 kali maka uterus semakin lemah hingga besar
resiko terjadi pedarahan.
Selain itu juga pada multipara terjadi penurunan elastisitas uterus
sehingga myometrium tidak dapat berkontraksi dan beretraksi dengan
maksimal yang mengakibatkan terjadinya retenso plasenta
b. Persalinan kurang dari 2 tahun
Jarak kehamilan adalah jarak interval waktu antara dua kehamilan
yang berurutan dari seorang wanita. Jarak kehamilan yang pendek
secara langsung akan memberikan efek pada kesehatan wanita
maupun janin yang dikandung. Wanita setelah melahirkan
membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun untuk memulihkan tubuhnya
dan mempersiapkan diri untuk kehamilan dan persalinan selanjutnya.
Bila jarak kehamilan terlalu dekat maka cenderung menimbulkan
kerusakan pada system reproduksi wanita baik secara fisiologis
ataupun patologis sehingga memberi kemungkinan terjadi anemia
pada ibu bahkan sampai dapat menimbulkan kematian. 16
Jarak anak terakhir dengan kehamilan sekarang kurang dari2
tahun. Alat reproduksi memerlukan waktu untuk dapat berfungsi
dengan sempurna. Waktu yang diperlukan untuk masa pemulihan ini
minimal 2 tahun. Jika persalinan kurang dari2 tahun maka alat
reproduksi belum berfungsi secara sempurna sehingga kemungkinan
terjadi perdarahan.16
Pada kehamilan dengan jarak kurang dari 2 tahun keadaaan
endometrium mengalami perubahan, perubahan ini berkaitan dengan
persalinan sebelumnya yaitu timbulnya thrombosis, degenerasi dan
nekrosis di tempat implantasi plasenta. Adanya kemunduran fungsi
dan berkurangnya vaskularisasi pada daerah endometrium pada bagian
korpus uteri mengakibatkan daerah tersebut kurang subur sehingga
kehamilan dengan jarak < dari 3 tahun dapat menimbulkan kelainan
yang berhubungan dengan letak dan keadaan plasenta.
Ibu yang hamil lagi sebelum 2 tahun sejak kelahiran yang terakhir
sering kali mengalami komplikasi dalam persalinan. Sementara
dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi tubuh ibu kembali seperti kondisi
sebelumnya. Namun apabila ibu melahirkan secara berturut-turun
dalam jangka waktu yang singkat akan mengakibatkan kontraksi
uterus menjadi kurang baik dan organ reproduksi ibu belum pulih
secara sempurna, sehingga pada saat persalinan berikutnya uterus
tidak dapat bekrontraksi dengan baik maka bagian-bagian plasenta
yang dikeluarkan tersebut tidak lengkap dan dapat mengakibatkan
perdarahan sisa plasenta.18
c. Pertolongan kala III sebelum waktunya
Dikatakan bahwa faktor ini menjadi penyebab perdarahan pasca
partum yang paling sering. Gesekan fundus atau manipulasi uterus
dapat mencetuskan terjadinya kontrasi aritmik sehingga plasenta
hanya sebgaian terpisah dan kehilangan retraksi.16
Hal ini disebabkan oleh pemijatan rahim yang tidak merata, karena
cara menekan dan mendorong uterus yang terlalu dalam sedangkan
plasenta belum dapat terlepas dari uterus.
d. Plasenta akreta
Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan myometrium ( menembus desi dua
basalis). Plasenta inkreta adalah implantasi joonjot korion plasenta
hingga mencapai atau memasuki myometrium. Plasenta prekerta
adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot
hingga mencapai serosa dinding uterus. Dengan keadaan plasenta
kreta,inkreta dan perkreta maka plasenta sukar untuk dilepaskan
karena adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus atau yang disebut
dengan retensio plasenta.
Jika plasenta tetap menempel secara utuh pada dinding rahim tidak
akan menyebabkan terjadinya perdarahan. Namun, jika pemisahan
telah terjadi, pembuluh maternal telah robek, dan sebagian jaringan
plasenta tetap terntanam dalam desidua yang menyerupai spons,
kontraksi dan retraksi akan terganggu. 18
e. Penolong persalinan
Faktor dominan dalam terjadinya gangguan masa nifas adalah factor
daerah tempat tinggal. Ibu yan tinggal di pedesaan, baik persalinannya
yang ditolong oleh tenaga kesehatan maupun non kesehatan
mempunyai resiko sangat tinggi dibanding ibu yang tinggal di
perkotaan. Dapat disimpulkan ibu yang melahirkan di tolong oleh
tenaga non kesehatan akan, dengan demekian komplikasi yang akan
terjadi karena penolong tidak terlatih untuk menolong persalinan
sehingga terjadi komplikasi dan akan di rujuk ke tenaga kesehatan,
sehingga gangguan tersebut lebih banyak terjadi pada penolong
persalinan tenaga kesehatan. Kejadian gangguan pada masa nifas
hubungannya dengan penolong persalinan.19
f. Faktor Tiga terlambat
Banyak penyebab tidak langsung yang bisa menyebabkan kematian
ibu misalnya adalah tiga terlambat . Tiga terlambat yaitu terlambat
membuat keputusan untuk merujuk oleh keluarga, terlambat menuju
fasilitas kesehatan, dan terlambat dalam mendapatkan pertolongan
medis. Sehingga pasien dengan perdarahan post partum dengan
terlambat merujuk bisa mengakibatkan kematian pada ibu.20
3. Patofisiologi
Sewaktu sebagian plasenta ( satu atau lebih lobus) tertinggal, maka
uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat
menimbulkan perdarahan
Secara normal, setelah bayi lahir uterus akan mengecil secara
mendadak dan akan berkontraksi untuk melahirkan plasenta,
menghentikan perdarahan yang terjadi pada bekas insersi plasenta dengan
menjepit pembuluh darah pada tempat tersebut. Apabila mekanisme ini
tidak terjadi atau terdapat sesuatu yang menghambat mekanisme ini
( adanya sisa plasenta, selaput ketuban yang tertinggal dan bekuan darah )
akan terjadi perdarahan akibat lumen pembuluh darah akibat bekas insersi
plasenta tidak tertutup atau tertutup tidak optimal.16
Sisa plasenta diduga bila kala III berlangsung tidak lancar, atau
setelah melakukan manual plasenta atau menemukan adanya kotiledon
yang tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih
ada perdarahan dari ostium uteri eksternum pada saat kontraski Rahim
sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terjahit. Untuk itu harus
dilakukan eksplorasi kedalam Rahim dengan cara manual/digital atau
kuret dan pemberian uterotonika. Anemia yang ditimbulkan setelah
perdarahan dapat diberi transfuse darah sesuai dengan keperlun.13
4. Tanda dan gejala
a. Tanda dan gejala.22
1) Terdapat subinvolusi uterus
2) Terjadi perdarahan sedikit yang berkepanjangan
3) Perdarahan banyak yang mendadak setelah berhenti beberapa
waktu.
4) Perasaan tidak nyaman diperut bagian bawah
5) Penurunan tinggi fundus uteri terlambat walaupun uterus
berkontraksi.
b. Adapun gejalah klinik yang sering dirasakan pasien dengan sisa
plasenta yaitu :
1) Suatu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal,
maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan
ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja pada
beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta
2) Keadaan umum lemah
3) Peningkatan denyut nadi
4) Tekanan darah menurun
5) Pernapasan cepat
6) Gangguan kesadaran (syok)
7) Pasien pusing dan gelisah.
8) Tampak sisa plasenta yang belum keluar .
5. Komplikasi
Komplikasi sisa plasenta adalah polip plasenta artinya sisa plasenta
masih tumbuh dan dapat menjadi besar , perdarahan terjadi intermien
sehingga kurang mendapat perhatian, dan dapat terjadi degenerasi ganas
menjadi korio karsinomas dengan manifestasi klinisnya.3
memudahkan terjadinya :
a. Anemia
b. Syok
c. Kematian akibat perdarahan
6. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi untuk menentukan adanya jaringan plasenta yang
tertahan.23
7. Penatalaksanaan medis
Dengan perlindungan antibiotik sisa plasenta dikeluarkan secara
digital atau dengan kuret besar. Jika ada demam ditunggu dulu sampai
suhu turun dengan pemberian antibiotik dan 3 – 4 hari kemudian rahim
dibersihkan, namun jika perdarahan banyak, maka rahim segera
dibersihkan walaupun ada demam.
Keluarkan sisa plasenta dengan cunam ovum atau kuret besar.
Jaringan yang melekat dengan kuat mungkin merupakan plasenta akreta.
Usaha untuk melepas plasenta terlalu kuat melekatnya dapat
mengakibatkan perdarahan hebat atau perforasi uterus yang biasanya
membutuhkan tindakan hisrektomi.
Penatalaksanaan Sisa Plasenta
a. Berikan antibotika yaitu ampisilin dengan dosis awal 1 g IV
dilanjutkan 3x1 g oral dikombinasikan dengan metronidazol 1 g
supositoria dilanjtkan 3x500 mg oral.
b. Tentukan adanya syok atau tidak, bila dijumpai adanya syok maka
segera diberikan cairan infuse kristaloid, control perdarahan dan
pemberian O2.
c. Melakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase. Jika
ada demam sampai suhu tubuh turun dengan pemberian antibiotic 3-
4 hari kemudian rahim dibersihkan, tetapi bila ada perdarahan
banyak, rahim segera dibersihkan walaupun ada demam.
d. Periksa kadar Hb apabila Hb < 8 g/ dL berikan tranfusi darah, apabila
kadar Hb > 8 g / dL berikan sulfas ferosus 600 mg/ hari selama 10
hari.23
8. PROTAP RSUD Sayang Cianjur
a. Lakukan persetujuan tindakan medis/informed consent dengan suami
atau keluarga pasien.
b. Persiapan alat tindakan gawat darurat harus selalu tersedia dan siap
pakai, meliputi alat infus, obat-obat uterotonika, obat-obat
penanganan syok, dan lain-lain.
c. Periksa keadaan umum pasien, dan segera atasi apabila dalam keadaan
syok.
d. Lakukan anamnesa secara singkat dan tepat.
e. Segera siapkan pemeriksaan darah lengkap dan persiapan transfusi
darah.
f. Tentukan segera penyebab perdarahan untuk mempercepat
penanganan yang tepat.
g. Segera konsultasikan dengan dokter konsulen tentang keadaan pasien,
diagnosis, dan penanganannya.
1) Penanganan perdarahan postpartum karena Retensio
Plasenta:
a) Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya
plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi
lahir.
b) Infus 2 jalur, 1 untuk perbaikan keadaan umum, 1 untuk
perbaikan kontraksi uterus dengan memberikan oksitosin 20
unit dalam 500 cc cairan Dextrose 5% atau Ringer Laktat
dengan 40 tetes per menit sampai kontraksi baik.
c) Apabila keadaan umum baik/tidak syok dan kontraksi baik,
kosongkan kandung kencing dan lakukan Manual Plasenta.
d) Tidak boleh menyuntikkan Methyl Ergometrin atau
Methergin sebelum dilakukan Manual Plasenta.
e) Berikan antibiotik.
2) Penanganan perdarahan postpartum karena Sisa Plasenta :
a) Bila syok teratasi, kontraksi uterus baik, pada pemeriksaan
dalam teraba jaringan sisa plasenta, segera lakukan eksplorasi
kavum uteri untuk mengeluarkan bekuan darah dan jaringan.
b) Perkuat kontraksi dengan uterotonika.
c) Berikan antibiotik spectrum luas dan roborantia.
d) Curetage hari ke 2/3 postpartum.
e) Catat semua tindakan dalam rekam medis.24
9. Kewenangan bidan dengan perdarahan post partum primer
Berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan ( Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan praktik bidan,
salah satu kewenangan yang dimilik bidan adalah kewenangan normal
yaitu pelayanan kesehatan ibu. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan ibu
adalah penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
Penanganan kegawatdaruratan tersebut salah satunya adalah penanganan
awal terhadap kasus perdarahan post partum primer.25
Langkah-langkah penanganan pada perdarahan pospartum primer
menurut yaitu :16
a) Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah
b) Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna kulit,
kesadaran, kontraksi uterus) dan perkirakan banyaknya darah keluar
yang sudah keluar
c) Berikan oksitosin (10 IU IV dan ergometrin 0,5 IV. Berikan melalui
IM apabila tidak bisa melalui IV)
d) Kandung kemih selalu dalam keadaan kosong
e) Awasi agar uterus dapat terus berkontraksi dengan baik
f) Jika perdarahan persisten dan uterus tetap rileks, lakukan kompresi
bimanual
g) Jika perdarahan persisten dan uterus berkontraksi dengan baik, maka
lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks untuk menemukan
laserasi yang menyebabkan perdarahan tersebut.
h) Jika ada indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti dengan
demam, mengiggil, lokhea yang berbau busuk segera berikan
antibiotik berspektrum luas
i) Lakukan pencatatan yang akurat.
Rujukan pada perdarahan post partum
Apabila tindakan yang dilakukan pada kasus perdarahan post partum
tidak berhasil untuk menimbulkan kontraksi uterus yang adekuat sehingga
menghentikan perdarahan yang terjadi, maka rujukan akan menjadi
alternative terkahir.
Dalam melakukan rujukan perlu dipertimbangkan beberapa prinsip
rujukan kegawatdaruratan obstretik dan neonatal:
1. Komunikasi awal harus sudah dilakukan sebelum dan selama proses
rujukan dilaksanakan
2. Rujukan harus dilakukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
memiliki fasilitas dan kemampuan untuk melakukan tindakan yang
lebih baik bagi kondisi pasien
3. Rujukan hanya dilakukan setelah upaya stabilisasi pasien sesuai
dengan prosedur buku nasional (Buku Acuan Nasional Pelayan
Kesehatan Maternaldan Neonatal)stabilisasi ini harus tetap dilakukan
selama proses rujukan berlangsung
4. Selama rujukan berlangsung pasien harus di damping oleh tenaga
medis yang memiliki keterampilan klinik untuk melakukan tindakan
dukungan terhadap kehidupan
5. Rujukan harus merupakan bagian dari proses peningkatan
pengetahuan dan kemampuan tenaga kesehatan, sehingga apabila
telah dilakukan tindakan definitif ditempat tujuan rujukan, harus
kembali dilakukan komunikasi tenatng apa yang telah dilakukan dan
tindak lanjut pasca rujukan.
Sisa Plasenta

Menghalangi kontraksi uterus sehingga uterus tidak dapat berkontraksi secara efeksif

Faktor
Faktor
presdiposisi
etiologi : : his kurang baik

Tindakan plasenta yang salah sehingga menyebabkan lingkaran kontriksi pada bagian bawah uter

Tanda dan gejala

Adanya satu atau lobus yang tertinggal


Perdarahan berlanjut
Adanya jaringan yang masih melekat
Uterus tidak berkontraksi secara efektif
Penananganan :
Diagnose sisa plasenta
Lakukan eksplorasi
Lakukan kuretase

Komplikasi 1 Perdarahan Komplikasi 2 Infeksi Komplikasi 3


Kehilangan vaskuler berlebihan

Syok Kekurangan volumeSyok hipovolemi

Tindakan 1 Tindakan 1
Pemenuhan Pemenuhan Antibiotik Tindakan 3 Pemenuhan cairan
cairan

Sumber : Yeyeh Rukiyah, 2010. Prawihardjo, 2008


D. KONSEP DASAR SYOK
1. Pengertian syok
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah ke
dalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan
nutrisi jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme.26
Syok adalah suatu kondisi akut yang mengancam kehidupan pasien yang
membutuhkan penanganan segera dan intensif untuk menyelamtkan jiwa
pasien.13
Dari beberapa pengertian diatas syok adalah kegagaln system sirkulasi
darah ke dalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil
metabolism yang membutuhkan penanganan segera untuk menyelamatkan
hidup pasien.
2. Jenis-jenis Syok
a. Syok Hemoragik
Adalah syo yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak. Akibat
perdarahan pada kehamilan muda, misalnya abortus, kehamilan
ektopik dan penyakit tropoblas ( molahidatidosa) , perdarahan
antepartum seperti plasenta previa, solusio plasenta. Dan perdarahan
pasca persalinan karena atonia uteri, laserasi jalan lahir dan sisa
plasenta.13
b. Syok Neurogenik
Adalah syok yang terjadi karena rasa sakit yang berat disebabkan oleh
kehamilan ketopik yang terganggu, solusio plasenta, persalinan
dengan forceps,, atau persalinan letak sungsang dimana pembukaan
serviks belum lengkap, versi dalam yang kasar, rupture uteri,
inversion uteri yang akut, pngosangan uterus yang terlalu cepat,
penurunan tekanan tiba-tiba daerah spalnik seperti pengangkatan tiba-
tiba ovarium yang sangat besar.13
c. Syok kardiogenik
Adalah syok yang terjadi karena kontraksi otot jantung yang tidak
efektif yag disebabkan oleh infark otot jantung dan kegagalan
jantung13
d. Syok Endotoksik
Adalah suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah disebabkan oleh
lepasnya oksitosin13
e. Syok anafilaktik
Adalah syok yang terjadi akibat alergi terhadap obat-obatan13
3. Derajat syok
a. Syok ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti
kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relative dapat hidup
lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringn
yang menetap. Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau
hanya sedikit menurun, asidosis metabolic tidak ada atau ringan.26
b. Syok sedang
Perfusi organ vital selain jantung dan otak menurun ( hati, usus,
ginjal, dan lainnya ). Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi
hipoperfusi ebih lama seperti lemak, kulit, otot. Oliguria bisa terjadi
dan asidosis metabolic . akan tetapi kesadaran relative masih baik.26
c. Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak ade kuat. Mekanisme kompensasi
syo beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada
syok lanjut terjadi vasokontriksi disemua pembuluh darah lain. Terjadi
oliguria dan asidosis berat, gangguan kesadaran dan tanda-tanda
hipoksia jantung.26
4. Tanda dan gejala
Tanda gejala syok yaitu 13
a. Nadi Cepat dan lemah ( 110 kali permenit )
b. Tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg)
c. Pucat ( khususnya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan ,
atau sekitar mulut )
d. Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembab
e. Pernafasan yang cepat ( 30 kali permenit)
f. Gelisah, bingung, hilangnya kesadaran
g. Urin yang sedikit ( kurang 30 ml per jam )
5. Penatalaksanaan Syok
a. Cari dan hentikan penyebab dari perdarahan
b. Bersihkan saluran nafas dan beri oksigen dalam kecepatan 6-8
L/menit atau pasang selang endotracheal
c. Naikan kaki ke atas untuk meningkatakn aliran darah ke sirkulasi
sentral
d. Pasang 2 set infus atau lebih untuk tranfusi dan obat-obatan IV bagi
pasien yang syok. Jika sulit mencari vena lakukan/pasang kanul
inrafemoral
e. Kembalikan volume darah dengan:
1) Darah segar dengan cross matched dari grup yang sama, kalau
tidak tersedia berikan darah O sebagai life-saving
2) Larutan kristaloid : seperti ringer laktat atau glukosa 5 %. Larutan-
larutan ini mempunyai waktu paruh dan pemberian yang berlebihan
dapat menyebabkan edema paru
f. Monitoring Nadi,tekanan darah, pernafasan produksi urine13
Penanganan khusus
a. Infus intravena. Berikan cairan Ringer Laktat awalnya dengan
keceptana 1 liter dalam 15-20 menit
b. Jika vena perifer tidak dapat dikanulasi, lakukan venous cut-dwon
c. Pantau Tanda-tanda vital
d. Lakukan katerisasi kandung kemih dan pantau cairan yang masuk dan
jumlah urine yang keluar
e. Berikan oksigen dengan kecepatan 6-8 liter per menit dengan sungkup
atau kanula hidung.
E. KONSEP DASAR ANEMIA
1. Pengertian Anemia
Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal.27 Anemia adalah keadaan menurunnya kadar
hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal
yang dipatok untuk perorangan.
2. Kriteria Anemia
2.2 Tabel Kriteria Anemia
HB Kriteria
11 gr % Tidak anemia
9-10 gr % Anemia Ringan
7-8 gr % Anemia sedang
< 7 gr % Anemia berat
Sumber :Manuaba. 2010. Ilmu kebidanan
3. Tanda dan gejala
Gejala yang sering muncul pada penderita anemia27
a. Lemah, letih, lesu, dan lunglai
b. Wajah tampak pucat
c. Mata berkunang-kunang
d. Sulit berkonsentrasi
e. Sering sakit
4. Jenis-Jenis Anemia
a. Anemia defesiensi Zat Besi
Anemia akibat berkuangnya zat besi. Zat besi merupaan bagian
dari molekul hemoglobin. Kurangnya zat bes dalam tubuh bisa
disebabkan karena banyak hal, diantaranya perdarahan menahun,
berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh.27
b. Anemia defesiensi Vitamin C
Anemia yang disebabkan kekurangan vitamin C yang berat dalam
jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin C adalah
kurangnya asupan vitamin C dalam makanan sehari-hari. Salah
satu fungsi fungsi vitamin C adalah meembantu penyerapan zat
besi, sehingga terjadi kekurangan vitamin C, maka jumlah zat besi
yang diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia.27
c. Anemia Makrositik
Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12 atau
asam folat yang diperlukan dalam proses pembentukan dan
pematangan sel darah merah, granulosit, dan platelet. Kekurangan
vitamin B12 dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya
adalah karena kegagalan usus untuk menyerap vitamin B12
dengan optimal.27
d. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah dihancurkan
lebih cepat dari normal. Penyebabnya kemungkinan karena
keturunan atau karena salah satu dari beberapa penyakit, termasuk
leukemia dan kanker lainnya, fungsi limpa yang tidak normal,
gangguan kekebalan, dan hipertensi berat.27
e. Anemia Aplastik
Terjadi apabila sumsum tulang terganggu, dimana sumsum
merupakan tempat pembuatan sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), maupun trombosit.27
5. Diagnosa
Dalam mendiagnosis anemia tidak hanya berdasarkan gejala-
gejala yang dikeluhkan pasien, namun juga dari pemeriksaan fisik yang
dilakukan oleh dokter. Dokter memerlukan tes laboratorium, uji
laboratorium yang paling baik untuk mendiagnosis anemia meliputi
pengukuran hematokrit atau kadar hemoglobin (Hb). Anemia dapat
didiagnosis dengan pasti kalau kadar Hb lebih rendah dari batas
normal, berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.27
6. Penanganan Anemia
a. Pemantauan kadar HB
b. Jika perlu berikan transfuse darah
c. Pantau keseimbangancairan
d. Beri furosemide 20 mg IV atau peroral
e. Beri sulfas ferosus atau ferosus furamat 60 mg peroral.27

F. Aplikasi manajemen kebidanan


1. Data Subjektif
a. Keluhan :Keluarga mengatakan keadaan ibu lemah, keluar perdarahan,
pusing lemas
b. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas : ibu tidak pernah melakukan
pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan. Ibu melahirkan di tolong
oleh paraji
c. Riwayat kehamilan dan persalinan lalu : ini merupkan kehamilan ketiga,
jarak kehamilan dari yang kedua kurang dari2 tahun
2. Data Objektif
a. Keadaan umum : lemah
b. TTV : tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 110x/menit, Suhu 35,5 º C,
pernafasan 28x/menit
c. Pemeriksaan fisik : muka tidak ada oedema, bibir pucat, Abdomen TFU
2 jari di bawah pusat, kontraksi kuat teraba keras kadung kemih kosong.
Genetalia terdapat pengeuaran darah ± 50 cc berwarna merah segar.
Ekstremitas terbaba dingin kuku pucat.
d. Pemeriksaan penunjang : Cek Lab dan USG
3. Analisa
Ny… P...A… Post partum 15 jam dengan Sisa Plasenta
4. Penatalaksanaan
a. Mengatur posisi pasien trendelenburg
b. Melakukan pemasangan oksigen
c. Mengatur tetesan infusan
d. Memberikan minum air hangat
e. Melakukan pemantauan TTV, perdarahan, kontraksi.
f. Melakukan cek LAB dengan hasil Hb 5,9 gr %
g. Melakukan informed consent untuk melakukan transfuse darah
h. Mempersiapkan untuk transfuse darah
i. Memperbaiki keadaan umum ibu
j. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan kuretase.
BAB III

METODOLOGI

A. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini, penulis menggunakan metode laporan kasus, yaitu dengan cara
meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal
denga memusatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dan
mempelajarinya sebagai suatu kasus.
Pendekatan dilakukan untuk menginterprestasikan data adalah
menggunakan manajemen kebidanan yang merupakan proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dna tindakan berdsarakn teori ilmiah melalui penemuan. Keterampilan dalam
rangkaian atau tahapan logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien.
Metode pendokumentasian yang digunakan adalah menggunakan metode
SOAP ( Subjektif, Objektif, Analisa dan Penatalaksanaan). Metode ini
membantu mengungkapkan suatu kasus atau kejadian berdasarkan teori yang
ditetapkan pada keadaan yang sebenarnya.
Pendokumentasian SOAP terdiri dari :
1. S ( Subjektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang datanya berhasil dipeeroleh dari
hasil anamnesa ( wawancara)
2. O (Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan hasil USG
3. A (Analisa)
Menggambarkan suatu identifikasi dari hasil data subjektif dan objektif
yang didapat. Pengkajian ini yang akan menetapkan diagnose pasti dari
kasus sisa plasenta yang telah dikaji berdasarkan data subjektif dan
objektif, sehingga dapat penanganan lebih lanjut.

32
33

4. P (Penatalaksanaan)
Menggambarkan pendokumentasian tindakan yang diberikan kepada klien
sesuai dengan analisa. Rencanan asuhan yang dibuat pada kasus persalinan
dengan sisa plasenta di rumah sakit harus sesuai dengan PROTAP Rumah
sakit dan advice dari dokter.
B. Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam melakukan
pengkajian kasus pada Laporan Tugas AKhir ini diantaranya :
1. Wawancara
Wawancara adalah usaha pengumpulan informasi dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula atau
sebagai alat pengumpulan data. Proses pengumpulan data ini dilaksanakan
dengan cara melakukan Tanya jawab dengan pasien, keluarga pasien,
bidan, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya yang terlibat dalam kasus ini
yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.
2. Pemeriksaan ( fisik dan laboratorium)
Pemeriksaan fisik dilakukan melalui pemeriksaan pandang ( inspeksi),
pemeriksaan raba ( palpasi). Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut
sampai ujung kaki, yang dalam pelaksanaanya dilakukan secara sistematis
atau berurutan. Pemeriksaan penunjang ini meliputi pemeriksaan
laboratorium dan USG.
3. Observasi
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
dan pencatatan secara cermat dan sistematik yang dilaksanakan baik secara
langsung maupun tidak langsung yang ditujukan terhadap kondisi, reaksi,
dan tingkah laku pasien yang ditangkap oleh panca indera. Pada Laporan
tugas akhir ini, penulis melakukan observasi berupa keadaan umum, tanda-
tanda vital, involusi uterus, kontraksi uterus, dan perdarahan.
4. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu cara pengumpulan data melalui penginggalan
tertulis dengan mencari informasi dan mempelajari status denga mencatat
data yang ada dan sudah terdokumntasi dengan kasus terangkum dalam
catatan medis pasien. Data yang sudah terdokumentasi ini diperoleh dari
status klien dan rekam medic.
BAB IV

TINJAUAN KASUS

Nama Pengkaji : Rika Mustika


Hari/tanggal Pengkaji : Senin/12 Februari 2018
Waktu Pengkaji : 21.30 WIB
Tempat Pengkaji : RSUD Sayang Cianjur Ruang Delima

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas klien
Istri Suami
Nama : N.Suryani Tn.D
Umur : 32 tahun 37 tahun
Suku : Sunda Sunda
Pendidikan :SD SD
Agama : Islam Islam
Pekerjaan : IRT Petani
Alamat : Sindang Barang
2. Keluhan utama
Keluarga mengatakan pasien tampak lemas sejak pukul 09.00 WIB dan
keluar banyak darah sejak 2 jam pasca melahirkan ari-ari, keluarga
mengatakan pasien sudah mengganti pempers 5 kali ± pengeluaran darah
±500 cc.
3. Alasan Masuk Rumah sakit
Ibu datang rujukan dari Puskesmas Cianjur kota dengan diagnose sisa
plasenta. Ibu mengeluh lemas dan pusing dan terdapat pengeluaran darah ±
500 cc. di puskesmas sudah dilakukan tindakan infus pada lengan kiri dan
pemasangan Dower kateter..
4. Riwayat masuk Rumah Sakit
Pasien tiba di RSUD Sayang Cianjur pukul 20.00 WIB, dengan Keadaan
umum lemah, kesadaran Somnolen. Di ruang IGD sudah dilakukan

35
36

pemeriksaan fisik muka pucat, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi lemah,
portio tebal lunak pembukaan 1-2 cm, tindakan pemasangan infus dilengan
kanan dengan drip 20 unit oksitosin, sudah dilakukan eksplorasi, dilakukan
pemberian oksigen 6 L/menit dan memberikan posisi trendelenburg, dan
pada pukul 20.00 WIB sesuai dengan advice dokter dilakukan pemberian
Cefotaxime 2x1 mg , metronidazole 2x 500 mg melalu infus, dan metergin
1 ml melalui IV. Dilakukan pemeriksaan Lab lengkap dengan hasil HB 5,9
gr %.
5. Riwayat kehamilan persalinan nifas
Ini merupakan anak ketiga dan ibu belum pernah keguguran, tidak ada
penyulit selama hamil terdapat penyulit saat melahirkan. Ibu tidak pernah
melakukan pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan dan ibu tidak
mengkonsumsi tablet penambah darah. Ibu hanya melakukan pemeriksaan
kehamilan ke paraji. Ibu telah melahirkan di rumah di tolong oleh paraji
pada tanggal 12 februari 2018, bayi lahir spontan pukul 04.00 WIB. Bayi
lahir spontan menangis kuat bergerak aktif kulit kemerahan, berat badan
3000 gram dan panjang 48 cm. setelah bayi lahir selama 2 jam plasenta
tetap tidak lahir dilakukan rujukan oleh paraji ke Puskesmas pada pukul
06.00 WIB. Ibu tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB. Di puskesmas telah
dilakukan pemasangan infus untuk memperbaiki keadaan ibu dan
dilakukan manual untuk melepaskan plasenta pada pukul 08.00 WIB.
setelah plasenta lahir terjadi perdarahan secara terus menerus
menghabiskan 5 permfers ± 500 cc. dilakukan rujukan oleh bidan ke
RSUD Sayang atas indikasi sisa plasenta
6. Riwayat kehamilan dan persalinan lalu

4.1 Tabel riwayat kehamilan dan persalinan lalu

No Tahun Tempat Usia Jenis Penolo Penyu BBL Ket


kelahiran bersalin kehamilan Ng lit
1 2013 Rumah Aterm Spontan Paraji Tidak 3200 Hidup
2 2016 Rumah Aterm Spontan Paraji Tidak 3000 Mati
3 2018 Rumah Aterm Spontan Paraji Tidak 3000 Hidup
7. Riwayat KB
Sebelumnya ibu menggunakan KB suntik 3 bulan
8. Riwayat Biologi-Psikologis-Sosial-Budaya-Ekonomi
a. Biologi
Ibu makan 2-3 kali sehari dengan menu nasi lauk sayur dan buah.
Tidak ada pantangan dalam makanan. Ibu minum 5-6 gelas air putih.
BAK 6-7 kali sehari dan BAB 1 kali sehari. Ibu mandi 2 kali sehari
pagi dan sore hari. Mengganti pakaian dan pakaian dalam 2 kali sehari.
Ibu tidur pada malam hari ± 7 jam. Dan pada siang hari ±1 jam.
b. Psikologis
Ibu cukup tenang karena didampingi oleh suami dan keluarga yang
selalu memberikan dukungan. Tetapi ibu mearasa khawatir dengan
keadaan ibu saat ini.
c. Social
Ini merupakan pernikahan pertama bagi ibu dan suami, lama
pernikahan 6 tahun dengan status pernikahan sah. Kehamilan ini
direncanakan. Ibu mendapat dukungan dari suami dan keluarga.
Pengambilan keputusan di keluarga yaitu suami.
d. Budaya dan kepercayaan
Ibu mempunyai kepercayaan yaitu tidak boleh keluar malam hari dan
menggunakan gunting di pakaian
e. Status ekonomi
Ibu menggunakan BPJS
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Somnolen
c. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 110 kali/menit
Suhu : 35,5 C̊
Respirasi : 28 kali/ menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Mata
Konjungtive pucat sclera putih
b. Bibir
Tampak Pucat
c. Payudara
Bentuk simetris, putting menonjol, terdapat pengeluaran ASI, tidak
ada masa atau benjolan
d. Abdomen
TFU 2 jari bawah pusat kontrasi lemah , kandung kemih kosong
e. Genetalia
Vulva dan vagina tidak ada kelainan. Tampak pengeluaran darah yang
mengalir berwarna merah segar dari vagina ± 50 cc. Perineum lecet.
Terpasang Dower Chateter.
f. Anus
Tidak ada hemoroid
g. Ektremitas
Tidak ada oedema, tidak ada varises, pada ekstremitas bawah teraba
dingin. terpasang kanan drip oksitosoin 20 iu dan pospargin 1 ampul
dengan tetesan 40 tpm dan terpasang infus RL di lengan kiri dengan
60 tpm.
3. Pemeriksaan penunjang dilakukan di ruang IGD
HB : 5,9 gr%
Leukosit : 27,4
Eritrosit : 1,99
C. ANALISA
Ny. S 32 tahun P3A0 Post Partum 12 jam dengan pre syok, sisa plasenta dan
Anemia Berat
D. PENATALAKSANAAN
21.40 WIB Mengatur posisi ibu yaitu posisi trendelenburg → ibu dalam
posisi kaki lebih tinggi
21.41 WIB Memberikan oksigen 6 L/menit →terpasang oksigen
21.43 WIB Mengatur tetesan infusan pada lengan kanan sudah drip 2
ampul oksitosin di ruang IGD dengan tetesan 40 tpm dan
mengatur tetesan infusan pada lengan kiri ibu dengan tetesan
60 tpm
21.44 WIB Menghitung pengeluaran urine di Dower Chateter →
pengeluaran urine 400 cc
21.45 WIB Melakukan observasi keadaan umum ibu TTV, kontraksi,
perdarahan
21.47 WIB Melakukan skin test Cefotaxime → hasil tidak ada reaksi
21.48 WIB Melakukan transfuse darah sesuai dengan advice dokter
transfuse PRC darah 1 labu pada pukul 21.45 WIB selesai
pukul 05.00 WIB diganti oleh cairan NACL
21.50 WIB Memberikan minum kepada ibu
21.51 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan kepada keluarga bahwa terjadi
perdarahan pada ibu dan ibu mengalami kekurangan darah →
keluarga mengerti
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tanggal pengkajian : Selasa/ 13 Februari 2018


Tempat pengkaji : Ruang Nifas
Waktu pengkajian : 08.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh pusing dan masih terdapat pengeluaran darah sedikit. Ibu sudah
makan pukul 08.00 WIB dengan 1 porsi nasi ayam tahu. Ibu sudah minum 2
gelas air putih dan 1 gelas teh manis.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 kali/ menit
Suhu : 36,5 ° C
Pernafasan : 22 x/menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Mata
Konjungtiva pucat, sclera putih.
b. Bibir
Tampak Pucat
c. Abdomen
TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi kuat . Kandung kemih kosong
d. Ekstremitas
Pada lengan kanan dan kiri terpasang infus RL dengan 40 tpm. Kaki
dan tangan tidak ada oedema.
e. Genetalia
Tampak pengeluaran darah berwarna merah segar ± 50 cc. terpasang
Dower Chateter urin ± 500 cc
C. ANALISA
P3A0 Post Partum 1 hari dengan sisa plasenta dan anemia berat
D. PENATALAKSANAAN
08.10 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa masih terdapat
pengeluaran darah
08.11 WIB Melakukan observasi keadaan umum, TTV, kontraksi,
perdarahan→ hasil Keadaan umum baik, TTV normal,
kontraksi baik
08.14 WIB Membersihkan badan ibu dengan cara mengelap badan ibu dan
melakukan vulva hygiene
08.20 WIB Memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi seperti
susu, telor, Ati ayam dan sayuran hijau untuk memperbaiki
keadaan umum ibu → ibu mengerti
08.21 WIB Mengajarkan ibu cara mengecek kontraksi dan mengajarkan
masase fundus uteri → ibu mengerti
08.22 WIB Melakukan Transfusi labu ke 2 dengan tetesan 15 tpm pukul
11.30 WIB selesai pukul 20.00 WIB diganti oleh cairan NACL.
08.25 WIB Menghitung Pengeluaran urine→ pengeluaran urin ± 500 cc
08.27 WIB Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan therapy
1. Metronidazole melalui infus 2x500 mg
1. Cefotaxime 2x1 (IV)
2. Pospargin 2x1 melalui IV
Rencana USG apabila kadar HB > 8 gr % setelah pemberian
labu ke 3
Rencana memberikan labu ke 3 pukul 05.00 WIB
Rencana melakukan pemeriksaan Lab ulang setelah pemberian
Labu ke 3
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ tanggal pengkaji : Rabu/ 14 februari 2018
Waktu pengkaji : 13.00 WIB
Tempat pengkaji : Ruang Delima

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan perdarahan sedikit keluar dari kemaluan, ibu sudah tidak
merasakan pusing . Ibu sudah makan pukul 12.00 dengan 1 porsi nasi dan
telur dan sayur. Ibu sudah minum 3 gelas air putih dan 1 gelas susu. Ibu sudah
BAB pukul 07.00 WIB.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 86 kali/menit
Suhu : 36,5° C
Pernafasan : 21 kali/menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Mata
Konjungtiva merah muda, sclera putih
b. Bibir
Berwarna merah muda, tidak pucat
c. Payudara
Bentuk simetris, putting mononjol, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
masa atau benjolan. Payudara kanan teraba bengkak dan penuh
d. Abdomen
TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, teraba keras .
e. Ekstremitas
Ekstremitas tidak pucat. Pada lengan kiri dan lengan kanan terpasang
infus RL dengan 20 tpm.
f. Genetalia
Tampak pengeluaran darah merah segar ± 30 cc. Terpasang Dower
Chateter
3. Pemeriksaan penunjang
a. USG → terdapat sisa plasenta
b. Pemeriksaan LAB → HB 11 gr % setelah diberikan labu ke 3 selesai
pada pukul 11.00 WIB dilakukan pemeriksaan LAB
C. ANALISA
P3A0 Post Partum 2 hari dengan sisa plasenta
D. PENATALAKSANAAN
13.05 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa terdapat sisa plasenta
yang tertinggal → ibu mengerti
13.06 WIB Memberitahu tanda bahaya nifas diantaranya mengalami
perdarahan terjadi yang berkepanjangan dan jika tidak di
tangani akan menyebabkan kematian ibu mengerti → ibu
mengerti
13.08 WIB Memberitahu ibu tindakan yang akan dilakukan yaitu
tindakan kuretase untuk megeluarkan sisa plasenta → ibu
mengerti
13.10 WIB Melakukan informed consent untuk tindakan kuretase → Ibu
dan Suami setuju atas tindakan yang akan dilakukan yaitu
tindakan kuretase
13.11 WIB Memberitahu ibu jadwal kuretase pada tangga 15 februari
2018 pagi pukul 10.00 WIB dan Memberitahu ibu untuk
berpuasa mulai pukul 22.00 WIB
13.12 WIB Memberikan dukungan kepada ibu untuk tetap tenang dan
sabar
13.13 WIB Melakukan dan mengajarkan Breastcare pada ibu dan
mengajarkan ibu memerah ASI
13. 20WIB Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan therapy pukul
20.0 WIB
a. Metronidazole melalui infus 2x500 mg
b. Cefotaxime 2x1 mg melalui IV
c. Pospargin 2x1 mL melalui IV

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal pengkaji : Kamis/ 15 Februari 2018
Waktu pengkaji : 08.00 WIB
Tempat Pengkaji : Ruang Delima

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan masih ada pengeluaran darah sedikit. Ibu masih berpuasa
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,5
2. Pemeriksaan fisik
a. Mata
Konjungtiva merah muda, sclera putih
b. Bibir
Tidak pucat
c. Abdomen
TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi kuat teraba keras
d. Ekstremitas
Ektremitas tidak pucat, terpasang infus RL di lengan kiri dan kanan
dengan 20 tpm
e. Genetalia
terdapat pengeluaran darah sedikit. Terpasang dower Chateter urine ±
400 cc.
C. ANALISA
P3A0 Post partum 4 hari dengan sisa plasenta
D. PENATALAKSANAAN
08.10 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa kadar HB ibu sudah
kembali normal yaitu 11 gr %
08.11 WIB Mengingatkan ibu untuk tetap berpuasa → ibu mengerti
08.12 WIB Membersihkan badan ibu dengan cara mengelap badan ibu
dan melakukan vulva hygine
08.20 WIB Memberitahu ibu untuk mempersiapkan tindakan kuretase
08.22 WIB Memberikan dukungan pada ibu untuk tetap tenang
menghadapi proses kuretase
08.23 WIB Memberikan dukungan emosional kepada ibu
08.24 WIB Menghitung pengeluaran urine→ pengeluaran urine 600 cc
09.30 WIB Mengantarkan ibu ke ruangan operasi pukul Membantu ibu
mengganti baju ibu dengan baju khas operasi
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal pengkaji : Kamis/ 16 Februari 2018
Waktu pengkaji : 14.30 WIB
Tempat pengkaji : Ruang Delima

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu masih merasa lemas dan pusing. darah yang keluar sedikit. Telah
dilakukan tindakan operasi kuretase pada pukul 14.30 WIB dengan hasil
bersih
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Keasadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 83x/ menit
Pernafasan : 21x/menit
Suhu : 36,6 ºC
2. Pemeriksaan fisik
a. Mata
Konjuntiva merah muda, sclera putih
b. Bibir
Tidak pucat
c. Payudara
Payudara kiri tampak bengkak dan penuh
d. Abdomen
TFU 3 jari di bawah pusat, kontaksi baik tebara keras dan bundar
globuler, kandung kemih kosong
e. Ekstremitas
terpasang infus RL pada lengan kanan dan kiri dengan tetesan 20 tpm
f. Genetalia
tampak pengeluaran lokea sanguilenta berwarna merah kecoklatan ±
10 cc. terpasang dower chateter urin ± 200 cc
C. ANALISA
P3A0 post kuretase
D. PENATALAKSANAAN
15.05 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan pada keluarga bahwa tindakan
kuretase telah selesai dilakukan dengan hasil bersih
15.05 WIB Memberitahu pada keluarga bahwa ibu harus tetap puasa
sampai sadar
15.10 WIB Memberitahu keluarga untuk tetap mendampingi ibu
15.10 WIB Melakukan up infus pada lengan kiri ibu
15.13 WIB Mengganti cairan infus RL 20 tpm pada lengan kanan ibu dan
cairan habis dalam waktu 8 jam
15.15 WIB Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan therapy
a. Cefotaxime 2x1 mg (IV)
b. Bledstop 2x1 (Oral)
c. Kaltrofen 2x1 (Supositoria)
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ tanggal pengkaji : Jumat/ 17 Februari 2018
Tempat pengkaji : Ruang Delima
Waktu pengkaji : 08.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasa lebih baik, tidak pusing dan sudah bisa duduk di
tempat tidur dan sudah bisa ke kamar mandi sendiri, darah yang keluar sedikit.
Ibu sudah makan 1 porsi nasi tahu tempe dan sayur. Ibu minum 1 gelas air
putih. Ibu sudah BAB dan BAK pada pukul 06.00 WIB. Ibu merasakan
payudara terasa bengkak sebelah kiri.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Pernafasan : 21 kali/ menit
Suhu : 36,5
2. Pemeriksan fisik
a. Mata
Konjungtiva merah muda, sclera putih
b. Bibir
Tidak pucat
c. Payudara
Bentuk simetris, putting menonjol, terdapat pengeluaran ASi, tidak
ada massa/ benjolan, payudara kiri tampak penuh.
d. Abdomen
TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi kuat teraba kerasa dan bundar
( globuler) kandung kemih kosong
e. Genetalia
Tampak pengeluaran lokea Sanguilenta berwarna merah kecoklatan ±
10 cc. Terpasang dower Chateter ± 200 cc
C. ANALISA
P3A0 Post Partum 4 hari dengan keadaan baik
D. PENATALAKSANAAN
08.10 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
bahwa keadaan ibu sudah mulai membaik
08.11 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
bahwa keadaan ibu sudah mulai membaik
08.13 WIB Memberitahu ibu untuk minum teh manis
08.13 WIB Memberitahu ibu untuk beraktifitas ringan seperti berjalan
08.14 WIB Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama
daerah genetalia.
08.15 WIB Memberitahu cara membersihkan kemaluan yang benar
dengan cara membersihkan dari arah kemaluan ke arah anus
dengan menggunakan sabun dan mencuci tangan setelah
membersihkan kemaluan. Memberitahu ibu cara perawatan
luka yang benar.
08.17 WIB Melakukan breastcare pada ibu dan memerah ASI ibu.
08. 25 WIB Mengajarkan ibu gerakan senam nifas
08.30 WIB Menghitung pengeluaran urine → pengeluaran urine 600 cc
08.30 WIB Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy pukul
08.30 WIB
a. Cefotaxime 2x1 melalui IV
b. Bledstop 2x1 melalui Oral
c. Kaltrofen 2x1 melalui supositoria
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ tanggal pengkajian : Jumat/ 16 Februari 2018
Tempat pengkaji : Ruang Delima
Waktu pengkaji : 14.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sudah tidak merasa pusing dan kondisi ibu sudah lebih baik.
Sudah tidak ada pengeluaran darah dari vagina ibu. Ibu sudah dapat
melakukan perawatan payudara, ibu mengerti cara membersihkan kemaluan
dengan benar.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Keasadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi :80 kali/menit
Pernafasan : 21kali/menit
Suhu :36,5ºC
2. Pemeriksaan fisik
a. Mata
konjungtiva merah muda, sclera putih
b. Bibir
Berwarna merah muda, tidak pucat
c. Abdomen
TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi baik, teraba globuler. Kandung
kemih kosong
d. Ekstremitas
Terpasang infus di lengan kiri dan kanan dengan 20 tpm
e. Genetalia
terdapat pengeluaran lokea sanguilenta ± 5 cc berwarna merah
kecoklatan dan berbau khas lokea . Terpasang dower Chateter urin ±
500 cc
C. ANALISA
P3A0 Post Partum 5 hari dengan keadaan baik
D. PENATALAKSANAAN
14.10 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik
14.10 WIB Memberitahu ibu untuk tidak pantang makanan
14.12 WIB Mengajarkan ibu mengenai personal hygiene
14.15 WIB Memberitahu tanda bahaya nifas seperti perdarahan lewat
jalan lahir, keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam lebih
dari 2 hari, payudara bengkak, puting lecet, bengkak di muka
, tangan atau kaki mungkin dengan sakit kepala dan kejang-
kejang.
14.20 WIB Mengajarkan ibu perawatan payudara dengan cara kompres
kedua payudara dengan air hangat dan air dingin selama 1
menit, setelah itu kompres ptung menggunakan baby oil
selama 1 menit, selatah putting di kompres lalu bersihkan
menggunakan kapas. Dilakukan 1 hari sekali
14.30 WIB Melepaskan Dower Chateter karena sudah 5 hari terpasang
Dower Chateter. Jika terlalu lama terpasang Dower Chateter
akan mengakibatkan terjadinya infeksi → DC sudah terlepas
14.40 WIB Melepaskan infus RL pukul 14.40 WIB
14.43 WIB Menganjurkan kepada ibu untuk tetap rutin minum obat yang
diresepkan oleh dokter
a. Cefotaxime 2x1 melalui IV
b. Bledstop 2x1 melaui Oral
c. Kaltrofen 2x1 melalui supositoria
Berdasarkan advice dokter ibu diperbolehkan pulangg karena
kondisi ibu sudah baik.
14.45 WIB Memberitahu ibu kunjungan ulang tanggal 22 Februari 2018
BAB V

PEMBAHASAN

A. DATA SUBJEKTIF
Dari data berdasarkan hasil pengkajian NY.S 32 tahun datang rujukan
dari puskasemas karena terdapat perdarahan setelah dilakukan manual.
Keluarga mengatakan ibu melakukan proses persalinan yang di tolong oleh
tenaga non kesehatan, ibu melahirkan senin tanggal 12 februari 2018 pukul
04.00 WIB tetapi setelah 2 jam bayi lahir plasenta tetap tidak lahir
akhirnya dilakukan rujukan oleh paraji ke puskesmas, dan di puskesmas
dilakukan manual oleh bidan pukul 08.30 WIB tetapi setelah dilakukan
manual terjadi perdarahan yang berkepanjangan yang mengakibatkan
keadaan ibu lemah, pusing, lemas, nafas cepat. Akhirnya dilakukan
rujukan oleh bidan ke RSUD Sayang Cianjur.
Data Subjektif yang menunjang diagnose didapatkan dari keluhan
utama ibu saat masuk RSUD sayang Cianjur yaitu keluarga mengatakan
pasien mengalami perdarahan banyak ± 500 cc habis 5 pempers saat
setelah plasenta lahir dan pasien mengeluh pusing,lemas, berkeringat
dingin, nafas cepat. Hal ini sesuai dengan teori yaitu Perdarahan post
partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah
persalinan.4 Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk
menentukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah
perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal yang
telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh,
lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea terjadi
perdarahan karena sisa plasenta. keluarga mengatakan ibu merasa lemas
dan pusing.
Ini adalah kehamilan ke 3 dan keluarga mengatakan proses persalinan
di tolong oleh paraji hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
menyebutkan penyebab dari sisa plasena yaitu penolong persalinan oleh

52
53

tenaga non kesehatan yang tidak terlatih. Karena penolong persalinan oleh
non tenaga kesehatan sehingga ibu tidak mendapatkan suntik oksitosin
untuk membantu kontraksi dan menyebabkan retensio plasenta.18
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun yang menyebabkan sisa plasenta
hal ini sesuai dengan teori bahwa jarak kehamilan kurang dari 2 tahun
dapat menyebabkan sisa plasenta karena keadaan organ reproduksi ibu
belum pulih kembali. Sementara membutuhkan waktu 2-4 tahun untuk
memulihkan tubuh ibu kembali. jika ibu mengalami kehamilan yang
berturut-turut selama 2 tahun pada saat persalinan akan mengakibatkan
uterus tidak berkontraksi dengan baik sehingga plasenta lahir tidak
lengkap dan terjadi perdarahan akibat sisa plasenta.20
Pada kasus ini pasien mengalami terlambat dalam melakukan rujukan
karena membutuhkan waktu 7 jam untuk ke RSUD Sayang Cianjur,
sehingga mengalami pengeluaran darah yang banyak. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa Banyak penyebab tidak
langsung yang bisa menyebabkan kematian ibu misalnya adalah tiga
terlambat.19
B. DATA OBJEKTIF
Berdasarkan hasil pengkajian dan pemeriksaan fisik yang dilakukan
kepada Ny. S 32 tahun didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg,
penurunan tekanan darah hal ini disebakan karena Penurunan jumlah darah
yang sangat banyak juga akan mengakibatkan penurunan tekanan darah
sehingga nadi korban menjadi lemah dan halus.
Didapatkan pemeriksaan Nadi 110 kali permenit, hal ini sesuai dengan
teori bahwa tanda-tanda syok terjadi peningkatan denyut nadi diakibatkan
adanya kekuarangan pasokan darah dari jantung, Maka respon pertama
yang diberikan system sirkulasi meningkatkan kecepatan pemompaan oleh
jantung , tujuannya untuk mempertahankan perfusi jaringan sehingga
otomatis fekuensi nadi akan bertambah cepat.Pada pemeriksaan
Pada pemeriksaan Pernafasan didapatkan 28 kali/menit, Ketika
keadaan syok terjadi pernafasan yang cepat hal ini disebakan karena organ
tubuh akan merespon dengan mengirimkan sinyal ke otak bahwa oksigen
yang diperoleh tubuh berkurang. Dan otak dengan segera merespon dan
memerintahkan paru-paru untuk bekerja semakin cepat dalam
memproduksi oksigen, semakin darah keluar banyak maka oksigen dalam
tubuh akan berkurang sehingga pernafasan menjadi lebih cepat.
Didapatkan pemeriksaan Suhu 35,5ºC kulit menjadi pucat dan dingin
hal ini disebabkan karena tubuh kita memiliki system pertahanan sendiri,
dalam keadaan darurat peredaran darah akan menuju alat tubuh yang
penting seperti jantung dan otak. Hal ini akan menimbulkan pada suhu dan
warna kulit yaitu akan menjadi dingin dan pucat Teori mengatakan tanda-
tanda vital pasien dengan sisa plasenta dapat ditemui adanya keadaan
umum lemah, peningkatan denyut nadi, tekanan darah menurun,
pernafasan cepat sampai dengan penurunan kesadaran.4
Dari pemeriksaan fisik diperoleh data mata konjungtiva pucat, sclera
putih, berdasarkan teori ciri-ciri anemia yaitu konjungtive pucat, bibir
pucat dimana ibu mengalami anemia. Pada saat palpasi ekstremitas teraba
dingin akibat kekurangan darah banyak mengakibatkan oksigen dalam
tubuh berkurang. Menurut teori tanda-tanda anemia yaitu lesu
lemah,sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, gejala lebih
lanjut kelopak mata, bibir, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
Pada pemeriksaan abdomen diperoleh TFU 2 jari di bawah pusat
keadaan ini sesuai dengan teori post partum 15 jam TFU 2 jari di bawah
pusat tetapi palpasi uterus teraba lembek, hal ini tidak sesuai dengan teori
yang mengatakan 15 jam post partum kontraksi teraba keras sehingga jika
uterus lembek mengakibatkan daya motalitas uterus berkurang sehingga
terjadi perdarahan.8 Kontraksi lemah diakibatkan karena uterus yang tidak
berontraksi dan tidak diterapkannya manajemen aktif kala III karena pada
pasien ini bersalin di paraji dan tidak mendapat suntik oksitosin sebagai
langkah awal untuk mencegah perdarahan. Disini factor penolong yang
mempengaruhi perdarahan post partum yang di tolong oleh tenaga non
kesehatan.
Pada ekstremitas terdapat infus yang terpasang dilengan kiri dan
kanan yang sudah di drip oksitosin 2 ampul dan pospargin1 ampul. Drip
oksitosin di berikan untuk merangsang kontraksi uterus sehingga uterus
dapat berkontraksi dan tidak terjadi perdarahan. Hal ini sesuai dengan
protap bahwa pasien dengan sisa plasenta diberikan 20 unit oksitosin
untuk merangsang kontraksi.24
Pada pemeriksaan Genetalia Vulva dan vagina tidak ada kelainan.
Tampak pengeluaran darah aktif yang mengalir berwarna merah segar dari
vagina ± 500 cc. Hal ini sesuai dengan teori menyebutkan bahwa
perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan pervaginam yang melebihi
500 ml setelah bersalin, dan termasuk dalam kategori perdarahan post
partum primer karena terjadi dalam 15 jam setelah persalinan, hal ini
sesuai dengan teori yaitu perdarahan pasca partum dapat dikategorikan
sebagai primer karena terjadi dalam 24 jam pertama.4
Dengan terjadinya pengeluaran yang banyak pasien mengalami
penurunan kadar Hb yaitu 5,9 gr % dan pasien mengalami anemia berat.
Hal ini sesuai dengan teori Anemia adalah penyakit kurang darah yang
ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit)
lebih rendah dibandingkan normal. Dengan kriteri anemia berat yaitu bila
kadar HB > 7 gr %.27
Pemeriksaan HB juga dilakukan dapat diperoleh HB 5,9 gr %.
Pemeriksaan HB dilakukan untuk menentukan jumlah haemoglobin darah
dalam tubuh karena berhubunngan dengan kejadian syok hipovolemik
dapat ditangani dengan menaikan kadar HB berupa transfuse darah .
Pemerian obat cefotaxime pada kasus disini yaitu untuk menghentikan
pertumbuhan bakteri, pemberian metergin pada kasus untuk mengentikan
perdarahan, dan pemberian metronidazole untuk menghentikan
petumbuhan bakteri.
Dower chateter dilakukan untuk memantau pengeluaran cairan dan
pemasukan cairan in take diperoleh dari pemasangan infus. Maka
dilakukan pemasangan dower chateter. Hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan jika pada kasus perdarahan post partum dilakukan
pemasangan kateter untuk memantau volume urine dibandingkan dengan
jumlah cairan yang masuk dalam tubuh. Dampak pemasangan dower
kateter yaitu terjadi infeksi saluran kemih.
C. ANALISA
Ny.S Usia 32 tahun P3A0 dengan sisa plasenta. Analisa tersebut
ditegakkan atas dasar pemeriksaan dari mulai data subjektif hingga
objektif.Berdasarkan pengkajian data subjektif didapatkan keluhan ibu
pengeluaran darah banyak, lemah, pusing, pernafasan cepat. dan dari data
objektif di dapatkan Tekanan darah 90/60 mmHg, Nadi 110 kali permenit,
suhu 35,5 º C, TFU 2 jari di bawah pusat kontraksi lemah konsistensi
lembek perdarahan banyak, dan sudah dilakukan manual di puskemas
dengan hasil plasenta dalam keadaan tercabik-cabik.pada hari pertama
tidak dilakukan USG tetapi setelah perbaikan keadaan umum ibu
dilakukan USG pada hari ke 3 hasil USG menunjukan terdapat sisa
plasenta maka penulis dapat merumuskan diagnose kebidanan yaitu Ny.s
32 tahun dengan sisa plasenta.
D. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan hasil pengkajian subjektif, objektif dan ditegakkan
analisa, maka disusunlah penatalaksanaan asuhan yang sesuai dengan
kebutuhan ibu. Penatalaksanaan di puskesmas ibu diberikan infus RL dan
oksigen untuk menangani syok. Sesuai dengan teori menurut buku saku
pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan bila dijumpai
adanya syok maka segera diberikan cairan infuse kristaloid, control
perdarahan dan pemberian O2. Dengan pemberian infus dapat mengatasi
kedaan umum ibu karena pengeluaran darah dari tubuh ibu sehingga
kekurangan oksigen, pengeluaran darah yang banyak ini dapat
menyebabkan asidosis respiratory maka penulis memberikan oksigen 6 L
disertai dengan pemberian infus. Hal ini sesuai dengan teori mengenai
penanganan syok yaitu berika oksigen dengan kecepatan 6-8 L/menit,
berikan cairan intravena misalnya Nacl atau Ringer Laktat, berikan
transfuse darah dan pemeriksaan laboratorium.
Sesampainya di IGD ibu ditangani dengan pemberian RL + drif
oksitosin 2 ampul + pospargin 1 ampul, dan dipasang sesuai dengan teori
untuk penatalaksanaan sisa plasenta yaitu dilakukan pemasangan infus dan
pemberian uterotonika untuk mempertahankan keadaan umum ibu dan
merangsang kontraksi uterus dan mengosongkan kandung kemih. Penulis
mengatakan karena pasien di tolong oleh paraji sehingga tidak
mendapatkan suntik oksitosin dan menyebabkan uterus teraba lembek
maka untuk mengatasinya diberikan drip 2 ampul oksitosin untuk
merangsang kontraksi.
Setelah itu ibu dipindahkan keruang nifas untuk perawatan
selanjutnya, penatalaksanaan yang dilakukan pertama kali di ruang nifas
adalah mengatur posisi ibu dengan posisi trendelenburg posisi
trendelenburg ini dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarah lebih
banyak, supaya darah tidak mengalir ke tempat yang lebih rendah, karena
dalam posisi ini posisi kaki lebih tinggi dari pada kepala. Penulis
mengatakan dengan memberikan posisi trendelenburg ini pasien merasa
nyaman sehingga tidak terjadi pengeluaran darah yang banyak karena
dalam posisi ini kaki lebih tinggi dari kepala sehingga tidak ada gaya
gravitasi.
Selanjutnya melakukan pemasangan oksigen karena Banyaknya cairan
tubuh yang keluar mengakibatkan pasien akan mengalami asidosis
respiratory dimana darah akan lebih cepat pekat karena sehingga
kebutuhan oksigen berkurang secara cepat maka diakukan pemberian
oksigen . Karena jumlah cairan tidak sesuai dengan pemasukan cairan di
tubuh ibu sehingga kuku mengalami kebiruan karena bercampur dengan
karbondioksida. Penulis mengatakan pengeluaran darah dari tubuh ibu
yang banyak mengakibatkan pernafasan ibu menjadi lebih cepat karena
dalam darah mengandung oksigen karena ibu mengeluarkan darah banyak
sehingga ibu kekurangan oksigen dan ibu membutuhkan oksigen lebih
banyak.
Selanjutnya mengatur tetesan infusan 60 tpm pada lengan kiri untuk
mengatasi kekurangan cairan pada tubuh ibu, memberikan ibu teh manis
hangat untuk mengatasi keadaan umum ibu, penulis mengatakn dengan
pemberikan teh manis hangat ibu menjadi lebih segar dan memberikan
tenaga untuk ibu. melakukan pemantauan Tanda-tanda vital, perdarahan,
kontraksi setiap 1 jam.
Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu cek darah lengkap
untuk menunjukkan penurunan Hb. Pemeriksaan USG untuk menentukan
adanya jaringan plasenta yang tertahan. Menurut teori pemeriksaan USG
ini dilakukan untuk memastikan sisa plasenta yang tertinggal. Didapatkan
hasil Hb 5,9 gr/dl. Setelah mengetahui hasil dari pemeriksaan penunjang
yaitu masih terdapat sisa plasenta di dalam uterus dan ibu mengalami
anemia berat.
Pemberian transfuse 1 labu akan menaikan kadar HB 1 gr/dl. Pada
kasus ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan pada pemberian labu
harus segera diberikan untuk memperbaiki keadaan umum ibu. Berhubung
HB ibu 5,9 gr/dl untuk mengembalikan HB >8 gr/dl maka membutuhkan
transfuse 3 labu PRC. Teori mengatakan pada pemberian 3 labu darah
dapat diberikan 1 hari atau dalam waktu 24 jam untuk memperbaiki
keadaan umum ibu tetapi pada kasus ini tidak diberikan transfuse darah
dengan segera tetapi diberikan 3 labu darah PRC selama 3 hari. Menurut
teori syarat dilakukan kuretase yaitu kadar HB > 8 gr/dl pada pasien ini
HB 5,9 gr/dl sehingga membutuhkan 3 labu untuk melakukan kuretase.
Proses kuretase dapat dilakukan segera setelah keadaan umum ibu
baik. Tetapi pada kasus ini ibu dapat melakukan kuretase pada hari ke 4.
Ini bertentangan dengan teori bahwa proses kuretase dapat dilakukan
segera setelah keadaan umum ibu baik dan HB> 8 gr/dl sehingga tidak
terjadi terlambat mendapat pertolongan. Hal ini disebabkan karena dalam
pemberian transfuse darah tidak diberikan dengan segera dan mengundur
proses kuretase.
Kuretase dilakukan karena terdapat sisa plasenta yang melekat sangat
kuat, plasenta yang melekat ini disebut dengan plasenta akreta dimana
akreta menempel sampai lapisan meiometrium menembus desi dua basalis.
Dengan keadaan plasenta yang menempel sangat kuat akan sukar untuk
dilepaskan karena adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus atau disebut
juga dengan retensio plasenta.
Setelah dilakukan kuretase maka perlu diberikan antibiotic untuk
mencegah infeksi karena adanya perlukaan pada Rahim. Disinilah peran
bidan sebagai tenaga kesehatan yang bertugas untuk meningkatan ilmu
pengetahun sehingga tidak terjadi kasus komplikasi pada saat hamil,
bersalin dan nifas. Peran bidan pada kasus ini dimana bidan melakukan
pengawasan yang ketat yang berupa melakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital yaitu tekanan darah, nadi pernafasan, dan suhu. Melakukan
penghitungan cairan, melakukan pematauan kontraksi dan perdarahan,
melakukan pemantauan keadaan umum ibu, dan persiapan pra kuretase
Untuk evakuasi sisa plasenta pada kasus dilakukan kuretase, tidak
sesuai dengan teori dan protap di RSUD Sayang Cianjur untuk kasus sisa
plasenta dilakukan tindakan kuretase hari ke 2/3 .Pada kasus Ny.S dengan
sisa plasenta dilakukan kuretase hari ke 4 karena terlambatnya pemberian
transfuse darah untuk memperbaiki keadaan umum ibu sehingga dilakukan
kuretase hari ke 4. Lakukan pengeluaran plasenta secara digital atau
kuretase bila ada sisa plasenta. Melakukan evakuasi sisa plasenta dengan
dilatasi dan kuretase.
Setelah dilakukan tindakan kuretase ibu mengatakan tidak merasakan
pusing dan lemas, keadaan ibu terlihat segar.. Pada pemeriksaan mata
konjungtiva merah muda sclera putih karena anemia ibu sudah ditangani
dengan pemberian transfuse darah 3 labu. Pada pemeriksaan abdomen
uterus teraba 3 jari di bawah pusat dan teraba keras. Dan sudah tidak
terdapat pengeluaran darah. Menurut advice dokter ibu di perbolehkan
pulang karena kondisi ibu sudah baik.

E. Faktor Pendukung
1. Klien dan keluarga sangat kooperatif dan terbuka sehingga
memudahkan penulis menggali permasalahan serta memberikan
asuhan.
2. Adanya kerjasama yang baik antara dokter, petugas RSUD Sayang
cianjur dan mahasiswa dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada
Ny.S
3. Adanya sarana dan prasarana yang memadai.
F. Faktor Penghambat
1. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang pemeriksaan
kehamilan, persalinan dan nifas di tenaga kesehatan.
2. Ketidaksesuain Penatalaksanaan sisa plasenta yang membutuhkan
waktu yang lama. Pada kasus sisa plasenta di RSUD Sayang Cianjur
terjadi penundaan Dilatasi Kuretase karena terlalu lama dalam
pemberian Transfusi darah 3 labu yang menghabiskan waktu 3 hari
sehingga terjadi penundaan dilatasi kuretase.
BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. S, 32 tahun P3A0
dengan perdarahan post partum karena sisa plasenta maka dapat
disimpulkan asuhan sebagai berikut :
1. Data subjektif pada Ny. S adalah klien mengatakan melahirkan anak
ketiga pada tanggal 12 februari 2018, tidak pernah keguguran.
Mengeluh pusing, lemas, dan terdapat pengeluaran darah dari jalan
lahir sejak ari-ari lahir. Dari riwayat kehamilan ibu mengatakan hamil
9 bulan, bersalin di paraji terdapat penyulit saat kala III, plasenta tidak
dapat lahir setelah 2 jam dan dilakukan manual di puskesmas oleh
bidan
2. Data objektif pada Ny. S didapatkan dari pemriksaan fisik: wajah
tampak pucat, konjungtiva pucat, fundus uteri setinggi pusat,
kontraksi uterus lembek, terdapat pengeluaran darah ± 500 cc, tidak
terdapat luka jahitan, ekstremitas atas tidak oedema, pada tangan kiri
dan kanan terpasangan infus RL 40 tpm, pada ekstremitas bawah tidak
ada oedema ujung jari tampak pucat. Pemeriksaan penunjung pada
tanggal 12 februari 2018 yaitu pemeriksaan laboratorium didapatkan
Hemoglobin 5,9 gram % serta pemeriksaan USG pada tanggal 14
februari 2018 dengan hasil terdapat sisa jaringan plassenta
3. Analisa yang di tegakkan adalah Ny.S 32 tahun P3A0 dengan sisa
plasenta
4. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah melakukan upaya penanganan
pada perdarahn post partum primer, memberikan penjelasan mengenai
sisa plasenta yang tertinggal didalam Rahim ibu, melakukan observasi
keadaan umum, tanda-tanda vital, melakukan observasi kontraksi

61
62

uterus dan perdarahan, melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG


untuk penanganan pada kasus Ny.S yaitu dengan memperbaiki
keadaan umum ibu, memberikan transfuse darah PRC sebanyak 3
labu, melakukan kuretase serta memberikan obat oral antobiotik dan
analgesic. Berkolaborasi dengan pertugas laboratorium, memberikan
dukungan mental pada ibu, memberikan konseling tentang gizi,
pemberian ASI, tada-tanda bahaya masa nifas.
5. Factor pendukung dan Faktor penghambat
1. Faktor Pendukung dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini
adalah klien dan keluarga sangat kooperatif dan terbuka sehingga
memudahkan penulis menggali permasalahan serta memberikan
asuhan. Penulis dibimbing dan diberi saran dalam melakukan
Asuhan Kebidanan pada Ny.S oleh Kepala ruang nifas RSUD
Sayang Cianjur . serta sarana dan prasarana yang memadai di
RSUD Sayang Cianjur.
2. Factor penghambat dalam penatalaksaan kasus dengan sisa
plasenta yang membutuhkan waktu lama sehingga terjadi
penundaan tindakan kuretase. Pada kasus sisa plasenta di RSUD
Sayang Cianjur terjadi penundaan tindakan kuretase karena
pemberian transfuse darah yang menghabiskan waktu yang lama.

B. SARAN
1. Untuk klien dan keluarga
Agar klien dan keluarga tetap melaksanakan anjuran, terutama
menyangkut melakukan pemeriksaan kehamilan dan persalinan
berikutnya di tenaga kesehatan yang terlatih.
Penulis menyarankan agar pasien dan keluarga mencari informasi
tentang kehamilan, persalinan dan nifas melalui petugas kesehatan,
media elektronik, buku-buku. Dengan didapatkannya informasi
makantidak akan terulang lagi kejadian yang pernah dialami ibu
2. Untuk rumah sakit
Diharapkan kepada RSUD Sayang Cianjur melakukan revisi terhadap
penatalaksanaan waktu dalam penanganan sisa plasenta. Karena dalam
penatalaksanaan sisa plasenta cukup dengan keadaan umum baik dan
HB> 8 gr/dl dapat segera dilakukan tindakan dilatase kuretase. Penulis
menyarankan agar dalam penatalaksanaan sisa plasenta dalam
melakukan transfuse darah tidak perlu membutuhkan waktu yang lama
sehingga kasus dengan sisa plasenta dapat segera tertangani dan
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu.
3. Bagi profesi
Bagi profesi khusunya bidan hendaknya dapat mempertahankan
pelayanan kesehatan yang sudah baik dan tidak cepat puas dengan
pelayanan yang sudah baik, agar dapat lebih menggali informasi dan
meningkatakan lagi pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan
dengan perdarahan post partum sehingga memberikan pelayanan pada
kasus perdarahan post partum dengan lebih baik dan lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Indonesia Profil kesehatan Indonesia: Jakarta;


2012
2. Kementerian Kesehatan Indonesia Profil kesehatan Indonesia: Jakarta;
2016.
3. Manuaba. I. Gawat Darurat obstretri Ginekologi dan Obstetri Sosial untuk
profesi bidan. Jakarta :EGC;2008
4. Joseph, H.K dan Nugroho, M. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri
(Obsgyn). Yogyakarta : Nuha Medika;2010
5. Cunningham, dkk. Obstetri Wiliam. Jakarta : Buku Kedokteran EGC;2010
6. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka
7. Profil RSUD Sayang Cianjur 2017
8. Yuli Astutik, Reni. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.Jakarta :
Buku Kesehatan;2015
9. Khumaira, Marsh. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka;2012
10. Sulistyawati A. Asuhan Pada ibu Nifas : Yogyakarta : Andi offset;2009
11. Prawirohardjo., Sarwon.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka;2014
12. Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka; 2010.
13. Saifuddin, Abdul, et.al. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta: YBPSP; 2010.
14. Sitti Saleha. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta : Fitrimaya;
2009.
15. Maritalia Dewi dkk. Biologi reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar;
2012.
16. Rukiyah, Ai Yeyeh dan Yulianti. Asuhan Kebidanan Patologi.Jakarta :
Trans info media;2010
17. Benson, R. C. & Martin L. P. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, Jakarta
: EGC;2009
18. Sulaiman, Sastrawinata. Ilmu Kesehatan Reproduksi, Obstretri
Patologi.Jakarta : EGC;2005
19. Penelitian. Dwi Hapsari.kejadian gangguan pada masa nifas hubungannya
dengan penolong persalinan;2005
20. penelitian Izfa Rifdiani. Pengaruh Paritas, BBL, Jaak Kehamilan dan
Riwayat perdarahan terhadap kejadian post partum;2016
21. Manuaba I.B.G. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk
Pendidikan Bidan.Ed. 2.Jakarta: EGC; 2012.
22. Mitayani. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba medika;
2011.
23. Moegni, Dwiana Ocviyanti. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas kesehatan Dasar dan Rujukan; 2013
24. RSUD Sayang Cianjur. Standar Prosedur Operasional Perdarahan Pasca
Persalinan; 2016.
25. Kemenkes RI, 2011
26. Winkjosastro, Hanipa. Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono prawihardo ;2010
27. Soebroto,I. Cara mudah mengatasi problem anemia. Yogyakarta: Pustaka
Cendekia Pres;2009
28. Notoadmojo, Soekidjo. Metodelogi penelitian Kesehatan: Jakarta: Rineka
Cipta;2010
I'OLlTEKN1K KESFI IATAN KEMENKES OANDUNG

+ PRA i’IK KCDIDANAN KOMPRELirNsir


PROGRAM STUDI KERTDAHAN BDGOk

LENi BAR KONSU LTASI ASUHAN KEBIDANAN

daoia Mahasis va : [tiko Mustika


NIM : P 1 7224* 15013
Judul : Asullen Kebidanan Post Natal Pada Ny. S 32 Run
dengan Pre syok. Sisa f’)sscnto dan Anemia Berat di RSUD
Sayong Cianjur
Pembimbing : Dcdes Fitria M.Keb

No Herr Materi yang Saran/ Tanda Tangan


Tanggal dibahac RcLooen4asi Mabasiswa Pémbimb1ng
\. Rabu
12-02-2018 Mengajukan ACC
judul Rika Mustika 0 s Fitria
M.Keb
2. Kamis Korisuitosi BAB l•erbaiban BAB
0 \ -03-2018 IV IV dan
Pembmtan DAB I Rikg Mustika Dcd s Fifria
M.Keb
3. Rabu Pz:tasks BAB Perbaikan BAB IV
07-03-2018 jV dan den BAB 1
Konsultasi BAD Serta Pymbuataa
I BAB li Rika Mustika Fiiria
M.Kcb
4. Jum'ct
09-03-Z0T 8 Perbaikan BAB Per6aikan BAB
IV den BAB I lV. BAB I dan
serta Konsultasi BAB 11
DAB II Rika Mustika Dude Fitria
M.Kcb
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG PRAKYIK KEBIDANAN KOMPREftENSTF
PROGRAM STIJDI KEDIDANAN BOGOR

5. Jum’at PerbsikBrt BAB Pcrbaiksn dAB


\ 6-03-20\8 IV, BAB T, DAD iV, BAB I BAB JI,
II serta Pembuaurt Rika Mustika
BAB IU M.Keb
6. Kam s Perheikan BAB Pcrbaikao BAD 1.
22-03-3018 1, BAB II, serta BAB II, BAB III,
Konsultasi BAB BAB IV, serta
Ill pembuatan BAB lika Mustika Ded Fitria
v M.Keb
7. Rebu Pcrbaikan BAB Petbaikan BAB I,
28-03-20\8 1. BAB 11, BAB BAB II. BAB III.
Ill. BAB lV, dari BAA IV. dan BAB
BAB V V serta Pcmbuatan Rika Mucike Fitria
BAB VI M.Keb
Perbaikan BAB
04-04-20\ 8 1, BAB 11, BAB BA8 II, BAB III,
Ill, BAB IV, BAB lV. BAB V
den BAB V serta dan BAB VI
Konsuftasi BAB Rika Mustika Dedcs Fitria
VI M.Kcb
9. hums Pcrbe‹kan BAB Perbaikan BAB 1,
0614-201Z l. BAB If. BAB BAB II. £tAB 111.
III, BAB IV, BAB lV, BAB V
BAB V dan dan BAB VI Itika Mustike cs

)0. Jumat Perbaikan BAB Pecbaikan BAB I.


I 3-04-2018 I, BAB II, BAB BAB II, BAB III.
III, BAB lY, BAB IV, BAB V
BAB V da‹t dwBABV1 Rika Mustika
OAB VI M.Keb
PfNl77TKNlKKf8rlATAN K£MrNKrSEANDUNG
PkAKlKKlHJANANKWV i:1WNzr
PROGRf\M S’I2JDI KEBIDANAN ft£KiOk

1.fiMltAR RFKOMENDASI PfiRllAl KAN ATA

NRmo Mahasiswa : Rika Mustika


: I' 1732421 S0T3
Judul
: Asuhan Kcbidcnan Post Natal Pada Ny. S 32 tshun
Jcngan I’ve syok, Sisa Placenta don Anemia Berat di RSUD
Sayang Cianjur
Penguj i ]
: EIin Supliyani, M.Kcb
: Sri Wahyuni, MP{-I
: Dcdes Fitria, M.Kcb

No Herr Saran/ Taoda Tangan


Tanggal Rekomendasi Mahaslswa Pcmbimbing
1. Rabu Perbaikan BAB Perba kan BAB l. ' "
06-06-2018 I, II, IU, lY, V IV swta BAB V
dan lV serta R›ka Mustika
Abstmk M.Keb
2. Jum’at Perbaikan BAB
08-06-2018 i, h, iii. iv, v.
dan IV scña ACC Dedc
Abstmk M.Kcb
3. Jum'8t Perbiittan BAB
08-06-20T 8 i, n. iii. iv, v.
dan lV serta ACC
Abstrak
4. Senin Perbaikan uAu
22-06-2018 1, 11, III, IV, V, ACC
dan IV serta Rika Mustike Sri Wshyuni,
Abstrak MPH
Lampiran 2

Lembar Observasi

Hari/ Waktu TD Nadi Suhu TFU Kontraksi Kandung Perdarahan


tanggal Kemih
Senin 21.30 90/60 110 35,5 2 jari di Lemah Kosong 100 cc
12-02- WIB mmHg x/menit bwh pst
2018
22.30 100x/m 2 jari di Kuat Kosong 50
enit bwh pst
23.30 90/60 98 2 jari di Kuat Kosong 50
mmHg x/menit bwh pst
00.30 90 2 jari di Kuat Kosong 50
x/menit bwh pst
01.30 90/60 90 36,5 2 jari di Kuat Kosong 50
mmHg x/menit bwh pst
02.30 92x/me 2 jari di Kuat Kosong 50
nit bwh pst
04.30 100/60 87 2 jari di Kuat Kosong 50
mmHg x/menit bwh pst
05.30 85 2 jari di Kuat Kosong 50
x/menit bwh pst
06.30 100/60 82 36,7 2 jari di Kuat Kosong 50
mmHg x/menit bwh pst
Selasa 08.00 110/70 82 x/ 36,5 2 jari di kuat Kosong 50 cc
13-02- mmHg menit bwh pst
2018
09.00 85x/ 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
10.00 100/70 84 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
11.00 83x/ 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
12.00 110/70 82 x / 36,4 2 jari di kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
13.00 82 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
14.00 110/70 84 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
15.00 110/80 85 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
16.00 84 x / 36,7 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
17.00 100/70 84 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
18.00 82 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
19.00 110/80 83 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
20.00 82 x / 36,8 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
21.00 110/70 84 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
22.00 85 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
23.00 110/70 85 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
00.00 84 x / 36,5 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
01.00 110/80 82 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
02.00 83 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
03.00 110/70 84 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
04.00 86 x / 36,5 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
05.00 100/70 82 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
06.00 84 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
07.00 100/70 85 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
08.00 85 x / 36,6 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
09.00 110/70 83 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
10.00 82 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
11.00 110/70 85 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
12.00 84 x / 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
Rabu 13.00 110/70 86x/ 36,5 2 jari di kuat Kosong 30 cc
14-02- mmHg menit bawah
2018 pusat
14.00 84x/ 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
15.00 110/70 84x/ 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
16.00 82x/ 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
17.00 100/70 82x/ 36,5 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
18.00 83x/ 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
menit bwh pst
19.00 100/70 83x/ 2 jari di Kuat Kosong 30 cc
mmHg menit bwh pst
20.00 85x/ 2 jari di Kuat Kosong 20 cc
menit bwh pst
21.00 110/70 82x/ 36,6 2 jari di Kuat Kosong 20 cc
mmHg menit bwh pst
22.00 84x/ 2 jari di Kuat Kosong 20 cc
menit bwh pst
23.00 110/80 84x/ 2 jari di Kuat Kosong 20 cc
mmHg menit bwh pst
00.00 83x/ 2 jari di Kuat Kosong 20 cc
menit bwh pst
01.00 110/80 85x/ 36,5 2 jari di Kuat Kosong 20 cc
mmHg menit bwh pst
02.00 82x/ 2 jari di Kuat Kosong 20 cc
menit bwh pst
03.00 110/80 84x/ 2 jari di Kuat Kosong 20 cc
mmHg menit bwh pst
04.00 83x/ 2 jari di Kuat Kosong 20 cc
menit bwh pst
05.00 110/70 84x/ 36,5 2 jari di Kuat Kosong 20 cc
mmHg menit bwh pst
06.00 82x/ 2 jari di Kuat Kosong 20 cc
menit bwh pst
07.00 110/80 83x/ 2 jari di Kuat Kosong 20 cc
mmHg menit bwh pst
08.00 85x/ 2 jari di Kuat Kosong 20 cc
menit bwh pst
Kamis 09.00 110/70 82x/ 36,5 2 jari di Kuat Kosong 20 cc
15-02- mmHg menit bwh pst
2018
15.00 110/70 85x/ 36,6 3 jari di Kuat Kosong 10 cc
mmHg menit bawah
pusat
Jumat 08.00 120/70 82x/ 36,5 3 jari di Kuat Kosong 10 cc
16-02- mmHg menit bawah
2018 pusat
09.00 120/70 84x/ 3 jari di Kuat Kosong 10 cc
mmHg menit bawah
pusat
10.00 120/70 83x/ 3 jari di Kuat Kosong 10 cc
mmHg menit bawah
pusat
11.00 110/70 82x/ 3 jari di Kuat Kosong 10 cc
mmHg menit bawah
pusat
12.00 110/70 84x/ 3 jari di Kuat Kosong 10 cc
mmHg menit bawah
pusat
13.00 110/70 83 x/ 3 jari di Kuat Kosong 10 cc
mmHg menit bawah
pusat
14.00 120/70 80x / 36,5 3 jari di Kuat Kosong 10 cc
mmHg menit bawah
pusat
Lampiran 3

Pemberian Transfuse Darah

RSUD Sayang Cianjur

Pengertian :Memberikan darah yang berasal dari donor kedalam tubuh


pasien melalui vena

Tujuan : Sebagai pedoman dalam memberikan dalam memberikan


transfuse pada pasien yang sesuai dengan prosedur
pengobatan

Kebiajakan : Keputusan Direktur No. 100 Tahun 2012 tentang


pemberlakuan Standar Pelayanan Operasional (SPO) pelayanan
kesehatan di lingkungan RSUD Sayang Cianjur

Prosedur :

a. Persiapan alat
1. Standard infus
2. Transfusi set
3. Cairan NaCl
4. Darah yang akan diberikan
5. Kapas alcohol
6. Gunting
7. Pengalas
8. Bengkok
b. Persiapan
pasien
1. Memberikan pengertian pada pasien
2. Pasien sudah terpasang infus
c. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Alat-alat didekatkan
3. Meneliti keadaan dan suhunya sesuai tubuh normal
4. Cek silang label darah dengan formulir permintaan, nama
pasien, golongan darah dan tempat tidur.
5. Memasang infus cairan NaCl 0,9 % sesuai dengan prosedur infus
6. Memindahkan selang transfuse pada kantong darah
7. Menghitung jumlah transfuse sesuai dengan kebutuhan
8. Memperhatikan rekasi pasien
9. Mencatat waktu pemberian transfuse darah dan jumlah tetesan
di status pasien
10. Alat dibereskan
11. Mencuci tangan
Lampiran 4

Perawatan Masa Nifas

RSUD Sayang Cianjur

Pengertian : Agar semua pasien mengerti bagaimana perawatan nifas


agar terhindar dari infeksi

Tujuan : Pedoman perawatan pasien dengan partus tanpa komplikasi

Kebijakan : Keputusan Direktur No.100 Tahun 2012 tentang


pemberlakuan Standar Pelayanan Operasional (SPO) pelayanan
kesehatan di lingkungan RSUD Sayang Cianjur

Prosedur :

a. Persiapan
1. Tensimeter
2. Thermometer
3. Vulva hygiene
b. Kriteria pelaksanaan
1. Beri penjelasan pada pasien dan petugas mencuci tangan
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital ( Tekanan Darah, Nadi, Suhu, Respirasi)
3. Pemeriksaan payudara, periksa ASI
4. Pemeriksaan abdomen ( TFU, Kontraksi)
5. Pemeriksaan ekstremitas ( edema, varises, dll)
6. Pemeriksaan perkemihan
7. Pemeriksaan genetalia
8. Setelah selesai pasien dirapihkan keposisinya semula dan diatur kembali
SATUAN ACARA PENYULUHAN
NUTRISI IBU NIFAS

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan


Nifas Sub Pokok Bahasan : Nutrisi Masa
Nifas Sasaran : Ny. N
Tempat : RSUD Sayang Cianjur
Hari/Tanggal : Selasa /13 Februari
2018 Penyuluh : Rika Mustika
A. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan pembelajaran, ibu nifas dapat memahami dan mulai
mengonsumsi nutrisi yang baik untuk ibu nifas.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah diberikan pembelajaran kebutuhan nutrisi, diharapkan ibu dapat:
a. Mengetahui arti dari nutrisi masa nifas
b. Mengetahui manfaat dari nutrisi masa nifas
c. Mengetahui jenis makanan yang baik untuk ibu nifas
B. Metode Penyampaian
1. Ceramah
2. Tanya jawab
C. Media
Leaflet
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan
NO Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Ibu
1. Pembukaan a. Salam pembuka Menjawab salam
(3 menit) b. Memberikan kesempatan kepada ibu
untuk menjelaskan yang telah ibu
ketahui
2. Inti a. Menyampaikan materi tentang Mendengarkan dan
(15 menit) pengertian nutrisi masa nifas memperhatikan
b. Menjelaskan tentang manfaat dari
nutrisi masa nifas
c. Menjelaskan jenis makanan yang
baik untuk masa nifas
d. Emberikan menu yang baik untuk
ibu nifas
3. Penutup a. Mempersilahkan ibu untuk bertanya Ibu bertanya
(5 menit) bila ada yang belum dipahami Menjawab salam
b. Menyimpulkan hasil penyuluhan
c. Menutup dengan mengucap salam

F. Evaluasi
Dengan memberikan pertanyaan:
1. Jelaskan pengertian nutrisi masa nifas
2. Apa saja manfaat nutrisi masa nifas ?
3. Apa saja jenis makanan yang baik untuk masa nifas ?
MATERI
NUTRISI MASA NIFAS

A. Definisi Gizi Ibu Nifas


Secara etimologi, kata “gizi” berasal dari bahasa Arab “ghidza”, yang
berarti “makanan”. Gizi adalah zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh
untuk pertumbuhan dan perkembangan. Masa nifas adalah masa setelah
keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati,2010).
Masa nifas atau masa menyususi adalah masa yang sangat penting, karena
setelah ibu melahirkan akan memerlukan waktu untuk memulihkan kembali
kondisinya dan memepersiapkan ASI sebagai makanan pokok untuk bayinya.
Gizi ibu nifas adalah makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan
oleh tubuh selama masa nifas.
B. Fungsi Gizi Ibu Nifas
Zat gizi ibu menyusui secara umum lebih tinggi daripada ibu hamil, karena
diperlukan untuk:
1. Mempertahankan kesehatan ibu.
2. Pemulihan kesehatan ibu.
3. Proses produksi ASI yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan.
4. Sumber tenaga untuk beraktivitas selama pengasuhan bayi.
5. Mengganti jaringan yang rusak.
C. Bahan Makanan yang Dianjurkan Pada Ibu Nifas
1. Sumber kalori: beras, roti, kentang, bihun dan sebagainya.
2. Sumber protein: susu,telur,daging atau hati dan sebagainya.
3. Sumber vitamin dan mineral: sayuran yang berwarna hijau atau kuning,
buah-buahan yang dagingnya berwarna merah atau kuning.
4. Banyak minum terutama sari buah atau air perebus sayuran 4-6 gelas
sehari, bubur kacang hijau dan susu.
5. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari.
D. Bahan Makanan yang Dibatasi pada Ibu Nifas
1. Kopi.
Karena kopi mengandung kafein. Kafein pada ibu menyususi tidak akan
terbuang secara sempurna, melainkan sebagiannya akan tersisa pada ASI
yang akan ditelan oleh bayi. Akibatnya bayi alan menjadi rewel dan sulit
tidur, dikarenakan bayi belum dapat mengeluarkan kafein secara sempurna
seperti orang dewasa.
2. Makanan yang Pedas.
Hal ini dikarenakan kandungan rasa pedas yang ada didalam makanan
akan terkonsumsi oleh bayi melalui ASI, yang akan menyebabkan perut
bayi menjadi panas (iritas) bahkan dapat menyebabkan bayi diare.
3. Bahan makanan yang dapat menimbulkan kembung misalnya: ubi,
singkong, kol, sawi, dan sebagainya.
4. Lemak Jenuh
Lemak jenuh harus dihindari karena terbukti dapat menghambat omega 3
yang dangat dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi. Salah satu
makanan yang menganduklemak jenuh adalah gorengan.
5. Alkohol
Alkohol akan terbawa ke dalam ASI dan akan membuat bayi menjadi
pusing,lemah,sulit bangun dan juga produksi ASI akan berkurang.

E. Bahan Makanan yang Dibutuhkan pada Ibu Nifas

Bahan Makanan Berat (gr) Ukuran Rumah


Tangga
Beras 500 2,5 gelas
Nasi 200 5 ¼ gelas
Daging 75 3 potong
Tempe 125 5 potong
Sayuran 300 3 gelas
Buah Pepaya 200 1 potong
Susu 200 1 gelas
Gula Pasir 30 3 sendok makan
Minyak 40 4 sendok makan

Catatan:

1. 1 gelas isinya 200 ml air


2. 1 potong daging, ukuran 6 X 5 X 2 cm
3. 1 potong tempe, ukuran 4 X 6 X 1 cm
4. 1 potong pepaya, ukuran 5 X 15 cm

F. Contoh Menu Makanan Ibu Nifas Dalam 1 Hari


Pagi : Nasi, tempe goreng, telur, tumis kacang panjang dan wortel, susu.
Snack untuk pukul 10:00 WIB : 1 potong pepaya dan 1 cangkir teh manis
Siang : Nasi, semur daging,tahu goreng, sayur bayam, semangka,
Malam : Nasi, pepes ikan, perkedel, cah kangkung.
Lampiran 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Perawatan Postnatal


Sub Pokok Bahasan : Perawatan Payudara Postnatal (Breast care)
Hari/ Tanggal : Rabu 14 Februari 2018
Waktu : 13.00 WIB
Penyuluh : Rika Mustika
Sasaran : Ny. N
Tempat : RSUD Sayang Cianjur

A. Tujuan Intruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan tentang cara perawatan payudara postnatal,
diharapkan ibu mampu memahami dan selanjutnya dapat melaksanakan
perawatan payudara dengan benar secara mandiri.

B. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan tentang perawatan payudara postnatal
diharapkan peserta penyuluhan mampu:
1. Menjelaskan tujuan perawatan payudara post natal
2. Menjelaskan cara perawatan payudara post natal
3. Melakukan perawatan payudara post natal

C. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya jawab
D. Media dan Alat
Leaflet

E. Kegiatan Penyuluhan
Tahap/ Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
No
Waktu
1 Pembukaan a. Memberi salam pembuka a. Menjawab salam
(2 menit) b. Memberi kesempatan kepada ibu untuk b. Menjelaskan
menjelaskan yang telah diketahui oleh ibu yang ibu ketahui
2 Isi a. Menjelaskan tentang pengertian perawatan
(6 menit) payudara.
b. Menjelaskan tentang tujuan perawatan a. Mendengarkan
payudara. b. Demonstrasi
c. Menjelaskan tentang prinsip perawatan langsung pada
payudara. ibu
d. Memberitahu alat yang harus diperlukan
untuk perawatan payudara.
e. Menjelaskan cara dalam perawatan
payudara
f. Melakukan perawatan payudara/ breastcare
pada bendungan ASI
3 Penutup a. Melakukan evaluasi a. Menjawab
(3 menit) b. Merangkum hasil penyuluhan b. Mendengar
c. Salam penutup c. Menjawab
salam
F. Evaluasi
1. Ibu dapat menyebutkan 3 dari 5 tujuan perawatan payudara post natal.
2. Ibu dapat menyebutkan alat-alat apa saja yang dapat digunakan untuk
perawatan payudara post natal
3. Ibu menjelaskan kembali tentang cara perawatan payudara post natal dan
melakukan demonstrasi

G. Materi
Terlampir

H. Daftar Pustaka
Siti Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. 2010. Jakarta: Depkes
MATERI PENYULUHAN
BREAST CARE POSTNATAL
(PERAWATAN PAYUDARA SETELAH MELAHIRKAN)

A. PENGERTIAN
Breast Care (Perawatan Payudara) adalah pemeliharaan payudara
sehingga produksi ASI lancer dan menghindari kesulitan dalam menyusui.
Breast Care juga merupakan penanganan dari masalah payudara bengkak.
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui dengan
adekuat diantaranya dapat diakibatkan karena putting susu ibu yang
tenggelam yang membuat bayi sulit untuk menyusu, sehingga sisa ASI
terkumpul pada duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
Pembengkakan payudara ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat
sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan
mengakibatkan meningkatnya tekanan intrakaudal, yang akan memengaruhi
segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat.
Akibatnya, payudara sering terasa penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian
diikuti oleh penurunan produksi ASI dan penurunan let down. Penggunaan
bra yang ketat juga dapat menyebabkan segmental engorgement, demikian
pula putting yang tidak bersih dapat menyebabkaan sumbatan pada duktus.
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui
oleh bayi, karena talang payudara lebih menonjol, putting lebih datar dan sulit
diisap oleh bayi, kulit pada payudara Nampak lebih mengkilap, ibu merasa
demam, dan payudara terasa nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada
bayi, ASI harus diperas dengan tangan atau pompa terlebih dahulu agar
payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusu.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada payudara bengkak adalah
sebagai berikut:
1. Massase payudara (Breast Care) dan ASI diperas dengan tangan
atau pompa sebelum menyusui
2. Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan
mengurangi rasa nyeri. Bisa dilakukan selang-seling dengan
kompres panas untuk melancarkan pembuluh darah.
3. Menyusui lebih serinng dan lebih lama pada payudara yang
terkena untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan
payudara.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
pembengkakan pada payudara adalah sebagai berikut:
1. Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir
2. Susukan bayi tanpa jadwal
3. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI
melebihi kebutuhan bayi.
4. Melakukan perawatan pascapersalinan secara teratur.

B. TUJUAN PERAWATAN PAYUDARA


Tujuan perawatan payudara post natal adalah:
1. Memelihara kebersihan payudara
2. Melenturkan dan menguatkan putting susu
3. Mengeluarkan putting susu yang masuk kedalam/ datar
4. Memperlancar produksi ASI
5. Agar disaat menyusui, ASI dapat keluar dengan lancer dan menghindari
kesulitan dalam menyusui

C. PRINSIP PERAWATAN PAYUDARA


Agar tujuan perawatan payudara ini dapat tercapai, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Dilakukan secara sistematis/ teratur
2. Menjaga kebersihan sehari-hari
3. Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk mencukupi
produksi ASI
4. Ibu harus percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya
5. Ibu harus merasa nyaman dan santai, memakai BH yang menopang
payudara
6. Hindari rasa cemas dan stress, karena akan menghambat reflex oksitosin.

D. ALAT YANG HARUS DISIAPKAN


1. 2 buah Waskom, berisi air hangat dan air dingin
2. 2 buah waslap
3. Kapas bersih dalam tempatnya
4. Minyak kelapa/ baby oil
5. Handuk bersih 2 buah

E. CARA PERAWATAN PAYUDARA POSTNATAL


a) Penanganan Breast Care pada Bendungan ASI
1. Mencuci tangan
2. Lakukan pijat oksitosin
Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
menggunakan ibu jari dengan teknik gerakan memutar searah dengan
teknik gerakan memutar searah jarum jam kurang lebih selama 3 menit.

3. Mengompres kedua putting susu dan areola mamae dengan


menggunakan kapas yang telah diolesi minyak kelapa/ baby oil selama
2 -5 menit.
4. Membersihkan putting susu dan areola mamae dengan kapas.
5. Tuangkan minyak ke dua belah telapak tangan secukupnya.
Pengurutan dimulai dengan ujung jari.
6. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil
dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara
dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah putting susu.
7. Selanjutnya buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal
payudara dan berakhir pada putting susu di seluruh bagian payudara.
Lakukan gerakan seperti memutar pada payudara kanan.
8. Gerakan selanjutnya letakkan kedua telapak tangan di antara dua
payudara. Urutlah dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua
payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini
kurang lebih 30 kali
9. Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut
payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara ke arah
putting susu. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.
10. Setelah pemijatan, lakukan pengompresan menggunakan waslap,
kompres payudara bergantisan dengan air hangat dan air dingin
masing-masing selama 1 menit sampai 3 kali berturut-turut dan akhiri
dengan kompres air hangat.
11. Bersihkan dengan handuk kering.
12. Menganjurkan ibu menyusui bayi.
13. Mencuci tangan
b) Cara Mengeluarkan ASI
Pijat/ urut payudara dari pangkal ke arah putting susu untuk mengeluarkan
ASI, bukan hanya memencet putting susunya saja karena menyebabkan
iritasi dan ASI tidak dapat keluar dengan lancar.
c) Jika putting susu masuk ke dalam (tenggelam), cara perawatannya:
1. Letakkan kedua tangan diatas dan dibawah putting
2. Regangkan daerah areola dengan menggerakan kedua jari keatas dan
kebawah sebanyak 20 kali.
3. Lakukan kedua jari di samping kiri dan kanan putting
4. Regangkan daerah areola dengan menggerakan kedua jari kerah kiri
dan kanan sebanyak 20 kali
5. ATAU bisa juga dengan menggunakan spuit 10-30 ml yang dipotong
ujungnya sehingga pendorong spuit bisa dimasukkan dari ujung
tersebut. Ujung sisi yang tidak dipotong dapat diletakkan ke areola ibu
dan pendorong spuit ditarik untuk merangsang penonjolan putting
sebelum menyusui. (Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal
Esensial)
6. Seiring dengan pertumbuhan bayi, mulut bayi menjadi lebih besar dan
keterampilannya untuk menyusup pun meningkat.
7. Hindari penggunaan botol susu dan dot/ kempeng karena hanya akan
menghalangi bayi untuk mampu menyusu.
8. Lakukan secara teratur sehingga putting susu menonjol
d) Penanganan jika putting susu lecet menurut buku saku Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial:
1. Ibu dapat terus memberikan ASI pada keadaan luka tidak begitu sakit.
2. Perbaiki posisi dan perlekatan. Olesi putting susu dengan ASI. Mulai
menyusui dari putting susu yang tidak lecet.
3. Putting susu dapat diistirahatkan sementara wakt, kurang lebih 1 x 24
jam jika putting susu lecet sangat bera. Selama putting diistirahatkan,
sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, tidak dianjurkan
dengan alat pompa karena nyeri.
4. Berikan paracetamol 1 tablet tiap 4-6 jam untuk menghilangkan nyeri.
Gunakan BH yang menyokong payudara.
5. Jika ada luka/ bercak putih pada putting susu, segera hubungi bidan.
Lampiran
7
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERSONAL HYGIENE PADA IBU NIFAS

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan pada Masa


Nifas Sub Pokok Bahasan : Personal Hygiene pada
Masa Nifas Hari/Tanggal : Selasa, 13 Februari 2018
Sasaran/Jumlah : Ny. N
Tempat : RSUD Sayang Cainjur
Penyuluh : Rika Mustika

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah memperoleh penyuluhan, diharapkan ibu nifas dapat memahami
tentang kebersihan dan perawatan diri pada ibu nifas, sehingga dapat
mempersiapkan diri dengan baik.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang perawatan diri (personal hygiene)
pada ibu nifas, diharapkan ibu-ibu dapat :
a. Menjelaskan perawatan diri pada masa nifas.
b. Menjelaskan manfaat perawatan diri pada masa nifas.
c. Menjelaskan teknik perawatan diri sendiri secara mandiri pada masa
nifas.
B. Metode
Diskusi
C. Media
Buku KIA
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan
No Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu
1. Pembukaan/ 1 Menyampaikan tujuan Ibu menyetujui
menit mengenai pendidikan diadakan pendidikan
kesehatan kesehatan
2. Penyampaian Menjelaskan pengertian Mendengarkan dan
Materi/ 5 menit personal hygiene menyimak
Menjelaskan manfaat
perawatan diri pada masa
nifas.
Menjelaskan teknik
perawatan masa nifas
3. Penutup/ 1 Memberi kesempatan Mengajukan
menit kepada ibu untuk pertanyaan
menyebutkan tanda
bahaya nifas

Memberi salam Menjawab salam

F. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud perawatan diri pada masa nifas?
2. Apa tujuan dari perawatan diri pada masa nifas?
G. Referensi
Saleha, Sitti.2009. Asuhan kebidanan pada Masa Nifas.Makasar : Salemba
Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp dan Musrifatul Uliyah,
S.Kp.2004.Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta : EGC
MATERI
PERSONAL HYGIENE PADA IBU NIFAS

A. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah plasenta lahir dan
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu atau
40 hari.
B. Pengertian Perawatan Diri (Personal Hygiene)
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk
kesejahteraan fisik dan psikis.
C. Tujuan melakukan Personal Hygiene
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang
4. Mencegah penyakit
5. Menciptakan keindahan
6. Meningkatkan rasa percaya diri
D. Kebutuhan Personal Hygiene pada
Ibu Kebersihan diri
Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu post partum,
antara lain:
1. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit
pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau debu dapat
mnyebabkan kulit bayi mngalami alergi melalui sentuhan kulit ibu dan
bayi
2. Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu
mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah anus
3. Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali
dalam sehari. Kadang hal ini terlewat untuk disampaikan kepada pasien.
Kadang hal ini terlewat untuk disampaikan kepada pasien. Masih adanya
luka terbuka di dalam rahim dan vagina sebagai satu-satunya port de entre
kuman penyebab infeksi rahim maka ibu harus senantiasa menjaga suasana
keasaman dan kebersihan vagina dengan baik
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia selesai membersihkan
daerah kemaluannya
5. Jika mempunyai luka episiotomi, hindari untuk mnyentuh daerah luka. Ini
yang kadang diperhatikan oleh pasien dan tenaga kesehatan. Karena rasa
ingin tahunya, tidak jarang pasien berusaha menyentuh luka bekas jahitan
di perineum tanpa memerhatikan efek yang dapat ditimbulkan dari
tindakannya ini.

Perawatan perineum :

1. Ganti pembalut wanita yang bersih setiap 4-6 jam. Posisikan pembalut
dengan baik sehingga tidak bergeser
2. Lepaskan pembalut dari arah depan ke belakang untuk menghindari
penyebaran bakteri dari anus ke vagina
3. Alirkan dan bilas dengan air hangat / cairan antiseptic pada area perineum
setelah defekasi. Keringkan dengan kain pembalut atau handuk dengan
cara ditepuk-tepuk, dan dari arah depan ke belakang
4. Jangan dipegang sampai area tersebut pulih
5. Rasa gatal pada area sekitar jahitan adalah normal dan merupakan tanda
penyembuhan. Namun untuk meredakan rasa tidak enak atasi dengan
mandi berendam air hangat
6. Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuuk mengurangi
tekanan pada darah tersebut
Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran darah di
sekitar perineum. Dengan demikian, akan mempercepat penyembuhan dan
memperbaiki fungsi otot-otot. Tidak perlu terkejut bila tidak merasakan apa pun
saat pertama kali berlatih karena area tersebut akan kebal setelah persalinan dan
pulih secara bertahap dalam beberapa minggu.
Lampiran 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TANDA BAHAYA NIFAS

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Nifas


Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Masa Nifas
Sasaran : Ny. N
Tempat : RSUD Sayang Cianjur
Hari/Tanggal : Jumat, 16 Februari 2018
Penyuluh : Rika Mustika
A. Tujuan
1. Tujuan Intrusksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, ibu dapat mengenali dan memahami tanda
bahaya pada masa nifas
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan pembelajaran, diharapkan ibu dapat melakukan :
1. Mengetahui arti dari tanda bahaya masa nifas
2. Mengetahui macam-macam tanda bahaya nifas
3. Mengetahui upaya mencegah dan mengatasi tanda bahaya nifas
B. Metode Penyampaian
Diskusi
C. Media
Leaflet
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan
NO Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Ibu
1. Pembukaan a. Mengucapkan salam Menjawab salam
(3 menit) b. Mempersilahkan ibu menjelaskan
yang ibu ketahui
2. Inti a. Menjelaskan pengertian tanda Mendengarkan dan
(10 menit) bahaya nifas memperhatikan
b. Menjelaskan macam-macam tanda
bahaya nifas
c. Menjelaskan upaya mencegah dan
mengatasi tanda bahaya nifas
3. Penutup a. Mempersilahkan ibu untuk bertanya Bertanya
(3 menit) bila ada yang belum dipahami Menjawab salam
b. Menyimpulkan hasil penyuluhan
c. Menutup dengan mengucapkan
salam

F. Evaluasi
Dengan mengajukan pertanyaan :
1. Jelaskan pengertian tanda bahaya nifas
2. Apa saja macam-macam tanda bahaya nifas ?
3. Apa saja upaya mencegah dan mengatasi tanda bahaya nifas ?
MATERI
TANDA-TANDA BAHAYA NIFAS

A. Pengertian
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alt-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6
minggu. Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian
ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas
terjadipada 24 jam pertama setelah persalinan, di antaranya disebabkan oleh
adanya komplikasi masa nifas. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal
pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat
genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Selama ini perdarahan pasca
persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya
persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol
sebagai penyebab kematian mordibitas ibu.
B. Tanda-tanda bahaya nifas
Tanda-tanda bahaya nifas adalah tanda bahaya yang diperlihatkan oleh ibu
setelah melahirkan, yang dapat menyebabkan komplikasi dan diwajibkan ibu
untuk segera dibawa oleh keluarga atau orang yang mengetahui kejadian itu ke
petugas kesehatan terdekat seperti ke bidan, perawat, dokter, Puskesmas, dan
Rumah Sakit.
Tanda-tanda bahaya ibu nifas yaitu :
1. Perdarahan per vaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan
sebagai peradrahan pascapersalinan.Perdarahan banyak dan terus-menerus
biasanya terjadi dalam minggu kedua sesduah persalinan. Perubahan darah ibu
nifas atau lockhea yaitu :
a. Merah kehitaman ( hari ke 1-3 )
b. Putih kemerahan ( hari ke 3-7 )
c. Kuning kecoklatan ( hari ke 7-14 )
d. Putih ( lebih dari 14 hari )
2. Demam. Suhu meningkat lebih dari 38oC dalam 10 hari pertama setelah
persalinan.
3. Cairan vagina yang berbau busuk.
4. Kelelahan yang berlebih.
5. Nyeri pada payudara, bengkak payudara dan puting susu yang pecah-pecah.
6. Nyeri atau panas ketika buang air kecil atau urin tidak keluar dengan lancar.
7. Sembelit atau hemoroid. Pencegahannya banyak makan buah-buahan yang
banyak mengandung serat seperti pepaya dan minum air yang banyak. Bila
ibu tetap tidak dapat buang air besar selma 3 hari. Maka segera bawa ibu ke
petugas kesehatan terdekat seperti bidan, perawat, dokter, Puskesmas, dan
Rumah Sakit.
8. Sakit kepala terus-menerus.
9. Bengkak pada wajah dan tangan.
10. Nyeri pada abdomen.
11. Produksi ASI kurang karena kesukaran dalam menyusui.
12. Kesedihan.
13. Merasa kurang mampu merawat bayi.
14. Rabun senja
C. Penanganan
1. Jagalah kebersihan alat kelamin.
2. Nutrisi ditingkatkan.
3. Segera rujuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengangan
Lampiran 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : KB Buatan

Sub Pokok Bahasan : Implan

Sasaran : Pasangan Usia Subur

Jumlah Sasaran : Ny. S

Waktu Pelaksanaan : 30 menit

Hari / Tanggal : Jumat 16 februari 2018

Tempat : RSUD Sayang Cianjur

I. TUJUAN
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan proses penyuluhan Kesehatan selama ±30 Menit,
diharapkan ibu-ibu mampu mengerti,memahami dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah mengikuti proses penyuluhan ibu-ibu diharapkan mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian Keluarga Berencana Implan.
2. Menyebutkan tujuan dari Keluarga Berencana Implan.
3. Menyebutkan manfaat dari Keluarga Berencana Implan.
4. Menjelaskan keuntungan dan kekurangan dari KB implan.
5. Menerapkannya kb yang cocok dengan dirinya dalam kehidupan
sehari-hari.

II. ISI MATERI


1. Pengertian Keluarga Berencana Implan
2. Tujuan Keluarga Berencana Implan
3. Manfaat Keluarga Berencana Impalan
4. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi KB Implan
5. Keuntungan dan Kerugian Kelurga Berencana Implan

III. METODE
1. Ceramah

1
2. Diskusi
3. Dan tanya jawab

IV. MEDIA
1. Handout/leafflett

V. KEGIATAN

No Tahap-tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


Waktu
penyuluhan
1 Pembukaan Mengucapkan salam,
5 Menit Memperkenalakan diri, Menjawab salam
Menjelaskan tujuan dan menerima
penyuluhan dengan baik

2 Pelaksanaan Menjelaskan materi Mendengarkan dan


15 Menit penyuluhan secara berurutan: memperhatikan
Pengertian KB Implan dengan baik
Tujuan KB Impalan
Manfaat KB Implan
Mengetahui indikasi dan
kontraindikasi KB Implan
Keuntungan dan
Kekurangan KB Implan

3 Evaluasi Memberikan kesempatan Bertanya, menjawab


5 Menit kepada peserta untuk dan dapat
bertanya, pemateri menyimpulkan
memberikan pertanyaan, materi ayang telah
peserta dapat menyimpulkan di sampaikan
materi yang telah di berikan

4 Penutup Ucapan terimakasih dan Menjawab salam


5 Menit Salam penutup

2
KB (Keluarga Berencana)

1. Pengertian
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan
jarak antara kelahiran anak. Untuk menghindari kehamilan yang
bersifat sementara digunakan kontrasepsi sedangkan untuk
menghindari kehamilan yang sifatnya menetap bisa dilakukan
sterilisasi. KB ada dua macam yaitu KB Alami dan KB Buatan.

Kb implan adalah alat kontrasepsi yang di simpan di bawag kulit


lengan kiri bagian atas.

2. Tujuan
Tujuan umum
a. Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi
suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar
bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian
kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia.

Tujuan khusus
a. Pengaturan kelahiran
b. Pendewasaan usia perkawinan
c. Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga
d. Mencegah kehamilan karena alasan pribadi
e. Menjarangkan kehamilan
f. Membatasi jumlah anak

3. Manfaat
Manfaat KB Bagi Ibu
a. Perbaikan kesehatan
b. Peningkatan kesehatan
c. Waktu yang cukup untuk mengasuh anak
d. Waktu yang cukup untuk istirahat
e. Menikmati waktu luang

3
f. Dapat melakukan kegiatan lain

Manfaat KB Bagi Anak


a. Dapat tumbuh dengan wajar dan sehat
b. Memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup
c. Perencanaan kesempatan pendidikan lebih baik

Manfaat KB Bagi Keluarga


a. Meningkatkan kesejahteraan keluarga
b. Harmonisasi keluarga lebih terjaga

4. Indikasi dan kontraindikasi

indikasi

Pemasangan implant dapat dilakukan pada :

a. Perempuan yang telah memilih anak ataupun yang belum.


b. Perempuan pada usia reproduksi (20 – 30 tahun).
c. Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki
efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka
panjang.
d. Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
e. Perempuan pasca persalinan.
f. Perempuan pasca keguguran.
g. Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, menolak sterilisasi.
h. Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.

Kontraindikasi
a. Hamil atau di duga hamil
b. Riwayat kangker payudara
c. Diabetes militus
d. Penderita penyakit hati
e. Kelainan jiwa (psikis, neurosis)
f. Kelainan kardiovaskuler

5. Keuntungan dan Kerugian


Keuntungan kontrasepsi Susuk/Implan yaitu :
a. Daya guna tinggi

4
b. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
c. Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
e. Tidak mengganggu kegiatan senggama.
f. Tidak mengganggu ASI.
g. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
h. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

Kerugian kontrasepsi Susuk/Implan yaitu:


a. Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat
menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur.
b. Berat badan bertambah.
c. Menimbulkan akne, ketegangan payudara.
d. Liang senggama terasa kering.

VI. KESIMPULAN
Kb adalah usaha untuk mengontrol jumlah atau jarak antara
kelahiran anak. Kb implan adalah alat kontasepsi yang di pasang di bawah
kulit lengan kiri bagian atas. Bertujuan untuk mengatur kelahiran,
membatasi jumlah anak, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

VII. SARAN
Setelah melakukan penyuluhan ibu-ibu diharapkan mampu
menerapkan dan memilih alat kontrasepsi yang baik bagi ibu.

VIII. EVALUASI

Dengan melakukan tanya jawab kepada peserta kemudian yang


bisa yang menjawab akan di berikan riward.

5
Daftar Pustaka

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &Kelurga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

http:/Academia edu.com/- kb

6
Lampiran 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Kebutuhan Ibu Nifas


Sub Pokok Bahasan : Senam Nifas
Hari/ Tanggal : Jumat, 16 Februari 2018
Waktu : 08.00 (15 menit)
Penyuluh : Rika Mustika
Sasaran : Ny. N
Tempat : RSUD Sayang Cianjur

A. Tujuan Intruksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan selama 20 menit mengenai senam nifas,
peserta penyuluhan mampu mengerti dan melakukan senam nifas.

B. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan ibu mampu:
1. Menjelaskan pengertian senam nifas
2. Menjelaskan tujuan senam nifas
3. Menjelaskan manfaat senam nifas
4. Menjelaskan kapan senam nifas dilakukan
5. Melakukan langkah-langkah ssenam nifas

C. Metode
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Demonstrasi
3. Evaluasi

D. Media dan Alat


1. Kasur atau matras
2. Bantal
E. Kegiatan Penyuluhan
Tahap/
No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Waktu
a. Memberi salam pembuka a. Menjawab salam
Pembukaan b. Memberi kesempatan kepada ibu b. Menjelaskan
1
(2 menit) untuk menjelaskan yang telah yang ibu ketahui
diketahui oleh ibu
a. Menjelaskan pengertian senam
nifas
b. Menjelaskan tujuan senam nifas
Inti c. Menjelaskan manfaat senam nifas Mendengarkan dan
2
(10 menit) d. Menjelaskan kapan senam nifas memperhatikan
dilakukan
e. Menjelaskan dan mempraktekan
langkah-langkah senam nifas
a. Melakukan evaluasi a. Menjawab
Penutup b. Merangkum hasil penyuluhan b. Mendengar
3
(3 menit) c. Salam penutup c. Menjawab
salam

F. Evaluasi
1. Jelaskan tujuan senam nifas?
2. Lakukan langkah-langkah senam nifas?

G. Materi
Terlampir

H. Daftar Pustaka
Suherni dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Siti Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
MATERI PENYULUHAN
SENAM NIFAS

A. Pengertian
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejal hari pertama
melahirkan, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk
mempercepat pemulihan keadaan ibu.

B. Tujuan
Tujuan dilakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan adalah :
1. Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu.
2. Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat-alat kandungan.
3. Membantu memulihkan kekuatan dan kelancaran otot-otot panggul,
perut dan perineum terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan.
4. Memperlancar pengeluaran lochea.
5. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan.
6. Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan
persalinan.
7. Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya
emboli, thrombosis dan lain-lain.

C. Manfaat senam nifas


1. Membantu memperbaiki sirkulasi darah.
2. Memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan.
3. Memperbaiki otot tonus, pelvis dan peregangan otot abdomen, juga
memperkuat otot panggul.
4. Membantu ibu untuk lebih relaks dan segar pasca melahirkan.
D. Kapan senam nifas dilakukan?
Senam nifas ini dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak
ada komplikasi obstetric atau penyakit masa nifas, misalnya pada ibu
dengan hipertensi, pasca kejang, demam selama/ setelah melahirkan. Namun
tidak menutup kemungkinan ibu melakukan sendiri gerakan senam nifas di
rumah setelah kondisi ibu pulih.

E. Langkah – langkah senam nifas


1) Hari Pertama Setelah Melahirkan

Posisi tubuh terlentang dan


rileks, kemudian lakukan pernafasan
perut diawali dengan mengambil
nafas melalui lubang hidung,
kembungkan perut dan tahan hingga
hitungan ke-5 lalu keluarkan nafas
pelan-pelan melalui mulut sambil mengkontraksikan otot perut. Ulangi
gerakan sebanyak 8 kali

2) Hari Kedua Setelah Melahirkan

Sikap tubuh terlentang dengan


kedua kaki lurus ke depan. Angkat
kedua tangan lurus ke atas sampai
kedua telapak tangan bertemu,
kemudian turunkan perlahan
sampai kedua tangan terbuka lebar
hingga sejajar dengan bahu. Lakukan gerakan dengan mantap hingga
terasa otot sekitar tangan dan bahu terasa kencang. Ulangi gerakan
sebanyak 8 kali.
3) Hari Ketiga Setelah Melahirkan

Berbaring relaks dengan


posisi tangan di samping badan
dan lutut di tekuk. Angkat
pantat perlahan kemudian
turunkan kembali. Ingat jangan
menghentak ketika
menurunkan pantat. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.

4) Hari Keempat Setelah Melahirkan

Posisi tubuh berbaring


dengan posisi tangan di
samping badan, tangan kanan
di atas perut, dan lutut ditekuk.
Angkat kepala sampai dagu
menyentuh dada sambil
mengerutkan otot perut. Kepala turun pelan-pelan ke posisi semula
sambil mengendurkan otot sekitar anus dan merelaksasikan otot perut.
Jangan lupa untuk mengatur pernafasan. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.

5) Hari Kelima Setelah Melahirkan

Tubuh tidur terlentang,


kaki lurus, bersama-sama
dengan mengangkat kepala
sampai dagu dan menyentuh
dada, tangan kanan
menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya. Kerutkan otot
sekitar anus dan kontraksikan perut ketika mengangkat kepala. Lakukan
perlahan dan atur pernafasan saat melakukan gerakan. Ulangi gerakan
sebanyak 8 kali.

6) Hari Keenam Setelah Melahirkan

Posisi tidur terlentang, kaki lurus,


dan kedua tangan di samping bidan,
kemudian lutut ditekuk kea rah perut
90 derajat secara bergantian antara
kaki kiri dan kaki kanan. Jangan
menghentak ketika menurunkan kaki,
lakukan perlahan namun bertenaga.
Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.

Gerakan-gerakan senam ini tidak perlu dilakukan apabila ibu


sudah kelelahan dan bisa dilakukan lagi apabila ibu sudah tidak lelah
dan mampu melakukan senam. Gerakan senam hari ke-1 sampai ke-6
dapat diulangi lagi sesudah lebih dari hari ke-6 sampai masa nifas
berakhir yaitu setelah 40 hari.

Anda mungkin juga menyukai