Anda di halaman 1dari 177

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. S G1P00000 MASA KEHAMILAN TRIMESTER III,


PERSALINAN, NIFAS, NEONATUS, DAN KELUARGA
BERENCANA PASCASALIN
DI PMB NY. S, SELOTINATAH, MAGETAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh:
SISCA MARTHIN CHASANAH
NIM: P27824219042

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D.III KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
TAHUN 2022
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. S G1P00000 MASA KEHAMILAN TRIMESTER III,
PERSALINAN, NIFAS, NEONATUS, DAN KELUARGA
BERENCANA PASCASALIN
DI PMB NY. S, SELOTINATAH, MAGETAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya


Kebidanan pada Program Studi D.III Kebidanan Kampus Magetan
Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

Disusun Oleh:
SISCA MARTHIN CHASANAH
NIM: P27824219042

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D.III KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
TAHUN 2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR INI TELAH DISETUJUI


UNTUK DIPERTAHANKAN
PADA UJIAN SIDANG LAPORAN TUGAS AKHIR
TANGGAL : 07 JUNI 2022

Oleh:

Pembimbing I

AYESHA HENDRIANA N, S.ST,M.Keb


NIP. 198409282008122003

Pembimbing II

TETA PUJI RAHAYU, SST., M.Keb


NIP. 198002222005012009

iii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR INI TELAH DIPERTAHANKAN


DI DEPAN TIM PENGUJI UJIAN LAPORAN TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PADA TANGGAL : 07 JUNI 2022

MENGESAHKAN

TIM PENGUJI

TANDA TANGAN

Ketua : Triana Septianti S. M.Keb ...........................

Anggota II : Ayesha Hendriana N., S.ST.,M.Keb ..........................

Anggota III : Teta Puji Rahayu, SST., M.Keb ..........................

Mengetahui,

Ketua Program Studi D III Kebidanan Magetan

TETA PUJI RAHAYU, SST.,M.Keb


NIP. 19800222 200501 2 009

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmatNya

sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan

Kebidanan Pada Ny. S G1P00000 Masa Kehamilan Trimester III, Persalinan,

Nifas, Neonatus Dan Keluarga Berencana Pascasalin di PMB Ny. S,

Selotinatah, Magetan”, sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli

Madya Kebidanan pada Program Studi DIII Kebidanan pada Program Studi

Kebidanan Kampus Magetan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Surabaya Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,

karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih

kepada :

1. Bapak drg.Bambang Hadi Sugito, M.Kes., selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Surabaya, yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan

Tugas Akhir ini.

2. Ibu Astuti Setiyani, S.ST., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Surabaya yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan

Tugas Akhir ini.

3. Ibu Teta Puji Rahayu, SST., M.Keb., selaku Ketua Program Studi dan

pembimbing II yang telah memberikan bimbingan sehingga Laporan Tugas

Akhir ini terselesaikan.

v
4. Ibu Ayesha Hendriana Ngestiningrum, S.ST., M.Keb selaku pembimbing I

yang telah memberikan bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat

terselesaikan

5. Ibu Santi Purwatiningsih, SST, selaku pembimbing lapangan yang telah

memberikan bimbingan selama proses asuhan di lapangan.

6. Bapak/Ibu dosen yang telah membimbing banyak ilmu dalam Laporan Tugas

Akhir ini selesai pada waktunya.

7. Rekan seangkatan dan pihak pihak yang terkait dan banyak membantu dalam

pembuatan Laporan Tugas Akhir ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala

amal baik yang telah diberikan dan semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi

semua pihak yang memanfaatkan.

Magetan, 07 Juni 2022

Penulis

vi
SINOPSIS

Kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan proses fisiologi dalam siklus


kehidupan reproduksi perempuan. Proses reproduksi ini tidak dapat dipisah satu
dengan lainnya, namun sebesar 10-20% kehamilan dapat disertai dengan penyulit
yang akan menjadi patologis. Keadaan patologis ini akan memberikan dampak
gangguan kebutuhan dasar manusia dan gangguan sel/jaringan. Dalam upaya
pencegahan komplikasi perlu dilakukan asuhan secara tepat agar tidak terjadi
kondisi patologis. Asuhan kebidanan yang berkualitas secara continuity of care
bertujuan agar masa kehamilan, bersalin, nifas, neonatus, dan keluarga berencana
pascasalin berjalan normal.
Pemberian asuhan kebidanan pada Ny.”S” usia 18 tahun, mulai dilakukan pada
tanggal 22 Februari sampai dengan 11 April 2022. Kehamilan Ny.”S” termasuk
Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan KEK. Saat kehamilan TM III ibu
mengeluh sering kencing dan nyeri perut bagian bawah yang masih tergolong
fisiologis, selama kehamilan ibu rutin melakukan ANC. Proses persalinan pada
Ny.”S” pada usia kehamilan 38-39 minggu persalinan normal ditolong bidan. Bayi
lahir spontan belakang kepala menangis keras gerak aktif, jenis kelamin
perempuan, dilakukan IMD ±1 jam berhasil. Plasenta lahir spontan dan lengkap,
perdarahan normal. Masa nifas dilakukan kunjungan 4 kali, laktasi, involusi, lochea
normal, psikologis ibu baik. Kunjungan neonatus dilakukan 3 kali neonatus normal.
Berat badan bayi mengalami kenaikan 800 gram selama 1 bulan dan pertumbuhan
dan perkambangan bayi normal. Selama asuhan ibu dan bayi tidak terpapar covid-
19. Ibu memutuskan untuk menjarangkan kehamilan dengan memilih KB suntik
progestin dan saat nifas hari ke 42 ibu telah menggunakan KB suntik progestin.
Berdasarkan hasil asuhan kebidanan yang telah dilakukan continuity of care
disimpulkan hasil kehamilan ibu dengan KEK berjalan normal dengan keluhan
sering buang air kecil dan nyeri perut bagian bawah hal tersebut masih termasuk
fisiologis. Proses persalinan berjalan normal tidak terjadi perdarahan, BB lahir 3300
gram, penyembuhan luka normal, masa nifas berjalan normal dengan keluhan nyeri
pada perut 6 jam postpartum, neonatus normal dan ibu peserta KB suntik progestin.
Hasil asuhan kebidanan secara continuity of care yang dilakukan sejak masa
kehamilan sampai KB berjalan normal.

vii
DAFTAR ISI

Halaman:
HALAMAN JUDUL .......................................... ........................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................... ......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................ ......................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................ .......................................... v
SINOPSIS ........................................................... ......................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................... ........................................ vii
DAFTAR TABEL .............................................. ....................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................... .......................................... x
DAFTAR SINGKATAN .................................... ......................................... ix
BAB 1 PENDAHUALUAN
1.1 Latar Belakang ............................................... .......................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................... .......................................... 4
1.3 Tujuan penyusunan Proposal LTA ................ .......................................... 5
1.4 Sasaran, Tempat dan Waktu Asuhan Kebidanan ...................................... 5
1.5 Manfaat .......................................................... .......................................... 5
1.6 Keaslian Laporasan Kasus ............................. .......................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Asuhan Kebidanan Kehamilan ......... .......................................... 9
2.2 Asuhan Kebidanan Persalinan ....................... ........................................ 35
2.3 Konsep Asuhan Kebidanan Nifas Menyusui . ........................................ 49
2.4 Konsep Kebidanan Neonatus ......................... ........................................ 60
2.5 Konsep Kebidanan Keluarga Berencana ........ ........................................ 75
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan ..................... ........................................ 84
3.2 Asuhan Kebidanan Persalinan ...................... ........................................ 93
3.3 Asuhan Kebidanan Nifas .............................. ...................................... 101
3.4 Asuhan Kebidanan Neonatus ........................ ...................................... 111
3.5 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana....... ...................................... 121

viii
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan ..................... ...................................... 125
4.2 Asuhan Kebidanan Persalinan ...................... ...................................... 127
4.3 Asuhan Kebidanan Nifas .............................. ...................................... 131
4.4 Asuhan Kebidanan Neonatus ........................ ...................................... 134
4.5 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana....... ...................................... 136
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ....................................................... ...................................... 138
5.2 Saran ............................................................. ...................................... 138
DAFTAT PUSTAKA ......................................... ...................................... 140
LAMPIRAN ........................................................ ...................................... 144

ix
DAFTAR TABEL

Halaman :

Tabel 1.1 Keaslian Laporan Tugas Akhir ........................................................... 7


Tabel 2.1 Skrining Status Imunisasi Tetanus Toxoid .......................................... 13
Tabel 2.2 Tabel Rekomendasi Kenaikan Berat Badan........................................ 19
Tabel 2.3 Derajad Hemoroid .............................................................................. 21
Tabel 2.4 Derajad Edema .................................................................................... 21
Tabel 2.5 Tinggi Fundus Menurut Usia Kehamilan TM III................................ 22
Tabel 2.6 TBJ Menurut Usia Kehamilan ............................................................ 23
Tabel 2.7 Jenis Pemeriksaan Pelayanaan Antenatal Terpadu ............................. 26
Tabel 2.8 Perubahan Abdomen dan Genetalia .................................................... 39
Tabel 2.9 Derajad Luka Perineum ...................................................................... 40
Tabel 2.10 Penurunan Kepala Janin Menurut Sistem Perlimaan ........................ 40
Tabel 2.11 Pemeriksaan Dalam .......................................................................... 41
Tabel 2.12 Penurunan Kepala Janin Berdasarkan Bidang Hodge....................... 42
Tabel 2.13 Tahapan Psikologis Ibu Nifas ........................................................... 52
Tabel 2.14 Perubahan Payudara dan ASI............................................................ 53
Tabel 2.15 Proses Involusi Uteri ......................................................................... 53
Tabel 2.16 Pengeluaran Lochea Berdasarkan Waktu dan Warna ....................... 54
Tabel 2.17 Proses Penyembuhan Luka ............................................................... 54
Tabel 2.18 Kebutuhan ASI pada Neonatus ......................................................... 59
Tabel 2.19 Berat Badan Normal.......................................................................... 62
Tabel 2.20 Reflek pada Bayi Normal .................................................................. 64

x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman :
Lampiran 1 Surat Pernyataan .............................................................................. 144
Lampiran 2 Riwayat Hidup ................................................................................. 145
Lampiran 3 Lembar Permohonan........................................................................ 146
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Informed Consent ........................................... 147
Lampiran 5 Tabel Bantu Skrining Status TT WUS Jawa Timur ........................ 148
Lampiran 6 Skrining Dini Kartu Skor Poedji Rochajati ..................................... 150
Lampiran 7 Tabel Skrining Pre Eklamsia ........................................................... 151
Lampiran 8 Tabel Skrining Risiko Perdarahan ................................................... 152
Lampiran 9 Lembar Observasi ............................................................................ 153
Lampiran 10 Lembar Partograf ........................................................................... 154
Lampiran 11 Tabel KMS Anak Perempuan ........................................................ 156
Lampiran 12 Grafik Lingkar Kepala Anak Perempuan ...................................... 157
Lampiran 13 Grafik PB/TB Menurut Umur Anak Perempuan ........................... 158
Lampiran 14 Grafik BB Perempuan Menurut PB/TB .............................................159
Lampiran 15 Lembar Pelayanan Imunisasi ......................................................... 160
Lampiran 16 Denver ........................................................................................... 161
Lampiran 17 Kartu Status Peserta KB ................................................................ 163
Lampiran 18 Lembar Informed Consent ............................................................. 164
Lampiran 19 Kartu Peserta KB ........................................................................... 165

xi
DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome


AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
ANC : Antenal care
APD : Alat Pelindung diri
ASI : Air susu ibu
BAB : Buang air besar
BAK : Buang air kecil
BB : Berat badan
BBL : Bayi baru lahir
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BCG : Bacillus Calmette Guerin
CHBPK : Cortonen, his, bandl ring, penurunan kepala, ketuban
CPD : Cephalopelvic Disproportion
DDR : Derajat diastasis rekti
DDTK : Deteksi Dini Tumbuh Kembang
DJJ : Denyut Jantung Janin
DMPA : Depot-Medroksiprogesteron Aset
DPT-HB-Hib : Difteri, Pertusis, Tetatus, Hepatitis B, Pheumonia
DTT : Desinfeksi Tingkat Tinggi
GPAPIAH : Gravida, Persalinan, Aterm, Prematur, Imatur, Abortus, Hidup
Hb : Hemoglobin
HbSAg : Hepatitis B Surface Antigen
HIV : Human Immunodeficiency Virus
HPL : Hari Perkiraan Lahir
IM : Intra Muskuler
IMD : Inisiasi menyusu dini
IMT : Indeks massa tubuh
ISK : Infeksi Saluran Kencing
IUD : IntraUterin Device
KB : Keluarga Berencana
KBA : Keluarga Berencana Alamiah
KEK : Kekurangan energi kronis
KEPMENKES: Keputusan Menteri Kesehatan
KMS : Kartu Menuju Sehat
KN : Kunjungan Neonatus
KPD : Ketuban pecah dini
KRR : Kehamilan Risiko Rendah
KRT : Kehamilan Risiko Tinggi
KRST : Kehamilan Risiko Sangat Tinggi
KSPR : Kartu Skor Poedji Rochjati
KU : Keadaan umum
LAM : Lactation Amenoreboea
LiLA : Lingkar lengan atas

xii
LTA : Laporan tugas akhir
MAL : Metode Amenore Laktasi
MENKES : Menteri Kesehatan
MoU : Memorandum of Understanding
ODP : Orang Dalam Pemantauan
P4K : Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi
PAP : Pintu Atas Panggul
PMB : Praktek Mandiri Bidan
PMS : Penyakit Menular Seksual
PNC : Post Natal Care
PTT : Peregangan Tali pusat Terkendali
RI : Republik Indonesia
SOAP : Subyektif, Obyektif, Assesment, Penalaksanaan
TB : Tinggi Badan
TBC : Tubercolosis
TBJ : Tafsiran Berat Janin
TD : Tekanan Darah
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TM : Trimester
TORCH : Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Hepers
TT : Tetanus Toksoid
TTV : Tanda-tanda Vital
USG : Ultrasonografi
VDRL : Veneral Didease Research Laboratory
VT : Vaginal Toucher
WUS : Wanita Usia Subur
Vulka : Vulva membuka
v/v : Vulva vagina
Ø : Pembukaan
± : Kurang Lebih
º : Derajat
+ : Positif
- : Negatif
% : Persen
≥ : Lebih dari sama dengan
x/menit : Kali per menit
/ : Atau

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan suatu proses fisiologis dan

berkesinambungan yang dialami oleh seorang wanita. Kondisi reproduksi yang

sehat sejak hamil akan berdampak baik bagi proses selanjutnya. Kesehatan

reproduksi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat merubah kondisi dari

fisiologi menjadi keadaan yang patologis. Kesehatan ibu selama hamil akan

mempengaruhi persalinan, bayi yang dilahirkan, dan masa nifas. Salah satu masalah

yang sering terjadi pada ibu hamil adalah status gizi. Status gizi selama hamil harus

normal, karena saat ibu hamil mengalami gizi kurang atau gizi berlebih akan terjadi

komplikasi yang bisa terjadi selama kehamilan dan berdampak pada janin yang

dikandungnya. Ibu hamil yang mengalami permasalahan gizi memiliki Lingkar

Lengan Atas (LiLA) < 23,5 cm termasuk ibu hamil Kekurangan Energi Kronik

(KEK) (Mangalik, et al., 2019).

Berdasarkan data yang diambil dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan

Tahun 2020 didapatkan jumlah ibu hamil di Kabupaten Magetan 44,94% ibu hamil

normal dan 55,06% ibu hamil risiko tinggi. Dari ibu hamil risiko tinggi 10,99% ibu

hamil mengalami KEK (Dinkes Kabupaten Magetan, 2020). Angka kejadian KEK

pada ibu hamil di wilayah kerja Dinkes Kabupaten Magetan tertinggi di Puskesmas

Panekan tahun 2020 sejumlah 36 orang (9,2%) dari 391 orang yang diperiksa

LiLAnya. Dari data tersebut angka kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah

1
2

Puskesmas Panekan masih cukup tinggi. Ibu hamil yang mengalami KEK perlu

perhatian khusus dan melaksanakan asuhan kebidanan secara continuity of care

oleh tenaga kesehatan.

Penyebab ibu hamil KEK masih tinggi karena kurangnya pemahaman

konsumsi gizi pada ibu hamil. Seharusnya ibu yang mengalami KEK

mengkonsumsi sumber tenaga yang mengandung karbohidrat, yaitu nasi, mie

kering, roti, biskuit, minyak kelapa dan santan, sumber pembangun yang

mengandung protein, yaitu ayam, telur ayam, ikan pindang, tahu dan tempe, dan

sumber pengatur yang mengandung zat besi yaitu sayur- sayuran dan buah- buahan

(Candri, 2017). Faktor lain yang menyebabkan ibu hamil KEK adalah jarak

kehamilan yang terlalu dekat sehingga belum mempunyai kesempatan untuk

memperbaiki tubuhnya setelah melahirkan (Pastuty, KM, & Herawati, 2018).

Ibu hamil yang mengalami KEK pada masa kehamilan dapat menyebabkan

risiko dan komplikasi seperti, anemia, pendarahan, dan berat badan ibu tidak

bertambah secara normal. Pada persalinan ibu yang KEK juga berakibat terjadinya

persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta

persalinan dengan operasi cenderung meningkat. Ibu yang mengalami KEK dapat

mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat mengakibatkan abortus, bayi

lahir mati, asfiksia, dan BBLR. Ibu hamil yang mengalami KEK setelah persalinan

atau pada nifas dapat menyebabkan risiko dan komplikasi seperti perdarahan

setelah persalinan (Muhamad & Liputo, 2017).

Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan

untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi yaitu pemberian asuhan kebidanan
3

secara berkelanjutan (continuity of care). Beberapa upaya untuk mencegah

terjadinya kenaikan masalah pada ibu hamil KEK dengan melakukan Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) berupa roti biskuit setiap hari 1 roti (100 g) diberikan

selama 90 hari pada trimester akhir (Pastuty, KM, & Herawati, 2018) dan konseling

gizi untuk meningkatkan pengetahuan serta motivasi ibu hamil untuk menerapkan

pola makan bergizi selama hamil sehingga dapat meningkatkan berat badan

(Sulastijah, DW, & Helmyanti, 2015). Program Pemerintah lain yaitu melakukan

kunjungan ANC minimal 6 kali di bidan, periksa oleh dokter 2 kali, Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), dan pemanfaatan buku

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Selain itu pemerintah bekerjasama dengan kader

mengadakan program Magetan Sayang Remaja Ibu dan Bayi (MAYANGSARII).

Program ini memiliki tujuan menambah pengetahuan ibu hamil sampai pasca

persalinan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi remaja,

ibu hamil, dan bayi (Kemenkes, 2020). Sebagai seorang bidan harus melaksanakan

asuhan kebidanan secara berkesinambungan atau continuity of care untuk

mendeteksi komplikasi secara dini sehingga dapat dioptimalkan dengan cara

meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Berdasarkan uraian data di atas maka asuhan kebidanan secara continuity of

care penting dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan

anak. Continuity of care adalah suatu proses dimana tenaga kesehatan yang

kooperatif terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan secara terus menerus.

Asuhan kebidanan yang akan di berikan meliputi asuhan kehamilan trimester III,

persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB menggunakan pendekatan manajemen


4

kebidanan yang mengacu pada Kepmenkes No.938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang

standar asuhan kebidanan.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu sejak masa

kehamilan trimester III, persalinan, nifas, hingga mendapat pelayanan KB, dan pada

neonatus dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dalam bentuk

SOAP?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menerapkan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu sejak hamil

trimester III, bersalin, nifas, hingga mendapat pelayanan KB, dan pada neonatus

dengan mengacu pada Kepmenkes No.938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar

Asuhan Kebidanan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu sejak hamil trimester III, bersalin,

nifas, hingga mendapat pelayanan KB, dan pada neonatus secara continuity of care

meliputi :

1. Melakukan pengkajian meliputi pengumpulan data subjektif dan data objektif.

2. Menetapkan diagnosa dan atau masalah kebidanan yang tepat.

3. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah.

4. Melaksanakan Asuhan Kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan

aman berdasarkan evidence based.

5. Melaksanakan evaluasi berdasarkan pelayanan yang telah diberikan.

6. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan.


5

1.4 Sasaran,Tempat Dan Waktu Asuhan Kebidanan

1.4.1 Sasaran

Sasaran pemberian asuhan kebidanan ditujukan kepada ibu sejak hamil

trimester III, bersalin, nifas, hingga mendapat pelayanan KB, dan pada neonatus

dengan memperhatikan continuity of care.

1.4.2 Tempat

Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan secara continuity

of care pada masa kehamilan TM III, persalinan, nifas, neonatus dan KB di PMB

wilayah kerja Dinkes Kabupaten Magetan yang sudah berjasama dengan Prodi

DIII Kebidanan Magetan Poltekkes Kemenkes Surabaya.

1.4.3 Waktu

Waktu yang diperlukan mulai dari penyusunan proposal laporan tugas akhir

sampai memberikan asuhan kebidanan dimulai pada bulan November 2021 sampai

dengan Mei 2022.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Menerapkan ilmu pengetahuan untuk menjamin kualitas pelayanan asuhan

kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan

pemilihan KB.

1.5.2 Manfaat praktis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah referensi bacaan di perpustakaan tentang asuhan kebidanan secara

continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, KB dan


6

menghasilkan calon bidan yang kompeten dalam memberikan asuhan secara

komprehensif.

2. Bagi Profesi Bidan

Diharapkan dapat memberikan informasi tentang dokumentasi asuhan

kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB secara continuity of

care.

3. Bagi Pasien dan masyarakat

Diharapkan pasien mendapatkan pengetahuan tambahan dan pelayanan secara

continuity of care mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, neonatus, dan KB.

4. Bagi penulis

Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh serta meningkatkan

pengetahuan dan pengalaman untuk pelaksanaan asuhan kebidanan secara

continuity of care.

1.6 Keaslian Laporan Kasus

Keaslian proposal laporan berisi tentang laporan asuhan kebidanan terdahulu

yang mempunyai kesamaan judul atau topik. Menegaskan bahwa kasus/judul yang

diambil sudah pernah diteliti

Berdasarkan penelusuran terhadap 3 judul asuhan kebidanan yakni :


7

Tabel 1.1
Keaslian Laporan Kasus

No Penulis Judul Hasil


1. Ayu Agustina Asuhan Kebidanan Pada Setelah diberikan asuhan secara contuinity
Rindani Ny.”R” G1P00000 Masa of care, pengetahuan Ny. “R” mengenai
(Tahun 2021) Kehamilan Trimester III, kehamilan, persalinan, nifas, neonatus, dan
Persalinan, Nifas, KB bertambah. Kemampuan ibu dalam
Neonatus, dan Keluarga melakukan perawatan diri dan bayi
Berencana di PMB bertambah serta masalah dan keluhan yang
Ny.”W” Magetan terjadi dapat teratasi. Ny.R tergolong dalam
kehamilan risiko rendah dengan jumlah
KSPR 2. Asuhan kehamilan, persalinan,
nifas, neonatus, dan KB pascasalin normal.

2. Anissa Septi Asuhan Kebidanan Pada Setelah diberikan asuhan secara continuity
Purwaningsih Ny. “P” G2P10001 Masa of care kepada ibu mengenai kehamilan,
(Tahun 2021) Kehamilan Trimester III, persalinan, nifas, neonatus dan KB,
Persalinan, Nifas, kehamilan yang berisiko dapat berjalan
Neonatus, dan Keluarga dengan normal. Komplikasi tidak meningkat
Berencana di PMB dan ibu tidak mengalami perdarahan
Ny.”W” Magetan maupun partus macet.
Asuhan dapat berjalan dengan lancar serta
bertambahnya kemampuan ibu dalam
melakukan perawatan diri dan bayi. Dari
hasil asuhan kebidanan secara continuity of
care pada masa kehamilan sampai dengan
kontrasepsi sesuai dengan rencana.
3. Rhisma Nandya Asuhan Kebidanan Pada Dari hasil asuhan kebidanan secara
Marsihela Ny. “Y” G2P10001 Usia continuity of care pada masa kehamilan
(Tahun 2021) Kehamilan 41-42 sampai dengan kontrasepsi yang telah
Minggu, Persalinan, diberikan didapatkan hasil bahwa kehamilan
Nifas, Neonatus, dan Ny. “W” dengan keluhan his palsu/braxton
Keluarga Berencana Di hicks, persalinan normal, neonatus normal,
PMB Ny.”W” Magetan nifas dengan putting lecet dan datar dan
akseptor KB mal dan mempertimbangkan
menggunakan vasektomi setelah
mendapatkan menstruasi.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

2.1.1 Pengkajian Data

1. Data subyektif

a. Biodata

1) Usia

Wanita usia reproduksi sehat adalah 21‒35 tahun (Roumali, 2012). Usia

persalinan kurang dari 21 tahun, mental dan psikisnya belum siap sehingga

sering terjadi postpartum blues. Kehamilan usia > 35 tahun memiliki risiko

hipertensi, diabetes militus, anemia, kelainan genetik, BBLR, prematur,

sindroma down (Roumali, 2012 : 17). Pada usia < 20 tahun penggunaa

alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan, untuk usia 20-35 tahun untuk

menjarangkan kehamilan, dan usia > 35 tahun untuk mengakhiri

kesuburan (Hartanto H. , 2015).

2) Agama

Pada masa nifas menurut agama Islam dikatakan sudah suci 40 hari setelah

kelahiran dan berpengaruh dengan alat kontrasepsi yang akan digunakan

(Marmi, 2011).

3) Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu hamil sangat berperan dalam kualitas perawatan

bayinya. Kurangnya pendidikan sehingga tetap berorientasi pada

8
9

pengobatan tradisional dan pelayanan tradisional mempengaruhi

kesejahteraan ibu. Makin rendah pendidikan masyarakat, semakin efektif

metode KB yang dianjurkan yaitu kontap, suntikan KB, implant, IUD

(Manuaba, 2012b).

4) Pekerjaan

Pekerjaan rumah rutin tetap dapat dilaksanakan sesuai dengan

kemampuan dan makin dikurangi dengan semakin tua kehamilan.

Wanita yang dalam pekerjaannya harus berdiri atau jalan lebih dari 5

jam perhari menunjukkan angka kelahiran premature. Pajanan terhadap

bunyi yang keras dan berbagai bentuk shift juga meningkatkan insiden

kelahiran premature dan aborsi spontan. Untuk wanita karier yang hamil

mendapat cuti selama 3 bulan kelahiran dan dua bulan setelah persalinan

(Manuaba, 2012).

5) Penghasilan

Tingkat sosial ekonomi yang baik akan mendapatkan kesejahteraan fisik

dan psikologis yang baik, status gizi yang baik. Tidak akan menjadi beban

psikologis mengenai biaya persalinan dan biaya pemenuhan kebutuhan

sehari-hari setelah bayi lahir (Marmi, 2011).

6) Lama / berapa kali menikah

Ibu yang menikah lebih dari 1 kali, dikhawatirkan adanya penyakit

menular seksual dan apabila lama menikah > 6 tahun dan kemudian hamil,

kehamilan tersebut mempunyai risiko tinggi seperti preeklampsia

(Manuaba, 2012).
10

7) Alamat

Alamat untuk mengetahui tempat tinggal ibu, diharapkan tetap bersih dan

terhindar dari berbagai sumber penyakit (Marmi, 2011). Lingkungan yang

aman dan bersih membuat ibu bersemangat untuk merawat bayinya,

sehingga mampu mempengaruhi hal-hal baik pada masa nifas ibu (Marmi,

2015).

b. Keluhan Utama

Ketidaknyamanan umum pada ibu hamil trimester III antara lain sering buang

air kecil, nyeri perut bawah (Marmi, 2011).

c. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan berkaitan dengan riwayat kehamilan dengan

komplikasipenyakit (penyakit jantung, asma, DM, hipertensi, TORCH,

infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan, anemia, TBC, dan

penyakit kelamin). Kehamilan dengan penyakit ini bisa menyebabkan

prematuritas, abortus, preeklamsia dan eklamsia, perdarahan pervaginam,

kelainan kongenital, dan kematian janin (Manuaba,2012). Menurut

penelitian Mullins (2020), menyatakan bahwa Ibu hamil yang terinfeksi

virus COVID-19 dapat mengakibatkan kegagalan multi organ pada ibu dan

pada janin kemungkinan janin dapat menderita COVID-19, lahir preterm,

dan terhambatnya pertumbuhan janin dalam rahim.

d. Riwayat Kebidanan

1) Riwayat menstruasi: Jika siklus haid 28 hari, maka HPHT, tanggal +7,

bulan -3, dan tahun +1. Sedangkan pada siklus haid 35 hari, maka HPHT
11

tanggal +14, bulan -3, dan tahun +1 (Marmi, 2011). Untuk menghitung

usia kehamilan dikatakan Trimester III apabila usia kehamilan 28-40

minggu (Saifuddin, 2016).

2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu: Ibu dengan riwayat

abortus, persalinan prematur, IUFD kemungkinan dapat terjadi pada

kehamilan berikutnya (Saifuddin, 2014). Ibu SC karena cephalo pelvic

disporpotion (CPD), kemungkinan besar persalinan berikutnya juga SC,

Ibu hamil yang mengalami abortus berulang karena infeksi dari parasit

toksoplasmosis (Saifuddin, 2014). Pada masa nifas ibu yang pernah

mengalami depresi atau tekanan jiwa memiliki risiko tinggi mempunyai

reaksi psikologis lebih parah (Marmi, 2011b).

3) Riwayat kehamilan sekarang: Ibu hamil harus mendapatkan pelayanan

kehamilan yaitu dengan melakukan asuhan standar minimal 10T. Ibu

sudah melakukan ANC terpadu atau belum. Jadwalkan ANC minimal 6

kali dengan memperhatikan protokol kesehatan dan janji temu selama

kehamilan (Kemenkes RI, 2020b). Pemeriksaan ANC menggunakan APD

level 1 jika ibu bukan ODP/PDP/terkonfirmasi covid-19 dan jika

terkonfirmasi covid-19 menggunakan APD level 2 (Kemenkes RI, 2020c).

Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi T-nya.

Pemberian imunisasi TT disesuaikan dengan status imunisasi TT ibu saat

ini. Ibu hamil minimal memiliki status T2 agar mendapatkan perlindungan

terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 tidak perlu

diberikan imunisasi TT lagi (Nurjasmi, 2016). Untuk menentukan status


12

T5 menggunakan skrining TT terlampir. Berikut pemberian TT untuk ibu

hamil sesuai tabel 2.1 sebagai berikut :

Tabel 2.1
Pemberian Tetanus Toxoid untuk Ibu Hamil
Status TT Interval Minimal Masa Perlindungan
Pemberian
T1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap penyakit
Tetanus
T2 1 bulan setelah T 1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T 2 5 tahun
T4 6 bulan setelah T 2 10 tahun
T5 12 bulan setelah T 4 Lebih dari 25 tahun
Sumber : Kementerian Kesehatan RI. 2020. Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak.
Peningkatkan pemahaman dan penggunaan tentang buku KIA harus dikaji

supaya ibu benar- benar mengerti isi dan cara penggunaannya. Buku KIA

berisi informasi, catatan penting kesehatan ibu dan anak serta digunakan

jaminan kesehatan maka buku KIA harus dijaga, jangan sampai rusak, dan

hilang (Kemenkes RI, 2016).

Dengan mengikuti kelas ibu hamil akan diperoleh informasi tentang

kehamilan, persalinan, perawatan masa nifas, perawatan bayi baru lahir,

kebutuhan dan pemenuhan gizi serta pelayanan kesehatan yang diterima

(Kemenkes RI, 2020a).

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

untuk merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi

komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan penggunaan KB pasca

persalinan dengan menggunakan stiker. Adapun komponen P4K, yaitu

pencatatan ibu hamil, dasolin/ tabulin, donor darah, transport/ ambulan


13

desa, suami/keluarga menemani saat ibu bersalin, Inisiasi Menyusui Dini

(IMD), kunjungan nifas, dan kunjungan rumah (Nurjasmi, 2016).

Berdasarkan surat edaran No. HK.02.01/1/2007/2021 tentang vaksinasi

COVID-19, ibu hamil diharapkan untuk mengikuti vaksinasi. Vaksin yang

dapatdigunakan oleh ibu hamil diantaranya Pfizer, Moderna, dan Sinovac.

Penyuntikan vaksin pertama dilakukan saat usia kehamilan memasuki

trimester 2 (usia kehamilan >13 minggu) dan penyuntikan vaksin kedua

mengikuti interval waktu dari vaksin yang diberikan. Setelah dilakukan

vaksinasi, ibu hamil dilakukan pemantauan oleh kader dan juga bidan

dibawah koordinasi Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia (IBI)

(Komunikasi dan Informatika RI, 2021).

4) Riwayat Kontrasepsi

Pada saat hamil dan IUD masih terpasang, dapat dilepas jika kehamilan <

13 minggu, pelepasan menurunkan risiko keguguran, membiarkan IUD

terpasang meningkatkan risiko infeksi. Kehamilan dengan implan yang

masih terpasang dapat meningkatkan risiko cacat, kematian janin, kelainan

kongenital, dan abortus spontan (Affandi, 2014), apabila sebelumnya

menggunakan KB mini-Pil gagal dan terjadi kehamilan, maka kehamilan

tersebut jauh lebih besar kemungkinan terjadi kehamilan ektopik

(Hartanto, 2010). IUD post plasenta dapat dipasang 10 menit setelah

plasenta lahir (Romauli, 2011). Peserta KB MAL yang telah mendapat

haid setelah persalinan, tidak menyusui secara eksklusif dan bayinya sudah

berusia lebih dari 6 bulan maka harus ganti cara (Saifuddin, 2014).
14

e. Pola Kebiasaan sehari-hari

Pola kebiasaan sehari hari perlu ditanyakan kepada ibu bermanfaat untuk

perencanaan asuhan kebidanan apabila terjadi masalah gangguan

kebutuhan dasar. Pola kebiasaan sehari-hari yang perlu dikaji antara lain :

1) Nutrisi : Pada ibu hamil trimester III nafsu makan meningkat, namun

harus mengurangi makanan manis dan asin karena makanan tersebut

akan memberikan kecederungan janin tumbuh besar dan merangsang

timbulnya keracunan kehamilan (Marmi, 2011). Menurut penelitian

Setyawati (2013), menyatakan bahwa kebiasaan mengonsumsi

makanan asin sedikitnya satu kali perhari berisiko mengalami

hipertensi saat hamil sebesar 1,6 kali dibandingkan yang tidak memiliki

kebiasaan tersebut. Kebutuhan cairan ibu hamil 8-12 gelas per hari

(Kemenkes RI, 2020). Ibu hamil memerlukan 2500 kalori setiap hari

(Saifuddin, 2018). Ibu dianjurkan mengurangi makanan terlalu manis

dan asin, serta mengkonsumsi tablet Fe setiap harinya (Kemenkes RI,

2020a).

2) Eliminasi : Pada ibu hamil TM 3 sering berkemih karena kepala janin

sudah turun ke PAP dan mulai menekan kandung kemih (Saifuddin,

2014). Ibu hamil TM 3 frekuensi BAK normal yaitu 8-9 kali per hari

karena kandung kemih tertekan oleh uterus. Pada BAB efek rileks

terhadap otot polos, salah satunya otot usus sehingga mengakibatkan

konstipasi (Marmi, 2011 : 122). Frekuensi buang air besar (BAB) 1

kali/hari atau terkadang ibu sehari tidak BAB, karena pengaruh hormon

progesteron yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah


15

satunya otot usus sehingga mengakibatkan konstipasi (Saifuddin,

2016).

3) Istirahat : Pada ibu hamil TM 3 ketidak nyamanan fisik seperti kram

tungkai, nyeri uluh hati, nyeri punggung, dan sering berkemih membuat

ibu hamil sangat kesulitan tidur nyenyak ketika usia kehamilan sudah

memasuki TM 3. Istirahat cukup untuk ibu hamil 8 jam pada malam

hari dan 2 jam di siang hari (Saifuddin 2016:285).

4) Personal Hygiene : Kebersihan ibu hamil perlu diperhatikan terutama

mengenai kebersihan tubuh (gigi, payudara, vulva), pakaian, dan

lingkungan sangat diperlukan karena adanya peningkatan fungsi

ekskresi dan keringat pada ibu hamil (Saifuddin, 2014). Vulva harus

lebih sering diperhatikan karena mengalami hypersekresi pengeluran

lender lebih banyak (Saifuddin,2016:287). Pada kehamilan TM 3 perlu

dilakukan perawatan payudara karena adanya pengeluaran kolostrum

sehingga mencegah penyumbatan (Sofian, 2013:47).

5) Aktivitas : Aktivitas pada ibu hamil TM 3 menjadi menurun di

karenakan besarnya janin dalam rahim. Aktivitas berat pada ibu hamil

perlu dihindari karena dikhawatirkan dapat menimbulkan abortus dan

persalinan prematur (Romauli, 2011). Ibu dianjurkan melakukan

olahraga ringan seperti senam hamil, yoga, dan renang (Kemenkes RI,

2016).
16

f. Kehidupan seksual

Pada ibu trimester III umumnya libido menurun sehingga keinginan seksual

ibu berkurang karena perut yang semakin membesar. Hubungan seksual tidak

dihalangi kecuali ada riwayat abortus atau persalinan premature, pendarahan

per vagina, pada minggu terakhir kehamilan jika koitus harus dilakukan

dengan hati-hati, karena dapat menyebabkan kontraksi uterus (Romauli,

2011:130).

g. Riwayat ketergantungan

Merokok, minum alkohol dan kecanduan narkotika secara langsung dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dan menimbulkan

kelahiran dengan BBLR bahkan dapat menimbulkan cacat bawaan atau

kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental (Manuaba, 2012).

h. Riwayat psikologi, sosial dan spiritual

Rasa gelisah, tidak tenang bahkan kesakitan dan khawatir akan persalinan ini

menjadi masalah psikologis pada ibu, dapat mempengaruhi jalannya partus,

ibu akan kehilangan kekuatan dan menjadi lemah (Sofian, 2013).

i. Latar belakang sosial budaya

Banyak adat yang pantang makan-makanan yang berasal dari daging, ikan

dan telur karena dipercaya menyebabkan kelainan pada janin. Adat ini sangat

merugikan karena menyebabkan pertumbuhan janin tidak optimal (Romauli,

2011).
17

2. Data Obyektif

a. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : baik, komposmentis (Manuaba, 2012). Sikap tubuh lordosis

adalah bentuk umum pada kehamilan akibat dari pembesaran uterus ke posisi

anterior (Saifuddin, 2014). Pada ibu hamil TM 3 bentuk punggung cenderung

lordosis.

b. Tanda-tanda vital

1) Tekanan darah : tekanan darah dalam batas normal, yaitu 100/70-130/90

mmHg (Manuaba, 2012). MAP dikatakan positif jika hasilnya > 90

mmHg, negatif jika hasilnya <90 mmHg (Marmi, 2011).

2) Nadi : Saat ibu dalam keadaan santai, denyut nadi ibu sekitar 60-80

x/menit (Romauli, 2011).

3) Pernafasan : Normal sistem pernafasan yaitu 16 – 24 x/menit (Romauli,

2011).

4) Suhu tubuh : Suhu tubuh yang normal adalah 36,5 – 37,5 ° C (Romauli,

2011).

c. Pemeriksaan Antropometri

1) Berat badan : ibu diperiksa berat badannya setiap kali kunjungan untuk

mengetahui kenaikan berat badan. Bertambahnya berat badan minimal 8 kg

selama kehamilan (Saifuddin, 2016) dan menurut (Manuaba, 2013)

kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari 0,5 kg/minggu.

2) Tinggi badan : ibu hamil dengan tinggi badan < 145 cm berisiko chepalo

pelvic disporpotion (CPD) (Romauli, 2011).


18

3) Indeks massa tubuh (IMT) : indeks massa tubuh (IMT) digunakan untuk

menentukan penambahan berat badan pada ibu hamil yang di

rekomendasikan sesuai kondisinya. IMT dihitung dengan cara sebagai

berikut :

IMT = Berat badan sebelum hamil (kg)


Tinggi badan (m²)

Tabel 2.2
Penambahan Berat Badan Berdasarkan IMT Selama Hamil TM III
IMT Kategori Penambahan Berat Badan yang
Diharapkan
< 18,5 Kurus 14 – 20 kg
≥ 18,5- < 24,9 Normal 12,5- 17,5 kg
≥ 25 < 27 Lebih 7,5 – 12,5 kg
≥ 27 Obesitas < 7,5 kg
Sumber: Saifuddin, Abdul Bari. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP

4) Lingkar Lengan Atas (LILA) : Standar minimal untuk ukuran LILA pada

wanita dewasa atau usia produktif adalah ≥ 23,5 cm. Ukuran LILA ≤ 23,5

cm maka interprestasinya adalah KEK yang dapat mengakibatkan janin

tumbuh lambat IUGR, kelainan prematur, atau BBLR (Romauli, 2011).

d. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala : Kulit kepala normal bersih. Rambut yang mudah dicabut dan

rontok berlebih menandakan kurang gizi atau ada kelainan tertentu

(Romauli, 2011).

2) Muka : Oedema pada muka atau pada bagian tubuh yang lain merupakan

tanda gejala preeklampsia (Saifuddin, 2014).

3) Mata : Konjuntiva normal warna merah muda, bila pucat menandakan

anemia. Sklera normal berwarna putih, bila kuning menandakan ibu

mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan ada conjungtivitis.


19

Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya pre eklampsi (Romauli,

2011: 174).

4) Mulut dan gigi : Dalam kehamilan sering timbul stomatitis dan ginggivitis

yang mengandung pembuluh darah dan mudah berdarah, gigi yang karies

menandakan ibu kekurangan kalsium (Romauli, 2011)

5) Telinga : Normal tidak ada serumen yang berlebihan dan tidak berbau,

bentuk simestris (Romauli, 2011).

6) Leher : Normal tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada

pembersaran kelenjar limfe dan tidak ada bendungan vena jougularis

(Romauli, 2011).

7) Dada dan payudara : Puting susu menonjol. Pada TM 3 pertumbuhan

kelenjar mamae membuat ukuran payudara semakin meningkat. Warna

cairan yang keluar dari puting agak putih seperti susu yang sangat encer

namun setelah bayi lahir akan berubah menjadi kuning kental yang

mengandung banyak lemak dan cairan ini disebut kolostrum (Romauli,

2011:163).

8) Abdomen : Pada multipara ditemukan garis perak berkilau yang disebut

striae albican (Romauli, 2011). Normalnya tidak ada luka bekas operasi,

terdapat pembesaran abdomen sesuai usia kehamilan, bentuk membujur

(Romauli, 2011). Gerakan menendang atau tendangan janin 10 gerakan/12

jam (Saifuddin, 2016:285).


20

9) Genetalia : Normal tidak terdapat varises pada vulva dan vagina, tidak

oedema, tidak ada condiloma akuminata, tidak ada condiloma matalata

(Romauli, 2011).

10) Anus : Normal tidak ada benjolan atau pengeluaran darah dari anus, dan

tidak mengalami hemoroid (Romauli, 2011).

Tabel 2.3
Derajat Hemoroid

Derajat Keterangan
I Terjadi varises tetapi belum ada benjolan saat defekasi. Dapat
diketahui dengan adanya perdarahan melalui signiodoskopi
II Ada perdarahan dan prolaps jaringan di luar anus saat mengejan
selama defekasi tetapi dapat kembali secara spontan
III Sama dengan derajat II, hanya saja prolaps tidak dapat kembali
secara spontan, harus didorong (manual)
IV Prolaps tidak dapat direduksi atau inkarserasi. Benjolan dapat
terjepit di luar, dapat mengalami iritasi, inflamasi, oedem dan
ulserasi
Sumber: Fahmi, D. (2015). Diagnosis Dan Penanganan Hemoroid. J Majority Vol 4 No 6.

11) Ekstremitas : Normalnya sering terdapat edema dependen pada ektremitas

bawah dengan derajat normal pembengkakan 1-2. Edema menunjukkan

gangguan hipertensi kehamilan (Walsh, 2012 : 115).

Tabel 2.4
Derajat Edema
Derajat Kedalaman Lama Kembali
1 1-3 mm 3 detik
2 3-5 mm 5 detik
3 5-7 mm 7 detik
4 >7 mm >7 detk
Sumber : Romauli. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan
Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
e. Pemeriksaan Khusus

1) Tinggi fundus uteri (TFU) Mc.Donald dan Leopold


Menurut (Saifuddin,2011:93) tinggi fundus uteri berdasarkan Mc.Donald

yaitu usia kehamilan dalam minggu = cm (± 2cm) dan menurut (Marmi,


21

2011:160) pengukuran tinggi fundus uteri dengan alat pita ukur (cm)

dipengaruhi oleh banyaknya air ketuban, ketebalan kulit perut, besar janin

dan masuknya kepala ke pintu atas panggul. TFU leopold adalah suatu

teknik pemeriksaan pada ibu hamil dengan cara perabaan pada perut ibu

berdasarkan teori yang telah dikembangkan oleh leopold. Tujuan untuk

menentukan posisi dan letak janin pada uterus, dapat juga berguna untuk

memastikan usia kehamilan ibu. TFU leopold TM 3 Dapat dilihat pada

tabel 2.5

Tabel 2.5
Tinggi fundus uteri (cm) usia kehamilan trimester III
Usia Kehamilan Tinggi Fundus (cm) Leopold
(minggu)
22 – 28 26,7 cm diatas simfisis TFU setinggi 3 jari
diatas pusat
30 29,5 – 30 cm diatas simfisis
32 29,5 – 30 cm diatas simfisis TFU pertengahan pusat
dan PX
34 31 cm diatas simfisis
36 32 cm diatas simfisis TFU setinggi 3 jari
dibawah PX
38 33 cm diatas simfisis
40 37,7 cm diatas simfisis TFU pertengahan pusat
dan PX
Sumber : Sofian, Amru, 2013. Sinopsis Obstetri. Edisi 3, Jilid I. Jakarta: EGC.

2) Tafsiran berat janin : Menurut (Sofian, 2013). Rumus untuk menghitung

tafsiran berat janin menurut Johnson Tausak adalah bila kepala sudah

masuk PAP (Tinggi fundus uteri cm – (n-11)) x 155 = berat badan (gram).

Bila kepala sudah masuk PAP (Tinggi fundus uteri cm – (n-12)) x 155 =

berat badan (gram). Menurut (F. G. Cunningham, dkk, 2013) Tafsiran

berat janin menurut usia kehamilan dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut :
22

Tabel 2.6
Tafsiran Berat Janin Menurut Usia Kehamilan

Usia Kehamilan (minggu) Berat Janin (g)


28 1000
30 1300
32 1700
34 2100
38 2900
40 3400
Sumber : Cunningham, F. G, (2013). Obstetry Williams. Jakarta: EGC

3) Palpasi : menurut (Romauli, 2011) palpasi bertujuan untuk mengetahui

adanya kelainan, mengetahui perkembangan kehamilan. Pemeriksaan

palpasi tersebut meliputi :

a) Leopold I : untuk menentukan Tinggi Fundus Uteri (TFU) dan bagian

yang terletak di fundus. Normalnya pada ibu hamil bagian atas pada

fundus teraba lunak dan tidak melenting (bokong). Normalnya TFU

pada trimester III, pada fundus teraba bagian lunak dan tidak melenting

atau bokong (Sofian, 2013:39).

b) Leopold II : untuk mengetahui batas kanan atau batas kiri pada uterus

ibu, yaitu punggung pada letak bujur dan kepala pada letak lintang.

Normal teraba bagian panjang, keras seperti papan (punggung) pada

satu sisi lain teraba bagian kecil. Jika kesulitan dalam menentukan

bagian janin dalam fundus dapat dilakukan perasat Boedin atau Ahlfeld

(Sofian, 2013).

1) Pemeriksaan Boedin : dipergunakan pada letak membujur, untuk

lebih menetapkan dimana punggung janin berada. Tekniknya fundus

uteri di dorong ke bawah, badan janin akan melengkung sehingga

punggung mudah di tetapkan (Manuaba, 2012).


23

2) Pemeriksaan Ahfield : janin dengan letak membujur di dorong ke

salah satu sisi sehingga janin mengisi ruangan yang lebih terbatas.

Dengan mendorong janin kesatu arah, maka pemeriksaan punggung

janin lebih mudah dilakukan (Manuaba, 2012).

c) Leopold III : untuk mengetahui presentasi bagian terbawah janin yang

ada pada symphisis ibu. Normalnya pada bagian terbawah janin teraba

bulat, keras, dan melenting (kepala janin). Apabila sudah diperiksa

menggunakan leopold I sulit menentukan bagain terendah janin, bisa

dilakukan pemeriksaan menggunakan teknik dari Kneeble yaitu

menentukan letak kepala/bokong dengan satu tangan di fundus dan

tangan lain di atas simfisis (Sofian, 2013:40).

d) Leopold IV : tujuan dilakukan pemeriksaan ini untuk mengetahui

seberapa jauk masuknya bagaian terendah janin kedalam PAP. Jika

posisi tangan masih bisa dan belum masuk PAP (konvergen), hanya

sebagian kecil dari kepala turun ke rongga panggul. Posisi kedua

tangan sejajar berarti separuh kepala masuk ke rongga panggul. Jika

posisi tangan tidak bertemu dan sudah masuk PAP (divergen), bagian

terbesar kepala janin masuk ke rongga panggul dan ukuran terbesar

dari kepala sudah melewati PAP. Normalnya pada primigravida

bagian terendah janin sudah masuk PAP maksimal pada usia

kehamilan 36 minggu, sedangkan pada multigravida bersamaan

dengan proses persalinan.


24

1) Auskultasi : tempat mendengarkan DJJ adalah di bawah umbilikus

(umumnya pada letak kepala), setinggi umbilikus (sebagian besar

pada letak lintang), dan di atas umbilikus (pada letak sungsang).

Cara menghitung DJJ dilakukan dengan interval 5 detik, mulai

dengan angka nol, jumlah perhitungan 3x5 detik dikalikan empat

dan dalam 5 detik umumnya antara 10–13 denyutan dalam batas

normal. Janin sehat jumlah detak jantungnya 120–160 kali/menit.

DJJ yang diketahui dari letak punggung janin, menjadi petunjuk

letak punctum maksimum. Faktor yang menentukan DJJ adalah

presentasi, posisi kedudukan punggung, sikap anak/habitus terhadap

dirinya dan kehamilan kembar (Manuaba, Ilmu Kebidanan, Penyakit

Kandungan dan KB, 2016).

2) Perkusi : pada keadaan normal, tungkai bawah akan bergerak sedikit

ketika tendon diketuk. Gerakan yang berlebihan dan cepat,

kemungkinan merupakan tanda Preeklamsi, sedangkan apabila

reflek patella negatif kemungkinan pasien mengalami kekurangan

vitamin B1 (Romauli, 2011).

3) Pemeriksaan panggul luar : pada multipara dengan anamnesis,

persalinan berjalan pervaginam, aterm, hidup, dan spontan belakang

kepala, sudah menunjukkan bahwa tidak dijumpai kesempitan

panggul. Pemeriksaan panggul bagi primigravida digunakan untuk

memperkirakan kemungkinan adanya kesempitan panggul

(Manuaba, 2016). Menurut (Marmi, 2016), ukuran normal panggul


25

luar antara lain, distansia spinarum (23-26 cm), distansia kristarum

(26-29 cm), konjugata eksterna (boudeloque) (18-20 cm), dan

lingkar panggul (80-90 cm).

f. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan laboratorium dan USG pada ibu hamil

(Kemenkes RI, 2010) pada tabel 2.7

Tabel 2.7
Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu
No Jenis Pemeriksaan TM III Hasil (Normal) Cara
1 Golongan darah Rutin A/B/AB/O Lab
2 Hemoglobin (Hb) Rutin Hb 11gr % = tidak Dipstik
anemia
Hb 9–10gr% = anemia
ringan
Hb 7–8gr% = anemia
sedang
Hb <7gr% = anemia
berat
3 Protein urin Atas indikasi Negatif Dipstik
4 Gula darah Atas indikasi Negatif Dipstik
5 Darah malaria Atas indikasi Negatif Lab
6 BTA Atas indikasi Negatif Lab
7 Darah sifilis Atas indikasi Negatif Lab
8 Serologi HIV Atas indikasi Negatif Lab
9 Hepatitis B Atas indikasi Non reaktif Lab
10 USG Atas indikasi Janin tunggal, Dokter
presentasi kepala, SpOg
plasenta posterior,
jumlah cairan amnion
cukup, usia kehamilan
aterm, panggul
normal, tidak ada
kelainan bentuk
janin/malformasi
(Varney, 2007)
11 Rapid Test Rutin a) PCR (Negatif) Lab
b) Anti Gen (Non
Reaktif)
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta:
Kemenkes.
26

1) Pemeriksaan skrining kehamilan (kemenkes,2016) sebagai pada tabel

berikut:

Tabel 2.8
Pemeriksaan Skrining Kehamilan
No. Komponen Skrining Kehamilan
1 Kartu Skor Poedji Rochjati Skor 2 kehamilan risiko rendah (KRR),
(SPR) skorkehamilan risiko tinggi (KRT), dan
skorkehamilan risiko sangat tinggi
(KRST). Tabel Skor Poedji Rochjati
(lampiran 5)
2 Skrining Preeklampsia Tidak ada risiko preeklamsia apabila 3
(PE) pemeriksaan menunjukkan hasil < 2
(positif), negatif, negatif. Tabel
skrining PE (lampiran 6)
3 Skrining risiko perdarahan Tidak kewaspadaan perdaraan dengan
postpartum saat kehamilan dan tidak ada kata “ya” pada pemeriksaan.
persalinan Tabel skrining (lampiran 7)
4 Skrining COVID-19 Dinyatakan tidak ada risiko jika bukan
Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan
Orang Dalam Pemantauan (ODP).
Sumber: Kemenkes RI. (2020). Pedoman Bagi Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, dan Bayi
Baru Lahir di Era Pandemi Covid-19. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

3. Analisa Data

Bidan melakukan analisis data berdasarkan diantaranya :

a. Dari data atau fakta yang berkaitan tentukan mana yang menjadi penyebab

atau akibat.

b. Data atau fakta yang ada dapat diuraikan kemungkinan penyebab atau

dampaknya

c. Tentukan masalah berdasarkan data fakta yang ada.

d. Tentukan masalah utamanya.

e. Tentukan penyebab utamanya

f. Tentukan kemungkinan masalah yang timbul (masalah potensial).

Hasil analisa merupakan awal dari pengetahuan perumusan masalah untuk

menetapkan diagnosa kebidanan. Menemukan masalah dan apa masalah


27

utamanya, menemukan penyebab dan menentukan tingkat risiko masalah

untuk menentukan diagnosa kebidanan (Kemenkes, 2011).

2.1.2 Diagnosa Kebidanan

Menurut (Kemenkes, 2011) bidan menganalisa data yang diperoleh pada

pengkajian dan menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnose dan masalah kebidanan yang tepat. Kriteria perumusan diagnosa dan atau

masalah :

1. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan

2. Masalah dapat dirumuskan sesuai dengan kondisi klien

3. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan

rujukan.

Menurut (Manuaba, 2012) : G1≥1PAPIAH, usia kehamilan 28 – 40 minggu,

janin hidup, tunggal, intrauterine, situs bujur, habitus flexi, punggung kanan / kiri,

presentasi kepala, kesan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin baik

dengan KRR/KRT/KRST, kemungkinan masalah sering buang air kecil, nyeri perut

bawah, prognosa baik.

2.1.3 Perencanaan

Menurut (Kemenkes, 2011), bidan dapat melakukan perencanaan asuhan

kebidanan berdasarkan diagnosa atau masalah, tindakan segera dan tindakan

antisipatif.

Tujuan : memantau kesehatan ibu dan tubuh kembang janin, meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial pada ibu dan bayinya,
28

dan ibu dapat mengerti dan beradaptasi dengan ketidaknyamanan saat

kehamilan trimester III.

Kriteria hasil :

1. Keadaan ibu menurut antara lain : keadaan umum baik, composmentis. Menurut

(Romauli, 2011). Tanda-tanda vital menurut (Romauli, 2011). TD : 100/70 –

130/90 mmHg, N : 76-88 x/menit, S : 36,5-37,5℃, R : 16-24 x/menit, TFU

sesuai dengan usia kehamilan pada tabel 2.5. Penambahan berat badan sesuai

dengan IMT pada tabel 2.2. Hasil laboratorium menurut (Romauli, 2011) yaitu,

Hb ≥ 11 gr %, protein urine negatif, HIV negatif, HbSAg negative pada tabel

2.7. Keluhan sering buang air kecil, nyeri perut bawah berkurang sampai dengan

hilang.

2. Keadaan janin menurut (Manuaba, 2012) : keadaan bayi cukup bulan, DJJ 120

– 160 x/menit kuat dan teratur, TBJ normal 2.500 gram-4.000 gram pada tabel

2.6, situs bujur dan presentasi kepala, gerakan janin 10 gerakan / 12jam.

Intervensi :

1) Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan dengan komunikasi terapeutik.

Penjelasan hasil pemeriksaan merupakan pendukung dalam pengambilan

keputusan bagi klien dan juga tenaga kesehatan untuk menetukan tindakan

selanjutnya dan untuk kesejahteraan kesehatan ibu dan janin (Saadah, 2017).

2) Isi buku KIA sesuai hasil pemeriksaan dan observas pengetahuan ibu terkait

pemahaman buku KIA meliputi:

a) Kebutuhan dasar ibu hamil seperti nutrisi, eliminasi, istirahat, personal

hygiene, aktivitas, dan hubungan seksual.


29

b) Tanda bahaya kehamilan di trimester III

c) Persiapan persalinan dan (P4K) menggunakan checklist

d) IMD dan ASI ekslusif

e) Rencana KB pascasalin.

f) Tanda-tanda awal persalinan

g) Kebutuhan dasar ibu hamil

h) Tanda bahaya pada kehamilan

i) Hal yang harus dihindari selama hamil

Rasional: menurut penelitian Saadah (2018), menyatakan dengan memberikan

komunikasi terapeutik meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu terhadap

kehamilannya, mampu mengenali kondisi tubuh sehingga ibu mampu

mengambil keputusan dalam perawatan kehamilannya dengan baik.

3) Anjurkan ibu melakukan skrining pemeriksaan darah NLR/rapid test dan

konsultasikan kepada profesi lain apabila ada masalah pada 14 hari sebelum

taksiran persalinan.

Rasional: skrining dilakukan untuk menentukan status COVID-19 dan

perencanaan tempat persalinan (Kemenkes, 2020).

4) Observasi keterampilan ibu mengenai senam hamil, yoga dan perawatan

payudara.

Rasional: melalui senam hamil dan yoga yang teratur dapat menjaga kondisi

otot-otot dan persendian yang berperaan dalam persalinan dan membuat ibu

lebih rileks. Perawatan payudara untuk tetap menjaga kebersihan dan

kesehatan payudara untuk mempersiapkan proses laktasi (Kemenkes RI,


30

2020)

5) Anjurkan dan dampingi ibu melakukan ANC terpadu, senam hamil, dan

mengikuti kelas ibu hamil untuk mendaapatkan KIE yang efektif. Rasional:

Deteksi dini komplikasi dan pelaksanaan komunikasi terapeutik. Pembatasan

pertemuan dapat memcegah penularan virus Covid-19 (Kemeskes RI, 2020)

6) Berikan terapi suplemen zat besi (Fe) paling sedikit 90 tablet selama

kehamilan dan asam folat serta beritahu ibu cara meminumnya.

Rasional: tablet Fe membantu pembentukan sel-sel darah putih dan

memproses produksi kadar Hb dalam darah, kalk memenuhi kebutuhan

kalsium, asam folat untuk membantu pembentukan asam nukleat (DNA dan

RNA) (Kemenkes RI, 2010).

7) Anjurkan dan dampingi ibu hamil untuk melakukan vaksinasi Covid-19.

Rasional : system kekebalan vaksinas mengenali antigen dan menghasilkan

antibodi untuk mengurangi gejala Covid-19 (Kemenkes RI, 2020)

8) Anjurkan ibu dan keluarga untuk melaksanakan protocol kesehatan berupa

5M meliputi mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi

kerumunan, dan mengurangi mobolitas.

Rasional : menurut penelitian Vania (2019) menyatakan bahwa protokol

kesehatan yang ketat akan mencegah tertularnya Covid-19 pada ibu hamil.

9) Lakukan perujukan ketika terjadi komplikasi: perdarahan antepartum,

demam, hipertensi berat (diastole >110 mmHg) tanpa protein urin,

preeklampsia, risiko KEK, obesitas, TFU tidak sesuai usia kehamilan,

kelainan letak janin, gawat janin, anemia, diabetes, malaria, tuberkulosis,


31

sifilis (Kemenkes, 2010) dan COVID-19.

Rasional: rujukan bagian dari pelayanan kesehatan yang berkesinambungan.

10) Jadwalkan ibu kunjungan ulang sesuai usia kehamilan yaitu setiap 2 minggu

usia kehamilan 7-9 bulan, setiap 1 minggu setelah usia kehamilan 9 bulan,

atau sewaktu-waktu bila ada keluhan dengan melakukan janji temu melalui

media komunikasi sebelum kunjungan dan menerapkan protokol kesehatan

seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak saat melakukan

kunjungan.

Rasional: Kunjungan ulang untuk mendeteksi komplikasi kehamilan,

persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi kegawatdaruratan.

11) Masalah kebidanan yang muncul

a) Ketidaknyaman dan masalah yang mungkin muncul pada kehamilan TM

3 meliputi nocturia (sering kencing), nyeri perut bawah.

1. Tujuan : ibu mengerti dan dapat beradaptasi dengan keluhan yang

sering dialami.

2. Kriteria hasil :

a) pengetahuan ibu semakin meningkat dengan mampu

menjelaskan kembali mengenai ketidaknyamatan trimester III

dan cara mengatasinya.

b) ibu mau bekerja sama dan mentaati terhadap nasehat yang

diberikan.

c) peningkatan frekuensi berkemih atau sering BAK.

1. Jumlah keluarnya urin dalam waktu 24 jam ±1500 cc


32

tergantung dengan masuknya cairan dalam tubuh

2. Warna urin kuning jernih

3. Frekuensi 10-12 kali tetapi tidak disertasi dengan rasa nyeri,

panas, gatal, tidak ada kemerahan didaerah sekitar vulva

vagina, tidak ada nanah dalam kelenjar bartolini, tidak ada

nyeri perut bagian bawah

d) Nyeri perut bawah

1. Nyeri berkurang atau tidak nyeri sehingga tidak

mengganggu aktivitas

2. Nyeri yang bertambah saat sedang melakukan gerakan

namun nyeri berkurang saat sedang berbaring

3. Intervensi

a) Beritahu hasil hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

Rasional : menurut penelitian Saadah (2018) menyatakan

dengan memberikan tambahan informasi dapat memungkinkan

penghayatan yang lebih baik bagi ibu terhapat keadaannya dan

dapat memberikan pendidikan kesehatan bagi ibu.

b) Berikan KIE ketidaknyamanan yang terjadi pada trimester III

Rasional: menurut penelitian Saadah (2018), menyatakan

dengan memberikan komunikasi terapeutik dapat

meningkatkan pengetahuan serta pemahaman ibu terhadap

kehamilannya, sehingga ibu mampu mengenali kondisi

tubuhnya dan mengambil keputusan.


33

c) Berikan dukungan kepada ibu hamil dari suami, keluarga dan

petugas kesehatan

Rasional : menurut penelitian Saadah (2018) menyatakan

dengan memberikan dukungan meningkatkan keyakinan dan

menambah kekuatan ibu terhadap kehamilannya.

d) Peningkatan frekuensi berkemih/sering BAK.

1. Kurangi asupan cairan sebelum tidur malam hari.

Rasional : menurut penelitian Ardiansyah (2016), menyatakan

dengan mempertahankan tingkat cairan dan perfusi ginjal

adekuat, mengurangi natrium diet untuk mempertahankan

status isotonik. Sehingga ibu tidak keletihan saat BAK di

malam hari.

2. Batasi minuman yang mengandung bahan kafein (teh, kopi,

soda).

3. Kosongkan kandung kemih saat terasa ingin berkemih

Rasional : menurut penelitian Sari (2018), menyatakan

bahwa menahan BAK akan menimbulkan iritasi dan infeksi

pada saluran kemih

4. Lakukan perujukan apabila ditemukan kegawatdaruratan

misalnya penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes mellitus.

Rasional : risiko klien terhadap masalah sirkulasi yang

mempengaruhi plasenta dan janin di pengaruhi oleh fungsi

ginjal disertai dengan peningkatan volume cairan dan statis


34

meningkat (Doenges, 2014).

e) Nyeri perut bagian bawah.

1. Hindari mengangkat beban dan membungkuk berlebihan.

Rasional: hal ini dapat menghilangkan tegang pada

punggung bawah (Varney, 2008).

2. Gunakan sepatu tumit rendah

Rasional: sepatu tumit tinggi memperberat masalah pada

pusat gravitasi serta lordosis dan tidak stabil (Walsh, 2012).

3. Tidur miring kiri dengan perut diganjal bantal

Rasional: postur yang baik ketika berbaring tanpa adanya

tegangan diarea tertentu dibantu dengan bantal (Varney,

2008).

4. Lakukan rujukan dan kolaborasi dengan dokter SpOg jika

nyeri perut dirasa semakin bertambah buruk.

Rasional: penanganan lanjutan yang lebih cepat akan

memperbaiki masalah yang dirasakan oleh ibu hamil

(Varney, 2008)

12) Berikan terapi lanjutan sesuai dengan kebutuhan ibu. Ibu hamil mendapat 90

tablet Fe dan asam folat selama kehamilan

13) Jadwalkan ibu untuk kunjungan ulang sesuai usia kehamilannya pada TM 3

usia kehamilan 28-36 minggu kontrol ulang 2 minggu sekali, usia kehamilan

36-40 minggu kontrol 1 minggu sekali atau sewaktu-waktu ada keluhan dengan

pemeriksaan yang dilakukan menurut (Manuaba, 2012). Lakukan janji temu


35

untuk melakukan pemeriksaan antenatal care melalui media komunikasi

(telepon/SMS/WA) atau secara daring (Kemenkes, 2020a). Untuk mendeteksi

komplikasi pada masa kehamilan, persiapan persalinan dan kesiapan

menghadapi kegawatdaruratan.

14) Pada ibu hamil suspek probable dan terkontaminasi COVID-19, saat pelayanan

antenatal mulai diberikan KIE mengenai pilihan IMD, rawat gabung dan

menyusui. Dengan diberikan pemahaman dan KIE lebih awal diharapkan pada

saat persalinan sudah memiliki pemahaman dan keputusan untuk perawatan

bayinya (Kemenkes, 2020a).

15) Konseling perjalanan untuk ibu hamil, sebaiknya tidak melakukan perjalanan

ke luar negeri atau ke daerah dengan transmisi lokal atau zona merah (risiko

tinggi) (Kemenkes, 2020a). Mencegah ibu hamil tertular COVID-19.

16) Merencanakan rujukan apabila terdapat kondisi patologis seperti hipertensi

gravidarum, anemia, ketuban pecah dini, diabetes gestasional, preeklampsia,

plasenta previa, prematur. Lakukan rujukan BAKSOKUDoPN (Bidan, alat,

keluarga, surat, obat, kendaraan, uang, donor, posisi, nutrisi) (Kemenkes RI,

2020).

2.1.4 Pelaksanaan

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif dan

efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien atau pasien dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dilaksanakan secara

mandiri, kolaborasi dan rujukan (Kemenkes, 2011)


36

2.1.5 Evaluasi

Pada langkah ini, bidan melakukan evaluasi sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan dalam rencana asuhan. Semakin dekat hasil tindakan yang dilakukan

dengan sasaran yang telah ditetapkan di dalam kriteria, maka tindakan akan

mendekati keberhasilan yang diharapakn evaluasi dilakukan dengan pendekatan

SOAP, menurut (Kemenkes, 2011) yaitu :

S : Data subyektif, mencatat hasil anamnesa

O : Data obyektif, mecatat hasil pemeriksaan

A : Assesment, mencatat diagnose dan masalah kebidanan

P : Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan pentalaksanaan yang sudah

dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara

komprehensif : penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan

rujukan.

PETUGAS

2.2 Konsep Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

2.2.1 Data Subyektif

1. Keluhan utama

Keluhan utama setiap kala pada persalinan berbeda, sebagai berikut :

a. Kala I: ibu merasakan perut mulas-mulas teratur, semakin sering dan lama.

Keluar bloodslym, dan ketuban dari jalan lahir (Manuaba, 2012 : 175).

b. Kala II: ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau

vaginanya (Wiknjosastro, 2014 : 77).


37

c. Kala III: ibu masih merasakan nyeri dan tiba-tiba mengeluarkan darah yang

menandakan pelepasan plasenta (Wiknjosastro, 2014 : 77).

d. Kala IV: setelah plasenta lahir, kontraksi uterus tetap kuat tidak diikuti

oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan ada kesempatan dalam

membuat trombus. Kontraksi terjadi melalui hisapan bayi, karena

pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior (Manuaba, 2012).

2. Riwayat Kebidanan

a. Haid : persalinan normal terjadi pada usia kehamilan 37-40 minggu

(Saifuddin, 2016). Bila persalinan terjadi pada usia kehamilan 37-42

minggu disebut persalinan aterm, tetapi jika terjadi pada usia kehamilan

>42 minggu disebut dengan persalinan serotinus (Manuaba, 2013).

b. Persalinan Sekarang : pada riwayat peralinan sekarang perlu dikaji

tentang keluhan yang dirasakan oleh ibu seperti kenceng-kenceng/his,

pengeluran lendir darah (blood slym), nyeri yang menjalar dari pinggang

ke perut bagian bawah. Lama kala I primigravida adalah 13-14 jam dan

pada multigravida lamanya 6-7 jam (Sofian, 2013:73). Pembukaan

primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.lama kala

II untuk primigravida tidak boleh lebih dari 120 menit dan multigravida

60 menit. Kala III berkisar antara 5-30 menit (Manuaba, 2012:128)

3. Pola kehidupan sehari-hari

a. Nutrisi : pada ibu saat persalinan metabolisme berubah sehingga tidak

mampu mencerna dengan baik makanan padat karena adanya kontraksi.

Makanan yang diberikan adalah makanan ringan dan asupan cairan yang
38

cukup selama persalinan akan memberi lebih banyak energi dan

mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi atau

membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif

(Wiknjosastro, 2017:38).

b. Eliminasi : tekanan kepala bayi pada perineum merangsang reflek saraf,

menyebabkan keinginan BAB (Manuaba, 2012:70). Kandung kemih

dengan mudah dapat dipalpasi di atas simfisis, ibu diperbolehkan untuk

berjalan dengan bantuan ke toilet untuk berkemih. Jika kandung kencing

terdistensi dan tidak dapat berkemih indikasi kateterisasi.

c. Personal hygiene : perubahan suhu selama persalinan dan setelah

persalinan mengeluarkan banyak keringat, keluarnya lendir darah, dan

air ketuban, sehingga dibutuhkan pakaian yang tipis, longgar dan

menyerap keringat, serta menjaga kebersihan vagina dengan membasuh

sekitar kemaluan setelah BAB atau BAK (Manuaba, Ilmu Kebidanan,

Penyakit Kandungan dan KB, 2012).

d. Aktivitas : aktivitas ibu bersalin ada perubahan karena adanya his, his

mengakibatkan ibu sakit untuk bergerak, jadi ibu cenderung ingin

berbaring diatas tempat tidur. Seharusnya ibu melakukan aktivitas ringan

seperti: berjalan-jalan disekitar kamar bersalin, jongkok dan berbaring

miring. Apabila kontraksi sudah terlalu sering diikuti dengan ketuban

pecah maka ibu tidak diperbolehkan turun dari tempat tidur (Sofian,

2013:82).
39

e. Istirahat dan tidur : umumnya ibu hamil yang akan melahirkan suka

berbaring karena sakit ketika ada his (Saifuddin,2016:300). Posisi duduk

atau setengah duduk dan berbaring miring ke kiri dapat memberikan

kemudahan untuk beristirahat di antara kontraksi (Wiknjosastro,

2014:39).

4. Psikososial dan Spiritual : menjelang proses melahirkan, ibu biasanya

merasa khawatir, cemas, takut dalam menghadapi proses persalinan,

terutama pada ibu primigravida. Rasa takut yang muncul akan memicu

rasa sakit saat melahirkan karena membuat jalan lahir menjadi keras dan

sempit. Ibu bersalin rawan mengalami depresi sehingga harus ditemani

anggota keluarga (Marmi, 2017 : 23).

5. Latar belakang sosial budaya : kebiasaan minum rumput fatimah dapat

merangsang kontraksi uterus. Mengonsumsi air rumput fatimah tidak

dianjurkan karena mengandung oksitosin yang belum diketahui dosisnya

(Manuaba, 2012 : 116).

2.2.2 Data Obyektif

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : normalnya pada ibu bersalin keadaan umum baik,

komposmetis (Romauli, 2011 : 170).

b. Tanda-tanda vital

1) Tekanan darah : normalnya yaitu 100/70-130/90 mmHg, diukur/4 jam

(Romauli, 2011:173). Tekanan darah pada persalinan kala II akan


40

meningkat disertai dengan peningkatan sistolic rata-rata 10-20 mmHg dan

diastolic rata-rata 5-10 mmHg (Damayanti, 2014:80).

2) Nadi : denyut nadi normal ibu antara 60-80x/menit (Romauli, 2011:173).

Jika frekuensi meningkat lebih dari 100 denyut per menit. Hal tersebut

dapat mengindikasikan adanya nyeri. Infeksi ketosis atau perdarahan

(Damayanti, 2014:81).

3) Suhu : suhu tubuh normalnya 36,5-37,5ºC peningkatan suhu tubuh tidak

lebih dari 0,5–10℃ dianggap normal. Pengukuran suhu dilakukan setiap 2

jam (Romauli, 2011).

4) Pernafasan : normalnya 16-24 kali/menit (Romauli, 2011:173). Sedikit

meningkat frekuensi pernapasan masih normal selama persalinan, dan

mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi (Wiknjosastro,

2017:41).

2. Pemeriksaan Fisik

Data obyektif juga diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik secara head to toe

menggunakan teknik inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

a. Muka: pemeriksaan secara inspeksi, menjelang persalinan ibu akan kelihatan

gelisah ketakutan dan menahan rasa sakit akibat his. Ibu bersalin yang

menderita mata minus >5 risiko mengalami kerusakan retina karena tekanan

pada bola mata saat mengejan (Saifuddin, 2014).

b. Payudara: normalnya putting menonjol dan kolostrum sudah keluar. Putting

datar berpengaruh pada keberhasilan IMD (Varney, 2008 : 719).


41

c. Abdomen dan Genetalia:

Tabel 2.8
Perubahan Abdomen dan Genetalia

Kala Abdomen Genetalia


I TFU sesuai usia kehamilan Terdapat lendir bercampur darah
II TFU turun seiring turunnya Terdapat pengeluaran pervaginam
kepala janin berupa bloody slym, perineum menonjol,
vulva dan sfingter ani membuka.
III TFU setinggi pusat Adanya tali pusat di depan vulva,
perdarahan dan robekan perineum.
IV TFU 2 jari bawah pusat Terdapat jahitan, pengeluaran darah dari
vagina yang berasal dari pembuluh darah
yang ada di dinding rahim.
Sumber: Wiknjosastro, 2014. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

Robekan perineum dibagi menjadi 4 derajat


Tabel 2.9
Derajat Luka Perineum

Derajat Klasifikasi
1 Laserasi mulai dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum
2 Laserasi mulai dari mukosa vagina, komisura posterior,kulit
perineum, otot perineum
3 Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot sfingter
ani
4 Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot sfingter
ani, dinding depan rectum
Sumber: Wiknjosastro, 2014. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

3. Pemeriksaan khusus

Pada pemeriksaan khusus dilakukan palpasi abdomen, auskultasi djj,

pengukuran kontraksi, penurunan kepala dan pemeriksaan dalam.

a. Palpasi: palpasi abdomen digunakan untuk menentukan seberapa besar

bagian kepala janin yang teraba di pintu atas panggul, menentukan letak

bokong, kepala dan presentasi janin. Penurunan bagian terbawah janin

diukur dengan metode lima jari (Wiknjosastro, 2014 : 40-42).

Penurunan bagian terbawah janin terdapat pada tabel 2.10 berikut :


42

Tabel 2.10
Penurunan Bagian Terbawah dengan Metode Lima Jari (Perlimaan)

Periksa Luar Periksa Dalam Keterangan


Kepala diatas PAP, mudah
= 5/5 HI digerakkan

Sulit digerakkan, bagian terbesar


= 4/5 H I-II kepala belum masuk panggul

Bagian terbesar kepala belum


= 3/5 H II-III masuk panggul
Bagian terbesar kepala sudah
= 2/5 H III+ masuk panggul

Kepala didasar panggul


= 1/5 H II I-IV

Di perineum
= 0/5 H IV

Sumber : Saifuddin. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. N-10

b. Auskultasi: denyut jantung janin (DJJ) diperiksa setiap 60 menit pada kala

I fase laten dan tiap 30 menit fase aktif atau lebih sering bila terdapat tanda-

tanda gawat janin dan pada kala II saat ibu tidak ada kontraksi

(Wiknojosastro, 2014 : 43).

c. His: kala I intervalnya 3–4 menit dengan durasi 40–60 detik. His kala II

semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detik. His

kala III atau setelah bayi lahir sekitar 8–10 menit kemudian rahim

berkontraksi untuk melepaskan plasenta dari insersinya, sedangkan his kala

IV atau setelah plasenta lahir kontraksi tetap kuat dengan amplitudo 60–80

mmHg (Saifuddin, 2014 : 289-290).


43

4. Pemeriksaan dalam

Dilakukan tiap 4 jam sekali pada kala I fase laten dan tiap 4 jam atau bila ada

indikasi kala II pada kala I fase aktif (Wiknjosastro, 2014 : 193). Pemeriksaan

dalam yang dilakukan pada tabel 2.11 :

Tabel 2.11
Pemeriksaan Dalam
Kala Pemeriksaan Dalam
I Keadaan vulva/ vagina tidak ada kelainan, pembukaan 1-10 cm, efficement/
pendataran serviks 0-100%, ketuban utuh/ pecah (jernih, mekonium, darah,
kering), presentasi terbawah normal kepala, bidang hodge I-IV,
denominator normalnya presentasi belakang kepala dengan petunjuk ubun-
ubun kecil di segmen depan, normalnya tidak ada moulase, normalnya tidak
ada bagian terkecil di samping janin, panggul normal bila promontorium
tidak teraba, tidak ada tumor, linea innominata tidak teraba, spina ischidika
tidak teraba menonjol dan sudut arkus pubis >90º, kesan jalan lahir normal.
II Keadaan vulva/ vagina terdapat cairan lendir bercampur darah, pembukaan
10 cm, efficement/ pendataran serviks 100%, ketuban utuh/ pecah (jernih,
meconium, darah, kering), presentasi terbawah normal kepala, bidang
hodge IV, denominator normalnya presentasi belakang kepala dengan
petunjuk ubun-ubun kecil di segmen depan, normalnya tidak ada moulase,
normalnya tidak ada bagian terkecil di samping janin, kesan jalan lahir
normal.
Sumber: Wiknjosastro, G. (2014). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.

Menurut Manuaba (2012 : 231), penurunan kepala berdasarkan bidang Hodge

dibahas pada tabel 2.12

Tabel 2.12
Penurunan kepala janin berdasarkan bidang hodge
Bidang Hodge Keterangan
I Bidang yang dibuat sama dengan pintu atas panggul

II Bidang yang dibuat sejajar dengan bidang pertama


langsung dibawah simfisis
III Bidang yang sejajar dengan bidang pertama
dan kedua melalui spina ischiadika
IV Bidang yang sejajar dengan ketiga bidang
diatas melalui ujung sacrum
Manuaba. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.
44

2.2.3 Assesment

G≥1 PAPIAH, usia kehamilan 37-40 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin,

situs bujur, habitus fleksi, posisi puka/puki, presentasi kepala, HI-IV, kepala masuk

PAP/belum, kesan jalan lahir normal, inpartu kala I fase leten/aktif (akselerasi,

dilatasi maksimal, deselerasi)/kala II/kala III/kala IV, psikologi baik, keadaan

umum ibu dan janin baik, prognosa baik (Manuaba I. A., Ilmu Kebidanan, Penyakit

Kandungan, dan KB, 2013).

2.2.4 Penatalaksanaan

Kala I (Wiknjosastro, Asuhan Persalinan Normal, 2017) :

1. Lakukan inform consent

2. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan. Ibu mengerti akan proses dan

kemajuan persalinan sehingga bersikap tenang dan sabar ketika kontraksi

(Sumarah, 2010).

3. Lakukan skrining COVID-19 dan jelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil

pemeriksaaan hasil jika hasil skrining negatif ibu dapat bersalin di PMB dengan

standar pencegahan penularan covid ketat (Varney, 2008).

4. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu selama proses persalinan.

Dukungan yang diberikan oleh pendamping persalinan akan membuat ibu

merasa nyaman dan persalinan berjalan lancar (Marmi, 2016).

5. Ajarkan ibu teknik relaksasi saat ada his. His bersifat menimbulkan rasa sakit,

ibu disarankan menarik nafas panjang dari hidung lalu tahan sebentar dan

hembuskan pelan-pelan melalui mulut akan membantu ibu rileks saat ada his

(Marmi, 2016).
45

6. Anjurkan suami atau keluarga untuk memijat punggung atau kaki ibu. Sentuhan

lembut suami atau pijatan pada punggung ibu dapat mengurangi ketegangan

(Marmi, 2016).

7. Anjurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman dan tidak berbaring

telentang. Berbaring terlentang membuat berat uterus dan isinya (janin, cairan

ketuban, plasenta dan lain-lain) menekan vena kava inferior ibu sehingga

mengurangi pasokan oksigen melalui sirkulasi uteroplasenter dan akan

menyebabkan hipoksia pada bayi. Berbaring terlentang juga akan mengganggu

kemajuan persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif

(Wiknjosastro, Asuhan Persalinan Normal, 2017).

8. Anjurkan ibu untuk makan atau minum selama persalinan. Asupan makanan

dan cairan akan memberikan energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi dapat

menyebabkan perlambatan kontraksi dan/atau kontraksi tidak teratur dan

kurang efektif (Wiknjosastro, Asuhan Persalinan Normal, 2017).

9. Anjurkan ibu untuk berkemih sedikitnya setiap 2 jam atau ketika kandung

kemih terasa penuh. Kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan ibu tidak

nyaman, mengganggu penurunan kepala janin, memperlambat kemajuan

persalinan, mengganggu penatalaksanaan distosia bahu, risiko perdarahan

pascasalin karena atonia uteri (Wiknjosastro, Asuhan Persalinan Normal, 2017).

10. Observasi DJJ, nadi, his setiap 30 menit, tekanan darah, suhu, produksi urin

setiap 1 jam. Mencatat pada partograf dan lembar observasi, memantau kondisi

ibu dan janin serta mendeteksi dini kemungkinan terjadinya partus lama

(Wiknjosastro, Asuhan Persalinan Normal, 2017).


46

11. Lakukan pemeriksaan dalam 4 jam lagi atau ketika ada tanda persalinan.

menilai kemajuan persalinan, pembukaan serviks, penurunan kepala,

efficement, ketuban, bagian terendah janin sesuai dengan partograf

(Wiknjosastro, Asuhan Persalinan Normal, 2017).

12. Dokumentasikan hasil pemeriksaan di lembar observasi pada saat fase laten

dan partograf saat pembukaan sudah memasuki fase aktif.

13. Lakukan perujukan apabila pada kala I memanjang, kala II lama, fetal distress,

kala III retensio plasenta, kala IV perdarahan aktif, atonia uteri dan covid 19

positif (Kemenkes, 2020).

Kala II (Wiknjosastro, Asuhan Persalinan Normal, 2017)

1. Pastikan tanda gejala kala II yaitu dorongan ingin meneran, tekanan pada anus,

perinium menonjol, vulva dan sfingter ani membuka. Gejala kala II merupakan

mekanisme alamiah bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai

2. Pastikan perlengkapan alat, bahan dan obat esensial untuk menolong persalinan.

Ketidakmampuan untuk menyediakan semua perlengkapan, bahan-bahan dan

obat-obat esensial pada saat diperlukan akan meningkatkan risiko terjadinya

penyulit pada ibu dan bayi baru lahir sehingga keadaan ini dapat

membahayakan keselamatan jiwa

3. Gunakan pelindung diri level 3 yaitu pelindung kepala, masker N95, kacamata

google, face shield, gown, apron/celemek plastik, sarung tangan DTT/steril,

sepatu boots (Kemenkes RI, 2020). Pelindung diri merupakan penghalang

antara penolong dengan bahan yang berpotensi untuk menularkan penyakit

(Wiknjosastro, Asuhan Persalinan Normal, 2017).


47

4. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pemukaan lengkap. Menilai

kemajuan persalinan, pembukaan serviks, penurunan kepala, efficement,

ketuban, bagian terendah janin sesuai dengan partograf (Wiknjosastro, Asuhan

Persalinan Normal, 2017).

5. Beritahu pembukaan sudah lengkap, keadaan janin baik dan ibu dapat meneran.

Ibu memiliki pengetahuan proses persalinan, memerlukan informasi tentang

kemajuan persalinan

6. Bantu ibu untuk menentukan posisi yang nyaman serta ajarkan cara meneran

yang benar. Posisi senyaman mungkin membantu turunnya kepala bayi dan

memperpendek waktu persalinan dan posisi meneran yang benar untuk

mempercepat proses persalinan

7. Pimpin meneran saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran. Meneran

secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernapas sehingga kelelahan dan

meningkatkan risiko asfiksia pada bayi (Wiknjosastro, Asuhan Persalinan

Normal, 2017)

8. Anjurkan ibu untuk minum di sela-sela his selama persalinan kala II. Cukupnya

asupan cairan mencegah ibu mengalami dehidrasi (Wiknjosastro, Asuhan

Persalinan Normal, 2017)

9. Pantau DJJ setiap 5-10 menit, normalnya 120-160x/menit. Gangguan kondisi

kesehatan janin dicerminkan dari DJJ yang <120 atau >160x/menit

10. Saat kepala crowning 5-6 cm letakan kain bersih dan kering dilipat 1/3 bagian

di bawah bokong ibu dan handuk bersih di atas perut bawah ibu. Kain yang

dilipat 1/3 bagian untuk megusap muka bayi setelah lahirnya kepala dan handuk
48

pada perut ibu untuk mengeringkan bayi (Wiknjosastro, Asuhan Persalinan

Normal, 2017).

11. Lindungi perinium dengan satu tangan dan tangan lain menahan kepala bayi

agar tetap fleksi. Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya bayi

secara bertahap dan hati-hati dapat mengurangi keregangan berlebihan

(robekan) pada vagina dan perineum (Wiknjosastro, Asuhan Persalinan

Normal, 2017).

12. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat, tunggu putar paksi luar, lahirkan

kepala, bahu, badan, dan kaki bayi. Mengontrol kelahiran badan bayi dan

menempatkan bayi aman dalam rengkuhan tangan

13. Lakukan penilaian BBL dalam 0 detik yaitu, apakah bayi cukup bulan,

menangis atau bernafas/tidak, megap-megap dan tonus otot baik/bergerak aktif.

Dasar pengambilan keputusan apakah bayi perlu resusitasi

Bayi Baru Lahir (BBL) (Wiknjosastro, Asuhan Persalinan Normal, 2017) :

1. Letakkan bayi di atas perut ibu. Untuk memudahkan tindakan jepit potong tali

pusat

2. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali

bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Hipotermi mudah terjadi pada bayi

yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan

3. Dalam 2 menit setelah bayi lahir, jepit, potong dan ikat tali pusat. Memberi

cukup waktu bagi tali pusat mengalirkan darah kaya zat besi kepada bayi
49

4. Letakkan bayi tengkurap di dada dan perut ibu, kepala diantara payudara ibu

dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting untuk IMD minimal 1 jam.

Bounding attachment antara ibu dan bayi

5. Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir 1 jam pascasalin.

Mengidentifikasikan masalah mungkin terjadi pada bayi

6. Lakukan pemberian injeksi vitamin K1 pada 1/3 paha kiri bagian luar bayi dan

oleskan salep mata. Vitamin K1 mencegah perdarahan otak bayi dan salep mata

untuk mencegah infeksi.

7. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1, beri imunisasi Hepatitis B (<24 jam).

Imunisasi Hepatitis B mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi

8. Mandikan bayi setelah 6 jam pascasalin dan suhu bayi stabil. Memandikan bayi

dalam beberapa jam setelah lahir dapat menyebabkan hipotermi yang

membahayakan bayi

9. Bila beragama islam beri kesempatan ayah untuk mengadzani bayi

10. Bila bayi normal tempatkan bayi satu ruangan dengan ibu dan susui bayi secara

on demand 1-2 jam sekali

11. Melakukan rujukan apabila terdapat kondisi patologis pada bayi seperti tidak

menangis, asfiksia pada bayi

Kala III (Wiknjosastro, Asuhan Persalinan Normal, 2017) :

1. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada bayi kedua. Memastikan

tidak adanya kehamilan ganda


50

2. Suntikan oksitosin 10 IU secara IM dalam 1 menit setelah bayi lahir. Oksitosin

merangsang uterus untuk berkontraksi sehingga dapat membantu pelepasan

plasenta dan mengurangi perdarahan

3. Pindahkan klem pada tali pusat 5–10 cm dari vulva, saat ada tanda pelepasan

plasenta (perubahan bentuk dan TFU, tali pusat memanjang, semburan darah

mendadak dan singkat) lakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) ketika

ada his dengan dorso kranial dan ulangi hingga plasenta lepas dari dinding

uterus dan lahirkan plasenta. Mencegah avulsi tali pusat dan inversio uteri

4. Periksa kelengkapan plasenta. Mendiagnosis adakah sisa plasenta yang

tertinggal

5. Masase fundus uteri selama 15x dalam 15 detik. Masase uterus dilakukan agar

uterus berkontraksi

Kala IV (Wiknjosastro, Asuhan Persalinan Normal, 2017) :

1. Evaluasi kemungkinan laserasi, lakukan penjahitan bila terdapat derajat

laserasi I dan II. Penjahitan laserasi untuk menyatukan kembali jaringan

2. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik, evaluasi, dan estimasi jumlah

kehilangan darah (Wiknjosastro,2014).

3. Pastikan kandung kemih kosong, jika penuh lakukan kateterisasi

(Wiknjosastro,2014).

4. Observasi kala IV: TD, nadi, suhu, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih,

perdarahan tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit di jam kedua.

Mencegah komplikasi dalam 2 jam pertama postpartum


51

5. Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase dan menilai kontraksi.

Deteksi dini jika uterus tidak berkontraksi dengan baik

6. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. Memperkirakan kehilangan

darah untuk menilai kondisi ibu

7. Dekontaminasikan alat dan tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5% serta

buang bahan bekas pakai pada sampah medis. Mencegah infeksi dengan

membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

8. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT dan beri rasa nyaman.

Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan risiko infeksi.

9. Lengkapi partograf, periksa TTV dan asuhan kala IV. Pemantauan 2 jam

postpartum dapat mencegah komplikasi

10. Rujuk apabila terdapat kondisi patologis seperti perdarahan. Asuhan dilakukan

sesuai kewenangan bidan (Kemenkes, 2020a).

PETUGAS

2.3 Konsep Dasar Nifas dan Menyusui

2.3.1 Data subyektif

1. Keluhan utama : keluhan yang sering dialami ibu masa nifas antara lain after

pain (nyeri setelah lahir) (Bahiyatun, 2013). Rasa nyeri atau (afterpain) seperti

mulas - mulas yang disebabkan kontraksi oleh rahim, afterpain ini berlangsung

selama 3-4 hari post partum dan sering terjadi pada multipara, karena uterus

yang teregang maka kontrasi uterus cenderung terjadi dua kali lipat dari uterus

pada primipara. Kontraksi pada uterus yang kuat akan mempengaruhi involusi

uterus. Rasa nyeri atau afterpaint ini terjadi ketika ibu menyusui karena
52

produksi ASI menimbulkan pelapasan oksitosin yang merangsang uterus untuk

berontraksi (Mander, 2013).

2. Riwayat haid : sebagian besar menstruasi kembali setelah 4–6 bulan. Selama 3

bulan belum menstruasi dapat disebut sebagai metode kontrasepsi metode

amenore laktasi (MAL) (Manuaba I. B., 2012).

3. Riwayat KB : ibu yang memberikan air susu ibu (ASI) kembalinya kesuburan

atau menstruasi sulit diperhitungkan dan sifatnya individu. Sebagian besar

menstruasi kembali setelah 4-6 bulan (Manuaba, 2013). Biasanya wanita tidak

akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ibu mendapatkan lagi haidnya

selama meneteki (Saifuddin, 2016).

4. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi : pada ibu nifas terjadi ada penambahan nafsu makan pada ibu nifas

sehingga membutuhkan kalori 2500 dengan beragam makanan tanpa tarak

protein. Kebutuhan air minum pada ibu menyusui 14 gelas sehari pada 6

bulan pertama dan 12 gelas pada 6 bulan kedua (Kemenkes RI, 2016).

2) Eliminasi : setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit

untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab karena terdapat

spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah mengalami

kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan

berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat menahan air akan

mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”.

Normalnya ibu nifas harus mampu berkemih 4-8 jam pertama minimal 200

cc (Bahiyatun, 2016). Menurut (Marmi, 2011) ibu nifas harus bisa BAK

spontan dalam waktu 3-4 jam sedangkan BAB spontan 3-4 hari postpartum.
53

3) Personal hygiene : normalnya pada ibu postpartum mengalami perubahan

di personal hygiene karena pengeluaran keringat, luka jahitan perineum, dan

pengeluaran ASI. Untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh dianjurkan

sering ganti pakaian, celana dalam dan pembalut, serta tidak diperbolehkan

terlalu sering menyentuh daerah luka jahitan perineum (Saifuddin,

2011:129).

4) Istirahat : normalnya pada ibu post partum segera setelah melahirkan sampai

1 hari post partum ibu menginginkan tidur lelap karena ibu merasa lelah

setelah proses persalinan yang panjang maka memerlukan istirahat yang

banyak gunanya untuk mencegah kelelahan yang berlebihan (Saifuddin,

2011:130). Jika ibu kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam hal

jumlah ASI yang direproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan, dan menyebabkan depresi dan ketidak

mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Saadah N. , 2010).

5) Aktivitas : normalnya ibu malas bergerak karena merasa tidak nyaman ada

luka jahitan perineum, ibu mengalami dehidrasi karena mengeluarkan

cairan banyak (lendir, darah dan keringat), dan keluar tenaga sehingga ibu

merasa lemas, segera setelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu untuk

bangun dari tempat tidurnya pada 24-48 jam setelah melahirkan (Walyani,

2016:66).

6) Seksual : libido akan mengalami penurunan selama sekitar 6 minggu atau

42 hari setelah persalinan karena rasa sakit nyeri karena fungsi pembasahan

vagina yang belum kembali seperti semula atau luka yang masih dalam
54

proses penyembuhan. Selain itu disebabkan karena sensitivitas berkurang

dan melebarnya otot-otot vagina (Walyani, 2016:69).

7) Latar belakang sosial budaya : ibu nifas harus menghindari kebiasaan yang

dapat merugikan ibu dan bayi meliputi tarak makan, penggunaan bebat perut

kencang, tidur telentang selama 40 hari, membuang kolostrum (Saifuddin,

2014).

8) Psikososial dan spiritual

Menurut: Bahiyatun (2013), membagi 3 tahap psikologis :

Tabel 2.13
Tahapan Psikologis Ibu Nifas
Fase
Waktu Keterangan
Psikologis
Fokus perhatian pada diri sendiri, mudah tersinggung,
Taking in 1-2 hari pasif terhadap lingkungan, nafsu makan bertambah
sehingga kebutuhan nutrisi harus terpenuhi
Khawatir dengan kemampuannya, mudah tersinggung,
Taking hold 3-10 hari dibutuhkan dukungan keluarga, berusaha untuk
merawat bayi
Mampu menyesuaikan diri dan menerima tanggung
jawab, memiliki keinginan untuk merawat bayi,
Letting go > 10 hari
dibutuhkan dukungan keluarga, sering terjadi depresi
postpartum
Sumber: Bahiyatun. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

2.3.2 Data Obyektif

Pada pengkajian data obyektif kesadaran ibu composmentis (Manuaba, 2012)

dan tanda-tanda vital normal.

1. Tanda-tanda vital : tanda-tanda vital normal diukur melalui tekanan darah

normal saat nifas 90/60-120/90 mmHg, nadi normal pada ibu nifas adalah 60-

100 x/menit, Suhu tubuh ibu nifas normal yaitu 36,5º-37,5ºC, (Walyani, 2016).

Peningkatan suhu badan normal terjadi pada 24 jam pertama masa nifas, pada

umumnya disebabkan oleh dehidrasi saat proses persalinan tetapi setelah 12 jam
55

post partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu > 38°C mengarah ke

tanda-tanda infeksi (Ambarwati, 2010). Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.

Apabila respirasi mengalami peningkatan lebih dari 30 x/menit karena ada tanda

syok (Marmi, 2015a).

2. Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan payudara dan putting. Stadium laktasi dapat dilihat pada table

berikut :

Tabel 2.14
Perubahan Payudara dan ASI menurut Stadium Laktasi
Stadium laktasi Hari ke Ciri-ciri
Kolostrum 1-3  Cairan kental berwarna kuning-kekuningan
dibandingkan dengan susu matur
 Bila dipanaskan bergumpal
 Volume berkisar 150-300 ml/24jam
 Payudara sedikit membesar
 Payudara lembek
 Kolostrum menetes
ASI peralihan 4-10  Warna putih kekuningan
 Produksi ASI meningkat
 Payudara membesar
 Sering ditemukan pembengkakan pada payudara
tapi tidak ada kemerahan
 Payudara terasa tegang

ASI matur 10  Warna putih kekuningan


keatas  Tidak menggumpal jika dipanaskan
 Ketegangan payudara berkurang seiring
 keluarnya ASI
Sumber: Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: PT
YBPSP
b) Pemeriksaan abdomen : normalnya TFU sesuai hari, kontraksi uterus keras

dan bulat, kandung kemih kosong. Jika kontraksi uterus lembek ada

kemungkinan terjadinya perdarahan (Saifuddin, 2016). Perubahan tinggi

fundus uteri dapat dilihat dalam tabel berikut:


56

Tabel 2.15
Proses Involusi Uteri
Involusi TFU Berat
Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
7 hari Pertengahan pusat‒simfisis 500 gram
14 hari Tidak teraba 350 gram
42 hari Sebesar hamil 2 minggu 50 gram
56 hari Normal 30 gram
Sumber: Manuaba, 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, Jakarta.

Pemeriksaan DDR digunakan untuk mengevaluasi tonus otot abdomen

(rektus abdominus), pemisahan ini diukur menggunakan lebar jari ketika

otot abdomen kontraksi dan ketika otot relaksasi. Rangkaian pengukuran

tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

Diastasis = 2/5, 2 jari ketika otot-otot berkontraksi dan 5 jari ketika otot-

otot relaksasi.

c) Genetalia dan Anus

Tabel 2.16
Pengeluaran Lochea Berdasarkan Waktu Dan Warna
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra (kruenta) 1–4 Merah segar Terdiri dari darah segar, jaringan
hari sisa-sisa plasenta, dinding rahim,
lemak bayi, lanugo (rambut bayi)
dan sisa mekonium
Sanguinolenta 4–7 Merah Sisa darah bercampur lender
hari kecoklatan
dan berlendir
Serosa 7–14 Kuning Mengandung serum, juga terdiri
hari kecoklatan dari leukosit dan robekan/laserasi
plasenta
Alba >14 Putih Mengandung leukosit, sel desidua
hari dan sel epitel, selaput lendir
postpa serviks dan serabut jaringan yang
rtum mati
Purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk
Sumber: Ambarwati, Eny Retna, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas, Yogyakarta.
57

Genetalia yang terkait dengan proses penyembuhan luka dapat dilihat pada

tabel 2.17

Tabel 2.17
Proses Penyembuhan Luka
Hari Proses penyembuhan luka
0-3 hari 1. Bekuan darah terbentuk diperkuat oleh serat fibrin
2. Terjadi respon peradangan akut: leukosit polimorf dan makrofag
ke t empat luka. Eksudat berprotein tinggi menyebabkan edema
local
1 minggu 1. Krusia mengering, mengeras dan akhirnya mengelupas
2. Luka berkontraksi
3. Terjadi aktifitas mitosis dinding sel epidermis yang bermigrasi
diatas jaringan hidup
4. Terbentuknya kapiler pembuluh darah baru
5. Jaringan ikat yang terbentuk oleh firoblas menunjang kapiler baru
6 bulan 1. Depresi permukaan mungkin masih tampak pucat
2. Epitelisasi tuntas
3. Jaringan ikat mengalami reorganisasi: pembuluh darah berkurang
dan jaringan lebih kuat
Sumber: Jane Coad, 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan, halaman 306

3. Terapi yang didapat : pil zat besi 40 tablet dan suplemen vitamin A kapsul

200.000 IU diminum segera setelah persalinan dan 1 kapsul 200.000 IU

diminum 24 jam kemudian (Kemenkes RI, 2016).

4. Pemeriksaan Penunjang : pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan Hb pada

masa nifas dilakukan jika ada indikasi (Manuaba I. A., 2013).

2.3.3 Assesment

P1/>1APIAH, pasca salin hari ke 1–42, persalinan normal, laktasi lancar,

involusi normal, lochea normal, keadaan psikologis ibu baik, keadaan umum ibu

dan bayi baik. Kemungkinan masalah yaitu after pain (nyeri setelah lahir)

(Ambarwati, 2010).

2.3.4 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ibu pada masa nifas menurut Saifuddin (2016) adalah :


58

1) Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu nifas dengan pendekatan terapeutik.

Dengan pendekatan terapeutik dapat mengubah cara pandang klien mengenai

dirinya, harga dirinya, dan lain-lain yang berkaitan serta masa depannya

sehingga klien dapat menghargai dan menerima deadaan dirinya.

2) Berikan KIE meliputi fisiologis masa nifas, kebutuhan dasar ibu nifas,

perawatan BBL, cara menyusui yang benar, cara memerah dan menyimpan

ASI, perawatan payudara, tanda bahaya nifas, KB pascasalin (Kemenkes RI,

2020a).

3) Kunjungan nifas 1-4 menurut (Kemenkes RI, 2020) meliputi :

a) Kunjungan 1

1. Cegah perdarahan masa nifas

2. Deteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila perdarahan

berlanjut

3. Pemberian ASI awal 1 jam setelah inisiasi menyusu dini (IMD) berhasil

dilakukan

4. Lakukan hubungan antara ibu dan bayi

5. Anjurkan agar bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

b) Kunjungan 2

1. Pastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi dibawah

umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau menyengat

2. Nilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

3. Pastikan ibu menyusu dan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit dalam

menyusui
59

4. Berikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu perawatan

talipusat, menjaga kehangatan dan merawat bayi sehari- hari

c) Kunjungan 3

1. Pastikan laktasi, involusi, lochea normal

2. Nilai adanya demam dan infeksi

3. Pastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

d) Kunjungan 4

1. Pastikan bahwa ibu sudah tidak ada keluhan

2. Berikan konseling untuk menggunakan KB secara dini

4) Lakukan intervensi sederhana pada masalah yang muncul after pain menurut

(Bahiyatun, 2013)

1. Kosongkan kandung kemih

2. Lakukan kompresi uterus dengan cara telungkup dan bantal dibawah

perut.

3. Anjurkan ibu menyusui secara ondemand

4. Lakukan rujukan bila terjadi perdarahan dan kontraksi lembek

(Kemenkes RI, 2010)

5) Berikan terapi pada ibu nifas meliputi tablet tambah darah dan vitamin. Pil zat

besi untuk menambah zat besi 40 tablet setidaknya selama 40 hari

pascapersalinan. Vitamin A agar bisa memberikan vitamin A pada bayinya

melalui ASInya diberikan selama 2 hari (Bahiyatun, 2016:55).

6) Jelaskan tentang jadwal kunjungan nifas, meliputi: Pada masa pandemi

kunjungan nifas pertama dilakukan di fasilitas kesehatan, kunjungan nifas


60

kedua, ketiga, keempat dapat dilakukan dengan metode kunjungan rumah oleh

tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media online (disesuaikan

dengan kondisi daerah COVID-19), untuk diarea zona hijau kunjungan

dilakukan dengan kunjungan rumah tetapi didahului dengan janji temu dan

menerapkan protokol kesehatan, untuk zona kuning, oren, dan merah

dilakukan dengan daring atau media komunikasi. dengan melakukan upaya-

upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan keluarga.

(Kemenkes RI, 2020).

7) Anjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan nifas (KF) minimal 4 kali.

Jadwal kunjungan nifas yaitu 6-48 jam pascapersalinan (KF1), 3-7 hari (KN2),

8-28 hari (KF3), dan 29-42 hari (KF4) untuk mengevaluasi hasil perkembangan

dan kemajuan yang berkaitan dengan keadaan umum ibu.

8) Berikan konseling KB pascapersalinan pada kunjungan 4. Tenaga kesehatan

akan memberikan tentang cara, kelebihan, keuntungan dan efek samping dari

alat kontrasepsi meskipun beberapa metode mengandung risiko. Penggunaan

kontrasepsi aman setelah ibu haid kembali (Bahiyatun, 2016).

9) Rujuk apabila terdapat kondisi patologis pada ibu nifas

PETUGAS
61

2.4 Konsep Asuhan Kebidanan Neonatus

2.4.1 Data Subyektif

1. Biodata

1) Identitas bayi dan orangtua : identitas digunakan untuk menghindari bayi

tertukar (Manuaba, 2012). Alat identifikasi tercantum nama (bayi dan

ibunya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin dan unit (Saifuddin, 2014).

2) Umur : neonatus adalah bayi yang berusia 0-28 hari (Marmi, 2015b).

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang biasa terjadi adalah miliariasis (Manuaba, 2012).

Miliariasis lebih dikenal dengan biang keringat akibat tersumbatnya kelenjar

keringat. Membuat bayi nyaman, memakai pakaian tipis dan ringan, dan segera

mengganti bila basah umumnya cukup untuk menghilangkan miliariasis, karena

pada dasarnya miliariasis memang bersifat sementara. Pengunaan bedak bayi

tidak dianjurkan karena menurut American Academy of Pediatrics bedak

berbahan dasar talc pada bayi dapat mengakibatkan iritasi (Kemenkes RI, 2010).

3. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi : menyusu biasanya jarang pada hari pertama post partum. Bayi

kemungkinan akan lapar setiap 2-3 jam untuk diberi makan. Bayi hanya

memerlukan ASI selama 6 bulan pertama. Frekuensi meningkat dengan cepat

antara hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah kelahiran Bantu bayi untuk

bersendawa setiap kali selesai minum ASI (Manuaba, 2010).

Kebutuhan ASI pada neonatus dapat dilihat dalam tabel 2.18


62

Tabel 2.18
Kebutuhan ASI pada Neonatus
Hari kelahiran Cairan/Kg/hari Kalori kg/hari
Hari ke-1 60 ml 40 kal
Hari ke-2 70 ml 50 kal
Hari ke-3 80 ml 60 kal
Hari ke-4 90 ml 70 kal
Hari ke-5 100 ml 80 kal
Hari ke-6 110 ml 90 kal
Hari ke-7 120 ml 100 kal
Hari ke- >10 150–200 ml >120 kal
Sumber: Saifuddin, Abdul Bari, 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal Neonatal.
Jakarta, halaman 380

2) Eliminasi : bayi harus BAK maksimal 24 jam setelah lahir dan BAB

maksimal 48 jam setelah lahir. BAK bayi 5-6 x/hari. BAB 3-4 x/hari, warna

BAB berubah dari hitam pekat, hijau, dan kekuningan mulai hari kelima

(Kemenkes RI, 2020a). Bayi yang belum BAB dalam 24 jam kemungkinan

mengalami atresia ani (Marmi, 2016).

3) Istirahat dan tidur : BBL tidur 16 sampai 18 jam sehari, paling sering selama

45 menit sampai 2 jam (Walsh, 2012).

4) Personal hygiene : setelah lahir, bayi tidak boleh dimandikan sampai

sedikitnya 4 atau 6 jam setelah kelahiran saat suhu bayi stabil. Setelah lahir

verniks kaseosa, pasta seperti keju yang melindungi kulit selama kehidupan

di intrauterine dalam cairan amnion, akan hilang dalam 2 atau 3 hari (Walsh,

2012). Kebersihan pada tali pusat terbuka dan kering, jika kotor atau basah,

cuci dengan air bersih dan sabun, jangan memberikan apapun pada tali pusat.

(Kemenkes RI, 2020).

5) Aktivitas : bayi dapat menangis sedikitnya 5 menit per hari sampai 2 jam

perhari. Biasanya bayi menangis karena lapar, ketidaknyamanan karena

popok basah atau suhu ekstrem (Walsh, 2012).


63

4. Latar belakang sosial budaya : pemberian makanan pendamping ASI (MPASI)

secara dini karena bayi diyakini belum kenyang jika hanya minum susu saja,

namun memberikan makanan secara dini pada bayi dapat menyebabkan sembelit

karena pencernaan bayi belum sempurna, diare, batuk/pilek, panas karena

adanya bakteri pada makanan, dan terjadi alergi (Eka, 2015). Kebanyakan ibu

menggunakan popok sekali pakai karena praktis, tidak perlu sering mengganti

popok. Namun, penggunaan popok terus-menerus dan terlalu lama dapat

meningkatkan sensitivitas kulit bayi, mudah iritasi, timbul ruam popok (diaper

rush), ruam popok yang dibiarkan >3 hari tanpa pengobatan atau perawatan akan

mudah ditumbuhi jamur candida, bayi menjadi gelisah karena nyeri dan

berpotensi menimbulkan infeksi saluran kemih (Ulya, 2018).

5. Psikososial : kontak kulit dengan kulit membuat pola tidur bayi lebih baik dan

penyusuan menjalin rasa kasih sayang ibu dan bayi (Anggraini, 2010).

2.4.2 Data Objektif

1. Keadaan umum : bayi sehat kulit tampak kemerahan, gerak aktif, tonus otot baik,

menangis keras, minum baik. Kesadaran perlu dikenali reaksi terhadap rayuan,

rangsangan sakit atau suara keras yang mengejutkan (Saifuddin, 2014).

2. Tanda-tanda vital : tanda-tanda vital dalam keadaan baik yaitu suhu normal

neonatus 36,5 – 37,5 °C, dengan frekuensi napas 40-60 kali permenit, dan denyut

jantung 120-160 kali permenit (Wiknojosastro, 2014).


64

3. Pemeriksaan Antropometri

1) Berat badan
Tabel 2.19
Berat Badan Normal
Umur Berat badan
Saat lahir Berat lahir normal 2,5 – 4 kg.
Berat badan berkurang 10% selama beberapa hari
1 Minggu
pertama kehidupan
2 Minggu Peningkatan BB minimal 160 gram per minggu
BB naik setidaknya 800 gram dalam 3 bulan
1 Bulan
pertama
Sumber: Marmi. (2015b). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
2) Panjang badan : normalnya panjang bayi baru lahir berkisar 45-53 cm

(Rochmah, 2012). Pertambahan panjang 2 cm/bulan pada 6 bulan pertama

(Wiknjosastro G. , 2014)

3) Ukuran kepala : lingkar kepala normal 32-36,8 cm, <32 cm mikrosefalus,

LK >4 cm dari lingkar dada disebut hidrosefalus (Marmi, 2016).

4) Ukuran lingkar dada: ukuran lingkar dada bayi yaitu 33-38 cm, sedangkan

ukuran lingkar lengan bayi yaitu ± 11 cm (Varney, 2008).

4. Pemeriksaan fisik

1) Kepala : dilihat dari besar, bentuk molding, sutura tertutup/melebar, terdapat

kaput suksedaneum, sephal hematoma (Wiknjosastro, 2014).

2) Mata : pada mata bayi diperhatikan adanya tanda-tanda perdarahan berupa

bercak merah yang akan mengghilang dalam enam minggu setelah lahir

(Wiknjosastro, 2014).

3) Hidung : periksa adanya pernafasan cuping hidung, jika cuping hidung

mengembang menunjukkan adanya gangguan pernafasan (Marmi, 2015b).

4) Mulut : memastikan reflek hisap baik. Jika saliva berlebih berkaitan dengan

fistula atau atresia trakeofagus (Walsh, 2012). Kelainan yang dapat dijumpai
65

melalui pemeriksaan inspeksi yaitu labio skisis, labio palato skisis, labio

palato genato skisis (Saifuddin, 2014).

5) Telinga : tulang kartilago telinga telah sempurna dibentuk. Telinga harus

menempel pada titik garis horizontal dari kantus luar mata (Frazer & Cooper,

2009).

6) Leher : bayi dengan leher yang mengalami kaku kuduk merupakan salah satu

tanda terjadinya tetanus neonatorum dan ikterus neonatorum (Manuaba I. B.,

2012).

7) Dada : periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas. Pernafasan yang

normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan tanpa

terdengar suara waktu inspirasi dan ekspirasi. Gerak pernafasan 30 sampai 50

kali per menit (Marmi, 2015b).

8) Punggung : melihat adanya benjolan/tumor dan tulang punggung dengan

lekukan yang kurang sempurna (Saifuddin, 2014).

9) Abdomen : pemeriksaan pada perut terlihat perut datar, dan teraba lemas.

Pada talipusat tidak ada perdarahan, pembengkakan, nanah, bau yang tidak

enak, dan kemerahan pada sekitar area talipusat (Wiknjosastro G. , 2014).

10) Genetalia : pada laki-laki testis berada pada skrotum dan berjumlah 2 buah.

Penis berlubang pada bagian tengah dan diujung. Pada perempuan vagina

berlubang, uretra berlubang, dan terdapat labia mayora sudah menutupi labia

minora (Nurjasmi, 2016).

11) Anus : mekonium harus keluar dalam 24 jam sesudah lahir, bila tidak

harus waspada terhadap atresia ani (Wiknjosastro G. , 2014).


66

12) Ekstremitas : tungkai simetris, terdapat 10 jari, tidak terdapat sindaktili

adanya penggabungan jari-jari dan polidaktili menunjukkan jari ekstra

(Walsh, 2012).

13) Kulit dan kuku : keadaan normal pada kulit bayi adalah berwarna

kemerahan. Kadang-kadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan.

Bercak-bercak besar biru yang sering terdapat disekitar bokong akan

menghilang pada umur 1-5 tahun (Saifuddin, 2014).

5. Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis bayi ada beberapa reflek :

Tabel 2.20
Reflek pada Bayi Normal
Jenis reflek Hasil reflek
Reflek ketuk (glabella) Bayi mengedipkan mata pada 4 sampai 5 ketukan pertama
ketika daerah pengkal hidung di ketuk pelan menggunakan
jari telunjuk
Reflek mencari Bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi
(rooting)

Reflek menghisap Jika sisi mulut atau dagunya disentuh bayi menoleh ke
(sucking) samping untuk mencari sumber objek, dan membuka
mulutnya untuk menghisap
Reflek menelan Kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot-otot di
(swallowing) daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan reflex menelan
dan mendorong ASI ke dalam lubang lambung bayi
Reflek menggenggam Meletakkan pensil atau jari di telapak tangan bayi maka jari
(grasping) atau pensil itu akan digenggam dengan mantap
Refleks leher (tonic Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan
neck) ekstensi, dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi

Reflek kejut (morro) Satu teriakan kencang atau gerakan mendadak maka bayi
akan menghentakkan tangan dan kaki lurus ke arah luar,
sedangkan lutut fleksi. Tangan kemudian kembali lagi ke arah
dada seperti posisi bayi dalam pelukan. Jari-jari nampak
terpisah, membentuk huruf C, dan bayi mungkin menangis
Refleks jari kaki Gores telapak kaki, dari tumit, gores sisi lateral telapak kaki
(babinsky) ke arah atas, gerakkan jari sepanjang telapak kaki maka bayi
merespon semua jari kaki hiperekstensi dan ibu jari
67

dorsofleksi
Sumber: Marmi, 2014; Ladewig, 2006; Wiknjosastro, 2008; Fraser, 2009

3. Pemeriksaan perkembangan : Tahap perkembangan bayi normal usia 1 bulan

menggunakan DDST dengan intepretasi hasil 0T dan 1P. Lembar denver (lampiran

12). Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan: status gizi melalui kartu KMS

(Kemenkes RI, 2016).

2.4.3 Assesment

Neonatus cukup bulan, lahir spontan, usia 0–28 hari, jenis kelamin laki-

laki/perempuan, keadaan umum. Kemungkinan masalah miliariasis (Marmi,

Asuhan Kebidnan Pada Masa Nifas, 2015). Prognosa baik

2.4.4 Penatalaksanaan

Intervensi menurut Kemenkes RI (2020) :

1. Beritahu tentang hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga (Saifuddin,2018)

2. Menjelaskan pengertian, komplikasi dan penatalaksanaan miliariasis.

Miliariasis disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat

buntet, atau prickle heat. Miliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh

retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. Ada dua tipe

miliariasis, yaitu miliariasis kristalina dan miliariasis rubra. Penatalaksanaan

miliariasis menurut Nanny (2014) antara lain:

1) Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan

sumbatan yang sudah timbul.

2) Jaga kebersihan tubuh bayi.

3) Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang cukup

serta suhu yang sejuk dan kering.


68

4) Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit

5) Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.

6) Pada miliariasis rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan

mentol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.

3. Menjelaskan tentang kebutuhan dasar BBL meliputi:

a. Pemberian nutrisi: pemberian ASI eksklusif secara on demand sesuai

kebutuhan bayi jika bayi tidur dibangunkan setiap 2 jam, dan tidak memberikan

makanan dan minuman tambahan).

b. Kebersihan bayi: memandikan bayi sedikitnya 6 jam setelah kelahiran atau

suhu bayi stabil.

c. Beritahu ibu untuk tidak memberikan bedak pada bayi di seluruh tubuh

terutama lipatan kulit karena bisa menyebabkan iritasi pada kulit bayi.

4. Melakukan perawatan tali pusat dengan bersih dan kering. Meminimalkan

perkembangan mikroorganisme, karena mikroorganisme berkembang ditempat

yang lembab (Wiknjosastro, 2017).

5. Menjelaskan tanda bayi sehat pada ibu seperti bayi tidak rewel, kulit kemerahan,

berat badan naik, dan tidurnya lelab. Ibu mengetahui keadaan bayinya yang

sehat.

6. Menjelaskan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua. Tidak dapat menyusu,

kejang, mengantuk atau tidak sadar, nafas cepat (>60 x/m), merintih, dan retraksi

dinding dada bawah. Tanda bahaya bayi yang di ketahui sedini mungkin akan

mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut (Saifuddin, 2016).


69

7. Menjelaskan cara menyusui, teknik menyusui yang benar serta posisi bayi saat

menyusu. Putting susu masuk sampai menyentuh sejauh langit – langit lunak,

sentuhan ini akan merangsang reflek penghisapan (Kemenkes RI, 2020).

8. Beritahu ibu tentang tanda BBL yang sehat. Informasi mengenai tanda bayi baru

lahir yang sehat menjadi pedoman ibu bila ditemukan masalah pada bayinya.

9. Berikan KIE meliputi tanda bahaya bayi baru lahir, peraawatan bayi baru lahir,

pemberian ASI, cara menjaga dan menghangatkan bayi, perawatan tali pusat

(Kemenkes, 2020).

10. Kunjungan neonatal menurut (Kemenkes RI,2016)

a) Kunjungan 1

1) Pertahankan suhu tubuh bayi

2) Pemeriksaan fisik bayi

3) Gunakan tempat yang hangat dan bersih

4) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan

5) Berikan imunisasi Hb

b) Kunjungan 2

1) Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering

2) Pemeriksaan tanda bahaya

3) Jaga keamanan bayi

4) Jaga kehangatan bayi

5) Konseling kepada ibu dan keluarga untuk memberikan ASI ekslusif

dan pencegahan hipotermi

6) Penanganan dan rujukan bila diperlukan


70

c) Kunjungan 3

1) Pemeriksaan fisik

2) Jaga kebersihan bayi

3) Beritahu ibu tentang tanda bahaya

4) Berikan ASI sesering mungkin

5) Jaga keamanan dan suhu tubuh bayi

6) Konseling ASI esklusif

7) Beritahu imunisasi selanjutnya (lampiran 17)

8) Penanganan rujukan bila diperlukan

11. Ajarkan ibu untuk melakukan stimulasi bayi usia 0-3 bulan sesuai buku KIA.

Kegiatan stimulasi dapat merangsang kemampuan dasar anak, agar anak

tumbuh dan berkembang secara optimal

12. Anjurkan ibu untuk melakukan posyandu sesuai jadwal pada buku KIA.

Mendapatkan kekebalan tubuh sesuai dengan usianya

13. Penanganan bayi baru lahir ditentukan oleh status ibunya. Bayi yang bukan

suspek, probable, atau terkonfirmasi covid-19 mendapatkan pelayanan neonatal

esensial, rawat gabung dengan ibu dan menyusu langsung. Namun apabila ibu

suspek, probable, atau terkonfirmasi covid-19 maka dilakukan swab 2 kali

dalam 24 jam, bayi tanpa gejala IMD dilakukan atas keputusan bersama orang

tua, ketika kondisi ibu dan bayi stabil, serta ibu menggunakan masker, mencuci

tangan dan membersihkan payudara.

14. Pada ibu suspek, probable, atau terkonfirmasi covid-19 dengan kondisi klinis

berat bayi dapat diberikan ASI donor atau susu formula. Pada ibu dengan kndisi
71

klinis ringan/sedang dan keluarga memilih mengurangi risiko penularan ibu

dapat memberikan ASI perah, ketika memmpa ASI ibu menggunakan masker,

mencuci tangan dan membersihkan alat pompa dan wadah ASI setiap selesai

digunakan. ASI diberikan oleh tenaga kesehatan atau keluarga yang tidak

menderita covid-19 (Kemenkes RI, 2020).

15. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan pada buku KIA.

16. Merencanakan rujukan apabila terdapat kondisi patologis seperti bayi tidak

menangis, asfiksia. Asuhan dilakukan sesuai kewenangan bidan (Kemenkes,

2020a).

PETUGAS

2.5 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

2.5.1 Pengumpulan Data

1. Data subjektif

a. Keluhan utama : keluhan utama pada ibu pasca salin menurut (Affandi,

2014:U-9) adalah : pada ibu setelah melahirkan tujuan KB menjarangkan

kehamilan dengan kontrasepsi IUD, suntikan, minipil, pil, implant, dan KB

sederhana.

b. Riwayat Kebidanan

1) Riwayat haid : pada ibu pascasalin, ibu tidak mengalami menstruasi dan

dapat langsung memakai KB MAL. Ketika ibu mulai mendapatkan haid

lagi, menandakan ibu mulai subur kembali dan harus segera

menggunakan KB selain KB MAL (Affandi, 2014:U-51). Penggunaan

KB hormonal diperbolehkan pada ibu dengan haid teratur dan tidak ada
72

perdarahan abnormal dari uterus. Bagi ibu dengan riwayat dismenorea

yang berat, darah haid yang banyak, haid ireguler atau perdarahan

bercak (spotting) tidak dianjurkan untuk menggunakan KB IUD

(Hartanto, 2010:203). Meskipun beberapa metode KB mengandung

risiko, menggunakan kontrasepsi lebih aman terutama apabila ibu sudah

haid lagi (Saifuddin, 2011:129). Wanita dengan lama menstruasi kurang

dari 4 hari memerlukan pil KB dengan efek esterogen tinggi sedangkan

wanita dengan lama haid menstruasi > 6 hari memerlukan pil KB dengan

efek esterogen yang rendah, (Manuaba, 2012:254).

2) Riwayat KB : penggunaan KB sebelumnya dapat mempengaruhi KB

yang akan digunakan setelah persalinan, jika ibu mempunyai riwayat

KB sebelumnya tidak cocok tidak dianjurkan lagi. Penggunaan KB

hormonal dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit-

penyakit sistemik (Hartanto, 2010:96)

c. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi : ibu dengan nutrisi yang menurun menyebabkan kekurangan

energi kronsis (KEK) sehingga dapat menyebabkan anemia. Ibu dengan

anemia tidak diperkenankan memakai KB IUD. Nafsu makan tinggi

dan gampang lapar merupakan salah satu tanda ibu mengalami diabetes,

ibu yang mengalami diabetes tidak dianjurkan penggunaan kontrasepsi

hormonal seperti (suntik, pil, implant) (Affandi, 2014:PK-18).

2) Eliminasi : wanita yang mengalami nyeri saat berkemih, demam tinggi,

dan produksi urin menurun kemungkinan terjadi infeksi saluran kemih


73

(ISK). Ibu yang mengalami ISK tidak dianjurkan menggunakan IUD

(Hartanto H. , 2015).

3) Istirahat/tidur : ibu yang mengalami gangguan tidur merupakan salah

satu indikasi gangguan emosional, jika ibu kecenderungan susah tidur

tidak dianjurkan menggunakan KB hormonal (Affandi, 2014:PK-45)

4) Aktivitas : pada ibu dengan keluhan mudah lelah, nafas terengah-engah,

peningkatan berat badan dan kongesti paru mengarah ke penyakit

jantung. Ibu dengan penyakit jantung tidak dapat menggunakan pil

progestin. Ibu dengan gejala bising mengi (wheezing), batuk produktif

pada malam hari, napas dada tertekan mengarah ke penyakit asma, ibu

dengan penyakit asma tidak dapat menggunakan KB hormonal

(Saifuddin, 2016 :129).

5) Hubungan seksual: sebaiknya Ibu menggunakan KB sebelum

melakukan hubungan seksual atau jika ibu sudah melakukan hubungan

seksual dipastikan bahwa tidak hamil, dapat memastikan dengan

menunggu haid berikutnya atau melakukan test pack. Normalnya pada

ibu nifas mengalami penurunan libido. Ibu yang sudah menggunakan

KB pil dan suntik progestin sebaiknya senggama dilakukan 3-20 jam

setelah penggunaan minipil, sedangkan pengguna AKDR dianjurkan

untuk berhubungan seksual ± 7 hari setelah pemasangan atau dilakukan

saat perdarahan telah berhenti. Jika ibu belum KB maka ibu bisa

hubungan seksual setelah darah nifas bersih dan jika ibu disaat
74

hubungan seksual mengalami keluhan tidak disarankan menggunakan

KB IUD (Affandi, 2014:MK-80).

6) Ketergantungan : penggunaan KB kombinasi pada perokok <15 atau

≥15 batang/hari tidak dianjurkan. Pada ibu yang mengonsumsi obat-

obatan epilepsi (fenitoin dan berbiturat) dan tuberkulosis (rifampisin)

efektivitasnya akan berkurang pada penggunaan KB suntik kombinasi

dan pil progestin (Affandi, 2014).

d. Sosial budaya : masih banyak masyarakat mempercayai anak sumber rejeki

dan banyak anak banyak rejeki, serta anak membawa rejekinya masing-

masing cenderung menghambat program KB (Herawati, 2013). Penggunaan

KB dipengaruhi keadaan disekitarnya, seseorang akan tertarik

menggunakan salah satu KB jika orang disekitarnya menggunakan KB yang

sama atau turun-temurun dari ibu ke anak juga mempengaruhi (Rahmi,

2017).

e. Psikososial dan spiritual : ibu merasa khawatir dan takut efek samping dan

kegagalan alat kontrasepsi, takut buruknya kualitas pemberian layanan

(Febriani, 2019). Pandangan berbagai agama tentang KB yaitu pertama

agama Islam yang mengharamkan jenis kontrasepsi vasektomi dan

tubektomi karena mempunyai sifat permanen tetapi ada juga agama islam

yang memperbolehkan. Kedua, agama katholik yang diperbolehkan hanya

KB alamiah saja atau pantang berkala, untuk alat kontrasepsi lain tidak

diperbolehkan (Eva Dyah Pratiwi & Susiana Sariyati, 2015).


75

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan umum

1) Tanda-tanda vital

a) Takanan darah : tekanan darah normalnya 100/70-130/90 mmHg.

Pada pengguna KB hormonal progestin tekanan darahnya harus <

180/110 mmHg jika lebih tidak disarankan, namun jika pengguna

hanya bisa menggunakan KB hormonal karena menggunakan KB

yang lain lebih parah maka pengguna disarankan menggunakan KB

hormonal namun dengan pantauan petugas kesehatan (Affandi,

2014:MK-46). Kontraindikasi relatif penggunaan kontrasepsi

hormonal yaitu hipertensi atau bila pada 3 kali kunjungan ditemukan

tekanan diastolik ≥90 mmHg dan sistol ≥140 mmHg

(Saifuddin,2011:129). IUD CuT-380 A tidak mempunyai efek

samping hormonal, jadi tidak dipengaruhi tekanan darah (Affandi,

2014:PK-1).

b) Nadi : denyut nadi normalnya 60-80x/menit. Menurut

(Saifuddin,2011:173) nadi diatas 100x/menit dicurigai mengalami

penyakit jantung. Ibu dengan penyakit jantung tidak boleh memakai

KB hormonal (Affandi, 2014:MK-47).

c) Pernafasan : normalnya pernafasan ibu 16-24x/menit (Romauli,

2011:173). Ibu dengan pernafasan >24x/menit kemungkinan dengan

penyakit asma sehingga pada dasarnya penderita asma bisa

menggunakan semua jenis KB (Saifuddin, 2011:129).


76

d) Suhu : suhu normal 36,5–37,5 °C dengan tinggi lebih dari 37,5 °C

kemungkinan terdapat tanda infeksi seperti pada panggul atau

infeksi pada saluran kemih tidak dapat menggunakan KB IUD

(Hartanto, 2010:203).

2) Pemeriksaan antopometri : ibu dengan IMT ≥ 25,00 dan obesitas tidak

dianjurkan untuk menggunakan KB hormonal, karena KB hormonal bisa

meningkatkan berat badan sehingga bisa menimbulkan penyakit sistemik

(hipertensi dan jantung koroner) (Affandi, 2014:MK-49).

b. Pemeriksaan fisik

1) Muka : jika muka pucat atau sianosis dicurigai penyakit jantung

dianjurkan menggunakan KB nonhormonal. Penggunaan pil progestin

dan implan dapat menyebabkan jerawat dan hirsutisme (tumbuh

rambut/bulu berlebihan pada wajah) tetapi jarang terjadi (Affandi B. ,

2014).

2) Mata : konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat menandakan

anemia sehingga dapat menggunakan KB jenis homonal progestin.

Sklera normal berwarna putih, bila kuning menandakaan ibu mungkin

terinfeksi hepatitis. Ibu yang memiliki riwayat hepatitis dapat

menggunakan metode keluarga berencana alamiah (KBA). Ibu dengan

hepatitis tidak boleh menggunakan KB suntik kombinasi, Metode

Amenore Laktasi (MAL) dan AKDR, karena tidak melindungi terhadap

IMS termasuk virus hepatitis B/HIV/AIDS Affandi, 2014:PK12).


77

3) Payudara : KB hormonal dapat menimbulkan nyeri payudara. Terdapat

benjolan atau kanker payudara/riwayat kanker payudara tidak boleh

menggunakan implan maupun progestin AKDR karena akan

memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara (Affandi, 2014).

4) Abdomen : bila terjadi pembesaran uterus tidak boleh menggunakan

KB. Adanya nyeri tekan lepas di abdomen ibu tidak dianjurkan

menggunakan AKDR. Ibu setelah dipasang AKDR terjadi kram

abdomen dan adanya penyakit radang panggul atau penyebab lain yang

dapat menimbulkan kekejangan, segera lepaskan AKDR (Affandi,

2014).

5) Genetalia : pemakaian AKDR tidak dianjurkan pada klien dengan

perdarahan pervaginam yang tidak jelas penyebabnya, flour abous

(keputihan), menderita vaginitis, salpingitis maupun endometritis,

kanker genetalis. Ibu dengan varises divulva dapat menggunakan

AKDR (Affandi, 2014:MK-80). Adanya infeksi pada daerah genetalis

sepertisifilis, gonorrhea, dan ISK tidak dapat menggunakan KB IUD

(Saifuddin, 2011:129).

6) Ekstremitas : penggunaan suntik kombinasi waspadai nyeri tungkai

hebat karena sumbatan pembuluh darah. Jika kaki bengkak atau terdapat

varises dianjurkan menggunakan AKDR. Pada klien pasca pemasangan

implan akan terdapat memar, bengkak atau sakit di daerah insisi selama

beberapa hari (Affandi, 2014).


78

c. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan dalam bimanual menentukan besar,

bentuk, posisi, dan mobilitas uterus, untuk menyingkirkan kemungkinan

infeksi atau keganasan dari organ sekitarnya yang menjadi kontraindikasi

pemasangan IUD (Hartanto H. , 2015). Menggunakan sonde uterus untuk

posisi dan kedalaman uterus, uterus <5 cm tidak bisa menggunakan IUD

(Affandi, 2014).

2.5.2 Assesment

P1/>1 usia 15-49 tahun, pascasalin 10 menit–42 hari, calon peserta KB

pascasalin program/non program, belum ada pilihan/ada pilihan, tanpa

kontraindikasi/ada kontraindikasi pada salah satu alat kontrasepsi, keadaan umum

baik, prognosa baik/buruk.

2.5.3 Penatalaksanaan

Intervensi menurut Affandi (2014) :

1. Lakukan konseling awal meliputi pengalaman KB sebelumnya, tanyakan

kesehatan reproduksi, tanyakan tujuan KB

2. Lakukan konseling khusus berupa KIE tentang beberapa jenis kontrasepsi

meliputi cara kerja, keuntungan, kerugian, efek samping, jangka waktu/lama

penggunaan, indikasi dan kontra indikasi

3. Bantu klien menentukan kontrasepsi sesuai kebutuhan klien. Pasien mampu

memilih alat kontrasepsi dengan tepat dan sesuai dengan keadaan dan

kebutuhanya

4. Diskusikan pilihan tersebut dengan pasangan klien. Pengguaan alat kontrasepsi

merupakan kesepakatan dari pasangan usia subur sehingga perlu dukungan dari

pasangan klien
79

5. Berikan konseling pra pelayanan KB yang telah dipilih. Perlu diberikan

penjelasan tentang KB yang telah dipilih meliputi cara kerja, keuntungan,

keterbatasan, manfaat, tingkat keberhasilan, cara pemakaian sehingga klien

lebih yakin dengan KB yang akan digunakanya

6. Persilakan klien dan pasangan mengisi informed consent. Tindakan medis yang

mengandung risiko harus ada persetujuan tertulis yang ditandatangani yang

memberi persetujuan.

7. Berikan pelayanan kontrasepsi sesuai standar. Standar adalah prosedur

tindakan pelayanan yang disusun sesuai kewenangan petugas sehingga klien

puas dengan pelayanan yang diberikan.

8. Berikan konseling pasca pelayanan KB. Konseling mengenai efek samping,

kembalinya kesuburan, waktu kontrol, masa aktif KB akan membuat klien

memahami KB yang digunakan

9. Minta klien mengulangi penjelasan yang telah diberikan. Membantu klien untuk

membuat suatu pilihan dan membantu klien untuk mengerti dan mengingat.

10. Beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan. Memberi kesempatan

klien apabila belum dimengerti.

11. Mendokumentasikan hasil tindakan dan hasil pemeriksaan

12. Lakukan rujukan apabila terdapat masalah/komplikasi yang sudah mengarah

pada kegawatdaruratan/patologis (kesakitan yang timbul akibat pemakaian alat,

efek samping yang berlebihan, timbul perdarahan, dan infeksi) (Affandi, 2014).

PETUGAS
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan

3.1.1 Kunjungan ANC ke-1

Tanggal pengkajian : 22 Februari 2022, Pukul 09.30 WIB

Tempat pengkajian : PMB Ny. “S”, Selotinatah

1. Data Subyektif

a. Biodata istri suami

Nama : Ny. “S” Tn. “N”

Umur : 18 tahun 30 tahun

Agama : Islam Islam

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMU SMU

Pekerjaan : IRT Swasta (Petugas kebersihan)

Penghasilan :- Rp.1.000.000–1.500.000/bulan

Berapa kali menikah/lama: 1 kali/ 1 tahun

Alamat : Ds. “B” 6/1

b. Ibu hamil pertama, datang ke bidan untuk melakukan pemeriksaan

kehamilan ulang.

80
81

c. Ibu saat ini mengalami keluhan nyeri pada perut bawah dan sering kencing

pada malam hari sejak usia kehamilan 36 minggu.

d. Ibu dan keluarga sehat, tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit

menular seperti Covid-19, hepatitis, TBC, PMS, HIV/AIDS, penyakit

menurun seperti hipertensi, DM, asma dan penyakit menahun seperti jantung,

penyakit kronis seperti penyakit ginjal dan penyakit autoimun. Dalam

keluarga tidak ada riwayat kembar, tidak ada penyakit cacat bawaan maupun

kelainan mental, tidak ada riwayat pre-eklampsia. Selama 2 minggu terakhir

ibu tidak sedang menderita demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, sesak

nafas serta tidak kontak dengan orang yang suspect, probable, dan

terkonfirmasi Covid-19. Ibu tidak pernah masuk RS, jika sakit ibu berobat ke

puskesmas.

e. Menarche usia 13 tahun, siklus haid teratur 28-31 hari, lama haid 6-7 hari,

warna merah segar, konsistensi encer. Ibu tidak mengalami nyeri haid.

HPHT: 24-05-2021, ibu mengatakan hari perkiraan lahir menurut perkiraan

bidan tanggal 3-03-2022.

f. Ibu hamil pertama usia kehamilan 9 bulan, selama hamil ibu periksa rutin ke

bidan di PMB bidan Ny. “S” Selotinatah sebanyak 10x yaitu pada TM I 3x,

pada TM II 3x, dan pada TM III 4x. Ibu sudah melakukan ANC terpadu

lengkap 1x saat usia kehamilan 3 bulan di Puskesmas Ngariboyo tanggal 08-

9-2021 dan USG 1 kali di RS Samudera Husada dengan hasil normal, tidak

hamil kembar. Ibu mendapatkan tablet multivitamin etabion dari bidan,

mendapatkan penyuluhan nutrisi untuk mengatasi keluhan yang dialami ibu,


82

ibu juga sudah memahami manfaat buku KIA, P4K, ANC Terpadu 2x. Ibu

sudah imunisasi T5 dan vaksin COVID-19 dosis 2. Ibu mengikuti kelas ibu

hamil 1x pertemuan pada saat usia kehamilan 30 minggu. Ibu terakhir periksa

tanggal 20-02-2022, mendapatkan terapi etabion 1x1 masih 10 tablet. Ibu

mual saat mengkonsumsi obat etabion.

g. Ibu setelah melahirkan anak pertama berencana ingin menggunakan KB

suntik 3 bulan.

h. Nutrisi normal, nafsu makan baik, ibu makan 3x sehari dengan 2 centong nasi

dengan lauk tahu goreng, tempe goreng, telur goreng dan sayuran, minum air

putih 6-8 gelas perhari, ibu tidak minum susu. Ibu tidak ada alergi pada

makanan.

i. Eliminasi normal BAB 1x sehari, konsistensi lunak, BAK 10-12x perhari

pagi 3x siang 3x malam 6x warna kuning, ada keluhan sering BAK dan tidak

ada keluhan setelah BAB.

j. Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan seperti mencuci dan

memasak serta pekerjaan yang berat dibantu suami. Setiap pagi ibu jalan-

jalan di sekitar rumah, ibu sudah mengikuti senam hamil 1x pada saat usia

kehamilan 30 minggu.

k. Kebutuhan istirahat ibu terpenuhi tidur ±7-8 jam perhari, sering bangun saat

malam hari karena BAK, setelah BAK ibu terkadang bisa tidur kembali dan

terkadang tidak bisa, tidur siang 1-2 jam.

l. Selama masa pandemi ibu patuh menjalankan protokol kesehatan seperti

memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Ibu mandi 2 x/hari. Ibu
83

cebok dengan air dari arah depan ke belakang menggunakan sabun setiap

selesai BAK/BAB, rajin menjaga kebersihan gigi, membersihkan payudara

tiap sebelum mandi dengan baby oil dan kapas

m. Setelah kehamilan usia 7 bulan ibu jarang melakukan hubungan seksual

karena ibu khawatir terhadap kehamilannya.

n. Selama hamil ibu terkadang minum kopi di pagi hari, ibu tidak minum jamu,

dan tidak minum obat-obatan dari toko, suami merokok diluar rumah dan

jauh dari ibu.

o. Suami dan keluarga tidak ada kepercayaan terhadap budaya yang merugikan

selama masa kehamilan. Tidak ada pantangan makan.

p. Ibu, suami dan keluarga berharap serta selalu berdoa agar kehamilan sampai

masa nifas ibu dapat berjalan dengan lancar.

2. Data Obyektif

a. Pemeriksaan umum : keadaan umum ibu baik, composmentis, postur tubuh

sedikit lordosis.

b. TD : 100/70 mmHg, S: 36,6º C, N: 83 x/menit, R : 22x/ menit.

100+(2 𝑥 70)
c. MAP = = 80 mmHg
3

d. Ukuran Lila 22,5 cm, TB 159 cm, BB sebelum hamil 44 kg, IMT 17,4 (kurus)

penambahan BB yang disarankan 14-20 kg, BB sekarang 50 kg, IMT 22,2

(normal). Kenaikan BB 6 kg, belum mencapai target.

e. Hasil pemeriksaan fisik kepala dan leher, didapatkan hasil: muka tidak pucat,

pipi tidak ada sembab, sklera putih, konjungtiva merah muda. Bibir lembab,

gigi caries pada geraham ke dua bawah sebelah kiri, sejak sebelum hamil
84

pertama tidak nyeri, tidak infeksi pada gigi. Palpasi pada leher tidak

diketemukan adanya pembesaran kelenjar limfe, pembesaran kelenjar tiroid,

dan pembendungan vena jugularis.

f. Pemeriksaan dada dan perut, didapatkan data tidak terdapat kelainan dan pola

pernapasan, denyut jantung normal, tidak ada pembesaran jantung, payudara

membesar, tapi dalam perabaan lembek, puting bersih menonjol, kolostrum

belum keluar. Abdomen membesar sesuai usia kehamilan, membujur tidak

ada bekas operasi, kandung kemih kosong saat palpasi, auskultasi perut

gerakan janin bisa dirasakan.

g. Pemeriksaan genetalia, vulva tidak odema, tidak varises, tidak ada

pengeluaran darah atau lendir pervaginam, perineum elastis, tidak ada

pembengkakan kelenjar skene dan bartolini, tidak ada flour albus.

h. Anus normal, bersih.

i. Ekstermitas tidak odema, tidak varises, reflek patela +/+

j. Pemeriksaan Khusus

1) TFU menurut Mc. Donald 30 cm, TBJ menurut Johson Tausack 2945

gram. Palpasi abdomen TFU pertengahan prosessus xyphoideus dan

pusat, teraba bokong, puki, preskep, sudah masuk PAP. DJJ 145 x/menit,

kuat, teratur (11-12-11), punctum maximum 3 jari kiri bawah pusat.

Refleks patella positif (+/+).

2) Skor resiko kehamilan menurut KSPR adalah 2 termasuk kehamilan

resiko rendah dan dapat bersalin di polindes, PMB, puskesmas, ditolong

bidan
85

k. Pemeriksaan penunjang

Tanggal 08-9-2021 hasil (ANC terpadu di Puskesmas Ngariboyo) :

a) Hb : 12,4 gr/dl

b) HIV/AIDS : Non Reaktif

c) HBSAG : Negatif

d) Golda : A+

e) Protein urin : Negatif

l. Skrining preeklamsia : 10 Tidak waspada (Hasil terlampir)

m. Skrining perdarahan : 10 Tidak waspada (Hasil terlampir)

3. Assesment

G1P00000, usia kehamilan 38-39 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, situs

bujur, habitus fleksi, punggung kiri, presentasi kepala sudah masuk PAP, kesan

panggul normal, KU ibu dan janin baik, dengan keluhan sering BAK dan nyeri

perut bawah, prognosa baik, KRR dengan KEK.

4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa usia kehamilan saat

ini 38-39 minggu, keadaan ibu dan janin baik, posisi janin sudah sesuai yaitu

bagian terendah janin adalah kepala, sudah masuk panggul. Ibu mengerti dan

bersyukur.

b. Menjelaskan tentang ketidaknyamanan dan masalah pada TM III, terutama

keluhan yang sering dirasakan ibu seperti sering BAK dan nyeri perut bawah,

penyebab sering BAK adalah penurunan kepala yang mulai masuk kedalam

panggul menekan kandung kemih dan cara mengatasi dengan mengurangi


86

minuman berkafein seperti teh dan kopi serta mengurangi minum sebelum

tidur dan menjelaskan mengenai keluhan nyeri perut bawah yang dirasakan

ibu merupakan hal normal yang terjadi di trimester akhir sebagai tanda rahim

yang membesar sehingga mengakibatkan adanya tekanan pada kandung

kemih yang berlokasi pada bagian bawah perut dan cara mengatasinya

dengan istirahat yang cukup dan melakukan kompres hangat. Ibu mengerti

dan dapat mengulangi penjelasan yang telah diberikan.

c. Menjelaskan kepada ibu tentang pengaruh KEK terhadap kehamilannya

yaitu bisa mengalami abortus, keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal,

cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum dan lahir dengan berat

badan lahir rendah, untuk itu ibu harus memenuhi nutrisi seimbang.

d. Mengajarkan ibu dan mendemonstrasikan tentang cara perawatan payudara

atau breast care agar payudara bersih yang benar yaitu memakai baby oil dan

kapas setiap sebelum mandi, ibu mengerti dan bersedia menerapkannya

dirumah.

e. Mendiskusikan kembali mengenai nutrisi yang cukup saat kehamilan dan

pola minum yang benar yaitu 35 cc/kgBB, kebutuhan minum ibu yang sesuai

dengan berat badan 7-8 gelas (@250 cc) perhari. Ibu mengerti dan bersedia

memenuhi nutrisi serta minum sesuai pola minum yang benar.

f. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya kehamilan (Buku KIA halaman

21). Ibu sudah membaca pada buku KIA dan mengerti dan mengetahui tanda

bahaya pada kehamilan serta bersedia periksa ulang jika menemukan tanda

bahaya.
87

g. Mendiskusikan kembali pada ibu tentang persiapan melahirkan sesuai

dengan buku KIA meliputi pendamping persalinan, tabungan, tempat

persalinan, keperluan ibu dan bayi, pendonor darah, transportasi, stiker P4K

dan rencana KB. Ibu merencanakan penolong yang dipilih bidan, tempat

persalinan PMB Bidan “S” Selotinatah, transportasi sepeda motor milik

sendiri dan persiapan mobil milik keluarga, pengambil keputusan yaitu

suami, pendamping suami, keperluan sudah disiapkan, pendonor yaitu bapak

kandungnya, persiapan persalinan berupa peralatan ibu maupun bayi sudah

dipersiapkan dalam tas besar, biaya persalinan disiapkan sendiri.

h. Menganjurkan ibu untuk minum obat etabion I x I 500mg sebanyak X tablet.


Menjelaskan bahwa suplemen zat besi tidak dapat diminum dengan teh dan

kopi karena mengandung tanin yang dapat mengikat beberapa kandungan

dalam tablet Fe. Ibu bersedia minum sesuai anjuran.

i. Merencanakan kunjungan ulang tanggal 28–02–2022 atau jika sewaktu


waktu jika ada keluhan. Ibu bersedia sesuai kesepakatan dengan bidan.

j. Rencana tindakan asuhan pada saat kunjungan selanjutnya :

1) Observasi tanda-tanda persalinan

2) Observasi KU dan TTV

3) Observasi keluhan ibu sering BAK dan nyeri perut bawah

4) Cek jumlah obat yang tersisa

5) Perawatan payudara dan pemeriksaan Hb ulang.


88

k. Mendokumentasikan pada buku KIA

Sisca Marthin

3.2 Asuhan Kebidanan Persalinan

3.2.1 Persalinan kala I fase laten

Tanggal pengkajian : 27 - 02 -2022, Pukul : 12.00 WIB

Tempat pengkajian : PMB Ny. “S”, Selotinatah

1. Data Subyektif

a. Saat ini ibu mengeluh mulas-mulas semakin sering, merasakan nyeri yang

menjalar dari pinggang ke perut, ibu merasa mulas yang sering sejak pukul

09.00 WIB, Ibu mengeluarkan lendir darah pukul 10.00 WIB, datang ke

PMB Ny. “S’ pukul 11.50 WIB.

b. Ibu makan teratur terpenuhi dengan porsi sedang 3x sehari, minum 7-8 gelas

air putih/hari. Obat etabion 500 mg 1x1 tab/hr tersisa 4 tab. Makan dan

minum terakhir tanggal 27-02-2022 pukul 07.30 WIB 1 porsi soto ayam

dihabiskan dan minum 1 gelas air putih. Selama inpartu ibu minum air putih

dan makan nasi dengan lauk sayur ayam habis.

c. Ibu sudah membaca buku KIA tentang tanda bahaya kehamilan.

d. Ibu terakhir BAB terakhir pukul 05.00 WIB, BAK terakhir pukul 11.00

WIB, BAK/BAB tidak ada keluhan.

e. Personal hygiene ibu setelah BAK selalu cebok dari depan ke belakang.

Setelah keluar lendir darah ibu menggunakan softex. Ibu mandi terakhir

pukul 07.30 WIB.


89

f. Ibu masih bisa tidur kemarin malam tanggal 26-02-2022 pukul 22.00 WIB

dan bangun tanggal 27-02-2022 pukul 04.00 WIB, ibu terbangun 2 kali

karena BAK dan bisa kembali tidur. Ibu masih kuat berjalan - jalan.

g. Ibu dan keluarga tidak ada adat kebiasaan yang merugikan selama proses

persalinan.

h. Ibu mendapatkan dukungan dan support dari suami dan keluarga, berharap
persalinan lancar dan bayi lahir sehat

i. Ibu sudah mempersiapkan seluruh persiapan persalinan dengan acuan P4K.


2. Data Obyektif

a. Keadaan umum baik, composmentis

b. TD : 110/70 mmHg, S:36,6, N: 83x/menit, R: 20 x/menit

c. DJJ (+) 145 x/menit, kuat, teratur, punctum maximum 3 jari kiri bawah

pusat

d. His 3 x 10 menit lama 30 detik

e. VT: v/v taa, Ø 2 cm, efficement 25%, ketuban (+), teraba kepala, sutura

teraba terpisah, H II, tidak ada bagian kecil di samping kepala janin.

Promontorium tidak teraba, sudut arkus pubis >90º, os coccygis dapat di

tolak, spina ischiadica tidak menonjol.

f. Perlimaan 3/5 jari

3. Assesment

G1P00000 Usia kehamilan 38-39 minggu, tunggal, hidup, intrauterine, situs bujur,

habitus fleksi, posisi punggung kiri, presentasi kepala sudah masuk PAP, kesan
90

jalan lahir normal, inpartu kala 1 fase laten, KRR dengan KEK, keadaan umum

ibu dan janin baik, prognosa baik.

4. Penatakaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga, bahwa kondisi ibu dan

janin baik, ibu memasuki proses persalinan, jalan lahir sudah mulai membuka.

Ibu merasa bersyukur.

b. Menganjurkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi saat ada his yaitu dengan

mengambil nafas dalam dari hidung dan mengeluarkannya melalui mulut. Ibu

bersedia mempraktekkan teknik relaksasi.

c. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan atau tidur miring kiri. Ibu bersedia jalan-

jalan dan sesekali tidur miring kiri.

d. Meminta suami atau keluarga untuk mendampingi serta memberi support dan

motivasi ibu dalam menghadapi proses persalinan. Ibu didampingi oleh

suami.

e. Menganjurkan ibu untuk makan 1 porsi dan minum disela-sela his. Ibu mau

makan dengan nasi ayam sayur dan minum air putih.

f. Menyiapkan alat-alat persalinan, obat-obatan, penolong serta perlengkapan

ibu dan bayi. Peralatan sudah siap.

g. Mengobservasi his dan DJJ tiap 30 menit, tekanan darah, dan suhu tiap 4 jam.

h. Melakukan VT 4 jam lagi atau sewaktu-waktu ada tanda persalinan kala II

dan ketuban pecah.

i. Rencana asuhan dan follow up:

1) Observasi tanda-tanda persalinan kala II


91

2) Observasi KU dan TTV

3) Observasi pembukaan

j. Catat dalam lembar observasi (terlampir).

Sisca Marthin

3.2.2 Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II

Tanggal : 27-02-2022, Pukul : 17.00 WIB

Tempat : PMB Ny. “S”, Selotinatah

1. Data Subyektif

a. Ibu merasa mulas-mulas semakin lama semakin sering dan semakin sakit, ada

perasaan ingin mengejan seperti ingin BAB dan ada tekanan pada anus.

b. Ibu melakukan teknik relaksasi saat ada his dengan mengambil nafas dalam

dari hidung dan dikeluarkan dari mulut. Ibu berjalan-jalan disekitar tempat

persalinan, pukul 15.30 ibu sudah tidak kuat untuk berjalan-jalan dan ibu tidur

miring ke kiri.

c. Suami menyuapi ibu makanan saat disela-sela his dan ibu minum 1 botol

600ml air putih dan 350ml pocarari sweet. Suami dan keluarga mendampingi

ibu saat persalinan dan memberikan support kepada ibu.

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum baik, composmentis.

b. TD: 110/ 70 mmHg, N: 83 x/ menit, S: 36,6 ° C, R: 20 x/ menit

c. His : 4 kali/10 menit, lamanya 45 detik

d. DJJ 145 x/mnt kuat, teratur, punctum maximum 3 jari kiri bawah pusat
92

e. Perineum menonjol, vulva membuka

f. VT: v/v taa, Ø 10 cm, eff 100%, preskep, ket (+), kepala H-IV, UUK bawah

symphisis, sutura teraba jelas, tidak ada bagian kecil di samping kepala janin,

kesan jalan lahir normal.

g. Perlimaan : 0/5

3. Assesment

G1P00000 Usia kehamilan 38-39 minggu, tunggal, hidup, intrauterine, situs bujur,

habitus fleksi, posisi punggung kiri, presentasi kepala sudah masuk PAP, kesan

jalan lahir normal, inpartu kala II, keadaan umum ibu dan janin baik, prognosa

baik.

4. Penatalaksanaan

a. Melakukan amniotomi, ketuban pecah jernih ± 1.200 cc. Tidak ada bagian

terkecil janin atau jaringan yang ikut keluar.

b. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan janin baik, pembukaan

sudah lengkap, ibu boleh meneran saat ada his. Ibu mengerti

c. Mengatur posisi yang nyaman saat persalinan. Ibu memilih posisi setengah

duduk.

d. Mengecek alat, obat, diri, pasien, dan keluarga. Sudah siap.

e. Memimpin ibu meneran saat ada his. Ibu meneran dengan efektif. Tampak

perineum elastis dan tidak dilakukan episiotomi.

f. Mengobservasi DJJ diantara his. Hasil DJJ 142 x/m kuat, teratur.
93

g. Pada saat kepala bayi crowning 5-6 cm terlihat perineum elastis lakukan

pertolongan persalinan tanpa episiotomi. Lahirkan kepala, bahu lalu sangga

susur. Bayi lahir pukul 17.30 WIB.

h. Rencana asuhan :

1) Nilai dengan segera setelah bayi lahir dalam 0 detik dengan 3 pertanyaan
yaitu tangis, gerak, dan warna kulit.

2) Jepit tali pusat bayi 1 menit setelah lahir.

Sisca Marthin

3. 2.3 Bayi Baru Lahir

Tanggal : 27-02-2022, pukul : 17.30 WIB

Tempat : PMB Ny. “S”, Selotinatah

1. Data Subyektif

Ibu lega dan bersyukur bayi telah lahir. Informasi bidan bayi lahir perempuan,

tidak cacat, dan hidup. Suami bersyukur dan senang.

2. Data Obyektif

Bayi lahir cukup bulan, spontan, perempuan, menangis kuat, bergerak aktif, kulit

kemerahan.

3. Assesment

Bayi baru lahir spontan, ku bayi baik. Prognosa baik.

4. Penatalaksanaan

a. Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya

kecuali telapak.
94

b. Menjepit, memotong dan mengikat tali pusat. Tali pusat terikat dengan baik,

tidak ada perdarahan.

c. Melakukan penilaian APGAR score menit ke-1 dan ke-5. Apgar Skor 8- 9
d. Mengganti kain, letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk IMD, selimuti

bayi dan pakaikan topi. Bayi terpasang pakaian dan mencari puting ibu.

e. Memberitahu ibu jenis kelamin bayi, jenis kelamin perempuan.

f. Melakukan IMD selama ±1 jam. Setelah ±1 jam bayi tampak menjilat puting.

g. Menjaga bayi dalam keadaan hangat, bayi diselimuti dan menggunakan topi.
Bayi diletakkan didekapan ibu. Kulit bayi kemerahan, tidak ada tanda

sianosis, akral hangat.

h. Mempersilahkan keluarga untuk mengadzani. Bayi sudah diadzani oleh

ayahnya.

i. Pantau tanda-tanda bahaya pada bayi setiap 15 menit.

j. Rencanakan asuhan neonatus normal :

1) Lakukan pemeriksaan fisik dan antropometri bayi baru lahir.

2) Beri salep mata tetrasiklin 0,1 % dan injeksi vitamin K 1 mg.

3) Suntik inj. Hb-0 1 jam setelah pemberian inj.vitamin K 1 mg.

4) Mandikan bayi setelah 6 jam pukul 06.00 WIB atau suhu tubuh sudah

stabil.

5) Lakukan perujukan jika ada kegawatdaruratan

Sisca Marthin
95

3. 2.4 Asuhan Persalinan Kala III

Tanggal: 27-02-2022, pukul: 17.40 WIB

1. Data Subyektif

Ibu merasa perut mulas-mulas.

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum ibu baik, composmentis

b. TFU setinggi pusat

c. Kandung kemih kosong

d. Perut teraba keras dan bundar

e. Terdapat semburan darah

f. Tampak tali pusat di depan vulva

3. Assesment

Kala III, keadaan umum ibu baik, prognosa baik

4. Penatalaksanaan

a. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada paha kiri ibu 1 menit

pertama. Oksitosin sudah disuntikkan pkl 17.41 WIB, kontraksi kuat, tidak

terdapat perdarahan aktif dari tempat penyuntikan.

b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali saat ada his pada 15 menit

pertama. Tidak ada tahanan, TFU setinggi pusat, tali pusat memanjang..

c. Melahirkan plasenta searah sumbu jalan lahir. Plasenta lahir pukul 17.45

WIB.

d. Memasase fundus 15 kali dalam 15 detik. TFU keras, kontraksi baik


96

e. Periksa kelengkapan plasenta, laserasi dan perdarahan. Plasenta lengkap dan

tidak ada perdarahan dari tempat implantasi.

f. Rencana asuhan kala IV:


1) Periksa laserasi dan perdarahan

2) Lakukan pemeriksaan vital sign, observasi perdarahan, pengukuran TFU,

observasi kontraksi, observasi kandung kemih, pada 15 menit satu jam

pertama dan tiap 30 menit pada satu jam kedua, dan suhu setiap 1 jam.

3) Lakukan heacting perineum derajat II

4) Penuhi kebutuhan dasar ibu.

5) Lakukan proses rujukan jika ada kegawatdaruratan 2 jam postpartum

sesuai SOP.

Sisca Marthin

3. 2.5 Asuhan Persalinan Kala IV

Tanggal : 27-02-2022, pukul: 17.45 WIB

Tempat : PMB Ny. “S”, Selotinatah

1. Data Subyektif

Ibu lega ari-arinya telah lahir dan proses persalinan selesai.

2. Data Obyektif

a. Plasenta lahir spontan lengkap pukul 17.45 WIB

1) Sisi maternal : kotiledon lengkap 20, diameter 20 cm, selaput ketuban

utuh, tebal ± 3 cm
97

2) Sisi fetal : insersi tali pusat sentralis, tidak terdapat pembuluh darah yang

terputus, panjang tali pusat 35 cm, berat ± 450 gram

b. TFU 2 jari bawah pusat

c. Kontraksi uterus baik, keras dan bundar

d. Kandung kemih kosong

e. Laserasi di mukosa vagina, komisura, kulit perineum, otot perineum

f. Tidak ada perdarahan aktif

3. Assesment

Kala IV dengan laserasi derajat 2, keadaan umum ibu baik, prognosa baik

4. Penatalaksanaan

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan baik, terdapat robekan jalan lahir

derajat 2. Ibu mengerti dan bersyukur.

b. Menjahit laserasi derajat 2. Heacting dengan anastesi lidokain 1% dengan

teknik jelujur dan subcutis menggunakan benang catgut. Ibu tidak terasa

nyeri saat dijahit. Jahitan tertaut rapi, tidak ada odema dan kemerahan

sekitar vulva, vagina, dan perineum, tidak ada darah segar yang mengalir

dari luka jahitan, tidak perdarahan aktif setelah heacting.

c. Estimasi perdarahan ± 250 cc warna merah, tidak ada sisa plasenta.

d. Mengajarkan ibu cara memeriksa kontraksi uterus yang benar. Ibu dapat

melakukannya, kontraksi keras baik.

e. Menjelaskan kepada ibu apabila merasakan pengeluaran darah yang banyak

dan tidak berhenti untuk segera lapor ke bidan. Ibu paham dan mengerti.
98

f. Menyibin ibu dan menggantikan pakaian dengan baju yang bersih dan

kering.

g. Mendekatkan bayi dengan ibu. Ibu nampak lega bayi dalam keadaan sehat.
Ibu mencium, dan mendekap bayinya, mencoba mengajak bicara bayinya.

h. Mempersilahkan keluarga memberi makan minum. ibu Ny. S menyuapi ibu


dengan 1 porsi nasi serta lauk ayam.

i. Mendekontaminasi peralatan dan tempat persalinan.

j. Mengobservasi TD, N, TFU, kontraksi tiap 15 menit pada 1 jam pertama

dan 30 menit pada 1 jam kedua, suhu tiap 1 jam. Keadaan ibu stabil (hasil

terlampir pada partograf).

k. Memberikan terapi vitamin A 2 kapsul 1x1 200.000 IU, tablet Fe 2 kapsul

1x1, asam mefenamat 4 tab 2x1 500 mg dan amoxicillin 3 tab 1x1 500 mg.

Ibu bersedia minum sesuai aturan.

l. Mendokumentasikan tindakan

m. Rencanakan tindakan asuhan masa nifas kunjungan I (KF I):


1) Observasi laktasi, involusi, dan lokhea

2) Observasi kemampuan ibu dan bayi untuk menyusui atau menetek

3) Beri leaflet dan jelaskan secara sederhana pentingnya kebutuhan dasar

ibu di masa nifas, tanda bahaya nifas, perawatan BBL, ASI ekslusif

4) Lakukan pijat oksi dan PBA pada hari pertama postpartum

5) Lakukan perujukan jika ada kegawatdaruratan.

6) Melengkapi pertograf dan buku KIA. Terisi lengkap partograf dan KIA.

Sisca Marthin
99

3.3 Asuhan Kebidanan Nifas

3. 3.1 Kunjungan Nifas I (6 jam)

Tanggal: 27-02-2022, pukul: 23.00 WIB

Tempat : PMB Ny. “S” Selotinatah

1. Data Subyektif

a. Ibu mengeluh nyeri pada perut.

b. Ibu sudah makan malam pukul 19.00 dengan 1 porsi PMB dimakan sampai

habis dan minum 1 gelas air putih.

c. Ibu sudah BAK spontan ke kamar mandi sebanyak 1x, tidak ada keluhan.

Ibu belum BAB.

d. Setelah persalinan ibu belum tidur.

e. ASI keluar masih sedikit dan ibu sudah menyusui 6x.

f. Ibu pada saat posisi duduk dan berjalan tidak merasakan perdarahan yang

banyak. Darah yang keluar dari jalan lahir seperti darah haid.

g. Sudah bisa miring kanan kiri, duduk dan berjalan.

h. Bayi tidur didekapan ibu. Ibu senang merawat banyinya dan masih dibantu

oleh keluarga dan suami.

i. Ibu mendapatkan vitamin A (200.000 IU) 2 kapsul 1x1 kapsul 1 diminum

hari ini pukul 18.00 WIB dan kapsul 2 diminum besok diwaktu yang sama,

tablet Fe 2 tab 1x1, asam mefenamat 4 tab 2x1 500 mg dan amoxicillin 3

tab 1x1 500 mg. Sudah diminum masing-masing 1 tab.

j. Ibu bercerita tentang riwayat persalinannya sebanyak 2x


100

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum ibu baik, composmentis.

b. Tanda-tanda vital: Tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 36,5°C, nadi 82

x/menit, respirasi 20 x/menit.

c. Muka tidak pucat, tidak sembab, konjungtiva palpabrae merah muda.

d. Puting bersih, menonjol, kolostrum +/+.

e. Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat. Kandung kemih kosong.

f. Genetalia : lochea rubra, terdapat bekas luka jahitan perineum tampak masih

basah.

3. Assesment

P10001, 6 jam pospartum spontan, laktasi normal, involusi normal, lochea normal,

keadaan psikologi baik, keadaan umum ibu baik, dengan keluhan nyeri perut

(after pain). Prognosa baik.

4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu baik. Ibu

bersyukur.

b. Menjelaskan tentang keluhan nyeri perut yang dirasakan ibu meliputi

pengertian, penyebab dan cara mengatasinya, keluhan nyeri perut (After

pain) merupakan keluhan normal yang dirasakan 2-4 hari setelah persalinan

disebabkan rahim yang berkontraksi (involusi uteri). Cara mengatasinya ibu

dianjurkan untuk mengganjal bantal yang diletakkan dibawah abdomen dan

mengosongkan kandung kemih. Ibu mengerti atas penjelasan tersebut serta

ibu bersedia mengganjal dan tidak menahan BAK.


101

c. Menjelaskan tentang fisiologis pengeluaran ASI meliputi waktu

pengeluaran ASI, jumlah ASI yang dikeluarkan pada hari pertama, dan

kebutuhan ASI untuk bayi baru lahir. Ibu mengerti jika yang dikeluhkan

adalah normal.

d. Mengajari ibu dan suami cara pijat oksi untuk memperlancar ASI. Suami

dapat melakukan pijat oksi dengan baik dan benar. Ibu merasa nyaman,

payudara tegang, ASI keluar banyak 1 sendok.

e. Menjelaskan mengenai kebutuhan dasar masa nifas meliputi nutrisi,

eliminasi, istirahat, mobilisasi, personal hygiene, dan aktivitas. Ibu mengerti

dan dapat mengulangi penjelasan petugas.

f. Menjelaskan pada suami dan keluarga tentang perubahan psikologi yang

dialami ibu setelah persalinan, ibu akan mengalami perubahaan mood atau

perasaan yang berubah-ubah sehingga suami dan keluarga perlu

memberikan dukungan kepada ibu dan membantu pekerjaan ibu setelah

persalinan. Suami dan keluarga bersedia memberikan dukungan kepada ibu

dan membantu pekerjaan ibu.

g. Menjelaskan mengenai tanda bahaya masa nifas meliputi pendarahan lewat

jalan lahir, keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah tangan

kaki atau sakit kepada dan kejang-kejang, demam lebih dari 2 hari, payudara

bengkak, ibu terlihat sedih murung dan menangis. Ibu mengerti dan segera

lapor atau ke faskes bila ditemui tanda tersebut.


102

h. Menjelaskan pada ibu mengenai ASI eksklusif dan cara menyusui dengan

posisi yang benar. Ibu mengerti dan bersedia memberikan ASI saja kepada

bayinya selama 6 bulan.

i. Menjelaskan mengenai perawatan BBL. Ibu mengerti dan dapat mengulangi

penjelasan petugas.

j. Menjadwalkan ibu pulang tanggal 28-02-2022 pukul 09.00 bila keadaan ibu

dan bayi baik. Ibu pulang tanggal 28-02-2022 pukul 09.00.

k. Menjadwalkan kunjungan ulang ke 2 yaitu 6-7 hari postpartum, tanggal 05-

03-2022 atau 06-03-2021 dirumah pasien. Ibu bersedia

l. Rencanakan tindakan selanjutnya :

1) Evaluasi TTV, laktasi, involusi, lokhea, dan jahitan

2) Kaji ulang nutrisi, personal hygiene, istirahat, dan eliminasi

3) Evaluasi ibu sudah melaksanakan nasihat yang diberikan atau belum

4) Beri asuhan kebidanan sesuai dengan kondisi ibu

5) Evaluasi sisa obat

6) Lakukan perujukan jika ada kegawatdaruratan

k. Mendokumentasikan tindakan pada buku KIA.

Sisca Marthin
103

3. 3.2 Kunjungan Nifas II (7 Hari)

Tanggal : 06-03-2022, pukul 15.30 WIB

Tempat : Rumah pasien Ny. “S” Bangsri

1. Data Subyektif

a. Saat ini ibu tidak mengeluh apa-apa dan perut sudah tidak nyeri.

b. Makan 3x sehari porsi sedang (nasi, sayur, lauk) dihabiskan dan minum air

putih 9-10 gelas sehari. Tidak ada pantang makanan.

c. BAB 1x hari sekali, BAK 5-7x sehari, tidak ada keluhan.

d. ASI keluar banyak dan ibu menyusui bayi ±2 jam sekali.

e. Darah nifas keluar sedikit, berwarna merah kecokelatan.

f. Ibu mandi 2x sehari, ganti pembalut tiap penuh dan tidak nyaman, cebok dari

depan ke belakang, melakukan perawatan payudara setiap mandi.

g. Ibu melakukan perawaan payudara dengan membersihkan puting sebelum

mandi.

h. Saat siang ibu istirahat ±2 jam saat bayi tidur, malam hari dapat istirahat

setiap bayi tidur dan tiap ±2 jam bangun menyusui bayinya.

i. Ibu tidak mengalami perubahan mood atau perasaan yang berubah-ubah.

j. Suami dan keluarga selalu membantu pekerjaan rumah ibu. Ibu merawat bayi

dibantu oleh suami dan keluarga.

k. Dalam keluarga tidak ada kepercayaan yang merugikan ibu pada masa nifas.

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum ibu baik, composmentis, keadaan psikologis ibu baik.

b. TTV: TD: 100/70 mmHg, S: 36°C, N: 80 x/menit, R: 20 x/menit.


104

c. Muka tidak pucat, tidak sembab, konjungtiva palpabrae merah muda, sklera

putih.

d. Payudara bersih, puting menonjol, ASI lancar.

e. Kontraksi uterus keras dan bundar, TFU pertengahan pusat-sympisis, DDR

1/2 jari, kandung kemih kosong.

f. Genetalia bersih, lochea sanguinolenta, luka jahitan perineum sedikit masih

basah, tidak kemerahan, tidak berbau dan tidak ada nanah.

g. Ekstremitas tidak oedem, tidak varises.

3. Assesment

P10001, post partum spontan hari ke 7, laktasi normal, involusi normal, lochea

normal, keadaan psikologi ibu baik, keadaan umum ibu baik dengan after pain

teratasi. Prognosa baik.

4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan baik, laktasi,

involusi dan lochea berjalan normal. Ibu lega mengetahui keadaan tersebut.

b. Menjelaskan kepada suami dan keluarga untuk selalu memberikan dukungan

kepada ibu dalam merawat bayi dan membantu pekerjaan sehari hari, suami

dan keluarga bersedia memberi dukungan dan membantu pekerjaan ibu.

c. Mengevaluasi kembali mengenai kebutuhan dasar masa nifas, tanda bahaya

nifas, perawatan BBL, ASI eksklusif, tanda bayi tercukupi ASI. Ibu sudah

paham mengenai hal tersebut.

d. Menjelaskan mengenai perawatan dan pengosongan payudara untuk

menghindari payudara bengkak. Ibu mengerti penjelasan petugas.


105

e. Menjadwalkan kunjungan ulang pada 8-28 postpartum (tanggal

07-03-2022 sampai dengan 27-03-2022).

f. Rencana tindakan asuhan selanjutnya :

1) Pemeriksaan TTV, laktasi, involusi, dan lokhea

2) Evaluasi hasil KIE dan senam nifas

3) Lakukan perujukan jika ada kegawatdaruratan

g. Dokumentasi tindakan pada buku KIA.

Sisca Marthin

3. 3.3 Kunjungan Nifas III (26 Hari)

Tanggal : 25-03-2022, pukul 09.00 WIB

Tempat : Rumah pasien Ny. “S” Bangsri

1. Data Subyektif

a. Saat ini ibu tidak ada keluhan

b. Ibu menyusui bayinya ± 2 jam sekali

c. Nafsu makan ibu bertambah dan porsi makan juga bertambah

d. Darah nifas keluar berwarna kuning bercampur putih

e. Ibu sudah bisa merawat bayinya sendiri dan merasa senang. Suami dan

keluarga selalu membantu pekerjaan di rumah ibu.

f. Ibu melakukan perawatan payudara 1x sebelum mandi dengan

membersihkan puting.

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum ibu baik, composmentis.


106

b. TD: 110/70 mmHg, N: 80 x/menit, R: 20 x/menit, S: 36,5°C

c. Muka tidak pucat, konjungtiva palpabrae merah muda, sklera putih.

d. Payudara konsistensi tegang, putting susu bersih dan menonjol, ASI keluar

lancar.

e. TFU tidak teraba, DDR 1/2 jari.

f. Genetalia bersih, lochea serosa, kondisi jahitan perineum kering, jaringan

sudah menyatu.

3. Assesment

P10001 post partum spontan hari ke 26, laktasi normal, involusi normal, lochea

normal, keadaan psikologi ibu baik dalam fase letting go, keadaan umum ibu

baik. Prognosa baik.

4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu sehat. Ibu

mengucap syukur.

b. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI saja, minimal 2 jam sekali atau on

demand sampai bayi berusia 6 bulan dan dilanjut pemberian MPASI sampai

2 tahun. Ibu bersedia memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan.

c. Memberikan konseling tentang pemilihan kontrasepsi pascasalin, ibu

berencana menggunakan KB suntik 3 bulan.

d. Memberi pesan kepada ibu untuk segera ke petugas kesehatan jika ibu dan

bayi mengalami keluhan/tanda bahaya. Ibu bersedia.

e. Menjadwalkan kunjungan ulang pada 29-42 postpartum (tanggal 28-03-

2022 sampai dengan 10-04-2022).


107

f. Rencana tindakan asuhan selanjutnya :

1) Pemeriksa TTV, laktasi, involusi, dan lokhea

2) Evaluasi KIE

3) Memantapkan kontrasepsi yang dipilih ibu

g. Dokumentasi tindakan pada buku KIA.

Sisca Marthin

3. 3.4 Kunjungan Nifas IV (43 Hari)

Tanggal : 11-04-2022, pukul 09.00 WIB

Tempat : Rumah pasien Ny. “S” Bangsri

1. Data Subyektif

a. Saat ini ibu tidak ada keluhan

b. Ibu menyusui bayinya ± 2 jam sekali dan hanya memberikan ASI esklusif.

c. Nafsu makan ibu bertambah dan porsi makan juga bertambah

d. Darah nifas sudah tidak keluar

e. Ibu sudah bisa merawat bayinya sendiri dan merasa senang

f. Ibu belum mendapat haid dan belum melakukan hubungan seksual

g. Ibu sudah KB suntik progestin pada tanggal 10-04-2022 di PMB Ny. “S”.

h. Ibu mengatakan biang keringat sudah hilang.

i. Bayi menyusu kuat ± 11-12 x/hari, hanya minum ASI, bayi disendawakan

setelah menyusu.

j. Setiap pagi bayi dijemur ± 10-15 menit pukul 07.30 WIB.


108

k. Bayi BAK ± 8-9 x/hari, warna kuning jernih, BAB ± 3 x/hari warna kuning,

konsistensi lunak.

l. Perawatan bayi dilakukan oleh ibu, mandi 2x sehari, ganti baju setiap basah.

m. Bayi tersenyum spontan, ibu sering mengajak berbicara, menatap muka dan

bayi merespon, mulai mengeluarkan suara.

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum ibu baik, composmentis.

b. TD: 110/70 mmHg, N: 80 x/menit, R: 20 x/menit, S: 36,1°C

c. Muka tidak pucat, konjungtiva palpabrae merah muda, sklera putih.

d. Payudara konsistensi tegang, puting susu bersih dan menonjol, ASI matur

keluar lancar.

e. TFU tidak teraba.

f. Genetalia bersih, tidak ada pengeluaran pervaginam, kondisi jahitan kering

dan sudah menyatu.

g. Keadaan umum bayi baik, composmetis,

h. Suhu tubuh 37ºC, nadi 120 x/menit, pernapasan 50 x/menit.

i. BB 5000 gram, PB 55 cm. (Hasil pemeriksaan di posyandu pada tanggal 10-

April-2022)

j. UUK dan UUB belum menutup

k. Turgor kulit baik, tidak ikterus dan akral hangat.

l. Pada leher tidak tampak biang keringat.

m. Hasil pemeriksaan perkembangan menggunakan Denver II menunjukkan

bayi dalam keadaan normal dan hasil terlampir.


109

1) Personal sosial

 Tersenyum spontan :L

 Membalas senyum pemeriksa :L

 Menatap muka :L

2) Motorik halus

 Mengikuti lewat garis tengah :L

 Memegang icik-icik :L

 Mengikuti ke garis tengah :L

3) Bahasa

 Tertawa :L

 Ooh/aah :L

 Bersuara :L

 Bereaksi terhadap bel :L

4) Motorik kasar

 Kepala terangkat 90º :L

 Kepala terangkat 45º :L

 Mengangkat kepala :L

 Gerakan seimbang :L

3. Assesment

P10001 post partum spontan hari ke 43, laktasi normal, involusi normal, lochea

normal, keadaan psikologi ibu baik, keadaan umum ibu baik. Prognosa baik.

Bayi Ny.S Bayi usia 43 hari, jenis kelamin perempuan, pertumbuhan dan

perkembangan normal, keadaan umum baik. Prognosa baik.


110

4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu sehat. Ibu

mengucap syukur.

b. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan stimulasi pada bayi 0-3 bulan,

memantau tumbuh kembang dan pemeriksaan tumbuh kembang di posyandu

sesuai dengan usia bayi. Ibu bersedia melakukan stimulasi dan pemeriksaan

tumbuh kembang sendiri di posyandu.

c. Mengevaluasi kembali dan memotivasi ibu untuk memberikan ASI saja,

minimal 2 jam sekali atau on demand sampai bayi berusia 6 bulan dan

dilanjut pemberian MPASI sampai 2 tahun. Ibu bersedia memberikan ASI

saja sampai usia 6 bulan.

d. Memberi pesan kepada ibu untuk segera ke bidan jika ibu dan bayi

mengalami keluhan/tanda bahaya. Ibu bersedia dating ke bidan jika ada

keluhan atau tanda bahaya.

e. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayi sehat, pertumbuhan dan

perkembangan normal. Ibu mengerti dan bersyukur.

f. Menganjurkan ibu untuk selalu memberi stimulasi sesuai usia bayi 0-3 bulan

dan menimbang bayi di Posyandu agar pertumbuhan dan perkembangan

bayi optimal. Ibu bersedia memberikan stimulasi kepada bayinya dan akan

membawa ke Posyandu setiap bulannya.

g. Menganjurkan ibu untuk membawa bayi ke petugas kesehatan bila ditemukan

tanda bahaya bayi. Ibu bersedia.


111

h. Menganjurkan ibu untuk mengimunisasikan bayinya sesuai jadwal di buku

KIA dan membawa ke Posyandu hingga usia bayi 72 bulan. Ibu bersedia

melakukannya.

i. Melakukan tindakan kolaborasi dengan Bidan PMB Ny.S untuk

mengembalikan tanggung jawab pasien kepada Bidan.

j. Dokumentasikan tindakan pada buku KIA

Sisca Marthin

3.4 Asuhan Kebidanan Neonatus

3.4.1 Kunjungan Neonatus I (6 jam)

Tanggal : 27-02-2022, pukul 23.00 WIB

Tempat : PMB Ny. “S” Selotinatah

1. Data Subyektif

a. Bayi Ny. “S” lahir cukup bulan usia kehamilan 39 minggu. Lahir tanggal 27-

02-2022 pukul 17.30 WIB menangis kuat, bergerak aktif, riwayat IMD 1 jam

berhasil.

b. Bayi sudah BAK 2 kali dan sudah BAB 1 kali warna kehitaman, konsistensi

lunak

c. Bayi dapat tidur nyenyak dan bangun saat lapar

d. Bayi sudah menetek dan menghisap kuat ±6 kali

e. Ganti baju dan popok setelah BAK dan BAB, dibersihkan menggunakan tisu

basah.
112

f. Bayi tampak nyaman didekat ibunya. Keluarga sangat senang dan bersyukur

atas kelahiran bayinya.

g. Dalam keluarga tidak ada kebiasaan dan budaya yang merugikan pada bayi.

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum baik, composmentis.

b. S:36,7ºC, N: 110x /menit, R: 45x /menit

c. BB 3.300 gram, PB 49 cm, LK 33 cm, LD 34 cm

d. Kepala tidak terdapat caput, pertumbuhan rambut merata.

e. Tidak ada pernapasan cuping hidung

f. Muka tidak ada kelainan, tidak oedem, warna kulit kemerahan.

g. Mulut tidak pecah-pecah, menyusu kuat, reflek hisap dan menelan baik

h. Dada mengembang simetris, tidak ada tarikan intercostae

i. Abdomen tidak kembung, tidak kuning, tidak ada hernia umbilikalis, tali pusat

segar tidak berdarah.

j. Punggung tidak spinabifida, tidak ada kelainan punggung bawaan.

k. Genetalia labia mayora menutupi labia minora, lubang uretra terpisah dengan

lubang vagina.

l. Anus terdapat lubang

m. Ekstremitas simetris, tidak ada kelainan bawaan, gerak aktif.

n. Pemeriksaan neurologis :

1) Reflek rooting normal, bayi mengikuti kearah pipi yang disentuh.

2) Reflek menghisap (sucking) normal, bayi menyusu kuat.

3) Reflek menelan (swallowing) normal.


113

4) Reflek menggenggam (grapping) normal, bayi menggenggam kuat saat

tangan pemeriksa menyentuh telapak tangan bayi.

5) Reflek morro normal, bayi terkejut saat dikagetkan.

6) Reflek babinsky normal, semua jari hiperekstensi saat telapak digores.

o. Sudah diinjeksi Vit K 1mg dan di berikan salep mata pukul 18.00 WIB.

p. Sudah diinjeksi Hb 0 pukul 19.00 WIB.

3. Assesment

Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan, lahir spontan, usia 6 jam, jenis

kelamin perempuan, tumbuh kembang baik, keadaan umum baik. Prognosa baik.

4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayi sehat. Ibu mengucap

syukur.

b. Melakukan KIE menggunakan buku KIA :

1) Menjelaskan tentang kebutuhan dasar bayi baru lahir meliputi nutrisi,

eliminasi, personal hygine pada bayi. Ibu paham.

2) Menganjurkan ibu untuk memberi ASI secara ekslusif selama 6 bulan

pertama secara on demand maksimal tiap 2 jam sekali dan tidak memberi

tambahan makanan apapun sebelum bayi berusia 6 bulan. Ibu akan

melakukan anjuran tersebut.

3) Mendemonstrasikan cara menyusui bayi yang benar. Ibu dapat

melakukannya. Posisi bayi menyusui sudah benar, bayi terlihat menyusu

kuat.
114

4) Mengajarkan dan menganjurkan ibu untuk menyendawakan bayi setiap

kali selesai menyusu. Ibu bisa menyendawakan bayinya.

5) Menganjurkan untuk menjemur bayi pada pagi hari sekitar pukul 07.00-

09.00 WIB selama 30 menit. Ibu bersedia

6) Memberitahu ibu tentang perawatan bayi baru lahir meliputi kebersihan

tali pusat, menjaga kehangatan bayi, dan tanda bahaya bayi baru lahir. Ibu

dapat menjelaskan kembali perawatan bayi baru lahir, dan tanda bahaya

BBL serta tau kapan harus ke fasilitas kesehatan.

c. Menjadwalkan bayi pulang tanggal 28-02-2022 pukul 09.00 bila keadaan ibu

dan bayi baik.

d. Merencanakan kunjungan ulang kedua neonatus hari ke 6-7 (tanggal 05-03-

2022 sampai dengan 06-03-2022).

e. Rencana tindakan selanjutnya pada KN II

1) KIE imunisasi bayi, gizi dan perkembangan bayi usia 0-6 bulan.

2) Berikan asuhan sesuai keadaan bayi saat kunjungan.

3) Lakukan perujukan jika sewaktu waktu terjadi kegawatdaruratan.

f. Dokumentasikan tindakan pada buku KIA.

Sisca Marthin
115

3. 4.2 Kunjungan Neonatus II (7 hari)

Tanggal : 06 - 03 - 2022, pukul: 15.30 WIB

Tempat : Rumah pasien Ny. “S” Bangsri

1. Data Subyektif

a. Ibu mengatakan bayi menyusu kuat, hanya minum ASI saja secara on demand,

ibu dapat mendengar suara menelan ASI, bayi disendawakan setelah

menyusu.

b. Bayi BAK ± 7-8 x/hari, warna kuning jernih, BAB ± 2-3 x/hari warna kuning,

konsistensi lunak.

c. Bayi mandi 2x sehari dengan sabun khusus bayi dan air hangat, ganti popok

saat basah dan kotor, tali pusat dibungkus kasa steril karena belum lepas, bila

bayi BAB daerah genetalia dan anus dibersihkan dengan kapas dan air hangat.

Setiap pagi bayi selalu dijemur di bawah sinar matahari pukul 08.00 WIB

(±10-15 menit), bagian mata ditutupi.

d. Bayi tidur 16-17 jam/hari, siang bayi tidur terus, terbangun saat lapar, BAB

dan BAK. Terkadang malam hari terbangun namun tidak rewel.

e. Ibu dibantu suami dan ibu kandung dalam merawat bayinya.

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum bayi baik, composmentis

b. S: 36,8°C, N: 120 x/menit, R: 34 x/menit

c. BB 3600 gram, PB: 50 cm, Kenaikan BB: 300 gram

d. Perut tidak kembung.

e. Akral hangat.
116

f. Tidak icterus.

g. Tali pusat belum lepas terbungkus kasa, bersih, kering, warna kehitaman dan

tidak ada tanda kemerahan di sekitar tali pusat bayi.

3. Assesment

Neonatus cukup bulan usia 7 hari, keadaan umum baik, prognosa baik.

4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayi dalam keadaan sehat. Ibu

mengerti dan bersyukur.

b. Mendiskusikan ulang kepada ibu sesuai buku KIA meliputi :

1) Tentang perawatan bayi baru lahir.

2) Pemberian ASI eksklusif

3) Tanda bahaya pada bayi

Ibu antusias dalam merawat bayinya dan bayi dapat menetek.

c. Menjelaskan pada ibu mengenai cara menyimpan ASI. Ibu mengerti dan dapat

mengulangi penjelasan petugas.

d. Menganjurkan ibu untuk segera mencari informasi mengenai jadwal

imunisasi kepada bidan desa. Imunisasi BCG dan Polio 1 pada tanggal 10-03-

2022

e. Merencanakan kunjungan ulang ketiga neonatus hari ke 8-28 (tanggal 07-03-

2022 – 27-3-2022). Ibu bersedia untuk dilakukan pemeriksaan

f. Rencana tindakan

1) Kaji keluhan ibu dan bayi.

2) Observasi keadaan umum bayi dan TTV.


117

3) Berikan asuhan kebidanan sesuai kondisi bayi saat kunjungan.

4) Lakukan DDST

5) Lakukan perujukan jika terdapat kegawatdaruratan.

g. Dokumentasikan tindakan pada buku KIA.

Sisca Marthin

3. 4.3 Kunjungan Neonatus III (26 hari)

Tanggal : 25-03-2022, pukul: 09.00 WIB

Tempat : Rumah pasien Ny. “S” Bangsri

1. Data Subyektif

a. Pada leher bayi terdapat biang keringat ±5 hari yang lalu pada tanggal 20-03-

2022. Ibu konsultasi melalui whatsapp dan dikonsulkan ke bidan Ny.S

mendapatkan terapi amoxicillin sirup 3x1 sendok dan salep miconazole, ibu

membeli obat di apotik. Saat ini biang keringat pada leher sudah berkurang.

b. Bayi menyusu kuat ± 12-13 x/hari, hanya minum ASI, ibu dapat mendengar

suara menelan ASI, bayi disendawakan setelah menyusu.

c. Setiap pagi bayi dijemur ± 10-15 menit pukul 07.30 WIB.

d. Tali pusat sudah lepas saat hari ke-9 tanggal 8 Maret 2022, tidak rewel.

e. Bayi BAK ± 8-9 x/hari, warna kuning jernih, BAB ± 3 x/hari warna kuning,

konsistensi lunak.

f. Perawatan bayi dilakukan oleh ibu, mandi 2x sehari, ganti baju setiap basah.

g. Pada tanggal 10 sudah dilakukan imunisasi BCG dan polio di posyandu.


118

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis,

b. Suhu tubuh 36,7ºC, nadi 120 x/menit, pernapasan 50 x/menit.

c. BB 4100 gram PB 52 cm

d. UUK dan UUB belum menutup

e. Turgor kulit baik, tidak ikterus dan akral hangat.

f. Pada lengan kiri terdapat bekas penyuntikan BCG dan menimbulkan luka

bintik merah pada kulit bayi.

g. Terdapat sisa biang keringat yang sudah kering di sekitar leher bayi.

3. Assesment

Neonatus cukup bulan usia 26 hari, jenis kelamin perempuan, pertumbuhan

normal, keadaan umum baik, prognosa baik.

4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayi dalam keadaan sehat. Ibu

mengerti dan bersyukur.

b. Memotivasi ibu untuk selalu memberi ASI secara on demand. Ibu bersedia

melakukannya.

c. Mengevaluasi tentang tanda bahaya bayi dan segera menghubungi petugas

kesehatan bila ditemukan tanda bahaya pada bayi. Ibu bersedia membawa

bayi ke petugas kesehatan bila ditemukan tanda bahaya pada bayi.

d. Memberikan asuhan agar tidak terjadi biang keringat. Ibu mengerti.

e. Menjelaskan pada ibu mengenai cara menyimpan ASI. Ibu mengerti dan dapat

mengulangi penjelasan petugas.


119

f. Menjadwalkan pemeriksaan DDTK hari ke 29–42 (tanggal 28-03-2022

sampai dengan 10-04-2022). Ibu bersedia untuk dilakukan pemeriksaan.

g. Pada saat kunjungan lakukan pengkajian meliputi :

1) Evaluasi kondisi biang keringat.

2) Evaluasi tentang tanda bahaya bayi dan cara menyimpan ASI.

3) Pemantauan tumbuh kembang.

4) Observasi keadaan umum bayi dan TTV.

5) Beri asuhan sesuai dengan keadaan saat itu

h. Dokumentasikan tindakan pada buku KIA.

Sisca Marthin

3.5 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Tanggal : 25-03-2022, Pukul : 09.00 WIB

Tempat : Rumah pasien Ny. “S” Bangsri

1. Data Subyektif

a. Ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulan

b. Ibu tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit hipertensi, kanker

payudara, diabetes mellitus disertai komplikasi, kejang, kuning pada kulit atau

mata, nyeri hebat pada betis, paha, dada dan bengkak pada tungkai.

c. Saat ini ibu masih mengeluarkan darah nifas berwarna sedikit kekuningan dan

belum melakukan hubungan seksual.

d. Ibu menyusui bayinya on demand taiap 2 jam sekali hanya ASI saja.
120

e. Ibu sudah mendapat penyuluhan KB saat masa hamil pada kunjungan

kehamilan I dengan pendampingan.

f. Ibu memilih menggunakan KB suntik 3 bulan. Ibu berkomitmen untuk

memberikan ASI saja tanpa makanan apapun kepada bayi sampai usia 6 bulan.

Ibu tidak memilih KB IUD dan implan karena takut dengan proses

pemasangannya.

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum ibu baik, composmentis.

b. TD: 110/70 mmHg, N: 80 x/menit, R: 20 x/menit, S: 36,5°C

c. Muka tidak pucat, konjungtiva palpabrae merah muda, sklera putih

d. Payudara konsistensi tegang, puting susu bersih dan menonjol, ASI matur

keluar lancar dan banyak.

e. TFU tidak teraba.

f. Genetalia bersih, lochea serosa, kondisi jahitan perineum kering, jaringan

sudah menyatu.

3. Assesment

P10001 usia 18 tahun, peserta KB MAL dan calon peserta KB suntik progestin,

tidak ada kontra indikasi, keadaan umum ibu baik. Prognosa baik.

4. Penatalaksanaan

a. Memberikan KIE tantang KB MAL meliputi cara kerja, keuntungan dan hal

yang harus diperhatikan pada penggunaan KB MAL. Ibu memahami dan

dapat menjelaskan kembali tentang KB MAL


121

b. Menjelaskan kembali tentang syarat KB MAL yaitu: menyusui eksklusif,

tidak meninggalkan bayi lebih dari 6 jam, tidak haid, dan bayi berusia kurang

dari 6 bulan. Semua syarat harus terpenuhi. Ibu mengerti dan jika sudah tidak

terpenuhi syarat tersebut maka ibu ingin menggunakan KB suntik 3 bulan.

c. Mengingatkan kembali untuk memutuskan pemilihan kontrasepsi setelah 6

bulan atau ketika sudah menstruasi untuk yang pertama kali setelah

melahirkan. Ibu ingin menggunakan KB suntik 3 bulan.

d. Menjelaskan kepada ibu tentang keuntungan KB suntik 3 bulan. Ibu mengerti

dan mantap dengan pilihannya.

e. Menjelaskan kepada ibu untuk suntik KB 3 bulan saat darah nifas sudah

berhenti dan belum melakukan hubungan seksual (42 hari pospartum yaitu

tanggal 10-04-2022).

f. Memotivasi ibu untuk tetap menyusui bayinya secara on demand selama 6

bulan tanpa diberikan makanan apapun. Ibu bersedia melakukannya.

g. Mendokumentasikan hasil tindakan

Sisca Marthin

Tanggal : 11-04-2022, Pukul : 09.00 WIB

Tempat : Rumah pasien Ny. “S” Bangsri

1. Data Subyektif

a. Ibu mengatakan sudah menggunakan KB suntik pada tanggal 10-04-2022 di

PMB Ny.S.

b. Ibu mengatakan tidak ada keluhan setelah menggunakan KB suntik 3 bulan.


122

c. Saat ini ibu sudah tidak mengeluarkan darah nifas dan belum melakukan

hubungan seksual.

d. Ibu menyusui bayinya on demand tiap 2 jam sekali hanya ASI saja.

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum ibu baik, composmentis.

b. TD: 110/70 mmHg, N: 80 x/menit, R: 20 x/menit, S: 36,5°C

c. Muka tidak pucat, konjungtiva palpabrae merah muda, sklera putih.

d. Payudara konsistensi tegang, puting susu bersih dan menonjol, ASI matur

keluar lancar dan banyak.

e. Tidak teraba pembesaran uterus dan tidak teraba benjolan abnormal pada

abdomen.

f. Genetalia bersih, kondisi jahitan perineum kering, jaringan sudah menyatu.

3. Assesment

P10001 usia 18 tahun peserta KB suntik progestin, tidak ada keluhan, keadaan

umum ibu baik. Prognosa baik.

4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik. Ibu lega

dengan keadaannya.

b. Menjelaskan kepada ibu untuk suntik ke 2 KB 3 bulan pada tanggal 31-07-

2022.

c. Memotivasi ibu untuk tetap menyusui bayinya secara on demand selama 6

bulan tanpa diberikan makanan apapun. Ibu bersedia melakukannya.

d. Mendokumentasikan hasil tindakan


123

e. Rencana tindakan selanjutnya :

1) Serahkan hasil kondisi pasien pada bidan setempat

Sisca Marthin
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas tentang asuhan kebidanan komprehensif

dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan KB pada kasus Ny.”S”

G1P00000 yang dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2022 sampai dengan 11 April

2022 dengan menggunakan standar asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP.

Berdasarkan hasil yang didapat dalam kasus tersebut terdapat beberapa kesamaan

dan kesenjangan antara teori dan praktik, yaitu sebagai berikut :

4.1 Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Selama kehamilan ibu melakukan kunjungan sebanyak 10x (hingga

kehamilan 38-39 minggu). Hal ini sesuai dengan yang dianjurkan oleh Kemenkes

RI (2020) bahwa pemeriksaan ANC dilakukan minimal 6x. Hasil yang diketahui

dari kunjungan ANC ibu memiliki keluhan sering kencing dan nyeri pada perut

bawah. Menurut Romauli (2011), pembesaran uterus menyebabkan kapasitas

kandung kemih berkurang serta meningkatkan frekuensi berkemih. Keluhan sering

BAK ibu ditunjang dari data selama hamil ibu BAK 10-12 kali sehari dan

mengganggu istirahat karena sering terbangun di setiap malam.

Keluhan sering kencing menurut Saifuddin (2014a), disebabkan oleh kepala

janin yang mulai turun ke bawah pintu atas panggul dan kandung kemih mulai

tertekan organ uterus. Hal ini sesuai dengan kasus yang pada kenyataannya kepala

janin sudah masuk panggul sehingga menekan kandung kemih. Asuhan yang

124
125

diberikan pada ibu yaitu menganjurkan ibu untuk menghindari minum-minuman

bahan diuretik alamiah seperti kopi, teh, softdrink/cola yang mengandung cafein,

menganjurkan ibu untuk minum 8-10 gelas/hari tetapi banyak minum pada siang

hari. Keluhan nyeri perut bagian bawah ibu normal terjadi hal ini disebabkan oleh

bagian terendah kepala janin sudah masuk PAP.

Hasil pemeriksaan IMT ibu 17,4 kg/m2, IMT tersebut termasuk dalam

kategori kurus. Menurut Saifuddin (2010) wanita dengan IMT <18,5 kg/m2

termasuk kategori kurus dan diperlukan penambahan berat badan sebayak 14-20 kg

selama kehamilan. Berat badan ibu sebelum hamil 44 kg, berat badan saat usia

kehamilan 38-39 minggu adalah 50 kg yang berarti ibu naik 6 kg dari berat badan

sebelum hamil, sehingga terjadi kesenjangan antara kenyataan dengan konsep teori.

Resiko penambahan berat badan yang kurang saat kehamilan menurut Romauli

(2011) akan menyebabkan kelahiran premature, abortus, inersia uteri, BBLR dan

perdarahan postpartum. Faktor penyebab BBLR bukan hanya disebabkan karena

peningkatan berat badan ibu yang kurang selama kehamilan menurut jurnal

penelitian Jianti (2020) faktor-faktor yang menyebabkan kejadian bayi berat lahir

rendah adalah usia kehamilan kurang dari 37 minggu, komplikasi selama kehamilan

seperti perdarahan, sakit kepala, penglihatan mata kabur, demam dan sakit perut

hebat. Namun dalam kenyataan resiko ini tidak terjadi pada bayi Ny.S, dibuktikan

dengan TBJ saat pemeriksaan >2500 gram.

Pada pemeriksaan usia kehamilan 38-39 minggu TFU 30 cm. Hal ini tidak

sesuai dengan pendapat Saifuddin (2014) bahwa TFU menurut Mc. Donald ± 2cm

dari usia kehamilan. Saat usia kehamilan 38-39 minggu pada TFU leopold 1
126

didapatkan pertengahan prosesus xifoideus dan pusat sesuai dengan teori menurut

Manuaba (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi TFU karena masuknya kepala

ke pintu atas panggul, tebalnya dinding abdomen, banyaknya air ketuban dan besar

janin sesuai teori Marmi (2011). Pada pemeriksaan TFU didapatkan TBJ 2.945

gram saat kehamilan 38-39 minggu, sehingga walaupun TFU ibu lebih rendah dari

teori, namun tidak ada indikasi gangguan pertumbuhan di dalam rahim dan

kelahiran bayi BBLR.

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 08–09–2021 pada pemeriksaan

penunjang diperoleh data yaitu Hb 12,4 gr%, protein urine negatif, glukosa urine

negatif, HbSAg non reaktif, dan HIV/AIDS non reaktif, skrining PE 10 tidak,

skrining perdarahan 10 tidak, srining TT5. Sesuai teori menurut Manuaba (2013),

tidak ada tanda gejala yang mengarah pada anemia, preeklamsia, penyakit diabetes

mellitus, Hepatitis B, dan HIV/AIDS sehingga kehamilan berjalan normal tanpa

adanya penyulit/komplikasi. Nilai KSPR 2. Menurut Kemenkes (2016) jumlah skor

2 tergolong kehamilan risiko rendah (KRR) dan asuhan dapat dilakukan oleh bidan

di PMB ataupun di puskesmas.

4.2 Asuhan Kebidanan pada Persalinan dan BBL

Berdasarkan HPHT, ibu melahirkan secara nomal pada usia kehamilan 38-39

minggu. Menurut Walsh (2012) persalinan normal terjadi pada saat usia kehamilan

yang aterm antara 37-40 minggu tanpa disertai adanya penyulit. Usia kehamilan ibu

termasuk usia kehamilan aterm dan normal untuk bersalin. Hal ini menunjukkan

terdapat kesamaan antara kasus dengan teori usia kehamilan cukup bulan.
127

Ibu merasa mulas-mulas sejak tanggal 27 Februari 2022 pukul 09.00 WIB,

mengeluarkan lendir darah pukul 10.00 WIB dan datang ke PMB pukul 12.00 WIB.

Pukul 12.00 WIB dilakukan VT dan hasilnya pembukaan 2 cm. Hal ini sesuai

dengan teori Kemenkes (2016) bahwa kala 1 ditandai dengan perut ibu mulas-mulas

teratur, timbul semakin sering dan lama, keluar lendir bercampur darah dari jalan

lahir. Asuhan yang diberikan sesuai dengan teori Wiknjosastro (2014) mengajari

ibu teknik relaksasi saat ada his agar mengurangi rasa sakit saat his, memberi makan

dan minum disela-sela his sebagai penambah tenaga, dan meminta ibu tidur miring

ke kiri guna mempercepat penurunan kepala. Lama kala 1 berlangsung ±5 jam hal

ini sesuai teori menurut Manuaba (2012) lama kala I pada primigravida maksimal

12 jam. Kasus ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus. Pada Ny. S yang mengalami KEK kala I berjalan dengan normal, tidak

mengarah pada kala 1 fase laten maupun fase aktif memanjang. Hal ini ditunjang

oleh ibu mau makan dan minum, ibu mendapatkan suport dari suami dan keluarga.

Ibu merasa mulas-mulas semakin sering dan sakit, ibu merasa ada dorongan

untuk mengejan seperti BAB yang tidak bisa ditahan. Hal ini sesuai teori Manuaba

(2012) saat kala II ibu akan merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi, his semakin kuat dan sering. Asuhan yang diberikan sesuai teori

Wiknjosasto (2014) asuhan pertolongan normal (APN) yaitu mengajari ibu cara

meneran, memposisikan ibu dengan nyaman, dan memimpin ibu meneran saat ada

his. Dilakukan amniotomi karena pembukaan sudah lengkap, kepala sudah turun

dan ketuban belum pecah, hal ini sesuai dengan indikasi menurut (Manuaba 2012).

Kala II berlangsung selama 30 menit. Hal ini sesuai dengan pendapat Manuaba
128

(2012) lama kala II untuk primigravida 5 menit sampai 1 jam, sehingga dalam kasus

ini tidak menunjukkan kesenjangan antara teori dan kasus.

Dari hasil studi kasus Ny. S, setelah bayi lahir, dilakukan asuhan IMD selama

±60 menit. IMD sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Winkjosastro (2014)

bahwa bayi harus melakukan kontak kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama

kurang lebih 1 jam. Selama proses IMD, bayi dipasang topi untuk mencegah

kehilangan panas melalui kepala yaitu permukaan tubuh yang paling luas. IMD juga

menyebabkan kontraksi yang membantu proses involusi uteri karena saat payudara

ibu dihisap bayi akan merangsang produksi oksitosin yang akan merangsang kinerja

otot rahim sehingga mempercepat proses involusi uteri dan juga akan

mempengaruhi pengeluaran lochea (Manuaba, 2012).

Bayi sudah diberikan injeksi vitamin K1 0,5 cc dengan dosis 1 mg, salep mata

antibiotik, perawatan tali pusat dengan dibungkus kassa sesuai dengan teori

Saifuddin (2014). Bayi sudah diinjeksi Hb 0 1 jam setelah pemberian vitamin K1

hal ini sesuai dengan teori menurut Saifuddin (2014), bahwa pemberian injeksi

vitamin K1 untuk mencegah perdarahan otak, pemberian salep mata antibiotik

mencegah infeksi, imunisasi Hb 0 untuk mencegah infeksi hepatitis B pada bayi.

Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu uterus menjadi bundar, tali pusat akan

bertambah panjang dan terdapat semburan darah. Memasuki kala III ibu diberikan

asuhan majemen aktif kala III seperti meraba fundus uteri, menyuntikkan oksitosin

10 IU secara IM, melakukan penegangan tali pusat terkendali dan massase fundus

uteri 15x dalam 15 detik sesuai teori Wiknjosastro (2014). Tujuan manajemen aktif

kala III sesuai teori Wiknjosastro (2014) adalah membuat berkotraksi uterus lebih
129

efektif sehingga mempersingkat waktu, mencegah perdarahan, dan mengurangi

kehilangan darah selama kala III persalinan. Kala III berlangsung selama 15 menit.

Pendapat Manuaba (2012) kala III dimulai setelah bayi lahir sampai plasenta lahir,

dan berlangsung selama 30 menit. Hal ini menunjukkan adanya kesamaan teori

dengan kasus karena waktu yang menjadi acuan sesuai dengan kenyataan.

Kala IV segera setelah plasenta lahir massase uterus dilakukan, didapatkan

hasil kontraksi uterus keras dan bundar serta kandung kemih kosong. Pada kasus

Ny.S terjadi rupture spontan derajat II, dijahit jelujur dan subcutis dengan benang

catgut. Ruptur terjadi karena peregangan atau tekanan yang kuat di jalan lahir saat

ibu mengejan untuk melahirkan bayinya. Menurut Wiknjosastro (2014) episiotomi

hanya dilakukan jika terdapat indikasi gawat janin, penyulit kehamilan, dan terdapat

jaringan parut pada perineum. Estimasi kehilangan darah ±250 cc. Wiknjosastro

(2014) berpendapat jumlah perdarahan dianggap normal adalah <500 cc. Pada kasus

ini jumlah kehilangan darah masih dikategorikan perdarahan normal. Hal ini

menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara kenyataan dan teori.

Pada saat kala IV dilakukan pemantauan sesuai dengan APN meliputi

mengobservasi KU, TD, nadi, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan

perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam

kedua, mengobservasi suhu tiap jam selama 2 jam. Pemantauan dilakukan karena

dua jam pertama setelah persalinan merupakan saat yang paling krisis bagi ibu dan

bayinya. Hal ini sesuai dengan teori menurut Wiknjosastro (2017) bahwa pada 2

jam post partum perlu dilakukan pemantauan setiap 15 menit pada jam pertama dan

30 menit pada jam kedua yang betujuan memastikan keadaan ibu dalam batas
130

normal. Pada kala IV dilakukan masase uterus untuk merangsang kontraksi uterus

agar kontaksi uterus baik sehingga tidak terjadi perdarahan pasca persalinan.

4.3 Asuhan Kebidanan pada Nifas

Dari hasil studi kasus pada 6 jam postpartum ibu mengeluh nyeri pada perut.

Menurut Romauli (2011) masalah nyeri pada perut (after pain) yang terjadi karena

rahim yang berkontraksi (involusi uteri) segera timbul setelah persalinan, biasanya

akan menghilang 2-4 hari pasca persalinan karena uterus yang teregang penuh dua kali

lipat cenderung kendur pada multipara dari pada uterus primi- para, dengan demikian

harus berkontraksi lebih kuat untuk menghasilkan involusi uterus. Afterpain terjadi ketika

ibu menyusui karena produksi ASI menimbulkan pelepasan oksitosin yang merangsang

uterus untuk berkontraksi (Mander, 2013). Kunjungan kedua pada hari ke-7

postpartum ibu tidak ada keluhan dan keluhan nyeri perut (afterpain) sudah teratasi.

Kunjungan ketiga hari ke-26 ibu sudah tidak ada keluhan dan kunjungan keempat

hari ke-43 ibu sudah tidak ada keluhan sama sekali.

Pada kunjungan ke-1 (6 jam postpartum) pada payudara ibu sudah

mengeluarkan kolostrum berwarna kuning jernih tetapi belum lancar. Pada

kunjungan ke-2 (7 hari postpartum) ASI sudah keluar lancar berwarna putih jernih,

ibu menyusui secara on demand. Pada kunjungan ke 3 (26 hari postpartum) ASI

berwarna putih dengan pengeluaran meningkat dari hari sebelumnya dan tidak

disertai dengan keluhan apapun. Kunjungan ke-4 (43 hari postpartum) ASI keluar

lancar. Hal ini sesuai dengan teori (Manuaba, 2012) bahwa ASI pada hari ke1-3

adalah kolostrum yang berwarna kuning jernih, hari ke 4-10 berwarna putih bening,
131

dan hari ke-10 sampai seterusnya pengeluaran ASI penuh sesuai dengan

perkembangan usus bayi.

Proses laktasi pada Ny. “S” selama masa nifas dianggap normal dan tidak

ditemukan masalah seperti puting lecet, bendungan ASI, abses dan mastitis.

Pengeluaran ASI yang lancar dipengaruhi oleh asupan nutrisi dan mineral yang

cukup, dalam jurnal penelitian Ayu (2017) faktor-faktor yang mempengaruhi

kelancaran produksi ASI adalah perawatan payudara, status gizi, pola istirahat dan

frekuensi bayi menyusu.

Pada kunjungan nifas ke-1 (6 jam postpartum) TFU 2 jari bawah pusat,

kontraksi baik, bundar, keras. Pada kunjungan ke-2 (7 hari postpartum) TFU

pertengahan pusat-sympisis, DDR ½ jari. Pada kunjungan ke-3 (26 hari postpartum)

TFU sudah tidak teraba, DDR ½ jari. Kunjungan ke-4 (43 hari postpartum) TFU

sudah tidak teraba. Proses kembalinya TFU ini sesuai dengan teori menurut

Ambarwati (2010) bahwa TFU setelah persalinan setinggi pusat sampai 2 jari

bawah pusat, pada hari ke 5-7 TFU setengah pusat simfisis dan pada hari ke 10 tidak

teraba. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses involusi uterus ibu berjalan

dengan baik yaitu mobilisasi yang baik, menyusui bayi secara on demand, makan-

makanan yang bernutrisi dan tidak tarak, menurut jurnal penelitian Ninik (2017)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan involusi uterus pada ibu nifas adalah

laktasi, mobilisasi dan nutrisi. Proses kembalinya tonus otot abdomen (DDR) juga

berjalan dengan baik sesuai dengan teori menurut Saifuddin (2011) bahwa setelah

plasenta lahir sampai 7 hari postpartum diastasis 2/5, 2 jari ketika otot-otot

berkontraksi dan 5 jari ketika otot-otot relaksasi. Pada hari ke-14- 42 hari DDR 1/1.
132

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses involusi uterus ibu berjalan

dengan baik yaitu mobilisasi yang baik, menyusui bayi secara on demand, makan-

makanan yang bernutrisi dan tidak tarak, menurut jurnal Medikes,Volume 4, edisi

2, 2017 Faktor-faktor yang berhubungan dengan involusi uterus pada ibu nifas

adalah laktasi, mobilisasi dan nutrisi. Proses involusi pada Ny. “S” selama masa

nifas dianggap normal dan tidak ditemukan masalah sesuai dengan teori menurut

Manuaba (2012) apabila 2 jari masuk pada pemeriksaan diastasis rectie maka

pelebaran otot perut normal tetapi jika lebih dari 3 jari masuk maka abnormal.

Pada kunjungan nifas ke-1 (6 jam postpartum) lochea berwarna merah segar

(lochea rubra), luka jahitan tertaut rapi dan basah. Pada kunjungan ke-2 (7 hari

postpartum) lochea berwarna merah kecoklatan (lochea sanguinolenta), luka

jahitan perineum sedikit masih basah, tidak kemerahan, tidak berbau dan tidak ada

nanah. Pada kunjungan ke-3 (26 hari postpartum) lochea berwarna kuning

bercampur putih (lochea alba), kondisi jahitan perineum kering, jaringan sudah

menyatu. Kunjungan ke-4 (43 hari postpartum) lochea berwarna putih (lochea alba)

kondisi jahitan sudah kering dan menyatu. Proses pengeluaran lochea sesuai dengan

teori menurut (Manuaba, 2012) lochea pada 1-2 merah, hari ke 3-7 berwarna merah

kekuningan, hari ke 7-14 berwarna kekuningan dan >14 berwarna putih.

Menurut jurnal penelitian Anurohim (2017) Proses penyembuhan luka

perineum pada ibu yang normal adalah 6 sampai 7 hari postpartum, penghambat

penyembuhan luka dapat disebabkan ibu tarak makan, mobilisasi kurang, dan

perawatan genetalia yang belum benar.


133

4.4 Asuhan Kebidanan pada Neonatus

Bayi lahir pada tanggal 27-02-2022 pukul 17.30 WIB, spontan belakang

kepala, kulit kemerahan, bayi lahir langsung menangis dan gerak aktif, dan disusui

secara on demand 1-2 jam sekali, reflek bayi baik. Pada kunjungan neonatus usia 6

jam dan 7 hari bayi tidak ada keluhan. Pada kunjungan neonatus usia 26 hari

terdapat keluhan biang keringat pada leher bayi ±5 hari yang lalu pada tanggal 20-

03-2022 dan ibu konsul ke bidan, ibu mendapatkan obat amoxcillin syirup dan salep

miconazole. Asuhan yang diberikan yaitu dengan menganjurkan ibu untuk

memberikan salep pada area biang keringat. Menurut (Levin, et al., 2017) keadaan

kulit pada bayi usia 0-12 bulan masih sangat sensitif dan mudah terjadi iritasi. Bayi

seringkali menderita penyakit kulit, seperti miliariasis sehingga dalam perawatan

kulit bayi pun harus diperhatikan dengan baik. Pada bayi yang mengalami

miliariasis ini dikarenakan debu padi yang saat itu keluarga sedang panen padi dan

padi tersebut dijemur didepan rumah, mengakibatkan debu masuk kedalam rumah

dan bayi seringkali diajak diteras rumah.

Ibu berencana menyusui bayinya ASI Eksklusif selama 6 bulan. Pada

kunjungan neonatus 6 jam bayi menyusu 6x menetek kuat, pada kunjungan

neonatus 7 hari dan 26 hari bayi menyusu 12-13 x/hari atau setiap 1-2 jam sekali

sampai payudara ibu terasa kosong. Hal ini sesuai dengan teori menurut Marmi

(2018) Setelah beberapa hari pasca melahirkan sampai usianya berkisar 1 bulan,

keinginan bayi untuk menyusu bisa timbul setiap 2-3 jam sekali. Jadi dalam sehari

menyusui bayi sekitar 8-12 kali.


134

Pada kunjungan pertama 6 jam postpartum tanggal 27-02-2022 bayi sudah

BAK 2x dan BAB 1x warna kehitaman, konsistensi lunak. Pada kunjungan kedua

hari ke-7 bayi BAK 7-8 x/hari, warna kuning jernih. BAB 2-3x warna kuning,

konsistensi lunak. Pada kunjungan ketiga hari ke-26 bayi BAK 8-9 x/hari, warna

kuning jernih. BAB 3x warna kuning, konsistensi lunak. Menurut Kemenkes RI

(2020) bahwa BAK bayi dikeluarkan 24 jam pertama setelah lahir normalnya 5-

6x/hari dan setelahnya dengan frekuensi yang sering, kasus ini sesuai dengan teori

karena bayi mendapatkan ASI yang cukup dan menyusu kuat, BAB 1x mekonium,

BAB pertama kali pada 2 jam postpartum. Menurut Kemenkes RI (2020) bahwa

pengeluaran mekonium paling lambat 4 jam setelah lahir berwarna hitam pekat,

hijau.

Bayi lahir dengan BB 3.300 gram, PB 49 cm, pada kunjungan hari ke-7 BB

3.600 naik 300 gram, kunjungan ketiga hari ke-26 BB 4.100 gram naik 500 gram,

hal ini sesuai dengan teori menurut Marmi (2018) bahwa peningkatan BB minimal

160 gram/minggu dan BB naik setidaknya 800 gram dalam 3 bulan pertama. Dari

lahir hingga sekarang bayi diberikan ASI saja tanpa susu formula atau makanan

pendamping ASI lainnya, reflek hisap bayi baik dan kuat. Bayi lahir dengan PB 49

cm, pada kunjungan hari ke-7 PB 50 cm, kunjungan ketiga hari ke-26 PB 52 cm,

Panjang badan bayi normal sesuai dengan grafik PB/usia yang berada pada daerah

-2SD sampai 2SD dan sesuai dengan teori menurut wiknjosastro (2017) bahwa

pertambahan panjang 2 cm/bulan pada 6 bulan pertama.

Pemeriksaan fisik keseluruhan bayi normal tidak ada kelainan tali pusat lepas

pada hari ke-5 sudah lepas dan kering, dikarenakan pemberian ASI yang cukup dan
135

perwatan tali pusat yang benar proses lepas tali pusat sesuai dengan teori menurut

marmi (2018) proses pelepasan tali pusat antara 5-15 hari setelah bayi lahir sisa tali

pusar akan mengering, menjadi hitam, dan kemudian akan lepas dengan sendirinya.

Dilakukan pemeriksaan DDST didapatkan hasil perkembangan normal yaitu

0T dan 0P (hasil terlampir). Intervensi mengenai tumbuh kembang bayi

menganjurkan ibu untuk memantau tumbuh kembang bayinya ke Posyandu terdekat

dan mengajarkan ibu cara menstimulasi bayi sesuai dengan usianya dengan

menggunakan buku KIA.

4.5 Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana

Pada usia kehamilan 38-39 minggu, Ny.S usia 18 tahun telah diberikan

penyuluhan tentang KB pasca salin. Kemudian Ny.S berdiskusi dengan suami dan

memilih untuk menggunakan KB suntik 3 bulan. Menurut Affandi (2014) wanita

usia 20–35 tahun ingin memakai KB untuk menjarangkan kehamilan, hal ini sesuai

dengan tujuan KB ibu. Metode KB untuk menjarangkan menurut Saifuddin (2014)

yaitu terdiri dari IUD, suntikan, minipil, pil, implan dan metode KB sederhana.

Pilihan terbaik untuk ibu adalah KB IUD, akan tetapi ibu sudah mantap

menggunakan KB suntik 3 bulan.

Ibu saat ini belum mendapat haid dan masih takut untuk berhubungan seksual.

Ibu tidak memiliki riwayat kanker payudara, gangguan hati, pembekuan darah,

penyakit diabetes, dan tidak pernah mengalami perdarahan di antara masa

menstruasi yang merupakan kontra indikasi pemakaian KB suntik 3 bulan (Agustin,

2021). Pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu sesuai dengan

rencana asuhan kebidanan pada keluarga berencana menurut Affandi (2014) yaitu
136

memberikan konseling khusus mengenai KB suntik progestin meliputi pengertian,

cara kerja, keuntungan, kerugian, efektivitas dan jadwal kunjungan ulang. Untuk

penggunaan KB, ibu telah mendapat izin suami dan tidak terdapat kontra indikasi

pemakaian KB suntik progestin.

Ibu menggunakan KB progestin setelah 42 hari postpatum pada tanggal 10

April 2022. Waktu penyuntikan merupakan waktu yang tepat untuk menggunakan

KB suntik 3 bulan seperti yang disampaikan oleh (Hapsari, 2021) yaitu tujuh hari

pertama setelah menstruasi berhenti, tujuh hari pertama setelah keguguran atau

aborsi, dan tiga minggu pertama setelah melahirkan. Setelah dilakukan penyuntikan

KB suntik progestin ibu tidak terjadi komplikasi. Sesuai pendapat Affandi (2014),

KB suntik progestin ini aman dan boleh digunakan untuk ibu menyusui, karena KB

ini mengandung hormone progesteron yang cara kerjanya mengentalkan lendir

serviks (leher rahim) sehingga sel sperma sulit mencapai rahim dan tidak bisa

membuahi sel telur dan tidak akan mempengaruhi produksi ASI.


BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kehamilan Ny.”S” G1P00000 merupakan kehamilan risiko rendah. Saat

kehamilan trimester III ibu mengeluh sering buang air kecil dan nyeri perut bawah

yang masih tergolong fisiologis, ibu mendapat tindakan kebidanan sesuai dengan

rencana asuhan tiap masalah sehingga masalah dapat teratasi. Persalinan berjalan

normal saat usia kehamilan 38-39 minggu, menggunakan APN 60 langkah, bayi

lahir spontan, langsung menangis, gerak aktif. Segera setelah lahir dilakukan IMD

selama ± 60 menit, plasenta lahir lengkap, laserasi derajat II dijahit dengan teknik

jelujur dan subcutis menggunakan benang catgut.

Selama masa nifas tidak terjadi komplikasi. Laktasi, involusi, lochea normal,

hanya ada keluhan nyeri perut (after pain) pada 6 jam postpartum dan sudah

teratasi. Bayi Ny. S sudah mendapat injeksi vitamin K, pemberian salep mata,

imunisasi Hb 0, BCG, dan Polio 1. Tali pusat lepas saat bayi usia 9 hari. Hasil

pemeriksaan DDTK pertumbuhan dan perkembangan bayi nornal. Ibu memutuskan

untuk menggunakan KB suntik progestin, tidak ada kontraindikasi, saat ini ibu

menjadi aseptor KB suntik progestin.

5.2 Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi diharapkan menambah referensi terbaru dan lebih lengkap di

perpustakaan mengenai asuhan kebidanan mulai dari kehamilan, bersalin,

137
138

nifas, neonatus dan KB guna memperkaya pengetahuan mahasiswa dalam

upaya penerapan asuhan kebidanan secara komprehensif.

2. Bagi Profesi

Bidan diharapkan mampu menggunakan asuhan kebidanan sesuai satandar

dengan menerapkan asuhan kebidanan secara continuity of care sehingga bidan

mampu mendeteksi secara dini masalah-masalah ibu agar mendapat asuhan

yang sesuai dan tidak terjadi komplikasi selama masa kehamilan sampai nifas.

3. Bagi Pasien

Asuhan kebidanan yang diberikan diharapkan meningkatkan pengetahuan ibu

sehingga ibu mampu melaksanakan perawatan secara mandiri mulai dari hamil,

bersalin, nifas, neonatus, dan KB pascasalin guna menaikkan derajat kesehatan

ibu dan bayi, serta ibu tetap memanfaat fasilitas kesehatan seperti Posyandu

dan Puskesmas sesuai kebutuhan dan keluhan ibu.


139

Daftar Pustaka

Affandi, B. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Ambarwati. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha.

Bahiyatun. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Candri, N. A., Wirawan, S., Adiyasa, I., & Cahyaningrum, A. (2017). Pola
Konsumsi Makanan Pada Ibu Hamil Yang Mengalami Kurang Energi Kronik
(KEK) Di Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara Kota Mataram. Jurnal Gizi
Prima, 65- 75 Vol. 2, Edisi 1. Retrieved from http://jgp.poltekkes-
mataram.ac.id/index.php/home/article/view/90/66
Damayanti, I. P. (2014). Asuhan Kebidanan Komprehensif Ibu Bersalin dan Bayi
Baru Lahir. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.

Dinkes Kabupaten Magetan. (2020). Profil Kesehatan Kabupaten Magetan.


Magetan: Dinkes Kabupaten Magetan.

Eka, V. (2015). Hubungan Pemberian Mp-ASI Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Dengan
Terjadinya Diare Di Desa Pacet Mojokerto. Jurnal Ilmu Kesehatan, 3-4o.

Febriani, A. (2019). Pengaruh Media Berbasis Video Terhadap Pengetahuan Ibu


Akseptor KB Tentang Pentingnya KB Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pattingalloang. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 313.
Hartanto, H. (2015). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Herawati, F. (2013). Hubungan Antara Penerimaan dan Pemahaman Informasi KB


Dalam Pengendalian Kelahiran Anak Dikalangan Anggota Bhayangkari
dan Keluarga Nelayan Pesisir Di Kabupaten Donggala. Jurnal Komunikasi
Kareba, 261.
Indrayani. (2011). Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media.

Kemenkes RI. (2014). Permenkes RI Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan


Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa
Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta
Pelayanan Kesehatan Seksual. Jakarta: Kemenkes RI.
140

Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes RI..

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, dan Bayi
Baru Lahir Di Era Adaptasi Kebiasaan Baru. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2020). Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kemenkes RI..

Ladewig P. (2013). Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir . Jakarta: EGC.

Legawati. (2018). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir . Malang: Wineka
Media.

Mangalik, G., Koritelu, R. T., Amah, M. W., Junezar, R., I. Kbarek, O. P., & Widi,
R. (2019). Program Pemberian Makanan Tambahan : Studi Kasus Pada Ibu
Hamil Dengan Kurang Energi Kronis Di Puskesmas Cebongan Salatiga.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 111-115 Vol.1 No.1. Retrieved
from https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/view/537/379
Manuaba, I. A. (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta:
EGC.

Marmi. (2015). Asuhan Kebidnan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marmi. (2016). Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marmi. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Muhamad, Z., & Liputo, S. (2017). Peran Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam
Menanggulangi Kekurangan Energi Kronik (KEK) Di Kabupaten Gorontalo.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 7, Nomor 2. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/323965912_PERAN_KEBIJAKA
N_PEMERINTAH_DAERAH_DALAM_MENANGGULANGI_KEKURA
NGAN_ENERGI_KRONIK_KEK_DI_KABUPATEN_GORONTALO_TH
E_ROLE_OF_THE_LOCAL_GOVERNMENT_POLICY_IN_ERADICAT
ION_OF_CHRONIC_ENERGY_IN_GORONTALO_DISTRICT
Pastuty, R., KM, R., & Herawati, T. (2018). Efektifitas Program Pemberian
Makanan Tambahan Pemenuhan Pada Ibu Hamil Kurang Energi Kronik Di
Kota Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 179- 188. Retrieved
from http://ejournal.fkm.unsri.ac.id/index.php/jikm/article/view/310/246
PP IBI. (2016). Buku Acuan Midwifery Update . Jakarta: IBI.

Rahmi, N. (2017). Analisa Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Akseptor KB


Menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim di Desa Keude Panga
141

Kabupaten Aceh Jaya. Juoronal of Healthcare Technology and Medicine,


238.

Romauli, S. (2011). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan


Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rukiyah, A. Y., Yulianti, L., Maemunah, & Susilawati, L. (2014). Asuhan


Kebidanan II Persalinan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Saadah, N. (2020). Modul Deteksi Dini Pencegahan Dan Penangaan Stunting.


Surabaya: Scopindo Media Pustaka.

Saifuddin. (2014). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin. (2016). Ilmu Kebidanan (Edisi Keempat). Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Sakriawati M, Rahmawati. (2020). Risiko Usia dan Paritas Ibu Hamil terhadap
Kejadian Ketuban Pecah Dini. Nursing Arts, 90-97.

Sofian, A. (2013). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Sulastijah, S., DW, S., & Helmyanti, S. (2015). Pengaruh Pendidikan Gizi dalam
Upaya Meningkatkan Kepatuhan Konsumsi Zat Besi Melalui Kelas Ibu
Hamil. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 79- 87 Vol.12. Retrieved from
https://jurnal.ugm.ac.id/jgki/article/view/23125/15571
Sumarah. (2010). Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya.
Tryastuti, S. (2010). Komunikasi dan Konseling Dalam Pelayanan Kebidanan.
Yogyakarta: Fitramaya.

Ullya. (2018). Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Ibu Dalam Pemakaian
Disposable Diapers Pada Batita Dengan Kejadian Ruam Popok. Jurnal
Kedokteran Diponegoro, 486-487.
Varney, H. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC.

Wahyuningsih, H. P. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta:


Kemenkes RI.

Walsh, L. (2012). Buku Ajar Asuhan Komunitas . Jakarta: EGC .

Walyani, E. S. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir .


Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
142

Willy, d. T. (2019, February 14). Ketuban Pecah Dini. Retrieved December 15,
2021, from Alodokter: https://www.alodokter.com/ketuban-pecah-dini

Winkjosastro. (2016). Asuham Persalinan Normal, Asuhan Esensial Bagi Ibu


Bersalin Dan Bayi Baru Lahir Serta Penatalaksanaan Komplikasi Segera
Pasca Persalinan Dan Nifas. Jakarta: Asosiasi Unit Pelatihan Klinik
Organisasi Profesi.
143

Lampiran 1

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : SISCA MARTHIN CHASANAH

NIM : P27824219042

Status : Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan Kampus Magetan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

Angkatan : 2019/2020

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan Laporan Tugas

Akhir saya yang berjudul :

“ASUHAN KEBIDANAN MASA KEHAMILAN TRIMESTER III,

PERSALINAN NIFAS NEONATUS DAN KELUARGA BERENCANA”

Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang telah diterapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar benarnya.

Magetan, 22 Februari 2022


Yang Menyatakan

SISCA MARTHIN CHASANAH


(P27824219042)
144

Lampiran 2

RIWAYAT HIDUP

Nama : SISCA MARTHIN CHASANAH

Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 23 Maret 2001

Agama : Islam

Alamat : Ds. Bukur RT 12 RW 04

Kecamatan Jiwan Kabupaten

Madiun

Riwayat Pendidikan :

1. MI PENI BUKUR

2. MTsN KOTA MADIUN

3. SMAN 6 MADIUN
145

Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : SISCA MARTHIN CHASANAH

NIM : P27824219042

Status : Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan Kampus Magetan

Politeknik Kesehatan Surabaya

Memohon kesediaan ibu menjadi klien yang akan diberikan asuhan

kebidanan continuity of care mulai kehamilan trimester III, persalinan, nifas,

neonatus, dan pemilihan KB pascasalin untuk menyelesaikan pendidikan ahli

madya kebidanan.

Demikian surat permohonan ini saya buat. Atas perhatiannya saya

mengucapkan terima kasih.

Magetan, 22 Februari 2022


Yang memohon,

Sisca Marthin Chasanah


(P27824219042)
146

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : SELVIANA EKA SAVERA

Umur : 18 TAHUN

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : DS. BANGSRI 06/01 NGARIBOYO MAGETAN

Setelah mendapatkan penjelasan maksud dan tujuan serta memahami

pelaksanaan studi kasus asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu

hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB oleh Mahasiswi Prodi D III

Kebidanan Magetan Politeknik Kesehatan Surabaya, dengan ini saya

menyatakan bersedia menjadi klien dalam pelaksanaan asuhan kebidanan

secara continuity of caretersebut.

Demikian persetujuan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada

paksaan dari siapapun, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Magetan, 22 - Februari - 2022


Yang Menyatakan

(SELVIANA)
147

Lampiran 5

Tabel Bantu Skrining Status TT WUS, Jawa Timur

BAGI WUS YANG LAHIR SEBELUM TAHUN 1973, PERTANYAAN HANYA PADA RIWAYAT CPW (C),
SAAT HAMIL (D) DAN KAMPANYE/AKSELERASI MNTE/ORI DIFTERI (E)

PERNAH/TIDAK
KESIMPULAN
NO RIWAYAT IMUNISASI TT DIIMUNISASI DPT/DPT-
STATUS TT?
HB/DT/TT/Td?
1 2 3 4
A RIWAYAT IMUNISASI DPT/DPT-HB SAAT BAYI
BAYI YANG LAHIR SETELAH TAHUN 1990 √ T2
STATUS-NYA DIHITUNG T-2
B RIWAYAT BIAS
1 Untuk WUS yang lair antara tahun 1973 s/d 1976
a. Kelas 6
2 Untuk WUS yang lahir antara tahun 1977 s/d 1987
a. Kelas 1
b. Kelas 6
3 Untuk WUS yang lahir tahun 1988
a. Kelas 1
b. Kelas 5
c. Kelas 6
4 Untuk WUS yang lahir tahun 1989
a. Kelas 1
b. Kelas 4
c. Kelas 5
d. Kelas 6
5 Untuk WUS yang lahir tahun 1990
a. Kelas 1
b. Kelas 3
c. Kelas 4
d. Kelas 5
e. Kelas 6
6 Untuk WUS yang lahir tahun 1991
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
d. Kelas 4
7 Untuk WUS yang lahir tahun 1992 s/d sekarang
a. Kelas 1 √ T3
b. Kelas 2 √ T4
c. Kelas 3 √ T5
C SAAT CALON PENGANTIN
D SAAT HAMIL
a. Hamil 1
b. Hamil 2
c. Hamil 3
d. Hamil 4
LAIN-LAIN (KEGIATAN KAMPANYE/ORI
DIFTERI)
E CONTOH: SAAT SMA TAHUN 2003-2005 DAN
AKSELERASI WUS DI BANGKALAN & SUMENEP
(2009-2010), ORI DIFTERI 2001
STATUS IMUNISASI T SEKARANG (TOTAL IMUNISASI KOMPONEN T YANG SUDAH TT5
DIDAPATKAN)
148

KETERANGAN

1. Vaksinasi bayi DPT 3 dosis dimulai sejak 1977-sekarang

2. Vaksinansi anak SD/MI (BIAS) DT & TT tahun 1984-1997 = kelas 1 laki+


perempuan (DT 2 ds) & kelas 6 perempuan (TT 2 ds)

3. Vaksinansi anak SD/MI (BIAS) DT & TT tahun 1998-2000 = kelas 1 (DT) s/d kelas
2-6 (TT)

4. Vaksinansi anak SD/MI (BIAS) DT & TT tahun 2001- sekarang = kelas 1, 2 & 3

5. Vaksinansi CPW/ CATIN & BUMIL TT2 dosis dimulai 1984- 2000, TH 2001-
SEKARANG HARUS DISKRINING LEBIH DULU

6. Interval minimal pemberian: TT1 ke TT2= 4 minggu, TT2 ke TT3= 6 bulan, TT3-
TT4= 1 tahun, TT4-TT5= 1 tahun

7. Masa perlindungan terhadap Tetanus Toxoid= T1= 0 tahun, T2= 3 tahun, T3= 5
tahun, T4= 10 tahun, T5= 25 tahun
149

Lampiran 6
Kartu Skor Poedji Rohjati

I II III I
V
Triwulan
KEL Masalah / Faktor Resiko SKOR
NO. I II III.1 III.2
F.R
Skor Awal Ibu Hamil 2 2 2 2 2
I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4
2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4
4
Tahun
3 Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4
4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4
7 Terlalu pendek ≥145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
Pernah melahirkan dengan
4
a.terikan tang/vakum
9
b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
II Penyakit pada ibu hamil Kurang
4
Darah b. Malaria,
11 TBC Paru d. Payah Jantung 4
Kencing Manis (Diabetes) 4
Penyakit Menular Seksual 4
Bengkak pada muka / tungkai dan
12 4
tekanan darah tinggi.
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR 2 2 2 2
KEHAMILAN PERSALINAN DENGAN RISIKO
JML. KEL. PERA RUJUKAN TEMPAT PENO RUJUKAN
SKOR RISIKO WATAN LONG RDB RDR RTW
2 KRR BIDAN TIDAK RUMAH BIDAN
DIRUJUK POLINDES
6 – 10 KRT BIDAN BIDAN POLINDES BIDAN
DOKTER PKM PKM/RS DOKTER
> 12 KRST DOKTER RUMAH RUMAH DOKTE
SAKIT SAKIT R
150

Lampiran 7
TABEL SKRINING PRE EKLAMSIA
Dilakukan pada Usia Kehamilan 12-28 Minggu

Nama/Suami : Ny. S / Tn. N


Umur : 18 Th / 30 Th
Alamat : Bangsri 6/1 Ngariboyo, Magetan
Status Gravida : G1P0A0
Umur Kehamilan : 38-39 minggu
Tanggal Skrining : 22 – Februari – 2022

I PEMERIKSAAN FISIK DAN ANAMNESIS


* Ya Tidak
1 Riwayat Keluarga Pre Eklamsia √
2 Primigravida √
3 Primitua sekunder (jarak antar kehamilan >10th) √
4 Usia >35 tahun √
5 Body Mass Indek BB/TB2 >30/Obesitas* √
6 Mean Artherial Pressure (Sistolik+2 Diastolik/3)>90* √

7 Roll Over Test (perbandingan Diastolik Miring kiri (left √


lateral Recummbent) dan Terlentang (supine) >15mmHg

Hasil > 2 (Positif)


II 1 Riwayat Khusus √
2 Riwayat Hipertensi Dalam Kehamilan √
3 Hipertensi Kronis √
4 Kelainan Ginjal √
5 Diabetes √
6 Penyakit Autoium √
Hasil 1 positif
III Doppler Velosimetri Arteri Uterina > 16 minggu

1 Peningkatan resistensi dan atau √


2 Notching (+) √
Hasil 1 positif
Hasil Akhir Skrining 0 15
Keterangan
*: Tulis Hasil pemeriksaan
- Low dose Aspirin 1 x 80-150 mg/hari sampai dengan 7 hari sebelum persalinan
- Kalsium 1 g/hari
151

Lampiran 8
TABEL SKRINING RISIKO PERDARAHAN POST PARTUM SAAT
KEHAMILAN DAN PERSALINAN

Nama/Suami : Ny. S / Tn. N


Umur : 18 Th / 30 Th
Alamat : Bangsri 6/1 Ngariboyo, Magetan
Status Gravida : G1P0A0
Umur Kehamilan : 38-39 minggu
Tanggal Skrining : 22 – Februari – 2022

FAKTOR RISIKO Ya Tidak FAKTOR RISIKO Ya Tidak


ANTENATAL PERSALINAN
1 Usia >35 tahun √ Induksi persalinan √

2 BMI >30 √ Partus lama √

3 Grandemulti √ - Kala I √

4 Postdate √ - Kala II √

5 Makrosomia √ - Kala III √

6 Gemeli √ Epidural Analgesia √

7 Myoma √ Vakum/forcep √

8 APB √ Episiotomy √

9 Riwayat HPP √ Koriomnitis √

10 Riwayat SC √ Riwayat SC √

Hasil Akhir Skrining 0 10 0 10


152

Lampiran 9

LEMBAR OBSERVASI
153

Lampiran 10
LEMBAR PARTOGRAF
154
155

Lampiran 11
Tabel KMS Anak Perempuan
156

Lampiran 12

GRAFIK LINGKAR KEPALA ANAK PEREMPUAN


157

Lampiran 13

GRAFIK PB/TB MENURUT UMUR ANAK PEREMPUAN


158

Lampiran 14

GRAFIK BB PEREMPUAN MENURUT PB/TB


159

Lampiran 15

LEMBAR PELAYANAN IMUNISASI


160

Lampiran 16

DENVER
162
163

Lampiran 17
KARTU STATUS PESERTA KB

Lampiran 18
164

LEMBAR INFORMED CONSENT


165

LAMPIRAN 19

KARTU PESERTA KB

Anda mungkin juga menyukai