Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

PRAKTIK KLINIK FISIOLOGIS HOLISTIK KB


PADA NY. “NS” UMUR 39 TAHUN AKSEPTOR KB LAMA
DI UPT. KESMAS SUKAWATI II
TANGGAL 03 DESEMBER 2019

OLEH

NI PUTU DYAH YADNYA SWARI WIDJAYA PUJA


NIM. P07124319019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA


PADA NY. “NS” UMUR 39 TAHUN AKSEPTOR LAMA
DI UPT. KESMAS SUKAWATI II
TANGGAL 03 DESEMBER 2019

Oleh
Ni Putu Dyah Yadnya Swari Widjaya Puja
P07124319 019

Telah disahkan,
Denpasar, 30 Desember 2019

Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

Ni Made Dwi Mahayati, SST., M.Keb Dewa Ayu Ketut Mariani, A.Md.Keb
NIP. 198404302008012003 NIP. 196912051992032012

Mengetahui,
Koordinator Praktik

Ni Made Dwi Mahayati, SST., M.Keb


NIP. 198404302008012003

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus “PK
FISILOGIS HOLISTIK KELUARGA BERENCANA” dengan baik. Dalam
penyusunan laporan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan laporan ini, yakni
yang terhormat:
1. Dr. Ni Nyoman Budiani, SST., M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar.
2. Ni Made Dwi mahayati, SST., M.Keb selaku dosen pembimbing dalam
praktik
3. Dewa Ayu Ketut Mariani, A.Md.Keb selaku pembimbing praktik lapangan
Dalam laporan akhir ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih
memiliki berbagai kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini,
dan apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan di hati para pembaca, pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis memohon maaf. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, Desember 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI
COVER ………………………………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………...ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI ……………………………………………...……………………. iv
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ………………………………………………………………. 1
B.Tujuan Praktik ………………………………………………………………. 2
C.Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus …………………………………….. 2
D.Manfaat Penulisan Laporan …………………………………………………. 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A.Pengertian Keluarga Berencana ……...………………………………........... 4
B.Tujuan Program Keluarga Berencana …………………….………………… 4
C.Sasaran Program Keluarga Berencana ……………………..……………….. 5
D.Pengertian Kontrasepsi …………………………………………….............. 5
E.Metode Kontrasepsi …………………………………...…………………… 6
BAB III TINJAUAN KASUS
A.Data Subjektif ……………………………………………………………… 10
B.Data Objektif …………………………………………………………......... 12
C.Analisa ……………………………………………………………………... 13
D.Penatalaksanaan ……………………………………………………………. 13
BAB IV PEMBAHASAN
A.Data Subjektif ……………………………………………………………… 14
B.Data Objektif …………………………………………………………......... 15
C.Analisa ……………………………………………………………………... 16
D.Penatalaksanaan ……………………………………………………………. 16
BAB V PENUTUP
A.Simpulan ……………………………………………………..…….............. 18
B.Saran ……………………………………………………………….............. 18
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kependudukan merupakan masalah yang sedang dihadapi oleh negara
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan penduduk di Indonesia tahun
2015 sebesar 1,49% dimana kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan karena
setiap tahun penduduk Indonesia bertambah 4,5 juta jiwa. Pemerintah harus
bekerja keras kembali dalam rangka menekan laju pertumbuhan penduduk untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk, pemerintah Indonesia menerapkan program Keluarga Berencana (KB)
Nasional yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan penduduk (Setiawati
dkk., 2017).
Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. Keluarga berencana memiliki peranan dalam menurunkan resiko
kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, menunda kehamilan atau membatasi
kehamilan. Pelayanan keluarga berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan
preventif yang dasar dan utama (Jurisman dkk., 2016).
Kontrasepsi merupakan suatu obat atau alat untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Saat ini terdapat metode-metode kontrasepsi dengan efektivitas
bervariasi. Banyak wanita mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis
kontrasepsi. Berbagai faktor yang harus dipertimbangkan yaitu usia, paritas,
pasangan, usia anak terkecil, biaya, budaya, dan tingkat pendidikan (Jurisman
dkk., 2016).
Peningkatan pelayanan KB harus dilakukan agar program KB dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah dan masyarakat terhindar
dari berbagai rumor yang merugikan tentang keluarga berencana dengan jalan
yaitu memberikan informasi yang tepat kepada calon pengguna kontrasepsi
(Setiawati dkk., 2017).

1
Berdasarkan latar belakang pentingnya asuhan keluarga berencana
tersebut, kami selaku mahasiswa jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Denpasar berkesempatan melakukan Praktik Kebidanan Holistik Keluarga
Berencana di UPT. Kesmas Sukawati II. Kami melakukan pengkajian dan
memberikan Asuhan Kebidanan pada Ny. “NS” Umur 39 Tahun Akseptor KB
Lama Suntik 3 Bulan.

B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Mahasiswa profesi bidan mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai
dengan standar asuhan kebidanan keluarga berencana sesuai dengan standar
asuhan kebidanan secara mandiri, profesional, dan berkualitas dengan selalu
memperhatikan aspek budaya lokal.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data secara lengkap, jelas, akurat, dan fokus.
b. Menetapkan diagnosa kebidanan serta masalah kebidanan dengan menerapkan
cara berpikir kritis.
c. Menyusun perenanaan asuhan pada bidang keluarga berencana.
d. Melaksanakan asuhan keluarga berencana dengan pendekatan holistik.
e. Melakukan evaluasi secara komprehensif pada asuhan keluarga berencana
yang telah diberikan.
f. Melakukan pendokumentasian asuhan keluarga berencana.
g. Melakukan reflektif praktik.

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


1. Waktu Pengambilan Kasus
Pengambilan kasus dilakukan pada hari Selasa, 03 Desember 2019 pukul.
11.00 WITA.
2. Tempat Pengambilan Kasus
Lokasi pengambilan kasus yaitu di UPT. Kesmas Sukawati II yang
beralamat di Jalan Kesawa No. 1 Singapadu Kaler, Kecamatan Sukawati,
Kabupaten Gianyar.

2
D. Manfaat Penulisan Laporan
1. Manfaat Teoritis
Laporan ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk menambah
pengetahuan dalam menerapkan dan memberikan Asuhan Kebidanan terkait
dengan Keluarga Berencana.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi
Hasil laporan ini memberikan masukkan sebagai bahan pertimbangan
dalam memberikan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana.
b. Bagi Profesi Kebidanan
Hasil laporan ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi profesi
kebidanan dalam menerapkan dan memberikan Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana.
c. Bagi Mahasiswa
Laporan ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam
menemukan masalah dan memecahkan masalah tersebut serta memberikan
pelayanan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana sesuai dengan Standar Asuhan
Kebidanan.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Keluarga Berenana


Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan usia suami isteri, dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga. Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah
anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah
mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan
(Sulistyawati, 2013).
Program keluarga berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga berencana (KB) merupakan salah satu cara
yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan
keselamatan ibu, anak, serta perempuan (Indriana dkk., 2018).

B. Tujuan Program Keluarga Berenana


Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,
menurunkan tingkat/angka kematian bayi, dan anak serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil
berkualitas (Sulistyawati, 2013).
Perlu diketahui bahwa tujuan-tujuan tersebut merupakan kelanjutan dari
tujuan program KB tahun 1970 yaitu tujuan demografis berupa penurunan TFR
dan tujuan filosofis berupa kelembagaan dan pembudidayaan Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) (Arum dan Sujiyatini, 2011).
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB lainnya
yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan

4
tersebut maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase
(menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut
yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak
kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua (Sulistyawati, 2013).

C. Sasaran Program Keluarga Berenana


1. Sasaran langsung
Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara
15–44 tahun.
2. Sasaran tidak langsung yaitu :
a. Pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran
melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani,
2010).
b. Organisasi–organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah
maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang
diharapkan dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS
(Handayani, 2010).

D. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen. Kontrasepsi
yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim.
Kontrasepsi adalah obat atau alat untuk mencegah terjadinya konsepsi
(kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua macam yaitu kontrasepsi hormonal (pil,
suntik, dan implant) dan kontrasepsi non-hormonal (IUD dan kondom) (Nugroho
dan Utama, 2014).

5
E. Metode Kontasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi suntik DMPA
Kontrasepsi suntik merupakan salah satu metode kontrasepsi yang banyak
digunakan di Indonesia. Penggunaan kontrasepsi hormonal sebagai salah satu alat
kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan reversibilitas tinggi (Pratiwi dkk.,
2014).
Kontrasepsi DMPA merupakan metode kontrasepsi hormonal suntik yang
hanya mengandung progesterone memiliki angka kegagalan <1% pertahun.
Metode ini diberikan secara injeksi intramuscular setiap 3 bulan dengan dosis 150
mg. Namun dalam penggunaannya, DMPA ini memiliki beberapa efek samping
seperti gangguan pola menstruasi dan penambahan berat badan (Pratiwi dkk.,
2014).
2. Mekanisme Kerja
Mekanisme Kerja kontrasepsi DMPA menurut Hartanto (2014) :
a. Primer
Mencegah ovulasi Kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing hormone (LH) menurun serta tidak terjadi lonjakan LH. Pada
pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar-
kelenjar yang tidak aktif. Dengan pemakaian jangka lama endometrium bisa
menjadi semakin sedikit sehingga hampir tidak didapatkan jaringan bila dilakukan
biopsi, tetapi perubahan tersebut akan kembali normal dalam waktu 90 hari
setelah suntikan DMPA berakhir.
b. Sekunder
1) Lendir servik menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan barier
terhadap spermatozoa.
2) Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari ovum
yang telah dibuahi.
3) Mungkin mempengaruhi kecepatan transportasi ovum didalam tuba falopi.

6
3. Efektivitas
DMPA memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per100
perempuan dalam satu tahun pemakaian. Kegagalan yang terjadi pada umumnya
dikarenakan oleh ketidakpatuhan akseptor untuk datang pada jadwal yang telah
ditetapkan atau teknik penyuntikan yang salah, injeksi harus benar-benar
intragluteal (BKKBN, 2015).
4. Kelebihan
Kelebihan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN (2015) :
a. Sangat efektif.
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
e. Tidak mempengaruhi ASI.
f. Sedikit efek samping.
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
h. Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai
perimenopause.
i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
k. Mencegah beberapa penyakit radang panggul.
5. Keterbatasan
Keterbatasan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN (2015) :
a. Sering ditemukan ganguan haid.
b. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
c. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan.
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
e. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B dan virus HIV.
f. Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan lipid serum.

7
6. Indikasi
Indikasi pada pengguna suntik DMPA menurut BKKBN (2015) :
a. Wanita usia reproduktif.
b. Wanita yang telah memiliki anak.
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f. Setelah abortus dan keguguran.
g. Memiliki banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi.
h. Masalah gangguan pembekuan darah.
i. Menggunakan obat epilepsy dan tuberculosis.
7. Kontra Indikasi
Menurut BKKBN (2015), kontra indikasi pada pengguna suntik DMPA yaitu :
a. Hamil atau dicurigai hamil.
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
d. Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara.
e. Penderita diabetes mellitus disertai komplikasi.
8. Waktu Mulai Menggunakan
Menurut Saifuddin (2006), waktu mulai menggunakan kontrasepsi DMPA yaitu :
a. Setiap saat selama siklus haid, asal tidak hamil.
b. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
c. Pada ibu yang tidak haid atau dengan perdarahan tidak teratur, injeksi dapat
diberikan setiap saat, asal tidak hamil. Selama 7 hari setelah penyuntikan tidak
boleh melakukan hubungan seksual.
d. Ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal lain secara benar dan tidak
hamil kemudian ingin mengganti dengan kontrasepsi DMPA, suntikan
pertama dapat segera diberikan tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya.

8
e. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat segera diberikan, asal ibu tidak
hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya. Bila ibu
disuntik setelah hari ke-7 haid, selama 7 hari penyuntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
9. Cara Penggunaan
Cara penggunaan kontrasepsi DMPA menurut Sari (2015) :
a. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuscular (IM) dalam daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu
dangkal penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera
dan efektif. Suntikan diberikan tiap 90 hari.
b. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi etil/
isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik, setelah
kering baru disuntik.
c. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara.
Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terjadi endapan putih pada
dasar ampul, upayakan menghilangkannya dan dengan menghangatkannya.
10. Efek Samping
Efek samping yang sering ditemukan menurut Susilowati (2011) :
a. Mengalami gangguan haid seperti amenore, spooting, menorarghia,
metrorarghia.
b. Penambahan berat badan.
c. Mual.
d. Kunang-kunang.
e. Sakit kepala.
f. Nervositas.
g. Penurunan libido.
h. Vagina kering.

9
BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. “NS” Umur 39 Tahun Akseptor
KB Lama Suntik 3 Bulan.
Tempat Pelayanan : UPT. Kesmas Sukawati II
Tanggal Pelayanan : 03 Desember 2019
Waktu Pelayanan : 11.00 WITA

A. Data Subjektif
1. Identitas Ibu Ayah
Nama : Ny. “NS” Tn. "WB”
Umur : 39 tahun 40 tahun
Agama : Hindu Hindu
Suku Bangsa : Bali/Indonesia Bali/Indonesia
Pendidikan : SMP SMP
Pekerjaan : Pedagang Pedagang
Alamat Rumah : Br. Abasan, Ds. Singapadu Tengah, Kec. Sukawati,
Kab. Gianyar
No. Hp/Rumah : 082 144 321 xxx
Jaminan Kesehatan : BPJS kelas II BPJS kelas II
2. Alasan Datang : Ibu datang ingin suntik KB 3 bulan, saat ini tidak
mengalami keluhan. Ibu tidak mengalami menstruasi selama penggunaan KB
suntik 3 bulan. Berhubungan terakhir 5 hari yang lalu.
3. Riwayat menstruasi
Sebelum penggunaan alkon Setelah penggunaan alkon
Jumlah darah : 3 kali ganti pembalut Jumlah darah : tidak
Siklus : 30 hari, teratur menstruasi
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada
4. Riwayat pernikahan
Ibu menikah 1 kali dengan status sah, lama pernikahan ± 19 tahun

10
5. Riwayat obstetri
I. 18 tahun / aterm / 3300 gram / laki-laki / kondisi saat ini : sehat
II. 14 tahun / aterm / 3000 gram / laki-laki / kondisi saat ini : sehat
6. Riwayat penyakit yang diderita
Ibu mentakan tidak pernah mengalami penyakit diabetes millitus, hipertensi,
jantung, kista, mioma, atau kanker payudara.
7. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit diabetes millitus,
hipertensi, jantung, kista, mioma, atau kanker payudara.
8. Riwayat kontrasepsi sebelumnya
Ibu mengatakan pernah menggunakan kontrasepsi IUD pada tanggal 24 Juni
2016 namun mengeluh darah menstruasi semakin banyak dan nyeri pada
sympisis yang membuat ibu merasa tidak nyaman. Kemudian ganti cara
menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan sejak tanggal 20 Februari 2017.
9. Data Bio, Psiko, Sosial, dan Spiritual
a. Kebutuhan Biologis
1) Bernapas : Ibu tidak susah menarik dan menghembuskan
napas
2) Pola makan : Ibu makan 3 kali sehari dengan porsi sedang setiap
makan. Menu ibu setiap makan bervariasi seperti nasi, daging (daging
ayam, ikan, dan lain-lain), sayuran, buah-buahan. Ibu tidak memiliki
makanan pantangan.
3) Pola minum : Ibu minum air sebanyak 9-10 gelas per hari
4) Pola eliminasi : Ibu buang air kecil 4-5 kali per hari dengan warna
kuning jernih, dan buang air besar 1 kali per hari dengan warna kuning
kecokelatan dan sifatnya lembek.
5) Pola istirahat : Ibu istirahat 8 jam sehari, tidak ada keluhan
6) Kebersihan diri : Ibu mandi 2 kali per hari, dengan gosok gigi setiap
mandi, dan keramas 3 kali per minggu. Ibu sudah sering
membersihkan payudaranya, untuk membersihkan alat kelaminnya
biasanya ibu melakukannya setelah buang air kecil, buang air besar
namun tidak segera dikeringkan. Ibu sudah sering mencuci tangan

11
biasanya dilakukan pada saat sebelum dan sesudah makan, setelah
buang air kecil dan buang air besar. Selain itu, dalam mengganti
pakaian dalam 2 kali per hari.
b. Kebutuhan Psikologis : Tidak ada masalah yang membuat ibu
merasa tidak nayaman dan tertekan
c. Kebutuhan Sosial : Ibu memiliki hubungan baik dengan
keluarga dan lingkungan tempat tinggal serta lingkungan tempat kerja,
tidak ada masalah dalam perkawinan, tidak pernah mengalami kekerasan
fisik, dan tidak pernah mencederai diri sendiri ataupun orang lain. Ibu
mengatakan dalam mengambil keputusan dilakukan oleh ibu dan suami
dengan cara berdiskusi.
d. Kebutuhan Spiritual : Ibu selalu melakukan ibadah dan tidak ada
masalah pada spiritual
e. Kebiasaan seksual : Ibu melakukan hubungan seksual setiap 2
kali seminggu namun tidak setiap minggu.
10. Pengetahuan Ibu
Ibu belum mengetahui risiko menggunakan kontrasepsi suntik dalam jangka
panjang

B. Data Objektif
1. KU : Baik, Kesadaran : Composmentis
2. Antopometri
BB : 48,5 kg, TB : 157 cm
3. Tanda-tanda vital
TD : 110/90 mmHg, N : 80 kali/menit, R : 20 kali/menit, S : 36,8oC
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : bersih, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada
kelainan
b. Mulut dan gigi : bersih, tidak ada kelainan
c. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena jugularis

12
d. Dada : payudara simetris, puting susu menonjol, tidak teraba
benjolan, kulit payudara normal, areola normal, tidak ada kelainan
e. Ekstremitas : simetris, tidak ada oedema, tidak ada kelainan
f. Anogenitalia : tidak dilakukan
5. Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan

C. Analisa
Ny. “NS” Umur 39 Tahun Akseptor KB Lama Suntik 3 Bulan
Masalah
Ibu belum mengetahui efek samping suntik 3 bulan dalam jangka panjang

D. Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu. Ibu paham dengan
informasi yang diberikan.
2. Melakukan informed consent. Ibu setuju dengan tindakan yang akan
dilakukan.
3. Menyuntikkan depogeston 3 ml secara IM pada 1/3 sias coccygeus. Tidak ada
reaksi alergi.
4. Memberikan KIE kepada ibu tentang efek samping penggunaan kontrasepsi
suntik 3 bulan dalam jangka panjang seperti peningkatan berat badan,
peningkatan tekanan darah, keputihan dan berhenti menstruasi. Ibu paham dan
mampu menyebutkan kembali.
5. Memberikan KIE kepada ibu untuk melakukan pemeriksaan SADARI setiap 1
bulan sekali pada hari ke-7 dihitung dari hari pertama haid terakhir. Ibu paham
dan bersedia melakukannya.
6. Menginformasikan jadwal kunjungan ulang yaitu pada tanggal 25 Februari
2020 dan menyarankan ibu untuk dating tepat waktu sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan. Ibu bersedia melakukannya.
7. Melakukan pendokumentasian. Dokumentasi telah dilakukan pada buku
register KB, rekam medis, dan kartu ibu.

13
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus yang telah disusun dari hasil pengkajian data subjektif
maupun objektif yang kami peroleh dari anamnesis, hasil pemeriksaan dan
riwayat medis pada pasien yang dilakukan di UPT. Kesmas Sukawati II pada hari
Selasa, 03 Desember 2019 pukul. 11.00 WITA, sehingga dapat ditegakkan
diagnosa kebidanan yaitu Ny. “NS” Umur 39 Tahun Akseptor KB Lama Suntik 3
Bulan. Pendokumentasian asuhan kebidanan pada keluarga berencana
menggunakan medote Subjektif (S), Objektif (O), Analisa (A), dan
Pendokumentasian (P). data yang dikaji sesuai dengan teori dapat dijelaskan
sebagai berikut:
A. Subjektif (S)
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari klien, baik dalam bentuk
pernyataan atau keluhan. Semua data yang ditanyakan mencakup identitas klien.
Keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada klien (anamnesis)
atau dari keluarga dan rekam medis.
Berdasarkan data subjektif dapat dikaji bahwa hasil pemeriksaan umum
menunjukkan kondisi Ny. “NS” masih dalam batas normal namun Ny. “NS”
mengatakan telah menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan selama ± 3 tahun.
Setelah menggunakan kontrasepsi suntik selama 3 tahun, Ny. “NS” mengatakan
tidak mengalami menstruasi selama menggunakan kontrasepsi suntik dan berat
badan semakin bertambah. Efek samping penggunaan kontrasepsi suntik yaitu
mengalami gangguan pola menstruasi, peningkatan tekanan darah, kenaikan berat
badan, sakit kepala, dan rasa ketidaknyamanan diperut (Ardiansyah dan Fachri,
2017).
Kebutuhan personal hyegine ibu mengatakan telah melakukan personal
hyegine seperti sering mengganti pembalut pada saat menstruasi, mengganti
celana dalam 2 kali/hari, dan melakukan cebok setelah BAB/BAK namun tidak
segera dikeringkan. Menjaga personal hyegine dapat memelihara kesehatan diri
sendiri, mempertinggi dan memperbaiki nilai kesehatan serta mencegah timbulnya
penyakit seperti keputihan (Mustikawati dan Faradilah, 2013). Keputihan dapat

14
menyebabkan gatal pada genitalia, nyeri pada saat berhubungan seksual, rasa
panas seperti terbakar pada vagina, dan infeksi (Priyanti dan Syalfina, 2017).

B. Objektif (O)
Data objektif adalah data yang diobservasi dari hasil pemeriksaan oleh
bidan atau tenaga kesehatan lainnya. Untuk mengumpulkan data objektif dari
klien, dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu: pemeriksaan umum, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan khusus sebagai pengumpulan data terhadap keluhan klien serta
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan umum, didapatkan keadaan umum ibu baik dengan kesadaran
composmentis, berat badan 65 kg, tinggi badan 160 cm, tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 80 kali/menit, respirasi 20 kali/menit, suhu 36,8oC. Tanda-tanda vital
sesuai dengan hasil pemeriksaan dalam batas normal. Ny. “NS” mengalami
peningkatan berat badan sebanyak 13 kg selama 3 tahun pemakaian kontrasepsi
suntik, hal ini dipengaruhi oleh peningkatan hormone progesterone yang
mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak
yang bertumpuk di bawah kulit dan bukan merupakan retensi (penimbunan) cairan
tubuh, selain itu juga merangsang pengendali nafsu makan di hipotalamus yang
dapat menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya (Ardiansyah dan
Fachri, 2017). Rata-rata peningkatan berat badan pengguna kontrasepsi suntik 3
bulan yaitu 2.5 kg pada tahun pertama pemakaian (Kurniawati dan Andrie, 2015).
Sehingga ibu mengalami berat badan berlebih dengan IMT 25,4, bobot normal
apabila tinggi badan 160 cm yaitu 47,3-63.8 kg.
Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh (head to toe), didapatkan
hasil wajah tidak pucat, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada
gangguan pada pernapasan, mukosa lembab, tidak ada pembengkakan kelenjar
tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
payudara simetris, putting susu menonjol, tidak teraba massa, kulit payudara
normal, areola normal, tidak ada pengeluaran, pemeriksaan anogenitalia tidak
dilakukan, namun ibu mengatakan tidak sedang mengalami keputihan yang gatal
dan berbau. Hasil pemeriksaan keseluruhan dalam batas normal.

15
Sehingga dari hasil pemeriksaan klien memenuhi syarat untuk penggunaan
kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu tidak mengalami kanker atau benjolan pada
payudara. Apabila calon akseptor sedang menderita kanker payudara maka
penggunaan kontrasepsi hormonal (suntik 3 bulan) dapat mengembangkan sel
kanker yang sedang diderita (Awaliyah dkk., 2017).

C. Analisa (A)
Analisa adalah penegakan masalah atau diagnosa yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang telah
dikumpulkan dan disimpulkan.
Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang telah dikumpulkan,
dapat ditegakkan diagnosa Ny. “NS” umur 39 tahun akseptor kb lama suntik 3
bulan. Masalah yang sedang dialami yaitu ibu belum mengetahui efek samping
kontrasepsi suntik 3 bulan jangka panjang, mengalami peningkatan berat badan
dan mengalami gangguan haid.

D. Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan adalah penggambaran rencana asuhan dan evaluasi yang
dilakukan kepada klien sesuai dengan analisa yang telah ditegakkan. Berdasarkan
Analisa, dilakukan beberapa asuhan terhadap klien sebagai penatalaksanaan,
antara lain :
Memberikan KIE kepada ibu tentang efek samping penggunaan KB suntik
yaitu gangguan pola haid, peningkatan tekanan darah, kenaikan berat badan, sakit
kepala, dan rasa ketidaknyamanan diperut. Penggunaan kontrasepsi suntik dalam
jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah karena perubahan
pada peningkatan renin substrat (angiotensin) dan lipid serum pada penggunaan
jangka panjang, dimana dapat terjadi penurunan kadar high density lipoprotein-
kolesterol (HDL-kolesterol) yang dapat meningkatkan risiko meningkatnya
tekanan darah. Selain itu juga dapat menyebabkan peningkatan berat badan yang
dipengaruhi oleh peningkatan hormon progesterone yang mempermudah
perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak dan merangsang pengendali nafsu

16
makan di hipotalamus yang dapat menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari
biasanya (Ardiansyah dan Fachri, 2017).
Memberikan KIE kepada ibu tentang cara mengatasi peningkatan berat
badan dengan melakukan diet rendah kalori seperti mengkonsumsi kedelai/tempe,
sayur dan buah, mengurangi porsi makan dan melakukan olahraga secara teratur
sehingga masalah peningkatan berat badan dapat ditangani dengan baik tanpa
menimbulkan masalah lain (Kurniawati dan Andrie, 2015). Peningkatan berat
badan yang berlebih dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius karena
obesitas dapat memicu kelainan kardiovaskuler, ginjal, metabolik, prototombik,
dan inflamasi. Obesitas memiliki dampak pada fertilitas kehidupan wanita dengan
meningkatkan fungsi hormon androgen dalam ovarium sebagai penghambat
perkembangan folikel di ovarium sehingga wanita yang obesitas cenderung
mengalami gangguan reproduksi (Islami, 2016).
Memberikan KIE kepada ibu tentang alat kontrasepsi jangka panjang
seperti alat kontrasepsi implant dan IUD. Keuntungan dari penggunaan
kontrasepsi jangka panjang yaitu tidak mempengaruhi aktivitas seksual, efisien,
nyaman, dan biaya yang dikeluarkan relatif murah. Faktor usia yang >35 tahun
dan telah memiliki anak >2 orang maka sangat disarankan untuk menggunakan
kontrasepsi jangka panjang untuk memcegah terjadinya fertilitas, sehingga
masalah yang mengarah ke patologis dapat dicegah secara dini (Triyanto dan
Indriani, 2018). Penggunaan kontrasepsi IUD menyebabkan ibu mengalami
keluhan yang mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga penggunaan kontrasepsi
jangka panjang yang dapat dipilih oleh ibu yaitu kontrasepsi implant dan MOW.
Memberikan KIE kepada ibu untuk melakukan SADARI setiap bulan pada
hari ke-7 dihitung dari hari pertama haid terakhir. Penggunaan kontrasepsi
hormonal berisiko tinggi terkena kanker payudara. Kandungan pada kontrasepsi
suntik mengandung progesterone yang bersifat karsinogenik yang berfungsi
sebagai promotor tumor. Pemeriksaan SADARI harus rutin dilakukan karena
sangat mudah dan dapat dilakukan sendiri dirumah untuk mendeteksi secara dini
terjadinya kanker payudara. (Awaliyah dkk., 2017).

17
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil praktik yang telah dilakukan di UPT. Kesmas Sukawati
II yaitu kasus pada keluarga berencana dengan masalah belum mengetahui efek
samping penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dalam jangka panjang,
mengalami peningkatan berat badan, serta mengalami gangguan haid sehingga
kami dapat menerapkan asuhan kebidanan pada keluarga berencana dan
manajemennya dalam asuhan kebidanan serta dapat mengkaji data subjektif,
objektif, menyusun analisa serta memberikan penatalaksanaan yang sesuai pada
kasus keluarga berencana dengan masalah yang sedang dialami.
Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif telah ditegakkan
analisa dan disusun penatalaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah
klien. Penatalaksanaan pada Ny. “NS” dilakukan sesuai dengan kebijakan di
pelayanan kesehatan setempat. Serta masalah yang dialami Ny. “NS” telah
diberikan asuhan yang sesuai sehingga masalah dapat diatasi dengan baik.

B. Saran
1. Saran kepada petugas kesehatan
Diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya bidan agar tetap
mempertahankan kinerja yang baik dan profesional agar jika ditemukannya kasus
patologi maupun kegawatdaruratan di fasilitas kesehatan agar dapat dicegah
sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan.
2. Saran kepada mahasiswa
Diharapkan kepada mahasiswa agar dapat meningkatkan ilmu pengetahuan
secara teori sesuai yang telah didapat di institusi pendidikan agar pada saat
melakukan praktik di lapangan sudah dalam keadaan siap dan mampu
memberikan asuhan yang sesuai dengan teori serta protap yang ada di lapangan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah dan Fachri, Muhammad. 2017. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi


Suntik Tiga Bulanan selama Satu Tahun dengan Peningkatan Tekanan
Darah. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat, 11(1). pp. 56-62

Arum dan Sujiyantini. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.


Yogyakarta: Nuha Medika

Awaliyah, N., Pradjatmo, H., dan Kusnanto, H. 2017. Penggunaan Kontrasepsi


Hormonal dan Kejadian Kanker Payudara di Rumah Sakit Dr. Sardjito.
Jurnal of Community Medicine and Public Health, 33(10). pp. 487-494

BKKBN. 2015. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan

Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama

Hartanto, H. 2014. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan

Indriani, I., Sambiran, S., dan Kumayas, N. 2018. Implementasi Program


Keluarga Berencana di Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota
Kotamobagu. Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan, 1(1). pp. 1-11

Islami. 2016. Hubungan Obesitas dengan Siklus Menstruasi pada Wanita Usia
Subur di Desa Kaliwungu Desa Kedungdowo Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kudus Tahun 2016. Jurnal Rakernas Aipkema. pp. 194-197

Jurisman, A., Ariadi., dan Kurniati, R. 2016. Hubungan Karakteristik Ibu dengan
Pemilihan Kontrasepsi di Puskesmas Padang Pasir Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 5(1). pp. 191-195

Kurniawati dan Andrie, Wulan. 2015. Pengaruh Penggunaan KB Suntik 3 Bulan


Terhadap Peningkatan Nilai Indeks Massa Tubuh pada Akseptor KB di
Desa Kepuh Kembeng Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.
Jurnal Edu Health, 5(1). pp. 20-16

Mustikawati, I. S., dan Faradillah. 2013. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang


Personal Hyegine dengan Perilaku Personal Hyegine di RW 04, Bantaran
Sungai Ciliwung, Kelurahan Manggarai, Jakarta. Jurnal Inohim, 1(2).
pp.57-65

Nugroho, T dan Utama, I. B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.


Yogyakarta: Nuha Medika

19
Pratiwi, D., Syahredi, dan Erkadius. 2014. Hubungan Antara Penggunaan
Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan di
Puskesmas Lapai Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3). pp. 365-
369

Priyanti, S., dan Syalfina, A. D. 2017. Alat Kontrasepsi dan Aktivitas Seksual
Sebagai Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Keputihan. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 5(3). pp. 371-382

Saifuddin, A. B. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka

Sari, I. R. N. 2015. Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesteron


Acetate (DMPA) Sebagai Salah Satu Penyebab Kenaikan Berat Badan.
Jurnal Majority, 4(7). pp. 67-72

Setiawati, E., Handayani, O.W.K., dan Kuswardinah, A. 2017. Pemilihan


Kontrasepsi Berdasarkan Efek Samping pada Dua Kelompok Usia
Reproduksi. Unnes Journal of Public Health, 6(3). pp. 167-173

Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba


Medika

Susilowati, E. 2011. KB Suntik 3 Bulan dengan Efek Samping Gangguan Haid


dan Penanganannya. Jurnal UUnisulla, 49(123). pp.1-13

Triyanto, L., dan Indriani, D. 2018. Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Jenis
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada Wanita Menikah Usia
Subur di Provinsi Jawa Timur. Journal Public Health, 13(2). pp. 244-255

20

Anda mungkin juga menyukai