Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN AKHIR PRAKTIK KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. M UMUR 29 TAHUN


AKSEPTOR KB AKDR DI
PMB NI NENGAH YUNARIASIH
TANGGAL 29 NOVEMBER 2021

Oleh:

LUH HERRY NOVAYANTI


NIM P07124220161

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIK KEBIDANAN IV


ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. M UMUR 29 TAHUN AKSEPTOR KB
AKDR DI PMB NI NENGAH YUNARIASIH
TANGGAL 29 NOVEMBER 2021

Telah disahkan,

Denpasar, November 2021

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan


PK Fisiologis KB dan Kesehatan
reproduksi

Ni Luh Putu Sri Erawati, S.Si.T., MPH Ni Nengah Yunariasih, A.Md. Keb
NIP. 197508252000122002 NIP : 197707171992122002

Ketua Prodi Profesi Bidan

Ni Wayan Armini, SST., M.Keb


NIP. 198101302002122001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan Laporan kasus tentang “Asuhan
Kebidanan Fisiologis Pada Ny. M Umur 29 Tahun Akseptor KB AKDR di PMB
Ni Nengah Yunariasih”. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan penugasan individu dalam Praktek Holistik
Fisiologis Keluarga berencana dan Kesehatan reproduksi, Prodi Profesi Bidan di
Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.
Penulis banyak mendapatkan dukungan, bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak yang berhubungan dengan penyusunan laporan kasus dan kegiatan
yang dilaksanakan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada, Yang Terhormat:
1. Ibu Dr. Ni Nyoman Budiani, M. Biomed, selaku ketua jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar
2. Ibu Ni Wayan Armini, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar sekaligus selaku pembimbing
institusi,
3. Ibu Ni Luh Putu Sri Erawati,S.Si.T.,MPH, selaku PJMK dari praktik kebidanan
fisiologis keluarga berencana dan Kesehatan reproduksi
4. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang
telah membantu dalam penyusunan laporan pendahuluan praktik terintegrasi
ini.
Penulis mengetahui banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus
ini. Oleh karena itu, Penulis berharap adanya masukan dan saran dari semua pihak
demi lebih baiknya laporan kasus ini.

Denpasar, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................................... 1
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus ..................................................... 2
D. Manfaat Penulisan Laporan ....................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
A. Konsep Kependudukan dan KB ................................................................. 3
B. Layanan KB Berbagai Metode Kontrasepsi ............................................... 7
C. Layanan KB Pada Situasi Khusus dan Gawat Darurat ............................. 33
D. KIE/Konseling KB Dalam Pelayanan KB ................................................ 36
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................ 39
A. Data Subjektif ......................................................................................... 39
B. Data Objektif........................................................................................... 40
C. Analisa .................................................................................................... 41
D. Penatalaksanaan ...................................................................................... 41
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 43
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 44
A. Simpulan ................................................................................................. 44
B. Saran ....................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 45

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga berencana adalah istilah yang resmi digunakan di Indonesia
terhadap usaha-usaha untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga,
dengan menerima dan memperaktekkan gagasan keluarga kecil yang potensial dan
bahagia (Akseptor). Dimana pasangan suami istri yang mempunyai perencanaan
yang konkrit mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir
disambut dengan rasa gembira dan syukur dan merencanakan berapa anak yang
dicita-citakan, yang disesuaikan dengan kemampuannya dan situasi kondisi
masyarakat dan negaranya.
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran
tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsung adalah
pasangan usia subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran
dengan cara menggunakan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran
tidak langsungnya adalah pelaksanaan dan pengelolaan KB, dengan tujuan
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan
terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.
Bidan memiliki ruang lingkup kewenangan dalam program keluarga
berencana yaitu memberikan pelayanan meliputi pelayanan Kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencan, memberikan penyuluhan dan konseling
Kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran tentang asuhan kebidanan keluarga berencana

1
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengkajian data subjektif pada akseptor KB
b. Mengetahui gambaran pengkajian data objektif pada akseptor KB
c. Mengetahui gambaran perumusan diagnosa dan masalah pada akseptor KB
d. Mengetahui gambaran penatalaksanaan kasus pada akseptor KB

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


1. Waktu
Kasus ini diambil pada tanggal 29 November 2021
2. Tempat pengambilan kasus
Tempat pengambilan kasus ini adalah di PMB Ni Nengah Yunariasih, A.Md.Keb

D. Manfaat Penulisan Laporan


1. Bagi institusi
Laporan kasus ini dapat menambah referensi dalam pelayanan kebidanan
khususnya dalam asuhan keluarga berencana
2. Bagi penulis
Laporan kasus ini dapat menambah wawasan penulis dalam memberikan asuhan
kebidanan yang berkualitas.
3. Bagi Fasilitas Pelayanan
Dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
kebidanan kepada masyarakat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kependudukan dan KB


1. Kependudukan
a. Pengertian kependudukan
Kependudukan merupakan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
umat manusia di muka bumi ini menunjukkan bahwa seiring berjalannya
waktu, manusia akan menghadapi keadaan yang terus berbeda. Dimulai
dari segi sosiologi, norma hidup manusia, keilmuan teknologi dan
perubahan lainnya. Perubahan ini menunjukkan bahwa semakin
berkembangnya manusia maka diperlukannya pula sikap dan usaha
bagaimana cara menghadapinya dan mencari solusinya.
b. Transisi Penduduk
Transisi penduduk merupakan sebuah perspektif atau teori
kependudukan yang menggambarkan perubahan penduduk dari
pertumbuhan penduduk tinggi menuju pertumbuhan penduduk yang
stabil sebabkan oleh faktor fertilitas dan mortalitas alamiah pada suatu
penduduk
1) Tahap I : Tingkat kelahiran dan kematian tinggi, tidak ada program
pengendalian kelahiran
2) Tahap II : Tingkat kematian turun, tingkat kelahiran tetap tinggi
3) Tahap III : Tingkat kematian rendah, tingkat kelahiran mulai turun
4) Tahap IV : Tingkat kematian rendah juga tingkat kelahiran
c. Masalah Kependudukan Di Indonesia
1) Jumlah penduduk besar
Permasalahan kependudukan terkait dengan jumlah
penduduk yang besar menjadi sebuah masalah yang tidak dapat
dihindarkan. Selain itu yang terpenting terkait dengan permasalahan
penyediaan sumber daya alam dan berbagai kebutuhan penting
lainnya. Adanya tekanan penduduk terhadap daya dukung
lingkungan menjadi masalah yang sangat rumit. Masalah yang

3
muncul terkait dengan jumlah penduduk yang besar adalah dalam
penyediaan lapangan pekerjaan. Kebutuhan akan bahan pokok
menuntut orang untuk bekerja dan mencari nafkah. Namun,
penyediaan lapangan pekerjaan sangatlah minim.
Jumlah penduduk yang besar memiliki andil dalam berbagai
permasalahan lingkungan dan aspek lainnya. Jumlah penduduk yang
besar tentunya membutuhkan ruang yang lebih luas dan juga
kebutuhan yang lebih banyak namun lahan dan juga wilayah
Indonesia tidaklah bertambah. Oleh karena itu, perencanaan yang
matang sangatlah diperlukan guna penentuan kebijakan terkait
dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia.
2) Penyebaran penduduk tidak merata
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk di suatu
wilayah dibandingkan dengan luas wilayahnya yang dihitung jiwa
per km kuadrat. Berdasarkan sensus penduduk dan survey
penduduk, persebaran penduduk Indonesia antar provinsi yang satu
dengan provinsi yang lain tidak merata.
Di Indonesia sendiri terjadi konsentrasi kependudukan yang
berpusat di Pulau Jawa. Hampir lebih dari 50% jumlah penduduk
Indonesia mendiami Jawa. Hal ini menjadi masalah apabila pusat
pemerintahan, informasi, transportasi, ekonomi dan berbagai
fasilitas hanya berada di satu wilayah. Penduduk akan berusaha
untuk melakukan migrasi dan akhirnya akan berdampak pada
permasalahan pemerataan pembangunan.
3) Struktur penduduk muda
Struktur penduduk muda umumnya terjadi pada negara
berkembang. Indonesia merupakan salah satu dari negara yang
sedang berkembang, jumlah penduduk didominasi oleh penduduk
usia muda. Pada negara berkembang sistem negara belum begitu
maju untuk menekan jumlah kelahiran yang terjai serta tingkat
pendidikan penduduk yang rendah berdampak pada rendahnya
kesadaran penduduk untuk menekan angka kelahiran anaknya.

4
Faktor-faktor tersebut membuat tingkat kelahiran yang tinggi terjadi
pada penduduk di negara berkembang dan semakin meningkatnya
fasilitas kesehatan membuat taraf hidup bayi-bayi yang dilahirkan
semakin meningkat sehingga jumlah penduduk muda kana terus
meningkat.
2. Keluarga berencana (KB)
a. Pengertian KB
Keluarga berencana adalah istilah yang resmi digunakan di Indonesia
terhadap usaha-usaha untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan
keluarga, dengan menerima dan memperaktekkan gagasan keluarga
kecil yang potensial dan bahagia (Akseptor) (Sudibia, Dewi, and
Yuliarmi 2016). Dimana pasangan suami istri yang mempunyai
perencanaan yang konkrit mengenai kapan anaknya diharapkan lahir
agar setiap anaknya lahir disambut dengan rasa gembira dan syukur dan
merencanakan berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan
dengan kemampuannya dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya.
b. Tujuan Program KB
1) Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi
dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk.
2) Tujuan khusus
a) Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat
kontrasepsi
b) Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi
c) Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara
penjarangan kelahiran
c. Sasaran KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan
sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.

5
Sasaran langsung adalah pasangan usia subur (PUS) yang bertujuan
untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara menggunakan
kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya
adalah pelaksanaan dan pengelolaan KB, dengan tujuan menurunkan
tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan
terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga
sejahtera.
d. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB meliputi :
1) Komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
2) Konseling
3) Pelayanan kontrasepsi
4) Pelayanan infertilitas
5) Pendidikan sex (sex education)
6) Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
7) Konsultasi genetic
8) Tes kegananasan
9) Adopsi
e. Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran
1) Untuk ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka
manfaatnya :
a) Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang
berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek.
b) Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan
oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak,
beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan
kegiatan lainnya.
2) Untuk anak-anak yang dilairkan, manfaatnya :
a) Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang
mengandungnya dalam keadaan sehat.

6
b) Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan
makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang
diinginkan dan direncanakan.
3) Untuk ayah, memberikan kesempatan kepadanya agar dapat :
a) Memperbaiki kesehatan fisiknya.
b) Memperbaiki kesehatan mental dan social karena kecemasan
berkurang serta lebih banyak waktu terluang untuk keluarga.

B. Layanan KB Berbagai Metode Kontrasepsi


Layanan KB berbagai metode kontrasepsi terdiri atas metode sederhana,
hormonal, implant dan dalam rahim (Prijatni and Rahayu 2016). Metode
Sederhana KB dibagi menjadi dua yaitu dengan alat dan tanpa alat.
1. Metode Sederhana KB dengan Alat
a. Kondom wanita
Kondom wanita adalah suatu sarung poliuretan dengan panjang
15cm dan garis tengah 7 cm yang ujung terbukanya melekat ke suatu
cincin poliuretan yang lentur. Sebuah cincin poliuretan (yang dapat
dilepas) didalam kondom berfungsi sebagai alat untuk memasang dan
melekatkan kondom ini di vagina.
Kondom ini memiliki satu ukuran dengan pelumas berbahan
dasar silicon dan tidak memerlukan pelumas spermisida serta hanya
sekali pakai. Apabila pasangan telah terbiasa memakainya, maka
respon merugikan yang terjadi pada awal pemakaian kondom wanita
akan berkurang.
Indikasi :
1) Apabila pasangan menghendaki pihak wanita yang menggunakan
kondom wanita sebagai kontrasepsi.
2) Untuk perlindungan maksimum terhadap infeksi menular seksual
(IMS).
Kontraindikasi :
Beberapa pasangan secara psikologis tidak dapat menerima
pemakaian kondom wanita.

7
Keunggulan :
1) Suatu metode kontrasepsi efektif yang dikendalikan oleh wanita.
2) Dapat dibeli tanpa resep disebagian besar apotik dan dapat diperoleh
secara gratis dari beberapa klinik keluarga berencana.
3) Memberikan perlindungan yang sangat tinggi terhadap IMS dengan
cara melindungi vulva dan uretra. Studi in vitro menunjukkan bahwa
tidak ada kebocoran HIV / Citomegalovirus melalui kondom wanita
(Suryati 2010)
4) Lebih kuat daripada kondom pria yang terbuat dari lateks dengan
resiko robek lebih kecil serta tidak melemah oleh preparat vagina
berbahan dasar minyak.
5) Bagi pasangan pria, penurunan kenikmatan lebih kecil dibandingkan
dengan pemakaian kondom pria.
6) Dapat dipasang jauh sebelum hubungan intim dan juga dibiarkan
beberapa waktu setelah ejakulasi sehingga proses hubungan intin
tidak terlalu terganggu. Kondom dapat dimasukkan ke dalam vagina
selama 8 jam, terutama selama hubungan seksual, tetapi harus
ditempatkan sebelum penis mendekati genitalia eksterna wanita jika
tujuannya untuk mencegah kehamilan dan infeksi.
Kekurangan :
1) Penampilan kurang menarik.
2) Timbul suara “gemerisik” saat melakukan hubungan intim.
3) Proses pemasangan awal mungkin sulit tetapi dengan pemakaian
berulang, hal ini biasanya cepat teratasi.
4) Kadang-kadang dapat terdorong seluruhnya masuk kedalam vagina
atau penitrasi dapat terjadi diluar kondom tersebut.
5) Harga kondom wanita berkisar antara Rp. 30.000–40.000, harganya
relatif lebih mahal daripada kondom pria sehingga kondom pria
lebih diminati. Saat ini sedang dilakukan riset untuk
mengembangkan kondom wanita yang dapat dicuci dan digunakan
kembali.
b. Kondom Pria

8
Kondom merupakan alat kontrasepsi sederhana berupa selubung
atau sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan seperti
diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), ataupun bahan bahan hewani
yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom terbuat
dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya
berpinggir tebal, yang apabila digulung berbentuk rata atau mempunyai
bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada
kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (seperti penambahan
spermisida dalam penggunaannya) maupun hanya sebagai aksesoris
akativitas seksual.
Alat kontrasepsi berupa kondom memiliki keefektivitasan yang
cukup tinggi apabila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan
seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom dikatakan tidak
efektif karena tidak digunakan secara konsisten. Secara ilmiah,
didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2 – 12
kehamilan per perempuan pertahunnya.
Indikasi :
Semua pasangan usia subur yang ingin berhubungan sekual dan
belum menginginkan kehamilan. Selain itu, untuk perlindungan
maksimum terhadap infeksi menular seksual (IMS).
Kontra indikasi :
1) Apabila secara psikologis pasangan tidak menerima metoda ini
2) Malformasi penis.
3) Apabila salah satu dari pasangan alergi terhadap karet lateks.
c. Barier intra vaginal
Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia
interna wanita dan immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh
spermisidnya.

Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal:


1) Mencegah kehamilan
2) Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks.

9
Kerugian Metode Barier Intra-vaginal :
1) Angka kegagalan relatif tinggi.
2) Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk
memasang alatnya.
3) Perlu dipakai secara konsisten, hati hati, selalu pada setiap
sanggama.
d. Spermisida
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung zat-zat
kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina
sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus genitalia interna.
Secara mekanis untuk menghalangi spermatozoa dan secara kimiawi
untuk immobilisasi atau mematikan spermatozoa.
Jenis-jenis Spermisida
1) Aerosol (busa): penggunaan aerosol akan efektif setelah dimasukkan
(insersi). Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai
pilihan pertama atau metode kontrasepsi lain tidak sesuai dengan
kondisi klien.
2) Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film: sangat mudah
dibawa dan disimpan. Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15
menit setelah dimasukkan (insersi) sebelum hubungan seksual.
3) Krim: spermisida krim biasanya digunakan bersamaan dengan
diafragma.
Kelebihan spermisida :
1) Efektif seketika (busa dan krim).
2) Tidak mengganggu produksi ASI.
3) Sebagai pendukung metode lain.
4) Tidak mengganggu kesehatan klien.
5) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
6) Mudah dan aman digunakan.
7) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
8) Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik.

10
9) Sebagai kontrasepsi pengganti/cadangan untuk wanita dengan
kontra-indikasi pemakaian pil oral, IUD, dan lain-lain
10) Efek pelumas pada wanita yang mendekati menopause disamping
efek proteksi terhadap kemungkinan menjadi hamil
Kekurangan spermisida :
1) Efektifitas kurang (bila wanita selalu menggunakan sesuai dengan
petunjuk, angka kegagalan 15 dari 100 perempuan akan hamil setiap
tahun dan bila wanita tidak selalu menggunakan sesuai dengan
petunjuk maka angka kegagalan 29 dari 100 perempuan akan hamil
setiap tahun).
2) Spermisida akan jauh lebih efektif, bila menggunakan kontrasepsi
lain seperti kondom.
3) Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya.
4) Tergantung motivasi dari pengguna dan selalu dipakai setiap
melakukan hubungan seksual.
5) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah spermisida
dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual.
6) Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian.
7) Harus selalu tersedia sebelum senggama dilakukan.
8) Dapat menimbulkan iritasi atau rasa panas/terbakar pada beberapa
wanita
Indikasi penggunaan spermisida yaitu:
1) Tidak suka atau tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi
hormonal (seperti perokok, wanita di atas 35 tahun.
2) Lebih suka memasang sendiri alat kontrasepsinya.
3) Tidak menyukai penggunaan AKDR.
4) Menyusui dan memerlukan kontrasepsi pendukung.
5) Memerlukan metode kontrasepsi sederhana sabil menunggu metode
kontrasepsi lainnya.
Kontraindikasi penggunaan spermisida yaitu:
1) Umur, paritas dan wanita yang mempunyai masalah kesehatan yang
menyebabkan kehamilan dengan resiko tinggi.

11
2) Terinfeksi saluran uretra.
3) Memerlukan metode kontrasepsi efektif.
4) Tidak mau repot untuk mengikuti petunjuk pemakaian kontrasepsi
dan siap pakai sewaktu akan melakukan hubungan seksual.
5) Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat
reproduksinya (vulva dan vagina).
6) Mempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan.
2. Metode Sederhana KB Tanpa Alat
a. Metode Kalender
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik
dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami
istri harus mengetahui masa subur. Menentukan waktu ovulasi dari data
haid yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir. Masalah terbesar dengan
Metode Kalender adalah bahwa jarang ada wanita yang mempunyai
siklus haid teratur setiap 28 hari. Oleh karena itu, diperlukan
pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi.
Teknik Metode Kalender:
1) Seorang wanita menentukan masa suburnya dengan:
a) Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk
menentukan awal dari masa suburnya.
b) Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk
menentukan akhir dari masa suburnya.
2) Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18.
Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari
terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini
menentukan hari terakhir masa subur. Rumus : Hari pertama masa
subur = Jumlah hari terpendek – 18 dan hari terakhir masa subur =
Jumlah hari terpanjang – 11.
Keuntungan dari kontrasepsi metode kalender :

12
1) Ditinjau dari segi ekonomi : KB kalender dilakukan secara alami dan
tanpa biaya sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli
alat kontrasepsi.
2) Dari segi kesehatan : sistem kalender ini jelas jauh lebih sehat karena
bisa dihindari adanya efek sampingan yang merugikan seperti
halnya memakai alat kontrasepsi lainnya (terutama yang berupa
obat).
3) Dari segi psikologis : yaitu sistem kalender ini tidak mengurangi
kenikmatan hubungan itu sendiri seperti bila memakai kondom
misalnya. Meski tentu saja dilain pihak dituntut kontrol diri dari
pasangan untuk ketat berpantang selama masa subur.
Kerugian dari kontrasepsi metode kalender :
Kemungkinan kegagalan yang jauh lebih tinggi. Ini terutama bila
tidak dilakukan pengamatan yang mendalam untuk mengetahui dengan
pasti masa subur, karena tidak ada yang bisa menjamin ketepatan
perhitungan sebab masa suburpun terjadi secara alami, selain itu kedua
pasangan tidak bisa menikmati hubungan suami istri secara bebas
karena ada aturan yang ditetapkan dalam sistem ini. Masa berpantang
yang cukup lama dapat membuat pasangan tidak bisa menanti dan
melakukan hubungan pada waktu berpantang.
Kerugian lain dari KB kalender adalah bahwa waktu yang tepat
dari ovulasi sulit untuk ditentukan, ovulasi umumnya terjadi 14 ±2 hari
sebelum hari pertama haid yang akan datang. Dengan demikian pada
wanita dengan haid yang tidak teratur, saat terjadi ovulasi, sulit atau
sama sekali tidak dapat diperhitungkan. Selain itu, ada kemungkinan
bahwa pada wanita dengan haid teratur oleh salah satu sebab (misalnya
karena sakit) ovulasi tidak datang pada saat semestinya.
Indikasi:
Metode ini mudah dilaksanakan, tetapi dalam prakteknya sukar
menentukan pada saat ovulasi dengan tetap. Hanya sedikit wanita yang
mempunyai daur haid teratur, lagi pula dapat terjadi variasi, lebih-lebih
setelah persalinan dan pada tahun-tahun menjelang menopause.

13
Efektivitas
Bagi wanita dengan siklus haid teratur, efektifitasnya lebih
tinggi dibandingkan wanita yang siklus haidnya tidak teratur. Angka
kegagalan berkisar antara 6 – 42. Metode kalender akan lebih efektif
bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode
kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur.
Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu,
diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu,
metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan
metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-
kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila
dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan
penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.
b. Metode Suhu Basal
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh
selama istirahat atau dalam keadaan istirahat atau tidur. Pengukuran
suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan
sebelum melakukan aktivitas lainnya. Tujuan pencatatan suhu basal
untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur atau ovulasi.
Pengukuran suhu basal tubuh menggunakan alat yang berupa
thermometer basal, dimana alat tersebut dapat digunakan secara oral,
pervaginam atau melalui dubur dan ditempelkan pada lokasi serta
waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36
derajat Celsius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu
dan naik menjadi 37-38 derajat Celsius kemudian tidak akan kembali
pada suhu 35 derajat Celsius, dan pada saat itulah terjadi masa
subur/ovulasi .
Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:
1) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami
istri tentang masa subur/ovulasi.
2) Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur
mendeteksi masa subur/ovulasi.

14
3) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan
kesempatan untuk hamil.
4) Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami
masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
5) Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu
sendiri.
Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai
berikut:
1) Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
2) Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
3) Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur,
merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut
elektrik.
4) Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
5) Tidak mendeteksi awal masa subur.
6) Membutuhkan masa pantang yang lama.
c. Metode Lendir Serviks
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode
keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur
dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan
rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:
1) Mudah digunakan.
2) Tidak memerlukan biaya.
3) Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana
alami lain yang mengamati tanda-tanda kesuburan.
Keterbatasan metode mukosa serviks antara lain:
1) Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan
dengan metode kontrasepsi lain (misalnya metode simptothermal).
2) Tidak cocok untuk wanita yang tidak suka menyentuh alat
kelaminnya.

15
3) Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat
mengaburkan tanda-tanda kesuburan.
4) Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
Pasangan yang ingin menghindari kehamilan harus mengikuti beberapa
aturan sebagai berikut :
1) Pengaturan hari awal
a) Hubungan seksual harus dihindari selama hari-hari perdarahan
menstruasi yang berat. Lendir serviks dapat tidak terdeteksi
karena ada perdarahan menstruasi.
b) Hubungan seksual diperbolehkan setiap dua malam selama hasil
pengamatan menunjukan BIP. Sehari setelah melakukan
hubungan seksual dipertimbangkan sebagai hari subur karena
ada cairan semen yang dapat menghalangi pengamatan terhadap
lender.
c) Apabila terlihat perubahan dari BIP, maka pasangan tidak boleh
melakukan hubungan pada hari tersebut dan hari-hari berikutnya
selama masih terjadi perubahan dan tiga hari kemudian ketika
BIP kembali.
d) Biasanya perubahan dari BIP mengidentifikasikan dimulainya
fase subur, semua perubahan berlanjut hingga hari puncak.
2) Peraturan pada hari puncak yaitu hindari hubungan seksual sampai
hari keempat setelah hari puncak diidentifikasi. Setelah fase ini
sampai akhir siklus, pasangan dapat melakukan hubungan seksual
setiap hari dan kapan saja.
d. Metode Simtothernal
Metode simtothernal merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus mentruasi
wanita. Metode simtothermal mengkombinasikan metode suhu basal
dan mukosa serviks. Metode simtothermal akan lebih akurat
memprediksikan hari aman pada wanita dari pada menggunakan salah
satu metode saja.

16
Pengguna atau klien simtothermal harus mendapat instruksi atau
petunjuk tentang metode lendir serviks, metode suhu basal tubuh
maupun metode kalender. Hal ini bertujuan agar pengguna dapat
menentukan masa subur dengan mengamati perubahan suhu basal
tubuh maupun lendir serviks.
1) Klien dapat melakukan hubungan seksual hingga dua hari
berikutnya setelah haid berhenti (periode tidak subur sebelum
ovulasi).
2) Ovulasi terjadi setelah periode tidak subur awal yang ditandai
dengan mulai keluarnya lendir dan rasa basah pada vagina sama
dengan metode lendir serviks. Lakukan pantang senggama karena
ini menandakan periode subur sedang berlangsung.
3) Pantang senggama dilakukan mulai ada kenaikan suhu basal 3 hari
berurutan dan hari puncak lendir subur.
Kelebihan Dari Metode Simptotermal
1) Aman
2) Murah
3) Dapat diterima oleh banyak golongan agama.
4) Sangat berguna untuk merencanakan maupun menghindari
terjadinya kehamilan.
5) Mengajarkan wanita prihal siklus haid.
6) Tanggung jawab suami istri sehingga menambah komunikasi dan
kerja sama.
Kelemahan Dari Metode Simptotermal
1) Kurang begitu efektif dibandingkan dengan metode-metode
kontrasepsi yang lain.
2) Perlu instruksi dan konseling sebelum memakai metode ini.
3) Memerlukan catatan siklus haid yang cukup.
4) Dapat menghambat spontanitas seksual, stres psikologis, dan
kesulitan-kesulitan dalam perkawinan.
5) Bila siklus haid tidak teratur dapat mempersulit metode kontrasepsi
ini.

17
e. Coitus Interuptus
Coitus interuptus adalah suatu metode kontrasepsi dimana senggama
diakhiri sebelum terjadinya ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi
jauh dari genetalia eksterna wanita. Hal-hal penting yang harus
diketahui oleh akseptor:
1) Sebelum senggama, cairan pra-ejakulasi pada ujung penis harus
dibersihkan terlebih dahulu.
2) Bila pria merasa akan ber-ejakulasi, ia harus segera mengeluarkan
penisnya dari dalam vagina, dan selanjutnya ejakulasi dilakukan
jauh dari orifisium vagina.
3) Coitus interuptus bukan merupakan metode kontrasepsi yang baik
bila pasangan suami-istri menginginkan senggama yang berulang
kali, karena semen yang masih dapat tertinggal di dalam cairan pada
ujung penis.
4) Coitus interuptus cukup tepat untuk suami yang tidak mempunyai
perembesan dari cairan pra-ejakulasi sebelum senggama.
5) Coitus interuptus masih merupakan metode kontrasepsi yang lebih
baik dari pada sama sekali tidak memakai metode apapun.
Keuntungan dari Coitus Interruptus:
1) Efektif bila digunakan dengan benar
2) Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
3) Tidak mengganggu ASI
4) Tidak ada efek samping
5) Tidak butuh biaya
6) Dapat digunakan setiap waktu
Kekurangan dalam metode ini yaitu:
1) Efektifitas tergantung pada kesediaan pasangan
2) Efektifitas jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak
ejakulasi masih melekat di penis
3) Mengganggu hubungan seksual, tidak dapat dipakai pada suami
dengan riwayat ejakulasi dini

18
3. Metode Kontrasepsi Hormonal
a. Oral kontrasepsi
Jenis-jenis alat oral kontrasepsi yang sering digunakan di Indonesia
antara lain:
1) Pil kombinasi
a) Monofasik terdiri dari 21 tablet estrogen/progestin dalam dosis
sama, 7 tablet tanpa hormon aktif
b) Bifasik terdiri dari 21 tablet estrogen/progestin dengan 2 dosis
beda, 7 tablet tanpa hormon aktif
c) Trifasik terdiri dari 21 tablet estrogen/progestin dengan 3 dosis
beda, 7 tablet tanpa hormon aktif
Indikasi Pil Kombinasi
a) Usia reproduksi
b) Tidak menyusui
c) Pasca abortus
d) Nyeri haid hebat
e) Siklus haid tidak teratur
f) Anemia
Kontraindikasi Pil Kombinasi
a) Dicurigai hamil
b) Menyusui eksklusif
c) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
d) Hepatitis
e) DM > 20 Tahun
f) Penyakit jantung
2) Pil mini (ekskluton)
a) Kemasan isi 34 pil berisi 300 µg levonorgestrel/350 µg
noretindron
b) Kemasan isi 28 pil berisi 300 µg norgestrel
Indikasi Mini pil
a) Tidak hamil
b) Usia reproduksi

19
c) Tidak menyusui
d) Pasca abortus
e) Telah atau belum memiliki anak
f) Tidak boleh menggunakan estrogen
g) Perokok
Kontraindikasi Minipil
a) Dicurigai hamil
b) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
c) Riwayat stroke
d) Sering lupa minum pil
e) Penyakit jantung
f) Stroke
g) Menggunakan obat TBC
b. Kontrasepsi suntikan atau injeksi
1) Suntikan 1 bulan
Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan yang
pemberiannya tiap bulan sebagai usaha pencegahan kehamilan
berupa hormon progesteron dan esterogen pada wanita usia subur.
Penggunaan kontrasepsi suntik memperngaruhi hipotalamus dan
hipofisis yaitu menurunkan kadar FSH dan LH sehingga
perkembangan dan kematangan folikel de Graaf tidak terjadi. KB
Suntik 1 bulan sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan)
selama tahun pertama penggunaan.
Keuntungan KB suntik 1 bulan
a) Resiko gangguan mentrusasi lebih kecil dibandingkan suntik 3
bulan.
b) Aman digunakan wanita dengan HIV/AIDS yang
mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV).
c) Tidak perlu repot untuk mengingat mengkonsumsi pil Kb setiap
hari.
Kerugian KB suntuk 1 bulan

20
a) Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan
bercak atau spooting, perdarahan sela sampai sepuluh hari.
b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini
akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
c) Ketergantungan pasien terhadap pelayanan kesehatan, karena
pasien harus kembali setiap 30 hari untuk kunjungan ulang.
d) Efektifitas suntik 1 bulan berkurang bila digunakan bersamaan
dengan obat-obatan epilepsi (fenitoin dan berbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin)
e) Dapat terjadi perubahan berat badan
f) Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung,
stroke, bekuan darah pada paru atau otak dan kemungkinan
timbulnya tumor hati.
g) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual (IMS), hepatitis B virus atau infeksi virus HIV.
h) Pemulihan kesuburan kemungkinan terlambat setelah
penghentian pemakaian KB suntik 1 bulan
2) Suntikan 3 bulan
Suntik KB 3 bulan adalah berfungsi untuk mencegah kehamilan
dengan melepaskan hormon progestin ke dalam pembuluh darah.
Progestin adalah hormon yang serupa dengan progesteron, yaitu
hormon yang diproduksi ovarium. Progestin dalam suntik KB 3
bulan bekerja dengan menghentikan pelepasan sel telur ke dalam
rahim sehingga mencegah terjadinya pembuahan. Selain itu, hormon
ini juga mencegah sperma untuk mencapai sel telur dengan
menebalkan cairan vagina dan mencegah pertumbuhan janin dengan
menipiskan dinding Rahim.
Indikasi Kontrasepsi Hormonal Suntik 3 Bulan
a) Ibu usia reproduksi (20-35 tahun)
b) Ibu pasca persalinan dan Ibu pasca keguguran
c) Ibu yang tidak dapat menggunakan kontrsepsi yang
menggunakan ekstrogen

21
d) Nulipara dan yang telah memiliki anak
e) Ibu yang sering lupa menggunakan kb pil
f) Anemia defisiensi besi
g) Ibu yang tidak memiliki riwayat darah tinggi
h) Ibu yang sedang menyusui ( jika alat kontrasepsi yang lain tidak
cocok, boleh menggunakan kb suntik 3 bulan )
i) Telah banyak anak ,tetapi belum menghendaki tubektomi
j) Tekanan darah <180/110 mmHg dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit
Kontra Indikasi Kontrasepsi Hormonal Suntik 3 Bulan
a) Ibu hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per
100.000 kelahiran )
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutma
amenorea
d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
e) Diabetes melitus disertai komplikasi
Kelebihan Kontrasepsi Hormonal Suntik 3 Bulan
a) Sangat efektif (dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan)
b) Tidak berinteraksi dengan obat-obatan lain.
c) Relatif aman untuk ibu menyusui
d) Bermanfaat bagi wanita yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi
yang mengandung estrogen.
e) Tidak perlu repot mengingat untuk mengonsumsi pil kontrasepsi setiap
hari.
f) Tidak perlu berhitung lebih dulu saat berhubungan seksual. Bergantung
jenisnya, suntikan dapat bertahan hingga 8 – 13 minggu.
g) Jika ingin berhenti, tak perlu repot harus ke dokter, cukup hentikan saja
pemakaiannya.

22
h) Dapat memberikan perlindungan terhadap kanker rahim dan penyakit
radang panggul
Kekurangan Kontrasepsi Hormonal Suntik 3 Bulan
a) Dapat mendatangkan efek samping berupa sakit kepala, kenaikan berat
badan, payudara nyeri, pendarahan, dan menstruasi tidak teratur. Efek
ini bisa terus terasa selama jangka waktu penyuntikan berlangsung
karena kandungan suntikannya akan terus berada dalam tubuh.
b) Bisa memakan waktu hingga setahun setelah dihentikan jika ingin
kembali subur. Hal ini membuat kontrasepsi jenis ini tidak dianjurkan
untuk mereka yang ingin segera memiliki anak.
c) Suntikan ini diduga dapat sedikit mengurangi kepadatan tulang, namun
akan segera kembali normal apabila injeksi dihentikan.
d) Kontrasepsi suntikan tidak memberikan perlindungan dari penyakit
menular seksual sehingga perlu tetap menggunakan kondom saat
berhubungan seksual.
4. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (Implant)
a. Pengertian AKBK
Susuk disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang
dibawah kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di
bawah kulit lengan atas sebelah dalam. Bentuknya semacam tabung-
tabung kecil atau pembungkus plastic berongga dan ukurannya sebesar
batang korek api. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormone sedikit
demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan
menghalangi migrasi sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5
tahun, 3 tahun dan ada juga yang diganti setiap tahun.
Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa
dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil. Jika implant
dicabut kesuburan bisa pulih dan kehamilan bisa terjadi. Sebelum
pemasangan implant sebaiknya kesehatan ibu diperiksa terlebih dahulu,
dengan tujuan untuk mengetahui apakah ibu bisa memakai implat atau
tidak.
Jenis-jenis AKBK yaitu:

23
1) Norplant
a) Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga
b) Panjang 3,4 cm dengan diameter 2.4 mm
c) Berisi 36 mg levonorgestrel
d) Lama kerjanya 5 tahun.
2) Implanon
a) Terdiri dari 1 batang lentur
b) Panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm,
c) Berisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel
d) Lama kerjanya 3 tahun.
3) Jadena dan indoplant
a) Terdiri dari 2 batang kapsul
b) Berisi 75 mg levonorgestrel
c) lama kerjanya 3 tahun
Mekanisme Kerja
1) Menekan ovulasi yang akan menekan mencegah lepasnya sel telur
(ovum) dari indung telur.
2) Mengentalkan lender mulut Rahim sehingga sel mani (sperma) tidak
mudah masuk ke dalam Rahim.
3) Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk nidasi.
Indikasi :
1) Usia reproduksi
2) Telah memilki anak ataupun yang belum
3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
5) Pasca persalinan dan tidak menyusui
6) Pasca keguguran
7) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
8) Riwayat kehamilan ektopik
9) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan
darah, atau anemia bulan sabit

24
10) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
estrogen
11) Sering lupa menggnakan pil
Kontraindikasi
1) Hamil atau diduga hamil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) Benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara
4) Tidak dapat menerima perubahan pla haid yang terjadi
5) Mioma uterus dan kanker payudara
6) Gangguan toleransi glukosa
Waktu Pemasangan ‘
1) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai ke-7. Tidak
diperlukan metode kontrasepsi tambahan.
2) Pemasangan dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini
tidak terjadi kehamilan. Apabila pemasangan setelah hari ke-7 siklus
haid, klien dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual.
3) Apabila klien tidak haid, pemasangan dapat dilakukan setiap saat
dengan syarat tidak diyakini terjadi kehamilan, klien dianjurkan
tidak melakukan hubungan seksual atau menggunakan metode
kontrasepsi lain selama tujuh hari.
4) Apabila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan paca persalinan,
pemasangan dapat dilakukan setiap saat. Apabila menyusui penuh
klien tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi lain.
5) Apabila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali
pemasangan dapat dilakukan setiap saat, klien dianjurkan tidak
melakukan hubungan seksual selama tujuh hari atau menggunakan
metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari
6) Apabila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin
menggantinya dengan implant pemasangan dapat dilakukan setiap
saat, dengan syarat diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien
menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.

25
7) Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntik, implant
diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntik. Tidak diperlukan alat
kontrasepsi lain.
8) Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi hormonal
(kecuali AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan implant,
pemasangan dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini
klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid
berikutnya.
9) Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin
menggantinya dengan implant, maka pemasangan dilakukan pada
saat haid hari ke-7 dan klien dianjurkan tidak melakukan hubungan
seksual selama tujuh hari atau gunakan metode kontrasepsi lain
untuk tujuh hari saja.
10) Pasca keguguran pemasangan implant dapat segera dilakukan.
Efek Samping dan Cara Mengatasi
1) Gangguan siklus haid
Bentuk gejalanya : tidak mengalami haid, perdarahan berupa bercak-
bercak (spoting), perdarahan diluar siklus haid (mentrorasi),
perdarahan haid lebih lama atau lebih banyak dari biasanya.
Penyebab gejala tersebut karena adanya ketidak seimbangan hormon
sehingga endometrium mengalami perubahan histologi berupa
degenerasi atau atropi. Keadaan amenore merupakan manifestasi
atropi endometrium.
2) Ekspulsi implant
Bentuk gejalanya: adanya ekspulsi sebagian atau keseluruhan kapsul
implant didaerah insersi. Jika disertai adanya infeksi yang ditandai
dengan kemerahan,nyeri dan panas. Gejala ini disebabkan karena
pemasangan kapsul atau susuk KB yang kurang tepat atau kurang
steril, serta adanya gerakan yang keras pada tempat insersi.
3) Perubahan berat badan
Bentuk gejalanya: berat badan bertambah atau menurun secara cepat
dalam beberapa bulan pertama pemasangan implant. Kenaikan berat

26
badan antara 2,3-2,9 kg sedangkan untuk penurunan antara 1,6-1,9
kg. Hal ini disebabkan karena hormon progesteron mempermudah
perubhan karbohidrat dan gula menjadi lemak dan merangsang
nafsu makan serta menurunkan aktivitas fisik, sehingga adanya
implant menyebabkan berat badan bertambah.
4) Jerawat
Bentuk gejalanya: timbulnya jerawat berlebih pada wajah hal ini
disebabkan karena faktor progesteronya, terutama 19-nortestosteron
menyebabkan peningkatan kadar lemak.
5) Gangguan fungsi hati
Bentuk gejalanya: warna kulit, kuku dan sklera mata menjadi
kekuningan (ikterus) yang angka kejadiannya 1 persen. Hal ini
disebabkan karena adanya progesterone yang menyebabkan aliran
empedu menjadi lambat dan bila berlangsung lama saluran empedu
tersumbat, sehingga cairan empedu dalam darah meningkat. Hal ini
menyebabkan warna kuning.
6) Perubahan libido (dorongan seksual)
Bentuk gejalanya: terjadi peningkatan libido kemungkinan karena
rasa bebas dari ketakutan akan terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan. Dan penurunan libido karena efek progesteron yang
berisi 19 norsteroid. Namun demikian faktor psikis juga dapat
mempengaruhi
7) Nyeri perut bagian bawah
Bentuk gejalanya: rasa nyeri perut bagian bawah, nyeri panggul
yang menusuk, hal ini disebabkan karena ketidak seimbangan
hormone estrogen-progesteron dalam darah dibandingkan pada
keadaan sebelum pemasangan implant.
8) Kloasma bercak hitam pada wajah
Bentuk gejalanya: hiperpigmentasi berwarna coklat, bentuk tidak
teratur, biasanya timbul di dahi dan pipi sebelah atas. Hal ini
disebabkan oleh faktor hormon progesteron dan tergantung dosis
pemakaian

27
9) Trombo emboli
Bentuk gejalanya: gejala yang timbul akibat tersumbatnya pembuluh
darah yang membeku (thrombus). Hal ini terjadi karena adanya
ketidakseimbangan hormon estrogen-progesteron sehingga terjadi
peningkatan aktivitas faktor-faktor pembeku darah atau mungkin
karena pengaruh vaskuler secara langsung.
10) Infeksi pada luka insisi
Bentuk gejalanya: adanya tanda-tanda infeksi pada daerah insersi
seperti kemerahan, bengkak, nyeri, panas, dan bernanah. Hal ini
disebabkan karena teknik pemasangan kurang memenuhi standar
dan perawatan luka insisi yang kurang higienis.
11) Gangguan pertumbuhan rambut
Bentuk gejalanya: rontok rambut kepala dan tumbuh rambut yang
berlebihan pada wajah. Hal ini disebabkan karena efek progesteron
yang mempengaruhi rambut sehingga timbul kerontokan atau
sebaliknya.
5. Metode Kontrasepsi Dalam Rahim
a. Pengertian
AKDR adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang
lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan
dimasukkan kedalam Rahim melalui vagina dan mempunyai benang
(Handayani 2010)
AKDR adalah suatu alat kontrasepsi modern yan telah dirancang
sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi
kontrasepsi), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi,
menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplantasi dalam
uterus .
Jenis-Jenis AKDR Penguat Kontrasepsi
1) Copper-releasing:
a) Copper T 380A
b) Nova T
c) Multiload 375

28
2) Progestin-releasing:
a) Progestasert
b) LevoNova (LNG-20)
c) Mirena
Mekanisme kerja
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
fertilisasi.
4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Indikasi :
1) Usia reproduktif
2) Keadaan nulipara
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7) Risiko rendah dari IMS
8) Tidak menghendaki metode hormonal
9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
Kontraindikasi
1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui
3) Sedang menderita infeksi alat genetalia
4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP
atau abortus septik
5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang
dapat mengruhi kavum uteri
6) Penyakit trofoblas yang ganas
7) Diketahui menderita TBC pelvik

29
8) Kanker alat genital
9) Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm
Waktu Pemasangan AKDR yaitu:
1) Setiap saat selama 7 hari pertama menstruasi atau dalam siklus
berjalan bila diyakini klien tidak hamil
2) Pasca persalinan (segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama
atau setelah 4 sampai 6 minggu atau setelah 6 bulan menggunakan
MLA)
3) Pasca keguguran (segera atau selama 7 hari pertama) selama tidak
ada komplikasi infeksi/radang panggul
Efek Samping dan Cara Penaganan
1) Amenoria
Cara penanganan adalah periksa apakah sedang hamil, apabila tidak,
jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab
amenorea apabila dikehendaki. Apabila hamil, jelaskan dan
sarankan untuk melepas AKDR apabila talinya terlihat dan
kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat,
atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepaskan.
Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilan
tanpa melepas AKDR, jelaskan adanya resiko kemungkinan
terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkemabangan
kehamilan harus lebih diamati dan dipertahankan.
2) Kejang
Cara penanganan adalah pastikan dan tegaskan adanya PRP dan
penyebab lain dari kekejangan. Tanggulangi penyebabnya apabila
ditemukan. Apabila tidak dtemukan penyebabnya beri analgesic
untuk sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang
berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode
kontrasepsi yang lain.
3) Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur Cara penanganan
adalah pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan
ektopik. Apabila tidaj ada kelainan patologis, perdarahan

30
berkelanjutan serta perdarahan kebat, lakukan konseling dan
pemantauan. AKDR memungkinkan dilpeas apabila klien
menghendaki. Apabila klien telah memakai AKDR selama lebih dari
3 bulan dan diketahui menderita anemia (Hb < 7) anjurkan untuk
melpas AKDR dan bantulah memilih metode lain yang sesuai.
4) Benang yang hilang
Cara penanganan adalah pastikan adanya kehamilan atau tidak.
Tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR
tidak terlepas, berikan kondom. Periksa talinya di dalam saluran
endoserviks dan kavum uteri (apabila memungkinkan adanya
peralatan dan tenaga terlatih) setelah haid berikutnya. Apabila tidak
ditemukan rujuklah ke doctor, lakukan X-ray atau pemeriksaan
ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak
ditemukan, pasanglah AKDR batu atau bantulah klien menentukan
metode lain.
5) Adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai adanya PRP
Cara penanganan adalah pastikan pemeriksaan untuk IMS.
Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita atau sangat dicurigai
menderita gonorhoe atau infeksi klamidial, lakukan pengobatan
yang memadai. Bila PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam.
Apabila AKDR dikeluarkan, berikan metode lain sampai
masalahnya teratasi.
6. Kontrasepsi Mantap (Kontap)
a. Metode operasi wanita (MOW) atau tubektomi
Tubektomi adalah pengikatan dan pemotongan saluran telur agar
sel telur tidak adapt dibuahi oleh sperma. Pilihan tubektomi ini
digunakan untuk klien yang tidak ingin mempunyai anak lagi. Metode
yang digunakan adalah dengan melakukan operasi kecil pada daerah
Rahim dengan tujuan untuk mengikat saluran tuba falopi sehingga sel
telur yang diproduksi tidak akan terbuahi. Tubektomi ini dilakukan jika
seorang ibu sudah mempunyai anak lebih dari 3, tidak ingin mempunyai
anak lagi, dan berusia diatas 35 tahun. Sebelum dilakukan metode ini

31
aka nada lembar persetujuan yang harus ditandatangani oleh pasangan
suami isteri.
Keuntungan menggunakan tubektomi :
1) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%
2) Permanen dan efektif
3) Tidak ada efek samping jangan panjang dan tidak menggangu
hubungan seksual
Kerugian tubektomi :
Ada kemungkinan mengalami risiko pembedahan
Jangan melakukan tubektomi bila :
1) Kencing manis (diabetes)
2) Menderita tekanan darah tinggi
3) Penyakit jantung dan paru-paru
4) Stroke
b. Metode operasi pria (MOP) atau vasektomi
Vasektomi adalah bedah untuk sterilisasi pria-pengikatan dan
pemotongan saluran benih agar sperma tidak keluar dari buah zakar.
Saluran benihtertutup, sehingga tidak dapat menyalurkan spermatozoa.
Cara ini dilakukan untuk kontrasepsi mantap pria.
Vasektomi dilakukan oleh ahli bedah urolog dan memerlukan
waktu sekitar 20 menit. Selama vasektomi, vas deferens dari setiap
testis dijepit, dipotong atau diklem. Setelah prosedur ini, sperma masih
diproduksi di testis, tapi terhalangi sehingga tidak keluar untuk
bercampur dengan air mani yang diejakulasi dari penis. Sperma dipecah
dan diserap oleh tubuh.
Keuntungan menggunakan vasektomi
1) Dapat mencegah kehamailan lebih dari 99%
2) Permanen dan efektif
3) Tidak ada efek samping jangka panjang dan tidak menggangu
hubungan seksual
Kerugian vasektomi
1) Harus ada pembedahan minor

32
2) Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin memiliki anak
Jangan melakukan vasektomi jika :
1) Menderita kencing manis
2) Peradangan kulit atau jamur di daerah kemaluan

C. Layanan KB Pada Situasi Khusus dan Gawat Darurat


1. Pengertian KB dalam situasi darurat
Pada situasi darurat bencana merupakan pelayanan yang diberikan pada
akseptor pada kondisi bencana. Tujuan KB pada situasi darurat bencana
yaitu mengantisipasi terjadinya drop out KB dan memberikan pelayanan
KB untuk para korban bencana yang membutuhkan layanan KB.
2. Layanan KB berkualitas tinggi
Layanan KB berkualitas tinggi dapat memenuhi kebutuhan perorangan dan
pasangan-pasangan pada setiap tahapan kehidupan reproduksi mereka
dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan
berdasarkan informasi, menyediakan serangkaian metode yang bisa dipilih,
prosedur yang aman dan layanan yang berkesinambungan. Penyedia
layanan harus memberikan informasi yang akurat dan lengkap kepada klien
sehingga baik perempuan maupun laki-laki yang datang padanya dapat
dengan sukarela memilih metode yang cocok dengan kebutuhan mereka.
3. Fokus pelayanan kesehatan reproduksi pada tanggap darurat krisis
kesehatan
a. Koordinasi kesehatan reproduksi
b. Mencegah dan menangani kekerasan seksual
c. Mengurangi penularan HIV
d. Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan
neonatal
e. Pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif dan terintegrasi dalam
pelayanan kesehatan dasar
4. Masalah dan kekhawatiran mengenai KB pada situasi bencana
a. Keinginan untuk melanjutkan metoda KB yang telah dipergunakan

33
b. Tekanan pada perempuan untuk melahirkan demi mengembalikan
jumlah populasi atau anak yg meninggal atau hilang
c. Ibu tidak ingin hamil dalam situasi tidak stabil atau harus berpindah-
pindah
d. Perpisahan keluarga
e. Kewenangan perempuan untuk mengontrol kesuburan terkikis oleh
perubahan sosial
f. Kurangnya akses pelayanan KB menyebabkan meningkatnya KTD dan
aborsi yang tidak aman
5. Siklus pengelolaan layanan KB pada situasi bencana atau krisis
a. Need assessment
1) Dapatkan informasi tentang:
a) Jumlah penduduk yang terkena dampak krisis
b) Lokasi, jumlah tempat penampungan
c) Gambaran geografis
d) Prevalensi kontrasepsi berdasarkan metoda
Berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat, kantor
BKKBN, UNAIDS, UNFDA, WHO, tokoh agama, tokoh
masyarakat, lembaga non pemerintah yg bergerak dibidang kespro
KB untuk mendapat informasi terkait kesehatan reprodukasi. Pada
kasus pengungsian lakukan kajian terhadap program-program KB di
negara asal, beberapa protokol mungkin berbeda. Informasi
kepercayaan, budaya masyarakat dan penerimaan terhadap alat
kontrasepsi.
2) Dapatkan informasi tentang:
a) Jumlah dan kompetensi tenaga kesehatan yang tersedia
b) Lokasi tempat pelayanan kesehatan umum yang ada
c) Fungsi fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
d) Lokasi staf/lokal atau tokoh masyarakat yg mampu memberikan
layanan/komponen layanan kesehatan reproduksi
3) Kesempatan-kesempatan suplay logistik medis dan alat kontrasepsi
4) Verifikasi ketersediaan dan kesinambungan alat kontrasepsi

34
5) Kemungkinan pendanaan
b. Merancang layanan KB
1) Diskusikan bersama perwakilan populasi yang terdampak termasuk
tokoh masyarakat/agama dan organisasi setempat terkait tempat,
waktu, tingkat kerahasiaan yang diperlukan terkait pelayanan KB
2) Pelayanan KB dapat dilaksanakan terintegrasi pada pelayanan
kesehatan reproduksi lainnya
3) Kondom disediakan sejak awal disediakan pada kondisi tanggap
darurat (terintegrasi dengan PPAM 3)
4) KB darurat terintegrasi dgn PPAM 2
5) Logistik kontrasepsi
c. Alokasi sumber daya dalam layanan KB
1) Tugaskan seorang bidan, perawat atau dokter dalam memberikan
pelayanan KB pada tempat-tempat layanan kesehatan umum
2) Rekrut anggota masyarakat atau staf lokal yang berpengalaman
dalam memberikan layanan KB untuk memberikan layanana KB
berbasis masyarakat. Semua staf yang direkrut hendaknya
mendapatkan pelatihan memadai terkait kompetensi teknik serta
keterampilan komunikasi dan konseling
3) Menjaga kesinambungan pelayanan KB sangat penting
4) Pada tahap awal tanggap darurat penyediaan alat kontrasepsi bisa
didapatkan dari RH kit, tetapi untuk pelayanan KB komprehensif
jalur distribusi yang jelas sangat diperlukan termasuk pendanaan
untuk pengadaan suplay alkon
d. Koordinasi pelaksanaan layanan KB berkualitas
Pastikan setiap orang mengetahui tentabg layanan KB yang
diberikan di tempat-tempat yg telah ditentukan. Beberapa kelompok
seperti remaja puti atau wanita yg belum menikah memerlukan
pertimbangan khusus agar terhindar dari stigma negatif.
Integrasikan konseling KB dalam layanan aborsi aman,
perawatan pasca aborsi, perawatan/pengobatan IMS/HIV, pemeriksaan

35
kehamilan, dan layanan nifas. Terapkan suatu sistem rujukan untuk
klien yg memilih metode yg memerlukan prosedur pembedahan
e. Monitoring dan pelaporan layanan KB
Buat rekam medis perorangan (kartu KB) yang dapat dibawa
klien, sangat penting jika klien harus melakukan beberapa perpindahan.
Register harian yang mencakup; tanggal, nama pengguna, informasi
pengguna (usia alamat, paritas), jenis pengguna (baru/lama), metoda
yang dipilih, efek samping, tanggal kunjungan lanjutan. Sistem
pencatatan yang dibuat harus sederhana dan dapat dimengerti oleh
semua staf local
Buat sistem pencatatan alat kontrasepsi : buat laporan mingguan,
bulanan dan triwulan mencakup
1) Stok yang ada di fasilitas pelayanan
2) Produk yang hilang, rusak, kadarluarsa
3) Konsumsi atau yg dipergunakan untuk setiap produk
Buat prosedur manajemen logistik; tunjuk penanggungjawab
logistik yg menangani penyimpanan, transportasi dan distribusi alat
kontrasepsi. Hindari suplay berlebih atau kurang. Monitoring oleh
perawat, bidan, penyedia layanan di faskes, staf lokal juga membantu
mengumpulkan data. Rekapitulasi laporan oleh supervisor klinik dan
diteruskan kepada koordinator kesehatan reproduksi.
f. Evaluasi
1) Evaluasi secara kualitas maupun kuantitas
2) Evaluasi direncanakan tidak hanya diakhir proyek
3) Bahan-bahan pada sistem monitoring dapat sebagai bahan evaluasi
4) Evaluasi eksternal diperlukan untuk menghindari bias

D. KIE/Konseling KB Dalam Pelayanan KB


1. Pengertian KIE
KIE adalah suatu proses penyampaian pesan informasi yang diberikan
kepada masyarakat tentang program KB baik menggunakan media seperti:
radio, TV, pers, film, penerbitan, kegiatan promosi, pameran dengan tujuan

36
utama adalah untuk memecahkan masalah dalam lingkungan masyarakat
dalam meningkatkan program KB atau sebagai penunjang tercapainya
program KB. Jenis KIE yaitu:
a. KIE Individu : suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas
KIE dengan individu sasaran program KB.
b. KIE Kelompok : suatu proses KIE timbul secara langsung antara
petugas KIE dengan kelompok (2-15 orang).
c. KIE Massa : tentang program KB yang dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung kepada masyarakat dalam jumlah besar.
2. Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE :
a. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah.
b. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu sebagaimana
adanya.
c. Memberi penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami.
d. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari
kehidupan sehari-hari.
e. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaaan dan resiko yang dimiliki
ibu.
3. Konseling Keluarga Berencana
Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan
seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau
memecahkan masalah melalui pemahaman tentang fakta- fakta dan
perasaan- perasaan yang terlibat di dalamnya. Tujuan Konseling KB yaitu:
a. Meningkatkan penerimaan.
b. Menjamin pilihan yang cocok.
c. Menjamin penggunaan yang efektif.
d. Menjamin kelangsungan yang lebih lama.
4. Komponen penting dalam pelayanan KB dibagi 3 tahapan yaitu :
a. Konseling Awal yaitu menentukan metode apa yang diambil.
b. Konseling Khusus yaitu memberi kesempatan klien untuk bertanya
tentang cara KB dan membicarakan pengalamannya, mendapatkan

37
informasi lebih rinci tentang KB yang diinginkannya dan mendapatkan
bantuan untuk memilih metoda KB yang cocok dan mendapatkan
penerangan lebih jauh tentang penggunaannya.
c. Konseling Tindak Lanjut yaitu konseling lebih bervariasi dari konseling
awal, pemberi pelayanan harus dapat membedakan masalah yang serius
yang memerlukan rujukan dan masalah yang ringan yang dapat diatasi
di tempat.
Pesan yang disampaikan pada saat kegiatan KIE yaitu pengertian dan
manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga, proses terjadinya
kehamilan pada wanita (yang kaitannya dengan cara kerja dan metode kontrasepsi)
dan jenis alat/metode kontrasepsi, cara pemakaian, cara kerjanya serta lama
pemakaian.

38
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Data Subjektif
1. Identitas ibu suami
Nama Ny. LG Tn. MS
Umur 23 tahun 26 tahun
Pendidikan SMP SMA
Pekerjaan IRT karyawan bengkel
Suku/bangsa Bali/Indonesia Bali/Indonesia
Agama Hindu Hindu
Alamat Bd. Ambengan, Desa/Kecamatan Banjar, Kabupaten
Buleleng
No Telp 081805527xx
Jaminan Kesehatan BPJS Kelas III
2. Keluhan utama/ alasan memeriksakan diri
Untuk mendapatkan pelayanan KB
3. Riwayat menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28-30 hari
Lama menstruasi : 3-4 hari
Banyaknya darah : 3 kali ganti pembalut /hari
HPHT : saat ini ibu belum mendapatkan menstruasi sejak
melahirkan 30 hari yang lalu.
4. Riwayat pernikahan
Ini merupakan pernikahan ibu yang pertama, status pernikahan sah, lamanya
1 tahun.
5. Riwayat Kesehatan ibu dan keluarga
Ibu tidak memiliki gejala penyakit seperti asma, jantung, DM, Hepatitis,
TBC, HIV. Ibu tidak sedang mendapatkan pengobatan jangka Panjang
Keluarga tidak memiliki gejala penyakit jantung, TBC, HIV, Hepatitis

39
6. Riwayat Obstetri
Ibu masih dalam masa nifas hari ke 30. Melahirkan anak I pada tanggal 29
Oktober 2021 secara spontan pervaginam di PMB. Tidak ada komplikasi dan
masalah selama masa nifas. Ibu masih menyusui bayinya. Ibu berencana
hamil 2-3 tahun lagi. Ibu mengatakan belum melakukan kontak seksual pasca
melahirkan.
7. Riwayat gynecologi
Ibu tidak pernah mengalami penyakit seperti mioma, kanker, tumor, penyakit
kelamin
Tidak mengalami perdarahan tanpa sebab diluar siklus menstruasi
Ibu tidak pernah mengalami operasi gynecologi
Ibu tidak mengalami keputihan
8. Riwayat kontrasepsi
Ibu belum pernah menggunakan metode kontrasepsi
9. Data Psiko-Sosial
Psikologis : tujuan penggunaan alat kontrasepsi untuk menjarakkan
kehamilan
Social : hubungan ibu dan keluarga harmonis. Suami dan keluarga
mendukung ibu untuk menggunakan KB
Ibu tidak memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol
10. Pengetahuan
Ibu sudah tahu tentang alat dan metode KB
Ibu masih bingung menentukan menggunakan metode KB

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
2. Tanda vital
0
Tekanan darah: 120/70 mmHg, Suhu: 36,8 C, Pernafasan: 20 kali/menit,
nadi: 80 kali / menit
3. Pengukuran antropometri
BB: 50 kg

40
4. Pemeriksaan khusus
Kepala-wajah : normal
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, skelra putih, tidak ada
pengeluaran
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, imfe dan
bendungan vena jugularis
payudara : simetris, putting susu menonjol, tidak ada tanda
peradangan, ada pengeluaran ASI
Perut : simetris, tidak ada distensi, tidak ada luka bekas operasi,
TFU tidak teraba
Ekstremitas : simetris, tidak ada oedem, tidak ada tanda peradangan

C. Analisa
Diagnose : Ny. LG umur 24 tahun askeptor KB baru
Masalah :
1. belum memutuskan metode kontrasepsi

D. Penatalaksanaan
1. Memberikan informasi hasil pemeriksaan kepada ibu dan Ayah, ibu mengerti
2. Memberikan konseling kepada ibu dan suami tentang alat/ metode
kontrasepsi yang mungkin digunakan ibu untuk menjarakkan kehamilan,
keuntungan dan efek samping; ibu dan suami mengerti informasi yang
diberikan
3. Memberikan informed choise, ibu dan suami sepakat menggunakan metode
jenis IUD
4. Memberikan informed consent, ibu dan suami sudah menyetujui
5. Menyiapkan alat dan lingkungan, sudah siap
6. Melakukan pemeriksaan inspikulo dan pengukuran kedalaman rahin, tidak
ada tanda kehamilan, porsio normal, kedalaman uterus 7 cm
7. Melakukan insersi IUD T Cu, tampak sedikit perdarahan dan benang sudah
dipotong

41
8. Memberikan KIE ibu untuk kunjungan ulang KB tanggal 7 Desember 2021
atau bila ada keluhan, ibu sepakat
9. Mendukung ibu untuk terus memberikan ASI eksklusif
10. Mendokumentasikan asuhan, asuhan sudah terdokumentasi

42
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus Ny. LG umur 24 tahun ditemukan pada pengkajian ibu


berencana menggunakan metode kontrasepsi. Tujuan penggunaan kontrasepsi
adalah untuk menjarakan kehamilan. Ibu berencana hamil 2-3 tahun lagi. Saat ini
ibu masih berada pada masa nifas 30 hari dan masih menyusui. Ibu tidak memiliki
riwayat penyakit kronis, menular, penyakit gynecologi, tidak merokok maupun
minum alcohol. Pada pengkajian data objektif ditemukan kondisi kesehatan ibu
dalam batas normal.
Dalam kasus ini masalah yang ditemui adalah ibu masih bingung
memutuskan menggunakan jenis kontrasepsi yang sesuai dengan kondisinya saat
ini. Bidan dalam mengatasi masalah tersebut memberikan konseling dengan tehnik
satutuju. Bidan membantu klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan kebutuhannya. Dorong klien
untuk menunjukan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapi secara
terbuka dan petugas mempertimbangkan kriteria dan keinginan klienterhadap setiap
jenis kontrasepsi. Tanyakan apakah pasangannya akan memberikan dukungan
dengan pilihannya tersebut. Bidan memberikan informed choise kepada calon
akseptor dan suami untuk memilih alkon.
Penggunaan metode AKDR selain mampu menjarangkan kehamilan, juga
pada ibu menyusui tidak mempengaruhi produksi ASI. Pemasangan AKDR bisa
dilakukan pasca persalinan dan interval. AKDR pasca persalinan adalah AKDR
yang dipasang pada 10 menit setelah plasenta lahir (post plasenta) sampai 48 jam
pasca persalinan AKDR interval adalah AKDR yang dipasang selama siklus haid.
Efektivitas AKDR dinyatakan melalui angka kontinuitas yaitu berapa lama AKDR
tinggal inutero tanpa ekspulsi spontan, pengangkatan/pengeluaran karena alasan
medis atau pribadi dan terjadinya kehamilan. Tidak ada perbedaan efektivitas antara
pemasangan AKDR pasca persalinan dan masa interval (Nur et al. 2019).

43
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Kesimpulan dari kasus diatas adalah sebagai berikut:
1. Pada pengkajian data subjektif, data fokus yang harus digali oleh Bidan antara
lain: identitas, riwayat menstruasi, riwayat pernikahan, riwayat kesehatan ibu
dan keluarga, riwayat obstetri dan ginecology, psikososial termasuk termasuk
kebiasaan merokok dan minum alkohol ;
2. Pengkajian data objektif meliputi pemeriksaan keadaan umum, tanda-tanda
vital, antropometri, pemeriksaan fisik terfokus dan pemeriksaan penunjang
bila ada;
3. Diagnosa yang ditampilkan merupakan interpretasi dari pengkajian data
subjektif dan objektif;
4. Penatalaksanaan yang diberikan sesuai dengan masalah dan kebutuhan.

B. Saran
1. Bagi Profesi Bidan
Bidan diharapkan dapat selalu men-update ilmu pengetahuan tentang asuhan
keluarga berencana.

2. Bagi Fasilitas Kesehatan


Dapat meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam memberikan
asuhan kebidanan keluarga berencana.

44
DAFTAR PUSTAKA

Handayani. 2010. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan.

Nur, Dea, Aulia Dananda, Khairun Nisa Berawi, Bagian Obstetri, Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung, Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung, Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, and Universitas Lampung.
2019. “Perbandingan Efektivitas Pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
( AKDR ) Pasca Persalinan Dan Masa Interval Comparative Effectiveness of
Post Partum and Interval Intrauterine Device Insertion.” 8:126–31.

Prijatni, Ida, and Sri Rahayu. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan:
Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan.

Sudibia, I. K., P. M. Dewi, and N. N. Yuliarmi. 2016. “Keluarga Berencana Dan


Kesehatan Reproduksi.” 15(September):252–59.

Suryati, s. 2010. “Kondom Wanita.” Jurnal Kesehatan Andalas.

45

Anda mungkin juga menyukai