Anda di halaman 1dari 43

PRAKTEK KEBIDANAN FISIOLOGIS ASUHAN KEBIDANAN

PADA ANAK PRA SEKOLAH “GS” USIA 61 BULAN


DI PMB NI NYOMAN LESTARI YANTI, S.Tr.Keb
TANGGAL 20 NOVEMBER 2022

OLEH
NI KADEK AYU PUSPADYANTI (P07124222159)

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PROGRAM STUDI AFILIASI SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEBIDANAN
DENPASAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR
PRAKTEK KEBIDANAN FISIOLOGIS ASUHAN KEBIDANAN PADA
ANAK PRA SEKOLAH “GS” USIA 61 BULAN
DI PMB NI NYOMAN LESTARI YANTI, S.Tr.Keb
TANGGAL 20 NOVEMBER 2022

Oleh :

Ni Kadek Ayu Puspadyanti


NIM. P07124222160

Telah disahkan,

Badung, 29 November 2022

Mengetahui, Mengetahui,

Pembimbi Lapangan Pembimbing Institusi

Bdn. Ni Nyoman Lestari Yanti, S.Tr.Keb Ni Nyoman Suindri, S.SiT, M.Keb


NIP. 19720201992032004

Mengetahui,

KETUA PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

Ni Wayan Armini, S.ST., M.Keb


NIP. 198101302002122001
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa ( Tuhan Yang
Maha Esa) karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir
praktik ini tepat waktu yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Anak Pra
Sekolah “GS” Usia 61 Bulan Di PMB Ni Nyoman Lestari Yanti, S.Tr.Keb”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Praktik Klinik
Kebidanan Fisiologis.
Selama proses penyusunan laporan akhir ini, penulis mendapatkan banyak
bimbingan, pengarahan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang
berhubungan dengan penyusunan laporan ini. Melalui kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat.

1. Gusti Ayu Marhaeni, SKM., M.Biomed, selaku Plt. Direktur Poltekkes


Kemenkes Denpasar.
2. Dr. Ni Nyoman Budiani, SST., M.Biomed selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
3. Ni Wayan Armini, S.ST., M.Keb, selaku Ketua Program Studi D IV dan
Profesi Bidan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar.
4. Ni Gusti Kompyang Sriasih, S.ST., M.Kes, selaku Penanggung Jawab Mata
Kuliah (PJMK) Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis Poltekkes Kemenkes
Denpasar.
5. Ni Nyoman Suindri, S.Si,T., M.Keb, selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah
(PJMK) Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis sekaligus selaku Pembimbing
Institusi Poltekkes Kemenkes Denpasar.
6. Bdn. Ni Nyoman Lestari Yanti,S.Tr.Keb, selaku pembimbing lapangan (CI) di
PMB Ni Nyoman Lestari Yanti,S.Tr.Keb
7. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan yang nantinya
dapat dipergunakan untuk menyempurnakan laporan selanjutnya. Dengan
demikian laporan ini penulis susun semoga dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu

1
melimpahakan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu
pelaksanaan dan menyelesaikan laporan ini.

Badung, November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan ...............................................................................................................3
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus............................................................3
D. Manfaat Penulisan..............................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................4
A. Konsep Tumbuh Kembang Anak.......................................................................4
B. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak.....................................................................
C. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak...............................................................
D. Pemberian Vitamin A dan Obat Cacing Pada Anak Pra sekolah.......
E. Pelayanan Kesehatan Balita Pada Masa Tanggap Darurat COVID-19........
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................
A. Data Subjektif...................................................................................................34
B. Data Objektif.....................................................................................................37
C. Analisa...............................................................................................................39
D. Penatalaksanaan ...............................................................................................39
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................43
BAB V PENUTUP...............................................................................................47
A. Simpulan...........................................................................................................47
B. Saran..................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak yang sehat, cerdas, berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia
merupakan dambaan setiap orang tua. Agar dapat mencapai hal tersebut terdapat
berbagai kriteria yang harus terpenuhi dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak, salah satunya adalah faktor keturunan atau genetika. Proses tumbuh
kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor
genetik atau keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang berasal
dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis,
fisik, psikologis, dan sosial (Marmi et al., 2015).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat, serta
perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan serta sosialisasi
dan kemandirian (Kemenkes RI, 2016).
Perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Tahap ini
menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ,
dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya meliptu perkembangan, emosi, intelektual, dan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi terhadap lingkungan (Sulistyawati, 2017).
Stimulasi atau kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuh berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan, stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang
merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota 2
keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-
masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat

4
menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang
menetap kemapuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah
kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa
serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI, 2016).
Kekurangan Vitamin A (KVA) di dalam tubuh yang berlangsung lama
menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang berdampak pada meningkatnya
risiko kesakitan dan kematian pada balita, demikian juga kecacingan pada anak
akan menimbulkan malnutrisi yang bersifat kronis yang pada akhirnya juga akan
meningkatkan risiko kesakitan dan kematian pada Balita. Pada bagian lain,
penyakit campak sebagai salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan
menggunakan imunisasi (PD3I) masih menjadi ancaman bagi Balita yang juga
akan mengakibatkan meningkatnya risiko kesakitan dan kematian bagi Balita.
Dalam masa penyebaran COVID-19, tenaga kesehatan yang terkait sasaran
balita, memiliki peran antara lain:
1. Melakukan koordinasi lintas program di puskesmas/ fasilitas kesehatan dalam
menentukan langkah-langkah menghadapi pandemi COVID-19,
2. Melakukan sosialisasi terintegrasi dengan lintas program lain termasuk kepada
masyarakat yang memiliki balita, tentang pencegahan penyebaran COVID-19,
kondisi Gawat Darurat dan informasi RS Rujukan terdekat
3. Melakukan analisa data balita berisiko yang memerlukan tindak lanjut,
4. Melakukan koordinasi kader, RT/RW/kepala desa/ kelurahan, dan tokoh
masyarakat terkait sasaran anak dan pelayanan kesehatan rutin dalam situasi
pandemi COVID-19.
5. Memberikan pelayanan kesehatan kepada balita dengan melakukan triase,
penerapan prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) dan jarak fisik
(physical distancing) dalam pelayanan kesehatan yang diberikan.
Dengan demikian penulis melakukan pelayanan posyandu pada Anak
Prasekolah “GS” umur 61 bulan di PMB Ni Nyoman Lestari Yanti, S.Tr.Keb
yang sebelumnya sudah melakukan janji temu dengan Bidan saat memberikan
pelayanan sudah sesuai dengan protokol kesehatan. Apras “GS” mendapatkan
pelayanan pengukuran antropometri (BB, TB, LK), dan deteksi tumbuh kembang.

5
B. Tujuan
Adapun tujuan dari laporan akhir ini yaitu
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan asuhan kebidanan
pada anak prasekolah.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat memberikan Asuhan pada Apras dengan pemeriksaan
antropometri.
b. Mahasiswa dapat memberikan Asuhan pada Apras dengan mendeteksi
tumbuh kembang anak.

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Pengambilan kasus dilakukan pada hari Minggu, 20 November 2022, Pukul
18.00 WITA di PMB Ni Nyoman Lestari Yanti, S.Tr.Keb.

D. Manfaat Penulisan Laporan


1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman sekaligus
penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama di akademik, serta
menambah wawasan dalam penerapan Asuhan pada Anak Prasekolah.
2. Bagi Bidan Praktek Mandiri
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi PMB untuk memberikan kualitas
pelayanan dalam menangani kasus khususnya yang berkaitan dengan Tumbuh
Kembang Apras.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan akhir ini dapat menjadi referensi bagi institusi pendidikan
mengenai penerapan asuhan kebidanan pada Anak Prasekolah.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tumbuh Kembang Anak


1. Pengertian
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi
tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2017). Perkembangan
adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan serta sosialisasi dan kemandirian
(Kemenkes RI, 2012).
2. Ciri-Ciri dan Prinsip-Prinsip Tumbu Kembang Anak
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling
berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan menimbulkan perubahan yaitu perkembangan terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan
perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak
akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya yaitu setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap
perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh,
seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak
tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang
terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal
ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi
organ dan perkembangan pada masing-masing anak.

7
d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan
berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental,
memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur,
bertambah berat, dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya. e.
Perkembangan mempunyai pola yang tetap.

e. Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap,
yaitu perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju
kearah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal). Perkembangan terjadi lebih
dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal
seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola
proksimodistal).

f. Perkembangan memiliki tahap yag berurutan. Tahap perkembangan seorang


anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak
bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran
sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum
berjalan dan sebagainya (Kemenkes RI, 2012).
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling
berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Kematangan
merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan
potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang
berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan
menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
b. Pola perkembangan dapat diramalkan. Terdapat persamaan pola
perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan seorang
anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke
tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan(Kemenkes RI, 2012).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal
yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi

8
pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara
lain :

a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak yaitu
seperti ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik, kelainan
kromosom.
b. Faktor luar (eksternal)
1) Faktor Prenatal : gizi/nutrisi saat ibu hamil, posisi fetus yang abnormal
bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot. Toksin/zat kimia
seperti Aminopterin, Thalidomid, dapat menyebabkan kelainan kongenital
seperti palatoskisis. Endokrin yaitu siabetes meilitus dapat menyebabkan
mekrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal. Radiasi yaitu paparan
radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti
mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak,
kelainan kongenital mata, kelainan jantung. Infeksi pada trimester pertama
dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo Virus Herpers
simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin ; katarak, bisu tuli,
mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung kongenital. Kelainan
imunologi yaitu seperti eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan
golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi
terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam
peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak. Psikologi yaitu seperti ibu yang
kehamilannya tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu
hamil dan lain-lain.
2) Faktor Persalinan yaitu komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma
kepala, asfiksia, dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
3) Faktor Pascasalin yaitu meliputi gizi untuk tumbuh kembang bayi,
dperlukan zat makanan yang adekuat. Penyakit kronis/kelainan kongenital
seperti tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan bayi. Lingkungan fisis dan kimia ialah lingkungan
sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi

9
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan
yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat
kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif
terhadap pertumbuhan anak. Psikologis ialah hubungan anak dengan prang
sekitarnya. Seorang anak yang tidak diketahui oleh orang tuanya atau anak
yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam
pertumbuhan dan perkembangannya. Gangguan sistem endokrin yaitu
seperti gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan. Faktor Sosio-
ekonomi seperti kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang kurang baik dan ketidaktahuan, akan
menghambat pertumbuhan anak. Lingkungan pengasuh yaitu interaksi ibu-
anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Perkembangan
memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya
penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak. Pemakaian kortikosteroid jangka
lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian
obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya
produksi hormon pertumbuhan (Kemenkes RI, 2012).
4. Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagianbagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan
sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

10
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan ibu pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya (Kemenkes RI, 2012).
5. Periode Tumbuh Kembang Anak Masa Prasekolah (60-72 bulan)
Pada masa ini pertumbuhan anak berlangsung dengan stabil. Memasuki masa
prasekolah anak mulai menunjukkan keinginannya seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini selain lingkungan di
dalam rumah, lingkungan di luar rumah juga mulai diperkenalkan. Anak mulai
senang bermain di luar rumah, anak mulai berteman. Pada masa ini anak
dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indera dan sistem reseptor
penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak
mampu belajar dengan baik. Namun perlu diperhatikan proses belajar pada
masa ini adalah dengan cara bermain. Orang tua dan keluarga dapat memantau
pertumbuhan dan perkembangan anaknya, agar dapat dilakukan intervensi dini
bila anak mengalami kelainan atau gangguan (Kemenkes RI, 2012).

B. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak


Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak di lakukan oleh ibu dan ayah yang
merupakan orang terdekat dengan anak.kurangnya stimulasi dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap
(Kemenkes RI, 2016).
1. Prinsip dalam Stimulasi
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar
yang perlu di perhatikan, yaitu sebagai berikut :
a. Stimulasi di lakukan dengan di landasi rasa cinta dan kasih sayang.
b. Selalu tunjukan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah
laku orang-orang yang terdekat dengannya.
c. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.

11
d. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi,
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
e. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,
terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.
f. Gunakan alat bantu /permainan yang sederhana ,aman dan ada disekitar anak.
g. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
h. Anak selalu di beri pujian, bila perlu diberikan hadiah untuk keberhasilannya.
2. Stimulasi Anak Umur 60-72 bulan
Tabel stimulasi pada anak umur 60-72 bulan

12
13
C. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah melakukan


kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan
tumbuh kembang balita dan anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini
penyimpangan/masalah tumbuh kembang anak, makan intervensi akan lebih
mudah dilakukan (Kemenkes RI, 2012).
1. Tahapan Perkembangan Anak 60-72 bulan

14
Tabel tahapan perkembangan anak menurut umur 60-72 bulan

2. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan


Deteksi dini penyimpanggan pertumbuhan yaitu untuk
mengetahui/menentukan satus gizi kurang /buruk Dan mikro/macrosefal. Deteksi
dini penyimpangan pertumbuhan di lakukan di semua tingkat pelayanan. Adapun
pelaksanaan dan alat yang di gunakan adalah sebagai berikut.
a. Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan (bb/tb) yang tujuan pengukuran
BB/TB adalah menentukan status gizii anak normal, kurus, kurus sekali atau
gemuk. Jadwal pengukuran bb/ tb di sesuaikan dengan jadwal deteksi dini
tumbuh kembang balita. (Kemenkes RI, 2016).
b. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (LKA) yang tujuan pengukuran lingkaran
kepala anak adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas
normal atau di luar batas normal. Jadwal, disesuaikan dengan umur anak.
Umur 0–11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang
lebih besar, umur 12–72 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan.
Pengukuran dan penilaian lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga
kesehatan terlatih.

15
Tabel IMT anak umur 60-72 bulan

Sumber : Kemenkes RI, 2012

16
17
3. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
a. Deteksi Perkembangan Menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP)
Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan alat menggunakan KPSP adalah
untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal
skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12,15, 18, 21, 24,
30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur
skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining terdekat untuk
pemeriksaan rutin. Misalnya, bayi umur 7 bulan maka yang digunakan adalah
KPSP 6 bulan. Apabila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan, yang
diberikan adalah KPSP 9 bulan. Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga
kesehatan, guru TK, dan petugas PADU terlatih.
1) Cara menggunakan KPSP
Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa. Tentukan
umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir. Apabila
umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh: bayi umur 3
bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Apabila umur bayi 3 bulan 15 hari,
dibulatkan menjadi 3 bulan. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang
sesuai dengan umur anak. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau
takut menjawab. Karena itu, pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang
ditanyakan kepadanya. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu
per satu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, ”Ya” atau ”Tidak”. Catat
jawaban tersebut pada formulir. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah
ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu. Teliti kembali apakah
semua pertanyaan telah dijawab.
2) Interpretasi Hasil KPSP
Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya. Jawaban ”Ya”, apabila
ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-
kadang melakukannya. Jawaban ”Tidak”, bila ibu/pengasuh anak menjawab:
anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak

18
tahu. Jumlah jawaban ”Ya” = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan
tahap perkembangannya (S). Jumlah jawaban ”Ya” = 7 atau 8, perkembangan
anak meragukan (M). Jumlah jawaban ”Ya” = 6 atau kurang, kemungkinan
ada penyimpangan (P). Untuk jawaban ”Tidak”, perlu diperinci jumlah
jawaban ”Tidak” menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara
dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
3) Intervensi
a) Apabila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan yaitu
beri pujian karena telah mengasuh anaknya dengan baik. Teruskan pola
asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak. Beri stimulasi
perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai dengan
kepada ibu umur dan kesiapan anak. Ikutkan anak pada kegiatan
penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu secara teratur
sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB).
Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36–72 bulan), anak dapat
diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak. Lakukan
pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada
anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur
24 sampai 72 bulan.
b) Apabila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan yaitu
beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada
anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin. Ajarkan ibu
cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk
mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya. Lakukan
pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit
yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya. Lakukan
penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar
KPSP yang sesuai dengan umur anak. Jika hasil KPSP ulang jawaban
”Ya” tetap 7 atau 8, kemungkinan ada penyimpangan (P).
c) Apabila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan
tindakan rujukan ke rumah sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah

19
penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
Instrumen KPSP anak Umur 6 Bulan

b. Deteksi Tes Daya Dengar

20
Tes Daya Dengar (TDD) merupakan deteksi perkembangan yang memiliki
tujuan untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera
ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan dan setiap
6 bulan pada anak umur 12 bulan ke atas. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih lainnya.
1) Cara Melakukan TDD
Pada anak umur 24 bulan atau lebih
a) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orangtua/pengasuh
untuk dikerjakan oleh anak.
b) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah
orangtua/pengasuh.
c) Jawaban ”Ya” jika anak dapat melakukan perintah orangtua/pengasuh.
d) Jawaban ”Tidak” jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan
perintah orangtua/pengasuh.
2) Interpretasi
a) Apabila ada satu atau lebih jawaban ”Tidak”, kemungkinan anak
mengalami gangguan pendengaran.
b) Catat dalam Buku KIA atau kartu kohort bayi/balita atau status/catatan
medik anak, jenis kelainan.
3) Intervensi
a) Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.
b) Rujuk ke rumah sakit apabila tidak dapat ditanggulangi.

c. Deteksi Tes Daya Lihat


Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya
lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat

21
dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes
ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD, dan petugas
terlatih lainnya.
1) Cara melakukan tes daya lihat
a) Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan penyinaran yang
baik.
b) Gantungkan poster ”E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
c) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster ”E”, menghadap ke
poster ”E”.
d) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster ”E” untuk
pemeriksaan
e) Pemeriksa memberikan kartu ”E” kepada anak. Latih anak dalam
mengarahkan kartu ”E” menghadap atas, bawah, kiri, dan kanan sesuai
yang ditunjuk pada poster ”E” oleh pemeriksa. Beri pujian setiap kali
anak mau melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat
mengarahkan kartu ”E” dengan benar.
f) Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/
kertas.
g) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf ”E ” pada poster, satu per satu,
mulai baris pertama sampai baris keempat atau baris ”E” terkecil yang
masih dapat dilihat.
h) Puji anak setiap kali dapat mencocokkan posisi kartu ”E” yang
dipegangnya dengan huruf ”E” pada poster.
i) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang
sama.
j) Tulis baris ”E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang
telah disediakan.
2) Interpretasi
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai
baris ketiga pada poster ”E”. Apabila kedua mata anak tidak dapat melihat
baris ketiga poster ”E”, artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu ”E” yang

22
dipegangnya dengan arah ”E” pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa,
kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat
3) Intervensi
Apabila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta
anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya,
anak tidak dapat melihat sampai baris yang sarna, atau tidak dapat melihat
baris yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke rumah sakit dengan
menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).
d. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional (KMME)
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya
penyimpangan/masalah mental emosional pada anak pra sekolah. Jadwal deteksi
dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36
bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining/pemeriksaan
perkembangan anak.
1) Cara melakukan
a) Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu perilaku yang tertulis pada KMME kepada orang tua/pengasuh
anak.
b) Catat jawaban ”Ya”, kemudian hitung jumlah jawaban ”Ya”.
2) Interpretasi
Apabila jawaban ”Ya” hanya 1 (satu) Lakukan konseling kepada orang
tua menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh yang Mendukung Perkembangan
Anak. Apabila ada jawaban ”Ya”, kemungkinan anak mengalami masalah
mental emosional.
3) Intervensi
Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, apabila tidak ada perubahan rujuk ke
rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
Apabila jawaban ”Ya” ditemukan 2 (dua) atau lebih Rujuk ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak. Rujukan harus
disertai informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang
ditemukan.
Instrumen KMEE

23
24
(Kemenkes RI, 2012).

e. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)


Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila
ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan,
kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan
tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan berikut. Anak tidak bisa duduk
tenang. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah. Perubahan
suasana hati yang mendadak/impulsif. Alat yang digunakan adalah formulir
deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH
(Abbreviated Conners Rating Scale). Formulir ini terdiri 10 pertanyaan yang
ditanyakan kepada orang tua/pengasuh anak/guru TK dan pertanyaan yang perlu
pengamatan pemeriksa
1) Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH
a) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas, dan nyaring, satu persatu
perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan
kepada orangtua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut
menjawab.
b) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH
c) Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak di manapun anak
berada, misal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dan lain-lain);
setiap saat dan ketika anak dengan siapa saja.
d) Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan.
e) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
2) Interpretasi

25
Beri nilai pada setiap jawaban sesuai dengan ”bobot nilai” berikut ini dan
jumlahkan nilai setiap jawaban menjadi nilai total
Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak.
Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak.
Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak.
Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak. Apabila nilai total 13
atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
3) Intervensi
Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke rumah sakit yang
memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi dan
lebih lanjut. Apabila nilai total kurang dari 13 tetapi Anda ragu-ragu,
jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada
orangorang terdekat dengan anak orang tua, pengasuh, nenek, guru, dan
sebagainya. Jadwal kegiatan dan jenis skrining/deteksi dini adanya
penyimpangan Tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah oleh tenaga
(Kemenkes RI, 2012).
FORMULIR DETEKSI GPPH
Sumber : Kemenkes RI, 2012

26
D. Pemberian Vitamin A dan Obat Cacing pada Anak Prasekolah
Bulan Kapsul Vitamin A adalah Pemberian Kapsul Vitamin A pada bayi
dan anak balita pada bulan Februari dan Agustus. Program Pengendalian
Kecacingan adalah pemberian obat cacing (Albendazol) pada anak balita. Vitamin
A/retinol terlibat dalam pembentukan, produksi, dan pertumbuhan sel darah
merah, sel limfosit, antibodi juga integritas sel epitel pelapis tubuh. Selain itu,
vitamin A juga bisa mencegah rabun senja, xeroftalmia, kerusakan kornea dan
kebutaan serta mencegah anemia pada ibu nifas. Sedangkan apabila anak
kekurangan vitamin A maka anak bisa menjadi rentan terserang penyakit infeksi
seperti infeksi saluran pernafasan atas, campak, dan diare. Tujuan dari program
pemberian Vitamin A dan obat cacaing ialah untuk mempertahankan status
vitamin A pada bayi dan anak balita agar tidak menjadi masalah kesehatan
masyarakat Menurunkan angka kecacingan pada Balita. Menurunkan jumlah
kelompok rentan campak di daerah risiko tinggi.
1. Sasaran
a. Vitamin A: semua Balita (6-59 bulan) di seluruh Indonesia
b. Pemberantasan Kecacingan : anak balita (12-59 bulan)
2. Dosis dan Cara Pemberian
Tabel Sasaran dan Dosis Vitamin A dan Obat Cacing (Albendazole)
No. Vitamin A Obat Cacing
(Albendazole)
6-8 bulan Kapsul Vit. A Biru (100.000 SI)

12-23 bulan Kapsul Vit. A merah, bila tidak 200 mg (1/2 tablet
ada dapat diganti dengan 2 kapsul 400 mg)
Vit. A Biru

24-59 bulan Vita. A merah (200.000 SI) 400 mg (1 tablet)

Cara Pemberian Vitamin A :

27
a. Petugas harus mencuci tangan sebelum memberikan pelayan pada balita
b. Pemberian Kapsul Vitamin A Biru (100.000 SI) diberikan pada Bayi dan
Kapsul Vitamin A Merah (200.000 SI atau bila tidak ada 2 kapsul Vitamin A
Biru) diberikan pada Anak Balita pertama kali setelah sasaran selesai di data
dan ditimbang. Pada bayi atau anak balita yang sedang menderita campak
dapat diberikan Vitamin A kecuali sudah mendapat dalam 1 bulan terakhir.
c. Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih
d. Pencet kapsul dan pastikan bayi/anak balita menelan semua isi kapsul dan
tidak membuang sedikitpun isi kapsul
e. Untuk anak yang sudah bisa menelan isi kapsul dapat diberikan langsung satu
kapsul untuk diminum
Pemberian obat cacing (Albendazol) 200 mg pada bayi dan 400 mg pada anak
balita setelah mendapatkan Vitamin A
a. Anak balita umur 12-23 bulan diberikan ½ tablet Albendazole 400 mg digerus
dan dilarutkan dalam air.
b. Anak balita umur 24 - 59 bulan diberikan 1 tablet kunyah Albendazole
(Kemenkes RI, 2016).

E. Pelayanan Kesehatan Balita Pada Masa Tanggap Darurat COVID-19


1. Pelayanan Kesehatan Luar Gedung
Pelayanan kesehatan rutin Balita Sehat di luar gedung diselenggarakan
sesuai kebijakan Pemerintah Daerah dengan mematuhi prinsip pencegahan infeksi
dan physical distancing pada wilayah kerja sebagai berikut:
a. Belum memberlakukan Kebijakan PSBB; dan
b. Belum ada transmisi lokal virus corona; dan
c. Mobilisasi penduduk antar wilayah sangat minimal;
Yang dimaksud dengan pelayanan balita di Posyandu mematuhi persyaratan
ketat,
sebagai berikut:
a. Ketentuan pemerintah daerah setempat (kepala desa/ lurah)
b. Mensyaratkan tenaga kesehatan, kader dan anak serta orang tua/pengasuh
dalam keadaan sehat dan tidak menunjukkan gejala batuk, pilek, demam.

28
Kader membantu memastikan hal tersebut dengan menskrining suhu tubuh
yang diperkenankan ≤ 37,5°C. Semua yang terlibat dalam pelaksanaan
Posyandu menggunakan masker
c. Membuat pemberitahuan bagi masyarakat sasaran pelayanan yang berisi:
1) sasaran anak dan pengantar dalam keadaan sehat
2) jadwal pelayanan dengan membagi sasaran balita dan jam pelayanan, serta
memastikan jadwal diterima masyarakat sebelum hari pelayanan. (Contoh
jadwal: sasaran balita RT A jam 09.00 – 10.00, RT B jam 10.00 – 11.00,
dst).
3) pemakaian masker bagi anak dan pengantar (minimal masker kain)
4) Pemberitahuan tersebut untuk diterima masyarakat sebelum hari pelayanan
d. Tempat pelayanan berupa ruangan cukup besar dengan sirkulasi udara keluar
masuk yang baik.
e. Memastikan area tempat pelayanan dibersihkan sebelum dan sesudah
pelayanan sesuai dengan prinsip pencegahan penularan infeksi
f. Menyediakan fasilitas CTPS, handsanitizer atau cairan desinfektan bagi tenaga
kesehatan, kader dan sasaran anak serta pengantar di pintu masuk dan di area
pelayanan.
g. Mengatur jarak meja pelayanan:
1) jaga jarak 1-2 meter antar petugas
2) jaga jarak 1-2 meter antar petugas dan sasaran
3) jaga jarak 1-2 meter antar sasaran
h. Membatasi jenis pelayanan kesehatan yang diberikan yaitu vitamin A,
imunisasi dasar lengkap dan lanjutan. Pemberian Vitamin A:
1) Umur 6 – 11 bulan : 1 kapsul 100.000 IU (biru)
2) Umur 12 – 59 bulan : 1 kapsul 200.000 IU (merah) sebanyak 2 kali
setahun (Bulan Pebruari dan Agustus)
Jenis imunisasi menurut umur
1) Saat lahir: Hepatitis
2) Umur 1 bulan: BCG Polio 1
3) Umur 2 bulan: DPT/HB/Hib1, Polio 2
4) Umur 3 bulan: DPT/HB/Hib 2, Polio 3

29
5) Umur 4 bulan: DPT/HB/Hib 3, Polio 4, IPV
6) Umur 9 bulan: Campak-Rubella1
7) Umur 18 bulan: DPT/HB/Hib4, Campak-Rubella2
Catatan: Pentavalent (DPT/HB/Hib) + OPV dapat diganti dengan
Hexavalent (Pentavalent (DPT/HB/Hib + IPV)
Wilayah kerja terdapat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau
terdapat
positif COVID-19, untuk menunda pelayanan kesehatan balita di Posyandu,
sebagai
berikut:
a. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dilakukan mandiri di rumah
dengan Buku KIA
b. Pemantauan balita berisiko, pelayanan imunisasi, vitamin A, dilakukan dengan
janji temu/ tele konsultasi/ kunjungan rumah:
1) Tenaga kesehatan memakai masker medis. Kader dan keluarga memakai
masker kain
2) Anak yang berisiko berat badan kurang (BB/U dibawah -2SD) dan anak
yang berat badannya tidak naik lakukan konfirmasi dengan melihat status
gizinya (BB/TB) serta perlu dipantau pertumbuhannya oleh tenaga
Kesehatan/ kader. Anak dengan BB/PB atau BB/TB dibawah -2 SD
pastikan mendapat makanan tambahan (MT) program. Pastikan
pemenuhan asupan gizi seimbang dan pemantauan status gizi di rumah
sesuai anjuran petugas kesehatan. Petugas kesehatan dibantu kader
menjadwalkan kunjungan rumah untuk melakukan pemantauan maupun
penanganan selanjutnya. Prioritas kunjungan dilakukan pada Baduta.
3) Anak gizi buruk (BB/PB atau BB/TB dibawah -3 SD), harus tetap
diberikan pelayanan sesuai tata laksana gizi buruk dengan memperhatikan
beberapa pembatasan pertemuan/ kontak (periode pertemuan/ kontrol) dan
physical distancing) serta harus menggunakan alat perlindungan diri
(APD) untuk mencegah penularan Covid-19.

4) Distribusi makanan tambahan dapat terus dilakukan sesuai dengan


kebutuhan balita melalui petugas kesehatan dibantu oleh kader sebagai

30
suplementasi untuk mempertahankan kecukupan gizi balita (tetap
memperhatikan pembatasan kontak/ physical distancing).

5) Anak dengan gangguan perkembangan yang telah dilakukan stimulasi di


rumah selama 2 minggu, namun tetap belum bisa melakukan tahapan
perkembangan sesuai umurnya.

6) Pada masa pandemi COVID-19, vitamin A merupakan hal yang penting


untuk meningkatkan imunitas tubuh, namun dalam pemberiannya harus
tetap memperhatikan prinsip physical distancing untuk mencegah
penyebaran yang lebih luas lagi. Pada kondisi tidak normal seperti masa
pandemi COVID-19, Vitamin A harus dipastikan tetap diberikan dan
dikonsumsi balita 2 kali dalam setahun di bulan Vitamin A (Pebruari dan
Agustus). Balita yang tidak hadir pada saat pemberian vitamin A. Vitamin
A harus dipastikan tetap diberikan dan dikonsumsi balita 2 kali dalam
setahun di bulan Vitamin A (Pebruari dan Agustus).

7) Jika anak mengalami penurunan nafsu makan, mengalami penurunan berat


badan, edema bilateral yang bersifat pitting minimal pada kedua punggung
kaki; bayi < 6 bulan yang mengalami kesulitan menyusu baik disebabkan
karena faktor bayi maupun faktor ibu atau mengalami gangguan kesehatan
lainnya seperti diare, batuk, pilek, demam segera menghubungi kader atau
mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

8) Anak dengan gangguan perkembangan yang telah dilakukan stimulasi di


rumah selama 2 minggu, namun tetap belum bisa melakukan tahapan
perkembangan sesuai umurnya (Kemenkes RI, 2020).

31
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA APRAS “GS” USIA 61 BULAN


DI PMB NI NYOMAN LESTARI YANTI, S.Tr.Keb

Waktu pelayanan : 20 November 2022 (Pukul 18.00 Wita)


Tempat pelayanan : PMB Ni Nyoman Lestari Yanti, S.Tr.Keb

A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Anak
Nama : “GS”
Umur/tanggal lahir : 14-03-2017 (61 bulan)
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Hindu
Anak ke- :1
Ibu Ayah
Nama : “MP” “AD”
Umur : 28 tahun 29 tahun
Agama : Hindu Hindu
Status Perkawinan : SAH
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Pedagang Proyek
Penghasilan : ±2.000.000/bln
±3.000.000/bln
No. Telp/HP : 081234XXXXXX
Alamat Rumah : Br. Tengah, Desa Sibang Kaja, Badung

32
2. Keluhan utama/alasan kunjungan : Anak Prasekolah “GS” datang
bersama Ibu “MP” ingin melakukan posyandu dan mengatakan tidak ada
keluhan

3. Riwayat prenatal
a. Riwayat pemeriksaan ANC ibu : Ibu telah melakukan pemeriksaan
ANC sebanyak 6 kali selama kehamilan dengan hasil pemeriksaan
normal.
b. Obat-obatan yang dikonsumsi ibu : obat-obatan yang pernah
dikonsumsi ibu selama kehamilan yaitu asam folat, vitonal M, Vitonal
F, dan Vitonal Calci.
c. Kebiasaan buruk yang berpengaruh terhadap kondisi kehamilan : Ibu
mengatakan selama kehamilan tidak ada kondisi buruk yang
berpengaruh terhadap kondisi kehamilan ibu.
d. Penyulit atau komplikasi yang dialami : Ibu mengatakan tidak ada
penyulit atau komplikasi yang dialami selama kehamilan.
4. Riwayat intranatal
a. Masa gestasi saat dilahirkan : 39 minggu 6 hari
b. Kala I
1) Penyulit dan komplikasi yang dialami : tidak ada
c. Kala II
1) Penyulit dan komplikasi yang dialami : tidak ada
2) Penolong persalinan : bidan
3) Cara bersalin : spontan
4) Kondisi anak saat dilahirkan : bernafas spontan, menangis, gerak
aktif
5) Inisiasi menyusu dini : dilakukan
5. Riwayat pascanatal (28 hari pertama)
a. Rawat gabung : dilakukan
b. Antropometri baru lahir (6 jam pertama) : BB 3100 gram, PB 50 cm,
LK 35 cm, LD 35 cm, LLA 10 cm
6. Penyakit yang pernah atau sedang diderita anak termasuk hospitalisasi
serta tindakan orang tua terkait penyakit anak : Ibu mengatakan anaknya
tidak pernah atau tidak sedang menderita suatu penyakit.

7. Riwayat imunisasi

33
Umur Anak Tanggal Jenis Imunisasi Efek Samping yang dialami
Pemberian yang didapat

0 bulan 03-02-2017 HB 0 -
1 bulan 15-03-2017 BCG, Polio 1 Timbul bisul kecil
2 bulan 16-04-2017 Penta 1, Polio 2 Demam
3 bulan 16-05-2017 Penta 2, Polio 3 Demam
4 bulan 17-06-2017 Penta 3, Polio 4 Demam
6 bulan 30-08-2017 IPV Bengkak sehari
9 bulan 30-11-2017 Campak Tidak ada
12 bulan 15-02-2017 JE Tidak ada
18 bulan 15-08-2018 Penta Lanjutan Tidak ada
24 bulan 15-01-2019 Campak Lanjutan Tidak ada

8. Data bio-psiko-sosial-spiritual
a. Bernafas : tidak ada kesulitan
b. Nutrisi :
1) Jenis minuman : Susu Formula dan Air Mineral
2) Jumlah minum : 200 ml per sekali minum
3) Makanan lain yang diberikan : Makanan Keluarga (Nasi, daging,
sayur, dan buah-buahan)
c. Eliminasi :
1) Buang air besar
a) Frekuensi dalam sehari : 1x sehari
b) Konsistensi : lembek
c) Warna feses : kecoklatan
d) Masalah : tidak ada
2) Buang air kecil
a) Frekuensi dalam sehari : 5-6 x sehari
b) Masalah : tidak ada

d. Istirahat
Pola istirahat biasanya 1-2 jam pada siang hari dan 7-8 jam pada
malam hari. Ibu mengatakan tidak ada masalah pada istirahat anak.

34
e. Psikologi
Penerimaan orang tua terhadap anak sangat diterima. Pengasuhan anak
dominan dilakukan oleh ibu.
f. Sosial
Hubungan intern keluarga sangat baik/harmonis. Pengambilan
keputusan dalam keluarga dilakukan secara bersama oleh ibu dan
suami. Ibu mengatakan bahwa tidak ada kebiasaan orang tua yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak, dan tidak ada kepercayaan
yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
g. Pengetahuan orang tua tentang
Ibu mengatakan bahwa ia sudah mengetahui tentang tanda anak sakit,
asuhan dasar anak, tumbuh kembang anak dan stimulasi
perkembangan anak.

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan fisik umum


a. Keadaan umum : baik
b. Warna kulit : normal/sawo matang
c. Kesadaran : compos mentis
d. Tanda vital : Suhu 36,70C, RR 80xkali per menit, HR 24 kali
per menit.
2. Pengukuran Antropometri
a. Berat badan: 18 kg, BB sebelumnya :16,7 kg (15/11/2020)
b. Panjang badan: 108 cm, PB sebelumnya: 106 cm (15/11/2020) IMT : 16,6
c. Lingkar Kepala : 51 cm
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
1) Muka : normal
2) Rambut : bersih dan tidak mudah dicabut
3) Kelainan kongenital pada kepala : tidak ada
4) Mata : normal, konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ada
kelainan congenital.
5) Hidung
Tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada pengeluaran pada hidung,
tidak ada kelainan congenital.
6) Mulut

35
Mukosa mulut lembab, tidak ada luka, bersih dan tidak ada kelainan
congenital.
7) Telinga
Telinga simetris, kebersihannya baik, tidak ada kelainan congenital.
8) Leher
Pada leher tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, kelenjar limfe,
maupun bendungan pada vena jugularis. Tidak ada kelainan
congenital.
b. Dada dan aksila
Tidak ada tarikan intercostals, suara nafas normal, payudara simetris dan
tidak ada pengeluaran, tidak ada pembesaran kelenjar limfe aksila.
c. Abdomen
Bentuk perut simetris, peristaltic usus tidak ada, dan tidak ada distensi.
d. Ekstremitas
Tidak ada oedem, kuku merah muda, tidak ada kelainan bentuk kaki
maupun pada jari.
e. Punggung
Tidak ada kelainan

PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN DAN EMOSI ANAK


(memakai lembar kuesioner baku pada buku SDIDTK)
1. KPSP : skor 9
2. TDD : semua jawaban “Ya”
3. TDL : anak tidak mengalami kesulitan dalam mengarakan kartu
“E”
4. KMME : Semua jawaban “Tidak”
5. GPPH : skor 0

C. ANALISIS
Anak Prasekolah “GS” umur 61 bulan dengan tumbuh kembang normal

D. PENATALAKSANAAN

Tanggal/jam Penatalaksanaan Paraf


20 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu
November bahwa tumbuh kembang anak ibu normal dan
2022, Pukul sehat, ibu paham.
18.15 Wita 2. Memberikan KIE kepada ibu tentang:
a. Melanjutkan stimulasi kemampuan gerak kasar
seperti dorong anak dan temannya untuk main
bola, naik sepeda atau bermain sepatu roda,
berlari, lompat dengan satu kaki ataupun

36
Tanggal/jam Penatalaksanaan Paraf
bermain lompat jauh, ibu paham dan bersedia.
b. Melanjutkan stimulasi kemampuan gerak halus
seperti bantu anak untuk belajar menulis
namanya, kata-kata pendek atau angka, belajar
menghitung dan menggambar, ibu paham dan
bersedia.
c. Melanjutkan stimulasi kemampuan berbicara
dan bahasa seperti sering-seringlah untuk
membaca buku dan bercerita pendek, kemudian
dibicarakan bersama, dan tanya beberapa
pertanyaan, ibu paham dan bersedia.
d. Melanjutkan stimulasi kemampuan
bersosialisasi dan kemandirian seperti dorong
anak untuk berpakaian sendiri, menyimpan
atau merapikan mainannya sendiri, membantu
kegiatan rumah (menyapu/mengepel),
memberikan anak kesempatan untuk bermain
dengan temannya atau memilih acara televisi
sendiri namun tidak lebih dari 2 jam, ibu
paham dan bersedia.
3. Memberikan KIE manfaat Vitamin A yaitu untuk
memenuhi kecukupan asupan Vit. A pada anak dan
obat cacing agar penyerapan zat gizi pada anak
sempurna dan dapat meningkatkan status gizi, ibu
paham.
4. Memberikan ibu Vit. A dan Obat Cacing untuk
dikonsumsi anak, ibu paham dan bersedia
5. Memberikan KIE kepada ibu cara pemberian Vit.
A yaitu diberikan saat ibu dan anak sampai rumah,
dibuang bungkus merahnya dan berikan minyak di
dalamnya kepada anak. Sedangkan untuk obat
cacing dapat diberikan pada sore harinya, ibu
paham dan bersedia.
6. Memberikan KIE kepada ibu dan anak untuk selalu
menerapkan protocol kesehatan COVID-19, ibu
paham dan bersedia.
7. Menganjurkan ibu untuk datang ke puskesmas
pembantu jika terjadi keluhan pada anak atau jika
ada yang ingin didiskusikan namun dengan
melakukan janji temu melalui telefon terlebih
dahulu, ibu paham dan bersedia.

37
BAB IV
PEMBAHASAN

Ibu “MP” datang ke PMB Ni Nyoman Lestari Yanti, S.Tr.Keb bersama


anaknya “GS” ingin melakukan posyandu pada hari Minggu, 20 November 2022
pada pukul 18.00 Wita. Sebelum itu, Ibu “MP” dan anaknya “GS” sudah
melakukan janji temu bersama Bidan Ni Nyoman Lestari Yanti, S.Tr.Keb di PMB
dan sudah menerapkan protokol kesehatan yaitu dengan menggunakan masker dan
sudah mencuci tangan, karena di PMB sudah disediakan tempat untuk mencuci
tangan. Selain itu, peserta posyandu juga sudah dijadwalkan sehingga tidak terlalu
banyak dan bisa dilakukan sosial distancing.
Pertama bidan melakukan anamnesa kepada Ibu “MP” dan anak “GS”
sebelum dilakukan pemeriksaan lanjutan. Ibu “MP” mengatakan tidak ada keluhan
pada anaknya. Dari hasil anamnesa didapatkan hasil yaitu apras “GS” berusia 61
bulan 11 hari. Setelah itu dilakukan pemeriksaan antopometri pada apras “GS”
dengan hasil pengukuran BB 18 kg, TB 108 cm, dan Lingkar kepala 50 cm. Hal
ini sudah sesuai dengan teori dan apras “GS” dalam batas normal. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan deteksi perkembangan dan emosional apras “GS” yang
memperoleh hasil KPSP: skor 9, TDD : semua jawaban “Ya”, TDL anak tidak
mengalami kesulitan dalam mengarakan kartu “E”, KMME : Semua jawaban
“Tidak”, GPPH : skor 0. Hasil pemeriksaan deteksi perkembangan dan
emosional apras “GS” dalam batas normal. Setelah dilakukannya skrining pada
apras “GS”, bidan memberikan Vitamin A yang berwarna merah (200.000 SI) dan
1 tablet obat cacing abendazole kepada ibu “MP” untuk dikonsumsi oleh apras
“GS” sesampainya di rumah. Hal ini dilakukan oleh karena agar mengurangi
kontak oleh karena pandemi COVID-19.
Penatalaksanaan yang diberikan oleh bidan kepada Ibu “MP” yaitu
Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa tumbuh kembang anak
ibu normal dan sehat, ibu paham. Memberikan KIE kepada ibu tentang stimulasi
lanjutan untuk apras usia 60-72 bulan, ibu paham dan bersedia. Memberikan KIE
manfaat Vitamin A yaitu untuk memenuhi kecukupan asupan Vit. A pada anak

38
dan obat cacing agar penyerapan zat gizi pada anak sempurna dan dapat
meningkatkan status gizi, ibu paham. Memberikan ibu Vit. A dan Obat Cacing
untuk dikonsumsi anak, ibu paham dan bersedia. Memberikan KIE kepada ibu
cara pemberian Vit. A yaitu diberikan saat ibu dan anak sampai rumah, dibuang
bungkus merahnya dan berikan minyak di dalamnya kepada anak. Sedangkan
untuk obat cacing dapat diberikan pada sore harinya, ibu paham dan bersedia.
Memberikan KIE kepada ibu dan anak untuk selalu menerapkan protocol
kesehatan COVID-19, ibu paham dan bersedia. Menganjurkan ibu untuk datang
ke puskesmas pembantu jika terjadi keluhan pada anak atau jika ada yang ingin
didiskusikan, namun dengan melakukan janji temu melalui telefon terlebih
dahulu, ibu paham dan bersedia.
Dari hasil pembahasan diatas pelayanan kesehatan pada anak prasekolah
yang dilakukan di PMB Ni Nyoman Lestari Yanti, S.Tr.Keb tidak ada
kesenjangann.

39
BAB V
PENUTUP

A. SIMPULAN
Setelah dilakukannya asuhan kebidanan pada anak prasekolah yang
diberikan kepada anak prasekolah “GS” umur 61 bulan di PMB Ni Nyoman
Lestari Yanti, S.Tr.Keb tanggal 20 November 2022 Pukul 18.00 WITA dan telah
di dokumentasikan dalam bentuk SOAP. Dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan pada anak prasekolah
“GS” didapatkan diagnosa Anak Prasekolah “AHP” umur 61 bulan dengan
tumbuh kembang normal. Hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal 
2. Keadaan umum anak baik, kesadaran compos mentis, Suhu 36,70C, RR
80xkali per menit, HR 24 kali per menit. Berat badan: 18 kg, Panjang badan:
108 cm
3. Tatalaksana dilakukan sesuai dengan interpretasi data dasar yaitu dengan
memberikan KIE kepada ibu cara pemberian Vit. A yaitu diberikan saat ibu
dan anak sampai rumah, dibuang bungkus merahnya dan berikan minyak di
dalamnya kepada anak jangan sampai tersisa. Sedangkan untuk obat cacing
dapat diberikan pada sore harinya, ibu paham dan bersedia.

B. SARAN
Berdasarkan simpulan di atas maka penulis akan menyampaikan saran
yang mungkin bermanfaat yaitu:
1. Bagi Penulis, Diharapkan bagi penulis agar dapat meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman pada kasus dalam memberikan asuhan
kebidanan pada anak prasekolah.
2. Bagi Profesi, Diharapkan bidan lebih mampu melakukan tindakan segera,
mengasah keterampilan dan merencanakan asuhan kebidanan khususnya pada
asuhan pada anak prasekolah.

40
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI, 2012. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dini dan


Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan.
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Kemenkes RI, 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak
Prasekolah. Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Kemenkes RI, 2020. Panduan Pelayanan Kesehatan Balita Pada Masa Tanggap
Darurat COVID-19. Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta.

Marmi, R, Kukuh. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Prasekolah.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Sulistyawati, A. 2017. Deteksi tumbuh kembang anak. Salemba Medika. Jakarta.

41

Anda mungkin juga menyukai