Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN INDIVIDU

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOKROMO
SURABAYA

Laporan ini disusun untuk memenuhi target Blok 1 (Remaja)


pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya

Dosen pembimbing :
Dwi Wahyu Wulan, SST., M.Keb

Yuni Ginarsih, SST., M.Kes

Disusun Oleh:

CHYNTYA RISKA KRIPTA


NIM. P27824620010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2020
i
BLOK 1 : PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA

 Target Laporan Komprehensif

1. Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dengan di Wilayah Kerja


Puskesmas Wonokromo, Surabaya
Nn.“B” usia 14 tahun dengan anemia+gangguan pola istirahat

 Target Laporan SOAP

2. Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dengan Disminorhea di Wilayah


Kerja Puskesmas Wonokromo, Surabaya
Nn.”N” usia 13 tahun dengan leukorea

ii
LAPORAN INDIVIDU

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA

DENGAN ANEMIA+GANGGUAN POLA ISTIRAHAT

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOKROMO SURABAYA

CHYNTYA RISKA KRIPTA

P27824620010

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2020

iii
LAPORAN INDIVIDU

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA


DENGAN ANEMIA+GANGGUAN POLA ISTIRAHAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOKROMO SURABAYA

CHYNTYA RISKA KRIPTA


P27824620010

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2020

v
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja ini dilaksanakan sebagai dokumen/laporan Pratik Blok 1 yang telah dilaksanakan di
Puskesmas Blok 1 yang telah dilaksanakan di Puskesmas Wonokromo periode praktik
Tanggal 28 September 2020

Surabaya, 28 September 2020

Chyntya Riska Kripta

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Endah M., AMd.Keb Dwi Wahyu Wulan, S.ST,M.Keb Yuni Ginarsih, SST., M.Kes
NIP: 1990061220152001 NIP: 1979103020050102001 NIDN: 4024067801

Mengetahui

Kepala Puskesmas Ketua Program Studi

Drg. Dwiana Yuniarti Evi Pratami, S.ST., M.Keb


NIP: 197905242002122001

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “ Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada
Remaja dengan Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Wonokromo Surabaya”. Laporan ini
disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas blok 1 (remaja) pada Pendidikan Profesi
Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk dan saran dari
berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Surabaya.
2. Drg. Dwiana Yuniarti, selaku Kepala Puskesmas Wonokromo.
3. Endah M, AMd.Keb, selaku Bidan Koordinator Puskesmas Wonokromo.
4. Dwi Wahyu Wulan, SST., M.Keb , selaku pembimbing pendidikan 1 yang telah memberi
arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
5. Yuni Ginarsih, SST.,M.Kes, selaku pembimbing pendidikan 2 yang telah memberi arahan,
masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
6. Endah M, AMd.Keb , selaku pembimbing praktik lapangan yang telah memberi arahan,
masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal
baik yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan bagi penulis pada khususnya.

Surabaya, 28 September 2020

Penyusun

vii
DAFTAR ISI

Halaman :

Halaman Judul .......................................................................................................... i


Lembar Pengesahan .................................................................................................ii
Kata Pengantar ........................................................................................................iii
Daftar Isi ................................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktik ................................................................................................... 3
1.3 Lama Praktik...................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4


2.1 Tinjauan Teori ................................................................................................... 4
2.1.1 Konsep Dasar Remaja ................................................................................. 5
2.1.2 Konsep Dasar Status Gizi pada Remaja ...................................................... 6
2.1.3 Konsep Dasar Anemia ............................................................................... 12
2.1.4 Konsep Dasar Anemia ............................................................................... 13
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan pada Remaja dengan Anemia ........................... 15
2.2.1 Pengkajian ................................................................................................. 15
2.2.2 Interpretasi Data ........................................................................................ 17
2.2.3 Intervensi ................................................................................................... 17
2.2.4 Pelaksanaan ............................................................................................... 19
2.2.5 Evaluasi ..................................................................................................... 19

BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................. 20


3.1 Data Subjektif .................................................................................................. 20
3.2 Data Objektif ................................................................................................... 22
3.3 Analisa Data .................................................................................................... 23
3.4 Penatalaksanaan ............................................................................................... 23

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 28

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30

LAMPIRAN ......................................................................................................... 38

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
ditandai sejumlah perubahan biologis, kognitif, dan emosional. Perubahan biologis
yaitu pertambahan tinggi badan, perubahan hormonal, dan kematangan seksual.
Perubahan kognitif yang terjadi adalah meningkatnya berpikir abstrak, idealistik, dan
logis. Perubahan sosio emosional meliputi tuntutan untuk mecapai kemandirian,
konflik dengan orang tua dan keinginan untuk meluangkan waktu bersama teman
sebaya. Oleh karena itu, masa remaja adalah masa yang lebih banyak membutuhkan
asupan zat gizi. Remaja membutuhkan asupan zat gizi yang optimal untuk pertumbuhan
dan perkembangannya. Berdasarkan usia remaja dibagi menjadi tiga periode yaitu
remaja awal pada usia 10-13 tahun, remaja pertengahan pada usia 14-16 tahun, dan
remaja akhir pada usia 17-20 tahun. Puncak pertumbuhan remaja putri terjadi pada usia
12 tahun. Sedangkan remaja putra terjadi pada usia 14 tahun.

Masalah gizi yang biasa dialami pada masa remaja salah satunya adalah anemia.
Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi atau jumlah
hemoglobin berada di bawah batas normal. Gejala yang sering dialami antara lain lesu,
lemah, pusing, mata berkunang-kunang, dan wajah pucat. Anemia dapat menimbulkan
berbagai dampak pada remaja antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga
mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar karena kurangnya
konsentrasi.

Anemia defisiensi zat besi sering dialami oleh remaja, karena kebutuhan yang
tinggi untuk pertumbuhan. Anemia kurang zat besi lebih banyak terjadi pada remaja
putri di banding remaja putra. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2004 menyatakan bahwa prevalensi anemia gizi pada remaja putri usia (10-18 tahun)
57%. Remaja puteri cenderung melakukan diet sehingga dapat menyebabkan asupan
zat gizi berkurang termasuk zat besi. Selain itu adanya siklus mensturasi setiap bulan
merupakan salah satu faktor penyebab remaja putri mudah terkena anemia defisiensi
besi.

1
Anemia kurang besi dapat dipengaruhi oleh bebrapa faktor yaitu, kurangnya
mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang
mudah diserap (heme iron), sedangkan bahan makanan nabati (non-heme iron)
merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap sehingga dibutuhkan porsi
yang besar untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam seharinya. Bisa juga disebabkan
karena kekurangan zat gizi yang berperan dalam penyerapan zat besi seperti, protein
dan vitamin C. Konsumsi makanan tinggi serat, tannin dan phytat dapat menghambat
penyerapan zat besi. Berbagai faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia gizi
besi, antara lain pola haid, pengetahuan tentang anemia, dan status gizi. Anemia
defisiensi vitamin B12 dan folat juga sering terjadi pada remaja karena kurangnya
pemenuhan zat gizi tersebut.

Status gizi selama masa remaja merupakan peran penting dalam siklus hidup
manusia yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. selama periode ini
kebutuhan nutrisi adalah yang terbesar berpengaruh.

Di era perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi yang semakin


pesat pada saat ini, masyarakat tidak dapat di pisahkan dari penggunaan internet. Seiring
sejalan dengan perkembangan internet, perkembangan media sosial pun merambat luas di
masyarakat. Perkembangan internet dan media sosial yang begitu pesat ini, membawa
dampak yang cukup signifikan bagi seluruh masyarakat diseluruh belahan dunia, tidak
terkecuali para remaja.

Menurut Maentiningsih (2008) Remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan diantaranya


adalah kebutuhan akan kasih sayang atau secure attachment dan kebutuhan berprestasi.
Dimensi karakteristik secure attachment dapat berupa sikap hangat dalam berhubungan
dengan orang lain, tidak akan menjauhi orang lain, sangat dekat dengan orang yang
disayangi, lebih empati, sangat percaya pada orang yang disayangi, dan lebih nyaman
bersama dengan orang yang disayangi. Tidak heran jika banyak remaja yang aktif di
berbagai media sosial yang sebagian besar bertujuan untuk tetap bisa menjalin komunikasi
dan keakraban dengan orang-orang disekitarnya.

Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan oleh kelompok advokasi Common Sense
Media Amerika terhadap lebih dari 1.000 remaja berusia antara 13 sampai 17 tahun. Dua-
pertiga responden dari survei tersebut mengaku mereka berkirim pesan setiap hari dimana
setengahnya mengatakan mereka mengunjungi situs jejaring sosial setiap hari. Seperempat
dari remaja menggunakan setidaknya dua jenis media sosial dalam sehari. Melalui survei
tersebut Common Sense Media Amerika juga menemukan bahwa responden remaja merasa
2
media sosial sebagai fasilitas yang bermanfaat bagi mereka. (Hanjani, 2013).

Di Indonesia sendiri berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kementrian


Komunikasi dan Informatika yang bekerjasama dengan United Nations International
Children's Emergency Fundation (UNICEF) pada tahun 2014 yang berjudul "Digital
Citizenship Safety among Children and Adolescents in Indonesia" (Keamanan Penggunaan
Media Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia), hasil survei menemukan fakta, bahwa
: Studi ini menemukan bahwa 98% dari remaja yang disurvei tahu tentang internet dan
bahwa 79,5% diantaranya adalah pengguna internet, Pencarian informasi yang dilakukan
sering didorong oleh tugas-tugas sekolah, sedangkan penggunaan media sosial dan konten
hiburan didorong oleh kebutuhan pribadi. (Gatot S., 2014).

Studi selanjutnya yang membuktikan bahwa kejadian insomnia sangat erat


kaitannya dengan penggunaan sosial media dan fasilitias didalamnya adalah studi yang
dilakukan oleh Yasar (2012) yang berjudul “Hubungan antara frekuensi penggunaan
fasilitas jejaring sosial dengan kejadian insomnia.

1.2. Tujuan Praktik


Tujuan Asuhan Kebidanan Remaja, meliputi:
 Tujuan Umum :
Memberikan akses dan pelayanan kesehatan pada remaja
 Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan peran remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
b. Meningkatkan pendidikan keterampilan hidup sehat
c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja kesehatan reproduksi bagi
remaja tentang kesehatan
d. Meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan jiwa dan penyalahgunaan NAPZA
e. Meningkatkan upaya perbaikan gizi remaja

f. Mendorong remaja untuk melakukan aktifitas fisik

g. Melakukan deteksi dini pencegahan penyakit menular


h. Meningkatkan kesadaran remaja dalam pencegahan kekerasan

1.3. Lama Praktik

Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dilaksanakan di wilayah kerja


Puskesmas Wonokromo Surabaya. Pada tanggal 28 September 2020 s/d 11 Oktober
2020.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori


2.1.1. Konsep Dasar Remaja
Remaja atau “adolesence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” yang

berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya

kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Masa remaja

merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Menurut Soetjiningsih

(2010), remaja digolongkan dalam rentang usia antara 11-20 tahun, yang terbagi menjadi

tiga tahapan perkembangan yaitu :

a. Masa remaja awal/dini (Early Adolescence) umur 11-13 tahun.

b. Masa remaja pertengahan (Middle Adolecence) umur 14-16 tahun

c. Masa remaja lanjut (Late Adolescence) umur 17-20 tahun

Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi

semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa

(Kusmiran,2011).

Masa remaja atau masa adolensi adalah suatu perkembangan yang dinamis dalam

kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa

dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan

social dan berlangsung pada decade kedua masa kehidupan (Narendra,2002)

Remaja adalah tahap kedua dalam sebuah kehidupan, merupakan tahap transisi dan

eksperimen. Remaja secara umum dibagi dalam tiga tahap, remaja awal 10-13 tahun,

remaja tengah 14-17 tahun, dan remaja akhir 18-21 tahun (Rew,2005). Sedangkan

menurut WHO, remaja adalah seseorang yang berkisar antara 10-19 tahun.

4
2.1.2. Konsep Dasar Status Gizi pada Remaja
1) Gizi Remaja
Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baikdi masa
mendatang. Masa remaja atau adolescent adalah waktu terjadinya perubahan- perubahan
yang berlangsungnya cepat dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial atau
tingkah laku (Adriani dan Wirjatmadi,2013).
Menurut Prastiwi yang dikutip oleh Safitri (2011), masa remaja merupakan masa
terjadinya perubahan-perubahan untuk pertumbuhan. Periode Adolesensia atau masa
remaja ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik tinggi badannya
maupun berat badannya. Pada periode growth spurt, kebutuhan zat gizi tinggi karena
berhubungan dengan besarnya tubuh. Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu
pada umur yang sama melainkan tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat
biasanya diiringi oleh pertumbuhan aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik
pula.
Pola hidup dan pola makan yang benar sangat mempengaruhi pertumbuhan
remaja. Budaya hidup sehat dengan rajin berolahraga dan menjaga keseimbangan
makanan sangat penting untuk dilakukan. Namun kenyataannya banyak remaja yang
tidak memenuhi gizinya karena takut gemuk dan ada juga yang malas atau tidak
berselera dengan makanan-makanan yang bergizi. Hal ini menyebabkan masa remaja
juga dikatakan masa yang rawan akan gizi. Padahal dengan terjadinya perubahan yang
sangat menakjubkan, baik secara fisik, mental maupun social pada diri remaja
menyebabkan mereka memerlukan makanan (zat-zat gizi) yang tepat dan memadai.
2) Kebutuhan Gizi Remaja
Kebutuhan gizi pada masa remaja sangat erat kaitannya dengan besarnya tubuh
hingga kebutuhan yang tinggi terdapat pada periode pertumbuhan yang cepat (grow
spurt). Pada remaja putri grow spurt dimulai pada umur 10-12 tahun. Pada remaja
putra grow spurt terjadi pada usia 12-14 tahun. Kebutuhan gizi remaja relatif besar,
karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan
aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang
lebih banyak (Adriani dan Wirjatmadi, 2014). Zat-zat gizi yang dibutuhkan remaja
diantaranya adalah :

5
a. Energi
Energi merupakan satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Faktor
yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas
fisik, seperti olahraga yang diikuti, baik dalam kegiatan di sekolah maupun di luar
sekolah. Remaja dan eksekutif muda yang aktif dan banyak melakukan olahraga
memerlukan asupan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif. Sejak lahir
hingga usia 10 tahun, energi yang dibutuhkan relatif sama dan tidak dibedakan antara
laki-laki dan perempuan. Pada masa remaja terdapat perbedaan kebutuhan energi untuk
laki-laki dan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan
pertumbuhan.
Permenkes RI nomor 75 tahun 2013 tentang AKG menyebutkan angka kecukupan
gizi (AKG) energi untuk remaja 13-15 tahun adalah 2125 kkal untuk perempuan, dan
2475 kkal untuk laki-laki setiap hari. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal
dari sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah beras, terigu dan hasil
olahannya (mie, spaghetti, makaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula,
dan lain-lain.

b. Protein
Protein terdiri dari asam-asam amino. Selain menyediakan asam amino esensial,
protein juga menyuplai energi jika energi yang dihasilkan karbohidrat dan lemak
terbatas. Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan
yang sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki karena memasuki masa pertumbuhan
cepat lebih dulu. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein bagi
remaja 13-15 tahun adalah 72 gram untuk laki-laki dan 69 gram untuk perempuan
setiap hari. Makanan sumber protein hewani bernilai biologis lebih tinggi dibandingkan
sumber protein nabati karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik, dari segi
kualitas maupun kuantitas. Berbagai sumber protein adalah daging merah (sapi, kerbau,
kambing), daging putih (ayam, ikan, kelinci), susu dan hasil olahannya (keju, mentega,
yakult), kedele dan hasil olahannya (tempe, tahu), kacang- kacangan dan lain-lain.

6
c. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muskular skeletal
(kerangka) dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak dan dewasa.
Lebih dari 20 persen pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50 persen massa tulang dewasa
dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja 13-15 tahun adalah 1000 mg baik
untuk laki-laki maupun perempuan. Sumber kalsium diantaranya adalah ikan, kacang-
kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain.

d. Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya pertumbuhan
cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah
dan peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi
menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan
kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan
terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi besi yang
kurang atau mereka dengan kehilangan besi yang meningkat, akan mengalami anemia
gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi mungkin merupakan faktor pembatas untuk
pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat
besi. Kebutukan besi bagi remaja usia 13-15 tahun adalah 19 mg untuk laki-laki dan 26
mg untuk perempuan.
e. Seng (Zink)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama
untuk remaja laki-laki. AKG seng remaja 13-15 tahun adalah 17,4 mg per hari untuk
laki-laki dan 15,4 mg per hari untuk perempuan.
f. Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan dan
perkembangan cepat terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan
beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam metabolisme
karbohidrat menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan
RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12, sedangkan untuk
pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Vitamin A, C dan E diperlukan
untuk pertumbuhan dan penggantian sel.

3) Kecukupan Energi dan Protein Remaja


a. Asupan Energi

7
Makanan yang bergizi dapat memberikan energi untuk melakukan kegiatan atau
aktivitas, makanan bergizi juga berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh serta mengatur proses tubuh (Almatsier, 2004).
Energi didapatkan dari berbagai makanan sumber energi seperti karbohidrat,
lemak dan protein. Satuan energi adalah kkal (kilo kalori). Satu gram karbohidrat dan
protein dapat menghasilkan 4 kkal sedangkan dalam satu gram lemak dapat
menghasilkan 9 kkal. Energi berfungsi untuk metabolisme basal, untuk melakukan
aktifitas fisik dan pertumbuhan, serta untuk termogenesis atau untuk memberikan
respon terhadap makanan yang dikonsumsi (Murdiati dan amaliah, 2013)
Kebutuhan energi setiap orang berbeda-beda tergantung dari metabolisme basal,
efek termogenik dan aktifitas fisik (Supariasa, 2008). Komponen terbesar dari
keluaran energi harian adalah BMR atau AMB atau BMK. Metabolisme basal
diartikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai proses
vital ketika tubuh tengah beristirahat. Dengan kata lain, metabolisme basal
merupakan jumlah minimal energi yang dikeluarkan untuk mempertahankan fungsi
alat pernapasan, sirkulasi darah, peristalyik usus, tonus otot, temperatur suhu tubuh,
kegiatan kelenjar, serta fungsi vegetatif lain. Angka Metabolisme Basal umumnya
dinyatakan dalam satuan kilokalori untuk setiap kilogram berat badan per jam.
(Arisman, 2004)
Menurut Sudiarti yang dikutip oleh Dwi (2011) Pengaruh usia terhadap BMR
berkaitan dengan kegiatan metabolisme sel-sel tubuh. Nilai BMR semasa
pertumbuhan sangat tinggi, karena keaktifan pembelahan sel begitu tinggi (Arisman,
2004). Keseimbangan energi seseorang dapat dicapai bila energi yang dikonsumsi
melalui makanan sama jumlahnya dengan energi dapat ditentukan oleh berat badan
ideal dan (IMT) Indeks Massa Tubuh.
b. Kecukupan Asupan Energi
Kekurangan energi terjadi akibat dari asupan energi yang tidak cukup memenuhi
kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh, maka tubuh akan mengambil simpanan
glikogen dalam tubuh dan diubah menjadi energi. Jika hal itu terus terjadi maka tubuh
akan menjadi kurus, status gizi pun akan menjadi kurang, bahkan daya tahan tubuh
menjadi lemah. Sedangkan kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh
sehingga berat badan berlebih atau kegemukan (Almatsier, 2005).
Pada usia anak dan remaja asupan energi harus terpenuhi karena pada usia anak
dan remaja terjadi proses pertumbuhan jasmani yang pesat serta perubahan bentuk
dan susunan jaringan tubuh. Untuk mengetahui angka kecukupan energi anak dan
remaja laki-laki dan perempuan berdasarkan AKG 2005 dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
8
Tabel Angka Kecukupan Energi Remaja.

pada makan siang setidaknya harus memenuhi 30% dari kebutuhan sehari atau harus
memberikan sepertiga kecukupan harian yang dianjurkan (AKG).
c. Asupan Protein
Protein tersusun dari serangkaian asam amino, protein yang tersusun dari
hanya asam amino disebut protein sederhana. Sedangkan yang mengandung bahan
selain asam amino seperti turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat disebut protein
kompleks. Sumber protein berasal dari dua sumber, yaitu protein hewani seperti
telur, ikan, daging sapi, daging ayam, susu, keju, dll. Protein nabati seperti tempe,
tahu, oncom, kacang-kacangan dan serealia (Devi, 2012).
Asupan makan pada anak perempuan lebih sedikit dari pada anak laki-laki,
termasuk asupan protein, padahal bagi remaja perempuan membutuhkan asupan
protein lebih banyak karena lebih membutuhkan asupan zat besi yang berada di
pada protein, karena pada remaja perempuan mengalami menstruasi (Arisman,
2004).
Protein dalam tubuh harus tercukupi, karena protein memiliki peran dalam
tubuh manusia. Fungsi dari protein yaitu :
 Pertumbuhan dan pemeliharaan
Sebelum sel-sel dapat mensintesis protein baru, harus tersedia semua asam
amino esensial yang diperlukan dan cukup nitrogen guna pembantukan asam-asam
amino esensial yang diperlukan. Pertumbuhan atau penambahan otot hanyan
mungkin bila tersedia cukup campuran asam amino yang sesuai termasuk untuk
pemeliharaan dan perbaikan.
 Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh
Hormon-hormon seperti tiroid, insulin dan epinefrin adalah protein, demikian
pula berbagai enzim. Ikatan-ikatan kimia ini bertindak sebagai katalisator atau
membantu perubahan-perubahan biokimia yang terjadi di dalam tubuh.
 Mengatur keseimbangan air
Cairan tubuh terdapat di dalam tiga komponen yaitu intraseluler (di dalam sel),
9
ekstraseluler/interseluler (di antara sel) dan intravaskular (di dalam pembuluh darah).
Distribusi cairan di dalam kompartemen-kompartemen ini harus dijaga dalam
keadaan seimbang atau homeostatis. Keseimbangan ini diperoleh melalui sistem
kompleks yang melibatkan elektrolit dan protein.
d. Memelihara netralita tubuh
untuk menjaga pH pada taraf konstan.
e. Pembentukan antibodi
Kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap bahan-bahan racun
dikontrol oleh enzim-enzim yang terutama terdapat dalam hati. Dalam keadaan
kekurangan protein kemampuan tubuh untuk menghalangi pengaruh toksik bahan-
bahan racun ini berkurang.
f. Mengangkut zat-zat gizi
Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat-zat gizi dari saluran
cerna melalui dinding saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan- jaringan,
dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sebagian besar yang mengangkut zat-zat
gizi ini adalah protein (Almatsier, 2005).
4) Status Gizi
Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan
(requirement) zat gizi. Untuk menilai status gizi seseorang atau masyarakat dapat

dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian secara langsung yaitu
dengan cara pemeriksaan fisik, klinis, antropometri dan biokimia. Adapun penilaian
secara tidak langsung bisa dilakukan dengan cara melihat angka kematian, angka
kelahiran dan data statistik vital lainnya (Safitri, 2011).
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan
keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang
dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari
anjuran kebutuhan individu. Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi
seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah
energi yang dikeluarkan. Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk melebihi
kecukupan energi yang dianjurkan untuk seseorang, sehingga kelebihan zat gizi tersebut
disimpan dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi gemuk
(Almatsier, 2005).
5) Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi adalah cara yang dilakukan untuk melihat status gizi suatu
populasi atau individu sehingga dapat diketahui yang memiliki risiko status gizi kurang
maupun gizi lebih. Salah satu cara penilaian status gizi adalah antropometri.
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan dengan

10
ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya
antropometri mengukur dimensi tubuh dan komposisi tubuh seseorang. Metode
antropometri sangat berguna untuk melihat ketidak seimbangan energi dan protein.
Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat- zat gizi
yang spesifik (Supariasa, 2002). Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa
parameter. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap
satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah
satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang
disebut dengan Body Mass Index (Supariasa, 2002).
Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan dalam satuan
kilogram dengan tinggi badan satuan meter kuadrat (Supariasa, 2002).
dapat menggunakan IMT untuk anak, atau IMT berdasarkan umur.
IMT/U merupakan

Berat badan (kg )


Tinggi badan m x Tinggi badan (m)

IMT normal untuk kelompok umur yang berbeda tergantung nilai dari Z-score
IMT nya. Untuk mengetahui nilai IMT/U langkah pertama hitung terlebih dahulu IMT
nya kemudian hasil perhitungannya diklasifikasikan menurut tabel IMT/U menurut Z-
score (Dwi, 2011).
Menurut Kemenkes RI (2010), kategori dan ambang batas status gizi anak
berdasarkan indeks dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Indeks Kategori status Ambang batas (z-score)
Indeks Massa Tubuh Sangat kurus < - 3 SD
menurut Umur (IMT/U) Kurus -3 SD sampai dengan < - 2 SD
Anak umur 5-18 tahun Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk > 1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas > 2 SD

11
2.1.3. Konsep Dasar Anemia
 Pengertian
Anemia adalah menurunnya jumlah hemoglobin dari batas normal sehingga tidak
dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer. Nilai batas normal kadar hemoglobin untuk remaja putri adalah < 12
gram/dL. Anemia dapat disebabkan oleh karena gangguan pembentukan eritrosit oleh
sumsum tulang, kehilangan darah keluar dari tubuh (perdarahan), proses penghancuran
eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis), kurangnya asupan zat besi, vitamin
C, vitamin B12, folat.

Zat besi adalah komponen penting hemoblogin. Hemoglobin mengandung besi yang
disebut hem dan protein globulin. Setiap molekul hemoglobin mengikat oksigen untuk
diedarkan ke seluruh tubuh. Pada remaja putri, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama
disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Beberapa faktor penyebab kurangnya
konsumsi zat besi pada remaja adalah ketersediaan pangan, kurangnya pengetahuan dan
kebiasaan makan yang salah.

Asupan kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi


terhambat sehingga akan terjadi defisiensi besi. Absorpsi besi yang terjadi di usus halus
dibantu oleh alat angkut protein yaitu transferrin dan ferritin. Transferrin mengandung
besi berbentuk ferro yang berfungsi mentraspor besi ke sumsum tulang untuk
pembentukkan hemoglobin.

Sumber folat yang kurang dikonsumsi seperti sayur bayam, hati, buah, kacang-
kacangan. Serta vitamin B12 dan asam folat penting untuk sintesis DNA. Apabila
kekurangan salah satu diantaranya dapat mempengaruhi regenerasi seluler dan
menyebabkan terjadinya anemia makrositik, dimana ukuran sel-sel darah merah lebih
besar dari normal.

Anemia menyebabkan darah tidak cukup mengikat dan mengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh tubuh. Bila oksigen yang diperlukan tidak cukup, maka akan
berakibat pada sulitnya berkonsentrasi, sehingga prestasi belajar menurun, daya tahan
fisik rendah sehingga mudah lelah, aktivitas fisik menurun, mudah sakit karena daya
tahan tubuh rendah, akibatnya jarang masuk sekolah/bekerja.

Remaja putri pada umumnya memiliki karakteristik kebiasaan makan tidak sehat.
Antara lain kebiasaan tidak makan pagi, malas minum air putih, diet tidak sehat karena
ingin langsing (mengabaikan sumber protein, karbohidrat, vitamin dan mineral),
12
kebiasaan ngemil makanan rendah gizi dan makan makanan siap saji. Sehingga remaja
tidak mampu memenuhi keanekaragaman zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuhnya
untuk proses sintesis pembentukan hemoglobin (Hb). Bila hal ini terjadi dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan kadar Hb terus berkurang dan menimbulkan
anemia.

Program penanggulangan anemia yang selama ini lebih terfokus pada ibu hamil,
padahal remaja putri adalah calon ibu yang harus sehat agar melahirkan bayi sehat
sehingga akan tumbuh dan berkembang menjadi sumber daya manusia yang tangguh dan
berkualitas dengan harapan. Program yang ditargetkan kepada wanita usia reproduktif
merupakan intervensi yang sangat strategis dalam menentukan kualitas sumber daya
manusia Indonesia. Dampak kekurangan zat besi pada wanita hamil dapat diamati dari
besarnya angka kesakitan dan kematian maternal, peningkatan angka kesakitan dan
kematian janin, serta peningkatan resiko terjadinya berat badan lahir rendah. Secara
khusus, kontrol anemia pada wanita usia subur sangat penting untuk mencegah bayi lahir
rendah berat badan dan kematian perinatal dan ibu, serta prevalensi penyakit di kemudian
hari. Anemia saling terkait dengan lima global lainnya target gizi (stunting, berat badan
lahir rendah, masa kanak-kanak, kelebihan berat badan, pemberian ASI eksklusif dan
wasting). Oleh karena itu dalam pembuat kebijakan untuk melakukan investasi yang
diperlukan pada anemia sekarang sebagai sarana untuk mempromosikan modal manusia
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi negara mereka dan jangka panjang.

2.1.4. Konsep Dasar Insomnia

Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensoris yang sesuai atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak
sadarkan diri yang relatif. Tidur bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan,
tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang. Tidur mempunyai ciri adanya
aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses
fisiologi, dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar (Alimul, 2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur dapat menunjukkan adanya kemampuan


individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya
(Firman, 2012). Pada zaman sekarang ini pola tidur remaja sangat dipengaruhi oleh
teknologi internet. Mereka rela berjam-jam hanya ada didepan komputer ataupun telefon
selulernya. Internet menjadi suatu kegemaran tersendiri bagi remaja dalam mencari
informasi terbaru dan menjalin hubungan dengan orang lain di beda tempat (Rahayuning,
2009).

13
Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) mencatat angka pertumbuhan pengguna internet di Indonesia
hingga akhir tahun 2013 mencapai 71,19 juta orang, meningkat pada tahun 2014
mencapai 83,7 juta orang. Peningkatan ini tidak hanya ditopang oleh peningkatan jumlah
pemakai komputer yang tersambung ke Internet, tetapi terutama dipicu oleh peningkatan
jumlah pemakai telepon seluler yang mengadopsi teknologi 3G (Rahayuning, 2009).
Penelitian Nigtyas (2012), menunjukkan bahwa penggunaan internet telah sedikit
berdampak negative pada pola tidur dan kesejahteraan. partisipasi dalam kegiatan online
dapat memberikan manfaat sosial dan psikologis, mencatat bahwa orang muda yang
tumbuh dengan internet menggunakan aktivitas online sebagai bentuk penting dari
interaksi sosial. Menurut Pantoro (2012), menjelaskan persahabatan sosial menjadi motif
terkuat untuk penggunaan internet dan studi baru-baru ini mengkonfirmasi bahwa orang-
orang muda dan orang dewasa sama-sama menggunakan internet untuk bermain game
online dan juga menemukan persahabatan dan percintaan. Aktivitas online juga di kenal
untuk memberikan dukungan, informasi dan peluang untuk koneksi social untuk
kelompok-kelompok sosial yang terpinggirkan dan terisolasi seperti yang sama seks
tertarik orang-orang muda orang tua dari anak-anak cacat orang dengan social kecemasan
dan dengan masalah medis.

Berbagai dampak negatif lainnya pada penggunaan internet, seperti membuka situs-
situs terlarang (situs porno), lebih menempatkan internet diatas kepentingan primer, lebih
suka berlama-lama didepan gedget, dapat terjadi kejahatan lintas negara. Hasil yang
didapat dari dampak negatif biasanya menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang
jauh. biasanya, orang yang sudah asik berselancar di dunia maya (internet) ini, melupakan
orang yang sedang bersama dia, meskipun orang tuanya, pengguna internet akan tetap
asik dengan dunianya tersebut (Astutik, 2014).

Adapun yang perlu dijaga agar remaja selalu mendapatkan tidur yang cukup dengan
menjaga kebiasaan internet yang tidak berlebihan. Tujuan tidur untuk menjaga
keseimbangan mental, emosional, kesehatan, menguragi stres pada paru, kardiovaskular,
endokrin, dan lain-lain. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur. Pertama,
efek pada sistem saraf yang di perkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan
keseimbangan di antara berbagai susunan saraf; dan kedua, efek pada struktur tubuh
dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi
penurunan (Indra, 2012).

Akibat kekurangan tidur yang disebabkan oleh kecanduan menggunakan internet


yaitu kelelahan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh, sakit kepala dan
mempengaruhi kesuburan (Rahayuning, 2009). Penggunaan internet sampai larut malam
14
dapat memicu tubuh dan mental menjadi lelah, hal ini dikarenakan adanya aktivitas yang
terus menerus tanpa ada jeda waktu untuk beristirahat yang cukup. Dampak dari
kelelahan bisa berakibat gangguan kesehatan dan daya tahan tubuh menurun, hal tersebut
akan membuat tubuh lebih rentan terhadap penyakit maupun berbagai jenis infeksi yang
disebabkan oleh virus, seperti flu, demam, infeksi paru-paru, infeksi usus, hepatitis, dan
lain sebagainya.

2.2. Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Remaja dengan Anemia dan gangguan pola istirahat
2.2.1. Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Biodata
1) Nama : untuk membedakan pasien satu dengan yang lain
2) Umur : untuk memastikan usia dan sebagai identitas
3) Suku/bangsa : untuk mengetahui adat istiadat sehingga mempermudah dalam
melaksanakan tindakan kebidanan
4) Agama : untuk memperoleh informasi tentang agama yang dianutsehingga
mempermudah kita untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa.
5) Pendidikan : untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan atau dalam
memberikan informasi mengenai suatu hal dengan menggunakan cara
yang sesuai dengan pendidikan klien.

6) Alamat : ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan

b. Riwayat Menstruasi
Menarche : untuk mengetahui usia awal anak mendapatkan haid pertama kalinya
c. Pola Fungsional Kesehatan
1) Pola Nutrisi : Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya,
jenis makanan, makanan pantangan. Pada kasus anemia hanya mengkonsumsi makanan
tempe dan nasi. Tidak mengkonsumsi buah, sayur, protein hewani, dll.
2) Pola Eliminasi : Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi
frekuensi, warna, jumlah.
3) Pola Istirahat : Menggambarkan pola istirahat dan tidur, berapa jam tidur, kebiasaan
sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat
tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. (pada kasus gangguan pola
istirahat, tidur < 7 jam/hari)
4) Pola Aktivitas : Menggambarkan pola aktivitas sehari-hari.Pada pola ini perlu dikaji
15
pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.
5) Pola Personal Hygiene : Dikaji untuk mengetahui apakah remaja selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, saat menstruasi mengganti pembalut
berapa kali dalam 1 hari.

2. Data objektif
a. Keadaan umum : bagaimanakan keadaaan pasien dengan anemia. Pada kasus
anemia pasien tampak lemah.
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah, tekanan darah normal,
sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90
mmHg. Pada kasus anemia tekanan darah rendah.
2) Nadi : untuk mengetahui nadi, nadi normal berkisar antara 60-
80x/menit.
3) Respirasi : untuk mengetahui pernafasan dalam 1 menit, pernafasan
harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30x/menit.
4) Suhu : untuk mengetahui suhu tubuh, dalam keadaan normal suhu badan
berkisar 36,5 – 37,5°C.

c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : untuk mengetahui kebersihan rambut, warna rambut, mudah
rontok atau tidak.
2) Muka : untuk mengetahui wajah simetris/tidak, tampak pucat pada kasus anemia
dan insomnia.
3) Mata : untuk mengetahui apakah conjungtiva pucat pada kasus anemia,
sklera putih, adakah kelainan atau tidak.
4) Hidung : untuk mengetahui adanya pengeluaran sekret dan
ada/tidaknya kelainan pada hidung seperti polip,dll.
5) Telinga : untuk mengetahui adanya pengeluaran serumen dan
kebersihan telinga, apakah ada gangguan pendengaran atau tidak.
6) Mulut : untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau tidak, lidah bersih
atau tidak, gigi karies atau tidak.
7) Leher : untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar limfe kelenjar
tiroid, dan bendungan vena jugularis.
8) Payudara : untuk mengetahui bentuk, ukuran, adakah nyeri/tidak
9) Abdomen : untuk mengetahui adanya nyeri perut/tidak, apakah terdapat
massa/tidak.
10) Genetalia : untuk mengetahui kebersihan vagina, adakah tanda-tanda

16
infeksi vagina.
11) Anus : untuk mengetahui kebersihan anus, ada hemoroid atau tidak.
12) Ekstremitas : untuk mengetahui bentuk,ada gangguan/kelainan atau
tidak, oedema atau tidak, varices atau tidak
d. Pemeriksaan antopometri
BB : untuk mengetahui berat klien. Apakah termasuk normal,gemuk,
obesitas,atau kurang dari normal.
TB : untuk mengetahui tinggi badan klien. Apakah termasuk normal, atau
kurang dari normal
LILA : untuk mengetahui lingkar lengan klien. Apakah termasuk normal, atau
kurang dari normal.
e. Pemeriksaan penunjang laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan jika perlu atau jika terdapat kelainan saat
pemeriksaan.

2.2.2. Interpretasi Data


Nn.”X” usia.........tahun dengan masalah............, keadaan baik, prognosa baik.

2.2.3. Intervensi

Diagnosa : Nn. “X” usia.......tahun dengan masalah ........... , keadaan baik, prognosa baik.

Tujuan : remaja mengetahui tentang anemia dan gangguan pola istirahat, faktor
penyebab terjadinya anemia dan gangguan pola istirahat, faktor resiko yang ditimbulkan dari
anemia dan gangguan pola istirahat, serta solusi untuk mengatasi berbagai sikap remaja dalam
menghadapi anemia dan gangguan pola istirahat

Kriteria :

1) KU baik, kesadaran kompos mentis


2) TTV dalam batas normal, menurut Romauli (2011), yaitu:
TD : 110/70 s/d 130/80 mmHg
S : 36,5 – 37,5 °C
N : 60-80 x/menit
R : 16-24 x/menit

17
Intervensinya adalah:

1) Pertemuan 1
a. Jalin komunikasi interpersonal
b. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan antopometri
Rasional: untuk mengetahui keadaan umum pasien, dan status gizi pasien remaja
c. Jelaskan kepada pasien mengenai mengenai anemia dan insomnia, kemungkinan
penyebabnya, serta faktor resiko yang dapat menimbulkan masalah Rasional : dengan
diberikan informasi tentang anemia dan insomnia, anak akan lebih mengerti
d. Berikan tablet tambah darah, dan menjelaskan cara meminumnya
Rasional : TTD diberikan dengan tujuan untuk mengurangi anemia
e. Berkolaborasi dengan dokter umum, poli gizi, dan poli psikolog
Rasional: untuk memberikan KIE pada pasien
f. Berikan edukasi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Rasional : pengetahuan dan pendidikan PHBS pada remaja bertambah, mampu
menerapkannya pada dirinya.

g. Sepakati jadwal pertemuan selanjutnya.


Rasional : untuk melanjutkan intervensi selanjutnya.
2) Pertemuan 2
a. Ukur kecerdasan majemuk dan jelaskan hasilnya
Rasional : untuk mengetahui kecerdasan pada remaja sesuai dengan kemampuannya.
b. Berikan edukasi kesehatan mengenai kesehatan reproduksi remaja, antara lain: masa
pubertas, tanda-tanda primer dan sekunder pubertas pada perempuan beserta funsinya,
cara merawat kesehatan organ reproduksi,.
Rasional : pentingnya pendidikan kespro untuk remaja, supaya siap menghadapi
perubahan-perubahan yang dialami nya dalam masa pubertas ini, dan mengetahui cara
mengatasinya, jika kemudian hari ditemukan masalah.
c. Berikan edukasi kesehatan mengenai gizi seimbang untuk remaja
Rasional : pentingnya menjaga gizi seimbang untuk menjaga berat badan yang ideal,
sehingga terhindar dari penyakit.
d. Berikan edukasi kesehatan mengenai pentingnya aktivitas fisik secara rutin, minimal 30
menit/hari
Rasional : untuk menjaga tubuh tetap bugar dan sehat
e. Sepakati jadwal pertemuan selanjutnya
Rasional: untuk melanjutkan intervensi selanjutnya.
3) Pertemuan 3
a. Berikan pelayanan terkait kesehatan jiwa (menggunakan pediatric symtom checklist) dan
NAPZA
18
Rasional : untuk mengetahui apakah ada gangguan psikososial pada remaja.
b. Berikan pelayanan tentang penyakit tidak menular (Diabetes Mellitus dan Hipertensi)
dan pencegahan kekerasan pada remaja.
Rasional : untuk memaparkan kepada remaja mengenai penyakit tidak menular yang
sedang marak terjadi, dan mencegah terjadinya kekerasan pada remaja
c. Berikan HE mengenai pola hidup sehat dengan menerapkan CERDIK
Rasional: menerapkan pola hidup sehat supaya tubuh tetap sehat dan bugar
d. Sepakati jadwal pertemuan selanjutnya
Rasional: untuk melanjutkan intervensi selanjutnya.
4) Pertemuan 4
a. Berikan informasi terkait isu kesehatan lain terkait kespro remaja dan masalah kesehatan
penyakit menular yang berhubungan dengan kehidupan di pondok seperti SADARI,
penyakit Hepatitis dan TBC

b. Lakukan evaluasi terkait pelayanan yang telah didapatkan


Rasional : untuk menetahui apakah asuhan yang kita berikan sudah efektif dan efisien
atau belum.
2.2.4. Pelaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011:6). Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan
secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada
klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
2.2.5. Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan
kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan
asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat.

19
BAB III

TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian

Tanggal : 28 September 2020


Pukul : 16.00
Tempat :Puskesmas Wonokromo Surabaya
Oleh : Chyntya Riska Kripta

3.1. Data Subjektif


3.1.1. Biodata
Biodata Pasien:
Nama : Nn. B

Umur : 14 th

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa

Pendidikan : SMP

Alamat : Jetis Kulon 8/25

Biodata Orangtua:

Nama Orangtua : Tn. A

Usia : 48 th

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Alamat : Jetis Kulon 8/25

20
3.1.2. Keluhan
Utama : sering merasa lemah, letih, lemas, lunglai, lelah.

Tambahan : suka main gadget hingga larut malam. Tidak pernah tidur siang. Tidur
malam pukul 00.30 WIB

3.1.3. Status Dalam Keluarga : Anak Kandung


3.1.4. Jumlah saudara dalam keluarga: 1 (anak ke-2 dari 2 bersaudara)
3.1.5. Riwaya pernikahan orangtua
Anak dari pernikahan ke- 1
Lama Pernikahan : 16 th
3.1.6. Aktifitas Sehari-hari
Kegiatan Sehari-hari : mengikuti kegiatan di rumah seperti;

1) Pelajaran di rumah via daring dari jam 05. s/d 13.30


2) Main hp pukul 13.30-00.30
3) Kegiatan lainnya (bersih-bersih rumah)

Apakah merokok : tidak merokok

Aktifitas olahraga : jarang melakukan olahraga dikarenakan di sedang pandemi tidak ada mata
pelajaran olahraga.

Seksual : tidak pernah melakukan hubungan seksual

Obat-obatan terlarang : tidak tahu dan tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang

Pola makan : tidak ada gangguan nafsu makan, makan 2 kali sehari dengan menu
tempe, sesekali ikan laut. Jarang makan buah, sayur dan susu

Pola Istirahat : siang hari tidak pernah tidur. Malam hari tidur pukul 00.30 WIB.

Pola Personal Hygiene: mandi 2x sehari, ganti celana dalam 2x sehari, ketika haid
mengganti pembalut 6 x sehari

21
3.2. Data Objektif
3.2.1. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital :
 Tekanan darah : 90/60
 Suhu : 36,6 °C
 Nadi : 88 x/menit
 Respirasi : 20 x/menit

3.2.2. Pemeriksaan Fisik


Kepala : Tidak teraba massa di kepala
Mata : Konjungtiva pucat, sklera putih

Wajah : Terdapat jerawat di wajah, wajah tampak pucat

Leher : Tidak ada bendungan vena jugularis, dan tidak ada


pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar limfe

Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, pernafasan teratur

Abdomen : Tidak teraba massa

Punggung : Tidak ada kelainan skoliosis, lordosis dan kifosis

Genetalia : Tidak dilakukan pengkajian

Ekstremitas :

 Atas : Tidak ada kelainan polidaktili dan sindaktili.


 Bawah : Tidak ada kelainan polidaktili dan sindaktili.

Pengukuran Antopometri :
 Berat Badan : 47 kg
 Tinggi Badan : 155 cm
 IMT : 57 = 23,7
2,40

 LILA : 23,7 cm

 Pemeriksaan Penunjang tgl 28/09/2020: Hb= 9 gr/dl

22
3.2.3. Program Therapi yang diberikan
Tablet Penambah Darah Neo XX, 1x1 (dengan kandungan tiap tablet: ferro fumarate
setara dengan per elemen 50mg)

1) Analisa Data
Nn. B usia 14 tahun dengan anemia + gangguan pola istirahat

2) Penatalaksanaan
No. Tanggal Penatalaksanaan TTD
Pelaksana
1  Menjalin komunikasi interpersonal dengan pasien
28-09-2020
e/ pasien kooperatif dan mengetahui maksud serta
tujuan dari pengkajian yang dilakukan
 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan
antropometri.
e/ Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 90/60 mmhg
- Suhu : 36,6 ºC
- Nadi : 88 x/menit
- Respirasi : 20 x/menit
Antropometri :
Berat Badan : 47 Kg
Tinggi Badan : 155 Cm
IMT : 47= 23,7
2,40

(kategori normal)

 Menjelaskan kepada pasien tentang hasil pemeriksaan


e/ pasien telah mengetahui hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan
 Menjelaskan kepada pasien bahwa dia mengalami
Anemia dan gangguan pola istirahat
e/ pasien mengerti tentang kondisinya saat ini

23
 Menjelaskan mengenai anemia,
penyebabnya, dan gangguan tentang pola
istirahat

e/ pasien mengerti penjelasan yang diberikan


 Melakukan kolaborasi dengan dokter umum
e/ menganjurkan pasien untuk dilakukan pemeriksaan
darah lengkap. Hasil HB: 9gr/dl, golda= O
 Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi
e/ memberikan KIE pada pasien mengenai gizi
seimbang pada remaja
 Melakukan kolaborasi pada poli psikolog
e/ mendengarkan cerita pasien tentang gangguan
pola istirahatnya serta memberikan solusinya.

 Pemberian tablet tambah darah (20 tablet) dan


menjelaskan cara meminumnya (diminum setiap hari
saat haid, dan 1 minggu sekali saat tidak sedang
haid,diminum saat sebelum tidur, ketika meminum
TTD sebaiknya tidak meminum teh karena
menghambat penyerapan, serta bila terdapat efek
samping feaces berwarna kehitaman hal tersebut
adalah hal yang wajar)
e/ pasien mngerti dan bersedia meminum TTD yang
telah diberikan secara rutin
 Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya yaitu hari
Jumat, 29 September 2020 pukul 11.00 WIB di
Puskesmas Wonokromo
e/ pasien menyetujui pertemuan selanjutnya.

24
2  Mengukur kecerdasan majemuk dan menjelaskan
29-09-2020
hasilnya
e/ hasil skor :
a. Kecerdasan natural, total skor 30
b. Kecerdasan interpersonal, total skor 29
c. Kecerdasan musik, total skor 29
 Memberikan HE mengenai kesehatan reproduksi
remaja, antara lain: masa pubertas, tanda-tanda primer
dan sekunder pubertas pada perempuan beserta
fungsinya, cara merawat kesehatan organ reproduksi,
serta pengelolaan menstruasi.
e/ anak mengerti mengenai penjelasan yang telah
diberikan dan bersedia menerapkan pesan kesehatan
yang diberi.
 Memberikan HE mengenai gizi seimbang untuk
remaja: makanan yang dimakan dianjurkan merupakan
makanan yang beragam. Setiap kali makan terdiri dari
makanan pokok, lauk-pauk, buah- buahan, dan air.
Yang divisualisasikan dalam “Isi Piringku”, yaitu
antara lain:
 Porsi makanan pokok adalah 1/3 dari total porsi
makanan di piring.
 Porsi sayuran sebanding dengan porsi makanan
pokok (1:1) atau 1/3 dari total porsi makanan di
piring.
 Porsi lauk pauk + buah-buahan 1/3 dari total porsi
makanan di piring.
 Batasi konsumsi makanan yang mengandung tinggi
gula, garam dan minyak.
e/ pasien telah mengerti penjelasan yang diberikan
mengenai gizi seimbang untuk remaja dan bersedia
menerapkannya
 Memberikan HE pentingnya melakukan aktivitas fisik
secara rutin, minimal 30 menit sehari. Aktivitas
fisik

25
dapat berupa berbagai macam olahraga ringan yang
dilakukan dipondok seperti, naik tangga, berjalan kaki,
dan melakukan pekerjaan rumah (menyapu, mengepel,
dan sebagainya).
e/ pasien mengerti mengenai pentingnya melakukan
aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, dan bersedia
menerapkannya.
 Menyepakati untuk kunjungan ulang pada tanggal 30-
10-2020
e/ Pasien bersedia
3  Memberikan pelayanan terkait kesehatan jiwa dan
30-10-2020
NAPZA (menggunakan Pediatric symptom checklist )
e/ tidak ada masalah psikososial
 Memberikan pelayanan tentang penyakit tidak menular
(Diabetes Mellitus, Hipertensi)dan pencegahan
kekerasan pada remaja
e/ pasien mengerti
 Memberikan HE mengenai pola hidup sehat dengan
menerapkan CERDIK :
1. Cek kesehatan secara rutin
2. Enyahkan asap rokok
3. Rajin aktifitas fisik
4. Diet seimbang
5. Istirahat cukup
6. Kelola stress
e/ pasien mengerti mengenai tips pola hidup sehat
dengan menerapkan CERDIK, dan bersedia
menerapkannya
 Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya yaitu hari
Jumat, 01Oktober 2020 pukul 11.00 WIB di
Puskesmas Wonokromo
e/ pasien menyetujui pertemuan selanjutnya
4. 01-10-2020  Memberikan informasi terkait isu kesehatan lain
terkait kespro remaja dan masalah kesehatan penyakit
menular yang berhubungan dengan kehidupan seperti
SADARI, penyakit Hepatitis dan
TBC, Virus SARCov2 (dimana bila terjadi

26
penularannya sangat mudah, dan virus SARSCov2
yang saat ini sedang banyak terjadi di berbagai
kalangan. Penyebab penularan melalui droplet,
airbone, dan kontak. Maka dari itu pemerintah
menganjurkan untuk 3M menjaga jarak, mencuci
tangan, dan menggunakan masker)
e/ anak mengerti mengenai penjelasan yang diberikan
dan aktif bertanya
 Melakukan evaluasi terkait pelayanan yang telah
didapatkan.
e/ anak mengerti dan mampu menjelaskan apa yang
telah di dapatkan.

27
BAB VI

PEMBAHASAN

Dari asuhan kebidanan yang dilakukan terhadap Nn. ”B” dengan anemia dan gangguan
pola istirahat dapat diambil beberapa pembahasan sebagai berikut: Pasien berusia 14 tahun.
Hal ini sesuai dengan definisi remaja yang dikemukakan oleh Soetjiningsih, yang menyatakan
bahwa remaja secara umum dapat dibagi dalam tiga tahap, remaja awal 11-13 tahun, remaja
tengah 14-16 tahun, dan remaja akhir 17-20 tahun (Soetjiningsih, 2010). Dengan demikian Nn
“B” tergolong dalam kategori remaja tengah (14-16 tahun).
Pada kasus Nn.”B” jarang mengkonsumsi buah, sayur, susu, serta jarang berolahraga
sehingga menyebabkan terjadi anemia defisiensi zat besi. Hal ini sejalan dengan penelitian Dea
Indartanti, 2014 tentang hubungan status gizi dengan terjadinya anemia pada remaja putri.
Dalam jurnal dijelaskan bahwa remaja putri yang kurang mengkonsumsi asupan zat besi seperti
protein hewani, serta kurang mengkonsumsi vitamin B12, vitamin C, maka akan mengalami
gejala seperti lemah, letih, lesu, lunglai, lemas atau yang biasa disebut 5L. gejala itu pula yang
dialami oleh Nn.”B”
Hasil pemeriksaan antopometri Nn.”B” usia 14 tahun, BB: 47 kg, TB: 155cm, LILA:
27,5 , IMT: 23,7 , pada kasus Nn. “B” tidak pernah tidur siang dan hanya tidur malam pukul
00.30 WIB dikarenakan main gadget melihat youtube. Sesuai dengan penelitian Me Cha, 2018
dijelaskan bahwa penggunaan media seperti youtube, hape, dll rata-rata 7,5jam/hari
menyebabkan kurangnya tidur pada remaja usia 11-18 tahun. Durasi tidur yang tidak memadai
dan kualitas tidur yang buruk merupakan faktor risiko untuk perkembangan obesitas. Gradisar
menyarankan beberapa mekanisme di mana penggunaan media dapat mempengaruhi durasi dan
kualitas tidur: 1) penggunaan media dapat mempersingkat jam tidur; 2) penggunaan media
sebelum tidur dapat memicu kewaspadaan emosional, mental, atau fisiologis; dan 3) cahaya
dari layar dapat mengganggu tidur. Makan sering kali diiringi dengan penggunaan media,
terutama pada malam hari. Penggunaan media juga dapat meniru aspek makanan yang
memuaskan sebagai cara untuk mengurangi emosi negatif.

28
BAB V

PENUTUP

2.1. Kesimpulan
a. Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa, rentang usia
antara 11-20 tahun

b. Anemia adalah suatu keadaan kurangnya zat besi dalam darah yang dapat mengakibatkan
KEK, perdarahan, syok, dll. Gejala pada anemia 5L lemah, letih, lesu, lungkai, lemas. Dapat
diatasi dengan mengkonsumsi menu bergizi seimbang (sayur, buah, susu, protein hewani,
protein nabati, dll) serta mengkonsumsi tablet tambah darah.

c. Gangguan pola istirahat adalah adanya gangguan istirahat bisa menjadi lebih rendah atau
lebih lama durasi waktu tidur dalam remaja putri sering disebabkan karena penggunaan
gadget berlebih yaitu sekitar > 7,5jam/hari. Sehingga dapat mengganggu pola istirahat.
2.2. Saran
Diharapkan dikemudian hari remaja lebih mendapatkan perhatian yang lebih menyeluruh
mengingat bahwa secara umum perkembangan remaja baik perkembangan somatik, psikososial,
kepribadian, dan kognitif dapat berpotensi menimbulkan masalah yang kompleks jika tidak
tertangani.
Tidur yang cukup sangat mempengaruhi kualitas konsentrasi dan berpikir pada seseorang. Tidur
yang cukup dapat meningkatkan konsentrasi, mempertahakan kewaspadaan, penalaran dan pemecahan
masalah. Karena pada jam tidur normal dapat meningkatkan memori dalam pikiran. Untuk
menghindari penggunaan internet yang berlebihan maka peran orang tua perlu mengontrol dan
menasehati remaja agar tidak melakukan penggunaan internet sampai larut malam, sedangkan bagi
remaja yang jauh dari orang tua maka harus bisa mengontrol diri dan melakukan hidup sehat dengan
tidur tidak larut malam.

29
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Adam. 2012. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecanduan Internet Pada Siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jurnal Keperawatan Universitas.

Astutik. 2014. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecanduan Internet Pada Remaja
Pengguna Facebook. Jurnal Keperawatan Universitas Indonesia.

Rahayuning. Dyah D.W. 2009. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecanduan Internet
Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jurnal Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta Tanjung Pura Pontianak. Vol. 1, No.3.

Firman. 2012. Dampak Negatif Penggunaan Internet.http://ekifirman./2012/02v-


behaviorurldefaultvmlo.html. Diakses pada tanggal 21 April 2015.

Nigtyas. 2012. Hubungan Antara Self Control Dengan Internet Addiction Pada Mahasiswa.
http://consultgerirn.org/uploads/File/trythis /try_this_6_1.pdf.Diakses 20 April 2015.

30
LAMPIRAN

Lampiran 1

KARTU KECERDASAN MAJEMUK

Kuis Temukan Kecerdasanmu

Nama : Nn. B

Umur : 14 Tahun

Pendidikan : SMP

Cara Pengerjaan :

a. Berilah skor pada setiap pernyataan yang ada pada 8 (delapan) kelompok
pernyataan berikut.
b. Berikan skor dengan melingkari salah satu dari kode angka.
1. Jika pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan diri saya.
2. Jika pernyataan tersebut tidak terlalu sesuai dengan diri saya.
3. Jika pernyataan tersebut sesuai dengan diri saya.
4. Jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan dir saya.
c. Jumlahkan skor yang di proleh pada setiap kelompok pernyataan.

31
32
33
34
Cara perhitungan:
1. Hitung total score pada setiap jenis kecerdasan
2. Jenis kecerdaan yang memiliki score tertinggi adalah potensi utama
kecerdasan anda

Total score tertinggi ke – 1 : Kecerdasan Natural Total Score 30


Total score tertinggi ke – 2 : Kecerdasan Interpersonal Total Score 29 dan
Kecerdasan Musik Total Score 29
Total score tertinggi ke – 3 : Kecerdasan Kinestetik Total Score 26
Total score tertinggi ke – 4 : Kecerdasan Intrapersonal Total Score 23
Total score tertinggi ke – 5 : Kecerdasan Spasial Total Score 22
Total score tertinggi ke – 6 : Kecerdasan Logika Matematika Total 20
Total score tertinggi ke – 7 : Kecerdasan Linguistik Total Score 11

35
Lampiran 2
KUISIONER PEDIATRIC SYMPTOM CHECKLIST (PSC)

Panduan Pengisian dan Skoring Pediatric Sympton Checklist (PSC)

Pediatric Sympton Checklist (PSC) adalah sekumpulan kondisi-kondisi perilaku


yang digunakan sebagai alat untuk mendeteksi secara dini kelaianan/masalah
psikososial pada anak berusia 4-18 tahun.

Cara menilai :

1. Tentukan apakah perilaku di bawah ini tidak pernah, kadang-kadang atau sering
pada peserta yang diperiksa.
2. Berikan nilai untuk setiap jawaban sesuai dengan data perilaku anak
Tidak pernah, bernilai 0
Kadang-kadang, bernilai 1
Sering, bernilai 2
3. Penilaian yaitu jumlahkan nilai jawaban sesuai dan data perilaku anak,
a. Untuk anak yang berusia > 6 tahun, jumlah nilai < 28 : Tidak ditemukan
masalah psikososial. Bila jumlah nilai adalah ≥ 28 : Terdapat masalah
psikososial.
b. Apabila nilai ≥ 28 diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunkan
Kuesioner Strenght and Difficulties Quesionnare (SDQ).

36
Total Score PSC = 14

37

Anda mungkin juga menyukai