“R’’ DENGAN
ANEMIA DI SMK GELORA INDUSTRI TAHUN 2023
OLEH :
SEPTIANA LIA WUNGO
220705020
PROGRAM STUDI
SARJANAN KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA JAKARTA
2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS
TAHUN 2023
Pembimbing I
(Tanda Tangan)
Jakarta, 27 Februari
2023
b. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian data pada Nn.R Dengan asuhan
kebidanan pada Remaja dengan anemia
2. Mampu merumuskan diagnosa asuhan kebidanan remaja pada Nn.
R dengan anemia
3. Mampu merencanakan asuhan kebidanan kehamilan pada Nn. R
dengan anemia
4. Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada
kehamilan pada Nn R dengan anemia
5. Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan kehamilan pada Nn.
R dengan anemia
6. Mampu melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP dan
Pathway
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah penduduk dengan rentang usia 10-19 tahun,menurut
badan kependudukan berencana nasional (BKKBN,2019),Reaja adalah
penduduk laki-laki dan perempuan yang berusia 10-19 tahun dan belum
menikah. Berdasarkan sensus penduduk indonesia tahun 2018, jumlah
penduduk indonesia usia 10-19 tahun adalah sebanyak 43.5 juta jiwa atau
18% dari jumlah penduduk. Berdasarkan aspek perkembanganya,masa
remaja dibagi menjadi dua kategori, yaitu remaja awal (10-14 tahun) dan
remaja akhir (15-19 tahun,unicef 2019).
Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan dari masa
kanakkanak hingga masa dewasa yang melibatkan perubahan kognitif,
biologis, dansosio-emosional. Selama masa remaja, seseorang dapat
mencapai 15% dari tinggi badan dan 50% berat badan saat dewasa. Masa
remaja juga merupakan masa terjadinya peningkatan velositas pertumbuhan
dimana pertumbuhan yang cepat ini sejalan dengan peningkatan kebutuhan
zat gizi. Adanya kekurangan zat gizi makro atau mikro yang terjadi ket
ika masa remaja dapat mempengaruhi pertumbuhan serta menghambat
pematangan seksual (Siahaan, 2018)
2.2 Pengertian anemia
Anemia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan penurunan kadar
eritrosit per satuan volume darah atau kadar hemoglobin yang tidak
mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh. Anemia bukan suatu penyakit,
melainkan manifestasi dari beberapa jenis penyakit dan kondisi patologis
(Mahan, 2019). WHO dan Pedoman Kemenkes 2020 menyatakan bahwa cut
off point anemia berbeda-beda menurut kelompok umur. Ambang batas yang
menunjukkan terjadinya anemia terdapat pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Menurut Arisman, 2019 dalam Nursari, 2019 menyatakan bahwa ada dua
faktor yang menjadi penyebab anemia, yaitu:
a. Sebab langsung, yaitu karena ketidakcukupan asupan zat besi dan adanya
infeksi penyakit. Kurangnya asupan zat besi dalam tubuh disebabkan karena
kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi serta konsumsi
makanan yang mengandung zat penghambat absorpsi besi didalam tubuh.
Sedangkan, infeksi penyakit yang pada umumnya memperbesar resiko
terjadinya anemia adalah cacing dan malaria.
b. Sebab mendasar, yaitu tingkat ekonomi yang rendah, pendidikan yang
rendah, dan lokasi geografis yang sulit.
Anemia cenderung terjadi pada remaja wanita, karena kurangnya asupan
makanan yang mengandung zat besi dan wanita mengalami masa
menstruasi setiap bulannya sehingga membutuhkan zat besi tiga kali lebih
banyak dibandingkan pria. Sedangkan pada remaja pria, anemia dapat
terjadi karena kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi
serta adanya penyakit yang disertai perdarahan (Depkes, 2018).
2.3 Etiologi Anemia
Anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat gizi tertentu, infeksi, maupun
faktor genetik. Anemia aplastik (aplastic anemia) dapat terjadi karena adanya
penurunan kemampuan produksi sel darah merah. Anemia hemolitik
(hemolytic anemia) terjadi karena sel darah merah lebih cepat mengalami
kerusakan. Anemia bulan sabit (sikle cell anemia) terjadi karena adanya
kelainan sel darah merah akibat kerusakan secara genetik. Anemia yang
disebabkan oleh penyakit kronis (anemia of chronic disease) terjadi karena
misalnya, parasit seperti cacing memanfaatkan zat gizi dan menyebabkan
perdarahan pada pembuluh darah serta menurunkan absorbsi zat gizi
tersebut. Sedangkan, anemia yang disebabkan oleh infeksi pada penderita
malaria terjadi karena kerusakan sel darah merah (Most, 2018 dalam
Siahaan, 2020)
Anemia yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan
dalam pembentukan hemoglobin disebut anemia gizi. Anemia gizi terbagi
menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Anemia pernisiosa yaitu anemia megaloblastik dimana sel darah merah
memiliki ukuran yang abnormal dengan nuklai imatur (blastik). Anemia
pernisiosa ini disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dalam darah.
b. Anemia defisiensi folat (asam folat atau vitamin B9) merupakan anemia
megaloblastik dengan karakteristik perbesaran sel darah merah yang
memiliki inti sel imatur. Anemia ini disebabkan kekurangan asam folat.
c. Anemia defisiensi besi atau anemia gizi besi adalah anemia
mikrosistikhipokromik yang terjadi karena kekurangan zat besi dalam
tubuh atau kehilangan darah secara kronis (Crowin, 2009 dalam
Siahaan, 2018).
2.4 Patofisiologi Anemia
Anemia pada kondisi inflamasi/peradangan dimulai dari adanya
peningkatan sitokin-sitokin pro inflamasi seperti TNF-a, IL-6, dan C Reactive
Protein. Pengeluaran sitokin pro inflamasi ini distimulasi oleh faktor yang
berbeda-beda, misalnya pada orang obesitas, pengeluaran sitokin pro
inflamasi disebabkan oleh kondisi hipertrofi dan hyperplasia jaringan adiposa
(Ridha,2019).
Inflamasi merupakan respons protektif tubuh yang disebabkan oleh
kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan atau mengurangi agen
pencedera maupun jaringan yang terkena cedera (Harjadi, 2020).
Etiologi inflamasi ada beberapa macam, yaitu infeksi mikroba, agen kimia,
agen fisik, jaringan nekrotik, dan melalui reaksi imunologik. akibat yang dapat
ditimbulkan dari terjadinya inflamasi diantaranya adalah pembentukan
jaringan parut, kerusakan organ progresif, dan adanya reaksi hipersensitivitas
(Harijadi, 2018).
Inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar, yaitu:
a. Inflamasi akut, adalah inflamasi yang berlangsung relatif singkat, dari
beberapa menit sampai beberapa hari. Inflamasi akut ditandai dengan
eksudasi cairan dan protein plasma serta akumulasi leukosit
neutrofilik yang menonjol.
b. Inflamasi kronik, adalah inflamasi yang berlangsung lebih lama mulai
harian sampai tahunan dan ditandai dengan influx limfosit dan
makrofag yang disertai dengan pembentukan jaringan parut. Pada
keadaan anemia karena inflamasi, adanya sitokin pro inflamasi dapat
menstimulasi pengeluaran hepcidin di hati dan menghambat aktifitas
ferritin di makrofag. Hepcidin merupakan regulator utama dari
homeostasis besi yang berfungsi untuk mengkoordinasi penggunaan
dan penyimpanan besi (Ridha, 2019). Pengeluaran hepcidin dapat
menyebabkan absorbsi zat besi meningkat karena tubuh akan
berusaha menyesuaikan zat besi yang diserap tetap berada dalam
jumlah normal melalui kerja transferrin yang mengikat lebih banyak
zat besi (Crowin, 2018).
Dengan meningkatnya absorbsi zat besi, maka simpanan zat besi
dalam bentuk ferritin di hati akan berkurang dan jumlah zat besi yang
akan di transfer ke sumsum tulang untuk proses pembentukan
hemoglobin tidak tercukupi Akibatnya, kadar hemoglobin akan
menurun dalam jumlah tertentu yang disebut dengan anemia (Dewi,
2020).
2.5 Gejala Anemia
Anemia ditandai dengan kondisi tubuh yang disebut dengan 5L
(lelah,letih, lesu, lemah, lalai), bibir tampak pucat, nafas pendek, nafsu
makan berkurang, mudah pusing, dan mudah mengantuk (Depkes, 2017).
Sedangkan,menurut Arisman (2021) gejala anemia biasanya tidak khas
seperti pucat,mudah lelah, jantung berdebar, dan sesak nafas.
2.6 Dampak Anemia
Pada remaja perempuan, dampak anemia dapat terbawa hingga dewasa
dan hamil. Anemia yang terjadi pada perempuan hamil berhubungan dengan
kejadian BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) dan meningkatkan resiko kematian
ibu dan perinatal. Selain itu, anemia pada perempuan hamil juga dapat
meningkatkan resiko komplikasi perinatal dan kelahiran prematur (Fikawati,
2018). Sedangkan pada remaja laki-laki, dampak anemia yang dapat terjadi
adalah adanya gangguan perkembangan fisik, menurunnya konsentrasi
belajar,dan tidak tercapainya tinggi badan maksimal karena pada masa
remaja terjadi puncak pertumbuhan tinggi badan (Indar tanti, 2019).
Remaja yang menderita anemia gizi besi lebih mudah terserang infeksi
karena defisiensi zat besi dapat menyebabkan gangguan fungsi neutrofil dan
berkurangnya sel T untuk pertahanan tubuh terhadap infeksi. Proses
pertahanan tubuh terhadap infeksi virus atau bakteri oleh sel darah putih
merupakan komponen penting dari mekanisme pertahanan tubuh yang
akan terganggu pada kondisi defisiensi zat besi (WHO, 2019).
2.7 Klasifikasi anemia
1. anemia defisiensi besi
anemia defisiensi besi adlah anemia yang disebbakan karena
kekurangan zat besi dalam darah. Konsentrsi hemoglobin dalam darah
berurang karena pembentukan sel darah merah terganggu,akibatnya
ukuran sel darah merah menjadi kecil(microcytic) kandungan hemoglobin
menjadi rendah(hypochromic).semakin berat kekurangan zat besi dalam
darah, maka semain berat pula tingat anemia
2. anemia defisiensi asam folat
anemia defisiensi asam folat disebut juga anemia megalobastik
atau makrositik dalam anemia defisiensi asam folat, keadaan sel darah
merah tidak normal dengan ciri-ciri bentuknya lebih besar, jumlahnya
sediit dan belum matang
2.8 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Anemia
a. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah perbedaan seks yang ditentukan
sejak lahir dan dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan
pada jenis kelamin akan menentukan banyaknya kebutuhan gizi
seseorang yang harus terpenuhi.Obesitas lebih sering terjadi pada
perempuan dibandingkan dengan laki-laki (Brown, 2019 dalam Savitri,
2019
b. Obesitas
Status gizi adalah perwujudan dari zat gizi dalam bentuk variabel
tertentu. Status gizi yang baik akan membawa seseorang untuk menjadi
sehat dan produktif. Indikator yang digunakan untuk mengukur status gizi
adalah Indeks Massa Tubuh (IMT). Untuk mendapatkan nilai IMT,
dilakukan pengukuran antropometri yang terdiri dari berat badan dan
tinggi badan. Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan antara asupan makanan yang masuk dengan aktifitas
fisik. Obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
kompleks terkait lingkungan, gaya hidup,dan gen. selain itu, obesitas
dapat menjadi faktor resiko terjadinya anemia danbeberapa penyakit
degeneratif lainnya (Mahan, 2020).
c. Aktivitas fisik
Menurut WHO (2018), aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.
Aktifitas fisik adalah gerakan fisik yang dilakukan oleh tubuh dan sistem
penunjangnya. Aktifitas fisik pada remaja dpat mempunyai hubungan
dengan peningkatan rasa percaya diri, self-concept, rasa cemas, dan
stress yang rendah (Brown, 2018).
Paragraf 1
Pelayanan Kesehatan Ibu
Pasal 49
Pasal 5
a. Remaja;
b. Calon pengantin; dan/atau
Pemberian imunisasi;
Suplementasi gizi;
Pasal 6
Pas al 8
(1) Pemberian imunisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(3) huruf c dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan
terhadap penyakit Tetanus.
(2) Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan.
Pasal 11
Imunisasi;
Kesehatan jiwa dan NAPZA;
Gizi;
Penyakit menular termasuk HIV dan AIDS;
Kesehatan intelegensia.
Pasal 19
c. persalinan normal;
Lingkup Asuhan
Daftar Masalah
Kebidanan
Masa Remaja 1) Belum haid pada usia 15 tahun
2) Nyeri haid
3) Haid tidak teratur
4) Payudara tidak berkembang
5) Sering pusing saat haid
6) Haid banyak
7) Haid sedikit
8) Keputihan
9) Vagina gatal
10) Sering keram perut
11) Nafsu makan berkurang
12) Kegemukan
13) Hamil remaja
14) Hamil yang tidak diinginkan
15) Ketergantungan rokok
16) Ketergantungan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
(NAPZA)
17) Korban kekerasan
18) Kulit gatal-gatal
19) Kemasukan benda asing pada hidung anak
Masa Klimakterium 1) Rasa berdebar-debar
2) Wajah terasa panas
3) Perdarahan setelah berhenti haid 1 (satu) tahun
4) Persendian nyeri
5) Nyeri saat senggama
6) Emosi tidak stabil
7) Mudah tersinggung
8) Penurunan gairah seksual
9) Gejolak panas
10) BB meningkat
11) Mudah lelah
12) Heart burn/ nyeri ulu hati
13) Nafsu makan menurun
14) Sulit tidur
15) Periksa rutin
16) Memeriksa tanda-tanda vital
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMULIR PENGKAJIAN REMAJA
No Reg:
Nama Pengkaj : septiana lia wungo
Hari dan tanggal Pengkajian : senin,27 februari
2023
Waktu Pengkajian : 09:00 wib
Tempat Pengkajian : smk gelora industri
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama : rani riska
Umur : 16 tahun
Agama :islam
Suku/
Bangsa :betawi
Pendidikan: smk
Alamat : danau indah, rt 05/06
No. Telp : 085434432344
2. Keluhan saat ini :
nn r. mengatakan merasa Lelah, mudah mengantuk dan sering pusing
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Lama : 7 hari
Siklus : 28 hari
Keluhan : tidak ada
Keputihan : jarang
4. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit Masa Kecil :
1) Apakah Pernah sakit? pernah sakit
2) Jika pernah, sakit apa? panas, batuk pilek
3) Berapa lama? 1-3 hari
b. Dirawat di rumah sakit
1) Apakah pernah dirawat di rumah sakit? tidak pernah
2) Jika pernah, Kapan dirawat dan diagnosa apa?
3) Berapa lama perawatannya?
c. Obat-obatan yang digunakan
1) Adakah menggunakan obat rutin? tidak ada
2) Obat apa yang digunakan?
3) Berdasarkan resep dokter atau beli sendiri?
d. Tindakan operasi
1) Apakah pernah mengalami tindakan operasi? tidak perrnah
2) Jika pernah,Kapan dan tindakan operasi apa?
5. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
Imunisasi
1) Imunisasi TT
TT I : sudah di TT (SD)
TT II : Belum dapat
TT III :
TT IV :
TT V :
2) Imunisasi HPV:
HPV I :
HPV II :
HPV III :
7. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
a. Konsumsi alkohol : tidak minum alkohol
b. Merokok : tidak merokok
c. Penggunaan Napza : tidak menggunakan napza
d. Seks Bebas :tidak
8. Riwayat psikososial
Pola pengasuhan orang tua
a. Otoriter (orang tua menerapkan aturan dan batasan yang mutlak harus
ditaati, tanpa memberikan kesempatan kepada anak untuk berpendapat)
b. Demokratis (menanamkan disiplin kepada anak dan menghargai
kebebasan yang tidak mutlak, dengan bimbingan penuh pengertian
antara anak dan orang tua)
c. Permisif (membebaskan anak untuk melakukan apa yang ingin
dilakukan tanpa mempertanyakan)
DATA OBJEKTIF
1. PemeriksaanUmum
a. Keadaan umum: baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Status emosional:stabil
d. Tanda vital
Tekanan darah : 99/70
Nadi : 82x/m
Pernafasan : 19x/m
Suhu : 36,5
e. BB/TB : 45/153
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut :bersih berwarna hitam
2) Kepala : bersih tidak ada ketombe
b. Wajah
1) Pucat : pucat
2) Edema : tidak edema
c. Mata
1) Sklera : warnah putih tidak ikterik
2) Konjungtiva : anemis
d. Hidung
1) Kebersihan : bersih tidak ada kotoran
2) Polip : tidak ada polip
3) Serumen : tidak ada serumen
e. Telinga
1) Kebersihan : bersih
2) Serumen : tidak ada serumen
3) Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
f. Mulut
1) Stomatitis : tidak ada
2) Gusi : merah muda, tidak ada peradangan
g. Gigi : bersih tidak ada gigi yang berlubang dan tidak
ada keries
h. Leher
1) Kelenjar tiroid : tidak ada pembengkekan
2) Kelenjar Limfe : tidak ada pembengkakan
3) Vena jogularis : tidak ada pembengkakan
i. Dada : tidak ada kelainan
j. Abdomen
1) Bentuk : bulat
2) Bekas luka : tidak ada
3) Massa/ Tumor : tidak ada
4) Turgor kulit : kembali dengan cepat
5) Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
k. Genetalia : bersih, tidak ada tanda-tanda bahaya
l. Ekstremitas
1) Telapak tangan : pucat
2) Oedem : tidak udema
3) Varices : tidak ada
4) Reflek patella : +/+
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Hb : 9,4 gr/dl
b. Hepatitis :tidak
c. HIV/AIDS :tidak
d. Sifilis :tidak
ANALISA
Nn. R usia 16 tahun dengan anemia
PENATALAKSANAAN
3. Memberikan KIE kepada pasien tentang tanda dan 3. Memberikan pemahaman agar pasien selalu
gejala anemia yaitu bibir tampak pucat, nafas menjaga pola makannya
mengandungFe(sayur-sayuran hijau, ikan, hati, telur) 6. Memberikan pemahaman agar klien selalu
sehat
BAB IV
PEMBAHASAN
Dampak anemia pada remaja yaitu mudah lelah dan dapat menurunkan
konsentrasi belajar disamping itu juga dapat menurunkan daya tahan tubuh
sehingga mudah terkena infeksi. Prevelensi anemia yang tinggi dikalangan
remaja jika tidak tertangani dengan baik akan berlanjut hingga dewasa dan
berkontribusi besar terhadap angka kematian ibu, bayi baru lahir prematur, dan
bayi dengan berat lahir rendah.
Pada kasus ini Nn “r” mengalami anemia atas dasar keluhan yaitu sering
merasa pusing, mudah lelah dan cepat mengantuk, klien mengatakan kurang
nafsu makan setelah dilakukan pemeriksaan yaitu Nn. “r” mengalami anemia
dengan Hb 9,4 gr/dl sehingga penulis mendiagnosa menjadi anemia yang masuk
kedalam fisiologis sedangkan anemia patologis yaitu ditandai dengan cepat lelah.
Kulit pucat , denyut jantung tidak teratur, sesak napas dan dada terasa nyeri.
Anemia merupakan suatu kondisi ketika jumlah sel darah merah atau
konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah yaitu Hemoglobin (Hb) tidak
memenuhi untuk kebutuhan fisiologis tubuh, anemia merupakan suatu keadaan
ketika kadar Hb di dalam darah lebih kurang dibandingkan nilai normal bagi
sekelompok orang berdasarkan umur, dan jenis kelamin. (SDKI, 2018).
Anemia pada Nn “r” terjadi karena pasien mengatakan tidak selera makan
dan makan hanya sedikit sehari hanya 2 kali sehingga penulis melakukan
penatalaksanaan kepada Ny. r yaitu Memberitahu ibu untuk menjaga pola
makannya dan konsumsi makanan gizi seimbang,memberitahu pasien tentang
konsumsi susu dan vitamin selama masa kehamilan, Memberitahupasien untuk
mengkonsumsi makanan mengandung (sayur-sayuran hijau, ikan, hati,
telur.memberitahu pasien untuk konsumsi tablet fe 1x1 secara teratur, melakukan
konseling mengenai makanan yang mengandung zat besi seperti daging
sapi,ayam,roti gandum, kacang merah bayam dan telur, anemia dalam
kehamilan disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi,
Berdasarkan studi kasus Nn”r” remaja dengan anemia sedang tidak
ditemukan adanya yang menyimpang. Oleh karen itu bila dibandingkan dengan
tinjauan pustaka dan studi kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus Manajemen Asuhan Kebidanan
remaja Dengan Anemia Di puskesmas Danau indah
1. Telah dilakukan pengkajian data dan analisis data pada
Nn“r” dengan anemia di smk gelora industri
2. Telah dilaksanakan perumusan untuk menganalisa dan
menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosa
atau masalah aktual pada Nn “r” dengan anemia di smk
gelora industri
3. Menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Nn
“r” dengan Anemia smk gelora industri Indah berdasarkan
diagnosa masalah aktual dan masalah potensial.
4. Telah dilaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Nn
“r” dengan Anemia smk gelora industri dengan hasil
semua tindakan dapat dilakukan secara menyeluruh tanpa
adanya hambatan.
5. Telah dilakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan pada
Nn “r” dengan Anemia di smk gelora industri Telah di
lakukan pendokumentasian semua hasil temuan dan
tindakan asuhan pada Nn “r” dengan Anemia smk gelora
industri
DAFTAR PUSTAKA