Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN REMAJA PADA Nn.

“R’’ DENGAN
ANEMIA DI SMK GELORA INDUSTRI TAHUN 2023

OLEH :
SEPTIANA LIA WUNGO

220705020

PROGRAM STUDI
SARJANAN KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA JAKARTA
2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA PADA Nn. “R” DENGAN ANEMIA DI SMK


GELORA INDUSTRI

TAHUN 2023

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing I
(Tanda Tangan)

(Ita Herawati, M.Keb )


NIDN:0309038301
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Study Kasus yang berjudul Asuhan
Kebidanan Remaja pada Nn. R untuk memenuhi salah satu syarat
guna memenuhi nilai Praktek klinik pada STIKES Abdi Nusantara
Jakarta. Pada kesempatan kali ini, peneliti ingin mengucapkan
terimakasih yang setulusnya kepada :
1. Ibu DR.Maryati Sutarno, S.Pd, S.ST,Bd, MARS,MH selaku ketua
yayasan abadi Nusantara.
2. Ibu Lia Idealistiana,SKM,SST,MARS Selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara
3. Ibu Mariyani, M. Keb selaku Ketua Program Prodi Sarjana
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara
Jakarta
4. Bu Ita Herawati,M.Keb selaku Dosen Pembimbing Selama Di
Lahan Praktik Klinik Kebidanan

Jakarta, 27 Februari
2023

septiana lia wungo


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju ke masa dewasa.
Pada masa itu remaja akan mengalami perubahan baik fisik, psikis dan
kematangan fungsi seksual Masa remaja merupakan periode transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang
melibatkan perubahan-perubahan biologis, kogntif, dan sosio-emosional
(Santrock, 2018 dalam Siahaan, 2019).
Menurut Depkes (2020) dalam Siahaan (2018) diterangkan bahwa
remaja putri adalah masa peralihan dari anak ke dewasa, ditandai dengan
perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya
alat reproduksi seperti menstruasi (umur 10-19 tahun).
Batasan usia remaja diungkapkan oleh beberapa ahli, diantaranya oleh
Monks, dkk, 2020) dalam Nursari (2019) yang membagi fase-fase masa
remaja menjadi tiga tahap, yaitu :
a) Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada rentang usia ini remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang
sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif,
sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini
remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi, namun belum bisa
meninggalkan pola kekanak-kanakannya (Kartono, 2018) dalam Nursari,
2018).
b) Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Kepribadian remaja masih bersifat kekanak-kanakan, namun sudah
timbul unsur baru, yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan
badaniah sendiri. Pada rentang usia ini mulai timbul kemantapan pada diri
sendiri yang lebih berbobot. Pada masa ini remaja mulai menemukan diri
sendiri atau jati dirinya (Kartono, 2020 dalam Nursari, 2021).
c) Masa remaja akhir (18-21 tahun)
Pada rentang usia ini, remaja sudah merasa mantap dan stabil. Remaja
sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang
digariskan sendiri, dengan itikad baik dan keberanian. Remaja sudah
mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang
baru ditentukannya (Kartono, 2019 dalam Nursari, 2018).

Anemia gizi besi merupakan masalah gizi mikro terbesar di Indonesia,


dimana terjadi pada kelompok balita, anak sekolah, ibu hamil, wanita dan laki-laki
dewasa. Secara umum anemia merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin
lebih rendah dari normal. Adapun pengertian anemia menurut Adriani dan
Wijatmadi (2020), anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di
dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut
umur dan jenis kelamin.

Hemoglobin (Hb) adalah parameter yang digunakan secara luas untuk


menetapkan prevalensi anemia. Kandungan hemoglobin yang rendah
mengindikasikan anemia. Hemoglobin adalah zat warna di dalam darah yang
berfungsi mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam tubuh anemia telah
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu diberi perhatian khusus.
Kelompok yang beresiko terkena anemia adalah remaja, karena remaja sedang
mengalami pertumbuhan dan memerlukan asupan zat gizi yang lebih tinggi.
Selain itu, remaja cenderung menghabiskan waktu bersama teman sebaya diluar
rumah sehingga asupan makannya menjadi tidak seimbang (sulastri, 2019).

Revalensi anemia remaja di tingkat nasional masih dianggap cukup


tinggi.Berdasarkan trigger level Kementerian Kesehatan, prevalensi anemia
menjadi masalah ringan jika berada pada angka <20%, masalah tingkat sedang
jika berada pada angka 20-39% dan dikatakan masalah tingkat berat jika berada
pada angka >40%.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 ditemukan


prevalensi anemia usia 5-14 tahun sebesar 9,4%. Angka ini mengalami kenaikan
berdasarkan Riskesdas 2013 menjadi 26,4%. Peningkatan prevalensi anemia
usia 15-24 tahun juga terjadi berdasarkan Riskesdas 2007 dan 2013 dari 6,9%
menjadi 18,4% Hasil Riskesdas tahun 2018 diketahui bahwa prevalensi anemia
remaja di Provinsi Banten adalah sebesar 13%. Berdasarkan data tersebut,
prevalensi anemia usia 5-14 tahun termasuk kategori masalah sedang dan pada
usia 15-24 tahun termasuk kategori masalah ringan.

Apabila seseorang menderita anemia sejak remaja, maka dapat


mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, produktifitas
menurun, cepat lelah, sulit berkonsentrasi dalam belajar, dan pada tahap
selanjutnya dapat mempengaruhi kecerdasan dan daya tangkap anak. Akibat
dari anemia jika tidak diberi intervensi dalam jangka panjang akan menyebabkan
beberapa penyakit seperti gagal jantung kongestif, thalassemia, dan gangguan
sistem imun (Nursari, 2021).

Berdasarkan data riskesdas tahun 2019 diketahui bahwa prevelensi


anemia pad laki-laki adalah sebesar 18,4% sedangkan pada perempuan sebesar
23,9%,penelitian yang dilakukan oleh permaesih(2019), menyatakan bahwa
pravelensi anemia pada remaja perempuan lebih beresiko terkena anemia
karena adanya siklus menstruasi yang dialami setaip bulannya, sehingga
memungkinkan kehilangan zat besi lebih banyak saat menstruasi yang dialai
setiap bulannya, sehingga memungkinkan kehilangan zat besi lebih banyak saat
mentruasi terajadi. Sedangkan remaja laki-laki dapat beresiko terkena anemia
karena kurangnya asupan zat besi atau adanya penyakit infeksi.

Pada remaja perempuan, adanya siklus menstruasi merupakan salah


satu faktor resiko anemia.karena menstruasi berlangsung, zat besi yang menjadi
salah satu komponen sel darah merah ikut terbuang. Remaja perempuan yang
sedang menstruasi rata-rata kehilangan zat besi dalam darah±0,25 mg/hari
setiap siklus menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja perempuan.

Dalam pematangan alat reproduksi manusia pada masa remaja, terutama


pada remaja putri biasanya ditandai dengan menstruasi. Menstruasi pertama
pada remaja putri disebut menarche. Bagi remaja putri menstruasi merupakan
hal baru sehingga belum banyak yang mampu memahami dan mengelolanya
dengan baik (Puspitasari et al., 2020). Setelah menarche, remaja putri seringkali
tidak mengonsumsi zat besi yang cukup untuk mengimbangi kehilangan darah
menstruasinya. Akibatnya, terdapat peningkatan prevalensi kekurangan zat
besi(anemia) yang terjadi pada remaja putri (Potter, 2019).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah dalam
asuhan kebidanan remaja pada Nn. “R” dengan anemia di SMK GELORA
INDUSTRI
a. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan REMAJA pada Nn. “S” sesuai
standar dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan
pendokumentasian metode SOAP dan Pathway

b. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian data pada Nn.R Dengan asuhan
kebidanan pada Remaja dengan anemia
2. Mampu merumuskan diagnosa asuhan kebidanan remaja pada Nn.
R dengan anemia
3. Mampu merencanakan asuhan kebidanan kehamilan pada Nn. R
dengan anemia
4. Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada
kehamilan pada Nn R dengan anemia
5. Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan kehamilan pada Nn.
R dengan anemia
6. Mampu melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP dan
Pathway
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah penduduk dengan rentang usia 10-19 tahun,menurut
badan kependudukan berencana nasional (BKKBN,2019),Reaja adalah
penduduk laki-laki dan perempuan yang berusia 10-19 tahun dan belum
menikah. Berdasarkan sensus penduduk indonesia tahun 2018, jumlah
penduduk indonesia usia 10-19 tahun adalah sebanyak 43.5 juta jiwa atau
18% dari jumlah penduduk. Berdasarkan aspek perkembanganya,masa
remaja dibagi menjadi dua kategori, yaitu remaja awal (10-14 tahun) dan
remaja akhir (15-19 tahun,unicef 2019).
Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan dari masa
kanakkanak hingga masa dewasa yang melibatkan perubahan kognitif,
biologis, dansosio-emosional. Selama masa remaja, seseorang dapat
mencapai 15% dari tinggi badan dan 50% berat badan saat dewasa. Masa
remaja juga merupakan masa terjadinya peningkatan velositas pertumbuhan
dimana pertumbuhan yang cepat ini sejalan dengan peningkatan kebutuhan
zat gizi. Adanya kekurangan zat gizi makro atau mikro yang terjadi ket
ika masa remaja dapat mempengaruhi pertumbuhan serta menghambat
pematangan seksual (Siahaan, 2018)
2.2 Pengertian anemia
Anemia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan penurunan kadar
eritrosit per satuan volume darah atau kadar hemoglobin yang tidak
mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh. Anemia bukan suatu penyakit,
melainkan manifestasi dari beberapa jenis penyakit dan kondisi patologis
(Mahan, 2019). WHO dan Pedoman Kemenkes 2020 menyatakan bahwa cut
off point anemia berbeda-beda menurut kelompok umur. Ambang batas yang
menunjukkan terjadinya anemia terdapat pada tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Ambang Batas Anemia Menurut Kelompok Umur


Kelompok Nilai hemoglobin
balita <11 gr/dl
Anak usia sekolah <12 gr/dl
Ibu hamil <11 gr/dl
Wanita usia subur <13gr/dl
Anemia yang disebabkan karena kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi
seperti zat besi atau zat gizi mikro lainnya disebut anemia gizi. Kurangnya satu
atau lebih zat gizi esensial yang digunakan untuk pembentukan sel darah merah
merupakan penyabab sebagian besar anemia. Anemia yang paling sering terjadi
adalah anemia gizi besi (Indartanti, 2019).

Menurut Arisman, 2019 dalam Nursari, 2019 menyatakan bahwa ada dua
faktor yang menjadi penyebab anemia, yaitu:

a. Sebab langsung, yaitu karena ketidakcukupan asupan zat besi dan adanya
infeksi penyakit. Kurangnya asupan zat besi dalam tubuh disebabkan karena
kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi serta konsumsi
makanan yang mengandung zat penghambat absorpsi besi didalam tubuh.
Sedangkan, infeksi penyakit yang pada umumnya memperbesar resiko
terjadinya anemia adalah cacing dan malaria.
b. Sebab mendasar, yaitu tingkat ekonomi yang rendah, pendidikan yang
rendah, dan lokasi geografis yang sulit.
Anemia cenderung terjadi pada remaja wanita, karena kurangnya asupan
makanan yang mengandung zat besi dan wanita mengalami masa
menstruasi setiap bulannya sehingga membutuhkan zat besi tiga kali lebih
banyak dibandingkan pria. Sedangkan pada remaja pria, anemia dapat
terjadi karena kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi
serta adanya penyakit yang disertai perdarahan (Depkes, 2018).
2.3 Etiologi Anemia
Anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat gizi tertentu, infeksi, maupun
faktor genetik. Anemia aplastik (aplastic anemia) dapat terjadi karena adanya
penurunan kemampuan produksi sel darah merah. Anemia hemolitik
(hemolytic anemia) terjadi karena sel darah merah lebih cepat mengalami
kerusakan. Anemia bulan sabit (sikle cell anemia) terjadi karena adanya
kelainan sel darah merah akibat kerusakan secara genetik. Anemia yang
disebabkan oleh penyakit kronis (anemia of chronic disease) terjadi karena
misalnya, parasit seperti cacing memanfaatkan zat gizi dan menyebabkan
perdarahan pada pembuluh darah serta menurunkan absorbsi zat gizi
tersebut. Sedangkan, anemia yang disebabkan oleh infeksi pada penderita
malaria terjadi karena kerusakan sel darah merah (Most, 2018 dalam
Siahaan, 2020)
Anemia yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan
dalam pembentukan hemoglobin disebut anemia gizi. Anemia gizi terbagi
menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Anemia pernisiosa yaitu anemia megaloblastik dimana sel darah merah
memiliki ukuran yang abnormal dengan nuklai imatur (blastik). Anemia
pernisiosa ini disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dalam darah.
b. Anemia defisiensi folat (asam folat atau vitamin B9) merupakan anemia
megaloblastik dengan karakteristik perbesaran sel darah merah yang
memiliki inti sel imatur. Anemia ini disebabkan kekurangan asam folat.
c. Anemia defisiensi besi atau anemia gizi besi adalah anemia
mikrosistikhipokromik yang terjadi karena kekurangan zat besi dalam
tubuh atau kehilangan darah secara kronis (Crowin, 2009 dalam
Siahaan, 2018).
2.4 Patofisiologi Anemia
Anemia pada kondisi inflamasi/peradangan dimulai dari adanya
peningkatan sitokin-sitokin pro inflamasi seperti TNF-a, IL-6, dan C Reactive
Protein. Pengeluaran sitokin pro inflamasi ini distimulasi oleh faktor yang
berbeda-beda, misalnya pada orang obesitas, pengeluaran sitokin pro
inflamasi disebabkan oleh kondisi hipertrofi dan hyperplasia jaringan adiposa
(Ridha,2019).
Inflamasi merupakan respons protektif tubuh yang disebabkan oleh
kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan atau mengurangi agen
pencedera maupun jaringan yang terkena cedera (Harjadi, 2020).
Etiologi inflamasi ada beberapa macam, yaitu infeksi mikroba, agen kimia,
agen fisik, jaringan nekrotik, dan melalui reaksi imunologik. akibat yang dapat
ditimbulkan dari terjadinya inflamasi diantaranya adalah pembentukan
jaringan parut, kerusakan organ progresif, dan adanya reaksi hipersensitivitas
(Harijadi, 2018).
Inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar, yaitu:
a. Inflamasi akut, adalah inflamasi yang berlangsung relatif singkat, dari
beberapa menit sampai beberapa hari. Inflamasi akut ditandai dengan
eksudasi cairan dan protein plasma serta akumulasi leukosit
neutrofilik yang menonjol.
b. Inflamasi kronik, adalah inflamasi yang berlangsung lebih lama mulai
harian sampai tahunan dan ditandai dengan influx limfosit dan
makrofag yang disertai dengan pembentukan jaringan parut. Pada
keadaan anemia karena inflamasi, adanya sitokin pro inflamasi dapat
menstimulasi pengeluaran hepcidin di hati dan menghambat aktifitas
ferritin di makrofag. Hepcidin merupakan regulator utama dari
homeostasis besi yang berfungsi untuk mengkoordinasi penggunaan
dan penyimpanan besi (Ridha, 2019). Pengeluaran hepcidin dapat
menyebabkan absorbsi zat besi meningkat karena tubuh akan
berusaha menyesuaikan zat besi yang diserap tetap berada dalam
jumlah normal melalui kerja transferrin yang mengikat lebih banyak
zat besi (Crowin, 2018).
Dengan meningkatnya absorbsi zat besi, maka simpanan zat besi
dalam bentuk ferritin di hati akan berkurang dan jumlah zat besi yang
akan di transfer ke sumsum tulang untuk proses pembentukan
hemoglobin tidak tercukupi Akibatnya, kadar hemoglobin akan
menurun dalam jumlah tertentu yang disebut dengan anemia (Dewi,
2020).
2.5 Gejala Anemia
Anemia ditandai dengan kondisi tubuh yang disebut dengan 5L
(lelah,letih, lesu, lemah, lalai), bibir tampak pucat, nafas pendek, nafsu
makan berkurang, mudah pusing, dan mudah mengantuk (Depkes, 2017).
Sedangkan,menurut Arisman (2021) gejala anemia biasanya tidak khas
seperti pucat,mudah lelah, jantung berdebar, dan sesak nafas.
2.6 Dampak Anemia
Pada remaja perempuan, dampak anemia dapat terbawa hingga dewasa
dan hamil. Anemia yang terjadi pada perempuan hamil berhubungan dengan
kejadian BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) dan meningkatkan resiko kematian
ibu dan perinatal. Selain itu, anemia pada perempuan hamil juga dapat
meningkatkan resiko komplikasi perinatal dan kelahiran prematur (Fikawati,
2018). Sedangkan pada remaja laki-laki, dampak anemia yang dapat terjadi
adalah adanya gangguan perkembangan fisik, menurunnya konsentrasi
belajar,dan tidak tercapainya tinggi badan maksimal karena pada masa
remaja terjadi puncak pertumbuhan tinggi badan (Indar tanti, 2019).
Remaja yang menderita anemia gizi besi lebih mudah terserang infeksi
karena defisiensi zat besi dapat menyebabkan gangguan fungsi neutrofil dan
berkurangnya sel T untuk pertahanan tubuh terhadap infeksi. Proses
pertahanan tubuh terhadap infeksi virus atau bakteri oleh sel darah putih
merupakan komponen penting dari mekanisme pertahanan tubuh yang
akan terganggu pada kondisi defisiensi zat besi (WHO, 2019).
2.7 Klasifikasi anemia
1. anemia defisiensi besi
anemia defisiensi besi adlah anemia yang disebbakan karena
kekurangan zat besi dalam darah. Konsentrsi hemoglobin dalam darah
berurang karena pembentukan sel darah merah terganggu,akibatnya
ukuran sel darah merah menjadi kecil(microcytic) kandungan hemoglobin
menjadi rendah(hypochromic).semakin berat kekurangan zat besi dalam
darah, maka semain berat pula tingat anemia
2. anemia defisiensi asam folat
anemia defisiensi asam folat disebut juga anemia megalobastik
atau makrositik dalam anemia defisiensi asam folat, keadaan sel darah
merah tidak normal dengan ciri-ciri bentuknya lebih besar, jumlahnya
sediit dan belum matang
2.8 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Anemia
a. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah perbedaan seks yang ditentukan
sejak lahir dan dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan
pada jenis kelamin akan menentukan banyaknya kebutuhan gizi
seseorang yang harus terpenuhi.Obesitas lebih sering terjadi pada
perempuan dibandingkan dengan laki-laki (Brown, 2019 dalam Savitri,
2019
b. Obesitas
Status gizi adalah perwujudan dari zat gizi dalam bentuk variabel
tertentu. Status gizi yang baik akan membawa seseorang untuk menjadi
sehat dan produktif. Indikator yang digunakan untuk mengukur status gizi
adalah Indeks Massa Tubuh (IMT). Untuk mendapatkan nilai IMT,
dilakukan pengukuran antropometri yang terdiri dari berat badan dan
tinggi badan. Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan antara asupan makanan yang masuk dengan aktifitas
fisik. Obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
kompleks terkait lingkungan, gaya hidup,dan gen. selain itu, obesitas
dapat menjadi faktor resiko terjadinya anemia danbeberapa penyakit
degeneratif lainnya (Mahan, 2020).

c. Aktivitas fisik
Menurut WHO (2018), aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.
Aktifitas fisik adalah gerakan fisik yang dilakukan oleh tubuh dan sistem
penunjangnya. Aktifitas fisik pada remaja dpat mempunyai hubungan
dengan peningkatan rasa percaya diri, self-concept, rasa cemas, dan
stress yang rendah (Brown, 2018).

2.9 Cara Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia


Menurut Kemenkes R.I (2019), upaya pencegahan dan penanggulangan
anemia dilakukan dengan memberikan asupan zat besi yang cukup ke dalam
tubuh untuk meningkatkan pembentukan hemoglobin. Upaya yang dapat
dilakukan diantaranya:
a. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi
Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi dengan pola makan
bergizi seimbang, yang terdiri dari aneka ragam makanan, terutama
sumber pangan hewani yang kaya zat besi (besi heme) dalam jumlah
yang cukup sesuai dengan AKG. Selain itu juga perlu meningkatkan
sumber pangan nabati yang kaya zat besi (besi non-heme), walaupun
penyerapannya lebih rendah dibanding dengan hewani.
b. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi
Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau lebih zat gizi
kedalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut.
Penambahan zat gizi dilakukan pada industri pangan, untuk itu
disarankan membaca label kemasan untuk mengetahui apakah bahan
makanan tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi.
c. Suplementasi zat besi
Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi
kebutuhan terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat besi.
Pemberian suplementasi zat besi secara rutin selama jangka waktu
tertentu bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat,
dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat besi di dalam
tubuh.

2.10 Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan


Kewenangan Bidan

• UU no 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan

Kewenangan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan tertuang pada


Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan pasal 46, yang
berbunyi sebagai berikut:
Bab IV

Bagian Kedua : Tugas dan Wewenang


Pasal 46:

1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas memberikan


pelayanan yang meliputi:

1) pelayanan kesehatan ibu;


2) pelayanan kesehatan anak;
3) pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana;

4) pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang;


dan/atau

5) pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.


2) Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
secara bersama atau sendiri.

3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


secara bertanggung jawab dan akuntabel.

Paragraf 1
Pelayanan Kesehatan Ibu
Pasal 49

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu


sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan berwenang :

1) Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;


2) Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;
3) Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan menolong
persalinan normal;

4) Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;


5) Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin,
nifas, dan rujukan; dan

6) Melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa


kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan
pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.

2. PMK No. 21 Tahun 2021


Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta
Pelayanan Kesehatan Seksual.

Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil

Pasal 5

a. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil dilakukan untuk


mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan
persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang
sehat.

b. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada:

a. Remaja;
b. Calon pengantin; dan/atau

c. Pasangan usia subur.

c. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
Pemeriksaan fisik;
Pemeriksaan penunjang;

Pemberian imunisasi;
Suplementasi gizi;

Konsultasi kesehatan; dan


Pelayanan kesehatan lainnya.

Pasal 6

1 Pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a


paling sedikit meliputi:

a. Pemeriksaan tanda vital; dan


b. Pemeriksaan status gizi.

2 Pemeriksaan status gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


harus dilakukan terutama untuk:

Menanggulangi masalah Kurang Energi Kronis


(KEK); dan

Pemeriksaan status anemia.


Pasal 7

Pemeriksaan penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3)


huruf b merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan
indikasi medis, terdiri atas:

Pemeriksaan darah rutin;

Pemeriksaan darah yang dianjurkan;


Pemeriksaan penyakit menular seksual;

Pemeriksaan urin rutin; dan


Pemeriksaan penunjang lainnya.

Pas al 8
(1) Pemberian imunisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(3) huruf c dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan
terhadap penyakit Tetanus.
(2) Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan.

(3) Status T5 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan agar


wanita usia subur memiliki kekebalan penuh.

(4) Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat


pemberian imunisasi dasar dan lanjutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan
saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin.

(5) Ketentuan mengenai Pemberian imunisasi tetanus toxoid


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 9

5 Pemberian suplementasi gizi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3)


huruf d bertujuan untuk pencegahan anemia gizi.

6 Pemberian suplementasi gizi untuk pencegahan anemia gizi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi
seimbang dan tablet tambah darah.
Pasal 10

1. Konsultasi kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5


ayat (3) huruf e berupa pemberian komunikasi, informasi,
dan edukasi.

2. Komunikasi, informasi, dan edukasi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dapat diberikan oleh tenaga kesehatan dan
tenaga nonkesehatan.

3. Tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


meliputi guru usaha kesehatan sekolah, guru bimbingan dan
konseling, kader terlatih, konselor sebaya, dan petugas lain
yang terlatih.
4. Komunikasi, informasi, dan edukasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) antara lain diberikan melalui ceramah tanya
jawab, kelompok diskusi terarah, dan diskusi interaktif
dengan menggunakan sarana dan media komunikasi,
informasi, dan edukasi.

Pasal 11

5. Materi pemberian komunikasi informasi dan edukasi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dilakukan
sesuai tahap perkembangan mental dan kebutuhan.

6. Materi pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi untuk


remaja meliputi :

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS);


Tumbuh kembang Anak Usia Sekolah dan
Remaja;
Kesehatan reproduksi;

Imunisasi;
Kesehatan jiwa dan NAPZA;

Gizi;
Penyakit menular termasuk HIV dan AIDS;

Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat


(PKHS);dan

Kesehatan intelegensia.

7. Materi pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi untuk


calon pengantin dan pasangan usia subur (prakonsepsi)
meliputi :
• Informasi pranikah meliputi:

a. Kesehatan reproduksi dan pendekatan siklus hidup;


b. Hak reproduksi;
c. Persiapan yang perlu dilakukan dalam persiapan pranikah; dan
d. Informasi lain yang diperlukan;

• Informasi tentang keadilan dan kesetaraan gender dalam pernikahan


termasuk peran laki-laki dalam kesehatan.
8. Persiapan pranikah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a angka 3 antara lain persiapan fisik, persiapan gizi,
status imunisasi Tetanus Toxoid, dan menjaga kesehatan
organ reproduksi,
3. Permenkes No. 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan
Pasal 18

Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan


untuk memberikan:

a. pelayanan kesehatan ibu;

b. pelayanan kesehatan anak; dan

c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 19

1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal


18 huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil,
masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara
dua kehamilan.

2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi pelayanan :
a. konseling pada masa sebelum hamil;

b. antenatal pada kehamilan normal;

c. persalinan normal;

d. ibu nifas normal;

e. ibu menyusui; dan

f. konseling pada masa antara dua kehamilan.

3. Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:
a. Episiotomi;

b. Pertolongan persalinan normal;


c. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
d. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

e. Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;


f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;

g. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu


eksklusif;

h. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan


postpartum;

i. Penyuluhan dan konseling;


j. Bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan

k. Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.


Pasal 21

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan


keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan
berwenang memberikan:

1) penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan


dan keluarga berencana; dan
2) pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan

4. KEPMENKES NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020 Tentang Standar


Profesi Bidan

BAB IV DAFTAR POKOK BAHASAN, MASALAH, DAN KETERAMPILAN

a. Daftar Pokok Bahasan


Area Kompetensi 4: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Praktik Profesional Kebidanan dan Manajemen Asuhan terdiri atas:
1) Asuhan Kebidanan fisiologis:
a. Pranikah dan masa sebelum hamil
b. Kehamilan fisiologis holistik
c. Persalinan fisiologis holistik
d. Bayi Baru Lahir fisiologis holistik
e. Nifas fisiologis holistik
f. Neonatus, bayi dan balita fisiologis holistik
g. Keluarga Berencana (KB) fisiologis holistik
h. Kesehatan reproduksi fisiologis holistik
i. Asuhan kebidanan komunitas

2.11 DAFTAR KETERLAMPILAN PRAKTEK PROFESI BIDAN

Lingkup Asuhan Tingkat


No Daftar Keterampilan
Kebidanan Kemampuan
Masa Remaja 1 Skrining masalah kesehatan reproduksi remaja 3
2 KIE kesehatan reproduksi remaja 4
3 Edukasi tentang selaput dara berbasis budaya 3
dan etiko legal
4 Edukasi menarche 4
5 Edukasi tanda-tanda seks sekunder 4
6 Edukasi pola hidup sehat bagi remaja 4
7 Konseling kesehatan reproduksi remaja 4
8 Memfasilitasi konselor teman sebaya 3
9 Imunisasi sesuai program 4
10 Tata Laksana dengan korban kekerasan fisik 3
dan seksual.
11 Konseling Terhadap Perempuan dan Anak 3
Penyintas Kekerasan
Masa Klimakterium 1 Asuhan pada Masa Klimakterium 3
Deteksi Dini Keganasan Organ Reproduksi 3
Perempuan
Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan 4
Seksualitas
Identifikasi masalah kesehatan reproduksi pada 3
masa klimakterium
2 Dukungan psikososial pada keluhan masa 4
klimakterium
3 Edukasi perubahan pada masa klimakterium 4
4 Terapi Sulih Hormon 2
5 Identifikasi tanda dan gejala awal masalah 3
kegananasan pada masa klimakterium
6 Edukasi tanda–tanda keganasan pada masa 4
klimakterium
7 Konseling adaptasi pada masa klimakterium 2

2.12 Daftar Masalah Yang sering Muncul

Lingkup Asuhan
Daftar Masalah
Kebidanan
Masa Remaja 1) Belum haid pada usia 15 tahun
2) Nyeri haid
3) Haid tidak teratur
4) Payudara tidak berkembang
5) Sering pusing saat haid
6) Haid banyak
7) Haid sedikit
8) Keputihan
9) Vagina gatal
10) Sering keram perut
11) Nafsu makan berkurang
12) Kegemukan
13) Hamil remaja
14) Hamil yang tidak diinginkan
15) Ketergantungan rokok
16) Ketergantungan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
(NAPZA)
17) Korban kekerasan
18) Kulit gatal-gatal
19) Kemasukan benda asing pada hidung anak
Masa Klimakterium 1) Rasa berdebar-debar
2) Wajah terasa panas
3) Perdarahan setelah berhenti haid 1 (satu) tahun
4) Persendian nyeri
5) Nyeri saat senggama
6) Emosi tidak stabil
7) Mudah tersinggung
8) Penurunan gairah seksual
9) Gejolak panas
10) BB meningkat
11) Mudah lelah
12) Heart burn/ nyeri ulu hati
13) Nafsu makan menurun
14) Sulit tidur
15) Periksa rutin
16) Memeriksa tanda-tanda vital
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMULIR PENGKAJIAN REMAJA
No Reg:
Nama Pengkaj : septiana lia wungo
Hari dan tanggal Pengkajian : senin,27 februari
2023
Waktu Pengkajian : 09:00 wib
Tempat Pengkajian : smk gelora industri

DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama : rani riska
Umur : 16 tahun
Agama :islam
Suku/
Bangsa :betawi
Pendidikan: smk
Alamat : danau indah, rt 05/06
No. Telp : 085434432344
2. Keluhan saat ini :
nn r. mengatakan merasa Lelah, mudah mengantuk dan sering pusing

3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Lama : 7 hari
Siklus : 28 hari
Keluhan : tidak ada
Keputihan : jarang
4. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit Masa Kecil :
1) Apakah Pernah sakit? pernah sakit
2) Jika pernah, sakit apa? panas, batuk pilek
3) Berapa lama? 1-3 hari
b. Dirawat di rumah sakit
1) Apakah pernah dirawat di rumah sakit? tidak pernah
2) Jika pernah, Kapan dirawat dan diagnosa apa?
3) Berapa lama perawatannya?
c. Obat-obatan yang digunakan
1) Adakah menggunakan obat rutin? tidak ada
2) Obat apa yang digunakan?
3) Berdasarkan resep dokter atau beli sendiri?
d. Tindakan operasi
1) Apakah pernah mengalami tindakan operasi? tidak perrnah
2) Jika pernah,Kapan dan tindakan operasi apa?
5. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

a. Pola Makan Frekuensi Porsi


Frekuensi Porsi
 Jenis makanan: nasi, telur dan sayur-sayuran 6. R

 Makanan pantangan: tidak ada pantangan i


w
 Keluhan: tidak ada keluhan
a
y
b. Pola Minum
a
 Frekuensi Porsi: porsi setengah 3x dalam sehari
t
 Jenis minuman: air putih
 Keluhan: tidak ada keluhan
c. Istirahat
 lama tidur: 6-7 jam
 Keluhan: tidak ada
d. Personal Hygiene
 Mandi: 2x dalam sehari
 Keramas: 3x dalam seminggu
 Sikat gigi: 2x dalam sehari
 Ganti baju: 2x dalam sehari
 Keluhan: tidak ada
e. Eliminasi
 Frekuensi BAK: 4-5x dalam sehari
 Warna: kining muda
 Bau: bau khas
 Keluhan: tidak ada
 Frekuensi BAB: 1x dalam sehari
 Warna: kecoklatan
 Bau: berbau khas
 Keluhan: tidak ada

Imunisasi
1) Imunisasi TT
TT I : sudah di TT (SD)
TT II : Belum dapat
TT III :
TT IV :
TT V :
2) Imunisasi HPV:
HPV I :
HPV II :
HPV III :
7. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
a. Konsumsi alkohol : tidak minum alkohol
b. Merokok : tidak merokok
c. Penggunaan Napza : tidak menggunakan napza
d. Seks Bebas :tidak

8. Riwayat psikososial
Pola pengasuhan orang tua

a. Otoriter (orang tua menerapkan aturan dan batasan yang mutlak harus
ditaati, tanpa memberikan kesempatan kepada anak untuk berpendapat)
b. Demokratis (menanamkan disiplin kepada anak dan menghargai
kebebasan yang tidak mutlak, dengan bimbingan penuh pengertian
antara anak dan orang tua)
c. Permisif (membebaskan anak untuk melakukan apa yang ingin
dilakukan tanpa mempertanyakan)

DATA OBJEKTIF

1. PemeriksaanUmum
a. Keadaan umum: baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Status emosional:stabil
d. Tanda vital
Tekanan darah : 99/70
Nadi : 82x/m
Pernafasan : 19x/m
Suhu : 36,5
e. BB/TB : 45/153
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut :bersih berwarna hitam
2) Kepala : bersih tidak ada ketombe
b. Wajah
1) Pucat : pucat
2) Edema : tidak edema
c. Mata
1) Sklera : warnah putih tidak ikterik
2) Konjungtiva : anemis
d. Hidung
1) Kebersihan : bersih tidak ada kotoran
2) Polip : tidak ada polip
3) Serumen : tidak ada serumen
e. Telinga
1) Kebersihan : bersih
2) Serumen : tidak ada serumen
3) Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
f. Mulut
1) Stomatitis : tidak ada
2) Gusi : merah muda, tidak ada peradangan
g. Gigi : bersih tidak ada gigi yang berlubang dan tidak
ada keries
h. Leher
1) Kelenjar tiroid : tidak ada pembengkekan
2) Kelenjar Limfe : tidak ada pembengkakan
3) Vena jogularis : tidak ada pembengkakan
i. Dada : tidak ada kelainan
j. Abdomen
1) Bentuk : bulat
2) Bekas luka : tidak ada
3) Massa/ Tumor : tidak ada
4) Turgor kulit : kembali dengan cepat
5) Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
k. Genetalia : bersih, tidak ada tanda-tanda bahaya
l. Ekstremitas
1) Telapak tangan : pucat
2) Oedem : tidak udema
3) Varices : tidak ada
4) Reflek patella : +/+

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Hb : 9,4 gr/dl

b. Hepatitis :tidak
c. HIV/AIDS :tidak

d. Sifilis :tidak

ANALISA
Nn. R usia 16 tahun dengan anemia

PENATALAKSANAAN

1. Melaukan informed consent dan informed choice untuk persetujuan


tindakan( pasien mengerti dan menandatangani surat)
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa klien mengalami anemia
(pasien mengerti)
TTV
Tekanan darah : 90/70 mmHg Nadi: 80x/menit
Respirasi : 22x/menit Suhu : 36,5 °C
3. menjelaskan tentang anemia anemia merupakan kondisi medis yang
terjadi Ketika jumlah sel darah merah dalam tubuh lebih rendah dari
jumlah normal.
(pasien mengerti dengan penjelasannya)
4. Memberikan KIE kepada klien tentang tanda dan gejala anemia yaitu bibir
tampak pucat, nafas pendek, nafsu makan berkurang, mudah pusing, dan
mudah mengantuk. (pasien mengerti tanda-tanda anemi)
5. Menyarankan pasien untuk mengkonsumsi makanan mengandung zat
besi seperti (sayur-sayuran hijau, buah-buahan, ikan, hati, telur) (pasien
mengerti dan bersedia ikut anjuran dari bidan).
1. Memberikan penyuluhan tentang gizi seimbang ( pasien mengerti)
2. Memberikan pemberian tablet fe tambah darah 1x1 ( pasien mengerti
dan bersedia meminumnya)

1. Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan


Kehamilan

Hari dan Tanggal : senin, 27-02-2023


Tempat Praktik : Puskesmas danau indah
Nama : septiana lia wungo
Program Studi : Profesi Bidan

Pathway Kasus Kebidanan


Nama : Nn.r
Tanda / Gejala / keluhan Usia : 16Tahun
secara teori : TW I ( Tanda
dan gejala ) Nn.S usia 16 tahun dengan
Anemia
Gejala umum anemia pada
remaja adalah merasa lelah Tanda / Gejala / keluhan yang
dialami pasien
dan sering mengantuk karena
Patofisiologi (Sesuai Tanda /
rendahnya Hb dan kurangnya S: sering merasa pusing,
Gejala / keluhan yang dialami letih,lesu dan mudah
oksigen,merasa pusing dan pasien).. mengantuk
lemas karena kurangnya Menurut depkes (2018) remaja O: k/u: BAIK, kes:
energi menyebabkan merasa putri merupakan salah satu composmentis
lelah dan mudah capek. kelompok yang rawan menderita TD: 99/70
anemia, oleh karena itu sasaran Nd: 82 x/menit
Anemia sering terjadi selama
program penanggulangan anemia Rr: 19x/menit
masa remaja maupun hamil
gizi telah dikembangkan, anemia Wajah pucat, konjungtiva
dikarenakan terjadi anemis, sklera ikterik,
adalah keadaan dimana masa
peningkatan kadar cairan
eritrosit atau masa hemoglobin
plasma Penyebab anemia
yang beredar tidak dapat
umumnya karena Kurang gizi
memenuhi fungsinya untuk
(malnutrisi), Kurang zat besi
menyediakan oksigen bagi
dalam diit
jaringan tubuh .Konsumsi
makanan merupakan faktor
penyumbang terbesar yang
mempengaruhi kadar hemoglobin
dalam darah. Makanan adalah
sumber zat gizi yang diperlukan
oleh tubuh salah satunya
berperan dalam pembentukan
hemoglobin. Kebutuhan zat gizi
Asuhan yang diberikan :
yang tidak tercukupi pada remaja
1. Melakukan inform consent dan inform choice untukkarenaketidakseimbangan
terjadi
Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan :
persetujuan tindakan
asupan zat gizi pada konsumsi
2. Memberitahukan pasien hasil pemeriksaan bahwa 1. Mengurangi kecemasan klien
makanan.
saat ini klien mengalami anemia 2. Mengurangi terjadinya anemia pada remaja

3. Memberikan KIE kepada pasien tentang tanda dan 3. Memberikan pemahaman agar pasien selalu

gejala anemia yaitu bibir tampak pucat, nafas menjaga pola makannya

pendek, nafsu makan berkurang, mudah pusing, 4. Mendapatkan tindakan selanjutnya

dan mudah mengantuk 5. Memberikan konseling untuk mengatasi

4. Menyarankan pasien untuk mengkonsumsi makanan masalah yang dialami

mengandungFe(sayur-sayuran hijau, ikan, hati, telur) 6. Memberikan pemahaman agar klien selalu
sehat
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini penulis mengangkat kasus anemia pada remaja


dikarenakan terdapat tanda anemia pada remaja yaitu hb yang rendah dan
mengeluh pusing mata berkunang – kunang. Dalam hal ini penyebab anemia
pada remaja biasanya disebabkan karena kekurangan gizi (malnutrisi),
kekurangan zat besi,anemia dapat berpengaruh buruk terutama pada saat hamil,
persalinan dan nifas. Anemia disebabkan oleh adanya kekurangan nutrisi zat
besi oleh karena itu iremaja mudah terkena anemia karena pada Kebutuhan zat
gizi yang tidak tercukupi pada remaja terjadi karena ketidakseimbangan asupan
zat gizi pada konsumsi makanan

Dampak anemia pada remaja yaitu mudah lelah dan dapat menurunkan
konsentrasi belajar disamping itu juga dapat menurunkan daya tahan tubuh
sehingga mudah terkena infeksi. Prevelensi anemia yang tinggi dikalangan
remaja jika tidak tertangani dengan baik akan berlanjut hingga dewasa dan
berkontribusi besar terhadap angka kematian ibu, bayi baru lahir prematur, dan
bayi dengan berat lahir rendah.

Pada kasus ini Nn “r” mengalami anemia atas dasar keluhan yaitu sering
merasa pusing, mudah lelah dan cepat mengantuk, klien mengatakan kurang
nafsu makan setelah dilakukan pemeriksaan yaitu Nn. “r” mengalami anemia
dengan Hb 9,4 gr/dl sehingga penulis mendiagnosa menjadi anemia yang masuk
kedalam fisiologis sedangkan anemia patologis yaitu ditandai dengan cepat lelah.
Kulit pucat , denyut jantung tidak teratur, sesak napas dan dada terasa nyeri.

Anemia pada remaja merupakan anemia yang banyak disebabkan karena


kurangnya asupan zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin,
yaitu zat besi ( Fe), vitamin C dan tembaga. Zat besi diperlukan untuk
membentuk bagian heme dari hemoglobin, vitamin C juga merupakan unsur
esensial untuk pembentukan hemoglobin dan tembaga diperlukan untuk absorpsi
besi dari traktus gastrointestinal. Anemia ditandai dengan gejala letih, lesu,
pucat, tidak bertenaga, kurang selera makan dan tangan dan kaki dingin.Gejala-
gejala tersebut harus segera diatasi agar tidak menimbulkan dampak yang lebih
serius terhadap kualitas sumber daya manusia.

Dampak anemia pada remaja antara lain menurunnya kemampuan dan


konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan,menurunkan kemampuan fisik,
menurunkan daya tahan tubuh dan produktivitas kerja serta kebugaran yang
menurun. ( Savitri, dkk, 2019)

Anemia merupakan suatu kondisi ketika jumlah sel darah merah atau
konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah yaitu Hemoglobin (Hb) tidak
memenuhi untuk kebutuhan fisiologis tubuh, anemia merupakan suatu keadaan
ketika kadar Hb di dalam darah lebih kurang dibandingkan nilai normal bagi
sekelompok orang berdasarkan umur, dan jenis kelamin. (SDKI, 2018).
Anemia pada Nn “r” terjadi karena pasien mengatakan tidak selera makan
dan makan hanya sedikit sehari hanya 2 kali sehingga penulis melakukan
penatalaksanaan kepada Ny. r yaitu Memberitahu ibu untuk menjaga pola
makannya dan konsumsi makanan gizi seimbang,memberitahu pasien tentang
konsumsi susu dan vitamin selama masa kehamilan, Memberitahupasien untuk
mengkonsumsi makanan mengandung (sayur-sayuran hijau, ikan, hati,
telur.memberitahu pasien untuk konsumsi tablet fe 1x1 secara teratur, melakukan
konseling mengenai makanan yang mengandung zat besi seperti daging
sapi,ayam,roti gandum, kacang merah bayam dan telur, anemia dalam
kehamilan disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi,
Berdasarkan studi kasus Nn”r” remaja dengan anemia sedang tidak
ditemukan adanya yang menyimpang. Oleh karen itu bila dibandingkan dengan
tinjauan pustaka dan studi kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus Manajemen Asuhan Kebidanan
remaja Dengan Anemia Di puskesmas Danau indah
1. Telah dilakukan pengkajian data dan analisis data pada
Nn“r” dengan anemia di smk gelora industri
2. Telah dilaksanakan perumusan untuk menganalisa dan
menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosa
atau masalah aktual pada Nn “r” dengan anemia di smk
gelora industri
3. Menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Nn
“r” dengan Anemia smk gelora industri Indah berdasarkan
diagnosa masalah aktual dan masalah potensial.
4. Telah dilaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Nn
“r” dengan Anemia smk gelora industri dengan hasil
semua tindakan dapat dilakukan secara menyeluruh tanpa
adanya hambatan.
5. Telah dilakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan pada
Nn “r” dengan Anemia di smk gelora industri Telah di
lakukan pendokumentasian semua hasil temuan dan
tindakan asuhan pada Nn “r” dengan Anemia smk gelora
industri

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta :
Doenges, Marilynn, dkk. 2019. Rencana Asuhan Keperawatan,
Pedoman Untuk
EGC.
Haznan. 2018. Anemia dan Cara Penanggulangannya. Bandung :
Ganesa.
Keperawatan ). Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran Bandung.
Long, Barbara C.2018. Perawatan Medikal Bedah ( Suatu
Pendekatan Proses
Manjoer, Arief. (2019). Kapita Selekta Kedokteran. FK UI : Media
Aeskulatius
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai