Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PRA STASE REMAJA

Pembimbing Pendidikan : Dr. Rika Nurhasanah, M.Keb

DISUSUN OLEH :

Ernah (NPM 315221012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU DAN KESEHATAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JENDERAL

ACHMAD YANI

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat-Nya,

penulis dapat menyelesaikan tugas Pra Stase remaja. Tugas ini merupakan tugas dalam

bentuk Laporan Pendahuluan pada tahapan pra stase, yang mana kelompok mengawali

dengan memberikan konseling dan pemeriksaan Hb pada remaja untuk mencegah terjadinya

anemia dan masalah kesehatan lainnya yang beresiko terjadi pada remaja. Oleh karena itu,

kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan selanjutnya, dan

semoga makalah ini bisa dijadikan referensi untuk laporan pendahuluan Stase Pra Klinik

selanjutnya. Kami mengucapkan terima kasih dan semoga tugas ini bermanfaat bagi banyak

pihak.

Cimahi, November 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................8

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................... 12

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................. 14

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

Berbagai pendapat yang membahas tentang batasan usia remaja. Batasan usia remaja dapat

dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu usia 12–15 tahun termasuk masa remaja awal, usia 15–18

tahun termasuk masa remaja pertengahan, dan usia 18–21 tahun termasuk masa remaja akhir.

Masa remaja identik dengan masa yang penuh tantangan dan krisis. Remaja juga perlu

melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang mulai timbul di masa ini.

Perubahan dalam masa remaja melibatkan 3 aspek, yaitu perubahan biologis, kognitif, dan

sosio-emosional (Rizkyta, 2017). Salah satu perubahan biologis pada masa remaja yaitu

terjadinya masapubertas dengan ditandai adanya mimpibasah pada laki– laki dan menarche

pada perempuan (Senja & Widiastuti, 2020).

Pada masa remaja akan banyak perubahan yang terjadi karena merupakan masa peralihan

sehingga remaja banyak membutuhkan bimbingan dan pendidikan terkain dengan perubahan

yang terjadi hal yang biasanya berisko terjadi pada remaja adalah masalah kesehatan

reproduksi, PMS, anemia dan PHBS atau perilaku hidup bersih dan sehat.

Remaja harus memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi. Masa

remaja adalah masa kehidupan yang berisiko untuk memiliki masalah kesehatan

reproduksi yang berubah sesuai dengan perjalanan kehidupan. Data Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 memberikan hasil bahwa perilaku seks pada

remaja sebesar 59 persen pria dan 74 persen wanita sudah melakukan hubungan seksual

pranikah pada usia 15 –19 tahun. Masalah kesehatan reproduksi dan perilaku berisiko

masih sering terjadi di Indonesia. Beberapa perubahan yang dapat menimbulkan berbagai
macam perilaku menyimpang antara lain kenakalan di umur remaja, penyalahgunaan zat

terlarang seperti narkoba dan seks bebas yang dapat menimbulkan Penyakit Menular

Seksual (PMS), HIV/AIDS, kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, dan

sebagainya (Kharisma et al, 2020).

Menjaga kesehatan reproduksi adalah hal yang sangat penting terutama bagi para remaja .

Karena pada masa remaja adalah waktu terbaik untuk membangun kebiasaan baik terutama

dalam menjaga kebersihan yang menjadi aset sangat penting dalam jangka panjang

khususnya remaja putri.Pengetahuan masalah reproduksi tidak hanya wajib bagi remaja putri

saja tetapi juga bagi remaja laki-laki juga harus mengetahui dan mengerti cara hidup dengan

reproduksi yang sehat agar tidak terjerumus ke pergaulan yang salah yang merugikan bagi

remaja (PENTINGNYA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI BAGI REMAJA |

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk Dan

Keluarga Berencana Provinsi Kalimantan Tengah, 2020).

Sebagai langkah awal pencegahan, peningkatan pengetahuan remaja mengenai

kesehatan reproduksi harus ditunjang dengan materi komunikasi, informasi dan edukasi

(KIE) yang tegas tentang penyebab dan konsekuensi perilaku seksual pada remaja.

Remaja seringkali merasa tidak nyaman atau tabu untuk membicarakan masalah seksualitas

dan kesehatan reproduksinya. Akan tetapi karena faktor keingintahuannya mereka akan

berusaha untuk mendapatkan informasi ini. Oleh karena itu pentingnya pendidikan tentang

PMS pada remaja (Djama Nusliati, 2019).

Kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dapat menimbulkan

masalah dalam kesehatan reproduksinya. Masalah yang akan timbul jika remaja tidak

mengetahui pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi yaitu penyakit menular

seksual dan infeksi menular Seksual. Kesehatan reproduksi remaja merupakan suatu kondisi

sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi pada remaja termasuk sehat
secara mental serta sosial kultural (Fauzi, 2008). Menjaga kesehatan reproduksi pada masa

remaja sangat penting, karena pada masa ini organ organ seksual remaja telah aktif (Senja &

Widiastuti, 2020).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan dengan

sadar sebagai bentuk pembelajaran, akibatnya keluarga, kelompok atau masyarakat dapat

membantu diri sendiri dibidang kesehatan dan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakat. Pola Hidup Bersih dan Sehat seharusnya sudah menjadi kebiasaan masyarakat

dan sudah dicanangkan sejak lama namun penerapannya pada kelompok remaja masih belum

optimal (Lysti Andini Rahma, et al, 2020). Pendidikan PHBS Perilaku hidup bersih dan sehat

pada remaja penting dilakukan agar remaja menjadi tahu, mau, dan mampu melaksanakan

perilaku hidup bersih dan sehat serta turut serta dengan aktif dalam gerakan hidup

bersih dan sehat dikalangan remaja sehingga remaja menjadi tumbuh sehat dan bebas dari

penyakit (Yufi Aris, yulianto et al, 2020).

Anemia yaitu jumlah sel darah merah atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah

(Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologi tubuh.1 Anemia pada wanita usia subur

merupakan tantangan di bidang gizi kesehatan reproduksi.3 Anemia saling terkait dengan

Target Gizi Global seperti: stunting, wasting dan berat badan lahir rendah. Anemia masuk

dalam program Sustained Development Goals (SDG) ke-2 dan ke-3 untuk mengurangi semua

bentuk kekurangan gizi dan memastikan kehidupan yang sehat untuk semua usia tahun 2030

(Simanungkalit & Simarmata, 2019).

Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar haemoglobin (Hb) seseorang dalam

darah lebih rendah dari normal. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang beresiko

terkena anemia. Berbagai penelitian di beberapa daerah di Indonesia masih menunjukan

tingginya prevelensi anemia pada remaja putri (El Shara et al., 2017).
Berdasarkan data Riskesdas 2018 proporsi anemia pada perempuan (27,2%) lebih tinggi

dibandingkan pada laki-laki (20,3%). Proporsi anemia pada kelompok umur 15-24 tahun

sebesar 32% tahun 2018 (Simanungkalit & Simarmata, 2019).

Melalui project ini diharapkan tingkat pengetahuan remaja meningkat sehingga mampu

untuk melindungi diri sendiri, menjaga kesehatan dan mampu untuk mengaplikasikannya

dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

Pentingnya melakukan edukasi pada remaja.

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah:

1. Remaja memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada diri remaja.

2. Meningaktnya pengetahuan remaja tentang masalah kesehatan yang beresiko

terjadi pada remaja.

3. Memberikan konseling atau edukasi pada remaja.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Remaja

2.1.1. Pengertian Remaja

Menurut WHO (Who Health Organization) bahwa definisi remaja dikemukakan

melalui tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosialekonomi. Sehingga dapat dijabarkan

bahwa remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali

menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan sosial.

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

2.1.2. Usia Remaja

Berbagai pendapat yang membahas tentang batasan usia remaja. Batasan usia remaja

dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu usia 12–15 tahun termasuk masa remaja awal, usia

15–18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, dan usia 18–21 tahun termasuk masa remaja

akhir. Masa remaja identik dengan masa yang penuh tantangan dan krisis. Remaja juga perlu

melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang mulai timbul di masa ini.

Perubahan dalam masa remaja melibatkan 3 aspek, yaitu perubahan biologis, kognitif, dan

sosio-emosional (Rizkyta, 2017).

2.1.3. Tahapan Perkembangan Remaja

Tahapan remaja dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada tiga (3) tahap

perkembangan remaja (Sarwono, 2008) yaitu : 1) Remaja Awal (Early Adolescene) Seorang

remaja pada tahap ini masih terheranheran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada

tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka

mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang

secara erotis. 2) Remaja Madya (Middle Adolescence) Pada tahap ini remaja sangat

membutuhkan kawankawan.Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada


kecenderungan “narcistik”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai temanteman yang

mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. 3) Remaja Akhir (Late Adolescence) Tahap

ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal

dibawah ini : a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. b. Egonya mencari

kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. d. Egosentrisme (terlalu

memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan

diri sendiri dengan orang lain. e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya

(private self) dan masyarakat umum (the public) (Lysti Andini Rahma, et al, 2020).

2.1.4. Masalah Kesehatan yang Sering Terjadi pada Remaja

1. Anemia

Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar hemoglobin

(Hb) dalam setiap millimeter kubik darah dalam tubuh manusia. Hampir semua gangguan

pada sistem peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan

pada tubuh, penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh.

Klasifikasi anemia Menurut Prawirohardjo (2009), macam-macam anemia adalah

sebagai berikut: 1) Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya

mineral fe. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan

makanan, karena gangguan absorbsi atau terpantau banyaknya besi keluar dari tubuh,

misalnya pada pendarahan. 2) Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh

defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12, anemia ini sering

ditemukan pada wanita yang jarang mengonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan

protein hewani tinggi. 3) Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena

penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. 4) Anemia

hipoplastik dan aplastik adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang belakang
kurang mampu membuat sel-sel darah yang baru (Prawirohardjo, 2009). Pada sepertiga kasus

anemia dipicu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi, radiasi, leukimia dan gangguan

imunologis.

2. Kesehatan Reproduksi

World Health Organization (WHO) memaparkan bahwa kesehatan reproduksi

merupakan suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari

penyakit kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

serta prosesnya. Peraturan pemerintah no 61 tahun 2014 menyebutkan bahwa Kesehatan

Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-

mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses

poduksi.

Masalah kesehatan reproduksi remaja tidak hanya memiliki dampak negatif terhadap

fisik, namun juga memiliki pengaruh jangka panjang terhadap kesehatan mental dan emosi,

keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Efek jangka panjang tersebut tidak hanya

berpengaruh pada remaja yang bersangkutan namun juga terhadap keluarga, masyarakat dan

bangsa pada akhirnya. Permasalahan utama kesehatan reproduksi pada remaja dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

a. Kehamilan tak dikehendaki, yang seringkali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan

komplikasinya,

b. Kehamilan dan persalinan usia muda yang menambah risiko kesakitan dan kematian ibu

dan bayi, c. Masalah infeksi menular seksual (IMS), termasuk infeksi HIV/AIDS

d. Tindak kekerasan seksual, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual dan transaksi seks

komersial.

3. PHBS (Perilaku hidup Bersih dan Sehat)


Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang

dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya

sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di

masyarakat (Sudayasa, 2009) Perilaku hidup bersih dan sehat adalah semua perilaku yang

dilakukan atas kesadaran sendiri untuk menolong diri sendiri, keluarga dan masyarakat untuk

menjaga, melindungi dan meningkatkan kesehatan (Kemenkes RI, 2011).


BAB III

TINJAUAN KASUS

Konseling pada remaja dilaksanakan di Yayasan Asih Putra pada hari Selasa 9 November

2021 pukul 09.00-selesai dengan jumlah siswa 44 siswa dengan usia 15-18 tahun. Jumlah

siswa wanita 21 dan siswa pria 23. Di kelas XI IPS dan XI IPA 1 dan 2. Pemeriksaan yang

dilakukan adalah pemeriksaan HB (hemoglobin) untuk melihat anemia atau tidak. Dari 5

siswa terdapat 2 yang mengalami anemia ringan.

A. Identitas Klien 1

Nama: IZH

Usia: 16 tahun

Kelas: XI IPS

B. Hasil Pemeriksaan

TD: 91/67

HR: 88x/menit

HB: 11, 3 g/dl

A. Identitas Klien 2

Nama: SNA

Usia: 16 tahun

Kelas: XI IPA II

B. Hasil Pemeriksaan

TD: 90/70
HR: 78x/menit

HB: 11, 5 g/dl

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis membahas tentang anemia yang terjadi pada usia remaja,

dari beberapa siswa yang dilakukan pemeriksaan HB didapatkan 2 siswa mengalami anemia

yaitu IJH 16 tahun dengan nilai HB 11,3 g/dl dan SNA 16 tahuan dengan nilai HB 11,5 g/dl.

Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar haemoglobin (Hb) seseorang dalam darah

lebih rendah dari normal. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang beresiko

terkena anemia. Berbagai penelitian di beberapa daerah di Indonesia masih menunjukan

tingginya prevelensi anemia pada remaja putri (El Shara et al., 2017). Anemia yaitu jumlah

sel darah merah atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah (Hb) tidak mencukupi

untuk kebutuhan fisiologi tubuh.1 Anemia pada wanita usia subur merupakan tantangan di

bidang gizi kesehatan reproduksi.3 Anemia saling terkait dengan Target Gizi Global seperti:

stunting, wasting dan berat badan lahir rendah. Anemia masuk dalam program Sustained

Development Goals (SDG) ke-2 dan ke-3 untuk mengurangi semua bentuk kekurangan gizi

dan memastikan kehidupan yang sehat untuk semua usia tahun 2030 (Simanungkalit &

Simarmata, 2019).

Kegiatan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi resiko anemia pada remaja

adalah dengan memberikan tablet Fe, melakukan konseling gizi seperti makanan apa yang

baik dan tidak baik untuk dikonsumsi oleh remaja, makan yang teratur dan sehat serta

menjaga pola hidup yang sehat.


BAB V

KESIMPULAN & SARAN

Masa remaja identik dengan masa yang penuh tantangan dan krisis. Remaja juga perlu

melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang mulai timbul di masa ini.

Perubahan dalam masa remaja melibatkan 3 aspek, yaitu perubahan biologis, kognitif, dan

sosio-emosional (Rizkyta, 2017). Meningkatkan pengetahuan remaja tentang anemia dan

masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada remaja sangat penting hal ini karena remaja

masih banyak yang belum paham tentang perubahan-perubahan yang terjadi. DIharapkan

semua pihak dapat mendampingi dan mendidik remaja agar menjadi generasi yang sukses

dalam segala bidang termasuk kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Djama Nusliati. (2019). Kesehatan Reproduksi Remaja.

http://ejournal.poltekkesternate.ac.id/ojs/index.php/juke/article/view/15/6

El Shara, F., Wahid, I., & Semiarti, R. (2017). Hubungan Status Gizi dengan Kejadian

Anemia pada Remaja Putri di SMAN 2 Sawahlunto Tahun 2014. Jurnal Kesehatan

Andalas, 6(1), 202. https://doi.org/10.25077/jka.v6i1.671

Kharisma et al. (2020). HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA ASUH DENGAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PANTI

ASUHAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2020.

https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/kespro/article/view/4432/2399

Lysti Andini Rahma, et al. (2020). OPTIMALISASI EDUKASI PHBS DAN GIZI SEIMBANG

PADA KELOMPOK REMAJA MELALUI MEDIA ONLINE.

http://jurnal.iakmi.id/index.php/FITIAKMI/article/view/45/60

PENTINGNYA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI BAGI REMAJA | Dinas

Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan

Keluarga Berencana Provinsi Kalimantan Tengah. (2020).

https://dp3appkb.kalteng.go.id/artikel/pentingnya-pengetahuan-kesehatan-

reproduksibagi-remaja.html

Rizkyta, D. P. (2017). HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KETERLIBATAN AYAH DALAM

PENGASUHAN DAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. 6, 12.


Senja, A. O., & Widiastuti, Y. P. (2020). TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG

KESEHATAN REPRODUKSI. 12(1), 8.

Simanungkalit, S. F., & Simarmata, O. S. (2019). Pengetahuan dan Perilaku Konsumsi

Remaja Putri yang Berhubungan dengan Status Anemia. Buletin Penelitian

Kesehatan, 47(3), 175–182. https://doi.org/10.22435/bpk.v47i3.1269

Yufi Aris, yulianto et al. (2020). Tampilan PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

(PHBS) DAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA.

https://journal.unigres.ac.id/index.php/JNC/article/view/1104/883

Anda mungkin juga menyukai