Oleh:
GEVI FEBRIANTIKA
P27824621023
Surabaya, 2021
Gevi Febriantika
NIM. P27824621023
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Asuhan Kebidanan
Holistik pada Prakonsepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Tambakrejo Surabaya.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. drg Bambang Hadi Sugit, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Surabaya.
2. Ibu Astuti Setiyani, SST.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
3. Ibu Titi Maharrani, SST.,M.Keb selaku Pembimbing Pendidikan 1
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
4. Ibu Dr. Kasiati, S.Pd.,S.Tr.Keb.,M.Kes selaku Pembimbing Pendidikan 2
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
5. drg Yekti Hapsari selaku Kepala Puskesmas Tambakrejo
6. Ibu Ambar Wahyuningsih, Amd.Keb selaku Pembimbing Lahan
Puskesmas Tambakrejo
7. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga
tugas ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih ada banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan untuk
menyempurnakan. Semoga laporan ini berguna bagi semua pihak yang
memanfaatkan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................. iii
DAFTAR ISI........................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Tujuan.......................................................................................... 4
1.3 Lama Praktik................................................................................ 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Tentang Pranikah................................................. 6
2.2 Asma dalam Kehamilan............................................................... 12
2.3 Tinjauan Asuhan Kebidanan pada Pranikah................................. 8
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Data Subyektif.............................................................................. 29
3.2 Data Obyektif............................................................................... 33
3.3 Assessment................................................................................... 34
3.4 Penatalaksanaan............................................................................ 34
BAB 4 PEMBAHASAN......................................................................... 36
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 39
5.2 Saran.................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 40
LAMPIRAN............................................................................................ 41
iv
2
BAB I
PENDAHULUAN
6
2.1.2 Tujuan asuhan pranikah
Menurut Kemenkes (2018), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
1. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat
dan berkualitas;
2. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir;
3. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi;
dan
4. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.1.3 Persiapan pranikah
Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2011) dan Kemenkes (2015),
persiapan pernikahan meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis dan
kesiapan sosial ekonomi.
1. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila telah
selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun. Persiapan fisik
pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan, status gizi, dan laboratorium
(darah rutin dan yang dianjurkan).
2. Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa siap untuk
mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan
mendidik anak.
3. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak hanya
membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang baik untuk
membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Status sosial ekonomi
7
juga dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti status sosial ekonomi
yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadi KEK dan anemia.
2.1.4 Pelayanan kesehatan pranikah
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes, 2014) dan telah tertulis dalam buku
saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin maupun bagi
penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI tahun 2018. Pemerintah baik
daerah provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan sumber daya
kesehatan, sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum
hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Di Surabaya telah diatur dalam Surat
Edaran Walikota Surabaya perihal Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS),
beberapa kegiatan program pendampingan 1000 HPK yang berkaitan dengan
pranikah adalah dengan pemeriksaan kesehatan calon pengantin meliputi
pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta penyuluhan kesehatan reproduksi calon
pengantin.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat
serta memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hami
sebagaimana yang dimaksud dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan
pasangan usia subur (Permenkes, 2014). Menurut Kemenkes (2018) dan PMK
No. 97 tahun 2014, kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau
persiapan pranikah sebagaimana yang dimaksud meliputi:
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda vital
(tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status gizi
(menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status
anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat ditentukan dengan menghitung
Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang, sebagai berikut:
8
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai
berikut:
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes. 2011. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa
dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Jakarta: Depkes RI
9
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki
kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit
tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk
mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status
T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki
kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5
saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi
tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon
pengantin.
Tabel Perlindungan Status Imunisasi TT
Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan
TT 1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap penyakit
Tetanus
TT II 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV > 25 tahun *)
Sumber: Kemenkes, RI. 2018. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan
Reproduksi Calon Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian
Kesehatan dan Kementrian Agama.
*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila telah
mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5.
4. Suplemen Gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan
melalui penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia
gizi besi, serta defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk
pemberian edukasi gizi seimbang dan tablet tambah darah.
5. Perencanaan Kehamilan
Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan
setiap pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/mental, fisik dan
10
finansial adalah hal yang tidak boleh diabaikan. Kesiapan aspek usia Pada
usia dibawah 20 tahun merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perencanaan kehamilan, karena pada usia dibawah 20 tahun apabila
terjadi kehamilan maka akan beresiko mengalami tekanan darah tinggi,
janin tidak berkembang, kehamilan prematur, kejang-kejang, perdarahan
bahkan kematian pada ibu atau bayinya (Kurniasih, 2010).
6. Konseling/Konsultasi Kesehatan Pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan
pranikah, konseling edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun
program persiapan pernikahan. Konseling pranikah merupakan
suatu proses konseling yang diberikan kepada calon pasangan untuk
mengenal, memahami dan menerima agar mereka siap secara lahir
dan batin sebelum memutuskan untuk menempuh suatu
perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017).
Menurut Kemenkes (2015), informasi pranikah yang dibutuhkan sebelum
memasuki jenjang pernikahan meliputi:
a. Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Catin perlu mengetahui informasi kesehatan reproduksi untuk
menjalankan proses fungsi perilaku reproduksi yang sehat dan aman.
b. Hak dan kesehatan reproduksi seksual
Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan perempuan
yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak ini menjamin
setiap pasangan dan individu untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu memiliki anak
serta untuk memperoleh informasi kesehatan reproduksi.
c. Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi
11
Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan,tugas antara
laki- laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat
berdasarkan sifat laki-laki dan perempuan yang dianggap pantas
sesuai norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan
masyarakat. Kesetaraan gender adalah suatu kondisi (kualitas
hidup) yang sama, laki-laki dan perempuan bebas
mengembangkan kemampuan personil mereka dan membuat
pilihan- pilihan tanpa dibatasi oleh stereotip, peran gender yang
kaku.
2.2 Asma dalam Kehamilan
2.2.1 Pengertian Asma
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernafasan adanya
peningkatan respons inflamasi menyebabkan obstruksi revesible akibat
kontraksi otot polos bronkus, hipersekresi mukus, dan edema mukosa
pada saluran pernafasan. Adanya iritan, infeksi virus, aspirin, udara
dingin, dan olahraga dapat menstimulasi respons inflamasi ini
(Rengganis, 2011)
2.2.2 Etiologi Asma
Berdasarkan penyebabnya, asma bronckial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu:
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor- faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan (antibiotik dan aspirin) dan spora jamur.
b. Intrinsik (Non-alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui seperti udara dengan
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi.
12
c. Asma Gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik. Ada beberapa hal yang merupakan
faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronchial:
1) Faktor predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang
jelas.
2) Faktor presipitasi
Alergen, alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
Misal debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,
bakteri dan polusi.
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut: missal: makanan dan
obat-obatan. Kontak yang masuk melalui kontak dengan
kulit. Misal: perhisan, logam dan jam tangan.
3) Perubahan Cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingan
merupakan factor pemicu terjadinya serangan asma.
4) Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang
sudah ada.
5) Lingkungan Kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana ia bekerja
(Rengganis, 2011).
13
2.2.3 Tanda dan Gejala Asma
Kesulitan bernafas
Kenaikan denyut nadi
Nafas berbunyi (wheezing)
Batuk
Kejang di sekitar otot dada
Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai
fase inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi,
dan diikuti bunyi Wheezing, batuk yang disertai serangan napas
sesak. Pada beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan,
sedang atau berat dan sesak napas penderita timbul mendadak,
dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih
berat (Rengganis, 2011).
2.2.4 Diagnosis Asma
Diagnosis asma tidak sulit, terutama bila dijumpai gejala yang klasik
seperti sesak nafas, batuk dan bunyi wheezing. Adanya riwayat asma
sebelumnya, riwayat penyakit alergik seperti rinitis alergik, dan keluarga
yang menderita penyakit alergik, dapat memperkuat dugaan penyakit
asma. Selain hal-hal di atas, pada anamnesa perlu ditanyakan mengenai
faktor pencetus serangan (Rengganis, 2011).
2.2.5 Komplikasi Asma dalam Kehamilan
1) Kekurngan oksigen yang masuk dari ibu ke janin dapat
menyebabkan masalah kesehatan janin, yaitu:
a. Kematian perinatal.
b. IUGR (12 %) gangguan perkembangan janin dalam rahim
menyebabkan janin lebih kecil dari umur kehamilannya.
c. Kehamilan preterm (12 %).
d. Hipoksia neonatal, oksigen tidak adekuat bagi sel-sel
e. Berat bayi lahir rendah
14
2) Kematian janin disebabkan oleh asma berat sebagai akibat
wheezing yang tidak terkontrol. Mekanisme penyebab berat bayi lahir
rendah pada wanita asma masih belum diketahui, akan tetapi terdapat
beberapa factor yang mendukung seperti perubahan fungsi plasenta,
derajat berat asma dan terapi asma
3) Plasenta memegang peranan penting dalam mengontrol
perkembangan janin dengan memberi suplai nutrisi dan oksigen dari
ibu (Rengganis, 2011).
2.2.6 Cara Mengendalikan Asma pada Saat Kehamilan
Cara terbaik adalah dengan melakukan disiplin diri baik selama
mempersiapkan kehamilan atau masa kehamilan. Berikut pola hidup
sehat yang bisa diterapkan ibu hamil dengan asma :
Membuat kunjungan dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya untuk mendapatkan penangangan medis apabila asma
kambuh sewaktu-waktu. Dokter akan membantu dalam
meringankan kecemasan dalam diri anda yang memiliki resiko
memicu asma memperparah keadaan.
Minum obat sesuai dengan resep dokter untuk menghindari efek
samping yang negatif terhadap perkembangan bayi.
Menghindari paparan asap rokok dan iritasi potensial lainnya,
seperti jamur, serbuk sari, debu dan bulu binatang. Apabila
aktivitas fisik dapat memicu asma, mengurangi aktivitas fisik
yang berlebih dapat menjadi solusi terbaik.
Menghindari konsumsi makanan pedas dan asam yang akan
memicu heartburn (kondisi panas pada perut)
Membiasakan untuk mengkonsumsi buah apel , kandungan dari
buah apel yaitu flavonoid sangat bermanfaat untuk kesehatan
paru-paru. Apel dapat dikonsumsi minimal 4 kali dalam
seminggu.
15
Dengan menjaga pola hidup yang sehat selama kehamilan akan
membantu ibu hamil yang menderita penyakit asma untuk persalinan
secara normal. Pemantauan janin secara teratur akan membantu dalam
persalinan. Bagi ibu hamil yang menderita asma, persalinan normal
masih mungkin untuk dilakukan sesuai dengan pemeriksaan kesehatan
bagi ibu dan janin saat memasuki persalinan (Gregorius, 2016).
2.3 Tinjauan Asuhan Kebidanan Prakonsepsi
2.1.1 Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Biodata
1) Nama
Untuk mengenal dan mengetahui pasien, nama harus jelas dan
lengkap agar tidak keliru dalam memberikan penanganan
(Ambarwati, 2011).
2) Umur
Usia reproduksi sehat wanita adalah 20-35 tahun kehamilan
dapat berpotensi menyebabkan kelahiran preterm, Intrauterine
Growth Retardation (IUGR), persalinan seksio sesaria,
perdarahan masa nifas, BBLR, dan premature (Saifuddin,
2014).
Perkembangan organ reproduksi pria mencapai keadaan
stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah
sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai
puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun
kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan,
dimana keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan
faal organ reproduksi (Khaidir, 2006). Usia laki-laki ≥ 40 tahun
semakin meningkatkan risiko kelainan baik fisik maupun
psikis pada keturunananya (McGrath, dkk, 2014).
16
3) Agama
Sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan mental dan
spiritual terhadap pasien ( Manuaba, 2012)
4) Suku
Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh
pasien.
5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual, karena tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap perilaku seseorang
(Ambarwati, 2010).
6) Pekerjaan
Pendapatan seseorang berpengaruh terhadap
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, salah
satunya adalah kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi yang
kurang baik dapat menyebabkan terjadinya anemia pada
ibu hamil, gangguan pertumbuhan janin dalam uterus,
BBLR, dan prematur (Reeder, dkk, 2011).
7) Alamat
Untuk mengetahui dimana ibu bertempat tinggal, mencegah
kekeliruan bila ada nama yang sama, memudahkan untuk
menghubungi keluarga, petunjuk pada saat kunjungan rumah
(Sulistyawati, 2009)
Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberikan
pengaruh terhadap kesehatan istri dan suami pada masa
prakonsepsi. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
perempuan yg bekerja di lingkungan pertanian lebih
sering mengalami abortus spontan dan kasus Stillbirth
(lahir mati) lebih sering dijumpai diantara perempuan
17
yang bertempat tinggal dekat tempat aplikasi karbamat
pada trimester II (Winardi, 2016).
b. Keluhan Utama
Calon pengantin datang untuk melakukan pemeriksaan sebelum
menikah dan untuk persiapan pranikah.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji calon pengantin pria dan wanita apakah pernah menderita
gejala yang mengarah pada penyakit hipertensi, DM,
Asma,TBC, Hepatitis, jantung, PMS, TORCH, dan HIV/AIDS,
memiliki alergi tertentu, memiliki riwayat penyakit gondongan.
2) Riwayat Kesehatan dahulu
Dikaji calon pengantin wanita dan pria apakah pernah menderita
gejala yang mengarah pada penyakit hipertensi, DM,
Asma,TBC, Hepatitis, jantung, PMS, TORCH, dan HIV/AIDS,
memiliki alergi tertentu, memiliki riwayat penyakit gondongan.
3) Riwayat Kesehatan keluarga
Dikaji dalam keluarga calon pengantin pria dan wanita apakah
ada yang menderita penyakit dengan gejala yang mengarah pada
penyakit hipertensi, DM, Asma, TBC, Hepatitis, jantung, PMS,
TORCH, dan HIV/AIDS.
4) Riwayat Gynekologi
Calon pengantin wanita apakah memiliki riwayat penyakit
kesehatan repoduksi seperti kista ovarium, mioma uteri, kanker
payudara
5) Riwayat Ketergantungan
Dikaji Apakah memiliki kebiasaan seperti merokok, konsusmsi
makanan berlemak, konsumsi alkohol dan NAPZA, sedang
18
dalam masa penyembuhan dan pengobatan penyakit apapun dan
tidak mengonsumsi obat-obatan.
d. Riwayat Kebidanan
1) Haid
Menurut penelitian Felicia (2015) status gizi juga akan
mempengaruhi siklus menstruasi pada wanita. Perlu di kaji usia
menarche catin perempuan, lama menstruasi dan siklusnya.
konsistensi encer, tidak bergumpal, warna merah segar, ganti
pembalut 2-3 kali, mengalami dishminore saat haid hari
pertama-hari kedua.
2) Riwayat Imunisasi TT
Dikaji apakah calon pengantin wanita rutin mengikuti imunisasi
saat kecil, status TT5 lengkap.
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI)
menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk
remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal,
sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.
Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan fungsi
reproduksi (Felicia, 2015).
2) Eliminasi
Dikaji tentang BAK 4-5 kali per hari, warna kuning jerami.
BAB 1x sehari, konsistensi lunak, warna kuning trengguli.
3) Istirahat/tidur
Tidur/istirahat pada malam hari sangat baik dilakukan sekitar 7-
8 jam dan istirahat siang sekitar 2 jam (Varney, Kriebs, &
Gegor, 2007).
4) Aktifitas
19
Dikaji pola aktivitas calon pengantin pria dan wanita apakah
pernah terpapar panas di area organ reproduksi, baik dari
pekerjaan maupun perilakunya.
5) Riwayat seksual
Dikaji pola seksual calon pengantin pria dan wanita apakah
pernah melakukan hubungan seksual pranikah atau perilaku
seksual berisiko, melakukan kekerasan seksual, menderita
IMS/HIV.
f. Riwayat Psikososial budaya dan spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat
premarital psychological screening antara lain: kepercayaan
diri kedua pihak sebelum membangun sebuah keluarga,
kemandirian masing-masing calon dalam memenuhi
kebutuhan hidup sahari-hari misal bekerja atau kendaraan
dan tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu
bergantung pada orang tua, kemampuan komunikasi
antara kedua belah pihak yang dapat membantu
menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga serta
penentuan pengambil keputusan dalam keluarga, efek masa
lalu yang belum terselesaikan harus dapat
dikomunikasikan secara terbuka antara kedua pihak. Selain
itu hubungan antara kedua pihak keluarga, seberapa jauh
keluarga besar dapat menerima atas pernikahan tersebut
(Kemenkes, 2013).
Keadaan budaya dan spiritual kedua pihak, perkawainan
antar budaya atau ras akan menimbulkan masalah-masalah
dan isu-isu yang spesifik, misalnya tentang perbedaan dalam
mengekspresikan cinta dan keintiman, cara berkomunikasi,
keyakinan beragama, komitmen dan sikap yang mengarah
20
pada perkawinan itu sendiri, nilai-nilai kultural yang
disampaikan oleh orangtua sejak kecil dan pola pengasuhan
anak (Imanda, 2016).
21
Interprestasi Hasil:
Hasil pemeriksaan SRQ-20 dari calon pengantin wanita dan pengantin pria
dari 20 pertanyaan apabila ada 5-7 jawaban “YA” berarti menunjukkan
adanya penyimpangan masalah kejiwaan.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis (Manuaba,
2012).
2) Tanda –Tanda Vital (TTV)
a) Tekanan Darah
TTV dalam batas normal, yaitu 100/70–130/90 mmHg
(Marmi, 2011).
b) Suhu
Suhu tubuh yang normal adalah 36-37,5 oC. Suhu tubuh
lebih dari 37,5 oC perlu diwaspadai adanya infeksi
(Romauli, 2011).
c) Nadi
Denyut nadi sekitar 60-80x/menit. Jika denyut nadi 100
x/menit atau lebih, mungkin akan mengalami salah satu
atau lebih keluhan seperti tegang, ketakutan atau cemas
akibat masalah tertentu, perdarahan berat, anemia,
sakit/demam, gangguan tyroid, gangguan jantung
(Romauli, 2011).
d) Pernapasan
Sistem pernapasan normalnya 16-24 kali per menit
(Romauli, 2011).
3) Antropometri
a) Tinggi badan
22
WUS dengan tinggi badan <145 cm dapat berisiko
terjadinya CPD (Manuaba, 2012).
b) Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat
konseling prakonsepsi mengalami amenore dan berat
badannya dibawah normal, maka harus diindikasikan
untuk meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya,
apabila mengalami obesitas, harus dianjurkan untuk
mengurangi asupan kalori supaya berat badannya
turun sampai rentang normal pada saat konsepsi,
karena obesitas dalam masa kehamilan
meningkatkan resiko preeklampsia dan gangguan
tromboembolisme. Wanita juga harus dianjurkan
untuk meningkatkan asupan asam folat sebesar 400
mg per hari (Kemenkes, 2015; Varney, 2007).
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung
Indeks Massa Tubuh (IMT). Menurut Cunningham (2009)
nilai IMT normal 18,5 – 25,0.
c) LILA
Standar minimal ukuran LiLA pada wanita dewasa atau
usia reproduksi adalah 23,5 cm. LiLA kurang dari 23,5 cm
maka interpretasinya adalah KEK. Selain itu merupakan
indikator kuat status gizi yang kurang/buruk, sehingga
dapat berisiko untuk melahirkan BBLR (Romauli, 2011).
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Kulit kepala yang pucat dan rambut rapuh dapat diindikasikan
karena kekurangan nutrisi.
2) Muka
23
Edema patologi jika edema pada muka dan tangan, serta kriteria
edema pada preeklampsia yaitu edema pada lengan, muka dan
perut (Saifuddin, 2016).
3) Leher
Pembesaran kelenjar tiroid menyebabkan hipertyroidisme pada
kehamilan dapat meningkatkan pre-eklamsia, BBLR dan
perkembangan neurologis yang kurang baik (Fraser & Cooper,
2009).
4) Payudara
Payudara simetris tidak ada benjolan abnormal (Sofian, 2015).
5) Abdomen
Mengkaji riwayat luka akibat seksio sesaria sangat penting untuk
mengetahui apakah wanita tersebut pernah menjalani apendiktomi,
apakah ada benjolan abnormal.
6) Genetalia
Pada palpasi vulva yang patologis akan teraba tumor pada
vulva, benjolan atau penebalan pada labium mayora, dan teraba
pembengkakan kelenjar Bartholini (Manuaba, 2012).
7) Ekstremitas
Atas dan bawah normal tidak ada yang cacat dan tidak
mengalami oedema.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Albumin
Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat
mengindikasikan pielonefritis atau penyakit ginjal
kronis)
b. Reduksi urin
24
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan
dengan diabetes melitus).
c. Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan
dan diberikan terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi
dari sampel darah.
d. Golongan darah dan rhesus
e. HbsAg
f. HIV/AIDS
g. IMS (Sifilis)
2) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG,
pemeriksaan gigi, tes sperma, tes tuberculosis.
3. Analisa Data
Hasil analisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya
secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masaah kebidanan yang
tepat (Kemenkes, 2011).
2.1. 2 Diagnosa kebidanan
Menurut (Kemenkes, 2011) perumusan diagnosa dan atau masalah
kebidanan, bidan dapat menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan
masalah kebidanan yang tepat.
Perumusan diagnosa dapat dituliskan dengan Calon pengantin Nn. …dan
Tn. …usia … tahun dan … tahun dengan …. hari/minggu/bulan prakonsepsi, KU
baik, Prognosa Baik.
2.1. 3 Perencanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam
pengkajian, meliputi:
1. Jelaskan hasil pemeriksaan
25
Rasional : Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah
dimengerti sangat penting agar calon pengantin memahami kondisinya dan
dapat mengambil keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi
2. Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan pernikahan, dan
persiapan kehamilan sesuai panduan buku saku konseling calon pengantin
yang telah ditentukan oleh Kemenkes (2018)
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan
reproduksi dan prakonsepsi.
3. Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam folat
untuk prakonsepsi.
Rasional : Disarankan mengkonsumsi asam folat minimal 1 bulan sebelum
hamil agar indung telur yang dihasilkan berkualitas. Selain itu asam folat
mampu menurunkan resiko gangguan metabolisme DNA yang bisa saja
terjadi (CDC, 2006).
2.1. 4 Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK
No. 97 tahun 2014) dan berdasarkan buku saku kesehatan reproduksi dan seksual
bagi calon pengantin yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI tahun 2018.
2.1. 5 Evaluasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan
berdasarkan buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin
maupun bagi penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI tahun 2018.
Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk melihat
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien. Evaluasi dilakukan sesuai standar dan segera setelah
selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi dicatat dan
dikomunikasikan pada klien atau keluarga. Hasil evaluasi ditulis dalam bentuk
cacatan perkembangan SOAP, yaitu sebagai berikut :
S : Adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa
26
O : Adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
A : Adalah analisa, mencatat diagnose dan masalah kebidanan
P :Adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan
segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi,
evaluasi/follow up dan rujukan.
Petugas
27
28
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 30 Oktober 2021
Pukul : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Tambak Rejo
1. Data Subyektif
a. Biodata
Nama : Nn. Y Tn. D
Umur : 18 Tahun 24 Tahun
Agama : Islam Islam
Status marital : Belum pernah menikah Belum pernah menikah
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : Pedagang Baju Pedagang Toko Seragam
Alamat : Jl. Bagen 29-A Tambak Arum Tengah 66
b. Keluhan
Calon pengantin datang ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan
persiapan pernikahan yang akan dilaksanakan tanggal 30 Oktober 2021.
Calon pengantin tidak ada keluhan.
c. Riwayat Menstruasi
Menarche : usia 13 tahun
Lama : 7 hari
Konsistensi : encer, tidak bergumpal-gumpal
Frekuensi : sedang (ganti pembalut 3-4 kali/hari)
Keluhan : nyeri haid hari pertama dan kedua
Penanganan : mengoleskan minyak kayu putih di perut dan punggung
Flour Albus : keputihan berwarna putih jernih setelah selesai haid
d. Riwayat Kesehatan
29
5) Pernikahan
Nn.Y dan Tn. D berencana akan melangsungkan pernikahan tanggal 12
Desember 2021
6) Riwayat Imunisasi TT
Nn. Y tahun kelahiran 2002 status TT5
7) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Nutrisi
Makan teratur 3x sehari dengan komposisi nasi porsi sedang, lauk, sayur,
tahu, tempe, ikan. Cemilan buah dan jajanan pasar, minum air putih dingin
7-8 gelas sehari dan terkadang es teh 1-2 gelas/hari
b) Eliminasi
BAK 4-5 kali per hari, warna kuning jernih tidak ada keluhan saat BAK.
BAB 1x sehari, konsistensi lunak, warna kuning tidak ada keluhan saat
BAB.
c) Istirahat/tidur
Nn. Y tidur malam pukul 21.00-04.30 WIB dan siang istirahat 1 jam. Tn.
D tidur malam pukul 22.00-05.00 WIB jarang istirahat siang. Tidak
mengalami gangguan selama tidur.
d) Aktivitas
Nn. Y bekerja berjualan baju di pasar mulai jam 09.00 WIB – 17.00 WIB.
Tn.D bekerja sebagai penjual seragam di pasar 08.00-19.00 WIB. Nn. Y
libur kerja di hari jumat dan sekarang sedang mempersiapkan acara
pernikahannya.
e) Riwayat seksual
Nn. Y dan Tn. D tidak pernah melakukan hubungan di luar pernikahan,
tidak pernah melakukan kekerasan, tidak menderita IMS/HIV.
8) Riwayat psiko sosial dan spiritual
Dalam adat kebiasaan Nn. Y dan Tn. D tidak ada kebiasaan yang merugikan.
Nn. Y dan Tn. D sudah siap melaksanakan pernikahan dan tidak ada paksaan.
Keluarga kedua belah pihak juga mendukung dengan pernikahan keduanya.
Ibu dari Nn.Y memintanya untuk menunda hamil sampai benar-benar siap
untuk memiliki anak.
31
2) Pemeriksaan TTV
Tekanan Darah : 120/70 mmHg Suhu : 36,6∘C
Nadi : 80 x/menit Respirasi : 20 x/menit
3) Pemeriksaan status gizi
BB : 66 kg
TB : 163 cm
IMT : 24,8 (Kategori normal)
LILA : 28 cm (non KEK)
4) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala : Bentuk normal, persebaran rambut merata, warna hitam,
bersih dan tidak ada benjolan abnormal.
b)Muka : Tidak sembab, tidak pucat, kelopak mata tidak ada
benjolan abnormal, konjungtiva merah muda, sclera putih.
c) Mulut : Bibir tidak pucat, lembab tidak kering.
d)Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe serta tidak
ada pembendungan vena jugularis.
e) Telinga : Simetris, tidak ada serumen.
f) Dada : Simetris, tidak ada wheezing atau ronchi, suara jantung
normal, tidak ada retraksi dinding dada
g)Abdomen : Tidak ada bekas operasi, tidak ada benjolan abnormal,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesarah uterus.
h)Genetalia : tidak terkaji
i) Ekstremitas : simetris, tidak ada varises dan tidak odema, tidak ada cacat
bawaan baik atas maupun bawah.
5) Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 30 Oktober 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 13,1 12 – 16 g/dl
Golongan Darah O+ -
HIV Non Reactive Non Reactive
TPHA Shifilis Non Reactive Non Reactive
3. Assesment
Calon Pengantin Sehat usia 18 tahun KU baik, Prognosa Baik.
4. Penatalaksanaan
1) Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan calon pengantin
wanita dan pria dalam keadaan sehat.
33
Pada BAB ini akan membahas tentang asuhan kebidanan pra konsepsi
pada Nn. Y dan Tn. D yang dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2021 dengan
menggunakan standar asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP. Berdasarkan hasil
asuhan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik, di antaranya adalah
sebagai berikut :
Dari hasil pengkajian usia Nn. Y 18 tahun dan Tn. D berusia 24 tahun,
yang merupakan kategori usia reproduksi sehat. Hal ini sesuai dengan teori
menurut Saifuddin (2014) di luar usia reproduksi (20-35 tahun) bagi calon
pengantin pria bagi calon pengantin perempuan belum memasuki usia reproduksi
sehat dan memerlukan perencanaan kehamilan. Perencanaan kehamilan
merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap pasangan suami istri. Baik itu
secara psikolog/mental, fisik dan finansial adalah hal yang tidak boleh diabaikan.
Kesiapan aspek usia, pada usia dibawah 20 tahun merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi perencanaan kehamilan, karena pada usia dibawah 20 tahun
apabila terjadi kehamilan maka akan beresiko mengalami tekanan darah tinggi,
janin tidak berkembang, kehamilan prematur, kejang-kejang, perdarahan bahkan
kematian pada ibu atau bayinya (Kurniasih, 2010). Nn. Y masih belum memasuki
usia reproduksi sehat, sehingga memerlukan perencanaan kehamilan dan
disarankan untuk melakukan penundaan kehamilan, pasien bersedia untuk
menunda kehamilannya sampai mencapai usia reproduksi sehat.
Pada riwayat mentruasi catin perempuan menarche usia 13 tahun, lama 7
hari, siklus 30 hari, konsistensi encer, tidak bergumpal, warna merah segar, ganti
pembalut 3-4 kali/ hari, mengalami dishminore saat haid hari pertama dan hari
kedua penanganan nyeri menggunakan baluran minyak kayu putih disekitar perut
dan punggung. Hal ini sesuai dengan teori menurut Proverawati dan Misaroh
(2009) bahwa usia menarche normal adalah usia 12 – 14 tahun, siklus haid 21 –
32 hari dan lama haid rata – rata pada wanita adalah 3 – 7 hari.
Pada data riwayat kesehatan Nn.Y memiliki riwayat penyakit asma dan
terakhir kambuh 3 bulan lalu. Asma Nn.Y jarang kambuh, asmanya kambuh saat
35
melakukan aktivitas berat atau mengangkat barang-barang yang berat. Ayah Nn.Y
memiliki penyakit asma sehingga menurun kepada Nn.Y. Menurut Rengganis
(2011) faktor predisposisi asma yaitu genetik, dimana yang diturunkan adalah bakat
alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Perencanaan kehamilan perlu dilakukan pada calon pengantin agar mengurangi risiko
komplikasi saat kehamilan. Komplikasi kehamilan dengan asma adalah kematian
perinatal, IUGR (12 %) gangguan perkembangan janin dalam rahim menyebabkan
janin lebih kecil dari umur kehamilannya, kehamilan preterm (12 %), hipoksia
neonatal yang disebabkan oksigen tidak adekuat bagi sel-sel, berat bayi lahir rendah
(Rengganis, 2011). Nn.Y disarankan melakukan perencanaan kehamilan yang betul-
betul terkontrol oleh tenaga kesehatan terkait dengan asmanya agar mengurangi risiko
terjadinya komplikasi saat hamil.
Hasil anamnesa riwayat TT didpatkan Nn.Y telah memiliki status TT5
dikarenakan kelahiran diatas tahun 1990. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
dilakukan untuk mencapai status TT5 hasil pemberian imunisasi dasar dan
lanjutan. StatusT T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur
memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status
TT5 saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi
tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin
(Kemenker RI, 2018). Nn.Y tidak perlu diberikan TT catin karena telah mencapai
status TT5
Pada pemeriksaan umum didapatkan hasil yang normal. Pemeriksaan IMT
didapatkan 24,8 cm dan LILA 28 cm. IMT normal menurut kemenkes adalah 18,5
– 25,0. Standar minimal ukuran LILA pada wanita dewasa atau usia reproduksi
adalah 23,5 cm. LILA kurang dari 23,5 cm maka interpretasinya adalah KEK.
Selain itu merupakan indikator kuat status gizi ibu yang kurang/buruk, sehingga
dapat berisiko untuk melahirkan BBLR (Romauli, 2011). Dalam hal ini IMT dan
LILA untuk calon pengantin tersebut masuk dalam kategori normal.
Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan laboratorium pada tanggal 30
Oktober 2021 Hb: 13,1 gr/dl, golongan darah O+, TPHA Shifilis non reactive dan
HIV non reactive. Hasil pemeriksaan dikategorikan normal. Pemeriksaan
penunjang pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis,
36
terdiri atas pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin
(Kemenkes, 2015). Pemeriksaan darah telah dilakukan pada calon pengantin.
Beberapa pemeriksaan seperti urine tidak dilakukan karena keterbatasan peralatan
di puskesmas selama pandemi. Pemeriksaan urine dikhususkan untuk ibu hamil
dan catin dengan indikasi.
Pemeriksaan SRQ-20 pada kedua calon pengantin didapatkan pada Nn.Y
jawaban Y= 1 T= 19 dan. Pada Tn. D didapatkan hasil jawaban Y= 2 dan T = 18.
Jika jawaban Ya mencapai 5-7 maka dapat diidentifikasi terdapat gejala neurosis
yang menandakan adanya masalah psikologis dan perlu dilakukan penanganan
rujukan ke psikologis. Dalam hal tersebut, kedua calon pengantin tidak didapatkan
hasil yang mengarah pada gangguan psikologis.
Penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan persiapan pernikahan. Hasil
evaluasi didapatkan pasien bisa mengulang kembali informasi yang telah
diberikan, dan bersedia melakukan saran-saran yang telah diberikan.
37
BAB V
SIMPULAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil pemeriksaan didapatkan Nn.Y usia 18 tahun dan Tn.D usia 24 tahun
melakukan pemeriksaan atau skrinning pranikah dengan tujuan menjamin
kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas,
mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir,
menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi, dan
mempertahankan serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Usia Nn.Y yang kurang dari 20 tahun, berdasarkan
skrinning prakonsepsi disarankan untuk melakukan penundaan kehamilan karena
berisiko terjadinya komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin. Nn.Y bersedia
menunda kehamilannya. Nn.Y memiliki riwayat asma dan mendapatkan terapi
salbutamol 2 mg diminum jika asma kambuh. Pemberian informasi dan edukasi
terkait persiapan kehamilan dan cara mengontrol asma saat hamil bagi ibu dengan
asma diberikan agar mengurangi risiko terjadinya komplikasi ibu dan janin.
Pemeriksaan objektif didapatkan hasil yang normal dan tidak ada kesenjangan
antara teori dengan praktik. Hasil skrinning kesehatan jiwa menggunakan SRQ-20
didapatkan hasil yang normal (tidak terdapat gejala neurosis). Penatalaksanaan
dilakukan sesuai dengan persiapan pernikahan. Hasil evaluasi didapatkan pasien
bisa mengulang kembali informasi yang telah diberikan, dan bersedia melakukan
saran-saran yang telah diberikan.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Calon Pasangan Pengantin
Diupayakan untuk terus melaksanakan anjuran yang diberikan tenaga
kesehatan agar tujuan mendapatkan keluarga yang sehat dapat dicapai.
5.2.2 Bagi Fasilitas Kesehatan
Pemberian asuhan kebidanan pada masa prakonsepsi harus terus
dipertahankan guna mencapai keluarga yang sehat.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
40
LAMPIRAN
TABEL BANTU SKRINING STATUS TT WUS, JAWA TIMUR
BAGI WUS YANG LAHIR SEBELUM TAHUN 1973, PERTANYAAN HANYA PADA
NORIWAYAT CPW RIWAYAT
(C), SAATIMUNISASI
HAMIL (D)TT DAN KAMPANYE/PERNAH/
AKSELERASI
TIDAK MNTE/ ORI
KESIMPULAN
DIFTERI (E) DIIMUNISASI DPT/ STATUS TT?
DPT-HB/ DT/ TT/ Td?
1 2 3 4
A RIWAYAT IMUNISASI DPT/ DPT-HB SAAT BAYI
BAYI YANG LAHIR SETELAH TAHUN 1990 STATUS-NYA
DIHITUNG T-2
B RIWAYAT BIAS
1 Untuk WUS yang lahir antara tahun 1973 s/d 1976
a. Kelas 6
2 Untuk WUS yang lahir antara tahun 1977 s/d 1987
a. Kelas 1
b. Kelas 6
3 Untuk WUS yang lahir tahun 1988
a. Kelas 1
b. Kelas 5
c. Kelas 6
4 Untuk WUS yang lahir tahun 1989
a. Kelas 1
b. Kelas 4
c. Kelas 5
d. Kelas 6
5 Untuk WUS yang lahir tahun 1990
a. Kelas 1
b. Kelas 3
c. Kelas 4
d. Kelas 5
e. Kelas 6
6 Untuk WUS yang lahir tahun 1991
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
d. Kelas 4
7 Untuk WUS yang lahir tahun 1992 s/d sekarang
a. Kelas 1 T3
b. Kelas 2 T4
c. Kelas 3 T5
C SAAT CALON PENGANTIN
D SAAT HAMIL
a. Hamil 1
b. Hamil 2
c. Hamil 3
d. Hamil 4
E LAIN-LAIN (KEGIATAN KAMPANYE/ ORI DIFTERI)
CONTOH: SAAT SMA TAHUN 2003-2005 DAN AKSELERASI
WUS DI BANGKALAN & SUMENEP (2009-2010), ORI DIFTERI
2011
STATUS IMUNISASI T SEKARANG (TOTAL IMUNISASI KOMPONEN T YANG SUDAH T5
DIDAPATKAN)
KETERANGAN
41
3. Vaksinansi anak SD/MI (BIAS) DT & TT tahun 1998-2000 = kelas 1 (DT) s/d
kelas 2-6 (TT)
7. Masa perlindungan terhadap Tetanus Toxoid= T1= 0 tahun, T2= 3 tahun, T3=
5 tahun, T4= 10 tahun, T5= 25 tahun
Lampiran 2
42
43