Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEBIDANAN PRA NIKAH

OLEH :

RUSTIANA DWI SUKMAWATI INDA

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia

masih tinggi. Data SDKI 2015, AKI sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup

sementara AKB tahun 2017 sebesar 15 per 1000 kelahiran hidup. Dalam upaya

menurunkan AKI dan AKB, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan

seperti masalah akses, kualitas dan disparitas dalam pelayanan kesehatan ibu dan

bayi baru lahir (Rakernas, 2019).

Sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung yaitu

perdarahan (37%), infeksi (22%) dan Hipertensi dalam kehamilan (14%) (Laporan

rutin, 2013). Sedangkan status gizi yang buruk dan penyakit yang diderita ibu

merupakan penyebab tidak langsung kematian ibu. Data Riskesdas 2013

menunjukkan secara nasional prevalensi risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada

ibu hamil usia 15-49 tahun sebesar 24,2% dan prevalensi anemia pada perempuan

dan remaja putri usia 15-24 tahun sebesar 18,4%. Ibu hamil dengan anemia dan

KEK berisiko mengalami penyulit dalam persalinan dan berisiko melahirkan bayi

berat lahir rendah. Hal ini tentunya akan dapat mengancam keselamatan ibu dan

bayi. Demikian halnya penyakit seperti HIV-AIDS, TBC, Malaria,

Kardiovaskular, dll secara tidak langsung dapat memperburuk kehamilan. Laporan

Perkembangan HIV-AIDS Triwulan III Tahun 2014, Subdit AIDS dan PMS

memperlihatkan bahwa persentase HIV pada perempuan adalah sebesar 58%.


Kemudian sebanyak 1,9% ibu hamil menderita Malaria dan menurut hasil kajian

determinan kematian maternal di lima region di Indonesia, sekitar 4,1% kematian

ibu disebabkan oleh Tuberculosis dan 1,7% kematian ibu disebabkan oleh

penyakit kardiovaskular (Kementrian RI, 2015).

Menyadari hal tersebut, agar kelak mempunyai keturunan yang sehat dan ibu

melahirkan dengan selamat, maka setiap pasangan perlu perencanaan dalam

kehamilan,Oleh karena itu, upaya peningkatan derajat kesehatan ibu harus

dilaksanakan secara komprehensif. Intervensi program kesehatan ibu,tidak bisa

hanya dilakukan di bagian hilir saja yaitu pada ibu hamil, namun juga harus ditarik

lebih ke hulu yaitu pada kelompok remaja dan dewasa muda untuk memastikan

individu dapat tumbuh dan berkembang secara sehat (Kementrian RI, 2015).

Dewasa ini, masalah kesehatan reproduksi pada remaja belum tertangani

sepenuhnya. Hal ini terlihat dengan masih tingginya perkawinan usia dini,yaitu

sebesar 46,7% (Riskesdas, 2010) dan masih tingginya kelahiran pada usia remaja

(ASFR), yaitu sebesar 48 per 1000 wanita (SDKI, 2012). Pengetahuan remaja

mengenai kesehatan reproduksi juga masih rendah dan kejadian kehamilan pada

usia remaja masih tinggi yakni 16,7% menurut hasil Riskesdas tahun 2010

(Kementrian RI, 2015).

Melihat kenyataan ini maka selain pada kelompok remaja, pemberian

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual secara komprehensif perlu

diberikan kepada usia dewasa muda/calon pengantin yang akan memasuki gerbang

pernikahan (Kementrian RI, 2015).


Melalui pemberian konseling, informasi dan edukasi (KIE) kesehatan

reproduksi,diharapkan calon pengantin dapat mempersiapkan diri menjalani

kehidupan berkeluarga termasuk merencanakan kehamilan yang sehat sehingga

dapat melahirkan generasi penerus yang berkualitas (Kementrian RI, 2015).

Penulis menyusun laporan ini, dalam rangka pemberian pengetahuan dan

informasi kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik mengambil kasus dengan judul

asuhan kebidanan pra-nikah pada nn. …. usia .... tahun dengan KIE Calon

Pengantin di Puskesmas Poasia Kota Kendari dengan menggunakan asuhan SOAP.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam laporan ilmiah ini

adalah “bagaimana asuhan kebidanan pada nn. … usia .... tahun dengan KIE Calon

Pengantin di Puskesmas Poasia Kota Kendari dengan menggunakan asuhan

SOAP?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan pada nn pada nn. … usia ....

tahun dengan KIE Calon Pengantin di Puskesmas Poasia Kota Kendari dengan

menggunakan asuhan SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian data pada nn. … usia .... tahun dengan KIE Calon

Pengantin di Puskesmas Poasia Kota Kendari.


b. Menginterprestasikan data yang meliputi diganosa, masalah, kebutuhan

pada pada nn. … usia .... tahun dengan KIE Calon Pengantin di

Puskesmas Poasia Kota Kendari.

c. Menentukan diagnosa potensial yang timbul pada pada nn. … usia ....

tahun dengan KIE Calon Pengantin di Puskesmas Poasia Kota Kendari.

d. Menentukan tindakan segera pada pada nn. … usia .... tahun dengan

KIE Calon Pengantin di Puskesmas Poasia Kota Kendari.

e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada pada nn. … usia .... tahun

dengan KIE Calon Pengantin di Puskesmas Poasia Kota Kendari.

f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada pada nn. … usia ....

tahun dengan KIE Calon Pengantin di Puskesmas Poasia Kota Kendari.

g. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada pada nn. … usia .... tahun

dengan KIE Calon Pengantin di Puskesmas Poasia Kota Kendari.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Diri sendiri

Penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di institusi

pendidikan dan melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada WUS

dengan imunisasi catin.

2. Bagi Profesi

Tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat, cepat

dan komprehensif terutama WUS dengan imunisasi catin.


3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi dan sumber baca, khususnya pada kasus WUS dengan

imunisasi catin.
LAPORAN PENDAHULUAN

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan teori Medis

a. Filosofi Pernikahan

Akad/janji nikah yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa yang

merupakan awal dari kesepakatan bagi calon pengantin untk saling memberi

ketenangan (sakinah) dengan mengembangkan hubungan atas dasar saling cinta

dan kasih (mawaddah wa rahmah).

Penyebutan nama Tuhan Yang Maha Esa dalam akad/janji pernikahan

berarti bahwa disamping saling bertanggung jawab antara satu dengan yang

lain, suami isteri juga bertanggung jawab pada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala yang dilakukan dalam peran dan fungsi mereka sebagai suami isteri.

b. Informasi Pra Nikah

1. Kesehatan Reproduksi

Dalam melakukan peran sebagai pasangan, suami dan istri haruslah

memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik. Salah satu indikasi calon

pengantin sehat adalah kondisi kesehatan reproduksinya baik.

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan yang menunjukkan kondisi

kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi

dan proses reproduksinya termasuk didalamnya tidak memiliki penyakit atau

kelainan yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut.

Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup


manusia, misalnya kehamilan remaja, aborsi tidak aman, komplikasi

kehamilan, persalinan dan nifas, serta penyakit menular seksual.

Pembagian peran sosial perempuan dan laki-laki mempunyai pengaruh

besar terhadap kesehatan perempuan dan laki-laki, dan semakin nyata dalam

isu-isu kesehatan reproduksi. Namun keterlibatan, motivasi, serta partisipasi

laki-laki dalam kesehatan reproduksi masih rendah.

Status/posisi perempuan di masyarakat merupakan penyebab utama

masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi perempuan, karena

menyebabkan perempuan kehilangan kendali terhadap kesehatan, tubuh dan

fertilitasnya.

Perempuan lebih rentan dalam menghadapi resiko kesehatan reproduksi

seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman, dan pemakaian alat

kotrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya, perempuan lebih rentan

secara sosial maupun fisik terhadap penularan IMS, termasuk HIV/AIDS.

Laki-laki juga mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khususnya

yang berkaitan dengan IMS termasuk HIV/AIDS, karena itu dalam

menyusun strategi untuk memperbaiki kesehatan reproduksi harus di

perhitungkan pula kebutuhan, kepedulian, dan tanggung jawab laki-laki.

Walaupun korban kekerasan adalah perempuan dan laki-laki,

perempuan pada dasarnya lebih rentan terhadap kekerasan atau perlakuan

kasar akibat subordinasi perempuan terhadap laki-laki atau hubungan gender

yang tidak setara.


2. Hak Reproduksi dan Seksual

Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan, hak dan tanggung jawab

yang sama dalam memutuskan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah

anak, dan jarak kelahiran.

Hak reproduksi dan seksual harus menjamin keselamatan dan keamanan

pengantin, termasuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang kesehatan

reproduksi dan seksual. Informasi ini meliptuti penyakit menular seksual dan

pencegahannya agar perempuan dan laki-laki terlindungi dari infeksi

menular seksual (IMS) dan infeksi saluran reproduksi (ISR) yang dapat

berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi dan seksual bagi laki-laki,

perempuan dan keturunannya, memahami upaya pencegahan dan

penularannya, serta efek samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang

digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi dan seksual.

Informasi yang diterima harus bisa membuat calon pengantin mengerti

tentang informasi yang diberikan sehingga dapat membuat keputusan tanpa

terpaksa.

Calon pengantin juga berhak memperoleh informasi dan pelayanan KB

yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan tanpa

paksaan.

Pihak perempuan berhak mendapat pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani

kehamilan, persalinan, dan nifas serta memperoleh bayi yang sehat.


3. Organ Reproduksi

A) Organ reproduksi perempuan

a) Ovarium (Indung Telur)

Organ yang terletak di kiri dan kanan rahim di ujung saluran telur

(fimbrae/umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul. Indung telur

berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum), sebulan sekali indung telur

kiri dan kanan secara bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel telur adalah

sel yang di hasilkan oleh indung telur yang dapat dibuahi oleh sperma

sehingga terjadi konsepsi (pembuahan). Bila tidak dibuahi, sel telur akan

ikut keluar bersama darah saat menstruasi.

b) Tuba Fallopi (Saluran Telur)

Saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk mengantar

ovum dari indung telur menuju rahim.

c) Fimbrae (umbai-umbai)

Berfungi untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan indung telur.

d) Uterus (Rahim)

Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti buah pir

dan berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar

rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung, dindingnya terdiri dari:

1) Lapisan Parametrium merupakan lapisan paling luar dan

berhubungan dengan rongga perut.


2) Lapisan Myometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong

bayi keluar dalam proses persalinan (kontraksi).

3) Lapisan Endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat

menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari

lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.

e) Serviks (Leher Rahim)

Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat persalinan

tiba, leher rahim membuka sehingga bayi dapat keluar.

f) Vagian (Liang Kemaluan)

Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter

depan ± 6,5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat elastis

dengan berlipat-lipat. Fungsinya sebagai tempat penis berada saat

berhubungan seksual, tempat keluarnya menstruasi dan bayi.

g) Klitoris (kelentit)

Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan dibandingkan

dengan bagian-bagian alat kelamin perempuan yang lain. Klitoris

banyak mengandung pembuluh darah dan saraf.

h) Labia (Bibir Kemaluan)

Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar (labia mayor) dan bibir kecil

(labia minor).

i) Perineum

Merupakan jaringan di antara vagina dan anus, yang memisahkan


rongga panggul atas dengan rongga panggul bawah. Perineum berperan

penting dalam berkemih, buang air besar, hubungan seksual, dan

melahirkan.

B) Organ reproduksi laki-laki

a) Testis (buah zakar)

Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari dengan

bantuan testosteron. Testis berada dalam skrotum, diluar rongga panggul

karena pembentukan sperma membutuhkan suhu yang lebih rendah dari

pada suhu badan (36.7°c). sperma merupakan sel yang berbentuk seperti

brudu (kecebong) hasil dari testis yang dikeluarkan saat ejakulasi

bersam cairan mani dan bila bertemu dengan sel telur yang matang akan

terjadi pembuahan.

b) Skrotum (kantung buah zakar)

Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat-

lipat. Skrotum tempat bergantungnya testis. Skrotum mengandung otot

polos yang mengatur jarak testis ke dinding perut dengan maksud

mengatur suhu testis agar relatif tetap.

c) Vas Deferens (saluran sperma)

Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis menuju ke

uretra/saluran kencing pars prostatika. Vas deferens panjangnya kurang

lebih 4,5 cm dengan diameter kurang lebih 2,5 mm. saluran ini muara

dari epididmis yaitu saluran-saluran yang lebih kecil dari vas deferens.
Bentuknya berbelok-belok membentuk bangunan seperti topi.

d) Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya

Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan mani (semen) yang

berguna untuk memberikan makanan pada sperma.

e) Penis

Berfungsi sebagai alat untuk berhubungan seksual, sebagai saluran

pengeluaran sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, ukuran penis

kecil. Ketika terangsang secara seksual, darah banyak di pompa kepenis

sehingga berubah menjadi tegang dan besar di sebut sebagai ereksi.

Bagian glans merupakan bagian depan atau kepala penis. Glans banyak

mengandung pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi glans

disebut foreskin (preputium). Pada laki-laki sunat dilakukan dengan cara

membuang kulit preputium. Secara medis sunat dianjurkan karena

memudahkan pembersihan penis sehingga mengurangi kemungkinan

terkena infeksi, radang dan kanker.

c. Persiapan Pranikah

1. Persiapan Fisik

Dalam rangka mempersiapkan kesehatannya sebelum menikah catin

perlu menjalani beberapa prosedur pemeriksaan antara lain :

A) Pemeriksaan tanda-tanda vital : suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan

darah.
B) Pemeriksaan status gizi :

a) Berat badan

b) Tinggi badan

c) Lingkar lengan atas (LiLA)

d) Tanda-tanda anemia

C) Pemeriksaan darah rutin : Hb, golongan darah dan rhesus.

D) Pemeriksaan urin rutin.

E) Pemeriksaan lain atas indikasi seperti gula darah, IMS, HIV, Malaria,

Kalasemia, Hepatitis B, TORCH (Toksoplasmosis, rubella,

citomegalovirus, dan herpes simpleks), dsb.

2. Persiapan Gizi

A) Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran indeks massa tubuh

(IMT) untuk catin perempuan di tambah dengan pengukuran lingkar

lengan atas (LiLA).

B) IMT merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap tinggi badan

(TB) jika seseorang termasuk kategori :

a) IMT < 17,0 : keadaan orang tersebut disebut sangat kurus dengan

kekurangan berat badan tingkat berat atau KEK tingkat berat.

b) IMT 17,0-18,5 : keadaan orang tersebut disebut kurus dengan

kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK tingkat ringan.

c) Pengukuran LiLA bertujuan untuk mengetahui adanya resiko kurang

energi kronik (KEK). Ambang batas LiLA pada WUS dengan KEK di
Indonesia adalah 23,5 cm apabila LiLA kurang dari 23,5 cm (bagian

merah pita LiLA), artinya catin perempuan mengalami KEK. Cara

menghitung IMT :

BB (kg)
IMT =
TB(m)2

Keterangan : BB : Berat Badan (kg)

TB : Tinggi Badan (m)

Tabel Klasifikasi Nilai IMT

Status Gizi Kategori IMT


Sangat Kurus Kekurangan BB tingkat < 17,0
berat
Kurus Kekurangan BB tingkat 17-<18,5
ringan
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat >25,0-27,0
ringan
Obesitas Kelebihan BB tingkat >27,0
berat

Sebelum memasuki jenjang pernikahan, catin perlu melakukan persiapan

gizi antara lain :

1) Setiap pasangan catin dianjurkan mengonsumsi makanan bergizi seimbang.

2) Setiap catin perempuan dianjurkan mengonsumsi tablet tambah darah (TTD)

yang mengandung zat besi dan asam folat seminggu sekali.


3) Bagi catin perempuan yang mengalami KEK (Kurang Energi Kronik) dan

Anemia maka perlu ditentukan penyebabnya dan ditatalaksana sesuai dengan

penyebab tersebut.

4) Untuk mendapatkan masukan gizi yang seimbang ke dalam tubuh catin perlu

mengonsumsi lima kelompok pangan yang beraneka ragam setiap hari atau

setiap kali makan. Kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan

pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan, dan minuman. Proporsinya dalam

setiap kali makan dapat di gambarkan di dalam ISI PIRINGKU yaitu :

a) Sepertiga piring berisi makanan pokok

b) Sepertiga piring berisi sayuran

c) Sepertiga piring berisi lauk pauk dan buah-buahan dalam proporsi yang

sama

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga agar tubuh tetap sehat :

1) Biasakan minum air putih 8 gelas per hari

2) Hindari minum the atau kopi setelah makan

3) Batasi mengonsumsi garam, gula, dan lemak/minyak.


Berikut adalah 4 pilar gizi seimbang yang dapat dijadikan pedoman

untuk gaya hidup sehat.

4 Pilar Gizi Seimbang

Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4


Mengonsumsi Membiasakan Melakukan Mempertahankan
pangan beraneka Perilaku hidup Aktivitas fisik dan memantau
ragam Bersih berat badan
normal
Alasan
1. Pilar 1 → Tidak ada satu jenispun pangan yang mempunyai kandungan
zat gizi yang lengkap kecuali ASI untuk bayi 0-6 bulan
2. Pilar 2 → Adanya hubungan timbal balik antara infeksi dan status gizi
3. Pilar 3 → Aktivitas fisik memperlancar sistem metabolisme di dalam
tubuh
4. Pilar 4 → Merupakan salah satu indikator bahwa telah terjadi
keseimbangan gizi di dalam tubuh

3. Imunisasi Tetanus

a) Imunisasi Td untuk WUS (Wanita Usia Subur) termasuk ibu hanil dan

catin, merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari imunisasi terhadap

penyakit Tetanus dan Difteri.


b) Catin perempuan perlu mendapat imunisasi Tetanus agar memiliki

kekebalan sehingga bila hamil dan melahirkan, ibu dan bayi akan

terlindungi dari penyakit Tetanus.

c) Tiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah mendapat 5 kali imunisasi

Tetanus lengkap (T5).

d) Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi Tetanus (status

T) melalui skrining. Jika status T belum lengkap, maka catin perempuan

harus melengkapinya di Puskesmas.

e) Pemberian imunisasi Tetanus tidak perlu diberikan apabila status T

sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan catatan yang

tercantum antara lain pada kartu imunisasi, buku kesehatan ibu dan anak,

buku rapor kesehatanku, kohort dan/atau rekam medis catin yang

bersangkutan.

Status Imunisasi Tetanus Pada Catin

Status Imunisasi Interval Minimal Masa Perlindungan


Pemeberian
T1
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 >25 tahun

d. Informasi Tentang Nutrisi Pra Nikah


e. Informasi Tentang Kehamilan, Pencegahan Komplikasi, Persalinan Dan

Pasca Salin

A) Kehamilan

Rencanakan kehamilan dengan baik bersama pasangan. Setiap

kehamilan harus direncanakan dan diinginkan serta dijaga agar ibu dan

bayi sehat dan selamat.

a) Masa subur

Masa subur adalah saat indung telur (ovarium) melepaskan sel telur

(ovum) yang sudah siap dibuahi ke dalam saluran indung telur (tuba

fallopii). Masa subur adalah periode dalam siklus menstruasidimana

konsepsi atau fertilisasi (pembuahan) paling mungkin terjadi, karena pada

periode tersebut terdapat sel telur yang matang dan siap dibuahi.

1) Masa subur dapat diketahui dengan cara menghitung ovulasi/masa

subur pada wanita

2) Puncak masa subur biasanya terjadi pada 13 hari setelah hari

pertama haid, sedangkan masa subur biasanya akan terjadi kurang

lebih 3 hari sebelum dan sesudah masa menuju puncak masa subur

tersebut
3) Tanda-tanda masa subur

 Perubahan lendir serviks

Pada masa subur, cairan ini bertekstur lengket dan kental.

Perubahan terjadi menjelang masa subur, yaitu dengan

meningkatnya jumlah cairan dan perubahan tekstur menjadi

berwarna bening dan cair.

 Dorongan seksual meningkat

Hormon estrogen dan progesteron akan meningkat dalam masa

subur sehingga meningkatkan hasrat seksual.

 Temperatur tubuh meningkat dan payudara lebih lunak

Meningkatnya hormon progesteron ketika masa subur akan

memicu kenaikan suhu tubuh (±0,5oC) dan menyebabkan payudara

menjadi lebih lunak.


b) Proses kehamilan
Sel telur yang telah
Sel telur yang matang dibuahi sperma (embrio)
dibuahi oleh sperma menempel dilapisan dalam
dalam saluran telur dinding rahim
(tuba falopii)

Dalam 120 hari pertama,


embrio berkembang
mengikuti tahapan kehidupan
sel (hayati)

Memasuki usia kehamilan


Kehamilan umumnya
lebih lanjut, embrio
berakhir dengan
berkembang mengikuti
persalinan setelah 280
tahapan kehidupan insani
hari (9 bulan 10 hari)
menjadi janin/bayi

c) Tanda-tanda kehamilan
Menurut Depkes (2018), terdapat tanda - tanda kehamilan,

antara lain

1) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak

menstruasi pada siklus haid bulan berikutnya)

2) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada pagi

hari serta sering buang air kecil

3) Tidak ada nafsu makan

4) Tes kehamilan positif (+)

5) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat terdengar

jantung janin

6) Perut membesar dan dirasakan gerakan janin

d) Kehamilan ideal dan kehamilan beresiko

Kehamilan yang ideal adalah kehamilan yang direncanakan,

diinginkan dan dijaga perkembangannya dengan baik. Namun ada

kalanya tejadi kehamilan yang tidak diinginkan seperti:


1) Akibat hubungan seks pranikah

2) Pada unmet need ber-KB(wanita usia subur yang ingin menunda atau

ingin punya anakk tetap tidak menggunakan kontrasepsi

3) Akibat gagal KB

Walaupun demikian, setiap kehamilllan tetap harus dijaga dan

dipantau kesehatannya dan perkembangannya. Usia terbaik perempuan

untuk hamil adalah 20-35 tahun dan jarak antara kelahiran idealnya 3-5

tahun atau tidak lebih dari 2 balita dalam satu keluarga. Adanya jarak

kelahiran tersebut akan mmeberi kesempatan kepada ibu untuk

memulihkan kembali kesehatan tubuhnya serta memberi kesempatan

bagi anak yang dilahirkan untuk tu,buh dan berkembang secara optimal

serta mendapatkan perhatian dan kasih sayang penuh dari orangtuanya.

Apabila merencanakan punya anak lagi, perlu pertimbangan

secara matang mengenai biaya perawatan, pendidikan dan kehidupan

yang layak termasuk pemenuhan gizinya. Setiap kehamilan mempunyai

resiko untuk terjadi komplikasi walaupun sebelumnya baik-baik saja.

Sebagai contoh, saat hamil kondisi ibu dan bayi sehat, namun saat

perslainan ibu dapat mengalami perdarahan hebat atau bayi mengalami

sesak nafas (asfiksia). Terdapat beberapa kondisi yang dapat

meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan yang

disebut 4 terlalu dan 3 terlambat.

Menurut depkes (2018), 4 (emoat) TERLALU yaitu


1) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun)

2) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun)

3) Terlalu sering hamil ( anak lebih dari 3)

4) Terlalu dekat datau rapat jarak kehamilnya (kurang dari 2 tahun)

Menurut Depkes (2018), 3 TERLAMBAT yaitu:

1) Terlambat mengenali tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan

nifas, serta mengambil keputusan untuk mencari pertolongan medis

2) Terlambat tiba di fasilitas pelayanan kesehatan

3) Terlambat mendapatkan pertolongan medis yang adekuat

Ibu hamil harus memeriksakan kehamilan ke fasilitas pelayanan

kesehatan minimal 4 kali, yaitu 1 kali di trimester pertama, 1 kali di

trimester ke 2, dan 2 kali di trimester ketiga kehamilan untuk

mendeteksi dini kondisi kesehatan ibu dan bayinya. Suami dianjurkan

untuk mendampingi ibu hamil saat memeriksakan kehamilannya.

e) Tanda bahaya kehamilan

Menurut Depkes (2018), tanda- tanda bahaya yang dapat

mengancam jiwa ibu hamil atau janin yang dikandungnya adalah


Apabila terdapat satu atau beberapa tanda bahay kehamilan tersebut

segera ke fasilitas pelayanan kesehatan.

f) Kondisi emosional ibu hamil

Setiap kehamilan perlu didukung oleh suami dan keluarga. Perlu

persiapan fisik, sosial dan ekonomi yang baikdalam menyambut

kelahiran. Hal ini dapat mendukung terjaganya kondisi emosional ibu

hamil. Ibu hamil juga tidak boleh dibebani dengan pikiran dan pekerjaan

yang berat atau tugas yang banyak.

Menurut Depkes (2018), berikut kondisi emosional yang biasa

dialami oleh ibu hamil:

 Mudah tersinggung, sensitif, uring-uringan, manja, mudah marah,

tidak semangat

 Perasaan mudah lelah, tidak mau makan, tidak bisa tidur nyenyak,
tidak nyaman, merasa sesak. Hal-hal tersebut disebebakan oleh adanya

perubahan kondisi fisiknya.

 Mencemaskan perubahan fisikya, khawatir terhadap perkembangan

bayinya dalam rahim, khawatir bila bayinya meninggal atau cacat

 Merasa belum siap menjadi orang tua dan belum siap secara ekonomi

 Ingin diperhatikan, pada waktu mengidam menginginkan makanan-

makanan yang mungkin tidak pada musimnya sehingga sulit didapat.

Hal tersebut semata-mata karena ingin diperhatikan keluarga dan

suami.

Oleh karena itu, ibu hamil harus mendapat dukungan dari suami

dan keluarga agar dapat menjalani kehamilan yang sehat.

B) Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)

Program P4K merupakan kegiatan dalam rangka meningkatkan peran

aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam menjaga ibu hamilntermasuk:

a) Merencanakan persalinan yang aman

b) Persiapan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya komplikasi pada

saat hamil, bersalin dan nifas

c) Perencanaan penggunaan KB pascasalin


Untuk menandai adanya ibu hamil, ditempelkan stiker P4K di pintu

atau jendela depan rumah ibu hamil. Didalam stiker P4K terdapat informasi

mengenai lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas ibu hamil, tafsiran

persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan, fasilitas tempat

persalinan, calon donor darah, transportasi yang akan digunakan, serta

pembiayaan.

Tujuan dari P4k menurut Depkes (2018) adalah:

 Setiap ibu hamil terdata dan diketahui keberadaanya

 Adanya perencanaan persalinan sehingga dapat diambil keputusan yang

tepat dan cepat bila terjadi komplikasi selama kehamilan, persalinan,

nifas dan bayi baru lahir.

 Masyarakat sekitar dapat segera memberikan bantuan apabila

dibutuhkan, misalnya menyediakan transportasi, donor darah berjalan


dan lain-lain

Stiker P4K terdapat didalam buku KIA yang diisi oleh tenaga

kesehatan sesuai dengan hasil kesepakatan dengan ibu, keluarga dan

masyarakat.

Setiap ibu hamil mendapatkan buku KIA pada saat pertama kali

memeriksakan kehamilan. Buku KIA aalah buku catatan kesehatan ibu

(hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, balita dan anak pra

sekolah) serta berisi berbagai informasi cara memelihara dan merawat

kesehatan ibu dan anak. Buku KIA diperoleh di Posyandu, Ppolindes,

Poskesdes, Pustu, Puskesmas, BPM, Dokter praktik, rumah bersalin dan

rumah sakit.

Melakukan perencanaan tempat persalinan penolong persalinan,

pendamping persalinan, persiapan transportasi, keuangan dan calon donor

darah akan menurunkan risiko terjadinya keterlambatan dalam penanganan

kegawatdarratan ibu dan bayi.

C) Pilihan metode kontrasepsi bagi pasangan baru yang ingin menunda

kehamilan

Bagi pasangan yang belum ingin segera memiliki anak atau istri

berusia kurang dari 20 tahun, dapat menunda kehamilan dengan

menggunakan salah satu metode KB yang sesuai. Pasangan dianjurkan

untuk berkonsultasi ke fasilitas ppelayanan kesehatan. Gambar berikut

adalah pilihan yang baru menikah dan ingin menunda kehamilan.


f. Informasi tentang infeksi menular seksual, infeksi saluran reproduksi

serta HIV dan AIDS

A) Infeksi menular seksual (IMS)

IMS adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan

seksual.

Menurut Depkes (2018) gejala IMS antara lain:

a) Adanya duh tubuh/cairan yang keluar dari alat kelamin (vagina, penis)

atau cairan dari anus, yang berbeda dari biasanya

b) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau setelah kencing,

atau menjadi sering kencing.

c) Ada luka terbuka/ basah di sekitar kelamin atau sekitar mulut. Luka ini

bisa terasa nyeri bisa juga tidak.

d) Ada semacam jaringan yang tumbuh seperti jengger ayam atau kutil

disekitar kelamin
e) Terjadi pembekakan pada lipatan paha

f) Pada laki-laki, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung pelit/kantung

zakar

g) Sakit perut di bagian bawah yang kambuh, tetapi tidak berhubungan

dengan haid/ menstruasi

h) Keluar darah setelah berhubungan seksual

i) Demam

Jenis –jenis IMS menurur Depkes (2018);


a) Gonorea (kencing nanah)

Gejala gonore menurut Depkes (2018) adalah:

1) Pada laki-laki: keluar cairan dari alat kelamin, bernanah, kental,

berwarna putih kekuningan.

2) Pada perempuan; seringkali tanpa ejala, bila ada berupa cairan dari alat

kelamin berwarna putih atau kuning. Cairan terutama akan banyak

terlihat di daerah mulut rahim melalui pemeriksaan dalam oleh tenaga

kesehatan.

Komplikasi gonore menurut Depkes (2018) adalah:

 Pada laki-laki menyebabkan kemandulan.

 Pada perempuan menyebabkan kemandulan dan kehamilan luar


rahim/ektopik.

 Pada bayi baru lahir dari perempuan dengan gonorea, menyebabkan

konjungtivitas gonore yaitu berupa kemerahan pada salah satu atau

kedua mata dengan adanya cairan yang keluar dari mata dengan

nanah dan megakibatkan kebutaan.

b) Sifilis (Raja Singa)

Gejala Sifilis menurut Depkes (2018) adalah Luka atau koreng,

biasanya berjumlah satu, berbentuk lonjong atau bulat, dasar putih dan

bila diraba terasa kenyal sampai keras, tidak ada rasa nyeri bila ditekan.

Kelenjar getah bening dilipat paha bagian dalam membesar, kenyal, juga

nyeri bila ditekan. Komplikasi menurut Depkes (2018) yaitu pada

perempuan penderita sifilis dapat mengalami keguguran, melahirkan bayi

cacat atau lahir dalam keadaan sudah mati.

c) Herpes Genitalis

Gejala Herpes Genitalis menurut Depkes (2018) adalah

 Herpes genital pertama: timbul bintil-lentingan-lukaberkelompok di

atas dasar kemerahan, sangat nyeri, pembesaran kelenjar lipat paha,

kenyal dan disertai gejala yang menyeluruh dan saling berhubungan

(sistemik)

 Herpes genitaliss kambuhan tibul bila ada faktor stress pikiran,

hubungan seksual berlebihan, kelelahan dan lain-lain. Umumnya luka /


lesi sebanyak dan seberat gejala pertama

Komplikasi herpes genitalis menurut Depkes (2018) adalah dapat

menjadi pintu masuk infeksi lain dan bersifat kambuhan seumur hidup.

d) Klamdia

Gejala klamidia menurut Depkes (2018) adalah

 Pada laki-laki keluarnya cairan dari alat kelamin, bernanah, encer

kadang kental, berwarna putih kekuningan, dapat disertai peradangan

pada kulit alat kelamin.

 Pada perempuan keluarnyacairan dari alat kelamin, benanah encer,

berwarna putih atau kuning, leher rahim mudah berdarah.

Komplikasi klamidia menurut Depkes (2018) adalah

 Pada laki-laki menyebabkan kemandulan

 Pada perempuan menyebabkan kehamilan di luar kenadungan /

ektopik dan kemandulan

 Pada bayi baru lahir dari perempuan dengan klamidia, menyebabkan

Konjungtivitis klamidiosis yaitu berupa sembab, kemerahan pada salah

satu atau kedua mata dengan adanya cairan yang keluar dari mata

dengan nanah yang tidak terlalu banyak dan dapt menimbulkan

kebutaan.

e) Kondiloma akuminata (Jengger Ayam)

Gejala kondiloma akuminata menurut Depkes (2018) adalah bintil-


bintil tonjolan berbentuk seperti kutil terutama pada daerah yang lembab.

Bersifat kambuhan seumur hidup

Komplikasi kondiloma akuminata menurut Depkes (2018) adalah

 Dapat membesar dan tumbuh menjadi satu

 Pada lakilaki dapat menimbulkan kanker penis

 Pada wanita dapat menimbulkan kanker mulut rahim

Pencegahan terinfeksi IMS menurut Depkes (2018) adalah

 Menjaga kebersihan kelamin

 Tidak berhubungan seksual

 Menggunakan kondom

 Setia pada pasangan

 Menghindari fakto pencetus

 Bila ada gejala, segera periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan dan

minum obat sesuai anjuran

Tindakan jika terinfeksi IMS menurut Depkes (2018) adalah

 Jangan mengobati sendiri

 Segera periksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan

 Minum obat teratur dan sampai tuntas sesuai dengan petunjuk dokter

 Jangan berhubungan seksual sampai IMS sembuh

 Minta pasangan segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan

untuk mencegah dan mengetahui adanya penularan.


B) Infeksi saluran reproduksi

ISR adalah masuk dan berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi

ke dalam saluran reproduksi. ISR dapat ditularkan tanpa hubungan seksual.

Jenis-jnis ISR menurut Depkes (2018) adalah

1) Kandidiasi vaginalis

Gejala kandidiasi vaginalis menurut Depkes (2018) adalah Gatal

pada kelamin, kemerahan dan peradangan pada bibir vagina dan liang

vagina, disertai bengkak atau luka sobekan kecil. Keluarnya cairan

yang banyak serta bergumpal dari vagina, kadang-kadang dapat kental,

berwarna putih seperti susu kental atau kekuningan atau berbau asam.

Komplikasi kandidiasis vaginalis adalah lecet pada kulit disekitar

kelamin. Adapun pencegahanya adalah jaga kebersihan alat kelamin


dan pakaian dalam tetap bersih dan kering.

2) Vaginosis bakterial

Gejala vaginosis bakterial adalah vagina berbau amis terutam

setelah berhubungan seksual, keluarnya cairan dari vagina namun tidak

terlalu banyak, berwarna putih keabu-abuan, melekat pada dinding

vagina, tidak ada tanda-tanda peradangan.adapun pencegahannya

dalah menyebabkan penyakit radang panggul dan pada ibu hamil dapat

meyebabkan ketuban pecah dini, kelahiran rematur, bayi berat badan

lahir rendah. Cara mencegah infeksi ini addalah dengan menjaga

kebersihan alat kelamin, tidak berhubungan seksual, menggunakan

kondom, dan setia pada pasangan.

3) Trikomoniasis

Gejala trikomoniasis adalah keluarnya cairan yang banyak dari

vagina, bernanah, kadang-kadang berbusa, peradangan pada vagina,

berbau seperti ikan busuk, dapat disertai rasa gatal pada alat kelamin.

Adapun komplikasi dari infeksi ini adalah pada ibu hamil dapat

menyebabkan kelahiran prematur dan bayi berat badan lahir rendah.

Cara pencegahannya yaitu dengan menjaga keberishan alat kelamin,

tidak berhubungan seksual, menggunakan kondom dan setia pada

pasangan.

C) HIV dan AIDS

HIV(human immunodeficiency Virus) merupakan kuman penyebab


AIDS. AIDS (aquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan

gejala/ penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang didapat dari

infeksi HIV. Infeksi Hiv ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh

manusia. Beberapa cara yang berisiko menularkan HIV diantaranya:

a) Hubungan seksual tidak aman. Pada saat berhubungan seksual tanpa

kondom, HIV dapat menular dari darah orang terinfeksi, cairan

mani/sperma atau cairan vagina langsung ke aliran darah pasangannya,

atau melalui selaput lendir yang berada dibagian dalam vagina, penis

atau dubur

b) HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV atau

melalui alat tindkan medis lain yang tercemar HIV

c) Penggunaan jarum suntik bersama/bergantian pada pecandu narkoba

suntuk beresiko tertular HIV.

d) HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, persalinan dan

ketika menyusui (penularan HIV dari ibu ke anak)

HIV tidak menular melalui makan/minum bersama, memakai

peralatan makan/minum mereka, bersentuhan, berjabat tangan, berpelukan,

hidup serumah, menggunakan Wc/toilet bersama, berenang

bersama,bergantian pakaian, handuk sapu tangan, hubungan sosial lainnya

dan gigitan serangga.

Adapun gelaja HIV menurut Depkes (2018) adalah

a) Setelah seseorang terinfeksi HIV, dia terlihat biasa saja seperti halnya
orang lain karena tidak menunjukan gejala klinis. Tetpai orang tersebut

bisa menularkan virus HIV melalui penularan cairan tubuh (darah, cairan

sperma, cairan vaina, ASI). Hal ini bisa terjadi selama 5-10 tahun.

b) Setelah itu orang tersebut mulai menunjukan kumpulan gejala akibat

menurunnya sistem kekebalan tubuh setelah infeksi HIV.

Pencegahan HIV AIDS menurut Depkes (2018) adalah

a) Tidak berhubungan seksual

Tidak melakukan hubungan seksual yang beresiko.

b) Saling setia

Masing-masing setia pada pasangan dan tidak melakukan hubungan

seksual dengan orang lain.

c) Kondom

Gunakan kondom secara benar setiap kali berhubungan seksual apabila

salah satu pasangan ada yang menderita HIV positif atau status HIV

pasangan belum diketahui.

d) Hindari penggunaan narkoba suntik

Menggunakan jarum suntik beresiko menularkan HIV dalam jarum yang

tercemar darah. Namun apapun bentuknya, hindari narkoba karena hanya

akan merugikan diri sendiri.

e) Penggunaan alat-alat steril

Jangan gunakan jarum, alat suntik, atau alat peluka (penembus luka) kulit

lainnya (tindik atau tato) secara bergantiak. Penularan akan lebih mudah
terjadi melalui darah.

f) Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA)

g) Apabila salah satu/kedua pasangan mempunyai faktor resiko maka

lakukan tes HIV

h) Jika salah satu/kedua pasangan mengidap HIV , minum obat ARV sesuai

anjuran secara teratur seumur hidup

i) Pasangan ODHA harus minum obat ARV dan selalu menggunakan

kondom setiap berhubungan seksual

j) Jika pasangan ODHA ingin memiliki anak, konsultasikan dengan tenaga

kesehatan untuk merencanakan waktu yang tepat untuk hamil sesuai

dengan staus kesehatan pasangan

k) Lakukan tes HIV pada saat pemeriksaan kehamilan trimester I dan

berikan ARV profilaksis pada bayi dari ibu HIV.

g. Informasi Tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dan Kanker

Payudara

A) Kanker Payudara

Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar,

saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit

payudara.

Faktor resiko :

1. merokok atau terpapar asap rokok.

2. Ibu atau saudara ibu/klien yang memiliki kanker payudara.


3. Menopause (berhenti haid) lebih dari 50 tahun.

4. Menstruasi pertama kali sebelum usia 12 tahun.

5. Tidak memiliki anak/infertilitas.

6. Melahirkan anak pertama setelah usia 35 tahun.

7. Tidak pernah menyusui.

8. Riwayat adanya penyakit tumor jinak payudara.

9. Adanya riwayat penyakit kanker pada anggota keluarga lainnya.

10. Diet dan faktor yang berhubungan dengan diet (peningkatan berat

badan/obesitas, pola makan yang buruk tinggi lemak dan rendah serat,

mengandung zat pengawet/pewarna, minuman beralkohol).

Tanda-tanda :

1. Penambahan ukuran/besar yang tidak biasa pada payudara.

2. Salah satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya.

3. Lekukan seperti lesung pipit pada kulit payudara.

4. Pembengkakan pada lengan bagian atas.

5. Perubahan penampilan putting payudara.

6. Keluar cairan seperti susu atau darah dari salah satu putting.

7. Benjolan pada payudara.

8. Pembesaran kelenjar getah bening pada lipat ketiak (axilla).

Deteksi dini :

1. SADARI (pemerikSAan payuDara sendiRI), yang dilakukan pada hari

ketujuh sampai sepuluh di hitung mulai dari hari pertama haid atau
bagi yang telah menopause atau tidak haid karena menggunakan KB

dilakukan rutin setiap bulan pada tanggal yang sama.

2. SADANIS (perikSAan payuDAra KliNIS) oleh tenaga kesehatan

yaitu dokter/bidan, sebaiknya dilakukan satu tahun/kali, minimal 3-5

tahun sekali atau bila terdapat kelainan pada saat melakukan

SADARI.

3. Pemeriksaan Ultrasonography (USG), USG dilakukan terutama untuk

membuktikan adanya massa kistik dan solid/padat yang mengarah

pada keganasan, dan pada perempuan di bawah usia 40 tahun.

4. Pemeriksaan Skirining Mammografi, di anjurkan untuk melakukan

pemeriksaan secara berkala, yaitu pada permpuan usia 40-50 tahun

setiap 2 tahun sekali dan setiap satu tahun sekali pada perempuan di

atas 50 tahun kecuali yang mempunyai faktor resiko.

Tata cara SADARI (pemerikSAan payuDara sendiRI)

 Langkah 1 :

1. Mulai dengan melihat payudara anda di cermin dengan posisi

kedua lengan di samping tubuh. Kemudian angkat kedua

tangan ke atas dan perhatikan apakah ada perubahan pada

payudara.

2. Anda harus melihat : Perubahan payudara dari ukuran, bentuk

dan warna kulit atau ada kerutan pada kulit (kulit jeruk) atau

ada cekungan/ada tarikan kulit ke dalam.


3. Jika anda melihat perubahan berikut ini, segera anda ke dokter

untuk berkonsultasi :

a. Perubahan ukuran dan bentuk payudara.

b. Kulit payudara mengeras, mengelupas, mengkerut seperti

kulit jeruk, atau terdapat cekungan seperti lesung pipi.

c. Perubahan pada putting, seperti putting tertarik ke dalam

atau keluar cairan dari putting.

d. Benjolan/kelainan lainnya dari payudara.

e. Kemerahan, nyeri, ruam-ruam, atau bengkak.

 Langkah 2 :

Letakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan agar

otot dada berkontraksi dan perhatikan apakah terjadi perubahan

pada payudara. Kemudian bungkukkan badan untuk melihat apakah

kedua payudara menggantung seimbang.

 Langkah 3 :

Kemudian, dilakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini

dapat dilakukan sambil berdiri atau berbaring, bila dalam keadaan

berbaring sebaiknya letakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi

payudara yang akan diperiksa.

 Langkah 4 :

Angkat salah satu lengan ke atas dan tekuk siku sehingga


tangan memegang bagian atas punggung/kepala, kemudian dengan

menggunakan permukaan jari tangan yang lain raba dan tekan

payudara dengan gerakan melingkar dimulai dari bagian luar yaitu

tepi payudara sampai ke bagian dalam yaitu putting, selanjutnya

cubit areola putting apakah keluar cairan atau tidak, cermati seluruh

bagian payudara kiri hingga ke daerah ketiak, ulangi gerakkan yang

sama pada payudara kanan.

 Langkah 5 :

Dalam posisi berbaring tekuk salah satu siku sehingga

tangan menyentuh kepala belakang. Kemudian dengan tangan yang

lain rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan

untuk memeriksa daerah yang berada di antara payudara, dari atas

sampai bawah, kiri kanan, dan tulang pundak.

B) Kanker Leher Rahim

Kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi dan berasal dari

sel leher rahim. Faktor Resiko :

1. Menikah atau melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum usia

20 tahun.

2. Memilik banyak pasangan seksual (baik perempuan atau

pasangannya).

3. Pernah terpapar penyakit IMS.

4. Ibu atau saudara perempuan menderita kanker leher rahim.


5. Hasil tes papsmear sebelumnya yang tak normal.

6. Merokok atau terpapar asap rokok.

7. Melahirkan banyak anak (> 3 anak).

8. Penurunan kekebalan tubuh (imunosupresi) seperti yang terjadi pada

penderita HIV/AIDS ataupun pada penggunaan kortikosteroid untuk

jangka waktu yang lama.

Pencegahan :

Pencegahan primer kanker leher rahim dilakukan melalui imunisasi

HPV secara mandiri.

Deteksi dini :

1. Deteksi dini kanker leher rahim di anjurkan untuk perempua usia 30-

50 tahun yang sudah berhubungan seksual dan bisa dilakukan setiap

tahun, minimal 3-5 tahun sekali.

2. Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan dengan Tes IVA

(Inspkesi Visual dengan Asam Asetat) dan Pap Smear.

3. perbedaan IVA dan Pap Smear antara lain :

a. hasil tes IVA dapat segera diketahui satu menit setelah di oles

asam asetat sedangkan Pap smear membutuhkan waktu 1-2

minggu kemudian.

b. Tes IVA dapat dilakukan kapan saja kecuali dalam keadaan hamil

atau haid yang banyak.


c. Pemeriksaan tes IVA lebih murah dibandingkan dengan Pap

smear.

4. Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan di dokter/bidan,

puskesmas, klinik swasta, rumah sakit.

5. Pada stadium awal umumnya kanker leher rahim tidak memiliki

gejala. Pada stadium lanjut, gejalanya antara lain :

a. Pendarahan pasca hubungan seksual.

b. Pendarahan tidak normal dari vagina mulai bercak-bercak hingga

menggumpal disertai bau busuk.

c. Keputihan berbau busuk.

d. Nyeri pinggang saat buang air

B. Tinjauan Teori Asuhan Pranikah

pada penelitian Dewi Susanti (2017) dengan judul “Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Pranikah Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Calon Pengantin Di Lubuk

Begalung Padang Tahun 2017” Hasil penelitian terhadap 38 calon pengantin

menunjukan bahwa 31,6% responden berpengetahuan rendah sebelum pendidikan

pranikah dan 97,4% berpengetahuan tinggi setelah pendidikan pranikah, 76,3%

bersikap negative sebelum pendidikan pranikah. Ada pengaruh pendidikan

pranikah terhadap pengetahuan dan sikap calon pengantin ( p value 0,001 dan

0,013). Kesimpulan ada pengaruh pendidikan kesehatan pranikah terhadap

pengetahuan dan sikap calon pengantin di Kecamatan Lubuk Begalung Padang

Tahun 2017.
Kemudian pada penelitian Anggriyani Wahyu Pinandari (2015) dengan judul

“Pendidikan Kesehatan Reproduksi Formal dan Hubungan Seksual Pranikah

Remaja Indonesia” Semua tes menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan nilai p

= 0,05. Hasil analisis keberlangsungan berpantang melakukan hubungan seksual

pranikah menunjukkan bahwa remaja yang tidak menerima atau hanya menerima

salah satu dari materi pendidikan kesehatan reproduksi memiliki hazard ratio yang

lebih besar (berturut-turut 1,55 ( CI= 1,32 – 1,82); 0,99 (CI=0,86 – 1,15) dan 2,26

(CI=1,43 – 3,56). Menerima informasi secara lengkap memberikan waktu

berpantang yang lebih lama. Penyalahgunaan obat, merokok, minum alkohol, laki-

laki, berusia 20 - 24 tahun dan miskin berpeluang lebih besar untuk melakukan

hubungan seksual pranikah. Penerimaan informasi kesehatan reproduksi pada

jenjang pendidikan formal dapat menunda terjadinya hubungan seksual pranikah.

Kemudian pada penelitian Sutrisno, Riza Umami (2019) dengan judul “Upaya

Peningkatan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin Melalui Bimbingan Pranikah

Di Kua Kaliwates Kabupaten Jember” Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah

calon pengantin mampu meningkatkan kualitas pernikahan melalui persiapan

fungsi reproduksi. Kegiatan ini telah dilakukan di KUA Kaliwates pada 40 calon

pengantin melalui beberapa kegiatan. Adapun hasil kegiatan ini adalah terdapat

peningkatan tingkat pengetahuan calon pengantin tentang fungsi reproduksi dan

adanya kesediaan calon pengantin untuk memeriksakan kesehatan pranikah di

layanan kesehatan setempat akan tetapi form surat keterangan yang diberikan

belum mewakili informasi kesehatan reproduksi.


Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Tarsikah (2019) dengan judul

“Upaya Peningkatan Pengetahuan Melalui Kelas Pranikah Untuk Menyiapkan

Kehamilan Yang Sehat Di Desa Watugede Singosari Kabupaten Malang”. Hasil

kegiatan pengabmas menunjukkan ada perubahan tingkat pengetahuan sebelum

dan sesudah pemberikan pendidikan kesehatan melalui kegiatan kelas pra nikah.

Kegiatan ini bisa menjadi salah satu alternatif pendidikan pra nikah berbasis

komunitas, yang bisa dilakukan sebagai kegiatan tersendiri maupun mengikuti

kegiatan pemberdayaan di tingkat masyarakat yang sudah ada misalnya posyandu [

CITATION Nov18 \l 1033 ]remaja maupun karang taruna.

Kemudian pada penelitian yang di lakukan oleh Novira Hendriyani (2018)

dengan judul “Hubungan Antara Stres Dengan Status Gizi Pada Wus Pranikah Di

Kabupaten Bantul” Wanita Usia Subur (masa pra konsepsi) merupakan calon ibu

yang dijadikan kelompok usia yang rawan dan perlu adanya perhatian khusus.

Kesehatan pra konsepsi perlu diperhatikan karena ada kaitannya dengan outcome

kehamilannya. Status gizi masa pra konsepsi berpengaruh pada kondisi kehamilan

dan kesejahteraan pada janin menjadi yang lebih baik jika pencegahannya

dilakukan sebelum masa kehamilan. Keputusan untuk menikah dapat

memunculkan berbagai permasalahan, tekanan, tuntutan, atau situasi lain yang

tidak menyenangkan karena kurangnya persiapan sehingga berpotensi

menimbulkan stres. Sejumlah 64,2 % responden yang mengalami stress sedang

dan berat dengan status gizi yang tidak normal. Hasil uji bivariat menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara stress dengan status gizi
(p>0,05; OR = 1.027).

DAFTAR PUSTAKA

Hendriyani, Novira. "Hubungan Antara Stres Dengan Status Gizi Pada WUS Pranikah Di
Kabupaten Bantul." 2018: 11.

Pinandari, Anggriyani Wahyu. "Pendidikan Kesehatan Reproduksi Formal dan Hubungan


Seksual Pranikah Remaja Indonesia." Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.
10, No. 1, Agustus 2015, 2015: 44.

RI, Kemenkes. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta: Direktorat
Jendral Kesehatan Keluarga, 2018.

Susanti, Dewi. "Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pranikah Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Calon Pengantin Di Lubuk Begalung Padang Tahun 2017 ." Jurnal Sehat Mandiri,
2017: 18. http://jurnal.poltekkespadang.ac.id/ojs/index.php/jsm

Sutrisno, Riza Umami. "Upaya Peningkatan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin Melalui
Bimbingan Pranikah Di Kua Kaliwates Kabupaten Jember." JURNAL IDAMAN,
VOLUME 3, NO. 2, OKTOBER 2019, 2019: 71-88.

Tarsikah. "Upaya Peningkatan Pengetahuan Melalui Kelas Pranikah Untuk Menyiapkan


Kehamilan Yang Sehat Di Desa Watugede Singosari Kabupaten Malang." JURNAL
PENGAMAS KESEHATAN SASAMBO, 2019: 86.http://jkp.poltekkes-
mataram.ac.id/index.php/pks

Anda mungkin juga menyukai