Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DAN PREMENOPAUSE PADA NY. L


MELALUI METODE ASUHAN KEBIDANAN DENGAN IVA TEST

Laporan Kasus Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Ujian Praktik Melalui Metode Ujian Case Report Pada Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan Remaja Dan Perimenopause Semester Genap TA. 2022/2023

Disusun Oleh :
Sri Wachyuni
NPM : 211560412117

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S1) DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDISTRA INDONESIA
TA. 2022/2023
Lembar Pengesahan Laporan

Tanggal Ujian : 10 Agustus 2022

Mahasiswa Tanda Tangan Mahasiswa


Nama : Sri Wachyuni
NPM : 211560412117

Dosen Penguji
Nama : Dewi Rostianingsih, SST ,
M.Kes
NIDN : 0328067703
LAPORAN KASUS

A. GAMBARAN KASUS
Pada tanggal 03 Agustus 2022 pukul 09.00 Wib, Ny. Lala datang ke klinik
dengan suami, Ny. Lala mempunyai keluhan keputihan berbau, nyeri saat
berhubungan. Riwayat persalinan 3x dan keguguran 0x. Ini merupakan
pernikahan ke-1 bagi Ny.Lala dan suami. Ny.Lala memiliki kebiasaan merokok
aktif dan kurang menjaga kebersihan alat kelamin.

B. TINJAUAN TEORI

1. IVA Test

a. Pengertian IVA Test

Pemeriksaan Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA Test) adalah


salah satu metode deteksi dini kanker serviks yang dilakukan oleh petugas
kesehatan yang sudah dilatih dengan pemeriksaan serviks secara visual
menggunakan asam asetat yang sudah di encerkan, yaitu melihat serviks
dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan
asam asetat 3-5%.

Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang
tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa serviks
mungkin memiliki lesi prakanker. Deteksi dini kanker serviks dilakukan
pada kelompok sasaran perempuan 20 tahun ke atas, namun prioritas
program deteksi dini di Indonesia pada perempuan usia 30-50 tahun
dengan target 50% perempuan. Untuk IVA dilakukan minimal 3 tahun
sekali. 22

b. Sasaran Pemeriksaan IVA


Sasaran pemeriksaan IVA adalah dianjurkan bagi semua
perempuan berusia antara 30-50 tahun. Perempuan yang mempunyai
faktor risiko terutama adalah kelompok yang paling penting untuk
mendapatkan pelayanan tes dan pengobatan. Dengan memfokuskan pada
pelayanan tes dan pengobatan untuk perempuan berusia 30-50 tahun atau
yang memiliki risiko tinggi IMS akan dapat meningkatkan nilai prediktif
positif dari IVA. Karena angka penyakit lebih tinggi pada kelompok usia
tersebut, maka lebih besar kemungkinan untuk mendeteksi lesi pra-kanker,
sehingga meningkatkan efektifitas biaya dari program pengujian dan
mengurangi kemungkinan pengobatan yang tidak perlu (Kemenkes,2015)..
WHO mengindikasikan deteksi dini kanker serviks dilakukan pada
kelompok berikut ini:
a. Setiap perempuan yang berusia antara 25-35 tahun, yang belum pernah
menjalani tes sebelumnya, atau pernah menjalani tes 3 tahun
sebelumnya tau lebih
b. Perempuan yang ditemukan lesi abnormal pada pemeriksaan tes
sebelumnya
c. Perempuan yang mengalami perdarahan abnormal pervaginam,
perdarahan pasca senggama atau perdarahan pasca menopause atau
mengalami tanda dan gejala abnormal lainnya.
d. Perempuan yang ditemukan ketidaknormalan pada serviksnya.

c. Waktu pemeriksaan IVA Test

Tes IVA ( Inspeksi Visual Asam Asetat ) dapat dilakukan kapan


saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat menstruasi, dan saat asuhan
nifas atau paska keguguran. Pemeriksaan IVA juga dapat dilakukan pada
perempuan yang dicurigai atau diketahui memiliki ISR/IMS ( Infeksi
Menular Seksual ) atau HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) / AIDS
( Acquired Immunodeficiency Syndrome ) (Kemenkes,2015).
Program deteksi dini oleh WHO ( World Health Organization ) :
1. Dilakukan pada setiap wanita minimal 1x pada usia 35-40 tahun
2. Jika fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55
tahun
3. Jika fasilitas tersedia lebih, lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun
4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita
usia 25-60 tahun
5. Deteksi dini yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur
hidup memiliki dampak yang cukup signifikan
6. Di Indonesia, dianjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+)
adalah 1 tahun dan bila hasil negative (-) adalah 5 tahun

d. Penatalaksanaan IVA Positif


Bila ditemukan IVA Positif,dilakukan krioterapi, elektrokauterisasi atau
eksisi LEEP/LLETZ.
1. Krioterapi dilakukan oleh dokter umum, dokter spesialis obstetri dan
ginekologi atau konsultan onkologi ginekologi
2. Elektrokauterisasi, LEEP/LLETZ dilakukan oleh dokter spesialis obstetri
dan ginekologi atau konsultan onkologi ginekologi
e. Penatalaksanaan pasien yang dicurigai kanker
Bila ditemukan pasien yang dicurigai kanker serviks dilakukan biopsi. Jika
pemeriksaan patologi anatomi mengkonfirmasi terdapatnya kanker serviks
maka dirujuk maka dirujuk ke konsultan onkologi ginekologi untuk
penatalaksanaan.
4 Langkah pemeriksaan IVA, yaitu;

TIDAK

YA
Pada serviks diatas

Untuk memudahkan memahami, dapat dilakukan singkatan

1.
Kanker?
2.
SSK IVA KaSIVo
3. Krioterapi
4.

2. Jurnal Terkait yang Berhubungan dengan Kasus


Judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Wanita Usia
Subur Dalam Pemeriksaan IVA di Puskesmas PAAL V Kota Jambi
Kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua yang terjadi pada
wanita dan pada negara berkembang termasuk Indonesia (Erniaty &Handayani,
2017).
Salah satu upaya pemecahan masalah dengan metode skrining yang lebih
mampu laksana, cost effective dan dimungkinkan dilakukan diIndonesia adalah
Tes IVA (Dinkes Kota Jambi, 2018), dengan metode IVA juga dapat
diidentifikasi lesi pra kanker serviks, baik Lesi Intraepitel Serviks Derajat
Tinggi (LISDT), maupun Lesi Intra epitel Serviks Derajat Rendah (LISDR) ,
adanya tampilan bercak putih setelah pulasan asam asetat kemungkinan adanya
lesi Pra kanker serviks(Sarwono,2011). Pada rentang tahun 2014-2017 sudah
Dilakukan deteksi dini kanker leher Rahim Terhadap 3.040.116 perempuan
usia 30-50 tahun (2.98%) di Indonesia, sedangkan target nasional pada
pemeriksaan IVA test adalah 30% (Kemenkes RI, 2018). Pengetahuan wanita
terhadap kanker Rahim dalam pemeriksaan IVA diharapkan kearah yang lebih
baik, merupakan upaya membatasi minimal Mungkin segala kemungkinan
terjadinya gangguan atau masalah kesehatan dan upaya pencegahan penyakit
dengan seksama serta diharapkan akan terjadi perubahan kehidupan sesuai
dengan kaedah-kaedah kesehatan sehingga masyarakat yang Sehat dapat
mencerminkan tingkat kesehatan yang optimal ( Notoatmodjo, 2012).
3. Pathway Asuhan Pada Wanita Usia Subur dengan Iva Test

Ny. Lala usia 47 Th mengeluh keputihan berbau dan nyeri saat


berhubungan

Melakukan asuhan kebidanan pada wanita usia subur

Melakukan pemeriksaan fisik

Memberikan pemeriksaan iva test

Memberikan edukasi dan konseling untuk ibu dan suami


C. Deskripsi Asuhan pada Wanita Usia Subur Ny. L
1. Tujuan Asuhan
Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut
a. Melaksanakan Asuhan yaitu
Kebidanan Pada Wanita Usia Subur
krioterapi
b. Melaksanakan Pendokumentasikan Asuhan Kebidanan dengan metode
SOAP
2. Deskripsi alat dan bahan
No Nama Alat/Bahan Gambar Fungsi

APD (Masker,
1. apron, Sebagai alat pelindung diri
handscoen)

Sebagai penerangan saat


2. Lampu sorot
melakukan pemeriksaan
Membantu membuka
3. Spekulum genetalia interna dan
mencari portio

4. Underpad Sebagai alas bokong

5. Bengkok Tempat barang kotor


atau habis pakai

Untuk membersihkan
genetalia
6. Kapas DTT

Larutan asam Larutan untuk digunakan


7.
asetat 5% pemeriksaan iva test
Penyampain informasi dari
Lembar Informed tenaga Kesehatan
8.
Consent sebelum melakukan
suatu tindakan

9. Untuk mengoleskan
Kapas Lidi
Asam asetat

Alat pelindung diri untuk


pemeriksa
10. handscoon

Tempat tidur Sebagai tempat untuk


11.
gynecologi Periksa pasien
3. Prosedur Tindakan

No Dokumentasi Jenis Tindakan

1. Menyapa dan
memperkenalkan diri

2. Menanyakan kesiapan klien


untuk diperiksa IVA

3. Memastikan identitas,
memeriksa status dan
kelengkapan informed
consent klien (mengisi
formulir pemeriksaan IVA)

4. Memastikan alat dan seluruh


Instrumen yang diperlukan
sudah tersedia

5. Meminta klien untuk


mengosongkan kandung
kemih dan membilas daerah
genitalia
6. Meminta klien untuk
menanggalkan pakaian dalam
/ celana dan menggunakan
kain yang sudah disediakan

7. Memposisikan klien dalam


posisi litotomi

8. Menutup area pinggang


hingga lutut klien dengan
kain

9. Memasang tisue bokong

10. Mengatur lampu sorot

11. Memakai celemek dan


masker

12. Mencuci tangan dengan air


mengalir dan menggunakan
sabun, keringkan dengan
handuk kering dan bersih
13. Menggunakan sarung tangan
DTT
14. Membersihkan genitalia
eksterna dan genitalia interna
dengan kapas DTT

Key Point :
Bersihkan mulai genitalia
eksterna kemudian genitalia
interna

15. Melakukan pemeriksaan


secara inspeksi dan palpasi
genitalia eksterna

Key Point :
Bila ada tanda-tanda infeksi
dicatat dan diberitahukan
kepada Ibu setelah pemeriksaan
selesai
16. Mengoleskan jelly pada
spekulum (dianjurkan)

Key Point :
Oleskan jelly secukupnya pada
spekulum bagian atas dan
bawah yang akan dimasukkan
kedalam vagina
17 Memasang spekulum dalam
vagina, setelah serviks dapat
dilihat seluruhnya, kemudian
mengunci spekulum dalam
posisi terbuka sehingga akan
tetap di tempat saat melihat
serviks

Key Point :
Pasang Speculum dengan
lembut untuk mengurangi nyeri
dan trauma pada klien
18. Membersihkan serviks dari
cairan, darah, dan sekret
dengan kapas lidi yang
sebelumnya telah dicelupkan
ke air DTT

Key Point:
Serviks akan terlihat jelas

19 Memeriksa serviks terdapat


kecurigaan kanker atau tidak
:
Jika ya, klien dirujuk,
pemeriksaan tidak dilanjutkan
Jika tidak, lanjutkan
pemeriksaan.

Key Point:
Periksa serviks secara seksama,
curiga kanker atau normal
20. Melanjutkan dengan
pemeriksaan SSK jika tidak
terdapat tanda-tanda curiga
kanker.
 Memastikan tampak /
tidaknya Sambungan
Skuamo Kolumnar
(SSK) /
mengidentifikasi SSK
a. Jika SSK tampak,
melakukan IVA
dengan
mengoleskan kapas
lidi yang sudah
dicelupkan ke
dalam asam asetat
3-5% ke zona
transformasi.
b. Jika SSK tidak
tampak :
1) Melakukan
pemeriksaan
mata telanjang
tanpa asam
asetat
(downstaging).
2) Menganjurkan
klien untuk pap
smear maksimal
6 bulan lagi
Key Point:
Periksa serviks secara
seksama, SSK tampak atau tidak
tampak

21. Menunggu hasil IVA selama


1 menit, perhatikan apakah
ada bercak putih
(acetowhite epithelium) atau
tidak
 Jika tidak (IVA
Negatif), menjelaskan
kepada klien kapan
harus kembali untuk
mengulangi
pemeriksaan IVA
 Jika ada (IVA
Positif), menentukan
apakah lesi tersebut
dapat dilakukan
krioterapi atau tidak
Key Point:
Jika IVA Negatif, tidak ada
acetowhite
Jika IVA Positif, ada acetowhite
diluar batas SSK (Zona
Transformasi)
22.
Mengeluarkan spekulum
secara perlahan

Key Point :
Memutar dan mengeluarkan
spekulum dengan benar untuk
menghindari trauma dan rasa
nyeri

23. Membuang sarung tangan,


kapas, dan bahan sekali pakai
lainnya ke dalam container
(tempat sampah medik) yang
tahan bocor, sedangkan untuk
alat-alat yang dapat
digunakan kembali, rendam
dalam larutan Chlorin 0,5%
selama 10 menit untuk
dekontaminasi.
24. Mencuci tangan dengan air
mengalir dan menggunakan
sabun, keringkan dengan
handuk kering dan bersih
25. Mendokumentasikan hasil
pemeriksaan pada fomulir
pemeriksaan IVA

26.  Jika hasil IVA


Negatif,
Memberitahukan klien
kapan harus kembali
untuk pemeriksaan
selanjutnya.

 Jika hasil IVA Positif,


Memberikan informasi
mengenai hasil
pemeriksaan dan
menyampaikan
perlunya dilakukan
rujukan ketempat yang
memadai
27. Memberi kesempatan kepada
klien untuk bertanya hingga
mengerti

D. Kesimpulan
Ny. Lala wanita usia subur usia 45 Th menikah 1x, perokok aktif, riwayat
melahiran 3x, abortus 0x mengeluh nyeri saat berhubungan dan keputihan
berbau. Dari hasil pemeriksaan didapatkan tanda tanda vital dalam batas
normal Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi 88 kali/menit Pernapasan 24
kali/menit, Suhu 370C, Genetalia tampak keputihan berwarna kuning.
Ny. Lala setuju untuk dilakukan pemeriksaan Iva Test. Dari hasil
pemeriksaan Iva test didapatkan hasil positif, selanjutnya Ny. Lala disarankan
untuk melakukan pemeriksaan lanjutan yaitu krioterapi.
Berdasarkan Jurnal tentang “ DETEKSI DINI KANKER SERVIKS
MELALUI PEMERIKSAAN IVA TEST PADA WANITA USIA SUBUR
DIDESA BABAKAN, KECAMATAN CIPARAY, KABUPATEN
BANDUNG “ oleh Fahmi Faudah, Sri rejeki, Hani triana, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Immanuel Bandung, 20 Februari 2020 : bahwa Kanker serviks
merupakan salah satunkanker yang tertinggi kejadiannya pada wanita, di
mindonesia laporan dari beberapa Rumah Sakit besar kanker serviks
menempati urutan pertama bertdasarkan patologi dan anatomi, meski termasuk
ganas, kanker yang berkembang di leher rahim ini sebenarnya dapat diketahui
dengan melakukan deteksi dini. Tentunya hal ini dapat membantu
meningkatkan peluang kesembuhan. Salah satu cara nya untuk mendeteksi dini
kanker serviks yaitu dengan melakukan IVA ( Inspeksi Visual Asam Asetat )
test atau pemeriksaan IVA, pemeriksaan IVA test tidak memerlukan
pengamatan laboratorium untuk tahu hasilnya. Dengan kata lain hasil dari IVA
test bisa langsung diolah, sehingga dapat cepat diketahui hasilnya.
Jadi antara teori dan jurnal ada hubungannya dengan kasus NY.L , dimana
diharuskan pada ibu yang mempunyai keluhan adanya keputihan yang sangat
banyak dan berbau diharuskan melakukan pemeriksaan IVA test minimal 6
bulan sekali, dan menganjurkan ibu untuk periksa lebih lanjut bila hasil yang
ditemukan positif.
Sumber Pustaka
1. Erniaty,W.,&Handayani,O.W.K.(2017).Faktor Yang Mempengaruhi
Keterlambatan Diagnosa Ca Serviks Penderita Masa Kuratif di Semarang.
Public Health PerspectiveJournal,2(2).
2. http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Panduan-Program-Nasional-
Gerakan-Pencegahan-dan-Deteksi-Dini-Kanker-Kanker-Leher-Rahim- dan-
Kanker-Payudara-01-Agustus-2022.pdf
3. Kemenkes RI. (2018). Hasil utama RISKESDAS 2018. In Jakarta:
Kementerian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI.
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015.
6. Susilawaty enny.2021.jurnal ilmiah obsgin : Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Keikutsertaan Wanita Usia Subur Dalam
Pemeriksaan IVA di Puskesmas PAAL V Kota Jambi https://stikes-nhm.e-
journal.id/JOB/article/view/374 diakses pada 01 Agustus 2022

Bekasi, 10 Agustus
2022
Mahasiswa

Sri Wachyuni
Laporan Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan Pada Wanita Usia Subur

IDENTITAS
Nama Klien : Ny. Lala Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Perempuan Hubungan Klien : Suami
Umur : 45 Umur : 50
Agama : Islam Agama : Islam
Jenis Pendidikan : SMP Jenis Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat Domisili : Pangkalan No. HP : -
bambu
No. HP : 0857789****
Jaminan Kesehatan : BPJS

A. SUBJEKTIF
1. Riwayat kesehatan reproduksi :
 Alasan Kunjungan/Keluhan Utama
Pemeriksaan IVA, keputihan berbau, nyeri bagian bawah saat
berhubungan
 Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
HPHT : 24/07/2022
 Pernah tes pap smear : Tidak
 Pernah tes IVA : Tidak
 Usia pertama menikah : 20 tahun
 Usia pertama kali hamil : 20 tahun
 Status pernikahan : Ibu : Pernikahan yang ke-1
Suami : Pernikahan ke-1

2. Situasi lingkungan kesehatan saat ini :


- Tidak mengonsumsi alkohol
- Merokok aktif

3. Kualitas kebutuhan sehari-hari (hidrasi, nutrisi, eliminasi, istirahat) :


Normal seperti biasa tidak ada masalah, kurang konsumsi buah dan sayur
(<4 porsi/hari), kurang aktivitas fisik (<30 menit/hari)

4. Pola pengambilan keputusan :


Menghargai pendapat kedua belah pihak, ibu dan suami mengambil
keputusan bersama.
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
Jumlah melahirkan : 4 kali (persalinan normal), Abortus 1x
Menyusui : ya, ibu menyusui anaknya selama 2 bulan

6. Riwayat penyakit/operasi/kespro/ginekologi :
 Riwayat kesehatan saat ini
Baik, tidak ada penyakit komplikasi seperti jantung, ginjal, paru, liver,
DM, asma, hipertensi, maupun operasi
 Keluhan
1. Benjolan di payudara/ketiak : (Ya / Tidak)
2. Keluar cairan dari puting : (Ya / Tidak)
3. Keluar banyak cairan dari kemaluan/keputihan : (Ya / Tidak)
4. Pendarahan saat/setelah senggama : (Ya / Tidak)
5. Pendarahan di luar masa haid : (Ya / Tidak)
6. Sakit nyeri di perut bagian bawah/panggul : (Ya / Tidak)
saat berhubungan
 Riwayat kanker dalam keluarga
Tidak ada riwayat tumor jinak payudara maupun saudara (yang
berhubungan darah) yang sakit kanker

7. Riwayat alergi obat dan makanan


Tidak ada

8. Riwayat KB
Pil selama 4 tahun, suntik 3 bulan selama 3 tahun, dan saat ini ibu tidak
menggunakan metode kontrasepsi.

B. OBJECTIVE
1. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
2. Nadi : 88 x/menit
3. Pernafasan : 24 kali/menit (tidak tampak sesak)
4. Suhu : 37˚C (afebris)
5. Berat Badan : 70 kg
6. Tinggi Badan : 165 cm
7. Mata
Tidak ikterik, tidak anemis
8. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
9. Payudara
Tidak ada kelainan

10. Abdomen
Tidak ada kelainan atau luka bekas operasi
11. Ekstremitas
Tidak ada edema, refleks patella +/+
12. Anogenetalia
Inspeksi : tampak keputihan berwarna kekuningan, tidak ada kelainan
13. Pemeriksaan Ginekologi dan IVA
Kelainan vulva : Tidak ada
Kelainan vagina : Tidak ada
Curiga Ca Cx : ya
Pemeriksaan SSK : Tampak
Hasil : IVA Positif / Tidak Normal

IVA (+)
SSK (+)

C. ASSESSMENT
Ny. L dengan hasil tes IVA Positif

D. PLAN
INFORMASI:
1. Mendiskusikan mengenai hasil pemeriksaan dan mendampingi ibu dalam
memahami hasil pemeriksaan bahwa hasil positif.
Ibu mengerti bahwa hasil pemeriksaan nya positif.
2. Membuat kesepakatan rujukan dilakukan pemeriksaan lanjutan yaitu
krioterapi.
Ibu sepakat akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk krioterapi.
3. Melakukan konseling mengenai vulva hygiene .
Ibu bersedia dilakukan vulva hygine.
4. Mendukung ibu untuk melanjutkan periksa IVA berkala setiap 1 tahun.
Ibu bersedia melakukan pemeriksaan IVA setiap tahunnya.

Anda mungkin juga menyukai