Anda di halaman 1dari 49

STUDI KASUS

STASE PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI DENGAN


MELAKUKAN KONSELING PERENCANAAN KEHAMILAN
KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA

Oleh : Kelompok 2

1. Teodora Tonggo Marudur Sianipar 2113101


2. Yelvie Listrawati Simbolon 2113102
3. Yessi Matondang 2113129
4. Sriani 2113124
5. Susilawati 2113126
6. Siti Mardani Lubis 2113117
7. Poniah 2113122
8. Dini Amaliah Harahap 2113135

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KASUS
ASUHAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI DENGAN
MELAKUKAN KONSELING PERENCANAAN KEHAMILAN
KESEHATAN

Dipresentasikan Pada
Tanggal 22 Juli 2022

Oleh Kelompok 2 :

1. Teodora Tonggo Marudur Sianipar 2113101


2. Yelvie Listrawati Simbolon 2113102
3. Yessi Matondang 2113129
4. Sriani 2113124
5. Susilawati 2113126
6. Siti Mardani Lubis 2113117
7. Poniah 2113122
8. Dini Amaliah Harahap 2113135

Koordinator
Stase Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

Meli Doloksaribu S.Tr.Keb .,M.Keb

Mengetahui
Ketua Program Studi Kebidanan Program Sarjana

(Emi br Barus, SST,,M.Keb)


NIDN : 0113118702
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa pranikah dikaitkan dengan masa prakonsepsi karena setelah menikah

wanita akan menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan masa

sebelum kehamilan. Wanita usia subur (WUS) sebagai calon ibu merupakan

kelompok rawan yang harus diperhatikan status kesehatannya, terutama status

gizinya. Kualitas seorang generasi penerus ditentukan oleh kondisi ibunya dari

sebelum hamil dan selama kehamilan. Wanita usia 20 – 35 merupakan usia

yang paling tepat dalam mencegah terjadinya masalah gizi terutama

kekurangan energi kronik. Status gizi prakonsepsi akan mempengaruhi kondisi

kehamilan dan kesejahteraan bayi yang akan lebih baik jika dilakukan sebelum

hamil. Syarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran

bayi normal dan sehat (Susilowati dkk. 2016).

Kondisi nutrisi yang kurang baik bagi ibu hamil akan menjadi penyebab

kesakitan dan kematian yaitu anemia dan kurang energi kronis (KEK). Ibu

hamil yang mengalami anemia dapat mengalami kejang sampai kematian jika

kekurangan zat besi. KEK masih merupakan masalah gizi utama yang sering

menimpa WUS. Seseorang dapat dikatakan KEK apabila hasildari pengukuran

lingkar lengan atas (LILA) di bawah 23,5 cm. Dampak dari wanita pranikah

yang menderita KEK antara lain dapat mengakibatkan terjadinya anemia,

kematian pada ibu pada saat melahirkan, bayi berat lahir rendah (BBLR),
kelahiran prematur, bayi lahir cacat hingga kematian pada bayi (Stephanie dkk.

2016).

Dampak yang serius juga dialami oleh janin dan bayi yang dilahirkan dari

ibu hamil yang kekurangan nutrisi. Masalah yang terjadi antara lain gangguan

pertumbuhan di dalam uterus, bayi dengan BBLR dan bayi lahir prematur

(Reeder, Sharon, Martin, & Griffin, 2011). Jika Ibu hamil dalam kondisi

kekurangan asam folat, maka beresiko melahirkan bayi dengan Neural Tube

Defects (NTDs). Selain itu bayi bisa mengalami kretinisme atau retardasi

mental jika ibu hamil dalam kondisi kekurangan yodium (Badriah, 2011;

Gardiner et al., 2008; Reeder, Sharon, Martin, & Griffin, 2011).

Di Indonesia angka kematian ibu masih tergolong besar yaitu 305/100.000

KH dan untuk angka kematian bayi adalah 33.278 jiwa (SDKI, 2015).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, proporsi WUS yang mengalami KEK

pada usia 20-24 tahun adalah sebanyak 30,6%, pada usia 25- 29 tahun

sebanyak 19,3% dan usia 30-34 tahun adalah sebanyak 13,6%. Sedangkan

menurut Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) tahun 2013

menunjukkan angka sebesar 20,97%.

Gizi yang optimal pada wanita pranikah akan mempengaruhi tumbuh

kembang janin dan kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan serta keselamatan

selama proses melahirkan (Paratmanitya dkk. 2012). Adapun pentingnya

menjaga kecukupan gizi bagi wanita pranikah disebabkan karena gizi yang

baik akan menunjang fungsi optimal alat-alat reproduksi seperti lancarnya


proses pematangan telur, produksi sel telur dengan kualitas baik, dan proses

pembuahan yang sempurna. Gizi yang baik juga dapat berperan penting dalam

penyediaan cadangan gizi untuk tumbuh-kembang janin. Bagi calon ibu, gizi

yang cukup dan seimbang akan mempengaruhi kondisi kesehatan secara

menyeluruh pada masa konsepsi dan kehamilan serta akan dapat memutuskan

mata rantai masalah kekurangan gizi pada masa kehamilan (Susilowati dkk.

2016).

Calon pengantin merupakan kelompok sasaran yang strategis dalam upaya

peningkatan kesehatan sebelum hamil atau masa prakonsepsi. Pengetahuan

mengenai gizi berperan penting dalam pemenuhan kecukupan gizi seseorang.

Kurangnya pengetahuan terhadap gizi akan mempengaruhi pemahaman konsep

yang berhubungan dengan gizi. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan

salah satunya dengan cara memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan

kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan.

Secara opearasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk

memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek baik individu,

kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan

mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012). Dengan pemberian pendidikan kesehatan

diharapkan dapat meningkatkan asupan gizi pada wanita usia subur (Susilowati

dan Kuspriyanto, 2016).

Pemerintah telah berupaya untuk membekali calon pengantin melalui

pendidikan pranikah yang disebut kursus calon pengantin. Dasar hukum

pelaksanaan kursus catin adalah peraturan Direktur Jenderal Bimbingan


Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia Nomor DJ.II/491

tahun 2009 tentang Kursus Calon Pengantin. Materi yang diberikan

diantaranya fiqih munakahah, UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974, keluarga

sakinah, rumah tangga ideal dan reproduksi sehat (Kementerian Agama, 2010).

Kantor Urusan Agama sebagai lembaga keagamaan biasanya akan memberikan

konseling mengenai keagamaan dan kerukunan berumah tangga bagi calon

pengantin. Namun sayangnya jarang sekali pihak KUA menyampaikan

konseling mengenai kesehatan khususnya pentingnya gizi prakonsepsi bagi

wanita pranikah.

Peran bidan dalam hal ini adalah memberikan edukasi kesehatan

reproduksi serta perawatan bagi pasangan yang memiliki masalah kesehatan

dalam konseling pranikah terutama prakonsepsi (Valentina, 2012). Imunisasi

Tetanus Toksoid (TT) adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai

upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin Tetanus Toksoid

dipergunakan untuk pencegahan tetanus pada bayi yang baru lahir dengan

mengimunisasi wanita usia subur, dan juga untuk pencegahan tetanus (Indanati

Rukna,2005). Pengetahuan pasangan muda (calon pengantin) mengenai

imunisasi TT wanita usia subur akan menunjang dan memotivasi calon

pengantin untuk mendapatkan imunisasi TT wanita usia subur. Dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Priyoto,2014).
1.2. Tujuan Studi Kasus

1.2.1. Tujuan Umum

Tujuan Umum Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan Kebidanan

Remaja/Pranikah dengan studi kasus melakukan konseling perencanaan

kehamilan Kesehatan.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian asuhan

menggunakan SOAP pada remaja panikah dengan studi kasus

melakukan konseling perencanaan kehamilan Kesehatan.

menggunakan pola pendekatan 7 langkah Varney.

2. Mahasiswa mampu melakukan pembahasan mengenai remaja

pranikah dengan studi kasus melakukan konseling perencanaan

kehamilan Kesehatan.

1.2.3.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Remaja dan Dewasa

Awal Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa

dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan

bagi kehidupan masa depan selanjutnya (bkkbn, 2012).

Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1979, remaja adalah individu

yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. Dalam tumbuh kembang

remaja terdapat proses pematangan secara fisik dan mental dalam

mempersiapkan memasuki individu dewasa dimana pada rentang usia 10 - 15

tahun pada perempuan untuk mengalami menarche dan 11-13 pada laki-laki

untuk mengalami ejakulasi pertama kali (mimpi basah) sehingga sudah dapat

terjadi fertilisasi (Soetjieningsih, 2010).

Dengan besarnya jumlah remaja Indonesia sehingga remaja dipersiapkan

untuk menjalankan masa transisi tersebut dengan baik guna dapat menjadi

generasi penerus bangsa (bkkbn, 2012).

Menurut Potter&Perry masa dewasa awal merupakan periode penuh

tantangan, penghargaan dan krisisi. Tantangan yang dimiliki tersebut dapat

berupa tantangan kerja dan membentuk sebuah keluarga. Menurut

Santrosk(2002) yaitu masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan

menjalin hubungan dengan awan jenis dan terkadang menyisakan sedikit

wktu untuk hal yang lainnya (Valentina,2012).


2.2. Perkawinan

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,

perkawinan iadalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas

usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan.

Terdapat peningkatan usia median kawin pertama wanita dari 19,8 tahun

di tahun 2007 menjadi 20,4 tahun di 2012. Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi median usia kawin pertama wanita diantaranya yaitu faktor

sosial, ekonomi, bidaya dan tempat tinggal (desa/kota) dengan faktor

ekonomi menjadi paling dominan terhadap median usia kawin pertama

perempuan (bkkbn, 2012).

2.3. Pengelolaan Pranikah

Salah satu upaya dalam menurunkan AKI dan AKB adalah

pengelolaan pranikah

a. Mengadakan penyuluhan kepada calon pengantin tentang kehamilan

yang sehat

b. Melakukan pemeriksaan Hb pada saat pemeriksaan kesehatan calon

pengantin putri.

c. Melakukan penjaringan dan penanganan kasus anemia pada remaja

putri antara lain melalui kegiatan UKS dan Karang Taruna


2.4. Persiapan Pranikah dan prakonsepsi

Definisi pranikah menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah

sebelum menikah. Berdasarkan perundang-undangan Republik Indonesia

tahun 1974 pasal 7 ayat 1 pernikahan hanya diziinkan apabila pihak pria

mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun.

"Pemeriksaan dan konseling kesehatan bagi calon suami istri penting

dilakukan, terutama untuk mengetahui kemungkinan kondisi kesehatan

anak yang akan dilahirkan.

Dengan pemeriksaan itu, dapat diketahui riwayat kesehatan kedua

belah pihak, termasuk soal genetik, penyakit kronis, hingga penyakit

infeksi yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan keturunan” (Permadi,

2011).

Pemeriksaan kesehatan, dapat diketahui riwayat genetik dalam

keluarga calon mempelai pria dan wanita. Misalnya ada tidaknya penyakit

kelainan darah seperti thalassemia dan hemofilia. Kedua penyakit itu bisa

diturunkan melalui pernikahan dengan pengidapnya atau mereka yang

bersifat pembawa (carrier). Setelah pemeriksaan, dapat dilihat

kemungkinan perpaduan kromosom yang timbul.

Jika memang ada penyakit keturunan dalam riwayat keluarga kedua

atau salah satu calon mempelai, dapat dilihat kemungkinan risiko yang

timbul, seperti terjadinya keguguran hingga kemungkinan cacat bawaan

(kongenital) jika kelak memiliki anak. Dari sini, calon pasangan suami

istri (pasutri) akan punya pemahaman bahwa bila orang tua atau garis
keturunannya mengidap penyakit genetik, anak yang akan lahir nanti pun

berisiko mengidap penyakit yang sama (Permadi, 2011).

Penyakit lainnya yang perlu dideteksi pra pernikahan adalah penyakit

kronis seperti diabetes mellitus (kencing manis), hipertensi (tekanan darah

tinggi), kelainan jantung, hepatitis B hingga HIV/AIDS. Penyakit-penyakit

itu dapat memengaruhi saat terjadinya kehamilan, bahkan dapat

diturunkan.

Penyakit lainnya yang penting diketahui sebelum pernikahan adalah

infeksi TORCH (pada wanita) dan penyakit menular seksual. TORCH

merupakan kepanjangan dari toksoplasmosis (suatu penyakit yang aslinya

merupakan parasit pada hewan peliharaan seperti kucing), rubella (campak

jerman), cytomegalovirus, Herpes virus I dan Herpes virus II. Kelompok

penyakit ini sering kali menyebabkan masalah pada ibu hamil (sering

keguguran), bahkan infertilitas (ketidaksuburan), atau cacat bawaan pada

anak. Jika penyakit infeksi itu diketahui sejak awal, dapat diobati sebelum

terjadinya kehamilan.

Dengan demikian, risiko terjadinya kelainan atau keguguran akibat

TORCH dapat dieliminasi. Jangan sampai timbul penyesalan setelah

menikah, hanya gara-gara penyakit yang sebenarnya bisa disembuhkan

jauh-jauh hari. Contohnya, setelah menikah ternyata harus berkali-kali

mengalami keguguran gara-gara toksoplasmosis yang sebenarnya bisa

disembuhkan dari dulu.

Menurut Permadi (2011) ada tidaknya penyakit menular seksual


(PMS) juga penting untuk diketahui karena sebagian besar PMS termasuk

sifilis, herpes, dan gonorrhea bisa mengakibatkan terjadinya kecacatan

pada janin. Bila salah satu pasangan sebelumnya terdeteksi pernah

melakukan seks bebas, sebaiknya kedua pasangan melakukan pemeriksaan

terhadap penyakit-penyakit ini, untuk memastikan apakah sudah benar-

benar sembuh sebelum melangsungkan pernikahan.

Secara non medis program konseling pranikah dirancang untuk

membuat pasangan calon pengantin meningkatkan perspektif perkawinan

dan interrelasi antarpasangan sebagai suatu yang serius. Tujuan utama dari

konseling pranikah bukan sekedar upaya prevensi terhadap kemungkinan

gangguan relasi, melainkan untuk meningkatkan kualitas relasi

perkawinan demi tercapainya relasi perkawinan yang stabil dan

memuaskan kedua belah pihak pasangan. Dengan demikian, disfungsi

relasi dapat dihindari sedini mungkin. Pelatihan keterampilan menjalin

relasi interpersonal, seperti komunikasi dan resolusi konflik.

Pasangan perlu belajar cara efektif untuk mengatasi masalah sebelum

masalah menumpuk dengan masalah lain dan meledak dalam konteks

pertengkaran yang hebat dan parah yang bisa berakibat fatal. Dalam hal

ini, kedua pasangan harus belajar bahwa mengatasi permasalahan yang

masih ringan akan lebih mudah daripada menunggu masalah menjadi lebih

besar dan lebih besar lagi.

Jadi melalui konseling pranikah, kedua pasangan akan menyadari

bahwa mereka mendapat kesempatan untuk mengukur kekuatan kekuatan


dan kelemahan-kelemahan masing-masing serta menemukan area relasi

yang dapat dikembangkan serta mengidentifikasi hal-hal yang selama ini

mengganggu relasi di antara kedua pasangan atau salah satu pasangan

(Sadarjoen, 2011).

Di Indonesia, sebagai salah satu syarat menikah adalah menyertakan

surat keterangan telah melakukan imunisasi bagi calon pengantin wanita.

Surat keterangan sehat (yang dibutuhkan calon mempelai) sebenarnya

kurang lebih berisi data diri calon mempelai, seperti nama, tempat tanggal

lahir, usia, berat dan tinggi badan, dan tekanan darah.

Serta ditambah dengan pernyataan dokter/bidan yang menyatakan

bahwa yang bersangkutan telah menjalani pemeriksaan kesehatan dan

dinyatakan berbadan sehat. Sedangkan apabila si calon mempelai meminta

surat keterangan imunisasi, jenis imunisasi umum yang diberikan adalah

imunisasi TT (Tetanus Toxoid). Dan untuk imunisasi jenis lainnya,

biasanya dilakukan apabila si calon pengantin memintanya. Masa Pranikah

adalah masa dimana laki-laki dan perempuan perlu mempersiapkan diri

dari segala aspek yaitu fisik, jiwa, sosial ekonomi. Terutama bagi calon

pengantin wanita berupa gizi, jiwa, kesehatan reproduksi dalam

mempersiapkan diri menghadapi kehamilan, persalinan dan proses

perawatan anak termasuk menyusui.

Sebelum menikah, individu berkewajiban mempersiapkan diri menjadi

reproduksi yang bertanggung jawab dengan mempersiapkan fisik, mental,

sosial ekonomi dengan baik.


Wanita harus memperhatikan siklus menstruasi untuk mempersiapkan

kehamilannya. Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-

hormon yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk

mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan).

Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan

kesuburan, abortus berulang, atau keganasan.

Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan salah satu alasan seorang

wanita berobat ke dokter.Siklus menstruasi normal berlangsung selama

21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-

60 ml per hari.

Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal

hanyaterdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi

yang ekstrim (setelah menarche dan menopause) lebih banyak mengalami

siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur.

Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Sikuls menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus

ovarium (indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur

terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal,

sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi (pertumbuhan)

dan masa sekresi.Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap

perubahan hormonal. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium

(lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rehim, terletak di bagian

tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah


lapisan yang berperan di dalam bagian endometrium disebut desidua siklus

fungsionalis menstruasi. yang terdiri 2/3 dari kelenjar, dan 1/3 bagian

terdalamnya disebut sebagai desidua basalis. Pada setiap siklus menstruasi,

FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-

folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel

yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1,

dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat

estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis

mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH

maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang

disalurkan hipotalamus ke hipofisis.

Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen

terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang

baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang

mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari

endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang

sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum

yang akan menjadi korpus (luteotrophic luteum, di bawah hormones, suatu

pengaruh hormon hormon gonadotropik). LH dan LTH Korpus luteum

menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum

berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan

progesteron.
Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan,

dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi.

Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum

tersebut dipertahankan.

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

1) Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu

endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul

perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar

paling rendah

2) Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14.

Setelah menstruasi berakhir, dimulailah terjadi pertumbuhan dari

fase desidua proliferasi dimana fungsionalis untuk mempersiapkan

rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh

kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel

telur dari indung telur (disebut ovulasi).

3) Masa sekresi ovulasi. Masa Hormon sekresi adalah masa sesudah

terjadinya progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi

pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap

untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim) Siklus ovarium :

1. Fase folikular.

Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel

telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada

pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi


(pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata

fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan

variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi

keseluruhan.

2. Fase luteal.

Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi

dengan jangka waktu rata-rata 14 hari. Siklus hormonal dan

hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam

siklus menstruasi normal:

a. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon

gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang

rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase

luteal siklus sebelumnya

b. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami

peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan

pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular.

Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan

lapisan endometrium

c. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback

negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon

LH kemudian menurun sebagai akibat dari

peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari

fase folikular level hormon LH meningkat drastis


(respon bifasik)

d. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang

reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada

sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon

LH, keluarlah hormon progesteron

e. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen,

hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya

ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi

adalah pencalon ibu fase transisi dari fase proliferasi

ke sekresi, dari folikular ke luteal

f. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari

sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan,

dan kemudian meningkat kembali karena sekresi

dari korpus luteum

g. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat

merupakan pencalon ibu bahwa sudah terjadi

ovulasi

h. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat

selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian

menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya

2.5. Konseling Pranikah Dengan Perencanaan Kehamilan

Konseling Pranikah adalah layanan pemberian bantuan yang dapat


diberikan kepada individu sebelum melangsungkan pernikahan. Pasangan

dapat memperoleh bimbingan dan bantuan melalui konselor dalam

konseling pranikah yang secara khusus bertujuan mencegah segala

kesulitan yang akan dihadapi di dalam pernikahan (Valentina,2012).

"Pemeriksaan dan konseling kesehatan bagi calon suami istri

penting dilakukan, terutama untuk mengetahui kemungkinan kondisi

kesehatan anak yang akan dilahirkan. Dengan pemeriksaan itu, dapat

diketahui riwayat kesehatan kedua belah pihak, termasuk soal genetik,

penyakit kronis, hingga penyakit infeksi yang dapat mempengaruhi

kondisi kesehatan keturunan” (Permadi, 2011).

Menurut BKKBN 2014 hal hal yang perlu dipersiapkan untuk

mendapatkan kehamilan yang sehat yaitu :

1. Pemeriksaan kesehatan secara teratur

Pemeriksaan kesehatan secara teratur termasuk pengobatan penyakit yang

diderita sebelum hamil sampai dinyatakan sembuh atau diperbolehkan

hamil oleh dokter dan dalam pengawasan.

Pemeriksaan kesehatan sangat penting bagi calon ibu sebelum hamil. Masa

ini disebut prakonsepsi. Waktunya adalah antara 3 – 6 bulan sebelum hamil.

Dengan demikian, insya Allah, calon ibu siap menerima kehadiran janin

dan sehat selama kehamilannya. Pemeriksaan kesehatan secara teratur

termasuk pengobatan penyakit yang diderita sebelum hamil sampai

dinyatakan sembuh atau diperbolehkan hamil oleh dokter dan dalam

pengawasan. Pemeriksaan kesehatan ini juga bisa meliputi diantaranya :


a) Pemeriksaan Penyakit dan Virus :

1) Pemeriksaan virus rubella, sitomeglovirus, herpes, varicella

zoster untuk menghindari terjadinya kecacatan pada janin.

2) Pemeriksaan virus hepatitis dan virus HIV untuk

menghindari diturunkan penyakit akibat virus-virus

tersebut kepada janin.

3) Pemeriksaan penyakit toksoplasmosis, karena penyakit ini

dapat menyebabkan kecacatan dan keguguran.

4) Pemeriksaan penyakit seksual menular, karena hal ini dapat

menyebabkan kematian ibu, janin, maupun bayi yang akan

dilahirkan. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan terhadap

penyakit yang sedang diderita seperti asthma, diabetes

mellitus dan jantung. Pada Wanita hamil penyakit-penyakit

seperti ini dapat, bertambah berat dan membahayakan jika

tidak dilakukan perawatan dan pengobatan yang teratur.

Untuk menghindari kondisi yang membahayakan, dokter

biasanya akan memantau pasiennya dan menentukan kapan

waktu yang paling tepat untuk hamil.

5) Pemeriksaan penyakit akibat kekurangan zat-zat tertentu

seperti kekurangan zat besi. kekurangan zat besi dapat

menyebabkan anemia. Hal ini dapat menyebabkan

kelahiran prematur dan keguguran.

b) Pemeriksaan Darah Pemeriksaan golongan darah dan rhesus/Rh

darah (unsur yang mempengaruhi antibodi yang terkandung di

dalam sel darah merah) pada pasangan suami isteri dilakukan untuk
mengantisipasi perbedaan golongan darah dan rhesus antara darah

ibu dan bayinya. Perbedaan golongan darah dan rhesus darah ini

dapat mengancam janin dalam kandungan

c) Pemeriksaan Faktor Genetika Inti dari pemeriksaan atau tes

genetika ini adalah untuk mengetahui penyakit dan cacat bawaan

yang mungkin akan dialami bayi akibat secara genetis dari salah

satu atau kedua orangtuanya. Khususnya apabila pasangan suami

isteri masih terkait hubungan persaudaraan. Tes ini idealnya

dilakukan sebelum kehamilan untuk mendapatkan informasi yang

selengkap-lengkapnya. Jikalau diperlukan, calon ibu harus

mengumpulkan suluruh catatan-catatan medis yang dimiliki oleh

pihak suami maupun isteri, termasuk keluarga. Sehingga jika telah

diketahui data medis secara lengkap, dapat diketahui secara dini

apabila memang ada kelainan pada janin atau calon orang tua,

sehingga bisa membuat keputusan yang lebih bijak.

2. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dengan olahraga teratur.

Berusaha untuk menurunkan berat badan bila obesitas (kegemukan)

dan menambah berat badan bila terlalu kurus. Calon ibu bisa berkonsultasi

dengan bidan dan dokter untuk dilakukan penilaian BMI atau indeks massa

tubuh.

Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dengan olahraga teratur.

Selama masa prakonsepsi, pastikan Calon ibu cukup berolahraga. Aktivitas

fisik ini tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali dalam

seminggu selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Olah raga selain

menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan berat badan. Fisik


seorang wanita sehat saat akan hamil dan pada waktu hamil diharapkan

tidak terlalu gemuk maupun tidak terlalu kurus alias normal. Berusaha

untuk menurunkan berat badan bila obesitas (kegemukan) dan menambah

berat badan bila terlalu kurus.

Calon ibu bisa berkonsultasi dengan bidan dan dokter untuk dilakukan

penilaian BMI atau indeks massa tubuh. Untuk menemukan berat tubuh

yang ideal juga harus dengan memperhitungkan faktor tinggi badan. Berat

badan ideal dapat dihitung dengan menggunakan rumus 90% dikali dengan

(tinggi badan seseorang lalu dikurangi 100). Namun, apabila tinggi badan

perempuan tersebut kurang dari 150 sentimeter, maka rumusnya tinggi

badannya dikurangi 100. Selain berat badan, hal lain dari persiapan fisik

sang ibu adalah soal Indeks Massa Tubuh (IMT).

Pastikan IMT normal sebelum hamil atau saat mempersiapkan

kehamilan. Adapun cara yang digunakan untuk menghitung IMT tersebut

yakni berat badan dibagi dengan tinggi badan dalam ukuran satuan meter

kuadrat (BMI = (BB) / [(TB) x (TB)].

Apabila hasil dari IMT antara 18,5-22,9, maka bisa dikatakan IMT

Calon ibu normal. Misalnya: BB = 45 kg dan TB = 165 cm, maka BMI =

(45) / [(1.65) x (1.65)] = 16.5. Apakah calon ibu termasuk kurus, normal,

atau overwight? berikut patokan di bawah ini :

- BMI < 18.5 = berat badan kurang (underweight)

- BMI 18.5 – 24 = normal

- BMI 25 - 29 = kelebihan berat badan (overweight)

- BMI > 30 = obesitas

Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan


membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar

dikontrol agar dapat aman selama kehamilan, terutama disarankan untuk

wanita yang mengalami kelebihan berat badan serius, tetapi harus disertai

dengan selalu berkonsultasi dengan dokter yang mungkin menyarankan

rujukan ke ahli gizi.

Berat badan kurang bisa membuat Calon ibu kurang subur, orang

terlalu kurus karena kekurangan lemak yang dapat mendukung. Sementara

kelebihan berat badan menempatkan Calon ibu pada risiko lebih besar

untuk mengalami komplikasi, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes

selama kehamilan. Ada juga risiko tinggi komplikasi selama persalinan dan

kelahiran dan orang yang terlalu gemuk akan mengalami proses ovulasi

tidak teratur.

3. Menghentikan kebiasaan buruk misalnya perokok berat, morfinis,

pecandu narkotika dan obat terlarang lainnya, kecanduan alkohol,

gaya hidup dengan perilaku seks bebas.

Menghentikan kebiasaan buruk misalnya perokok berat, morfinis,

pecandu narkotika dan obat terlarang lainnya, kecanduan alkohol, gaya

hidup dengan perilaku seks bebas. Kebiasaan merokok, minum alkohol,

atau bahkan menggunakan narkoba, dapat menyebabkan berbagai masalah

selama kehamilan, juga janin yang dikandung, Bayi dapat lahir prematur,

lahir dengan cacat bawaan hingga kematian janin.

Penelitian menyebutkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol akan

mengganggu kesuburan oleh karena itu mengkonsumsi alkohol sebelum dan

selama kehamilan akan memperburuk kondisi kesehatan ibu dan janin.


Perempuan yang minum alkohol memiliki kemungkinan rendah untuk bisa

hamil. Sedangkan untuk kaum pria, minum alkohol dapat mempengaruhi

kualitas sperma dengan menurunkan tingkat testosteron dan bisa

menyebabkan testis layu. Hentikan kebiasaan merokok secara total ketika

merencanakan kehamilan dan juga selama kehamilan. Perokok pasif sama

bahayanya dengan perokok aktif oleh karena itu sebaiknya minta suami

calon ibu untuk menghentikan kebiasaan merokok.

Perempuan merokok secara langsung menurunkan kesuburan. Racun

pada rokok sangat berbahaya bagi tuba falopi, dapat mengakibatkan

kerusakan kromosom pada telur, dan melemahkan kemampuan untuk

menghasilkan estrogen yang sangat diperlukan untuk menyiapkan lapisan

rahim menjelang kehamilan.

Sebuah studi di Finlandia menemukan, bahwa 41,9% pria perokok

tidak subur dibandingkan dengan 27,8% pria yang tidak merokok. Pria

perokok memiliki lebih sedikit sperma ketika ejakulasi. Dan secara medis,

merokok terbukti menyebabkan impotensi. Orang tua perokok juga

memiliki kemungkinan untuk menghasilkan anak cacat genetik dan

memiliki dua kali risiko lebih besar untuk mengidap kanker anak. Tentu

saja Calon ibu tidak bisa menggantikan alkohol dan rokok dengan ganja

atau kokain. Karena narkoba jauh lebih berbahaya dampaknya bagi pemakai

dan janin yang akan dikandungnya kelak.

Yang tidak kalah penting adalah biasakan berhubungan seks. Selalu

melakukan seks aman. Kecuali jika Calon ibu yakin bahwa pasangan

terhindar dari penyakit menular seksual, kondom adalah alat pengaman

yang baik untuk mencegah ancaman pada kesuburan, seperti


Chlamydia/jamur yang dapat menyebabkan kemandulan. Selain itu

lakukanlah hubungan seks di saat yang tepat. Tentu saja ini sudah jelas,

akan tetapi yang perlu dicatat adalah bahwa seks yang teratur meningkatkan

kesempatan untuk hamil. Manfaatkan waktu yang paling subur dan pastikan

Calon ibu bercinta secara teratur sekitar tanggal tersebut. Wanita

kebanyakan berovulasi satu kali selama setiap siklus, dan waktu yang

paling mungkin untuk konsepsi/pembuahan adalah 14 hari sebelum

menstruasi berikutnya. Juga periksa cairan vagina/kemaluan Calon ibu, ia

akan memiliki konsistensi yang berbeda ketika berada di masa paling subur.

Calon ibu akan mengetahui apa yang terlihat dan terasa normal bagi Calon

ibu, dan bisa melihat perubahannya, jika Calon ibu melakukan ini secara

teratur.

4. Meningkatkan asupan makanan bergizi

Dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat vitamin yang

diperlukan tubuh dalam persiapan kehamilan , misalnya protein,vitamin E,

vitamin C, asam folat, dan sebagainya.

Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan

makanan dan nutrisi yang Calon ibu konsumsi. Memperbanyak konsumsi

buah dan sayuran merupakan salah satu solusi. Sebaliknya, hindari

makanan yang mengandung zat-zat aditif seperti penyedap, pengawet,

pewarna dan sejenisnya. Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut

dapat memicu terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga menyebabkan

kelainan fisik, cacat dan sejenisnya.

Pada saat hamil Calon ibu mengkonsumsi makanan yang sehat dan tidak

berlebihan pada satu gizi tertentu saja. Misalnya jika Calon ibu
mengkonsumi protein terlalu tinggi pada masa kehamilan, maka akan

menyebabkan janin di dalam kandungan akan tumbuh terlalu besar, badan

Calon ibu menjadi bengkak di bagian kaki dan sebagainya. Maka

proporsional lah dalam mengkonsumsi suatu menu dan gizi tertentu. Untuk

makanan ibu hamil biasanya disesuaikan dengan usia kehamilan. Ini akan

berpengaruh terhadap faktor perkembangan janin. Saat terjadi pembuahan,

janin sudah terekpos apa yang dimakan ibu sejak dua mingu sebelumnya.

Pilih makanan sehat, dan memperhatikan asupan makanan yang

mendukung pembentukan janin sehat. Sebaiknya konsumsi makanan yang

mengandung :

a) Protein, meningkatkan produksi sperma. Makanlah telur, ikan, daging,

tahu dan tempe.

b) Asam folat, penting bagi calon bunda sejak prakonsepsi sampai

kehamilan trimester pertama. Berperan dalam perkembangan system

saraf pusat dan darah janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi

lahir dengan cacat sistem saraf sebanyak 70%. Makanlah sayuran

hijau tua, jeruk, avokad, hati sapi, kedelai, tempe, dan serealia. Minum

400 mikrogram asam folat setiap hari, jika seorang wanita memiliki

kadar asam folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama

kehamilan, dapat membantu mencegah kecacatan pada otak dan

tulang belakang bayi. Asam folat dapat diperoleh melalui makanan,

seperti sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi hijau, caisim mini),

asparagus, brokoli, papaya, jeruk, stroberi, rasberi, kacang-kacangan,

alpukat, okra, kembang kol, seledri, wortel, buah bit, dan jagung.
Sebagian susu untuk ibu hamil pun mengandung asam folat cukup

tinggi, sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat

memilih susu untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk mengurangi

rasa mual, serta tentu merupakan produk yang berkualitas tinggi.

c) Konsumsi berbagai Vitamin

1) Vitamin A. Berperan cukup penting dalam produksi sperma

yang sehat. Terdapat pada hati, mentega, margarin, telur, susu,

ikan berlemak, brokoli, wortel, bayam, dan tomat.

2) Vitamin D. Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat

kesuburan hingga 75%. Sumber vitamin D diproduksi di

dalam tubuh dengan bantuan sinar matahari, selain itu dapat

pula diperoleh dari telur, susu, hati, minyak ikan, ikan tuna,

margarin, dan ikan salmon.

3) Vitamin E. Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan

sperma membuahi sel telur dan mencegah keguguran karena

perannya dalam menjaga kesehatan dinding rahim dan

plasenta. Banyak terdapat pada minyak tumbuh-tumbuhan,

bekatul gandum, dan kecambah atau tauge.

4) Vitamin B6. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan

terjadinya ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan

hormon estrogen dan progesteron penting untuk terjadinya

kehamilan. Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, beras

merah, kacang kedelai, kacang tanah, pisang, dan sayur kol.

5) Vitamin C. Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk

fungsi indung telur dan pembentukan sel telur. Selain itu,


sebagai antioksidan (bekerjasama dengan vitamin E dan beta

karoten) vitamin C berperan melindungi sel-sel organ tubuh

dari serangan radikal bebas (oksidan) yang mempengaruhi

kesehatan sistem reproduksi . Vitamin C banyak terdapat pada

jambu biji, jeruk, stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat, dan

cabai merah.

d) Cukupi zat seng. Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan

juga pembentukan sperma yang sehat. Bagi calon Bunda, seng

membantu produksi materi generatik ketika pembuahan terjadi. Bagi

calon ayah, melancarkan pembentukan sperma. Sumber seng antara lain

makanan hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging kepiting, ed.),

daging, kacang-kacangan (kacang mete dan almond), biji-bijian (biji

labu dan bunga matahari, ed), serta produk olahan susu.

e) Cukupi zat besi. Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi

(pelepasan sel telur) bunda tergangu. Makanan atau multivitamin yang

mengandung zat besi akan membantu dalam persiapan kehamilan dan

menghindari anemia yang sering kali dikeluhkan oleh ibu hamil.

Sumbernya: hati, daging merah, kuning telur, sayuran hijau, jeruk, dan

serealia yang diperkaya zat besi.

f) Fosfor. Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada

di susu, dan ikan teri.

g) Selenium (Se). Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat.

Gejala kekurangan selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi

seksual dan ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah beras,


bawang putih, kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.

h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak. Sebaiknya

calon ibu menggantinya dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak

yang terkandung di dalam minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan

jantung, tubuh, serta level kolestrol sehingga menyeimbangkan

endokrin yang sehat.

i) Kalori Ekstra. Perhatikan pula kebutuhan kalori ekstra yang dapat

menunjang kehamilan calon ibu.Calon ibu dapat mempersiapkannya

sebelum kehamilan dengan mendapatkannya dari berbagai jenis

makanan seperti sereal, nasi, roti dan pasta. Kalori bermanfaat untuk

menyokong perubahan tubuh ibu selama kehamilan.

j) Membatasi Kafein. Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan

mengandung kafein yang dapat memperburuk kesehatan menjelang

persiapan kehamilan.

Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan

dapat dilakukan dengan batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200

miligram, hal ini juga dapat dibatasi sampai kehamilan. Hindari

konsumsi:

a) Daging mentah, karena mengandung Toksoplasma, parasit

penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli yang berbahaya bagi

kehamilan dan janin.

b) Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang

baik, dapat mengandung toksoplasma.

c) Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada

bakteri salmonella penyebab diare berat.


d) Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di

darah akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan

ikan tuna kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin,

tongkol, dan hiu. Meski kaya omega 3 dan 6, ikan dari sebagian

perairan Indonesia diduga tercemar merkuri melalui penurunan

kualitas air maupun rantai makanan.

e) Keju lunak (brie, camembert, blueveined cheese, keju dari susu

kambing dan domba). Berisiko membawa bakteri listeria.

f) Kafein, menghambat kehamilan dan mengurangi penyerapan zat

besi. Sebuah studi di Amerika menemukan bahwa minum kopi

tiga cangkir sehari dengan kandungan cafein sekitar 300 mg,

dapat menurunkan kemungkinan wanita hamil sekitar 27%

dibanding mereka yang bukan peminum kopi

5. Persiapan secara psikologis dan mental agar kehamilan yang akan

dijalani tidak menimbulkan ketegangan.

Hindari hal – hal yang akan memberi pengaruh buruk dalam

keseimbangan hormonal. Misalnya tekanan psikis dalam rumah tangga,

kehamilan yang menjadi beban misalnya tuntutan keluarga untuk mendapat

jenis kelamin tertentu pada anak pertama, masalah ekonomi keluarga,

kekerasaan dalam rumah tangga dan sebagainya. Bagi yang pernah

mengalami keguguran sebelumnya dan berniat ingin hamil lagi, berusahalah

untuk mengurangi kecemasan akibat pengalaman traumatis kehamilan yang

lalu. Tetap berpikir positif dalam segala hal agar kehamilan yang akan

dijalani dapat berlangsung baik.

Ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan memikirkan tujuan


memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan bagaimana mencapai tujuan

ini. Hal ini disebut dengan rencana hidup reproduktif. Misalnya bila Ibu

berpikir ingin menunda kehamilan, pilihlah kontrasepsi yang sesuai untuk

mencapai tujuan tersebut. Jika Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah penting

untuk mengambil langkah-langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan

melahirkan bayi yang sehat pula.

Calon ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang

berhubungan dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan, menjelang

persalinan, pasca persalinan dan juga perawatan bayi dari berbagai sumber

yang terpercaya. Apabila diperlukan calon ibu langsung dapat bertanya

dengan ahlinya sehingga calon ibu dapat mempersiapkan langsung

kehamilan calon ibu secara sehat. Agar kehamilan yang akan dijalani tidak

menimbulkan ketegangan. Hindari hal – hal yang akan memberi pengaruh

buruk dalam keseimbangan hormonal. Stres dapat merusak siklus bulanan,

dan mencegah proses ovulasi. Sebuah studi membuktikan, wanita dengan

tingkat stres tinggi umumnya sulit hamil.

Jadi sangat baik jika Calon ibu mulai belajar mengatasi stres sehingga

tidak mempengaruhi siklus Calon ibu. Calon ibu dapat menyiapkan

kesiapan secara psikis termasuk perubahan yang akan terjadi pada saat

kehamilan calon ibu akan berlangsung. Calon ibu dapat mendapatkan

dukungan selama kehamilan dari orang terdekat seperti dari suami dan

keluarga besar sehingga kesiapan calon ibu dalam menjadi ibu baru

semakin siap.

Selain itu, kondisi kejiwaan bisa sangat mempengaruhi kandungan, oleh


karena itu orang tua harus mempersiapkan diri secara mental untuk

menghadapi proses ini. Selama sembilan bulan masa kehamilan, biasanya

terjadi perubahan-perubahan psikologis tidak hanya pada ibu tetapi juga

pada ayah calon bayi. Selama sembilan bulan, emosi kita dapat terperas

olehnya. Usahakan untuk mengkondisikan pikiran dan bathin kedua orang

tua agar jauh dari pikiran-pikiran negatif.

Selalu ingatlah bahwa segalanya dikendalikan oleh pikiran calon ibu.

Terimalah kenyataan yang ada, yang terbaik adalah selalu bersyukur dan

memasrahkan segalanya pada Tuhan. Selain itu, selalu komunikasin segala

sesuatunya, berusahalah untuk selalu terbuka dan membicarakan perasaan

masingmasing sehingga dapat mencari solusi sehingga kesulitan-kesulitan

yang timbul dapat teratasi. Lengkapi diri calon ibu dengan berbagai

informasi dan sumber mengenai kehamilan, termasuk mencari tahu dari

pengalaman-pengalaman teman atau orang dekat yang sudah mengalami

kehamilan. Dan yang tak kalah penting adalah dukungan suami kepada

isteri sangat dibutuhkan. Usahakan untuk menumbuhkan rasa percaya diri

pada isteri, sehingga mentalnya cukup kuat dalam menghadapi proses

kehamilan. Membantu isteri dalam menyiapkan kebutuhan bayi, dan

memperhaitkan secara detil kebutuhan sang isteri ketika hamil akan

menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa aman pada diri sang isteri.

6. Perencanaan financial/keuangan yang matang untuk persiapan

pemeliharaan kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan

persalinan.

Masalah ini menjadi salah satu faktor penting karena timbulnya

ketegangan psikis serta tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang baik pada
saat kehamilan tak jarang timbul akibat ketidaksiapan pasangan dalam hal

financial/keuangan.

Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan

pemeliharaan kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan

persalinan. Masalah ini menjadi salah satu faktor penting karena timbulnya

ketegangan psikis serta tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang baik pada

saat kehamilan tak jarang timbul akibat ketidaksiapan pasangan dalam hal

financial/keuangan.

Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk

biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami dan isteri.

Biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan berumah tangga.

Calon ibu tentunya menginginkan anak calon ibu mendapatkan sesuatu

yang terbaik dalam bidang apapun. Adapun biaya yang perlu diperhatikan

guna persiapan kehamilan ini, diantaranya mencakup biaya kesehatan

(biaya konsultasi, pemeriksaan, obat dan melahirkan), biaya-biaya pasca

melahirkan (tempat tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut, dll) dan

persiapkan pula biaya untuk hal-hal yang tak terduga.

7. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi dengan dokter atau bidan

dan tenaga kesehatan lainnya bila menemukan masalah atau kesulitan

dalam upaya persiapan kehamilan,

Jangan malu bertanya dan berkonsultasi dengan dokter atau bidan dan

tenaga kesehatan lainnya bila menemukan masalah atau kesulitan dalam

upaya persiapan kehamilan, misalnya kesulitan untuk melepaskan

kecanduan obat, atau perilaku buruk yang berkaitan dengan gangguan

psikologis. Manfaat konseling ini agar dokter atau bidan akan melakukan
rujukan pada ahli psikologi atau psikiatri bila diperlukan.
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subyektif
Identitas
Nama Ibu :Ny.L Nama Suami : Tn.U
Umur : 22 Tahun Umur : 23 Tahun
Suku : Batak Suku : Batak
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Wiraswasta

Alasan kunjungan : merencanakan kehamilan


DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Normal
c. Emosional : Composmentis
d. calon ibu-calon ibu vital :
TD :120/80 mmHg Nadi :80 x/menit
Suhu : 36,50C Pernafasan : 20 x/menit
e. Berat badan : 62 Kg
f. Tinggi badan : 158 Cm
2. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
a. Hepatitis : Tidak Ada
b. Herpes : Tidak Ada
c. Rubella : Tidak Ada
d. Pengunaan Obat-obatan terlarang : Tidak Ada
3. Persiapan Gizi
a. Tablet tambah darah : Tidak ada
b. Asam Folat : Tidak ada
4. Pemeriksaan Psikologis : Siap menjadi orang
tua
5. Pemberian Vaksin
a. Tetanus Toxoid (TT) I-V : Diberikan
b. Human Papilloma Virus (HPV) : Tidak Ada
c. Varicella/ Cacar : Tidak Ada
d. Hepatitis A dan B : Tidak Ada
e. Measles Mumps Rubella (MMR) : Tidak Ada
6. Pemeriksaan Kesehatan
a. HIV/AIDS : Tidak Ada
b. Golongan darah/ Rhesus :B
c. Gula darah sewaktu : 96 mm/dl
d. Thalasemia : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. Hepatitis B dan C : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. TORCH : Tidak dilakukan pemeriksaan
g. Pemeriksaan Urine : Negatif
h. IMS : Tidak dilakukan pemeriksaan
i. Tuberkolosis : Tidak dilakukan pemeriksaan
j. Sperma : Tidak dilakukan pemeriksaan
k. Hormone tiroid (TSH) : Tidak dilakukan pemeriksaan
l. Pemeriksaan Gigi : Baik tidak karies
m. Lipid : Tidak dilakukan pemeriksaan

II. INTERPRESTASI DATA DASAR


NN. L Usia 22 tahun, pasien mengatakan ingin konseling Pranikah untuk
perencanaan kehamilan kesehatan.
K/u : Baik
T/d : 120/80 mmhg
TB : 158 Cm
Temp : 36 ,5 C

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSI

TIDAK ADA

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA

TIDAK ADA
V. INTERVENSI
1. Merencanakan pemeriksaan fisik pada Wanita usia subur.
2. Merencanakan persiapan gizi
3. Merencanakan Skrining kasus imunisasi TT
4. Menjaga Kesehatan organ reproduksi
5. Merencanakan konseling kehamilan sehat

VI. IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada calon pengantin secara umum
baik.
2. Menjelaskan persiapan gizi
3. Skrining kasus imunisasi TT
4. Menjaga Kesehatan organ reproduksi
5. Merencanakan konseling kehamilan sehat

VII. EVALUASI
1. Wanita usia subur mengetahui hasil pemeriksaan secara umum baik.
2. Wanita usia subur mengetahui persiapan gizi kehamilan sehat
3. Wanita usia subur mengetahui Skrining kasus imunisasi TT
4. Wanita usia subur mengetahui Menjaga Kesehatan organ reproduksi
5. Wanita usia subur mengetahui Merencanakan konseling kehamilan
sehat
CATATAN PERKEMBANGAN SOAP

Subjektif : Calon ibu mengatakan ingin merencanakan kehamilan sehat

Objektif : Pemeriksaan umum


a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Normal
c. Emosional : Composmentis
d. calon ibu-calon ibu vital :
TD :120/80 mmHg Nadi :80 x/menit
Suhu : 36,50C Pernafasan : 20 x/menit
e. Berat badan : 62 Kg
f. Tinggi badan : 158 Cm

7. Riwayat Kesehatan Sebelumnya


a. Hepatitis : Tidak Ada
b. Herpes : Tidak Ada
c. Rubella : Tidak Ada
d. Pengunaan Obat-obatan terlarang : Tidak Ada
8. Persiapan Gizi
a. Tablet tambah darah : Tidak ada
b. Asam Folat : Tidak ada
9. Pemeriksaan Psikologis : Siap menjadi orang
tua
10. Pemberian Vaksin
a. Tetanus Toxoid (TT) I-V : Diberikan
b. Human Papilloma Virus (HPV) : Tidak Ada
c. Varicella/ Cacar : Tidak Ada
d. Hepatitis A dan B : Tidak Ada
e. Measles Mumps Rubella (MMR) : Tidak Ada
11. Pemeriksaan Kesehatan
a. HIV/AIDS : Tidak Ada
b. Golongan darah/ Rhesus :B
c. Gula darah sewaktu : 96 mm/dl
d. Thalasemia : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. Hepatitis B dan C : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. TORCH : Tidak dilakukan pemeriksaan
g. Pemeriksaan Urine : Negatif
h. IMS : Tidak dilakukan pemeriksaan
i. Tuberkolosis : Tidak dilakukan pemeriksaan
j. Sperma : Tidak dilakukan pemeriksaan
k. Hormone tiroid (TSH) : Tidak dilakukan pemeriksaan
l. Pemeriksaan Gigi : Baik tidak karies
m. Lipid : Tidak dilakukan pemeriksaan

ANALISIS :
Diagnosa (Aktual) : P0, Usia 22 tahun, dengan prakonsepsi
Masalah :-

PENATALAKSANAAN :
Penatalaksanaan tindakan yang dapat diberikan oleh profesi bidan
a. Mengingatkan kepada Ibu perlu dilakukan pemeriksaan lengkap
(pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang)
secara rasional (berbasis evidence) dengan mengajak ibu mengetahui
kondisi dirinya, agar lebih mudah untuk diajak bekerja sama dalam
menyusun rencana kehamilan secara terarah dan terencana.
b. Membantu klien memastikan pemeriksaan yang belum lengkap
- Melakukan pemeriksaan umum meliputi : TTV
- Melakukan pemeriksaan fisik Head to Toe, meliputi : kepala,
abdomen, ekstremitas
- Pemeriksaan laboratorium, meliputi: kadar hemoglobin, HBSAg, HIV
- Skrining kelainan kenetik atau kromosom sebelum kehamilan
c. Mendiskusikan interpretasi hasil pemeriksaan
d. Mendiskusikan bersama keluarga khususnya pasangan (suami)
keputusan merencanakan kehamilan agar kehamilan diterima dan
mendapat support yang baik dari lingkungan sekitar serta
meminimalisir kehamilan yang tidak diinginkan
e. Meningkatkan kesiapan pasien untuk kehamilan dan menjadi orang tua
f. Membantu klien mengingat dan waspada faktor resiko
Berdasarkan analisis data hasil pemeriksaan lanjutan yang lebih
lengkap jika ditemukan resiko tertentu maka dilakukan intrevensi
lanjutan sesuai kasus
g. Membantu mengingatkan konsumsi suplementasi gizi (Fe) jika hasil
pemeriksaan menunjukkan Hb rendah
h. Menjalin Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) pranikah beserta
membantu memberi informasi terkini dan mendiskusikan bersama
Meliputi: kesehatan reproduksi dan pendekatan siklus hidup, hak
reproduksi, dan persiapan yang perlu dilakukan dalam persiapan
pranikah. Meliputi: suplementasi asam folat pada ibu, kontrol IMT,
dan kontrol kadar glukosa dalam darah. makanan seimbang dengan
berbagai vitamin, mineral, serat dan protein
i. KIE tentang pola hidup sehat pada ibu prakonsepsi dalam
mengupayakan keadaan ibu dan bayi sehat
1) Nutrisi
Mempersiapkan nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Konseling kebutuhan gizi prakonsepsi
bertujuan agar keluarga sehat, keturunan berkualitas,
penanggulangan KEK, pencegahan stunting, pencegahan
anemia defisiensi Fe dan asam folat, direkomendasikan mulai
mengonsumsi suplementasi asam folat (B9) untuk mengurangi
kejadian kelainan NTD sejak 2 bulan sebelum konsepsi dan
dilanjutkan selama kehamilan dengan kadar asam folat 400 µg.
Mempertahankan konsumsi gizi seimbang, perbanyak minum.
2) Mempertahankan pola kebiasaan baik dengan tidak meminum
alcohol, merokok dan memberikan reminder terhadap riwayat
konsumsi obat-obatan yang bersifat teratogenic karena dapat
membahayakan janin
3) Merekomendasikan menghindari substansi yang beracun dan
kontaminasi lingkungan
4) Mengupayakan dan menjaga kesehatan mental
5) Kebersihan diri terutama lipatan kulit, ketiak, buah dada dan
daerah genetalia. Dengan cara dibersihkan dengan air dan
dikeringkan. Mandi 2x sehari.
6) Kebutuhan istirahat
menginformasikan pola istirahat ibu dan merekomendasikan untuk
mempertahankan istirahat cukup dimalam hari 6-8 jam dan 1-2 jam
di siang hari
7) Aktivitas
Memberitahukan pada ibu dapat melakukan aktivitas seperti
olahraga rutin agar meningkatkan daya tahan tubuh dan tidak
mudah sakit
8) Seksual
Menganjurkan melakukan hubungan seksual dengan tidak
menggunakan kontrasepsi dan dilakukan pada masa subur. Bidan
menjelaskan beberapa metode penentuan masa subur yang belum
diketahui ibu
j. Mendiskusikan jadwal kunjungan selanjutnya dalam rangka
memberikan asuhan yang berkesinambungan
BAB IV
PEMBAHASAN

Persiapan prakehamilan (perawatan prakonsepsi) adalah istilah luas yang

mengacu pada proses identifikasi berbagai risiko, seperti risiko sosial, perilaku,

lingkungan, dan biomedis terhadap kesuburan dan hasil kehamilan seorang

wanita, yang bertujuan untuk mengurangi risiko ini (bila mungkin) melalui

pendidikan, konseling, dan intervensi yang tepat, sebelum kehamilan (Sackey,

2015).

Persiapan prakehamilan (perawatan prakonsepsi) adalah istilah luas yang

mengacu pada proses identifikasi berbagai risiko, seperti risiko sosial, perilaku,

lingkungan, dan biomedis terhadap kesuburan dan hasil kehamilan seorang

wanita, yang bertujuan untuk mengurangi risiko ini (bila mungkin) melalui

pendidikan, konseling, dan intervensi yang tepat, sebelum kehamilan (Sackey,

2015).

Preconception Counseling adalah komponen penting dari perawatan

prakonsepsi (Williams et al, 2012). Preconception Counseling memainkan peran

utama dalam mempersiapkan kehamilan. Preconception Counseling bertujuan

untuk mengidentifikasi dan memodifikasi risiko yang berhubungan dengan

kesehatan dan hasil kehamilan ibu, serta sebelum kehamilan (Walfisch dan Koren,

2011). Kunjungan konseling prakonsepsi adalah waktu yang ideal untuk

mengevaluasi pasien dan kehamilan (Lanik, 2012).

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di

dalam uterus, bahkan sebelum seorang wanita mengetahui dirinya sedang hamil,
mungkin memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan janin dan hasil

kehamilan (Saravelos dan Regan, 2011).

Mempromosikan kesehatan keluarga prakonsepsi merupakan strategi yang

penting untuk meningkatkan kualitas anak yang akan dilahirkan sekaligus dapat

membantu pada upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Situasi ini

didapatkan bahwa faktor risiko yang diketahui yang merugikan ibu dan bayi yang

mungkin bisa terjadi sebelum kehamilan harus ditangani misalnya ibu mengalami

kekurangan hemoglobin (anemia), kekurangan asam folat dan perilaku yang dapat

menganggu kesehatan ibu dan janin pada masa kehamilan. Konseling prakonsepsi

adalah komponen penting dalam pelayanan kesehatan pra konsepsi. Melalui

konseling, pemberi pelayanan mendidik dan mereko- mendasikan strategi-strategi

untuk meningkatkan kesehatan ibu dan janin. (Williams et al. 2012).

Saat ini rekomendasi dilaksanakannya kegiatan persiapan dan konseling saat

pra konsepsi (sebelum terjadi kehamilan) telah banyak dipublikasikan. (Seshadri,

1012; Reeve, 2009; Jack BW, 2008 ; bunting et al 2008 dalam (Agricola et al.

2013). Walaupun hal ini sudah direkomendasikan oleh banyak lembaga namun

implementasinya sangat rendah misalnya di negara India menunjukkan lebih dari

54 persen perempuan di India tidak mendapatkan informasi seputar persiapan pra

konsepsi (Bayrami et al. n.d.).

Boente et al (2014) merekomendasikan bahwa perlunya perubahan paradigma

pelayanan kesehatan menitikberatkan pada persiapan pada masa pra konsepsi

untuk menskrinning pasangan yang telah siap menjadi orang tua potensial parents)

dengan pasangan yang belum siap menjadi orang tua. Boente et al juga
menyatakan bahwa menjadi orang tua yang siap merupakan tanggung jawab

moral yang paling fundamental bagi setiap pasangan (Bonte et al. 2014).

Kesadaran akan tanggung jawab moral ini akan membuat para pasangan akan

lebih bertanggung jawab untuk menyiapkan dan merencanakan sebelum

kehamilan terjadi sehingga saat kehamilan terjadi kondisi pasangan tersebut lebih

siap secara fisik, mental sosial dan ekonomi. Kesiapan ini akan 150 Jurnal Ilmu

dan Teknologi Kesehatan, Vol. 3 No. 2, Maret 2016, hal : 147-159 berdampak

pada pola pengasuhan anak yang lebih bertanggung jawab.

Sangatlah penting menyiapkan kehamilan terutama dalam hal menyiapkan

kesehatannya, khususnya terkait nutrisi, olahraga, kebiasaan yang dapat

menganggu kehamilan misal merokok, minum-minuman keras, polusi lingkungan

dan mengurangi stress. Kesiapan ibu dalam menghadapi kehamilan sangat

bermanfaat untuk mencegah malnutrisi, menyiapkan tubuh pada perubahan –

perubahan pada saat hamil, mengurangi stress dan mencegah obesitas,

mengurangi risiko keguguran, persalinan premature, berat bayi lahir rendah dan

kematian janin mendadak, dan mencegah efek dari kondisi kesehatan yang

bermasalah pada saat kehamilan.

(Chandranipapongse & Koren 2013) Program yang dikembangkan pemerintah

saat ini sebagian besar dimulai setelah pasangan tersebut menjalani kehamilan

misalnya program nutrisi seribu hari pertama kehidupan, program P4K

(perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi) maupun program keluarga

berencana yang seluruhnya subjek sasarannya pada ibu yang telah menjalani

kehamilan dan program kesehatan ibu anak lainnya. Adapun program Kesehatan
Reproduksi Remaja menjadi salah satu program yang dikembangkan pada

perempuan yang belum hamil. Namun secara analisis sosial dan psikologis terkait

persiapan dan perencanaan kehamilan, sasaran remaja menjadi sulit karena

berhadapan dengan nilai budaya bahwa remaja belum disiapkan mendisikusikan

tentang perencanaan kehamilan. Program pemerintah saat ini yang terkait

perencanaan kehamilan baru pada seputar mencegah kehamilan tidak diinginkan

melalui program Keluarga Berencana dan kelas calon pengantin.


BAB VI

PENUTUP

1. Kesimpulan

Rekomendasi WHO (2015) bahwa tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi yang baik untuk memberikan pelayanan berkualitas pada masa

pra konsepsi, selama masa hamil, dan sesudah persalinan (selama masa

pengasuhan) dapat menyelamatkan jiwa ibu dan bayi.

2. Saran

Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi yang baik untuk memberikan

pelayanan berkualitas pada masa pra konsepsi, selama masa hamil, dan

sesudah persalinan (selama masa pengasuhan) dapat menyelamatkan jiwa

ibu dan bayi.


DAFTAR PUSTAKA
Adlina Atifa. 2020. Ini Persiapan dan Perencanaan Kehamilan yang Harus

Diperhatikan. Hello Health Group Pte. Ltd.

Agusyanto. 2007. Jaringan Sosial dalam Organisasi. Jakarta. Raja Grafindo

Persada.

Alza Yelssi. 2016. Edukasi Gizi Seimbang Terhadap Pengetahuan Pada Calon

Pengantin di Kota Pekanbaru. Pekanbaru. Poltekkes Kemenkes Riau.

Dedeh dkk. 2010. Sehat Dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta. PT Penerbit

Sarana Bobo.

Dewi, dkk. 2011. Asuhan kehamilan untuk kebidanan. Jakarta: Salemba medika.

Ebbinghaus, Herman. 1885. "Memory: A Contribution to Experimental

Psychology". Inggris. Jerman. Fauziyah Anni. 2012.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Nutrisi Prakonsepsi Terhadap Tingkat

Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik Konsumsi Makanan Sehat Pra Nikah. Depok.

Universitas Indonesia.

Ida Ayu Saputri, Soffi Nur. 2017. Konseling Kesehatan Pra Nikah Terhadap

Minat Penundaan Kehamilan Beresiko Calon Pasangan Usia Subur Dibawah 20

Tahun. Jombang: Stikes Insan Cendekia Medika.

Irawati, Heni. 2018. Pengaruh Pendidikan Booklet Terhadap Pengetahuan dan

Sikap Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin Terkait Pencegahan Risiko

Kehamilan di Kabupaten Pemalang. Semarang.


Heni Irawati. Kamariyah Nurul, Anggasari Yasi, Muflihah Siti. 2014. Buku Ajar

Kehamilan untuk Mahasiswa dan Praktisi Keperawatn serta Kebidanan.

Jakarta:Salemba Medika.

Ketetapan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi.

Kurniasih, Dedeh, dkk. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta.

Buku

Anda mungkin juga menyukai