BAHU
Oleh : Kelompok 2
A. LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya dapat
kesehatan suatu bangsa. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi di suatu negara
mencapai 228/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 34/1000
kelahiran hidup umumnya kematian terjadi pada saat melahirkan. Namun hasil
SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai turun perlahan
bahwa tercatat sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian
Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu
saat proses persalinan. Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya manuver
obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang kepala bayi tidak berhasil
untuk melahirkan kepala bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah
kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak
didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-
digunakan. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan
pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus seperti traksi
dari 0.9% kejadian distosia bahu yang tercatat direkam medis, hanya 0.2% yang
B. Tujuan
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
TINJAUAN LITERATUR
1.1. Pengertian
kelainan tenaga(his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas
sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau
bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang
sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana
tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin
dilahirkan.
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin di lahirkan. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu
dilakukan maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan episiotomi. (Taufan
Nugroho.2012:132)
1.2. Etiologi
kuat.
Inersia Uteri Hipotonik, adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah /
keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai
pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus
yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau
keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase
laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran. Inersia uteri hipotonik
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada
b. Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena cicatrix baru pada
dinding perut, hernia, diastase musculus rectus abdominis atau karena sesak
nafas.
2. Distosia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya letak lintang,
Penyebab lain dari distosia bahu adalah fase aktif memanjang, yaitu :
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan
kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya
Dorongan pada saat ibu meneran akan menyebabkan bahu depan (anterior)
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap
A. Pada janin
3) Fraktur klavikula
permanen
5) Fraktura humerus
B. Pada ibu:
1) Ibu dengan diabetes, 7 % insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan
2) Janin besar (macrossomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi
dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian hamper separuh dari
3) Multiparitas
4) Ibu dengan obesitas.
distosia bahu, terdapat kasus distosia bahu rekuren pada 5 (12%) diantara
42 wanita
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
Istri Suami
Nama : Ny. E Nama : Tn. S
Umur : 29 th Umur : 38 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Batak Suku : Batak
Pendidikan : SMA Pendidikan : STM
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Petani
B. ANAMNESA
1. Keluhan Utama
Ibu merasakan sakit-sakit pada pinggang yang menjalar hingga ke perut dan keluar
lendir bercampur darah
Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
- Jantung : Tidak ada
- Tekanan darah tinggi : Tidak ada
- Hepatitis : Tidak ada
- Diabetes mellitus : Tidak ada
- Anemia berat : Tidak ada
- Penyakit hubungan seksual : Tidak ada
- Campak : Tidak ada
- Malaria : Tidak ada
- Gangguan mental : Tidak ada
- Operasi : Tidak pernah
- Lain-lain : Tidak ada
5.2 Perilaku kesehatan
- Penggunaan alkohol / obat-obatan sejenisnya : Tidak pernah
- Obat-obatan / konsumsi jamu : Tidak pernah
- Merokok / makan sirih : Tidak pernah
- Pencucian vagina : Tidak pernah
5.3 Riwayat sosial
- Apakah kehamilan ini direncanakan / diinginkan : Ya
- Status perkawinan : Jumlah 1 kali lama 8 tahun
- Usia saat menikah : Suami : 30 tahun
Istri : 21 tahun
C. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan emosional : Labil
2. Tanda-tanda vital
TD : 110 / 70 mm Hg R : 24 kali / menit
N : 83 kali / menit T : 36,5 0 C
3. Ukuran antropometri
TB : 151 cm
BB sebelum hamil : 48 kg, setelah hamil : 57 kg
LILA : 29 cm
4. Pemeriksaan fisik
4.1 Kepala
- Rambut : Bersih dan tidak rontok
- Kulit kepala : Bersih
4.2 Muka : Tidak ada oedema dan cloasma gravidarum
4.3 Mata
- Kelopak mata : Tidak ada oedema
- Konjungtiva : Bersih
- Sklera : Putih (anikterik)
4.4 Hidung
- Simetris : Ya
- Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
- Polip : Tidak ada
4.5 Mulut dan gusi
- Lidah : Bersih
- Gigi dan geraham : Tidak ada caries
- Gusi : Tidak pucat
4.6 Leher
- Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
- Kelenjar getah bening : Tidak ada
- Vena jungularis : Tidak ada bendungan
4.7 Dada
- Jantung : Normal, bunyi lup lup
- Paru-paru : Tidak ada ronchi dan wheezing
- Payudara : Simetris : Ya
Pembesaran : Ada
Putting susu : Menonjol
Pengeluaran : Ada, colostrum
Rasa nyeri : Ada
Kemerahan : Tidak ada
4.8 Abdomen : Bekas luka operasi : Tidak ada
Pembesaran : Sesuai usia kehamilan
Konsistensi : Keras
Linea : Nigra
Kandung kemih : Penuh
Pembesaran lien dan liver : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
Punggung dan pinggang
Posisi tulang punggung dan pinggul : Normal
Nyeri ketuk : Tidak ada
4.10 Ekstremitas
- Oedema : Tidak ada
- Kekakuan otot dan sendi : Tidak ada
- Varices : Tidak ada
- Kemerahan : Tidak ada
- Refleks : (+) kanan dan kiri
5. Pemeriksaan Kebidanan
5.1 Palpasi Abdomen
Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX. Bagian fundus teraba satu bagian
besar, lunak dan tidak melenting
Leopold II : Bagian kiri perut ibu teraba satu bagian besar, rata dan
memanjang (punggung)
Leopold III : Pada bagian terbawah janin teraba satu bagian bulat, keras,
melenting dan sukat digerakkan
Leopold IV : Divergen (Kepala sudah masuk PAP)
- Mc Donald : 35 cm
- Fetus : Letak : Memanjang
Presentasi : Kepala
Penurunan : 4/5
Pergerakan : Aktif
- Observasi His : His : Cukup kuat
Frekuensi : 2 kali / 10 menit
Lamanya : 30 – 40 detik
- Taksiran berat janin : 1,2 (TFU – 7,7) x 100 ± 150 gr
1,2 ( 35 – 7,7) x 100 ± 150 gr
1,2 ( 27,3) x 100 ±150 gr
3276 ± 150 gr
3126 – 3426 gr
5.2 Auskultasi
- DJJ terdengar teratur disebelah kiri perut ibu
- Frekuensi : 146 x / menit
- Punctum maximum : 2 jari dibawah pusat sebelah kiri perut ibu
5.3 Anogenital (inspeksi)
- Perineum : Luka perut : Tidak ada
- Vulva vagina : Warna : Merah muda
Luka : Tidak ada
Varises : Tidak ada
- Pengeluaran pervaginam : Lendir bercampur darah
- Kelenjar bartholini : Pembengkakan : Tidak ada
Rasa nyeri : Tidak ada
- Anus : Tidak ada haemorrhoid
5.4 Pemeriksaan Dalam
Atas indikasi : Untuk mengetahui apakah pasien sudah inpartu
atau belum
Pukul : 22.00 WIB
Oleh : Bidan
- Dinding vagina : Tidak ada sistokel dan rektokel
- Porsio : Arah : Searah jalan lahir
Konsistensi : Lunak
Pembukaan : 3 cm
Pendataran : 40 %
- Ketuban : Positif
- Presentasi : Kepala
- Penunjuk : Belum jelas
- Posisi : Belum jelas
- Penurunan : Hodge II
5.5 Pemeriksaan panggul : Tidak dilakukan
6. Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan
IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA DAN KEBUTUHAN
Diagnosa ibu : Ibu G2 P1 Ao hamil 37 minggu 3 hari inpartu kala I fase laten
Dasar : - Ibu mengatakan ini kehamilan keduanya dan pernah
melahirkan sebanyak 1 kali.
Ibu merasakan sakit-sakit yang menjalar dari pinggang ke perut bagian bawah
sejak pukul 05.00 WIB
Ibu mengatakn keluar lendir bercampur darah sejak pukul 05.00 WIB
HPHT : 31 Oktober 2021
TP : 7 Juli 2022
Dinding vagina : Tidak ada sistokel dan rektokel
Porsio : Arah : Searah jalan lahir
Konsistensi : Lunak
Pembukaan : 3 cm
Pendataran : 40 %
- Ketuban : Positif
- Presentasi : Kepala
- Penunjuk : Belum jelas
- Posisi : Belum jelas
- Penurunan : Hodge II
- His frekuensi : 2 kali / 10 menit
- Lamanya : 30 – 40 detik
TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
PERENCANAAN
1. Hadirkan orang terdekat ibu
Rasionalisasi : Dengan menghadirkan orang terdekat akan membantu
ibu untuk dapat memberikan dorongan moril sehingga ibu akan berkurang
kecemasannya dan ketakutannya dalam menghadapi persalinan.
3. Pantau kemajuan persalinan Ibu yaitu his, kontraksi uterus, nadi, pembukaan
serviks, penurunan bagian terbawah janin, tekanan darah, temperature tubuh,
produksi urin, aseton, dan protein Ibu
Rasionalisasi : Dengan memantau keadaan Ibu maka dapat diketahui
kemajuan persalinannya untuk menentukan keputusan
klinik yang akan diambil
9. Bimbing ibu untuk mengatur nafas dengan benar yaitu udara dihirup dari
hidung dan dihembuskan melalui mulut serta anjurkan ibu untuk beristirahat
saat his hilang
Rasionalisasi : Dengan mengatur nafas yang baik dapat
memperlancar siklus O2 ke janin dan juga dapat mengurangi rasa sakit yang
timbul akibat his dan menganjurkan ibu untuk beritirahat diantara his agar
ia tidak terlalu kehilangan banyak tenaganya untuk mengedan
10. Tempatkan ibu diruang bersalin yang bersih dan tertutup
Rasionalisasi : Dengan menempatkan ibu diruang yang bersih dan
tertutup merupakan bentuk menjaga privasi ibu sehingga ia merasakan
kenyamanan
PELAKSANAAN
1. Menghadirkan orang terdekat ibu, terutama suami ataupun keluarganya
2. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang kemajuan persalinannya dan
memberikan dukungan pada ibu agar ia tidak takut dalam menghadapi
persalinannya
3. Memantau DJJ, kontraksi uterus, dan nadi setiap ½ jam. Pembukaan,
penurunan, tekanan darah, dan temperature tubuh setiap 4 jam. Produksi
urin, aseton, dan protein setiap 2-4 jam.
4. Memberikan ibu makanan dan minuman yang cukup
5. Menganjurkan ibu untuk mengatur posisi senyaman mungkin terutama
berbaring kekiri
6. Menjaga kebersihan tubuh ibu terutama disekitar bagian vagina
7. Menganjurkan ibu untuk berkemih
8. Memberikan sentuhan atau massage pada bagian punggung ataupun
panggul ibu
9. Membimbing ibu untuk mengatur nafas dengan benar
10. Menempatkan ibu diruang bersalin yang bersih dan tetutup
EVALUASI
Tanggal : 26 Juni 2022
Waktu : 23.00 WIB
SUBJEKTIF
Ibu mengeluh mulesnya semakin sering
OBJEKTIF
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentil
- Keadaan emosonal : Labil
- TTV : TD : 110 / 70 mm Hg R : 26 x / menit
N : 85 x / menit T : 36,50 C
- Leopold I : TFU 2 jari dibawah PX. Pada fundus teraba satu bagian
besar agak lunak dan tidak melenting
- Leopold II : Pada bagian kiri perut ibu teraba satu bagian besar, rata,
memanjang (punggung)
: Pada bagian kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil
janin (ekstremitas)
- Leopold III : pada bagian terbawah janin teraba satu bagian bulat,
keras, melenting dan sukar digerakkan
- Leopold IV : Divergen
- Pemeriksaan dalam :
Atas indikasi : Unuk menilai kemajuan persalinan
Pukul : 00.00 WIB
Oleh : Bidan
- Vagina : Tidak ada tumor, varises, benjolan maupun
siskotel dan rektokel
- Arah porsio : Searah jalan lahir
- Konsistensi porsio : Lunak
- Pendataran : 60 %
- Pembukaan : 5 cm
- Ketuban : (+)
- Presentasi : Kepala
- Penunjuk : UUK
- Posisi : UUK depan
- Penurunan : H III
- Molase : Tidak ada
- DJJ : 148 x / menit
- Punctum maximum : 2 jari dibawah pusat sebelah kiri perut ibu
- His : 3 x / 10 menit Lamanya : > 40 detik
ASSESMENT
Diagnosa ibu : Ibu G2 P1Ao hamil 37 minggu 3 hari inpartu kala I fase
aktif
Diagnosa janin : Janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala
Masalah : Ibu cemas menghadapi persalinannya
Kebutuhan : - Penjelasan tentang keadaan ibu dan janin
- Hadirkan orang terdekat ibu
PLANNING
1. Memberikan penjelasan pada ibu tentang keaadan ibu dan janinnya bahwa keadaan
janinnya baik
Ibu mengerti akan penjelasannya dan terlihat lebih tenang
2. Memberikan penjelasan pada ibu tentang proses persalinan yang akan dihadapinya
sehingga ibu lebih siap dan tenang dalam menghadapi proses presalinannya
Ibu nampak lebih tenang
3. Memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan portograf
- DJJ dan His diperiksa setiap 30 menit sekali
- Nadi, tekanan darah dan respirasi setiap 2 jam sekali
- Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam sekali
4. Membantu ibu untuk mengubah posisi yang nyaman bagi ibu seperti miring kekiri
dan menghindari posisi terlentang terlalu lama
Ibu mengikuti apa yang dianjurkan oleh bidan
5. Menghadirkan suami atau orang terdekat ibu untuk menemani serta memberi
motivasi kepada ibu
Suami mendampingi Ibu sehingga Ibu terlihat lebih tenang
8. Menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan, seperti partus set, heating set, alat
reseusitasi, pakaian bayi dan Ibu, cairan dekontaminasi, dan peralatan lainnya
Peralatan telah siap dan telah disusun secara ergonomis
KALA II (04.00 – 05.10 WIB)
SUBJEKTIF
- Ibu mengatakan rasa sakit terus menerus, ingin buang air besar, dan merasa ingin
mengedan
- Ibu mengatakan ia lemas
OBJEKTIF
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Keadaan emosional : Labil (sedikit cemas)
- TTV : TD : 110 / 70 mm Hg R : 27 x / menit
N : 91 x / menit T : 35,8 0 C
- His (+) , frekuensi : 4 x / 10 menit Lamanya : > 40 detik
- DJJ (+) frekuensi : 98 x / menit
- Adanya dorongan meneran, valua membuka, pirenium menonjol, anus
mengembang
- Pemeriksaan dalam
Atas indikasi : Untuk menilai kemajuan persalinan
Pukul : 04.00 WIB
Oleh : Bidan
- Vagina : Tidak ada tumor, varises, benjolan maupun siskotel
dan rektokel
- Konsistensi porsio : Tidak teraba lagi
- Pendataran : > 80 %
- Pembukaan : Lengkap (10 cm)
- Ketuban : (-) pecah secara spontan pukul 03.50 WIB
- Presentasi : Kepala
- Penunjuk : UUK
- Posisi : UUK depan
- Penurunan : Hodge IV
ASSESMENT
Diagnosa ibu : Ibu G2 P1 Ao hamil 37 minggu 3 hari inpartu kala II fase
aktif
Diagnosa janin : Janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala
Masalah : - Ibu merasa lemas untuk menegden
- Ibu merasa cemas dan gelisah menghadapi persalinannya
Kebutuhan : - Berikan infus
Pimpin persalinan dengan baik dan benar
PLANNING
1. Memposisikan ibu miring kekiri untuk mencegah terjadinya hipoksia janin
Ibu dalam posisi miring kiri namun sesekali terlentang
2. Ibu diberikan infus glukosa dengan kecepatan 30 tetes / menit
3. Melakukan pertolongan persalinansesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
(APN) :
a. Saat kepala janin terlihat di vulua dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk
bersih untuk membersihkan janin pada perut ibu dan 1/3 bagian dibawah bokong
ibu
b. Penolong membuka partus setdan memakai sarung tangan
c. Saat subocciput tampak dibagian simfisis, tangan kanan melindungi perinium
dengan dialas lipatan tangan kiri menahan pundak kepala agar tidak terjadi defleksi
yang terlalu cepat saat kepala lahir
d. Mengusap kasa atau kain bersih untuk membersihkan muka janin dari lendir dan
darah
e. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
f. Menunggu hingga kepala janin melakukan putaran faksi luar
g. Setelah kepala janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak tangan biparietal
kepala janin, arahkan kebawah untuk melahirkan bahu depan. Ternyata bahu bayi
tidak dapat dilahirkan.
Kepala bayi telah lahir namun bahu belum lahir
DISTOSIA BAHU (05.10-05.30 WIB)
SUBJEKTIF
- Ibu mengatakan lelah dan tidak kuat untuk mengedan lagi
OBJEKTIF
- Kepala sudah lahir namun bahu belum juga lahir
ASSESMENT
Diagnosa : Ibu P2A0 kala II dengan distosia bahu
Masalah : Bahu belum dapat dilahirkan
Kebutuhan : Teknik pertolongan persalinan distosia bahu
PLANNING
a. Melakukan anestesi lokal dan episiotomi
- Memberitahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan yaitu penyuntikan
untuk dilakukan episiotomi dan bantu ibu utnutk tetap rileks
- Memberi suntikan lidokain 1 % pada perineum, dengan cara meletakkan jari
telunjuk dan jari tengah dari tangan kiri antara kepala bayi dan perinium.
Masukkan jarum secara subkutan, mulai dari komisura posterion, menelusuri
sepanjang perinium yang akan dilakukan episiotomi. Aspirasi untuk
memastikan ujung jari tidak memasuki pembuluh darah, tarik jarum perlahan
sambil menyuntikkan 5 – 10 ml likodan 1 %.
- Tekan tempat infiltrasi agar anestesi menyebar. Tunggu selama 1 – 2 menit
sebelum melakukan episiotomi
- Melakukan episiotomi yaitu pasang gunting episiotomi dengan tangan kanan,
sedangkan jari tengah dan jari telunjuk dari tangan kiri melindungi kepala janin
dan perineum, searah dengan sayatan.
- Tunggu puncak His kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka
diantara jari telunjuk dan jari tengah.
- Guntuing perineum dengan posisi mediolateral kiri, taruh gunting kelarutan
klorin untuk direndam.
b. Lakukan manuver Mc. Robert yaitu dengan meminta ibu untuk melipat kedua
pahanya sehingga kedua lutut berada sedekat mungkin dengan dada. Lahirkan bahu
depan dengan menarik kepala curam kearah bawah.
Meminta bantuan orang lain untuk melakukan penekanan pada suprapubis (diatas
simfisis). Kemudian tarik keatas sehingga bahu belakang dapat dilahirkan.
c. Lakukan sangga susur untuk melahirkan seluruh tubuh bayi.
d. Lakukan penilaian kepada bayi baru lahir secara cepat dengan tiga pertanyaan, yaitu
: apakah bayi menangis spontan, apakah warna kulit bayi kemerahan, dan apakah
tonus otot bayi baik.
e. Segera keringkan bayi dan bungkus dengan kain bersih dan kering untuk mencegah
terjadinya hiportemi.
f. Lakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cara memasang klem pertama
dengan jarak 2 – 3 cm dari pusat dan klem kedua dengan jarak 2 – 3 cm dari klem
pertama. Kemudian potong tali pusat diantara dua klem dengan tangan kiri
melindungi perut bayi.
g. Berikan bayi kepada ibunya untuk disusui
h. Periksa kelengkapan tubuh bayi pakah terdapat cacat atau tidak
Seluruh tubuh bayi telah dilahirkan
KALA III (05.30 – 05.45 WIB)
SUBJEKTIF
- Ibu mengatakan masih merasa lemas setelah melahirkan
- Ibu mengatakan perutnya masih terasa mual
OBJEKTIF
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Keadaan emosional : Stabil
- TTV : TD : 110 / 70 mm Hg R : 25 x / menit
N : 86 x / menit T : 36,1 C
- Keadaan Uterus :
- TFU : 1 jari diatas pusat
- Kontraksi : Baik
- Kandung kemih : Baik
- Plasenta belum lahir
- Pendarahan kala II : ± 50 cc
- Keadaan bayi : - Bayi lahir spontan pukul 05.30 WIB
dengan jenis kelamin laki-laki, BB 3800 gr,
PB 52 cm dan anus (+)
- Bayi tidak langsung menangis
- Warna kulit bayi kemerahan
- Pergerakan bayi kurang aktif
- APGAR score 6/9
- Bayi mengalami asfiksia sedang
ASSESMENT
Diagnosa ibu : Ibu P2Ao kala III
Masalah : Mules pada perut ibu
Kebutuhan : Penjelasan tentang keluhan yang dialami ibu bahwa
hal ini adalah normal dan pertanda baik karena uterus sedang berkontraksi
PLANNING
1. Memberikan penjelasan pada ibu bahwa proses persalinannya sudah memasuki
kala pengeluaran plasenta dan keadaan saat ini adalah normal karena uterus
sedang berkontraksi untuk kembali pada keadaan semula
Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikannya
2. Melakukan palpasi abdolmen untuk menghilangkan kemungkinan adanya janin
kedua
Saat di palpasi tidak ada janin kedua
3. Memberikan suntikan oksitosin 10 unit 1 M di paha kanan atas ibu bagian luar
setelah sebelumnya melakuka aspirasi terlebih dahulu
Oksitosin telah disuntikkan
4. Memindahkan klem tali pusat sekitar 5 – 10 cm didepan vulva
5. Membantu kelahiran plasenta
- Pada saat uterus berkontraksi, dorong fundus kearah dorsokronial sehingga
sebagian plasenta tampak di introitus vagina
- Plasenta ditangkap oleh kedua tangan dan dipilin searah jarum jam agar
selaput dan kotiledon tidak tertinggal
Pukul 05.45 WIB plasenta lahir spontan
6. Memasase fundus ibu dan mengajari ibu cara memasase perut ibu sehingga
dapat merangsang kontraksi uterus dan mengurangi pendarahan post partum
Teraba keras pada bagian uterus Ibu
7. Mengevaluasi kelengkapan plasenta
- Plesenta lahir spontan, lengkap dengan selaput dan kontiledonnya dengan :
- Insersi sentralis
- Panjang tali pusat : ± 50 cm
- Diameter : ± 18 cm
- Berat plasenta : ± 500 gr
- Tebal : ± 2 cm
- Kotiledon : Lengkap tidak ada robekan
KALA IV (05.45 – 07.45 WIB)
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan merasa nyeri pada perineumnya
OBJEKTIF
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Keadaan emosional : Stabil
- TTV : TD : 110 / 70 mm Hg R : 23 x / menit
N : 80 x / menit T : 36,5 0 C
- Keadaan Uterus
- TFU : 3 jari diatas pusat
- Kontraksi : Baik
- Kandung kemih : Kosong
- Pendarahan kala IV : + 150 cc
- Keadaan perineum : Ruptur derajat II dan dilakukan heating sebanyak
4 jahitan
ASSESMENT
Diagnosa ibu : Ibu G2 P1 Ao dalam kala IV
Masalah : Luka perineum belum dijahit
Kebutuhan : - Penjelasan pada ibu tentang hasil pelaksanaan
- Heating perineum
- Istirahat dan nutrisi
- Pengawasan kala IV
PLANNING
1. Memberikan penjelasan pada ibu tentang kondisi saat ini bahwa ibu telah
melahirkan dengan normal walaupun ada sedikit hambatannya, saat
melahirkan bahu bayinya tetapi dapat dilalui dengan lancar, ibu dan bayi
selamat tetapi ibu masih harus terus istirahat berbaring ± 2 jam setelah
melahirkan.
2. Melakukan penjahitan pada daerah vagina dan perineum yamg mengalami
laserasi mengunakan teknik jelujur.
3. Mengikat tali pusat bayi dengan pengikat tali pusat yang steril dan setelah
itu tidak dibungkus oleh apapun.
4. Memeriksa kontraksi uterus dan pendarahan pervaginam setiap :
- 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
- Setiap 15 menit pada 1 jam pasca persalinan
- Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pasca persalinan
5. Membantu TTV ibu dan kandung kemih ibu :
- Setiap 15 menit pada 1 jam pasca persalinan
- Setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan
6. Membersihkan tubuh ibu dari lendir dan darah menggunakan air bersih,
terutama daerah perut, vulua dan vagina, lalu memakaikan baju dan kain
bersih untuk menggantikan pakaian ibu yang terkontaminasi darah, lendir,
dan cairan ketuban.
7. Mencuci, mendekontaminasi dan mensterilisasi peralatan yang telah
digunakan.
8. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya untuk membantu kontraksi uterus
dan menimbulkan ikatan batin antara ibu dan bayinya.
9. Memberikan ibu nutrisi dan cairan sebagai pengganti tenaga ibu yang terkuras
selama proses persalinan.
10. Menjelaskan ibu untuk melakukan mobilisasi dini untuk mencegah
trombopletitis pada ibu, sekurang-kurangnya 2 jam postpartum.
11. Memindahkan ibu keruang perawatan setelah 2 jam
EVALUASI
Tanggal : 26 Juni 2022
Waktu : 23.00 WIB
PEMBAHASAN
Pada pengkajian ini penulis akan membandingkan antara hasil studi kasus
dengan teori. Teori yang disajikan dapat mendukung atau bertentangan dengan
kasus di lahan. Dari hal tersebut penulis dapat mengetahui kelebihan dan
kebidanan yaitu:
A. Pengkajian
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien
(Nurasiah dkk, 2014). Keluhan utama ibu bersalin dengan distosia bahu dan
Pada kasus didapati data dasar subyektif Ny. E dengan keluhan utama
merasa cemas karena persalinan yang macet dan bayinya tersangkut bahu di
jalan lahir. Pada data obyektif didapati keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, dan
tidak mengalami penurunan berat badan. Lingkar perut tidak mengecil, TFU
tidak turun dan DJJ dalam keadaan normal. Sedang pada pemeriksaan
darah: A.
data obyektif dan pemeriksaan sistematis (lingkar perut, TFU dan DJJ), dan
B. Interpretasi Data
2014).
2 P1 A0, hamil 37 minggu 4 hari, letak normal presentasi kepala bagian, dengan
inpartu kala II Masalah yang mungkin timbul pada ibu bersalin dengan distosia
bahu adalah cedera pada bayi (Prawirohardjo, 2009). Kebutuhan pada ibu
C. Diagnosa Potensial
(Walyani, 2014).
kasus ibu bersalin dengan distosia bahu yakni pada janin dapat menyebabkan
Pada kasus Ny. E dengan bersalin distosia bahu, diagnosa potensial yaitu
D. Tindakan Segera
Pada langkah ini mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan
dokter untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
Antisipasi pada ibu bersalin dengan distosia bahu yaitu kolaborasi dengan
dokter SpOG untuk tindajkan sectio caesaria apabila bayi tidak lahir
pervaginam, Pada langkah ini tidak ada kesenjangan abtara praktik dan teori.
E. Rencana Tindakan
Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai
bahu adalah
1) Segera lakukan tindakan episiotomi
3) Persiapakan resusuitasi
F. Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan yang komperhensif yang telah dibuat
dapat dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau dokter atau tim
G. Evaluasi
Evaluasi pada ibu bersalin dengan distosia bahu menurut Manuaba (2010)
meliputi: Keadaan umum dan tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi,
berhasil, terjadinya kemajuan persalinan, bayi lahir dengan selamat, Ibu sehat,
sitematis untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan. Hasil
cm, LK 30 cm, LD 33 cm, anus berlubang, cacat (-), APGAR score: 5-6,
plasenta lahir spontan pukul 05.30 WIB, selaput ketuban utuh, kotiledon
lengkap, panjang tali pusat ± 40 cm, perdarahan ± 80 cc, kontraksi keras, TFU
2 jari di bawah pusat, terdapat laserasi perinium derajat III, keadaan umum ibu
baik, jumlah darah yang dikeluarkan dari kala I-IV ± 200 cc, kandung kemih
kosong.
A. KESIMPULAN
Pada kasus didapati data dasar subyektif Ny. E dengan keluhan utama
merasa cemas karena persalinan yang macet dan bayinya tersangkut bahu di
jalan lahir. Pada data obyektif didapati keadaan umum baik, kesadaran
tidak mengecil, TFU tidak turun dan DJJ dalam keadaan normal. Sedang pada
dengan inpartu kala II Masalah yang mungkin timbul pada ibu bersalin
Kebutuhan pada ibu bersalin dengan distosia bahu yakni memberi informasi
1. Pasien
Agar ibu hamil lebih rutin dalam pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan
tujuan jika ada masalah/kelainan bisa mendapat penanganan secara cepat dan
tepat.
2. Profesi
3. Institusi pendidikan
4. Instansi pelayanan
Hidayat, A.A.A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik analisis Data
2010. Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba, I.B.G. dkk. 2012. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.