Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam upaya Safe Motherhood Indonesia mencanangkan Making
Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi pembangunan kesehatan masyarakat
menuju Indonesia Sehat 2010. Dalam arti kata luas tujuan Safe Motherhood
Indonesia dan Making Pregnancy Safer (MPS) sama, yaitu melindungi hak
reproduksi dan hak asasi manusia dengan mengurangi beban kesakitan, kecacatan,
dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang
sebenarnya tidak perlu terjadi. (Prawirohardjo, S. 2010).
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis tetapi bisa saja terjadi komplikasi.
Salah satunya adalah letak sungsang (presentasi bokong) yaitu suatu keadaan
pada letak janin memanjang dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Insiden presentasi
bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal. Sekalipun
insidennya kecil tetapi mempunyai resiko yang besar dan dapat mengakibatkan
kematian ibu dan bayi.
Tujuan utama setiap kehamilan dan persalinan agar berakhir dengan
lahirnya bayi yang sehat dan ibu yang sehat. Tetapi dalam kenyataannya tidak
selalu berlangsung normal. Seringkali ditemukan kelainan atau penyakit serta
komplikasi yang dapat menyertai selama kehamilan. Pada akhirnya berdampak
pada saat persalinan dan dapat berakhir dengan kematian ibu ataupun kematian
bayinya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Angka kematian ibu
merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan
millenium (MDGs) ke lima yaitu meningkatkan kesehatan ibu. Di negara miskin,
sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang
berkaitan dengan kehamilan dan persalinan, serta nifas. WHO memperkirakan
diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 meninggal saat hamil atau
bersalin.

1
AKI dan AKB di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN. Menurut
SDKI pada tahun 2007 AKI adalah 248/100.000 kelahiran hidup dan AKB adalah
27/1.000 kelahiran hidup. Namun angka-angka tersebut khususnya AKI masih
tinggi di antara negara ASEAN di luar Laos dan Kamboja. AKB di Indonesia
masih tergolong tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, yaitu
Singapura (3 per 1000), Brunei Darussalam (8 per 1000), Malaysia (10 per 1000),
Vietnam (18 per 1000) dan Thailand (20 per 1000).
Pada tahun 2008, 4.692 jiwa ibu di Indonesia melayang di masa seputar
kehamilan, nifas dan persalinan. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu
(AKI) adalah, perdarahan 28%, eklamsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, dan
abortus.
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/ MDGs,
2000) pada tahun 2015 diharapkan angka kematian ibu menurun sebesar tiga-
perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu indonesia
mempunyai komitmen untuk menurunkan angka kematian ibu menjadi
102/100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi dari 68 menjadi 23/1000
kelahiran hidup, dan angka kematian balita 97 menjadi 32/1.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015. (Depkes RI. 2009 diakses pada tanggal 21 Apri 2014).
Melihat tingginya kasus letak sungsang merupakan salah satu masalah yang
cukup penting mengingat resikonya pada saat persalinan cukup besar dan dapat
mengakibatkan kematian baik pada bayi maupun kematian ibunya. Sehubungan
dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui dan membahas secara
spesifik mengenai kehamilan dengan letak sungsang dengan menggunakan metode
pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan pada
Ny “A” G2 P1 A0 Hamil 34 minggu dengan Presentasi Bokong di RSU Kotabumi
Lampung Utara”.

1.2 Rumusan Masalah


Tentang Pedokumentasia pada ibu ‘ E : dengan Kelahiran Sungsang Di
RSU Kotabumi Lampung Utara .

2
1.3 Tujuan Pengambilan Kasus
Dapat melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada Ny “E” umur 22
tahun G2 P1 A0 hamil 34 minggu, janin tunggal, hidup, intrauteri dengan
presentasi bokong di RSU Kotabumi Lampung Utara tanggal 17 Januari 2019
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan sesuai dengan
kewenangan bidan.

1.4 Manfaat Kasus


Manfaat yang diharapkan dari pengkajian kasus ini adalah:
1. Dapat menerapkan asuhan kebidanan melalui antenatal care pada ibu hamil
yang sesuai dengan standar asuhan kebidanan yang telah diajarkan di
Institusi dan di Klinik.
2. Sebagai informasi bahwa pentingnya keterampilan menyampaikan KIE
yang baik pada ibu hamil dalam pemberian asuhan kebidanan.
3. Melatih kedisiplinan diri.
4. Menjadi pembelajaran bagi penulis agar lebih baik dalam penulisan-
penulisan berikutnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi letak sungsang


Definisi dari kelainan letak sungsang adalah kondisi dimana presentasi
janin dalam uterus terutama bokong janin lebih dulu memasuki rongga panggul,
terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bawah
kavum uteri. (Manuaba, 2010).

2.2 Klasifikasi letak sungsang


Presentasi bokong dapat diklasifikasikan dengan bagian tubuh janin
berdasarkan presentasi dan posisi janin (Prawirohardjo, 2013).

1) Frank Breech ( Presentasi bokong murni)

Bagian kaki dari janin mengalami fleksi total di bagian bokong dan
ekstensi total di bagian lutut. Telapak kaki berada paling dekat dengan kepala dan
bokong menempati segmen bawah uterus.
Frank Breech sangat membantu saat proses dilatasi serviks tetapi posisi
frank breech sulit untuk dilakukan External Cephalic Version (ECV) yang
bertujuan untuk mengembalikan posisi janin ke posisi yang seharusnya yaitu
kepala janin yang berada pada kavum dibawah uterus. Pada posisi ini sangat
jarang terjadi prolaps tali pusat serta janin jarang terjebak di serviks.

4
2) Complete Breech ( Presentasi bokong sempurna)

Yaitu letak sungsang, dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna
dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki.

3) Incomplete Breech ( Presentasi bokong tidak sempurna)

Yaitu letak sungsang, dimana hanya satu kaki di samping bokong,


sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. (Kasdu, 2005.)

2.3 Komplikasi persalinan letak sungsang


A. Komplikasi pada ibu
a) Perdarahan
b) Robekan jalan lahir
c) Infeksi

B. Komplikasi pada bayi


a) Asfiksia bayi, yang dapat disebabkan oleh :
- Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir)

5
- Perdarahan atau edema jaringan otak
- Kerusakan medula oblongata
- Kerusakan persendian tulang leher
- kematian bayi karena asfiksia berat.
b) Trauma persalinan
- Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas
- Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
- Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar
kepala ; fraktur tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung atau
telinga ; kerusakan pada jaringan otak.

c) Infeksi, dapat terjadi karena :


- Persalinan berlangsung lama
- Ketuban pecah pada pembukaan kecil
- Manipulasi dengan pemeriksaan dalam

2.4 Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang, ataupun letak lintang.

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah
air ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat
lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di
segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada
kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan
pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi
kepala.

6
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:
1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
2. Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul.
4. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang
sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
5. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya
pada panggul sempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis
dan lain – lain.
6. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara
7. Gemeli (kehamilan ganda)
8. Kelainan uterus, seperti mioma uteri.
9. Janin sudah lama mati.

Penyebab letak sungsang dapat berasal dari:


1. Sudut Ibu
1) Keadaan Rahim
 Rahim arkuatus
 Septum pada Rahim
 Uterus dupleks
 Mioma bersama kehamilan
2) Keadaan plasenta
 Plasenta letak rendah
 Plasenta previa
3) Keadaan jalan lahir
 Kesempitan panggul
 Deformitas tulang panggul
 Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
2. Sudut Janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat

7
2) Hedrosefalus atau anesefalus
3) Kehamilan kembar
4) Hidroamnion atau aligohidromion
5) Prematuritas

2.5 Penegakan diagnosa


1. Palpasi
Saat pemeriksaan leopold bagian bawah teraba lunak bulat dan tidak
melenting (bokong), sementara di fundus teraba bagian bulat, keras,
melenting (kepala) dan punggung teraba di kanan atau kiri (Hanretty, 2014).
2. Aukultasi
Denyut jantung janin paling jelas terdengar di atas umbilicus, punctum
maximum denyut jantung janin terdengar di 13 kuadran atas perut ibu
(Mochtar, 2013).
3. Pemeriksaan dalam
Bokong teraba lunak dan tidak teratur dengan tidak adanya sutura yang
terpalpasi, walaupun terkadang sacrum dapat disalahartikan sebagai kepala
yang keras, dan bokong dapat diartikan sebagai caput succadeum. Anus dapat
teraba dan mekonium segar pada jari pemeriksa biasanya merupakan
diagnosis
Jika tungkai terekstensi, genital ekternal sangat jelas,teraba tetapi,harus
diingat bahwa genitalia eksterna tersebut mengalami edema. Vulva yang
mengalami edema dapat disalah artikan dengan skrotum.
Jika kaki teraba, bidan harus membedakannya dengan tangan. jari-jari
kaki semuanya sama panjang, jari-jari kaki lebih pendek daripada jari jari
tangan dan ibu jari kaki tidak dapat direntangkan dan jari kaki lainnya. Kaki
berada pada sudut 90 derajat dari tungkai, dan tumit tidak memiliki
kesaamaan dengan tangan.

4. Pemeriksaan penunjang
Peranan USG sangat penting dalam diagnosis dan penilaian resiko
pada presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban,

8
konfirmasi letak plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi
kepala, kelainan congenital, dan kesejahteraan janin dapat diperiksa
menggunakan ultrasonografi (Saifuddin, 2011).
Pemeriksaan USG juga digunakan untuk memastikan perkiraan klinis
presentasi bokong, bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali
janin. USG pada usia kehamilan 32-34 minggu untuk menegakkan diagnosis,
memperkirakan ukuran dan konfigurasi panggul ibu (Fadlun, 2012).
Pemeriksaan USG dilakukan untuk konfirmasi tipe dari presentasi bokong,
memperkirakan berat janin dan mengidentifikasi adanya kelainan janin atau
plasenta (Tanto, 2014).

2.6 Penatalaksanaan letak sungsang


A. Pada saat Pemeriksaan Antenatal
a) Beritahu hasil pemeriksaan yang sebenarnya, jelaskan pada pasien
mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan presentasi
sungsang.
b) Beri konseling mengenai gerakan knee-cheest, yaitu meletakkan kepala
diantara kedua tangan lalu menoleh ke samping kiri atau kanan, kemudian
turunkan badan sehingga dada menyentuh kasur dengan menggeser siku
sejauh mungkin. Kegunaan gerakan ini adalah untuk mempertahankan atau
memperbaiki posisi janin agar bagian kepala janin tetap berada di bawah.
Gerakan ini disebut juga sebagai gerakan “anti sungsang”
c) Jika diketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari 34
minggu tidak perlu dilakukan intervensi apapun, karena janin masih cukup
kecil dan cairan amnion masih cukup banyak sehingga kemungkinan besar
janin masih dapat memutar dengan sendirinya.

B. Pada saat persalinan


Menurut prawihardjo, berdasarkan jalan lahir yang dilalui maka,
penatalaksanaan persalinan sungsang dapat dibagi ,menjadi dua tipe yaitu :

9
1. Persalinan pervaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang harus
dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his
adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram.

Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak


dapat dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam, direncanakan bedah
sesar tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat, persalinan terjadi di
fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar, presentasi bokong
yang tidak terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran janin kedua pada kehamilan
kembar.

Persalinan pervaginam tidak dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi


persalinan pervaginam bagi ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi
kepala janin dan berat bayi > 3600 gram, tidak adanya informed consent, dan
tidak adanya petugas yang berpengalaman dalam melakukan pertolongan
persalinan (Prawirohardjo, 2008).

Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong


sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis
yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria
dengan indikasi CPD, kepala fleksi.

 Persiapan untuk kelahiran bokong menurut Varney

1) Pemeriksaan abdomen yang hati-hati atau jika perlu USG untuk menentukan
jenis presentasi bokong dan menyingkirkan kecurigaan terjadinya
hiperekstensi kepala, hidrosefalus, atau bokong-kaki, atau bokong-lutut.
2) Dilatasi serviks lengkap.
3) Kosongkan kandung kemih ibu.
4) Persiapan episiotomi jika memang diperlukan.
5) Kaji efektifitas upaya mengejan pada ibu.
6) Persiapan untuk upaya resusitasi bayi baru lahir.

10
7) Posisikan pasien dalam posisi litotomi dengan penyangga kaki untuk
memberikan ruang yang adekuat di bawah panggul ibu yang dibutuhkan
untuk persalinan.
8) Dokter tempat berkonsultasi seharusnya telah diberi tahu dan sebaiknya juga
hadir atau segera datang jika dibutuhkan.
9) Lakukan pemasangan infus intravena (Cuningham, 2014 dan Endozien,
2013).

 Mekanisme persalinan letak sungsang

1. Bokong dan tungkai bawah


1) Penurunan : Bokong masuk panggul apabila diameter bitrochanteric telah
melewati PAP, pada RSA maka sacrum ada dikuadran kanan depan
panggul ibu dan diameter bitrochanteric ada pada diameter oblique kanan
oleh karena bokong merupakan pembuka yang kurang baik. Penurunan
berjalan lambat dan mungkin bokokng masih tetap tinggi sampai
persalinan sudah berjalan beberapa lama . kebanyakan bokong tidak
turun sampai pembukaan lengkap atau ketuban tidak pecah
2) Flexi : untuk memudahkan lewatnya bokong melalui panggul , terjadi
flexi lateral ada pinggul. Panggul depan menjadi bagian terendah .
apabila presentasinya bokong murni , kaki kaki janin bekerja sebagai
bidai pemanjang dan dengan mengurangi flexi lateral dan keluwesannya
maka kaki kaki ini dapat menghambat penurunan bokong.

11
3) Putaran Paksi dalam : Panggul depan mendapat tahana dari dasar panggul
dan berputar 45 derajat obliqa kanan panggul ke anteroposterior . sacrum
berputar menjauhi garis tengah dari kuadran depan ke kanan lintang.
Bokong lahir dengan flexi ke lateral Panggul depan terbentur dibawah
symphisis pubis, terjadi flexi ke lateral, dan panggung belaknag keluar
dan dilahirkan diatas pernineum. Kemudian bokong jatuh kearah anus
dan panggul depan tergelncir keluar dari bawah symphisis

2. Bahu dan lengan


Bahu masuk panggul pada diameter oblique kanan panggul , ketika sakrum
berputar dari ke sakrum anterior kanan. Putar paksi dalam . Bahu depan Berputar
dibawah symphisis . dan diameter basacromalis berputar 45 derajat dari diameter
oblique kanan ke diameter anteroposterior pintu bawah panggul. Sakrum
mengikuti dari sakrum anterior kanan. Bahu lahir dengan Flexi lateral . Bahu
depan terbentur dibawah symphisis dan bahu belakang dengan lengan dilahirkan
diatas perineum keika tubuh bayi diangkat ketas. Kemudian bayi diturunkan dan
bahu depan dengan lengan keluar dibawah symphisis.

3. Kepala
1) Penurunan dan masuk panggul : Pada saat bahu ada di PBP, kepala
mencapai panggul. Ia mencapai panggul dengan sutura sagitalis pada
diameter oblique kiri. UUK ada dikuadran kanan depan panggul.
2) Flexi : Flexi kepala terjadi seperti pada presentasi lain, penting bahwa flexi
ini dipertahankan
3) Putaran Paksi dalam : Kepala sampai disasar panggul dan mengadakan
putaran paksi dalam sehingga ia mencapai pintu bawah panggul dengan
sutura sagitalis pada diameter anteroposterior, sudah pada lengkung
sakrum dan UUK dibawah sympisis. Sakrum berputar kearah pubis
sehingga punggung didepan.
4) Kepala lahir dengan flexi : Diameter – diameternya sama dengan
kedudukan UUK depan tetapi dalam arah yang sebaliknya. Tengkuk

12
menjadi titik putar dibawah symphisis dan dagu, mulut, hidung, dahi,
bregma, dan UUK dilahirkan diatas perineum dengan gerakan flexi.

Terdapat 3 metode umum persalinan presentasi bokong melalui vagina :

 Persalinan spontan (spontaneous breech)


Janin di lahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini disebut
cara Bracht. Pada persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan pertama
yaitu fase lambat, fase cepat, dan fase lambat.

1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat
(skapula depan). Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu
ditangani secara tergesa-gesa mengingat tidak ada bahaya pada ibu dan anak
yang mungkin terjadi.

2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya
mulut. Pada fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga terjadi oklusi
pembuluh darah tali pusat antara kepala dengan tulang panggul sehingga
sirkulasi uteroplasenta terganggu. Disebut fase cepat oleh karena tahapan ini
harus terselesaikan dalam 1 – 2 kali kontraksi uterus (sekitar 8 menit).

3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh
kepala lahir. Fase ini disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak boleh
dilakukan secara tergesa-gesa untuk menghidari dekompresi kepala yang
terlampau cepat yang dapat menyebabkan perdarahan intracranial

13
Berikut ini teknik melahirkan secara bracht :

(a) Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa intervensi apapun)


hingga bokong tampak di vulva.
(b) Pastikan bahwa pembukaan sudah lengkap sebelum memperkenankan ibu
mengejan.
(c) Perhatikan hingga bokong membuka vulva.
(d) Lakukan episiotomi bila perlu (pada perineum yang cukup elastis dengan
introitus yang sudah lebar, episiotomi mungkin tidak diperlukan). Gunakan
anastesi lokal sebelumnya.
(e) Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak dikendorkan. Perhatikan
hingga tampak tulang belikat (scapula) janin mulai tampak di vulva. Awas :
jangan melakukan tarikan atau tindakan apa pun pada tahap ini.
(f) Dengan lembut peganglah bokong dengan kedua ibu jari penolong sejajar
sumbu panggul, sedang jari-jari yang lain memegang belakang pinggul janin.
(g) Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan badan janin dengan
kedua tangan penolong disesuaikan dengan sumbu panggul ibu sehingga
berturut-turut lahir perut, dada, bahu dan lengan, dagu, mulut dan seluruh
kepala (Saifuddin, 2011).

 Manual aid (partial breech extraction)


Janin di lahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu, sebagian lagi dengan
tenaga penolong. Dalam cara ini, terdapat 3 tahap yaitu :

14
a) Tahap pertama : Bokong sampai umbilicus lahir secara spontan dengan
mengunakan kekuatan tenaga ibu sendiri.
b) Tahap kedua : Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.
Menurut Manuaba (2010) ada 3 cara :
 Cara Klasik

Pegang bokong dengan telunjuk pada spina ischiadika anterior superior


dan ibu jari menekan sacrum, kemudian tarik curam kebawah sampai skapula
tampak, lalu transi kearah atas untuk melahirkan bahu dan lengan belakang,
kemudian lengan depan.
 Cara Mueller

15
Tidak jauh berbeda dari cara klasik, perbedaaanya adalah lengan depan
dilahirkan lebih dulu kemudian lengan belakang. Caranya tarik janin vertikal
ke bawah lalu dilahirkan bahu dan lengan depan. Cara melahirkan bahu
lengan depan bisa spontan atau diikat dengan satu jari menyapu muka.
Lahirkan bahu belakang dengan menarik kaki ke atas lalu bahu dan lengan
belakang diikat menyapu kepala.
 Cara lovset

Bahu janin diputar 900 disertai tarikan sehingga dengan putaran tersebut bahu
dapat dilahirkan.

c) Tahap ketiga : Melahirkan kepala pada persalinan dengan presentasi bokong


melalui salah satu perasat berikut ini, yaitu :
 Perasat Wigand-Martin
Badan bayi diletakkan pada tangan penolong, jari tengah kanan tersebut
ditaruh pada mulut bayi, dan jari telunjuk dan jari manis pada maxilla. Tujuan
jari berada di mulut tidak untuk traksi tetapi untuk mengusahakan dan
mempertahankan fleksi. Kemudian dengan tangan lainnya melakukan
dorongan suprapubik pada kepala melalui perut ibu.

 Perasat Mauriceau-Smellie-Veit

16
Posisinya sama dengan perasat Wigand-Martin, dengan satu jari dimulut dan
dua jari pada maxilla. Perbedaannya penolong meletakkan tangannya yang
lain mengangkang diatas bahu bayi dan dengan cara ini melakukan traksi.
Efisiensi prosedur ini meningkat dengan dorongan suprapubik pada kepala
oleh asisten ketika penolong mengerjakan perasat Mauriceau.
After coming head adalah kesulitan saat melahirkan kepala. Setelah
umbilicus lahir, kepala anak mulai masuk ke rongga panggul sehingga tali
pusat tertekan antara kepala dan dinding panggul (Martaadisoebrata, 2013).
Bayi akan mengalami asfiksia apabila umbilicus telah lahir dan tidak ada
kemajuan, untuk mengantisipasinya penolong tidak boleh menunggu terlalu
lama dan melakukan pertolongan secara manual aid agar kelahiran dari
umbilikus sampai janin lahir seluruhnya berlangsung < 8 menit (Mochtar,
2013).
 Cunam piper pada kepala menyusul

Sediakan cunam piper sebagai antisipasi bila terdapat kesulitan saat


melahirkan kepala (WHO, 2013 dan Mochtar, 2013). Traksi pada tindakan

17
cunam piper langsung dikerjakan pada kepala untuk menghindari kerusakan
struktur pada leher bayi.
 Perasat prague terbalik

Dilakukan bila oksiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka


janin menghadap simfisis. Satu tangan mencekap leher dari sebelah
belakang dan punggung anak diletakkan diatas telapak tangan tersebut.
Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di
elevasi keatas sambil melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa
sehingga perut anak mendekati perut ibu. Dengan larynx sebagai
hypomochlion kepala anak dilahirkan.

 Ekstraksi bokong (total breech extraction)


Janin di lahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
Janin dilahirkan seluruhnya dengan menggunakan tenaga penolong (teknik
ekstrasi kaki, ekstrasi bokong).
Ekstrasi bokong merupakan pelahiran manipulatif yang dilakukan oleh
dokter spesialis obstetrik dan dilakukan untuk mempercepat persalinan dalam
situasi gawat seperti gangguan kondisi janin (Fraser, 2009).

A. Syarat dilakukan ekstaksi bokong


a) Panggul harus cukup lebar, tanpa disproporsi
b) Pembukaan harus lengkap
c) Vesica Urinaria dan rectum harus kosong
d) Anestesi yang dalam dan ahlinya sangat diperlukan
e) Diperlukan asisten yang terlatih
f) Anak harus hidup

18
B. Jenis ekstraksi total
a) Ekstraksi bokong
 Tindakan ini dikerjakan pada letak bokong murni dengan bokong
yang sudah berada didasar panggul.
 Teknik :
- Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak
dimasukkan jalan lahir dan diletakkan pada lipat paha depan anak.
Dengan jari tersebut, lipat paha dikait. Untuk memperkuat kaitan
tersebut, tangan lain penolong mencekap pergelangan tangan
yang melakukan kaitan dan ikut melakukan traksi
kebawah (gambar 18 dan 19)

- Bila dengan traksi tersebut trochanter depan sudah terlihat


dibawah arcus pubis, jari telunjuk tangan lain segera mengait lipat
paha belakang dan secara serentak melakukan traksi lebih lanjut
untuk melahirkan bokong (gambar 20)
- Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan
“femuropelvik” dan janin dilahirkan dengan cara yang sudah
dijelaskan pada ekstraksi bokong parsialis.

Gambar 18 Kaitan pada lipat paha depan untuk melahirkan

19
trochanter depan
Gambar 19 Untuk memperkuat traksi bokong, dilakukan traksi dengan
menggunakan kedua tangan seperti terlihat pada gambar.

Gambar 20 Traksi dengan kedua jari untuk melahirkan bokong

b) Ekstraksi Kaki
Dilakukan dengan teknik :
- Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian
kecil anak dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan
tangan lain membuka labia.
- Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong –
pangkal paha sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian
melakukan fleksi dan abduksi paha janin sehingga sendi lutut menjadi
fleksi
- Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki
janin untuk mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut
diatas.
- Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara jari ke II
dan III dan dituntun keluar dari vagina.

2. Persalinan perabdominan (sectio caesarean)


Sectio Ceaesaria adalah suatu cara melahirkan melalui insisi pada dinding
abdomen dan rahim. Persalinan per abdominal telah menggantikan teknik

20
persalinan pervaginam dengan bantuan alat untuk persalinan dengan komplikasi
tertentu dan sering digunakan dalam menangani janin beresiko, khususnya pada
janin 21 prematur (Hanretty, 2014).
Penentuan cara persalinan adalah sangat individual, kriteria pada tabel
dibawah dapat digunakan untuk menentukan cara persalinan per vaginam atau per
abdominal :

Persalinan pervaginam Sectio Caesar


“Presentasi frank Breech” Ketuban pecah dini lama
Taksiran berat janin 2000-35000 gr Taksiran berat janin ≥3500 gr atau
<1500 gr
Ukuran panggul adekuat Diameter Panggul sempit
transversal PAP 11,5 cm, dan
anterioposterior 10,5 cm ; Diameter
tranversal panggul tengah 10 cm dan
diameter anterposterior 11,5 cm
Pembukaan sudah lengkap, bagian Bagian terendah janin belum
terendah janin sudah engaged engaged, Partus lama, Primi tua,
Inferttilitas atau riwayat obstetrik
buruk, presentasi kaki, Kelainan
pada rahim.
Proses persalinan berlangsung normal Presentasi bokong tidak sempurna
meskipun sedah direncanakan SC atau presentasi kaki
(pervagiman masih merupakan pilihan Gawat Janin
dibandingkan SC)

Oleh karna itu, Sebelum melakukan sectio caesarean, petugas diwajibkan


untuk melakukan pemeriksaan USG ulang untuk memastikan bahwa presentasi
masih bokong. Hati-hati saat melakukan pembukaan uterus untuk mencegah
cedera pada bayi karena pisau bedah yang mungkin terjadi pada presentasi
sungsang. Insisi uterus dengan ukuran yang tepat, terutama pada kelahiran

21
prematur untuk mencegah penjepitan dan pelahiran traumatik pada kepala bayi
(Endozien, 2013)

Menurut Saifuddin (2011) sectio ceaesaria lebih aman dan direkomendasikan


pada :
a) Presentasi kaki ganda
b) Panggul sempit
c) Bekas sectio ceaesaria dengan indikasi disproporsi sefalopelvik
d) Kepala hiperekstensi atau defleksi
e) Janin sangat besar
f) Plasenta previa
g) Keterlambatan penurunan bokong setelah pembukaan lengkap.
h) Primigravida (Oxorn, 2010).

2.7 Peran bidan dalam persalinan sungsang


1. Mendukung ibu dalam kemampuan alamiahnya melahirkan bayi.
2. Meyakinkan bahwa ia mempunyai dukungan kuat untuk dirinya sendiri,
bidan lain yang berpengalaman dalam psikologi, persalinan dan kelahira
n non -medis.
3. Meyakinkan dan mempertahankan pengetahuan keterampilan dan teknik
yang prima untuk membantu kelahiran sungsang.
4. Bidan harus mampu mengenali, mengkaji dan merespon bila terjadi mas
alah dalam kelahiran sungsang .

22
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHANKEBIDANAN PADA NY “E” DENGAN


PERSALINAN SUNGSANG DI RUANG BERSALIN
RSU KOTABUMI LAMPUNG UTARA
TANGGAL 17 JANUARI 2019

Hari/Tanggal Pengkajian : Senin, 17 Januari 2019


Jam : 09.00 WIB
Tempat : RSU Kotabumi Lampung Utara

I. Pengkajian
A. Data Subjektif
1. Biodata Ibu Suami
Nama : Ny. E Tn. H
Umur : 37 Tahun 38 Tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Suku/Bangsa : Jawa /Indonesia Lampung / Indonesia
Alamat : Jl. Pelangi II Jl. Pelangi II

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin melahirkan dan perutnya terasa mules, nyeri
pinggang menjalar ke perut bagian bawah dan keluar lendir
bercampur darah dari kemaluannya sejak pukul 02.00 Wib.

23
3. Riwayat Kesehatan
Sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang menderita
penyakit jantung, hipertensi, DM, asma
Lalu : Ibu mengatakan tidak sedang menderita
penyakit jantung, hipertensi, DM, asma
Keluarga : Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada
yang menderita penyakit DM, jantung, asma,
TBC dan tidak ada riwayat keturunan kembar.

4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 Tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 4-6 hari
Banyaknya : 2x ganti pembalut
Gangguan : Tidak ada
HPHT : 10-04-2010
TP : 17-01-2011
UH : 40 minggu

5. Riwayat Perkawinan
Status : Kawin syah
Suami ke : 1 (satu)
Jumlah Anak : 3 (tiga)

6. Riwayat Kehamilan Sekarang


G4P3Ao
Trimester I : PP test (+), ANC 2x, penolong : bidan,
tempat : BPS, keluhan tidak ada

24
Trimester II : ANC 2x, penolong : bidan, tempat : BPS, TT1,
1x, keluhan tidak ada
Trimester III : ANC 2x, penolong : bidan, tempat : BPS, TT2,
1x, keluhan tidak ada

7. Riwayat Kontrasepsi
Alkon yang pernah digunakan : KB Suntik
Lama pemakaian : 2 Tahun
Gangguan : Tidak ada
Rencana alkon : KB suntik

8. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


N Ke
AN T Pnl Pny J Lkt Pny
o UH JP T4 BB t
C T g l K s l

Ater spnt klini 300 hd


1 6x 2x bdn - ♂ ada -
m n k 0 p

Ater spnt klini 300


2 6x 2x bdn - ♂ ada -
m n k 0

Ater spnt klini 260


3 6x 2x bdn - ♀ ada -
m n k 0

4 I N I

9. Riwayat Obstetri Ginekologi


Penyakit kelamin : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Kanker : Tidak ada

25
10. Riwayat Psiko, Sosial, Spritual
Psiko : Ibu mengatakan ibu, suami dan keluarga sangat
mengharapkan kelahiran bayinya.
Sosial : Ibu mengatakan hubungan ibu dengan suami,
keluarga dan masyarakat baik
Spiritual : Ibu mengatakan menjalankan ibadahnya sesuai
dengan kayakinannya masing-masing.

11. Kebutuhan Sehari-hari

No Kebutuhan Saat Hamil Menjelang Persalinan

a. Nutrisi

 Makan
Frekuensi 3x/hari 1x/hari
Jenis Nasi, ikan, sayur, telur Nasi, ikan, sayur, telur
Porsi 1 piring sedang 1 piring
Keluhan
Tidak ada Tidak ada
 Minum
Jenis
Air putih + susu Air putih + teh
Jumlah
7-9 gls/hari 2 gls/hari
Keluhan
Tidak ada Tidak ada

b. Eliminasi

 BAK
Frekuensi 3-5x/hari 1x
Keluhan Tidak ada Tidak ada
 BAB
Frekuensi
1x/hari 1x/hari
Konsistensi
Lembek Lembek
Keluhan
Tidak ada Tidak ada

26
c. Istirahat tidur

 Siang ± 2 jam ± 2 jam


Keluhan Tidak ada Tidak ada
 Malam ± 8 jam ± 6 jam
Keluhan
Tidak ada Tidak ada

d. Personal Hygine
Mandi 2 x/hari 2 x/hari
Keramas 3 x/hari 3 x/hari
Gosok gigi 2 x/hari 2 x/hari
Ganti pakaian dalam 2x/hari jika lembab 2x/hari jika lembab

e. Akltivitas seks
Frekuensi 3 x/minggu 1x/minggu
Keluhan Tidak ada Tidak ada

f. Aktivitas sehari-hari
Jenis
Keluhan IRT IRT
Tidak ada Tidak ada

B. Daya Objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : CM
TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit
Pols : 80 x/ menit
Lila : 24 cm
BB : 56 Kg

27
TB : 158 cm
Suhu : 36,50 C
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih, warna rambut hitam, distribusi merata,
kerontokan tidak ada, nyeri tekan dan benjolan
tidak ada, kelainan tidak ada
Muka : Bersih, warna tidak pucat, cloasmagravidarum ada,
oedema tidak ada, kelainan tidak ada
Mata : Simetris, bersih, conjungtiva an anemis, sklera an
ikterik, reaksi pupil (+), kelainan tidak ada
Hidung : Bersih, polip tidak ada, pengeluaran cairan tidak
ada, kelainan tidak ada
Mulut : Bersih, bibir lembab, sariawan dan caries tidak
ada, radang tonsil tidak ada, stomatitis tidak ada,
kelainan tidak ada
Telinga : Simetris, bersih, pengeluaran cairan/ serumen tidak
ada, pendengaran baik, kelainan tidak ada
Leher : Bersih, pembesaran vena jugularis, kelenjar tyroid
tidak ada, kelainan tidak ada
Payudara : Simetris, bersih, papila mamae menonjol, areola
mamae hyperpigmentasi, nodule axilla tidak ada,
colostrum ada, kelainan tidak ada
Abdomen : Bersih, bekas operasi tidak ada, pembesaran tidak
sesuai dengan UH, linea alba dan striae
gravidarum ada, kelainan tidak ada
Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari dibawah Px (33 cm), pada fundus
teraba bulat, keras dan melenting
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba panjang, datar dan
ada tahanan seperti papan.

28
Bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil
janin.
Leopold III : Bagian terendah perut ibu teraba bundar, lunak dan
tidak melenting.
Leopold IV : divergen
Auskultasi
DJJ : (+)
PM : 3 jari diatas pusat sebelah kanan perut ibu
Sifat : Kuat dan teratur
Frekuensi : 120x/menit
TBJ : 33-12 x 155 = 3255
His : 3x dalam 10 menit lamanya 40-45 detik
Genitalia : Varises dan oedema tidak ada, pengeluaran lendir
bercampur darah ada, flour albus tidak ada,
kelainan tidak ada.
PD : Jam 08.00 Wib
Portio tidak teraba lagi, pendataran servik 100 %,
pembukaan 10 cm, ketuban (-), warna air ketuban
jernih, jumlah ± 50 cc, presentasi bokong,
penunjuk os sakrum, penurunan di hodge 4.
Ekstremitas :
- Atas : Simetris, bersih, oedema tidak ada, ujung jari kuku
tidak pucat, kelainan tidak ada
- Bawah : Simetris, bersih, varises dan oedema tidak ada,
ujung jari kuku tidak pucat, kelainan tidak ada

29
II. Interpretasi Data
1. Diagnosa
Ny. E, umur 37 tahun, G4P3A0, UH 40 minggu, janin tunggal hidup intra
uteri, presentasi bokong, jalan lahir baik, KU ibu dan janin baik dengan
inpartu kala II.
DS : Ibu mengatakan ingin melahirkan dan perutnya terasa
mules, nyeri pinggang menjalar ke perut bagian bawah dan
keluar lendir bercampur darah dari kemaluannya sejak
pukul 02.00 Wib
DO : KU : Baik
Kesadaran : CM
TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit
Pols : 80 x/ menit
Lila : 24 cm
BB : 56 Kg
TB : 158 cm
Suhu : 36,50 C
Leopold I : TFU 3 jari dibawah Px (33 cm), pada
fundus teraba bulat, keras dan melenting
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba panjang,
datar dan ada tahanan seperti papan.
Bagian kiri perut ibu teraba bagian
kecil-kecil janin.
Leopold III : Bagian terendah perut ibu teraba
bundar, lunak dan tidak melenting.
Leopold IV : divergen
DJJ : (+)
PM : 3 jari diatas pusat sebelah kanan perut
ibu

30
Sifat : Kuat dan teratur
Frekuensi : 120x/menit
TBJ : 33-12 x 155 = 3255
His : 3x dalam 10 menit lamanya 40-45 detik
Genitalia : Varises dan oedema tidak ada,
pengeluaran lendir bercampur darah
ada, flour albus tidak ada, kelainan
tidak ada
PD : Jam 08.00 Wib
Portio tidak teraba lagi, pendataran
servik 100 %, pembukaan 10 cm,
ketuban (-), warna air ketuban jernih,
jumlah ± 50 cc, presentasi
2. Masalah
Kelainan letak
3. Kebutuhan
 Penkes tentang persalinan sungsang
 Support mental
 Pemenuhan nutrisi.

III. MASALAH POTENSIAL


Ibu : Perdarahan, trauma jalan lahir, infeksi
Bayi : After coming head, Asfiksia

IV. TINDAKAN SEGERA


Pertolongan persalinan sungsang.

V. Intervensi
1. Jelaskan pada ibu ibu bahwa ibu akan segera melahirkan

31
2. Atur posisi ibu
3. Anjurkan pada keluarga untuk mendampingi ibu pada saat bersalin
4. Dekatkan partus set
5. Lakukan pertolongan persalinan sungsang.

VI. Implementasi
1. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu akan segera melahirkan
2. Mengatur posisi ibu dalam posisi litotomi dan bokong ibu berada di
ujung tempat tidur
3. Menganjurkan pada keluarga untuk mendampingi ibu agar memberi
support mental pada ibu
4. Mendekatkan alat-alat partus set dan cunam dan pasang alas bokong
5. Melakukan pertolongan persalinan sungsang yaitu melahirkan bayi
dengan cara bracht Setelah bokong membuka vulva suntikkan oksitosin
2-5 unit IM, segera setelah bokong lahir bokong dicekam secara bracht
dengan ibu jari berada di sepanjang paha dan ke empat jari berada di
krista iliaka, setelah adanya his ibu dipimpin mengedan, setelah TP lahir
regangkan. Setelah angulus scapula inferior berada di bawah simpisis
suruh asisten melakukan ekspresi kristeller, ikuti gaya berat janin
sehingga punggung janin mendekati perut ibu. Lakukan hiperlordosis
sehingga lahirlah berturut-turut mulai dari dagu, mulut, hidung, mata dan
lahirlah kepala secara keseluruhan. sedangkan dengan melahirkan
dengan cara klasik yaitu mengeluarkan bahu belakang terlebih dahulu
yaitu pergelengan kaki dipegang dengan tangan kanan kemudian tangan
kiri menelusuri skapula, humerus, fosa cubiti, tangan menjadi bidai
seolah-olah bayi mengusap muka, maka lahirlah bahu belakang dan
untuk melahirkan bahu depan pegang pergelangan kaki janin dengan
tangan kiri kemudian curam kebawah dan tangan kanan menelusuri
skapula, humerus, fosa cubiti, tangan menjadi bidai seolah-olah bayi
mengusap muka, sehingga lahirlah kedua bahu atau punggung bayi.

32
Sedangkan cara Muller mengeluarkan bahu depan, pegang secara femero
pelvik tarik curam kebawah kaitkan tangan kita untuk melahirkan bahu
depan, elevasikan keatas maka lahir juga bahu belakang.
Cara Lovset Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang
kepala setelah bokong dan kaki lahir bayi dengan kedua tangan memutar
bayi 180 derajat dengan lengan bayi yang terjungkit kearah penunjuk jari
tangan yang nuchal dan memutar kembali 180 derajat kearah yang
berlawanan kearah kiri/kanan beberapa kali hingga kedua bahu dan
lengan lahir.
Mouricceu yaitu melahirkan kepala. Janin seperti menunggang kuda, jari
tengah masuk kedalam mulut bayi dan jari manis dan telunjuk berada di
maksila, sedangkan tangan kiri berada di tengkuk, tarik curam kebawah
setelah suboksiput berada di bawah simpisis lakukan hiperlordosis.
Lahirlah kepala secara keseluruhan.
Ekstraksi kaki dilakukan apabila kala II tidak maju atau terjadi gawat
pada ibu dan mengharuskan bayi segera dilahirkan, caranya tangan kiri
membuka vulva dan tangan kanan masuk secara obstetric menelusuri
bokong pangkal paha sampai lutut kemudian melakukan abduksi, fleksi
dan menuntut kaki bayi hingga keluar vagina sampai lutut, kedua tangan
penolong memegang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di
depan betis, kaki curam kebawah sampai pangkal paha lahir, pegangan
kita pindahkan setinggi mungkin lalu curam kebawah sampai trokanter
lahir, setelah trokanter lahir untuk melahirkan trokanter belakang, kita
elevasikan keatas apabila trokanter lahir maka bokong lahir dan untuk
melahirkan punggung kita lakukan dengan cara klasik atau muller.
Sedangkan ekstraksi bokong yaitu dengan cara jari telunjuk penolong
yang searah bagian kecil janin dimasukkan kedalam jalan lahir 2 jari
kemudian diletakkan di paha bagian depan dengan jari ini lipat paha atau
krista illiaka dikait dan ditarik curam kebawah. Untuk memperkuat
tenaga tarikan ini maka tangan lain penolong mencekam pergelangan
tadi dan turut menarik curam kebawah, bila dengan tarikan trokhantor
depan mulai tampak dibawah simfisis, maka jari telunjuk penolong lain

33
mengkait lipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir,
setelah bokong lahir bayi dilahirkan secara klasik atau Muller dan untuk
mengeluarkan kepala dengan Marriceau, jika Marriceau kepala tidak
dapat lahir, maka kita lakukan dengan cara cunam piper yaitu dengan
cara tangan dan badan bayi dibungkus kain steril, diangkat keatas,
cunam piper dipasang melintang terhadap panggul dan kepala kemudian
ditarik curam kebawah dan keatas, maka lahirlah bayi seluruhnya pukul
08.30 Wib.
Nilai dan keringkan bayi. Lalu selimuti.
Melakukan palpasi, untuk mengetahui apakah ada bayi ke-2/ tidak, jika
tidak ada suntikkan oksitosin kemudian lakukan pemotongan dan
pengikatan tali pusat.
Lakukan Inisiasi Menyusui Dini atau skint to skint kepada ibunya.

VII Evaluasi
1. Bayi lahir spontan, jam 08.30 Wib, BB 2600 gram, PB 53 cm, LK 34
cm, LD 33 cm, JK ♀
2. Tali pusat sudah dipotong
3. KU ibu dan bayinya baik
4. Tanda-tanda pelepasan plasenta sudah ada yaitu tali pusat memanjang,
uterus membulat, keluar darah sekonyong-konyong.

Kala III. Jam 08.45 Wib


I. Pengkajian
DS : Ibu mengatakan masih merasa mules pada perutnya
DO : KU baik, kontraksi uterus baik, TP memanjang, keluar darah
secara tiba-tiba dan uterus membulat.

II. Interpretasi Data


a. Diagnosa

34
Ny. E, umur 37 tahun, P4A0, KU ibu baik dengan Inpartu Kala III.
DS : Ibu mengatakan masih merasa mules pada perutnya
DO : KU baik, kontraksi uterus baik, TP memanjang, keluar darah
secara tiba-tiba dan uterus membulat.
b. Masalah
Tidak ada.
c. Kebutuhan
Manajemen Aktif Kala III

III. Masalah Potensial


Tidak ada.

IV. Tindakan Segera


Tidak ada

V. Intervensi
a. Lakukan PTT
b. Melahirkan plasenta
c. Lakukan masase fundus
d. Cek kelengkapan plasenta
e. Periksa adanya laserasi jalan lahir dan periksa kelengkapan plasenta.

VI Implementasi
a. Lihat tanda pelepasan plasenta bila TP memanjang dan keluar darah
sekonyong-konyong, maka lahirkan plasenta dengan cara melakukan
PTT dengan cara pindahkan klem dengan jarak 5-10 cm depan vulva.
Jika plasenta masuk ke dalam berarti plasenta belum lepas, tapi jika
plasenta diam dan memanjang berarti plsenta sudah lepas.

35
b. Melahirkan plasenta yaitu regangkan TP dengan tangan kanan, sementara
tangan kiri berada di supra simpisis secara dorsocranial, tarik curam
kebawah, keatas dan sejajar lantai setelah nampak di vulva cengkram
dengan kedua tangan. Putar searah jarum jam, plasenta lahir lengkap dan
spontan.
c. Melakukan masase fundus dan mengajarkan pada ibu cara menilai
kontraksi dan masase bila uterus membulat dan keras berarti kontraksi
baik dan masase dengan menggunakan 3 jari dengan gerakan melingkar
d. Mengecek kelengkapan plasenta dan keutuhan plasenta
e. Mengecek laserasi jalan lahir untuk mengetahui ada atau tidaknya
robekan.

VII. Evaluasi
a. Ibu mengatakan merasa lega karena proses persalinan berjalan lancar.
b. KU ibu baik dengan TD : 110/70 mmHg, Pols 80x/menit, RR 20x/menit,
temp 360c, kontraksi baik, perdarahan ± 200 cc, blass kosong.
c. TFU 2 jari bawah pusat, plasenta lahir lengkap dan selaput ketuban utuh,
panjang TP ± 45 cm, kotiledon lengkap, diameter 16 cm, tebal 2 cm
d. Keadaan jalan lahir baik, tidak ada robekan jalan lahir.

Kala IV : Pukul : 09.00 Wib


I. Pengkajian
DS : Ibu mengatakan lega setelah plasenta lahir
DO : KU ibu baik, kes : CM, TD 110/70 mmHg, Pols : 80x/menit, RR :
20x/menit, S : 36,40C. TFU 3 jari dibawah pusat, bulat keras, blass
kosong, perdarahan 50 cc.
II. Interpretasi Data
1. Diagnosa
Ny. E, umur 37 tahun, P4A0, KU ibu baik, dengan Kala IV
DS : Ibu mengatakan lega setelah plasenta lahir

36
DO : KU ibu baik, kes : CM, TD 110/70 mmHg, Pols : 80x/menit,
RR : 20x/menit, S : 36,40C. TFU 3 jari dibawah pusat, bulat
keras, blass kosong, perdarahan 50 cc.

2. Masalah
Tidak ada
3. Kebutuhan
Pengawasan Kala IV

III. Masalah Potensial


Tidak ada

IV. Tindakan Segera


Tidak ada

V. Intervensi
1. Observasi TTV, perdarahan, kontraksi uterus, TFU dan blass
2. Bersihkan ibu, kenakan pakaian ibu
3. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi
4. Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup
5. Anjurkan pada ibu untuk melakukan inisiasi dini
6. Ajarkan perawatan TP dan menilai kontraksi yang baik.
7. Beritahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas
8. Beritahu ibu tanda-tanda bahaya pada bayi
9. Anjurkan pada ibu untuk bonding attachment
10. Anjurkan pada ibu untuk mobilisasi 2 jam kemudian
11. Jelaskan pada ibu KB pasca persalinan
12. Anjurkan pada ibu untuk imunisasi anaknya
13. Lengkapi partograf dan dokumentasi.

37
VI. Implementasi
1. Mengobservasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus, blass dan perdarahan
setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua
2. Membersihkan ibu dari darah, cairan ketuban kemudian mengenakan
pakaian ibu dengan pakaian kering dan bersih serta membersihkan
tempat tidur dan alat untuk menghindari kuman dan menjaga
kenyamanan ibu
3. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
yang mengandung karbohidrat seperti nasi, sayur-sayuran hijau, ikan,
telur, tempe dan lain-lain agar tenaga ibu pulih kembali
4. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup agar tenaga yang
terpakai pada saat proses persalinan dapat kembali pulih
5. Menganjurkan untuk inisiasi dini yaitu menyusui bayinya sesegera dan
sesering mungkin untuk merangsang produksi ASI dan merangsang
involusi uterus.
6. Mengajarkan pada ibu perawatan tali pusat dengan menggunakan kassa
steril yang kering dan mengajarkan ibu untuk menilai kontraksi yang baik
dan apabila uterus terasa lembek ibu harus menghubungi bidan.
7. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu merasakan nyeri
kepala yang hebat, penglihatan berkunang-kunang, suhu tubuh
meningkat, perdarahan lebih dari normalah atau berdarah.
8. Memberitahu kepada ibu tanda-tanda bahaya pada bayi seperti ikterik,
kebiruan, bayi rewel, hipotermi, malas menyusui, dan TP tampak merah
9. Menganjurkan pada ibu untuk bonding attachment dengan skin to skin
agar terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi
10. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan mobilisasi dini 2 jam kemudian
yaitu dengan cara miring ke kiri dan kanan
11. Menjelaskan pada ibu tentang KB pasca persalinan yaitu KB yang
mantap misalnya AKDR/AKBK agar tidak terjadi/guna menjarakkan
kelahiran pada anak berikutnya

38
12. Menganjurkan pada ibu untuk mengimunisasikan anaknya agar kebal dari
penyakit
13. Melengkapi partograf dan melakukan dokumentasi.

VII. Evaluasi
1. KU ibu baik, kes : CM, TD 110/70 mmHg, Pols : 80x/menit, RR :
20x/menit, S : 36,40C. TFU 3 jari dibawah pusat, bulat keras, blass
kosong, perdarahan dalam batas normal, kontraksi uterus baik selama 2
jam PP
2. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan ditandai dengan ibu mampu
mengulangi kembali 8 dari 13 penjelasan yang diberikan oleh bidan.

39
BAB IV
PEMBAHASAN

Di bab ini penulis akan menguraikan mengenai proses asuhan


kebidanan ibu Bersalin pada Ny.E dengan peresentasi bokong Di RSU
Kotabumi Lampung Utara dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney yang meliputi tujuh langkah varney.
Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat diambil suatu kesempatan dan pemecahn
masalah dari kesenjangan - kesenjangan yang terjadi sehingga dapat
digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang meliputi
:
Ibu mengatakan ingin melahirkan dan perutnya terasa mules, nyeri
pinggang menjalar ke perut bagian bawah dan keluar lendir bercampur darah dari
kemaluannya sejak pukul 02.00 Wib.
Bagian kanan perut ibu teraba panjang, datar dan ada tahanan seperti
papan.Bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil janin.Bagian terendah perut
ibu teraba bundar, lunak dan tidak melenting.
Berdasarkan kasus diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek karena semua yang dialami oleh Ny. “E” merupakan persalinan patologis
yaitu Dengan Bayi Lahir Sungsang.
Kala II Pada Ny . “ E “Jam 08.00 Wib Portio tidak teraba lagi, pendataran
servik 100 %, pembukaan 10 cm, ketuban (-), warna air ketuban jernih, jumlah ±
50 cc, presentasi bokong, penunjuk os sakrum, penurunan di hodge 4.3 x dalam
10 menit lamanya 40-45 detik, Varises dan oedema tidak ada, pengeluaran lendir
bercampur darah ada, flour albus tidak ada, kelainan tidak ada..
Bayi lahir spontan, jam 08.30 Wib, BB 2600 gram, PB 53 cm, LK 34 cm, LD 33
cm, JK ♀.
Kala III. Jam 08.45 Wib Pada Ny “ E “ Ibu mengatakan masih merasa
mules pada perutnya baik, kontraksi uterus baik, TP memanjang, keluar darah
secara tiba-tiba dan uterus membulat. Lihat tanda pelepasan plasenta bila TP
memanjang dan keluar darah sekonyong-konyong, maka lahirkan plasenta dengan

40
cara melakukan PTT dengan cara pindahkan klem dengan jarak 5-10 cm depan
vulva. Jika plasenta masuk ke dalam berarti plasenta belum lepas, tapi jika
plasenta diam dan memanjang berarti plsenta sudah lepas
Kala III Ibu mengatakan merasa lega karena proses persalinan berjalan
lancar.KU ibu baik dengan TD : 110/70 mmHg, Pols 80x/menit, RR 20x/menit,
temp 360c, kontraksi baik, perdarahan ± 200 cc, blass kosong.
plasenta lahir lengkap dan selaput ketuban utuh, panjang TP ± 45 cm,
kotiledon lengkap, diameter 16 cm, tebal 2 cm
Kala IV pada Ny ‘ E “ ibu baik, kes : CM, TD 110/70 mmHg, Pols :
80x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,40C. TFU 3 jari dibawah pusat, bulat keras,
blass kosong, perdarahan 50 cc.
Berdasarkan kasus diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek karena dalam pelaksanaan penanganan kasus tersebut sudah dilakukan
sesuai dengan teori mengenai Bayi Lahir Sungsang.

41
BAB V
KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN

Setelah penulis melaksanakan pengkajian, pengumpulan data ibu baik data


subjektif maupun data objektif serta teori-teori yang berguna untuk mengevaluasi
keadaan ibu dilanjutkan dengan mengidentifikasi secara benar masalah atau
diagnosa berdasarkan interpretasi data yang dilakukan secara benar maka
didapatkan diagnosa “ Ibu E dengan “BAYI LAHIR SUNSANG”.
Berdasarkan kasus diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek karena dalam pelaksanaan penanganan kasus tersebut sudah dilakukan
sesuai dengan teori mengenai Bayi Lahir Sungsang.sehingga penulis melakukan
tindakan segara untuk melahirkan dengan cara melakukan manual plasenta agar
tidak terjadi perdarahan. Setelah itu merencanakan asuhan kebidanan yang akan
diberikan pada pasien tersebut kemudian melaksanakan asuhan tersebut secara
komprehensif kemudian mengevaluasi tindakan tersebut sebagai dasar untuk
mengambil keputusan berdasarkan masalah yang ada sehingga asuhan yang
diberikan dapat bermanfaat dan sesuai dengan yang di inginkan yaitu plasenta
lahir dan ibu selamat. Oleh karena itu sangat diperlukan seorang bidan yang
profesional dimana mampu melaksanakan asuhan kebidanan dengan tepat
sehingga semua masalah dan kebutuhan ibu dapat teratasi dengan cepat dan tepat

5.2 SARAN
1. Bagi Pasien atau Masyarakat
Diharapkan dapat menambah pengetahuan pasien dan masyarakat umumnya
dalam perawatan ibu bersalin dan pasien atau masnyarakat dapat mengenali
tanda-tanda bahaya dan resiko terhadap persalinan

42
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang diperoleh dari
lahan pendidikan kepada pasien secara langsung sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2012. Letak Sungsang, dalam Ilmu kebidanan,


edisi keenam. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2010
3. Manuaba. 2010. Ilmu Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta :
EGC.
4. Oxorn. 2013. Oxorn-Foote Human Labor and Birth. London : Appleton &
Lange Publishers.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57214/Chapter%20II.pdf;j
sessionid=807476DC449C1AA496EECD9C0969DA2F?sequence=4
diakses 15 februari 2018 pukul 18.40
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/R0313008_bab2.pdf
diakses pada 15 februari 2018 pukul 19.30

44

Anda mungkin juga menyukai