PENDAHULUAN
1
AKI dan AKB di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN. Menurut
SDKI pada tahun 2007 AKI adalah 248/100.000 kelahiran hidup dan AKB adalah
27/1.000 kelahiran hidup. Namun angka-angka tersebut khususnya AKI masih
tinggi di antara negara ASEAN di luar Laos dan Kamboja. AKB di Indonesia
masih tergolong tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, yaitu
Singapura (3 per 1000), Brunei Darussalam (8 per 1000), Malaysia (10 per 1000),
Vietnam (18 per 1000) dan Thailand (20 per 1000).
Pada tahun 2008, 4.692 jiwa ibu di Indonesia melayang di masa seputar
kehamilan, nifas dan persalinan. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu
(AKI) adalah, perdarahan 28%, eklamsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, dan
abortus.
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/ MDGs,
2000) pada tahun 2015 diharapkan angka kematian ibu menurun sebesar tiga-
perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu indonesia
mempunyai komitmen untuk menurunkan angka kematian ibu menjadi
102/100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi dari 68 menjadi 23/1000
kelahiran hidup, dan angka kematian balita 97 menjadi 32/1.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015. (Depkes RI. 2009 diakses pada tanggal 21 Apri 2014).
Melihat tingginya kasus letak sungsang merupakan salah satu masalah yang
cukup penting mengingat resikonya pada saat persalinan cukup besar dan dapat
mengakibatkan kematian baik pada bayi maupun kematian ibunya. Sehubungan
dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui dan membahas secara
spesifik mengenai kehamilan dengan letak sungsang dengan menggunakan metode
pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan pada
Ny “A” G2 P1 A0 Hamil 34 minggu dengan Presentasi Bokong di RSU Kotabumi
Lampung Utara”.
2
1.3 Tujuan Pengambilan Kasus
Dapat melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada Ny “E” umur 22
tahun G2 P1 A0 hamil 34 minggu, janin tunggal, hidup, intrauteri dengan
presentasi bokong di RSU Kotabumi Lampung Utara tanggal 17 Januari 2019
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan sesuai dengan
kewenangan bidan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Bagian kaki dari janin mengalami fleksi total di bagian bokong dan
ekstensi total di bagian lutut. Telapak kaki berada paling dekat dengan kepala dan
bokong menempati segmen bawah uterus.
Frank Breech sangat membantu saat proses dilatasi serviks tetapi posisi
frank breech sulit untuk dilakukan External Cephalic Version (ECV) yang
bertujuan untuk mengembalikan posisi janin ke posisi yang seharusnya yaitu
kepala janin yang berada pada kavum dibawah uterus. Pada posisi ini sangat
jarang terjadi prolaps tali pusat serta janin jarang terjebak di serviks.
4
2) Complete Breech ( Presentasi bokong sempurna)
Yaitu letak sungsang, dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna
dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki.
5
- Perdarahan atau edema jaringan otak
- Kerusakan medula oblongata
- Kerusakan persendian tulang leher
- kematian bayi karena asfiksia berat.
b) Trauma persalinan
- Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas
- Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
- Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar
kepala ; fraktur tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung atau
telinga ; kerusakan pada jaringan otak.
2.4 Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang, ataupun letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah
air ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat
lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di
segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada
kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan
pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi
kepala.
6
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:
1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
2. Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul.
4. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang
sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
5. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya
pada panggul sempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis
dan lain – lain.
6. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara
7. Gemeli (kehamilan ganda)
8. Kelainan uterus, seperti mioma uteri.
9. Janin sudah lama mati.
7
2) Hedrosefalus atau anesefalus
3) Kehamilan kembar
4) Hidroamnion atau aligohidromion
5) Prematuritas
4. Pemeriksaan penunjang
Peranan USG sangat penting dalam diagnosis dan penilaian resiko
pada presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban,
8
konfirmasi letak plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi
kepala, kelainan congenital, dan kesejahteraan janin dapat diperiksa
menggunakan ultrasonografi (Saifuddin, 2011).
Pemeriksaan USG juga digunakan untuk memastikan perkiraan klinis
presentasi bokong, bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali
janin. USG pada usia kehamilan 32-34 minggu untuk menegakkan diagnosis,
memperkirakan ukuran dan konfigurasi panggul ibu (Fadlun, 2012).
Pemeriksaan USG dilakukan untuk konfirmasi tipe dari presentasi bokong,
memperkirakan berat janin dan mengidentifikasi adanya kelainan janin atau
plasenta (Tanto, 2014).
9
1. Persalinan pervaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang harus
dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his
adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram.
1) Pemeriksaan abdomen yang hati-hati atau jika perlu USG untuk menentukan
jenis presentasi bokong dan menyingkirkan kecurigaan terjadinya
hiperekstensi kepala, hidrosefalus, atau bokong-kaki, atau bokong-lutut.
2) Dilatasi serviks lengkap.
3) Kosongkan kandung kemih ibu.
4) Persiapan episiotomi jika memang diperlukan.
5) Kaji efektifitas upaya mengejan pada ibu.
6) Persiapan untuk upaya resusitasi bayi baru lahir.
10
7) Posisikan pasien dalam posisi litotomi dengan penyangga kaki untuk
memberikan ruang yang adekuat di bawah panggul ibu yang dibutuhkan
untuk persalinan.
8) Dokter tempat berkonsultasi seharusnya telah diberi tahu dan sebaiknya juga
hadir atau segera datang jika dibutuhkan.
9) Lakukan pemasangan infus intravena (Cuningham, 2014 dan Endozien,
2013).
11
3) Putaran Paksi dalam : Panggul depan mendapat tahana dari dasar panggul
dan berputar 45 derajat obliqa kanan panggul ke anteroposterior . sacrum
berputar menjauhi garis tengah dari kuadran depan ke kanan lintang.
Bokong lahir dengan flexi ke lateral Panggul depan terbentur dibawah
symphisis pubis, terjadi flexi ke lateral, dan panggung belaknag keluar
dan dilahirkan diatas pernineum. Kemudian bokong jatuh kearah anus
dan panggul depan tergelncir keluar dari bawah symphisis
3. Kepala
1) Penurunan dan masuk panggul : Pada saat bahu ada di PBP, kepala
mencapai panggul. Ia mencapai panggul dengan sutura sagitalis pada
diameter oblique kiri. UUK ada dikuadran kanan depan panggul.
2) Flexi : Flexi kepala terjadi seperti pada presentasi lain, penting bahwa flexi
ini dipertahankan
3) Putaran Paksi dalam : Kepala sampai disasar panggul dan mengadakan
putaran paksi dalam sehingga ia mencapai pintu bawah panggul dengan
sutura sagitalis pada diameter anteroposterior, sudah pada lengkung
sakrum dan UUK dibawah sympisis. Sakrum berputar kearah pubis
sehingga punggung didepan.
4) Kepala lahir dengan flexi : Diameter – diameternya sama dengan
kedudukan UUK depan tetapi dalam arah yang sebaliknya. Tengkuk
12
menjadi titik putar dibawah symphisis dan dagu, mulut, hidung, dahi,
bregma, dan UUK dilahirkan diatas perineum dengan gerakan flexi.
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat
(skapula depan). Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu
ditangani secara tergesa-gesa mengingat tidak ada bahaya pada ibu dan anak
yang mungkin terjadi.
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya
mulut. Pada fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga terjadi oklusi
pembuluh darah tali pusat antara kepala dengan tulang panggul sehingga
sirkulasi uteroplasenta terganggu. Disebut fase cepat oleh karena tahapan ini
harus terselesaikan dalam 1 – 2 kali kontraksi uterus (sekitar 8 menit).
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh
kepala lahir. Fase ini disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak boleh
dilakukan secara tergesa-gesa untuk menghidari dekompresi kepala yang
terlampau cepat yang dapat menyebabkan perdarahan intracranial
13
Berikut ini teknik melahirkan secara bracht :
14
a) Tahap pertama : Bokong sampai umbilicus lahir secara spontan dengan
mengunakan kekuatan tenaga ibu sendiri.
b) Tahap kedua : Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.
Menurut Manuaba (2010) ada 3 cara :
Cara Klasik
15
Tidak jauh berbeda dari cara klasik, perbedaaanya adalah lengan depan
dilahirkan lebih dulu kemudian lengan belakang. Caranya tarik janin vertikal
ke bawah lalu dilahirkan bahu dan lengan depan. Cara melahirkan bahu
lengan depan bisa spontan atau diikat dengan satu jari menyapu muka.
Lahirkan bahu belakang dengan menarik kaki ke atas lalu bahu dan lengan
belakang diikat menyapu kepala.
Cara lovset
Bahu janin diputar 900 disertai tarikan sehingga dengan putaran tersebut bahu
dapat dilahirkan.
Perasat Mauriceau-Smellie-Veit
16
Posisinya sama dengan perasat Wigand-Martin, dengan satu jari dimulut dan
dua jari pada maxilla. Perbedaannya penolong meletakkan tangannya yang
lain mengangkang diatas bahu bayi dan dengan cara ini melakukan traksi.
Efisiensi prosedur ini meningkat dengan dorongan suprapubik pada kepala
oleh asisten ketika penolong mengerjakan perasat Mauriceau.
After coming head adalah kesulitan saat melahirkan kepala. Setelah
umbilicus lahir, kepala anak mulai masuk ke rongga panggul sehingga tali
pusat tertekan antara kepala dan dinding panggul (Martaadisoebrata, 2013).
Bayi akan mengalami asfiksia apabila umbilicus telah lahir dan tidak ada
kemajuan, untuk mengantisipasinya penolong tidak boleh menunggu terlalu
lama dan melakukan pertolongan secara manual aid agar kelahiran dari
umbilikus sampai janin lahir seluruhnya berlangsung < 8 menit (Mochtar,
2013).
Cunam piper pada kepala menyusul
17
cunam piper langsung dikerjakan pada kepala untuk menghindari kerusakan
struktur pada leher bayi.
Perasat prague terbalik
18
B. Jenis ekstraksi total
a) Ekstraksi bokong
Tindakan ini dikerjakan pada letak bokong murni dengan bokong
yang sudah berada didasar panggul.
Teknik :
- Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak
dimasukkan jalan lahir dan diletakkan pada lipat paha depan anak.
Dengan jari tersebut, lipat paha dikait. Untuk memperkuat kaitan
tersebut, tangan lain penolong mencekap pergelangan tangan
yang melakukan kaitan dan ikut melakukan traksi
kebawah (gambar 18 dan 19)
19
trochanter depan
Gambar 19 Untuk memperkuat traksi bokong, dilakukan traksi dengan
menggunakan kedua tangan seperti terlihat pada gambar.
b) Ekstraksi Kaki
Dilakukan dengan teknik :
- Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian
kecil anak dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan
tangan lain membuka labia.
- Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong –
pangkal paha sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian
melakukan fleksi dan abduksi paha janin sehingga sendi lutut menjadi
fleksi
- Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki
janin untuk mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut
diatas.
- Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara jari ke II
dan III dan dituntun keluar dari vagina.
20
persalinan pervaginam dengan bantuan alat untuk persalinan dengan komplikasi
tertentu dan sering digunakan dalam menangani janin beresiko, khususnya pada
janin 21 prematur (Hanretty, 2014).
Penentuan cara persalinan adalah sangat individual, kriteria pada tabel
dibawah dapat digunakan untuk menentukan cara persalinan per vaginam atau per
abdominal :
21
prematur untuk mencegah penjepitan dan pelahiran traumatik pada kepala bayi
(Endozien, 2013)
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
A. Data Subjektif
1. Biodata Ibu Suami
Nama : Ny. E Tn. H
Umur : 37 Tahun 38 Tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Suku/Bangsa : Jawa /Indonesia Lampung / Indonesia
Alamat : Jl. Pelangi II Jl. Pelangi II
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin melahirkan dan perutnya terasa mules, nyeri
pinggang menjalar ke perut bagian bawah dan keluar lendir
bercampur darah dari kemaluannya sejak pukul 02.00 Wib.
23
3. Riwayat Kesehatan
Sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang menderita
penyakit jantung, hipertensi, DM, asma
Lalu : Ibu mengatakan tidak sedang menderita
penyakit jantung, hipertensi, DM, asma
Keluarga : Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada
yang menderita penyakit DM, jantung, asma,
TBC dan tidak ada riwayat keturunan kembar.
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 Tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 4-6 hari
Banyaknya : 2x ganti pembalut
Gangguan : Tidak ada
HPHT : 10-04-2010
TP : 17-01-2011
UH : 40 minggu
5. Riwayat Perkawinan
Status : Kawin syah
Suami ke : 1 (satu)
Jumlah Anak : 3 (tiga)
24
Trimester II : ANC 2x, penolong : bidan, tempat : BPS, TT1,
1x, keluhan tidak ada
Trimester III : ANC 2x, penolong : bidan, tempat : BPS, TT2,
1x, keluhan tidak ada
7. Riwayat Kontrasepsi
Alkon yang pernah digunakan : KB Suntik
Lama pemakaian : 2 Tahun
Gangguan : Tidak ada
Rencana alkon : KB suntik
4 I N I
25
10. Riwayat Psiko, Sosial, Spritual
Psiko : Ibu mengatakan ibu, suami dan keluarga sangat
mengharapkan kelahiran bayinya.
Sosial : Ibu mengatakan hubungan ibu dengan suami,
keluarga dan masyarakat baik
Spiritual : Ibu mengatakan menjalankan ibadahnya sesuai
dengan kayakinannya masing-masing.
a. Nutrisi
Makan
Frekuensi 3x/hari 1x/hari
Jenis Nasi, ikan, sayur, telur Nasi, ikan, sayur, telur
Porsi 1 piring sedang 1 piring
Keluhan
Tidak ada Tidak ada
Minum
Jenis
Air putih + susu Air putih + teh
Jumlah
7-9 gls/hari 2 gls/hari
Keluhan
Tidak ada Tidak ada
b. Eliminasi
BAK
Frekuensi 3-5x/hari 1x
Keluhan Tidak ada Tidak ada
BAB
Frekuensi
1x/hari 1x/hari
Konsistensi
Lembek Lembek
Keluhan
Tidak ada Tidak ada
26
c. Istirahat tidur
d. Personal Hygine
Mandi 2 x/hari 2 x/hari
Keramas 3 x/hari 3 x/hari
Gosok gigi 2 x/hari 2 x/hari
Ganti pakaian dalam 2x/hari jika lembab 2x/hari jika lembab
e. Akltivitas seks
Frekuensi 3 x/minggu 1x/minggu
Keluhan Tidak ada Tidak ada
f. Aktivitas sehari-hari
Jenis
Keluhan IRT IRT
Tidak ada Tidak ada
B. Daya Objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : CM
TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit
Pols : 80 x/ menit
Lila : 24 cm
BB : 56 Kg
27
TB : 158 cm
Suhu : 36,50 C
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih, warna rambut hitam, distribusi merata,
kerontokan tidak ada, nyeri tekan dan benjolan
tidak ada, kelainan tidak ada
Muka : Bersih, warna tidak pucat, cloasmagravidarum ada,
oedema tidak ada, kelainan tidak ada
Mata : Simetris, bersih, conjungtiva an anemis, sklera an
ikterik, reaksi pupil (+), kelainan tidak ada
Hidung : Bersih, polip tidak ada, pengeluaran cairan tidak
ada, kelainan tidak ada
Mulut : Bersih, bibir lembab, sariawan dan caries tidak
ada, radang tonsil tidak ada, stomatitis tidak ada,
kelainan tidak ada
Telinga : Simetris, bersih, pengeluaran cairan/ serumen tidak
ada, pendengaran baik, kelainan tidak ada
Leher : Bersih, pembesaran vena jugularis, kelenjar tyroid
tidak ada, kelainan tidak ada
Payudara : Simetris, bersih, papila mamae menonjol, areola
mamae hyperpigmentasi, nodule axilla tidak ada,
colostrum ada, kelainan tidak ada
Abdomen : Bersih, bekas operasi tidak ada, pembesaran tidak
sesuai dengan UH, linea alba dan striae
gravidarum ada, kelainan tidak ada
Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari dibawah Px (33 cm), pada fundus
teraba bulat, keras dan melenting
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba panjang, datar dan
ada tahanan seperti papan.
28
Bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil
janin.
Leopold III : Bagian terendah perut ibu teraba bundar, lunak dan
tidak melenting.
Leopold IV : divergen
Auskultasi
DJJ : (+)
PM : 3 jari diatas pusat sebelah kanan perut ibu
Sifat : Kuat dan teratur
Frekuensi : 120x/menit
TBJ : 33-12 x 155 = 3255
His : 3x dalam 10 menit lamanya 40-45 detik
Genitalia : Varises dan oedema tidak ada, pengeluaran lendir
bercampur darah ada, flour albus tidak ada,
kelainan tidak ada.
PD : Jam 08.00 Wib
Portio tidak teraba lagi, pendataran servik 100 %,
pembukaan 10 cm, ketuban (-), warna air ketuban
jernih, jumlah ± 50 cc, presentasi bokong,
penunjuk os sakrum, penurunan di hodge 4.
Ekstremitas :
- Atas : Simetris, bersih, oedema tidak ada, ujung jari kuku
tidak pucat, kelainan tidak ada
- Bawah : Simetris, bersih, varises dan oedema tidak ada,
ujung jari kuku tidak pucat, kelainan tidak ada
29
II. Interpretasi Data
1. Diagnosa
Ny. E, umur 37 tahun, G4P3A0, UH 40 minggu, janin tunggal hidup intra
uteri, presentasi bokong, jalan lahir baik, KU ibu dan janin baik dengan
inpartu kala II.
DS : Ibu mengatakan ingin melahirkan dan perutnya terasa
mules, nyeri pinggang menjalar ke perut bagian bawah dan
keluar lendir bercampur darah dari kemaluannya sejak
pukul 02.00 Wib
DO : KU : Baik
Kesadaran : CM
TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit
Pols : 80 x/ menit
Lila : 24 cm
BB : 56 Kg
TB : 158 cm
Suhu : 36,50 C
Leopold I : TFU 3 jari dibawah Px (33 cm), pada
fundus teraba bulat, keras dan melenting
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba panjang,
datar dan ada tahanan seperti papan.
Bagian kiri perut ibu teraba bagian
kecil-kecil janin.
Leopold III : Bagian terendah perut ibu teraba
bundar, lunak dan tidak melenting.
Leopold IV : divergen
DJJ : (+)
PM : 3 jari diatas pusat sebelah kanan perut
ibu
30
Sifat : Kuat dan teratur
Frekuensi : 120x/menit
TBJ : 33-12 x 155 = 3255
His : 3x dalam 10 menit lamanya 40-45 detik
Genitalia : Varises dan oedema tidak ada,
pengeluaran lendir bercampur darah
ada, flour albus tidak ada, kelainan
tidak ada
PD : Jam 08.00 Wib
Portio tidak teraba lagi, pendataran
servik 100 %, pembukaan 10 cm,
ketuban (-), warna air ketuban jernih,
jumlah ± 50 cc, presentasi
2. Masalah
Kelainan letak
3. Kebutuhan
Penkes tentang persalinan sungsang
Support mental
Pemenuhan nutrisi.
V. Intervensi
1. Jelaskan pada ibu ibu bahwa ibu akan segera melahirkan
31
2. Atur posisi ibu
3. Anjurkan pada keluarga untuk mendampingi ibu pada saat bersalin
4. Dekatkan partus set
5. Lakukan pertolongan persalinan sungsang.
VI. Implementasi
1. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu akan segera melahirkan
2. Mengatur posisi ibu dalam posisi litotomi dan bokong ibu berada di
ujung tempat tidur
3. Menganjurkan pada keluarga untuk mendampingi ibu agar memberi
support mental pada ibu
4. Mendekatkan alat-alat partus set dan cunam dan pasang alas bokong
5. Melakukan pertolongan persalinan sungsang yaitu melahirkan bayi
dengan cara bracht Setelah bokong membuka vulva suntikkan oksitosin
2-5 unit IM, segera setelah bokong lahir bokong dicekam secara bracht
dengan ibu jari berada di sepanjang paha dan ke empat jari berada di
krista iliaka, setelah adanya his ibu dipimpin mengedan, setelah TP lahir
regangkan. Setelah angulus scapula inferior berada di bawah simpisis
suruh asisten melakukan ekspresi kristeller, ikuti gaya berat janin
sehingga punggung janin mendekati perut ibu. Lakukan hiperlordosis
sehingga lahirlah berturut-turut mulai dari dagu, mulut, hidung, mata dan
lahirlah kepala secara keseluruhan. sedangkan dengan melahirkan
dengan cara klasik yaitu mengeluarkan bahu belakang terlebih dahulu
yaitu pergelengan kaki dipegang dengan tangan kanan kemudian tangan
kiri menelusuri skapula, humerus, fosa cubiti, tangan menjadi bidai
seolah-olah bayi mengusap muka, maka lahirlah bahu belakang dan
untuk melahirkan bahu depan pegang pergelangan kaki janin dengan
tangan kiri kemudian curam kebawah dan tangan kanan menelusuri
skapula, humerus, fosa cubiti, tangan menjadi bidai seolah-olah bayi
mengusap muka, sehingga lahirlah kedua bahu atau punggung bayi.
32
Sedangkan cara Muller mengeluarkan bahu depan, pegang secara femero
pelvik tarik curam kebawah kaitkan tangan kita untuk melahirkan bahu
depan, elevasikan keatas maka lahir juga bahu belakang.
Cara Lovset Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang
kepala setelah bokong dan kaki lahir bayi dengan kedua tangan memutar
bayi 180 derajat dengan lengan bayi yang terjungkit kearah penunjuk jari
tangan yang nuchal dan memutar kembali 180 derajat kearah yang
berlawanan kearah kiri/kanan beberapa kali hingga kedua bahu dan
lengan lahir.
Mouricceu yaitu melahirkan kepala. Janin seperti menunggang kuda, jari
tengah masuk kedalam mulut bayi dan jari manis dan telunjuk berada di
maksila, sedangkan tangan kiri berada di tengkuk, tarik curam kebawah
setelah suboksiput berada di bawah simpisis lakukan hiperlordosis.
Lahirlah kepala secara keseluruhan.
Ekstraksi kaki dilakukan apabila kala II tidak maju atau terjadi gawat
pada ibu dan mengharuskan bayi segera dilahirkan, caranya tangan kiri
membuka vulva dan tangan kanan masuk secara obstetric menelusuri
bokong pangkal paha sampai lutut kemudian melakukan abduksi, fleksi
dan menuntut kaki bayi hingga keluar vagina sampai lutut, kedua tangan
penolong memegang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di
depan betis, kaki curam kebawah sampai pangkal paha lahir, pegangan
kita pindahkan setinggi mungkin lalu curam kebawah sampai trokanter
lahir, setelah trokanter lahir untuk melahirkan trokanter belakang, kita
elevasikan keatas apabila trokanter lahir maka bokong lahir dan untuk
melahirkan punggung kita lakukan dengan cara klasik atau muller.
Sedangkan ekstraksi bokong yaitu dengan cara jari telunjuk penolong
yang searah bagian kecil janin dimasukkan kedalam jalan lahir 2 jari
kemudian diletakkan di paha bagian depan dengan jari ini lipat paha atau
krista illiaka dikait dan ditarik curam kebawah. Untuk memperkuat
tenaga tarikan ini maka tangan lain penolong mencekam pergelangan
tadi dan turut menarik curam kebawah, bila dengan tarikan trokhantor
depan mulai tampak dibawah simfisis, maka jari telunjuk penolong lain
33
mengkait lipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir,
setelah bokong lahir bayi dilahirkan secara klasik atau Muller dan untuk
mengeluarkan kepala dengan Marriceau, jika Marriceau kepala tidak
dapat lahir, maka kita lakukan dengan cara cunam piper yaitu dengan
cara tangan dan badan bayi dibungkus kain steril, diangkat keatas,
cunam piper dipasang melintang terhadap panggul dan kepala kemudian
ditarik curam kebawah dan keatas, maka lahirlah bayi seluruhnya pukul
08.30 Wib.
Nilai dan keringkan bayi. Lalu selimuti.
Melakukan palpasi, untuk mengetahui apakah ada bayi ke-2/ tidak, jika
tidak ada suntikkan oksitosin kemudian lakukan pemotongan dan
pengikatan tali pusat.
Lakukan Inisiasi Menyusui Dini atau skint to skint kepada ibunya.
VII Evaluasi
1. Bayi lahir spontan, jam 08.30 Wib, BB 2600 gram, PB 53 cm, LK 34
cm, LD 33 cm, JK ♀
2. Tali pusat sudah dipotong
3. KU ibu dan bayinya baik
4. Tanda-tanda pelepasan plasenta sudah ada yaitu tali pusat memanjang,
uterus membulat, keluar darah sekonyong-konyong.
34
Ny. E, umur 37 tahun, P4A0, KU ibu baik dengan Inpartu Kala III.
DS : Ibu mengatakan masih merasa mules pada perutnya
DO : KU baik, kontraksi uterus baik, TP memanjang, keluar darah
secara tiba-tiba dan uterus membulat.
b. Masalah
Tidak ada.
c. Kebutuhan
Manajemen Aktif Kala III
V. Intervensi
a. Lakukan PTT
b. Melahirkan plasenta
c. Lakukan masase fundus
d. Cek kelengkapan plasenta
e. Periksa adanya laserasi jalan lahir dan periksa kelengkapan plasenta.
VI Implementasi
a. Lihat tanda pelepasan plasenta bila TP memanjang dan keluar darah
sekonyong-konyong, maka lahirkan plasenta dengan cara melakukan
PTT dengan cara pindahkan klem dengan jarak 5-10 cm depan vulva.
Jika plasenta masuk ke dalam berarti plasenta belum lepas, tapi jika
plasenta diam dan memanjang berarti plsenta sudah lepas.
35
b. Melahirkan plasenta yaitu regangkan TP dengan tangan kanan, sementara
tangan kiri berada di supra simpisis secara dorsocranial, tarik curam
kebawah, keatas dan sejajar lantai setelah nampak di vulva cengkram
dengan kedua tangan. Putar searah jarum jam, plasenta lahir lengkap dan
spontan.
c. Melakukan masase fundus dan mengajarkan pada ibu cara menilai
kontraksi dan masase bila uterus membulat dan keras berarti kontraksi
baik dan masase dengan menggunakan 3 jari dengan gerakan melingkar
d. Mengecek kelengkapan plasenta dan keutuhan plasenta
e. Mengecek laserasi jalan lahir untuk mengetahui ada atau tidaknya
robekan.
VII. Evaluasi
a. Ibu mengatakan merasa lega karena proses persalinan berjalan lancar.
b. KU ibu baik dengan TD : 110/70 mmHg, Pols 80x/menit, RR 20x/menit,
temp 360c, kontraksi baik, perdarahan ± 200 cc, blass kosong.
c. TFU 2 jari bawah pusat, plasenta lahir lengkap dan selaput ketuban utuh,
panjang TP ± 45 cm, kotiledon lengkap, diameter 16 cm, tebal 2 cm
d. Keadaan jalan lahir baik, tidak ada robekan jalan lahir.
36
DO : KU ibu baik, kes : CM, TD 110/70 mmHg, Pols : 80x/menit,
RR : 20x/menit, S : 36,40C. TFU 3 jari dibawah pusat, bulat
keras, blass kosong, perdarahan 50 cc.
2. Masalah
Tidak ada
3. Kebutuhan
Pengawasan Kala IV
V. Intervensi
1. Observasi TTV, perdarahan, kontraksi uterus, TFU dan blass
2. Bersihkan ibu, kenakan pakaian ibu
3. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi
4. Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup
5. Anjurkan pada ibu untuk melakukan inisiasi dini
6. Ajarkan perawatan TP dan menilai kontraksi yang baik.
7. Beritahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas
8. Beritahu ibu tanda-tanda bahaya pada bayi
9. Anjurkan pada ibu untuk bonding attachment
10. Anjurkan pada ibu untuk mobilisasi 2 jam kemudian
11. Jelaskan pada ibu KB pasca persalinan
12. Anjurkan pada ibu untuk imunisasi anaknya
13. Lengkapi partograf dan dokumentasi.
37
VI. Implementasi
1. Mengobservasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus, blass dan perdarahan
setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua
2. Membersihkan ibu dari darah, cairan ketuban kemudian mengenakan
pakaian ibu dengan pakaian kering dan bersih serta membersihkan
tempat tidur dan alat untuk menghindari kuman dan menjaga
kenyamanan ibu
3. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
yang mengandung karbohidrat seperti nasi, sayur-sayuran hijau, ikan,
telur, tempe dan lain-lain agar tenaga ibu pulih kembali
4. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup agar tenaga yang
terpakai pada saat proses persalinan dapat kembali pulih
5. Menganjurkan untuk inisiasi dini yaitu menyusui bayinya sesegera dan
sesering mungkin untuk merangsang produksi ASI dan merangsang
involusi uterus.
6. Mengajarkan pada ibu perawatan tali pusat dengan menggunakan kassa
steril yang kering dan mengajarkan ibu untuk menilai kontraksi yang baik
dan apabila uterus terasa lembek ibu harus menghubungi bidan.
7. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu merasakan nyeri
kepala yang hebat, penglihatan berkunang-kunang, suhu tubuh
meningkat, perdarahan lebih dari normalah atau berdarah.
8. Memberitahu kepada ibu tanda-tanda bahaya pada bayi seperti ikterik,
kebiruan, bayi rewel, hipotermi, malas menyusui, dan TP tampak merah
9. Menganjurkan pada ibu untuk bonding attachment dengan skin to skin
agar terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi
10. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan mobilisasi dini 2 jam kemudian
yaitu dengan cara miring ke kiri dan kanan
11. Menjelaskan pada ibu tentang KB pasca persalinan yaitu KB yang
mantap misalnya AKDR/AKBK agar tidak terjadi/guna menjarakkan
kelahiran pada anak berikutnya
38
12. Menganjurkan pada ibu untuk mengimunisasikan anaknya agar kebal dari
penyakit
13. Melengkapi partograf dan melakukan dokumentasi.
VII. Evaluasi
1. KU ibu baik, kes : CM, TD 110/70 mmHg, Pols : 80x/menit, RR :
20x/menit, S : 36,40C. TFU 3 jari dibawah pusat, bulat keras, blass
kosong, perdarahan dalam batas normal, kontraksi uterus baik selama 2
jam PP
2. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan ditandai dengan ibu mampu
mengulangi kembali 8 dari 13 penjelasan yang diberikan oleh bidan.
39
BAB IV
PEMBAHASAN
40
cara melakukan PTT dengan cara pindahkan klem dengan jarak 5-10 cm depan
vulva. Jika plasenta masuk ke dalam berarti plasenta belum lepas, tapi jika
plasenta diam dan memanjang berarti plsenta sudah lepas
Kala III Ibu mengatakan merasa lega karena proses persalinan berjalan
lancar.KU ibu baik dengan TD : 110/70 mmHg, Pols 80x/menit, RR 20x/menit,
temp 360c, kontraksi baik, perdarahan ± 200 cc, blass kosong.
plasenta lahir lengkap dan selaput ketuban utuh, panjang TP ± 45 cm,
kotiledon lengkap, diameter 16 cm, tebal 2 cm
Kala IV pada Ny ‘ E “ ibu baik, kes : CM, TD 110/70 mmHg, Pols :
80x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,40C. TFU 3 jari dibawah pusat, bulat keras,
blass kosong, perdarahan 50 cc.
Berdasarkan kasus diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek karena dalam pelaksanaan penanganan kasus tersebut sudah dilakukan
sesuai dengan teori mengenai Bayi Lahir Sungsang.
41
BAB V
KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
1. Bagi Pasien atau Masyarakat
Diharapkan dapat menambah pengetahuan pasien dan masyarakat umumnya
dalam perawatan ibu bersalin dan pasien atau masnyarakat dapat mengenali
tanda-tanda bahaya dan resiko terhadap persalinan
42
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang diperoleh dari
lahan pendidikan kepada pasien secara langsung sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan.
43
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57214/Chapter%20II.pdf;j
sessionid=807476DC449C1AA496EECD9C0969DA2F?sequence=4
diakses 15 februari 2018 pukul 18.40
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/R0313008_bab2.pdf
diakses pada 15 februari 2018 pukul 19.30
44