Anda di halaman 1dari 39

REFERAT

PERSALINAN SUNGSANG

Oleh:

Salma Nurul, S. Ked 18309123

Pembimbing:

dr. Setyo Teguh Waluyo, Sp.OG

BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM/RSUD ULIN


BANJARMASIN

Februari, 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 5
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 38

2
BAB I
PENDAHULUAN

Presentasi bokong (Sungsang) didefinisikan bila janin dalam posisi

membujur dengan bokong berada di uterus bagian bawah sedangkan kepala di

bagian atas. Insidens antara 3-4% dari seluruh proses persalinan dari seluruh

dunia. Prosentase persalinan sungsang menurun sesuai dengan usia kehamilan dari

22-25% pada usia 28 minggu menjadi 7-15% pada usia 32 minggu dan 3-4% pada

kehamilan aterm.1

Faktor predisposisi terjadinya presentasi bokong adalah antara lain:

Prematuritas, kelainan bentuk uterus, mioma uteri, polihidramnion, anomali janin

dan kehamilan kembar (gemelli). Kematian perinatal meningkat 2-4 kali pada

persalinan sungsang tidak tergantung dari cara persalinan pervaginam maupun

seksio sesarea. Kematian paling sering terjadi berhubungan dengan malformasi,

prematuritas dan kematian intra uterine.4

Pertolongan persalinan sungsang masih menjadi diskusi yang menarik,

karena ada yang berpendapat bahwa operasi seksio sesarea merupakan cara

terbaik untuk melahirkan sungsang sedangkan pendapat lain percaya bahwa

melahirkan pervaginam masih menjadi pilihan pertama yang dilakukan. Dari

beberapa penelitian melaporkan bahwa kematian perinatal pada persalinan

sungsang secara pervaginam lebih tinggi dibanding persalinan melalui seksio

sesarea.1,2,3

3
Namun pada penelitian lain melaporkan bahwa pemilihan operasi seksio

sesarea pada letak sungsang tidak selalu menjamin bahwa bayi yang dilahirkan

akan selalu baik sedangkan di sisi lain risiko dan komplikasi seksio sesarea

teradap ibu lebih tinggi dibanding persalinan pervaginam. Sehingga dalam

pemilihan tindakan persalinan pada letak sungsang mesti dipertimbangkan secara

bijaksana. Komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarga dibutuhkan untuk

pengambilan keputusan apakah dilakukan persalinan pervaginam atau seksio

sesarea.1,2,3

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Letak sungsang adalah suatu keadaan dimana posisi janin memanjang

(membujur) dalam rahim dengan kepala berada pada bagian atas rahim (fundus

uteri) dan bokong berada dibagian bawah ibu.5

B. ETIOLOGI

Faktor –faktor yang berpengaruh terjadinya presentasi bokong adalah:6,7,8

1. Polihidramnion

Polihidramnion adalah akumulasi cairan ketuban yang berlebihan (AFI

>25 cm). Gejala polihidramnion ringan umumnya tidak menyebabkan

apapun, namun pada kondisi berat akan menyebabkan gejala yaitu salah

satunya malposisi janin (sungsang).11

2. Multiparitas

Paritas juga merupakan faktor risiko terjadinya persalinan sungsang.

Semakin tinggi paritas yang pernah dialami ibu hamil semakin tinggi pula

risiko terjadinya persalinan sungsang. Hal ini berhubungan dengan

teregangnya dinding abdomen secara berlebihan karena riwayat

multiparitas pada ibu bersalin. Namun, berdasarkan penelitian Firdaus

dkk, tidak ada hubungan antara usia dan paritas terhadap kejadian

sungsang di RSUD Ulin Banjarmasin pada tahun 2013.12

5
3. Oligohidramnion

Berdasarkan penelitian Hikmaratmika tahun 2010, terdapat hubungan

oligohidramnion dengan persalinan letak sungsang. Hal ini dikarenakan,

pada kehamilan trimester ketiga janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air

ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat

lebih besar dibandingkan kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati

ruangan yang lebih besar di fundus uteri, sedangkan kepala berada di

segmen bawah uterus. Namun, karena etilogi sekunder, misalnya

oligohidramnion sehingga janin posisi letak sungsang.13

4. Kelainan bawaan janin

Beberapa kelainan bawaan menyebabkan posisi sungsang dalam rahim,

seperti hidrocefalus dengan prevalensi 24-37% penyebab dari posisi

sungsang, anensefali 6-18%, dan prematuritas hampir 40%.14

5. Anomali uterus, Tumor pelvis

Anomali uterus dan tumor di pelvis akan menyebabkan penyempitan

dibagian uterus sehingga posisi janin bisa malposisi. Anomali uterus

seperti uterus arcuatus, bicornus, didelphys, septus dapat menyebabkan

posisi sungsang.14

6. Plasenta previa

Plasenta previa merupakan kondisi dimana plasenta menutupi jalan lahir,

sehingga uterus semakin sempit dan janin akan mencari posisi yang lebih

luas. Hampir 12.5% plasenta previa menyembakan kelahiran sungsang.14

6
C. KLASIFIKASI

Ada 3 klasifikasi utama pada presentasi bokong, yaitu: 6,7,8

1. Frank breech (bokong murni) apabila bagian bawah janin adalah bokong

saja tanpa disertai lutut atau kaki. Terjadi ketika kedua paha janin fleksi

dan ekstremitas bawah ekstensi.

2. Complete breech (bokong-kaki) apabila bagian bawah janin adalah bokong

lengkap disertai kedua paha yang tertekuk atau kedua lutut tertekuk

(duduk dalam posisi jongkok).

3. Footling (presentasi kaki) apabila bagian bawah janin adalah kaki atau

paha. Bisa satu kaki atau kedua kaki, bisa kaki dan paha atau kedua lutut.

Pada saat aterm 65% adalah Frank breech, 25% complete breech dan 10%

footling.8

Gambar 1. Klasifikasi presentasi bokong4

7
D. DIAGNOSIS

Pada pemeriksaan luar:4

- Pemeriksaan Leopold: Di bagian bawah uterus teraba besar bulat lunak,

dan tidak mudah digerakkan. Di bagian fundus teraba bagian besar, bulat,

keras.

- Denyut jantung janin umumnya ditemukan setinggi atau sedikit di atas

umbilikus.

- Pemeriksaan USG

Pada pemeriksaan dalam: 4

- Setelah ketuban pecah, dapat diraba adanya bokong yang ditandai adanya

sacrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus.

- Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki

terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya

tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama

dengan panjang telapak tangan.

- Untuk membedakan bokong dan muka, jari yang dimasukkan ke dalam

mulut akan meraba tulang rahang.

- Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di

samping bokong, sedangkan pada presntasi bokong kaki tidak sempurna,

hanya teraba satu kaki di samping bokong.

8
E. PROGNOSIS

1. Prognosa terhadap anak

Kematian bayi mencapai 30% karena faktor-faktor sebagai berikut: 4

- Prematuritas

- Penyebab sungsang sendiri (CPD, panggul sempit, placenta previa)

- Hypoxia (terjadi bila tali pusat tertekan badan dan kepala janin lebih dari 8

menit)

- Perdarahan otak karena kompresi kepala terlalu cepat

- Gangguan dalam persalinan, misal tangan menjungkit, after coming head

- Akibat tindakan penolong, misalnya fraktur humerus, kerusakan saraf

leher, plexus brachialis

2. Prognosa terhadap ibu

- Laserasi cervix karena pembukaan tak bisa sempurna (terutama letak kaki,

lutut)

- Infeksi karena manipulasi tangan penolong yang masuk ke dalam vagina

- Perdarahan post partum karena laserasi jalan lahir

F. PENGELOLAAN DAN MANAJEMEN

Dalam memilih metode pertolongan persalinan pada letak sungsang

apakah akan dilakukan operasi seksio sesarea atau akan dilakukan persalinan

normal pervaginam diperlukan beberapa pertimbangan. Tidak semua letak

sungsang dilakukan operasi seksio sesarea karena proses persalinan pervaginam

juga masih aman dengan perencanaan yang baik dan dilakukan oleh petugas yang

9
kompeten dan terlatih. Seorang bidan dan dokter umum harus mendapatkan

pelatihan agar dapat melakukan pertolongan persalinan pada letak sungsang,

terutama bila menghadapai kasus pasien letak sungsang dengan inpartu kala II

yang datang ke IGD sebuah rumah sakit. 4

Pengelolaan pasien dengan letak sungsang dibagi menjadi dua, yaitu: 4

- Sebelum inpartu

- Setelah Inpartu

1. Sebelum Inpartu bisa dilakukan Versi luar (ECV/External Cephalic

Version)

Bila syarat-syarat memenuhi dan tidak ada kontra indikasi maka pada

pasien dengan letak sungsang dilakukan tindakan Versi luar/ECV untuk merubah

posisi presentasi bokong menjadi presentasi kepala, sehingga prognosis persalinan

menjadi lebih baik.

VERSI LUAR

Pengertian:

Versi luar adalah tindakan untuk merubah letak anak yang dikerjakan

dengan dua tangan dari luar, dan dipergunakan untuk mengubah presentasi

bokong menjadi presentasi kepala, atau mengubah letak lintang menjadi

presentasi bokong atau presentasi kepala. Bila berhasil melakukan Versi luar

maka insidens dilakukan seksio sesarea menjadi berkurang. 4

Sebelum in partu, usahakan melakukan versi luar apabila syarat dipenuhi,

yaitu:15

• Pembukaan serviks masih kurang dari 3 cm

10
• Usia kehamilan ≥ 37 minggu

• Ketuban intak dan air ketuban cukup

•Tidak ada komplikasi / kontraindikasi (IUGR, perdarahan, bekas seksio, kelainan

janin, kehamilan kembar, hipertensi)

• Persalinan pervaginam masih mungkin dilakukan

 Kaji ulang indikasi. Jangan lakukan prosedur ini sebelum kehamilan 37

minggu atau jika fasilitas untuk seksio sesarea darurat tidak tersedia.

 Baringkan ibu dalam posisi telentang.

 Kaki dibengkokkan pada lutut dan pangkal paha supaya dinding perut kendur

 Lakukan pemeriksaan denyut jantung janin sebelum tindakan. Jika <100

kali/menit atau >180 kali/menit jangan lakukan versi luar.

11
 Palpasi abdomen kembali untuk memastikan letak, peresentasi, posisi kepala,

punggung, dan bokong janin

 Bebaskan/angkat bagian terendah janin dari pintu atas panggul pelan-pelan

seperti gambar berikut.

 Pegang dan dekatkan kepala dan bokong janin kemudian lakukan rotasi/

pemutaran janin agar janin menjadi presentasi kepala

 Jika versi luar berhasil:

o Baringkan ibu selama 15 menit.

o Jelaskan agar kembali bila terjadi

perdarahan, sakit, atau ibu merasa

presentasi janin seperti semula.

 Jika versi luar gagal, hentikan tindakan.

Perhatian:15

Dengarkan denyut jantung janin setiap melakukan versi luar. Jika denyut jantung

janin abnormal:

• Tatalaksana gawat janin

• Evaluasi ulang setiap 15 menit

• Jika denyut jantung janin tidak stabil dalam 30 menit selanjutnya, lakukan

persalinan dengan seksio sesarea

12
Hati-hati terhadap komplikasi:15

• Solusio plasenta

• Gawat janin

• Ketuban pecah

Keberhasilan Versi luar

Secara umum dilaporkan keberhasilan tindakan versi luar adalah sekitar

60% dengan rincian 33%-50% pada nullipara dan 45%-75% pada multipara. Dari

penelitian yang dilakukan oleh Kasam Mahomed dkk dari sekitar 147 wanita yang

dilakukan Versi luar sebanyak 79 (53%) berhasil dan dari jumlah tersebut 34%

adalah nullipara dan 69% adalah multipara. Beberapa penelitian lain dilaporkan di

banyak negara keberhasilan Versi luar adalah sekitar 54%.9,10

ECV dapat menurunkan insidensi presentasi sungsang dan menurunkan

tindakan seksio sesarea. RCOG dan ACOG menyebutkan penggunaan ECV

merupakan pilihan untuk menurunkan tindakan SC atas indikasi letak sungsang.

ECV merupakan tindakan yang aman dan jarang sekali berkomplikasi. Walaupun

ada laporan kasus yang melaporkan kejadian solusio plasenta, rupture uterine dan

perdarahan fetomaternal. 16

2. Setelah masuk Inpartu: 17

Cara pertolongan partus sungsang:

a. Perasat Bracht

b. Partial Extraction / Manual Aid:

13
1). Melahirkan bahu dengan cara/teknik:

 Muller

 Klasik

 Lovseet

2). Melahirkan kepala dengan cara/teknik:

 Mauriceau

c. Full Extraction (dilakukan hanya bila ada indikasi mengakhiri persalinan

atau memperingan kala II):

1). Ekstraksi bokong

2). Ekstraksi kaki

PERASAT BRACHT

Tehnik pertolongan sungsang spontan pervaginam (perasat Bracht) 17

1. Pertolongan dimulai setelah bokong nampak di vulva dengan penampang

sekitar 5 cm.

2. Suntikkan 5 unit oksitosin i.m dengan tujuan bahwa dengan 1–2 his berikutnya

fase cepat dalam persalinan sungsang spontan pervaginam akan terselesaikan.

3. Dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh kain setengah basah, bokong

janin dipegang sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada pada

bagian belakang pangkal paha dan empat jari-jari lain berada pada bokong janin

(gambar 1)

4. Pada saat ibu meneran, dilakukan gerakan mengarahkan punggung anak ke

perut ibu (gerak hiperlordosis) sampai kedua kaki anak lahir.

14
5. Setelah kaki lahir, pegangan dirubah sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari

sekarang berada pada lipatan paha bagian belakang dan ke empat jari-jari berada

pada pinggang janin (gambar 2)

6. Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan hiperlordosis dilanjutkan (gerak

mendekatkan bokong anak pada perut ibu) sedikit kearah kiri atau kearah kanan

sesuai dengan posisi punggung anak.

7. Gerakan hiperlordosis tersebut terus dilakukan sampai akhirnya lahir mulut

hidung-dahi dan seluruh kepala anak.

8. Pada saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan suprasimfisis searah

jalan lahir dengan tujuan untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin

9. Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan seperti

pada persalinan spontan pervaginam pada presentasi belakang kepala.

15
Prognosis17

1. Prognosis lebih buruk dibandingkan persalinan pada presentasi belakang

kepala.

2. Prognosa lebih buruk oleh karena:

3. Perkiraan besar anak sulit ditentukan sehingga sulit diantisipasi terjadinya

peristiwa “after coming head”.

4. Kemungkinan ruptura perinei totalis lebih sering terjadi.

Sebab kematian anak: 17

1. Talipusat terjepit saat fase cepat.

2. Perdarahan intrakranial akibat dekompresi mendadak waktu melahirkan kepala

anak pada fase lambat kedua.

3. Trauma collumna vertebralis.

4. Prolapsus talipusat.

16
EKSTRAKSI PARSIAL PADA PERSALINAN SUNGSANG

PERVAGINAM = manual aid 17

Terdiri dari 3 tahapan: 17

1. Bokong sampai umbilikus lahir secara spontan (pada frank breech).

2. Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.

3. Persalinan kepala dibantu oleh penolong.

PERSALINAN BAHU DAN LENGAN17

1. Pada panggul anak sedemikian rupa sehingga ibu jari penolong berdampingan

pada os sacrum dengan kedua jari telunjuk pada krista iliaka anterior superior; ibu

jari pada sakrum sedangkan jari-jari lain berada didepan pangkal paha (gambar 3)

2. Dilakukan traksi curam kebawah sampai menemui rintangan (hambatan) jalan

lahir.

3. Selanjutnya bahu dapat dilahirkan dengan menggunakan salah satu dari cara

cara berikut:

a. Lovset.

b. Klasik.

17
c. Müller.

1. Persalinan Bahu Dengan Cara LOVSET. 17

Prinsip:

Memutar badan janin setengah lingkaran (1800) searah dan berlawanan

arah jarum jam sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu yang

semula dibelakang akan lahir didepan (dibawah simfsis). Hal tersebut dapat terjadi

oleh karena:

1) Adanya inklinasi panggul (sudut antara pintu atas panggul dengan sumbu

panggul)

2) Adanya lengkungan jalan lahir dimana dinding sebelah depan lebih panjang

dibanding lengkungan dinding sacrum disebelah belakang. Sehingga setiap saat

bahu posterior akan berada pada posisi lebih rendah dibandingkan posisi bahu

anterior

Keuntungan persalinan bahu dengan cara Lovset: 17

1. Tehnik sederhana.

2. Hampir selalu dapat dikerjakan tanpa melihat posisi lengan janin.

3. Kemungkinan infeksi intrauterin minimal.

18
Tehnik:

2. Persalinan Bahu Dengan Cara KLASIK17

a. Disebut pula sebagai tehnik DEVENTER.

b. Melahirkan lengan belakang dahulu dan kemudian melahirkan lengan

depan dibawah simfisis.

c. Dipilih bila bahu tersangkut di pintu atas panggul.

19
Prinsip:

Melahirkan lengan belakang lebih dulu (oleh karena ruangan panggul

sebelah belakang/sacrum relatif lebih luas didepan ruang panggul sebelah depan)

dan kemudian melahirkan lengan depan dibawah arcus pubis

Tehnik:

1) Kedua pergelangan kaki dipegang dengan ujung jari tangan kanan penolong

berada diantara kedua pergelangan kaki anak, kemudian di elevasi sejauh

mungkin dengan gerakan mendekatkan perut anak pada perut ibu.

2) Tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan lahir, jari tengan dan telunjuk

tangan kiri menyelusuri bahu sampai menemukan fosa cubiti dan kemudian

20
dengan gerakan “mengusap muka janin”, lengan posterior bawah bagian anak

dilahirkan.

3) Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diubah.

Dengan tangan kanan penolong, pergelangan kaki janin dipegang dan

sambal dilakukan traksi curam bawah melakukan gerakan seolah “mendekatkan

punggung janin pada punggung ibu” dan kemudian lengan depan dilahirkan

dengan cara yang sama.

Bila dengan cara tersebut pada no 3 diatas lengan depan sulit untuk

dilahirkan, maka lengan tersebut diubah menjadi lengan belakang dengan cara:

 Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicekap dengan kedua tangan

penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong terletak

dipunggung anak dan sejajar dengan sumbu badan janin; sedangkan jarijari

lain didepan dada.

 Dilakukan pemutaran tubuh anak kearah perut dan dada anak sehingga

lengan depan menjadi terletak dibelakang dan dilahirkan dengan cara yang

sudah dijelaskan pada no 2

Keuntungan:

Umumnya selalu dapat dikerjakan pada persalinan bahu

Kerugian:

Masuknya tangan kedalam jalan lahir meningkatkan resiko infeksi

21
3. Persalinan Bahu Dengan Cara MÜELLER

· Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis melalui

ekstraksi; disusul melahirkan lengan belakang di belakang (depan sacrum)

· Dipilih bila bahu tersangkut di Pintu Bawah Panggul

Tehnik pertolongan persalinan bahu cara MüELLER: 17

1. Bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik”.

2. Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh janin

sampai bahu depan lahir (gambar 9) dibawah arcus pubis dan selanjutnya lengan

depan dilahirkan dengan mengait lengan depan bagian bawah.

22
3. Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan tangan

kanan dan dilakukan elevasi serta traksi keatas (gambar 10), traksi dan elevasi

sesuai arah tanda panah) sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila tidak

dapat lahir dengan sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan lengan belakang

anak (inset pada gambar 10)

Keuntungan penggunaan tehnik ini adalah: 17

Oleh karena tangan penolong tidak masuk terlalu jauh kedalam jalan lahir maka

resiko infeksi berkurang.

Melahirkan LENGAN MENUNJUK.

Nuchal Arm

Yang dimaksud dengan keadaan ini adalah bila pada persalinan sungsang,

salah satu lengan anak berada dibelakang leher dan menunjuk kesatu arah tertentu.

Pada situasi seperti ini, persalinan bahu tidak dapat terjadi sebelum lengan yang

bersangkutan dirubah menjadi didepan dada.

23
Bila lengan yang menunjuk adalah lengan posterior: (dekat dengan sakrum)

1. Tubuh janin dicekap sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada

dipunggung anak sejajar dengan sumbu tubuh anak dan jari-jari lain didepan dada.

2. Badan anak diputar 1800 searah dengan menunjuknya lengan yang dibelakang

leher sehingga lengan tersebut akan menjadi berada didepan dada (menjadi lengan

depan).

3. Selanjutnya lengan depan dilahirkan dengan tehnik persalinan bahu cara

KLASIK.

Bila lengan yang menunjuk adalah lengan anterior, (dekat dengan sinfisis) maka:

Penanganan dilakukan dengan cara yang sama, perbedaan terletak pada

cara memegang tubuh anak dimana pada keadaan ini kedua ibu jari penolong

berada didepan dada sementara jari-jari lain dipunggung janin.

Melahirkan LENGAN MENJUNGKIT17

Yang dimaksud dengan lengan menjungkit adalah suatu keadaan dimana

pada persalinan sungsang pervaginam lengan anak lurus disamping kepala.

Keadaan ini menyulitkan terjadinya persalinan spontan pervaginam. Cara terbaik

untuk mengatasi keadaan ini adalah melahirkan lengan anak dengan cara

LOVSET. Bila terjadi kemacetan bahu dan lengan saat melakukan pertolongan

persalinan sungsang secara spontan (Bracht), lakukan pemeriksaan lanjut untuk

memastikan bahwa kemacetan tersebut tidak disebabkan oleh lengan yang

menjungkit.

24
25
PERSALINAN KEPALA17

Pertolongan untuk melahirkan kepala pada presentasi sungsang dapat dilakukan

dengan berbagai cara:

1. Cara MOURICEAU

2. Cara PRAGUE TERBALIK

1. Cara MOURICEAU (Viet – Smellie) 17

a. Dengan tangan penolong yang sesuai dengan arah menghadapnya muka janin,

jari tengah dimasukkan kedalam mulut janin dan jari telunjuk serta jari manis

diletakkan pada fosa canina.

b. Tubuh anak diletakkan diatas lengan anak, seolah anak “menunggang kuda”.

c. Belakang leher anak dicekap diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang

lain.

26
d. Assisten membantu dengan melakukan tekanan pada daerah suprasimfisis

untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin.

e. Traksi curam bawah terutama dilakukan oleh tangan yang dileher.

2. Cara PRAGUE TERBALIK17

Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin

menghadap simfisis. Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan

punggung anak diletakkan diatas telapak tangan tersebut. Tangan penolong lain

memegang pergelangan kaki dan kemudian di elevasi keatas sambil melakukan

traksi pada bahu janin sedemikian rupa sehingga perut anak mendekati perut ibu.

Dengan larynx sebagai hypomochlion kepala anak dilahirkan.

EKSTRAKSI TOTAL PADA PERSALINAN SUNGSANG PERVAGINAM

Persalinan sungsang pervaginam dimana keseluruhan proses persalinan

anak dikerjakan sepenuhnya oleh penolong persalinan.

Jenis ekstraksi total: 17

1. Ekstraksi bokong

27
2. Ekstraksi kaki

EKSTRAKSI BOKONG 17

Tindakan ini dikerjakan pada letak bokong murni dengan bokong yang

sudah berada didasar panggul.

Tehnik:

1. Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak dimasukkan jalan

lahir dan diletakkan pada lipat paha depan anak. Dengan jari tersebut, lipat paha

dikait. Untuk memperkuat kaitan tersebut, tangan lain penolong mencekap

pergelangan tangan yang melakukan kaitan dan ikut melakukan traksi kebawah

(gambar 18 dan 19)

2. Bila dengan traksi tersebut trochanter depan sudah terlihat dibawah arcus pubis,

jari telunjuk tangan lain segera mengait lipat paha belakang dan secara serentak

melakukan traksi lebih lanjut untuk melahirkan bokong (gambar 20)

3. Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik” dan

janin dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan pada ekstraksi bokong

parsialis.

28
EKSTRAKSI KAKI 17

1. Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian kecil

anak dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan tangan lain

membuka labia.

29
2. Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong – pangkal paha

sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian melakukan fleksi dan abduksi

paha janin sehingga sendi lutut menjadi fleksi (gambar 21)

3. Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki janin untuk

mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut diatas (gambar 22)

4. Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara jari ke II dan III

dan dituntun keluar dari vagina (gambar 23)

30
1. Kedua tangan penolong memegang betis anak dengan meletakkan kedua ibu

jari dibelakang betis sejajar dengan sumbu panjangnya dan jari-jari lain didepan

tulang kering. Dengan pegangan ini dilakukan traksi curam bawah pada kaki

sampai pangkal paha lahir

2. Pegangan kini dipindahkan keatas setinggi mungkin dengan kedua ibu jari

dibelakang paha pada sejajar sumbu panjangnya dan jari lain didepan paha.

Dengan pegangan ini pangkal paha ditarik curam bawah sampai trochanter depan

lahir (gambar 24)

3. Kemudian dilakukan traksi curam atas pada pangkal paha untuk melahirkan

trochanter belakang sehingga akhirnya seluruh bokong lahir. (Gambar 25)

31
4. Setelah bokong lahir, dilakukan pegangan femuropelvik dan dilakukan traksi

curam dan selanjutnya untuk menyelesaikan persalinan bahu dan lengan serta

kepala seperti yang dilakukan diatas.

32
33
 Persalinan lama pada presentasi sungsang adalah indikasi seksio sesarea.

 Seksio sesarea lebih aman dan direkomendasikan pada: 15

• Presentasi bokong pada primigravida

• Double footling breech

• Pelvis yang kecil atau malformasi

• Janin yang sangat besar

• Bekas seksio sesarea dengan indikasi CPD

• Kepala yang hiperekstensi atau defleksi

 Persalinan pada presentasi kaki sebaiknya dilahirkan dengan seksio

sesarea. Persalinan pervaginam hanya bila: 15

• Persalinan sudah sedemikian maju dan pembukaan sudah lengkap

• Bayi preterm yang kemungkinan hidupnya kecil

• Bayi kedua pada kehamilan kembar

34
Bila direncanakan dilakukan persalinan pervaginam, ada skoring untuk

memprediksi keberhasilan pada persalinan sungsang yaitu dengan Zatuchni

Andros score.

Tabel 1. Zatuchni Andros4

Keterangan 0 1 2
Paritas Primi Multi
Usia Gestasi ≥ 39 minggu 38 minggu ≤ 37 minggu
TBJ ≥ 3630 3629 - 3176 ≤ 3176
Riwayat pres. Bokong - 1 kali 2 kali
Station -3 -2 -1/lebih rendah
Pembukaan ≤ 2 cm 3 cm ≥4 cm

Bila skor > 4 bisa dipertimbangkan untuk dilakukan partus pervaginam

35
MANAJEMEN PERSALINAN SUNGSANG 4

PRESENTASI BOKONG

Pikirkan kemungkinan dilakukan Versi


Luar.

 Apakah syarat memenuhi ?


 Tidak ada kontra indikasi?

VERSI LUAR  Versi luar tidak memenuhi


BERHASIL syarat
 Versi luar gagal

PARTUS SUNGSANG
PERVAGINAM

Jumlah Skor Zatuchni Andros :


SPONTAN BRACHT
≤ 4 = Seksio sesarea
Partial Extraction 4 = Evaluasi ulang
(Manual aid):
a. Melahirkan >4 = Pervaginam
bahu:
-Perasat Muller
-Perasat Loevset
-Perasat Klasik
b. Melahirkan
kepala:
-Perasat
Mauriceau

Full Extraction:
- EKSTRAKSI BOKONG
- EKSTRAKSI KAKI

36
BAB III

PENUTUP

Meskipun Seksio sesarea adalah pilihan terbaik untuk mengurangi

morbiditas dan mortalitas perinatal pada proses persalinan sungsang, pertolongan

persalinan pervaginam pada letak sungsang masih bisa dilakukan dengan aman

dengan syarat harus memenuhi kriteria tertentu untuk bisa dilakukan dan

perencanaan pengelolaan yang baik dan akurat. Diskusi, konseling dan inform

concent terhadap pasien dan keluarga penting dilaksanakan terkait tindakan yang

akan dilakukan.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Umoh A.V, Abah M.G, Umoiyoho A.J. Breech Presentation-An Overview.


Ibon Medical Journal. 27th May 2015.

2. Y. Berhan, A Haileamlak.The risks of planned vaginal breech delivery versus


planned caesarean section for term breech birth: a meta-analysis including
observational studies. BJOG 2016; 123: 49-57.

3. Hala Phipps, Chistine L. Roberts, Natasha Nassar et al. The management of


breech pregnancies in Australia and New Zealand. Australian and New
Zealand Journal of Obstetrics and Gynecology 2003; 43:294-291.

4. Pramana C. Manajemen persalinan sungsang. Seminar Manajemen Klinik


Yogyakarta, 2019.

5. Sutarsinah E. Penatalaksanaan letak sungsang. FK Unisula. Diunduh tanggal 4


Februari 2020.

6. Sue Ross, Mary Hannah. Interpretation of the Term Breech Trial finding.
American Journal of Obstetrics and Gynaecology (2006) 195, 1873-7.

7. Cunningham F.G, Leveno K.J, Bloom S.L, et al. Williams Obstetrics. 22th
edition McGraw-Hill Company, New York 2007.

8. Hacker & Moor’s. Essential of Obstetrics & Gynecology. Sixth Edition.


Elesvier. Los Angeles. 2016.

9. OGCCU. External cephalic version. Obstetric and Midwifery Clinical


Guidelines King Edward Memorial Hospital Perth Western. 2015.

10. Kassam Mahomed, Poornima Amaranarayana, Ibinabo Ibiebele. External


Cephalic Version: A Single Center Experience. Open Journal of Obstetrics
and Gynecology, 2014, 4, 294-299.

11. Pawitri A. Polihidramnion. Diunduh pada http://www.google.sehat-


polihidramnion.com diunggal tanggal 25 September 2019.

12. Riskiviawinanda F, Aditya R, Mutmainah N. Hubungan usia dan paritas


dengan kejadian persalinan sungsang di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2013.
Berkala Kedokteran. 2015; 11(2): 233-239.

38
13. Hikmaratmika. Hubungan oligohidramnion dengan persalinan letak sungsang
di ruang kebidanan rumah sakit Suwalesi Tenggara. Karya Tulis Ilmiah. 2011.

14. Wikipedia. Breech delivery. Diunduh pada htttp: //www.wikipedia.com//


tanggal 16 Februari 2020.

15. WHO. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesahatan dasar dan
rujukan. Edisi Pertama, 2013.

16. RCOG. Management of breech presentation. Guideline no.38, 2020.

17. Dyah. Teknik bracht, lovet, klasik dan muller pada persalinan sungsang.
Jurnal Kebidanan, 2017.

39

Anda mungkin juga menyukai