Anda di halaman 1dari 50

TRAUMA PERSALINAN PADA

BAYI BARU LAHIR

Disusun oleh :
Isni yulianti
Mery tarlina
Risma pertiwi

Pengertian trauma

Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang


terjadi karena trauma kelainan akibat tindakan, cara
persalinan / gangguan yang diakibatkan oleh kelainan
fisiologik persalinan (Sarwono Prawirohardjo, 2001 :229)
Trauma persalinan adalah kelainan bayi baru lahir yang
terjadi karena trauma lahir akibat tindakan, cara persalinan
atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis
persalinan.

ETIOLOGI
penyebab terjadinya trauma persalinan yaitu sebagai berikut:
1. Makrosomia (Berat bayi baru lahir lebih dari 4000 gram)
2.Mal presentasi (bagian terendah janin yang tidak sesuai)
3.Presentasi ganda (bagian terendah janin lebih dari 1 bagian)
4.Disproporsi sephalo pelvik (ketidak sesuaian panggul dan kepala janin)
Kelahiran dan tindakan (proses persalinan yang tidak spontan tapi dengan
menggunakan alat)
5.Persalinan lama (persalinan yang lebih dari 24 jam)
6. Persalinan presipitatus (persalinan dimana gejala Kala I tidak dirasakan sakit
dan
berakhir dengan lahirnya bayi)
7.Bayi kurang bulan (bayi lahir dengan usia kehamilan 22 26 minggu)
8.Distosia bahu (kemacetan bahu).

1. Caput succedaneum
Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang
terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak.
Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik
atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang
mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada
kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup,
tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk
ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan
pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang
difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah.

Caput succedaneum: Pembengkakan pada suatu tempat dan


kepala / adanya timbunan getah bening bawah lapisan
apenorose di luar periostium.
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi
kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada
bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran
serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak
memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang
setelah 2-5 hari. (Sarwono Prawiroharjo.2002)

ETIOLOGI

Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya caput succedaneum pada


bayi baru lahir (Obstetri fisiologi,UNPAD, 1985, hal 254), yaitu :
Persalinan lama
Dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan
lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup,
tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan
longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.
Persalinan dengan ekstraksi vakum
Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya
caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat
penyedot vakum yang digunakan.
His cukup kuat, makin kuat his, makin besar caput suksedaneum

MANIFESTASI KLINIS
Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E,
Behrman.dkk.2000), tanda dan gejala yang dapat ditemui pada
anak dengan caput succedaneum adalah sebagi berikut :
1. Adanya edema dikepala berwarna kemerahan
2. Pada perabaan teraba lembut dan lunak
3. Edema melampaui sela-sela tengkorak
4. Batas yang tidak jelas
5. Biasanya menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan

PATOFISIOLOGI
Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses
perjalanan penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut :
Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan
pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis
tengah.
Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler
dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya
ditemukan
didaerah presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat
melampaui
sutura.

PENATALAKSANAAN CAPUT SUCCEDANEUM :


penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak dengan Bayi dengan caput
succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan tambahan apapun, maka dari itu perlu
diperhatikan penatalaksanaan pemberian
ASI yang adekuat dan teratur.
Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala.
Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal
Mencegah terjadinya infeksi dengan :
- Perawatan tali pusat
- Personal hygiene baik
Berikan penyuluhan pada orang tua tentang :
- Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal.
- Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena benjolan akan menghilang 2-3
hari
Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi.
Awasi keadaan umum bayi.

KOMPLIKASI
1) Infeksi
Infeksi pada caput succedaneum
bisa terjadi karena kulit kepala
terluka.
.

2)Ikterus
Pada bayi yang terkena caput
succedanieum dapat
menyebabkan ikterus karena
inkompatibilitas faktor Rh atau
golongan darah A, B, O antara ibu
dan bayi.

3) Anemia
Anemia bisa terjadi pada bayi
yang terkena caput succedanieum
karena pada benjolan terjadi
perdarahan yang hebat atau
perdarahan yang banyak

2.

Sephal Hematom

Sefalo hematoma merupakan suatu perdarahan subperiostal


tulang tengkorak berbatas tegas pada tulang yang
bersangkutan dan tidak melewati sutura.
Sefalohematoma timbul pada persalinan dengan tindakan
seperti tarikan vakum atau cunam, bahkan dapat pula terjadi
pada kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan
kepala bayi. Akibatnya timbul timbunan darah di daerah
subperiost yang dari luar terlihat sebagian benjolan

ETIOLOGI
Cephalhematoma dapat terjadi karena :
Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebab kan adanya
tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang
menyebabkan robeknya pembuluh darah.
Tarikan vakum atau cunam
Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat
dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya
pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan
periosteum.
Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala
bayi.

GEJALA TERJADINYA CEPHALHEMATOMA


gejala terjadinya cephalhematom antara lain :
1. Adanya fluktuasi
2. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir
3. Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietal, berupa benjolan
timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan
keras sampai umur 1-2 tahun.
4. Kepala tampak bengkak dan berwarna merah.
5. Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak
6. Pada perabaan terasa mula mula keras kemudian menjadi lunak.
7. Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 8 jam setelah lahir
8. Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga
9. Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.

PATOFISIOLOGI
Cephal hematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah
yang melintasi tulang kepala ke jaringan poriosteum. Robeknya
pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan lama. Akibat
pembuluh darah ini, timbul timbunan darah di daerah
subperiosteal yang dari luar terlihat benjolan. Bagian kepala
yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya
penumpukan daerah yang perdarahan sub periosteum.

PENANGANAN :

Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan


khusus. Biasanya akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam
2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun
apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama
menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus
antara lain :
1. Menjaga kebersihan luka
2. Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal
hematoma
3. Pemberian vitamin KBayi dengan Cephal hematoma tidak
boleh langsung disusui oleh ibunya karena Pergerakan dapat
mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.

PERBEDAAN CAPUT SUCCEDANEUM DAN


CEPHALHEMATOMA
Caput Succedaneum
Chepalhematoma
Muncul waktu lahir dan Muncul atau ada pada waktu
mengecil setelah lahir

lahir atau sesudah lahir dan


dapat membesar setelah lahir

Lunak dan tidak berfluktuasi Lunak dan tidak berfluktuasi


Melewati batas sutura dan Batas tidak melampaui sutura
teraba moulase
Bisa hilang dalam beberapa Hilang lama (beberapa minggu
jam atau 2-5 hari

atau bulan)

Berisi cairan getah bening

Berisi darah

3. Perdarahan Intrakranial
a)

b)

c)

Perdarahan subdural
Kelainan terjadi akibat tekanan mekanik pada tengkorak
yang dapat menimbulkan robekan falks cerebri atau
tentorium cerebelli, sehingga terjadi perdarahan.
Perdarahan subependimal dan intraventrikuler
Kejadian ini lebih sering disebabkan oleh hipoksia dan
biasanya terdapat pada bayi-bayi prematur.
Perdarahan subarakhnoidal
Perdarahan ini juga ditemukan pada bayi-bayi
premmatur dan mempunyai hubungan erat dengan
hipoksia pada saat lahir.

TINDAKAN PADA PERDARAHAN INTRA KRANIAL


kelainan yang
membawa trauma
harus dihindari dan
kalau ada
disproporsi

harus dilakukan
sectio caesaria

bayi dirawat dalam


incubator

temperatur harus
dikontrol

kalau ada
indikasinya, vitamin
K dapat diberikan

bayi jangan
terlampau banyak
digerakkan dan
dipegang

sekret dalam
tenggorokan diisap
keluar

kalau perlu
diberikan tambahan
oksigen

konvulsi
dikendalikan dengan
sedative

kepala jangan
direndahkan, karena
tindakan ini bisa
menambah
perdarahan

jika pengumpulan
darah subdural
dicurigai, pungsi
lumbal harus
dikerjakan untuk
mengurangi tekanan

diberikan antibiotik
sebagai profilaktik.

4. HEMANGIOMA
Tumor jinak vaskuler yang sering terjadi dan tampak pada
bulan-bulan pertama setelah kelahiran. Hemangioma
merupakan suatu proliferasi yang sifatnya jinak dari sel-sel
endothelium pembuluh darah yang lebih sering terjadi pada
bayi dan anak-anak. Hemangioma merupakan jenis kelainan
pembuluh darah. Orang mengenalnya sebagai tanda lahir atau
birthmark.

4. HEMANGIOMA

Etiologi

Patofisiologi

Hemangioma terjadi karena adanya


proliferasi (pertumbuhan yang
berlebih) dari pembuluh darah yang
tidak normal, dan bisa terjadi
disetiap jaringan pembuluh darah.
Penyebab hemangioma sampai saat
ini masih belum jelas. Angiogenesis
sepertinya memiliki peranan dalam
kelebihan pembuluh darah.

Ada beberapa hipotesis yang


dikemukakan diantaranya menyatakan
bahwa proses ini diawali dengan suatu
proliferasi dari sel-sel endothelium
yang belum teratur dan dengan
perjalanan waktu menjadi teratur
dengan membentuk pembuluh darah
yang berbentuk lobus dengan lumen
yang berisi sel-sel darah. Hemangioma
superficial dan dalam, mengalami fase
pertumbuhan cepat dimana ukuran
dan volume bertambah secara cepat.

KLASIFIKASI HEMANGIOMA
Hemangioma kapiler (hemangioma simplek).

terjadi pada kulit bagian atas. Hemangioma


kapiler terdapat pada waktu lahir atau
beberapa hari sesudah lahir. Lebih sering
terjadi pada bayi premature dan akan
menghilang dalam beberapa hari atau
beberapa minggu.
Tampak sebagai bercak merah yang makin
lama makin besar. Warnanya menjadi merah
menyala, tegang dan berbentuk
lobular,berbatas tegas, dan keras pada
perabaan. Involusi spontan ditandai oleh
memucatnya warna didaerah sentral, lesi
menjadi kurang tegang dan lebih mendatar.

Hemangioma kavernosum

Terjadi pada kulit yang lebih dalam,


biasanya pada bagian dermis dan sub cutis.
Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa
macula erimatosa atau nodus yang
berwarna merah sampai ungu.Bila ditekan
akan mengempis dan cepat mengembung
lagi apabila dilepas. Lesi terdiri dari
elemen vaskuler yang matang. Bentuk
kavernosum jarang mengadakan involusi
spontan (Coheen,2004; Anonim,2005).
Hemangioma kavernosum kadang-kadang
terdapat pada lapisan jaringan yang dalam,
pada otot atau organ dalam (Hall.2005).

KOMPLIKASI
Perdarahan
Komplikasi ini paling
sering terjadi
dibandingkan dengan
komplikasi lainnya.
Penyebabnya adalah
trauma dari luar atau
rupture spontan
dinding pembuluh
darah karena tipisnya
kulit di atas
permukaan
hemangioma,
sedangkan pembuluh
darah dibawahnya
terus tumbuh.

Ulkus
Ulkus menimbulkan rasa
nyeri dan meningkatkan
resiko infeksi,
perdarahan, dan
sikatrik. Ulkus
merupakan hasil dari
nekrosis. Ulkus dapat
juga terjadi akibat
rupture .Hemangioma
kavernosa yang besar
dapat diikuti dengan
ulserasi dan infeksi
sekunder (Kantor, 2004).

Trombositopenia
Jarang terjadi,
biasanya pada
hemangioma yang
berukuran besar.
Dahulu dikira bahwa
trombositopenia
disebabkan oleh limpa
yang hiperaktif.
Ternyata kemudian
bahwa dalam jaringan
hemangioma terdapat
pengumpulan trombosit
yang mengalami
sekuenterisasi

Gangguan
penglihatan
Kebanyakan
komplikasi yang
terjadi adalah
astigmatisma
yang disebabkan
tekanan
tersembunyi
dalam bola mata
atau desakan
tumor keruang
rettrobul

Masalah psikososial
Akan menimbulkan
kecemasan bagi
orang tua terutama
jika hemangioma
muncul pada
bagian muka.

PENANGANAN
Cara Konservatif

Pada perjalanan alamiahnya lesi


hemangioma akan mengalami
pembesaran dalam bulan-bulan
pertama, kemudian mencapai
besar maksimun dan sesudah itu
terjadi regresi spontan sekitar
umur 12 bulan, lesi terus
mengadakan regresi sampai
umur 5 tahun .

Cara Aktif

Hemangioma yang memerlukan


terapi secara aktif, antara lain
adalah hemangioma yang tumbuh
pada organ vital, seperti pada mata,
telinga, dan tenggorokan; Cara-cara
aktif dapat dilakukan antara lain
pembedahan, radiasi, corticosteroid,
obat sklerotik, eletrokoagulansi,
pembekuan, dan antibiotic.

Fraktur Klavikula
Frakturadalah retaknya tulang, biasanya disertai
dengan cedera di jaringan sekitarnya. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat
tekanan yang berlebihan pada tulang.

ETIOLOGI FRAKTUR CLAVICULA

TRAUMA PADA BAHU AKIBAT TRAUMA JALAN LAHIR DENGAN


GEJALA:

Faktor predisposisi

DIAGNOSIS FRAKTUR CLAVICULA


Hasil pemeriksaan
1.Adanya pembengkakan pada sektor daerah fractur.
2.Krepitasi (suara yang ditimbulkan dari gesekan tulang)
3.Pergerakan lengan berkurang.
4.Iritable(kepekaan abnormal terhadap rangsangan) selama
pergerakan lengan.

PENATALAKSANAANFRAKTUR CLAVICULA
1. Bayi jangan banyak digerakkan
2. Immobilisasi (tindakan yang membuat tidak dapat
digerakkan) lengan dan bahu pada sisi yang sakit dengan
memasang ransel verband
3. Rawat bayi dengan hati-hati
4. Nutrisi yang adekuat (pemberian asi yang adekuat dengan
cara mengajarkan pada ibu agar pemberian asi dengan posisi
tidur, dengan sendok atau pipet)
5. Rujuk bayi kerumah sakit

FRAKTUR FLEXUS BRACHIALIS


Fleksus brakialis adalahsebuah jaringan saraf tulang
belakang yang berasal dari belakang leher, meluas melalui
aksila (ketiak), dan menimbulkan saraf untuk ekstremitas
atas. Pleksus brakialis dibentuk oleh penyatuan bagian dari
kelima melalui saraf servikal kedelapan dan saraf dada
pertama, yang semuanya berasal dari sumsum tulang
belakang.

Gejala klinis trauma lahir pleksus brakialis berupa gangguan


fungsi dan posisi otot ekstremitas atas. Gangguan otot
tersebut tergantung dari tinggi rendahnya serabut syaraf
pleksus braklialis yang rusak dan tergantung pula dari berat
ringannya kerusakan serabut syaraf tersebut.

ETIOLOGIFLEKSUS BRAKHIALIS

Etiologi trauma fleksus brakhialis pada bayi baru lahir. Trauma


fleksus brakhialis pada bayi dapat terjadi karena beberapa faktor
antara lain:
1)Faktor bayi sendiri : makrosomia, presentasi ganda, letak
sunsang, distosia bahu, malpresentasi.
2) Faktor ibu : ibu sefalo pelvic disease (panggul ibu yang
sempit), adanya penyulit saat persalinan.
3) Faktor penolong persalinan : tarikan yang berlebihan pada
kepala dan leher saat menolong kelahiran bahu pada presentasi
kepala, tarikan yang berlebihan pada bahu pada presentasi
bokong.

PATOFISIOLOGISFLEKSUS BRAKHIALIS

Bagian cord akar saraf dapat terjadi avulsi (robeknya suatu bagian
struktur secara tidak sengaja atau pembedahan) atau pleksus
mengalami traksi(tarikan) atau kompresi (tekanan).
Traksi dan kompresi dapat juga menyebabkan iskemi (berkurangnya
aliran darah) yang akan merusak pembuluh darah.Cedera pleksus
brakialis dianggap disebabkan oleh traksi yang berlebihan diterapkan
pada saraf.

TANDA DAN GEJALAFLEKSUS BRAKHIALIS


a. Gangguan gerak pada lengan atas
b.Paralisis atau kelumpuhan pada lengan atas dan lengan
bawah
c.Lengan atas dalam keadaan ekstensi(gerakan meluruskan)
dan abduksi (gerakan menjauhi tubuh)
d. Jika anak diangkat maka lengan akan lemas dan tergantung
e.Reflex moro negative
f.Tangan tidak bisa menggenggam
g.Reflex meraih dengan tangan tidak ada

KOMPLIKASI TRAUMA FLEKSUS BRAKHIALIS


a. Kontraksi otot yang abnormal (kontraktur) atau
pengencangan otot-otot, yang mungkin menjadi permanen
pada bahu, siku atau pergelangan tangan
b. Permanen, parsial (bagian dari keseluruhan), atau total
hilangnya fungsi saraf yang terkena, menyebabkan
kelumpuhan lengan atau kelemahan lengan.

PENANGANAN TERHADAP TRAUMA FLEKSUS


BRAKHIALIS
Penanganan atau penatalaksanaan kebidanan meliputi
rujukan untuk membebat yang terkena dekat dengan tubuh
dan konsultasi dengan tim pediatric.

UPAYA INI DILAKUKAN ANTARA LAIN DENGAN CARA:


1) Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau
perdarahan ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya
dilakukan beberapa hari atau 1 2 minggu untuk memberi
kesempatan penyembuhan yang kemudian diikuti program
mobilisasi atau latihan.

2) Immobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan atas


abduksi 90 derajat, siku fleksi 90 derajatdisertai
supine(terlentang dengan menghadap ke atas). lengan bawah
dan pergelangan tangan dalam keadaan ekstensi

3) Beri penguat atau bidai selama 1 2 minggu pertama


kehidupannya dengan cara meletakkan tangan bayi yang
lumpuh disebelah kepalanya.
4) Rujuk ke rumah sakit jika tidak bisa ditangani.

FRAKTUR HUMERUS
Fraktur Humerus menurut (Mansjoer, Arif, 2000) yaitu
diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus.
Sedangkan menurut ( Sjamsuhidayat 2004 ) Fraktur humerus
adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh
benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung.

ETIOLOGI FRAKTUR HUMERUS

Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran


letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas. Kesukaran
melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab
terjadinya tulang humerus yang fraktur.

PATOFISIOLOGI FRAKTUR HUMERUS


Gejala Fraktur Humerus
Berkurangnya gerakan tangan yang sakit
Refleks moro asimetris
Terabanya deformitas (pergeseran kepingan pada fraktur)
dan krepitasi di daerah fraktur disertai rasa sakit
Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.

PENANGANAN FRAKTUR HUMERUS


Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan siku fleksi 90
derajat selama 10 sampai 14 hari serta control nyeri.
Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur
tulang tumpang tindih ringan dengan deformitas, umumnya
akan baik.
Dalam masa pertumbuhan dan pembentukkan tulang pada
bayi, maka tulang yang fraktur tersebut akan tumbuh dan
akhirnya mempunyai bentuk panjang yang normal

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai