Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGEMBANGAN DIRI DAN PROFESIONALISME

JENJANG KARIR PROFESI BIDAN DAN CONTOH PENERAPAN


DALAM MENINGKATKAN JENJANG KARIR BIDAN

DOSEN PENGAMPU:

Rubiati Hipni.S.ST,.M.Keb

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 9

1. Rahmi Hayati ( P07124220056 )


2. Refina Azzahra ( P07124220058 )
3. Reygina Tasya Kamila ( P07124220059 )
4. Suci Rahma Damayanti ( P07124220067

KELAS : 2A

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Jenjang
Karir Profesi Bidan Dan Contoh Penerapan Dalam Meningkatkan Jenjang Karir Bidan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang “Jenjang Karir Profesi Bidan Dan Contoh Penerapan Dalam
Meningkatkan Jenjang Karir Bidan”.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang kami buat demi masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.

Banjarbaru, April 2021

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................iii

BA B I  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................1

1.3 Tujuan Pembahasan .............................................................................. 2

BAB II  PEMBAHASAN

2.1 Pengembangan Karir Bidan....................................................................3

2.2 Prinsip Pengembangan Karir..................................................................5

2.3 Prinsip Pengembangan Karier Bidan Dikaitkan Dengan Peran, Fungsi Dan Tanggung
Jawab Bidan.................................................................................................5

2.4 Contoh Penerapannya Dalam Meningkatkan Jenjang Karir Bidan........6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................15

3.2 Saran ....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karir merupakan kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan jenjang jabatan dan
jenjang pangkat bagi seorang pegawai negeri padasuatu organisasi dalam jalur karir yang
telah ditetapkan dalam organisasinya.
Pengembangan karier bidan merupakan kondisi yang menunjukkan
adanya peningkatan jenjang jabatan dan jenjang pangkat bagi seorang pegawai negeri
pada suatu organisasi dalam jalur karier yang telah ditetapkan dalam organisasi.
Pengembangan karier bidan meliputi karier fungsional dan karier struktur. pada saat
ini pengembangan karier bidan secara fungsional telah disiapkan dengan jabatan
fungsional bagi bidan, serta melalui pendidikan berkelanjutan baik secara formal maupun
non formal yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan professional bidan dalam
melaksanakan fungsinya.
Fungsi bidan nantinya sebagai pelaksana (pendidik, peneliti, bidan coordinator dfan
bidan penyedia). Sedangkan karier bidan dalam jabatan structural tergantung dimana
bidan bertugas apakah di Rumah sakit, puskesmas, bidan di desa, atau instansi swasta.
Karier tersebut dapat dicapai oleh bidan di tiap tatanan pelayanan kebidanan atau
kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan, kesempatan kebijakan yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengembangan karir bidan?


2. Apa yang dimaksud dengan prinsip pengembangan karir bidan?
3. Apa yang dimaksud dengan prinsip pengembangan karier bidan dikaitkan dengan
peran, fungsi dan tanggung jawab bidan?
4. Bagaimana contoh penerapannya dalam meningkatkan jenjang karir bidan?

1.3  Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pengembangan karir bidan.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan prinsip pengembangan karir bidan.
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan prinsip pengembangan karier bidan
dikaitkan dengan peran, fungsi dan tanggung jawab bidan.
4. Bagaimana contoh penerapannya dalam meningkatkan jenjang karir bidan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengembangan Karir Bidan


Karir mempunyai 3 pengertian yang berbeda, diantaranya:
a. Karir sebagai suatu rangkaian promosi jabatan atau mutasi ke jabatanyang lebih
tinggi dalam jenjang hirarki yang dialami oleh seorang tenaga kerja selama masa
kerjanya.
b. Karir sebagai suatu penunjuk pekerjaan yang memiliki gambaran atau pola
pengembangan yang jelas dan sistematis.
c. Karir sebagai suatu sejarah kedudukan seseorang, suatu rangkaian pekerjaan atau
posisi yang pernah dipegang seseoranga selama masa kerjanya. Oleh karena itu,
pengertian yang terakhir ini sangat luas dan umum, karena setiap orang pasti
mempunyai sejarah pekerjaan yang berarti setiap orang pasti mempunyai karir.

Pengembangan karir bidan adalah perjalanan pekerjaan seseorang dalam organisasi


sejak diterima dan berakhir pada saat tidak lagi bekerja diorganisasi tersebut.
Pengembangan karir (career development) menurut Mondy meliputi aktivitas-
aktivitas untuk mempersiapkan seorang individu pada kemajuan jalur karir yang
direncanakan. Selanjutnya ada beberapa prinsip pengembangan karir yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :

 Pekerjaan itu sendiri mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap


pengembangan karir. Bila setiap hari pekerjaan menyajikan suatu tantangan
yang berbeda, apa yang dipelajari di pekerjaan jauh lebih penting daripada
aktivitas rencana pengembangan formal.
 Bentuk pengembangan skill yang dibutuhkan ditentukan oleh permintaan
pekerjaan yang spesifik. Skill yang dibutuhkan untuk menjadi supervisor
akan berbeda dengan skill yang dibutuhkan untuk menjadi middle manager.
 Pengembangan akan terjadi hanya jika seorang individu belum memperoleh
skill yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Jika tujuan tersebut
dikembangkan lebih lanjut oleh seorang individu maka individu yang telah
memiliki skill yang dituntut pekerjaan akan menempati pekerjaan yang baru.

3
 Waktu yang digunakan untuk pengembangan dapat direduksi/dikurangi
dengan mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan individu yang
rasional.

Pengembangan karir (career development) terdiri dari:

a.  Perencanaan karir (career planning), yaitu suatu proses dimana individu dapat
mengidentifikasi dan mengambil langkah langkah untuk mencapai tujuan-tujuan
karirnya. Perencanaan karir melibatkan pengidentifikasian tujuan-tujuan yang
berkaitan dengan karir dan penyusunan rencana-rencana untuk mencapai tujuan
tersebut.
b. Manajemen karir (career management). proses dimana organisasi memilih,
menilai, menugaskan, dan mengembangkan para pegawainya guna menyediakan
suatu kumpulan orang-orang yang berbobot untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dimasa yang akan datang. (Simamora, 2001:504)

Berdasarkan pengertian di atas maka terdapat tanggung jawab yang berbeda antara
individu/pegawai dan organisasi dalam mengelola karir, seperti terlihat pada bagan
berikut ini :

Perencanaan karir merupakan proses untuk :

 Menyadari diri sendiri terhadap peluang, kesempatan, kendala, pilihan, dan


konsekuensi.
  Mengidentifikasi tujutn-tujuan yang berkaitan dengan karir.
  Penyusunan program kerja, pendidikan, dan yang berhubungan dengan
pengalaman-pengalaman yang bersifat pengembangan guna menyediakan
arah, waktu, dan urutan langkah-langkah yang diambil untuk meraih tujuan
karir.

Tujuan dari pengembangan karir bidan, diantaranya:

 Mendapatkan persyaratan menempati posisi/jabatan tertentu.


 Mengusahakan pengembangan karir karena tidak otomatis tercapai,
terganutng pada lowongan/jabatan, keputusan dan tergantung presensi
pimpinan.
 Peraturan, ketentuan dan cara pengembangan karir terdapat pada:

4
 Permen neg Pendayagunaan Aparatur Negara No:01/PER/M.PAN/1/2008

2.2 Prinsip Pengembangan Karir Bidan


Berikut beberapa yang menjadi prinsip pengembangan bidan:
a.  Pendidikan lanjut
Pendidikan berkelanjutan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan
teknis, hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan kebutuhan /
pelayanan dan standar yang telah ditentukan oleh hasil melalui pendidikan formal
dan non formal.pengembangan pendidikan kebidanan seyogyanya dirancang
secara berkesinambungan, berjenjang dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar
seumur hidup bagi bidan yang mengabdi ditengah-tengah masyarakat. Tujuan
pendidikan berkelanjutan adalah untuk mempertahankan profesionalisme bidan,
baik melalui pendidikan formal yang telah dirancang dan diselenggrakan oleh
pemerintah. dan swasta dengan dukungan IBI adalah program DIII,dan DIV
BIDAN PENDIDIK.
b. Job fungsional
Job fungsional merupakan kedudukan yang menunjukkan tugas, kewajiban,
hak serta wewenang pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya
diperlukan keahlian tertentu serta kenaikan pangkatnya menggunakan angka
kredit. Adapun jenis jabatan dibidang kesehatan adalah dokter, dokter gigi,
perawat, bidan, apoteker, farmasi dan lain-lain. Jabatan dapat ditinjau dari 2
aspek, yaitu jabatan structural dan jabatan fungsional. Jabatan structural adalah
jabatan yang secara jelas tertera dalam sturktur dan diatur berjenjang dalam suatu
organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta
dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan Negara.

2.3 Prinsip Pengembangan Karier Bidan Dikaitkan Dengan Peran, Fungsi Dan
Tanggung Jawab Bidan
a. Sebagai pelaksana
Bidan melaksanakan tugas mandiri, kolaborasi/kerjasama dan
ketergantungan
b. Sebagai pengelola
Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan
kebidanan untuk individu,keluarga, kelompok,dan masyarakat di wilayah
kerja dengan melibatkan klien /masyarakat. Berpartisipasi dalam tim untuk
melaksanakan program kesehatan dan sector lain di wilayah kerjanya

5
melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga
kesehatan lain yang berada bawah bimbingan dalam wilayah kerja.\
c. Sebagai pendidik
Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada individu
keluarga, kelompok dan masyarakat tentang penaggulangan masalah
kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait, kesehatan
ibu anak dan kb. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan
seta membina dukun di wilayah atau tempat kerjanya.
d. Sebagai peneliti
Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan
baik secara mandiri maupun kelompok.adapun tanggung jawab bidan
sebagai berikut:
 Memberikan konseling kepada: remaja putri, pra nikah, pra
hamil,ibu bersalin, ibu nifas, klimakterium, dan menopause.
 Memberikan pelayan kebidanan nomal, antara lain:ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas,pemriksaan fisik.
 Memberikan pelayan kebidanan abnormal; Pada ibu hamil; abortus
imminens, hyperemesis tk. I, pre eklampsi,anemia.
 Pada persalinan: letak sungsang, KPD tanpa infeksi, HPP, laserasi,
dystosia.
 Memberikan pelayanan kebidanan kepada
anak:intranatal,hyportemi, kontak dini, ASI eksklusif, perwatan
tali pusar,resusitasi pada asfiksia, pengobatan penyakit ringan.
 Memberikan pelayanan KB
 Penaganan efek samping,pembddrtian alkon,suntik pil, AKBP,
tanpa penyulit.
e.  Tanggung jawab bidan
 Tanggung jawab bidan terhadap perundang-undangan
 Tanggung jawab bidan terhadap pengembangan kompetensi
 Tanggung jawab bidan terhadap penyimpanan catatan kebidanan
 Tanggung jawab bidan terhadap keluarga yang dilayani
 Tanggung jawab bidan terhadap profesi
 Tanggung jawab bidan terhadap masyarakat

2.4 Contoh Penerapan Dalam Meningkatkan Jenjang Karir Bidan


a. Pemasaran Sosial dan Publikasi Kesehatan
Komunikasi kesehatan dapat dilakukan melalui beragam kegiatan : kampanye,
propaganda, iklan, anjang sana, dan lain-lain. Setiap kegiatan semacam itu merupakan
strategi yang dipilih sedemikian rupa sehingga dapat memuaskan audiens karena
audiens merasa kebutuhan mereka atas informasi telah terpenuhi. Kebanyakan
publikasi kesehatan dilaksanakan melalui difusi-inovasi. Pilihan ini sebenarnya
merupakan pilihan model atau strategi yang dipinjam dari teori belajar sosial (social
learning)-Albert Bandura) dan pemasaran sosial (social marketing-Philip Kotler)
(Backer and Rogers,1992).

6
Contoh, kita ingin mempromosikan gagasan tentang pencegahan merokok dan
pencegahan minum jamu. Untuk itu kita harus terlibat dalam proses komunikasi yang
menghubungkan kita dengan audiens yang ada dalam sistem sosial. Hal ini karena
para perokok dan peminum jamu ada dalam sistem tersebut, atau mereka “bukan”
dalam sistem kita. Dari para perokok dan peminum jamu itu lali kita akan mengetahui
nilai apa yang menjadi rujukan mereka, norma apa yang mereka ikuti, dan siapa yang
mereka ikuti sebagai orang yang berpengaruh. Dari sinilah kita akan merumuskan
informasi kesehatan untuk menyentuh mereka, mengadakan perubahan atas pikiran
dan pandangan mereka, dan mengubah sikap mereka untuk tidak merokok atau
minum jamu. Itulah target kampanye kita, target agar audiens sasaran tidak minum
jamu.

b. Pemasaran Jasa Kebidanan


1. Karakteristik Pemasaran Jasa Kebidanan
Pelayanan atau asuhan kebidanan termasuk dalam pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan memiliki karakteristik yang spesifik karena
berhadapan langsung dengan individu. Karakteristik pemasaran jasa dalam
pelayanan kesehatan antara lain :
a. Bersifat sukarela.
Tidak memaksa klien untuk menggunakan layanan yang ditawarkan.
Klien bebas menentukan pilihan pelayanan.
b. Kontak secara personal.
Dalam pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan harus melakukan kontak
langsung secara personal dengan klien melalui pendekatan sosial budaya.
c. Berpacu dengan waktu
Pelayanan kesehatan harus diberikan dengan segara dengan
mempertimbangkan keadaan klien.
d. Sensitif (terutama kesehatan reproduksi).
Kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat pribadi dan sensitif
sehingga klien enggan berkunjung ke pelayanan kesehatan dan
membicarakan masalah reproduksi tersebut. Sikap yang menghormati
privasi klien dan tidak menghakimi dari seorang bidan akan membuat
klien bersikap positif terhadap layanan kesehatan yang kita berikan.
2. Pemasaran Jasa Dalam Pelayanan Kebidanan
Pemasaran jasa dalam pelayanan kebidanan memiliki empat komponen utama,
yaitu :
a. Klien atau Pelanggan
Klien atau pelanggan merupakan konsumen dari pelayanan kesehatan
yang memiliki kedudukan sangat penting. Tipe pelanggan terdiri dari
pelanggan perantara, pelaggan konsumen, pelanggan internal dan
pelanggan prospek.
b. Kompetisi

7
Melalui keberadaan profesi lain akan tercipta iklim kompetisi yang
apabila dikelola dengan baik, maka akan memotivasi bidan untuk
mengevaluasi dan mengembangkan diri.
c. Jaringan
Jaringan diperlukan untuk memperluas cakupan pemsaran pelayanan
kesehatan yang akan membantu kelancaran kegiatan pemasaran. Jaringan
tersebut dapat berbentuk klinik, pelayanan dirumah, rujukan, dan
perusahaan atau asuransi.
d. Klinik
Dalam mengelola klinik diperlukan beberapa pertimbangan yang
mencakup kekuatan merek, proses pelayanan, keunggulan kompetitif, dan
tarif pelayanan.
Proses pemasaran pelayanan terbagi menjadi 3 kelompok :
a.  Internal
Melalui promoi internal, penawaran kemudahan dan role model.
b. Interaktif
Melalui rujukan, interaksi individual dan komunikasi verbal.
c. Eksternal
1) Melalui iklan di media massa, materi promosi dan program khusus.
2) Setiap usaha pada dasarnya menawarkan produk tertentu kepada
masyarakat sebagai target konsumennya. Konsep pemasaran modern
terdiri dari 3 tingkat, yaitu : 
 Mengetahui keinginan calon pembeli.
 Melakukan kegiatan pemasaran terpadu.
 Memperoleh laba dan konsumen.
3. Produk Pelayanan Kebidanan
Produk utama yang ditawarkan dalam profesi bidan adalah memberikan jasa
pelayanan kesehatan khususnya bagi perempuan bagi perempuan dan anaknya
(bayi yang baru dilahirkan). Dalam memberikan jasa pelayanan diperlukan
produk pendukung berupa barang, obat-obatan, alat kesehatan, perlengkapan,
persalinan dan sebagainya sehingga dapat disimpulkan bahwa produk yang
ditawarkan merupakan kombinasi barang dan jasa, dengan jasa sebagai produk
utama dan barang sebagai produk pendukung.
Keberhasilan bidan dalam mengelola usahanya sangat ditentukan oleh
kemampuan meramu dan mengelola kedua jenis produk tersebut secara efektif.
Ragam pelayanan bervariasi sejalan dengan perkembangan kebutuhan perempuan
dan anaknya.
4. Pelayanan Kebidanan
Ruang lingkup pelayanan kebidanan sangat erat hubungannya dengan
wewenang profesi bidan (Kepmenkes RI No.900/SK/VII/2002), mencakup :
a. Pelayanan kebidanan
b.  Pelayanan keluarga berencana
c. Pelayanan kesehatan masyarakat
5. Desain jasa pelayanan BPS

8
Desain jasa pelayanan yang akan ditawarkan perlu ditentukan karena beberapa
pertimbangan untuk menentukan fokus pada persiapan :
a. Persiapan sumber daya
b. Meletakkan harapan konsumen secara tepat
c. Memudahkan mengembangkan jasa
6. Difusi inovasi dan Pemasaran Sosial
Proses penyebarluasan informasi atau material baru dan satu sumber kepada
para penerima yang ada dalam suatu sistem sosial, dalam konsep sosiologi-
antropologi, disebut dengan difusi inovasi. Divusi inovasi merupakan model
penyebarluasan gagasan atau material (teknologi) yang diperkenalkan oleh Everet
M. Rogers. Rogers mengetengahkan cara penyebarluasan inovasi (misalnya
gagasan baru, pendekatan baru, dan strategi baru) melaiui saluran tertentu
(umumnya sistem sosial tradisional-modem) dalam suatu waktu tertentu kepada
sejumlah anggota masyarakat atau komunitas dalam suatu sistem sosial.
Asumsi dari suatu inovasi adalah, ada jenis-jenis gagasan tertentu yang perlu
diadopsikan kepada anggota-anggota dari suatu sistem sosial karena mereka
sangat rnernbutuhkan informasi tersebut dari para pemuka pendapat dalam sistem
sosial. Sedangkan karakteristik sukses inovasi terjadi kalau para anggota sistem
sosial itu menerima inovasi tersebut.
Schinke dan Orlandi (1991) mengemukakan bahwa inovasi itu selalu
menghasilkan suatu perubahan melaiui 5 tahap :
a. Mobilisasi
Aktivas dari pemrakarsa inovasi untuk menggerakan seluruh unsur
yang berkepentingan dalam proses komunikasi kesehatan. Misalnya,
aktivitas untuk menggerakkan para komunikator kesehatan (penyuluh,
pelatih, guru, mentor, dan lain-lain), merancang informasi, memilih media,
mempersiapkan audiens atau kelompok sasaran agar komunikasi rnenjadi
efektif dan efisien.
b. Adopsi
Aktivitas dari pemrakarsa inovasi untuk merancang informasi,
kemudian dikirimkan melalui pilihan media tertentu, lalu mengupayakan
metode dan strategi penyampaian dan aktivitas reaksi atau respons dari
audiens terhadap informasi dalam bentuk menjadikan informasi itu sebagai
sumber untuk mengubah keadaan audiens.
c. Implementasi
Aktivitas bersama antara inovator dengan audiens untuk rnenerapkan
gagasan, informasi, teknologi baru di tengah-tengah audiens.
d. Pemeliharaan
Aktivitas bersama antara inovator dengan audiens untuk memelihara
kelangsungan penerimaan dan pelaksanaan gagasan, informasi dan
teknologi yang telah diterirna (adopsi)
e. Evolusi

9
Aktivitas bersama antara inovator dan audiens untuk
mengimplementasikan dan memelihara seluruh inovasi baru agar inovasi
itu tetap berkesinambungan.
7. Peran Pemasaran Dalam Pelayanan Kebidanan
Peran pemasaran dalam pelayanan kebidanan adalah untuk :
a. Menciptakan diferensiasi
b. Agar dapat bersaing dengan profesi lain, bidan dituntut mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang beragam (tanpa menyimpang dari
kewenangan yamg diberikan). Disertifikasi jenis layanan yang disertai
dengan peningkatan kemampuan akan memperluas cakupan klien.
c. Manajemen kualitas pelayanan
d. Melalui proses pemasaran, bidan akan mampu mengevaluasi diri mengenai
kelebihan dan kekurangan layanan kesehatan yang ia tawarkan kepada
klien sehingga ia dapat terus meningkatkan kualitas pelayanan yang
diberikan.
e. Tenaga kesehatan dituntut untuk memperluas wawasan keilmuannya serta
keterampilan teknisnya sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan
yang diberikan kepada klien.
8. Pemasaran Sosial dan Publikasi Kesehatan
Komunikasi kesehatan dapat dilakukan melalui beragam kegiatan : kampanye,
propaganda, iklan, anjang sana, dan lain-lain. Setiap kegiatan semacam itu
merupakan strategi yang dipilih sedemikian rupa sehingga dapat memuaskan
audiens karena audiens merasa kebutuhan mereka atas informasi telah terpenuhi.
Kebanyakan publikasi kesehatan dilaksanakan melalui difusi-inovasi. Pilihan ini
sebenarnya merupakan pilihan model atau strategi yang dipinjam dari teori
belajar sosial (social learning)-Albert Bandura) dan pemasaran sosial (social
marketing-Philip Kotler) (Backer and Rogers,1992)
Contoh, kita ingin mempromosikan gagasan tentang pencegahan merokok dan
pencegahan minum jamu. Untuk itu kita harus terlibat dalam proses komunikasi
yang menghubungkan kita dengan audiens yang ada dalam sistem sosial. Hal ini
karena para perokok dan peminum jamu ada dalam sistem tersebut, atau mereka
“bukan” dalam sistem kita. Dari para perokok dan peminum jamu itu lali kita
akan mengetahui nilai apa yang menjadi rujukan mereka, norma apa yang mereka
ikuti, dan siapa yang mereka ikuti sebagai orang yang berpengaruh. Dari sinilah
kita akan merumuskan informasi kesehatan untuk menyentuh mereka,
mengadakan perubahan atas pikiran dan pandangan mereka, dan mengubah sikap
mereka untuk tidak merokok atau minum jamu. Itulah target kampanye kita,
target agar audiens sasaran tidak minum jamu.
Kadang-kadang kita harus berfikir bahwa kita tidak bisa mempengaruhi
audiens hanya dengan menggunakan satu cara saja karena hasilnya akan sangat
terbatas. Oleh karena itu, kita harus mengadakan penelitian awal untuk memilih
salah satu dari banyak cara mempengaruhi audiens.
William Me Guire (1991) menyusun beberapa tahap yang harus dilakukan
audiens ketika meraka menerima pesan (dan ini perlu diperhatikan ketika kita

10
menyebarluaskan pesan kepada mereka). Ada beberapa masalah yang sering ada
pada audiens, antara lain :
a. Berhadapan dengan pesan yang menerpa mereka
b. Memperhatikan pesan
c. Berminat terhadap pesan yang relevan dengan kehidupan mereka sehari-
hari
d. Memahami pesan
e. Menerima pesan demi pembentukan perilaku dia
f. Menerima perubahan
g. Mengingat pesan dan meneruskan pesan itu kepada orang yang setuju
dengan dia
h. Berfikir lebih maju
i. Membuat keputusan sebagai reaksi atas pesan yang dia terima
j. Memutuskan perilaku tertentu
k. Menerima pesan sebagai sesuatu yang positif mendukung perilaku dia
yang sudah ada
9. Pemasaran Sosial dan Advokasi Media
Perkernbangan pemasaran kini hampir tidak mungkin tanpa menggunakan
media, karena itu peranan media hampir tidak mungkin diabaikan begitu saja.
Inilah yang disebut sebagai iasa advokasi media. Advokasi media meliputi
kesepahaman dan kerjasama dengan media untuk membangkitkan perhatian
publik terhadap isu atau perilaku yang akan diadopsikan. Kita akan meminta
bantuan media untuk menggambarkan segala sesuatu rnengenai produk yang man
diadopsikan itu secara rinci, misalnya jenis produk itu, apa keuntungan dan
kerugian, bagaimana cara mendapatkan produk itu, dll. Pada tahap inilah
pemasaran sosial berfungsi mempengaruhi perilaku audiens, dan advokasi media
bermanfaat mengirimkan informasi secara berulang kali sebagai pendamping bagi
perubahan audiens.
10. Proses Kerja Pemasaran Sosial
Pemasaran sosial yang akan dibahas di sini merupakan konsep yang dipinjam
dari pemasaran komersial yang lajim digunakan untuk menjual produk atau
gagasan demi memenuhi kebutuhan publik. Kunci sukses pemasaran sosial
(misalnya metode kampanye) terletak pada pelajaran tentang apa yang harus
dikerjakan bersama "dengan" populasi sasaran, berarti pula tidak sekedar
pelajaran tentang apa yang harus dikerjakan kepada populasi sasaran. Kata
"dengan" menunjukkan bahwa ada kecenderungan populasi sasaran lebih suka
pada perubahan yang dirancang bersama-sama dengan mereka.
11. Pemasaran Sosial dan Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan merupakan keterlibatan seseorang untuk rnelakukan
komunikasi informasi tentang kesehatan secara sadar dengan tujuan membantu
sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa rnembuat keputusan yang benar
(Van den Ban dan Hawkins, 1999). Apakah pemasaran sosial dalam bidang
kesehatan dapat menggunakan metode penyuluhan? Kita dapat memanfaatkan
metode dan teknik penyuluhan dalam menyebarluaskan informasi mengenai

11
kesehatan agar kelompok sasaran dapat memutuskan sikap rnereka (pendapat,
perasaan, dan perilaku tindakan tertentu)
Umumnya, para peminat penyuluhan (pakar dan praktisi penyuluhan)
selalu menerapkan prinsip-prinsip penyuluhan melalui difusi-inovasi dengan
membagi kategori audiens yang menjadi pangsa penyuluhan sebagai berikut :
a. Innovators atau kira - kira 2,5% dari penduduk
b. Orang yang cenderung mendapatkan pelayanan kesehatan yang terbaru
dapat dliketahui sebagi early adopters yang jumlahnya kira-kira 13.5% dari
pasar. Mereka adalah konsiimen baru yang ingin memiliki inovasi pada
tingkat rendah terhadap pelayanan kesehatan baru dengan nilai yang
tinggi.
c. Early majority dan late majority jumlahnya adalah pasar potensial kira-kira
64% dari semua, dan banyak orang ada dalam kategori ini.
d. Laggards adalah orang yang baru tertarik dengan pelayanan kesehatan
yang baru, jumlahnya kira-kira 20%.
12. Program Menjaga Mutu
Adalah proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis,
objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu
pelayanan kesehatan, standar yang ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan
cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta menilai
hasil yang dicapai guna menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan.
Jika dilaksanakan dengan baik maka profesi mandiri bidan suatu bentuk
kewirausahaan yang menjanjikan. Demikian juga dalam pelayanan kebidanan
untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kebidanan yang bermutu program
menjaga mutu (Quality Asurance Program).
13. Sasaran program menjaga mutu
Adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Jika diketahui bahwa pada
setiap pelayanan kesehatan terdapat 4 unsur yang bersifat pokok yakni unsur
masukan (input), proses (process), lingkungan (environtment), dab keluaran
(output)).
a. Unsur masukan
Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu pelayanan
kesehatan. Unsur masukan yang terpenting adalah tenaga, dana dan sarana.
b. Unsur kesehatan
Keadaan di sekitar yang mempengaruhi penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Untuk suatu institusi kesehatan, keadaan di sekitar yang
terpenting adalah kebijakan, organisasi, dan manajemen.
c.  Unsur proses
Semua yang dilakukan pada waktu penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Tindakan tersebut dapat di bedakan atas 2 macam yakni tindakan medis
dan tindakan nonmedis.
d.  Unsur keluaran

12
e. Menunjukan pada penampilan (performance) pelayanan kesehatan.
Penampilan di bedakan atas 2 macam : penampilan aspek medis pelayanan
kesehatan dan aspek nonmedis pelayanan asuhan kebidanan.
14. Standar Pelayanan Minimal
Dalam melaksanakan pelayanan kebidanan, standar persyaratan minimal yang
harus dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan bermutu
adalah:
a. Sumber daya manusia ( standar of person)
b.  Manajeman ( standar of organization and manajemen)
c. Sarana (standar of facility)
15. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah memberikan apa yang sesungguhnya
mereka inginkan serta kapan dan bagaimana mereka inginkan atau memenuhi
kebutuhan pelanggan dengan menjalankan manajemen mutu total (total
quality manajemen).
16. Konsumen
Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsug
terlibat dalam mendapatkan dan mngunakan barang dan jasa termasuk
didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan
kegiatan-kegiatan tersebut (swastha, dkk, 1997).
Perilaku konsumen mempelajari dimana, dalam kondisi macam apa, dan
bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merek tertentu.
Kesemuanya ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam menyusun
kebijakan pemasaran sebuah instesi. Proses pengambilan keputusan pembelian
suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran
masing-masing. Peran yang dilakukan tersebut adalah :
a. Iniator, adalah individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang
tertentu.
b. Influencer, adalah individu yang berpengaruh terhadap keputusan
pembelian. Informasi mengenai kriteria yang diberikan akan
dipertimbangkan baik secara disengaja atau tidak.
c. Decider, adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak. Apa
yang akan di beli dan bagaimana membelinya.
d. Buyer, adalah individu yang melakukan transaksi pembelian
sesungguhnya.
e. User, yaitu individu yang mempergunakan produk atau jasa yang dibeli.
f. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian
terhadap suatu produk. Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor
tersebut agar program pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-faktor
tersebut diantaranya adalah faktor ekonomi, psikologi, social, dan
antropologi.
g. Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa
membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting
bagi instasi dalam menentukan desain produk, harga, saluran, distribusi,

13
dan program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program
pemasaran instasi. Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalan
sebagai berikut :
a. Teori Ekonomi Mikro
Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha
memperoleh keouasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan
pembeliannya terhadap suatu produk yang telah dikonsumsinya, di mana
kepuasan ini sebanding atau lebih besar marginal utility yang di turunkan
dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk lain.
b. Teori Psikologi
Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang
dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini
sangat komplek dalam menganalisis perilaku konsumen, karena proses
mental tidak dapat diamati secara lansung.
c. Teori Antropologis
Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok
masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-
kelas sosial dan sebagainnya.

14
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Karir mempunyai beberapa pengertian yang berbeda, diantaranya : Karir sebagai
suatu rangkaian promosi jabatan atau mutasi ke jabatan yang lebih tinggi dalam jenjang
hirarki yang dialami oleh seorang tenaga kerja selama masa kerjanya. Karir sebagai suatu
penunjuk pekerjaan yang memiliki gambaran atau pola pengembangan yang jelas dan
sistematis.
Karir sebagai suatu sejarah kedudukan seseorang, suatu rangkaian pekerjaan atau
posisi yang pernah dipegang seseorang selama masa kerjanya. Oleh karena itu,
pengertian yang terakhir ini sangat luas dan umum, karena setiap orang pasti mempunyai
sejarah pekerjaan yang berarti setiap orang pasti mempunyai karir.
Prinsip pengembangan karier bidan dipengaruhi oleh beberapa hal yakni pendidikan
berkelanjutan, jabatan fungsional. sebagai pelayan masyarakat kita harus memperhatikan
perkembangan apa yang terjadi di masyarakat.karena Pengembangan karir bidan secara
fungsional telah disiapkan dengan jabatan fungsional bagi bidan, serta melalui
pendidikan berkelanjutan baik secara formal maupun non formal yang hasil akhirnya
akan meningkatkan kemampuan profesional bidan dalam melaksanakan fungsinya. Job
fungsional seorang bidan berorientasi pada kualitas dan tingkat jenjang pendidikan
berkelanjutan.

3.2 Saran
Seorang bidan sebaiknya terus berusaha untuk mengembangkan karir agar kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan semakin baik. Pengembangan karir bidan ada
beberapa jalur yang masing-masing mempunyai cara dan aturan-aturan yang berbeda.
Seorang bidan akan mendapatkan suatu pengakuan dari lembaga yang membinanya
dalam mengembangkan karir.
Mohon maaf apabila dalam penyampaian materi yang kami sampaikan masih
terdapat kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman.

15
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 1995. Konsep Kebidanan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Departemen Keseharan Republik Indonesia. 2007. Peraturan Mentri Kesehatan Nomer

938/Menkes/SK/VIII/2007. Tentang standar asuhan kebidanan. Jakarta: Kemenkes.

Estiwati, D; Meilani , N; Widyasi, H; Widyastuti, Y. 2009. Konsep Kebidanan. Jogjakarta:

Fitramaya.

Hidayat, A; Mufdillah. 2009. Catatan kuliah., Konsep Kebidanan plus materi bidan Delima.

Jogjakarta: Mitra Cendekia.

Sofyan, Mustika. 2006. Bidan Menyongsong Masa Depan; 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia.
Jakarta: PP IBI.

16

Anda mungkin juga menyukai