0
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah Mata Kuliah Manajemen
Organisasi dan Kepemimpinan yang berjudul “Teori dan konsep advokasi dalam pelayanan
kebidanan” ini pada tepat waktu.
Penulisan makalah ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Selain itu, kami
juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah
ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Demikian
yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Kelompok 4
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PEDAHULUAN..............................................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................................5
A. Pengertian.............................................................................................................................5
B. Tujuan Advokasi...................................................................................................................5
C. Sasaran..................................................................................................................................6
D. Prinsip Advokasi...................................................................................................................6
E. Strategi Pendekatan Utama Advokasi..................................................................................7
F. Komunikasi Dalam Advokasi...............................................................................................9
G. Advokasi Dalam Pelayanan Kebidanan..............................................................................11
H. Contoh Implementasi Advokasi Bidan...............................................................................11
BAB III............................................................................................................................................0
PENUTUP.......................................................................................................................................0
A. Kesimpulan...........................................................................................................................0
B. Saran.....................................................................................................................................0
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................1
2
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebidanan adalah memberikan asuhan kebidanan pada msayarakat baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada pelayanan kesehatan ibu dan
anak (KIA), keluarga berencana (KB), kesehatan reproduksi termasuk usia wanita
adiyuswa secara paripurna. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas
akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu sistem kepercayaan atau keyakinan
baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit sehingga diperlukan bidan di
masyarakat.
3
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan advokasi.
2. Untuk mengetahui tujuan dari advokasi.
3. Untuk mengetahui sasaran dari advokasi.
4. Untuk mengetahui prinsip dari advokasi.
5. Untuk mengetahui bagaimana strategi pendekatan utama advokasi.
6. Untuk mengetahui bagaimana menjalankan komunikasi dalam advokasi.
7. Untuk mengetahui bagaimana advokasi dalam pelayanan kebidanan.
8. Untuk mengetahui apa saja Pemantauan Pelayanan Kebidanan.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Advokasi berasal dari kata advocate, yang berarti pembelaan, atau anjuran
terhadap suatu masalah atau kasus. Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha
untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk
komunikasi persuasif. WHO (1989) : “advocacy is a combination on individual and
social action design to gain political commitment, policy support, social acceptance
and systems support for particular health goal or programme (WHO,1989).
Advokasi juga dapat diartikan sebagai upaya pendekatan (approches) terhadap orang
lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau
kegiatan yang dilaksanakan.
2. Tujuan Advokasi
Adapun Tujuan advokasi adalah sebagai berikut:
5
memperoleh akses di bidang sosial, kesehatan, politik, ekonomi, hukum, budaya,
mengalami hambatan secara struktural akibat tidak adanya kebijakan publik yang
bepihak kepada mereka. Pada intinya tujuan utama advokasi adalah untuk
mendorong kebijakan publik seperti dukungan tentang kesehatan.
3. Sasaran
1. Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak diharapkan memberikan
dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya: para pengambil keputusan dan
penentu kebijakan di pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, para mitra di
kalangan pengusaha/ swasta, badan penyandang dana, kalangan media massa,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat,
tokoh-tokoh berpengaruh dan tenar, dan kelompok-kelompok potensial lainnya
di masyarakat.
2. Mereka itu bukan hanya yang potensial pendukung, tetapi juga yang menentang
atau yang upayanya berlawanan atau merugikan kesehatan (misalnya: Industri
rokok).
3. Pelaku advokasi diharapkan siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan
memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut.
4. Mereka itu diharapkan: memahami permasalahan kesehatan, mempunyai
kemampuan advokasi khususnya melakukan pendekatan persuasif, dapat
dipercaya (credible), dan sedapat mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela
khususnya di depan kelompok sasaran.
5. Mereka itu juga dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, Perguruan
Tinggi, Organisasi profesi, Organisasi berbasis masyarakat/agama, LSM, tokoh
berpengaruh, dll.
6
4. Prinsip Advokasi
Prinsip-Prinsip Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi
mencakup kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai
memberikan tekanan (pressure) kepada para pemimpin institusi. Advokasi tidak
hanya dilakukan individu, tetapi juga oleh kelompok atau organisasi, maupun
masyarakat..Advokasi terdiri atas sejumlah tindakan yang dirancang untuk menarik
perhatian masyarakat pada suatu isu dan mengontrol para pengambil kebijakan untuk
mencari solusinya. Advokasi juga berisi aktivitas-aktivitas legal dan politisi yang
dapat mempengaruhi bentuk dan praktek penerapan hukum.
1. Pendekatan Advokasi
7
c. Membangun kemitraan
d. Memobilisasi massa
e. Membangun kapasitas
8
2. Strategi Advokasi
a. Strategi mikro
b. Strategi mezzo
Yaitu mediator, maksudnya disini adalah mewakili dan mendampingi
kelompok-kelompok formal atau organisasi guna mengidentifikasi masalah
sosial yang dihadapi secara bersama dalam merumuskan tujuan, mendiskusi
solusi-solusi secara potensial, monitoring dan mengevaluasi rencana aksi.
Teknik yang dapat dilakukan, antara lain, bersikap netral, tidak memihak, dan
pada saat bersamaan percaya bahwa kerjasama yang dibuat dapat berjalan
serta mendatangkan manfaat. Kemudian memfasilitasi pertukaran informasi
secara terbuka di antara pihak yang terlibat, mengidentifikasi manfaat
kerjasama yang timbul, menggali kesaman-kesamaan yang dimiliki oleh
pihak terlibat konflik, mendefinisikan, mengkonfrontasikan dan menangani
berbagai hambatan komunikasi.
c. Strategi makro
9
ketidak-adilan, memobilisasi sumber daya masyarakat untuk merubah
kondisi-kondisi yang buruk dan tidak adil, melakukan lobi dan negosiasi
agar terjadi perubahan di bidang hukum, termasuk melakukan class action.
d. Memobilisasi massa
e. Membangun kapasitas
10
6. Komunikasi Dalam Advokasi
Advokasi adalah berkomunikasi dengan para pengambil keputusan atau penentu
kebijakan. Dengan demikian maka sasaran komunikasi atau komunikannya secara
structural lebih tinggi daripada komunikator atau paling tidak setingkat. Dengan kata
lain arah komunikasinya adalah vertikal dan horizontal sehingga bentuk
komunikasinya adalah komunikasi interpersonal. Keberhasilan komunikasi
interpersonal dalam advokasi sangat ditentukan oleh efektivitas komunikasi para
petugas kesehatan termasuk bidan dengan para pembuat atau penentu kebijakan.
Berikut adalah hal-hal yang diperlukan untuk menghasilkan komunikas yang efektif :
1. Atraksi Interpersonal. Atraksi interpersonal adalah daya tarik seseorang atau sikap
positif pada seseorang yang memudahkan orang lain untuk berhubungan atau
berkomunikasi dengannya. Atraksi interpersonal ditentukan oleh beberapa faktor
antara lain sebagai berikut :
a. Daya tarik
b. Percaya diri
c. Kemampuan
d. Familiar
e. Kedekatan
2. Perhatian. Sasaran komunikasi dalam advokasi adalah para pembuat keputusan
atau penetu kebijakan. Tujuan utama advokasi adalah memperoleh komitmen atau
dukungan kebijakan dari para pembuat keputusan. Untuk memberikan komitmen
dan dukungan terhadap sesuatu pertama kali ia harus mempunyai perhatian
terhadap sesuatu tersebut.
3. Intensitas. Komunikasi Dalam komunikasi, pesan adalah faktor eksternal yang
menarik perhatian komunikan (penerima pesan). Pesan akan bersifat menonjol
bila intensitasnya tinggi dan diulang-ulang. Oleh sebab itu agar komunikasi
advolasi efektif maka harus sering dikomunikasikan melaui berbagai kesempatan
atau pertemuan, baik pertemuan formal atau informal, melalui seminar dan
sebagainya.
11
4. Visualisasi. Selain pesan yang ditawarkan harus disampaikan dengan intensitas
yang tinggi, informasi atau pesan perlu divisualisasikan dalam bentuk media,
khususnya media interpersonal. Media interpersonal yang paling efektif dalam
rangka komunikasi advokasi adalah flip chard, booklet, slide atau video cassette.
Pesan itu didasari fakta-fakta yang diilustrasikan melalui grafik, table, gambar,
atau foto.
12
b) Membantu masyarakat untuk mengakses kesehatan yang relevan dan informasi
kesehatan dan membertikan dukungan sosial.
c) Melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan berbagai
program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
d) Melakukan upaya agar para pengambil keputusan tersebut meyakini atau
mempercayai bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu di dukung melalui
kebijakan atau keputusan politik dalam bentuk peraturan, Undang-Undang,
instruksi yang menguntungkan kesehatan public dengan sasaran yaitu pejabat
legislatif dan eksekutif. Para pemimpin pengusaha, organisasi politik dan
organisasi masyarakat baik tingkat pusat, propinsi, kabupaten, keccamatan desa
kelurahan.
13
B. Pemantauan Pelayanan Kebidanan
1. Kohort Ibu
2. Kohort Bayi
a. Pengertian
Pengisian Kohort adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu
aktivitas. Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara kemudian
diakhiri dengan pembuatan laporan. Pelaporan adalah catatan yang memberikan
informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya disampaikan kepihak yang
berwenang atau berkaitan dengan kegiatan tertentu. Pengisiaan kohort selengkap
mungkin dapat mengantisipasi adanya risiko tinggi pada kehamilan ibu.
kohort bayi merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk
neonatal. Kohort bayi merupakan salah satu instrumen kesehatan ibu dan anak
yang merupakan sumber data tentang bayi di suatu wilayah kerja bidan. Evaluasi
pencatatan kohort perlu dilakukan agar dapat mengetahui sejauh mana instrumen
tersebut bermanfaat dan untuk menentukan program ke depan berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak.
b. Tujuan Kohort Bayi
Untuk Mengidentifikasi masalah Kesehatan neonatal, bayi yang
teridentifikasi dari data bidan.
c. Isi Kohort Bayi
Kohort tersebut berisikan:
1) Nomor urut
2) Nama bayi
3) Jenis kelamin
4) Jenis kelamin
5) Alamat
6) Kondisi saat lahir.
d. Cara Pengisian Kohort Bayi
1) Tuliskan nama Desa, Kelurahan, Puskesmas, Kecamatan (kode),
Kabupaten/Kota (kode), Provinsi (kode) dan petugas kesehatan pada sampul
kohort bayi.
2) Tuliskan pada kolom 14-25 sesuai tahun pelaksanaan dan pada kolom 26-37
dengan tahun berikutnya.
3) Isilah data bayi perempuan dengan tulisan tinta merah dan bayi laki-laki
dengan tinta hitam.
4) Kolom 1: diisi nomor urut, setiap ganti tahun dimulai dengan angka satu (1).
5) Kolom 2: diisi Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang diperoleh dari
Dukcapil sesuai dengan Akta Kelahiran.
6) Kolom 3: diisi nama bayi dengan lengkap (bukan nama orang tua).
14
7) Kolom 4 :diisi tanggal, bulan dan tahun lahir bayi dengan jelas.
8) Kolom 5: diisi sesuai jenis kelamin bayi, tulis L untuk laki-laki dan P untuk
perempuan.
9) Kolom 6: diisi nama lengkap ibu sesuai KTP.
10) Kolom 7: diisi alamat domisili anak dan nomor telpon/Hp bila ada.
11) Kolom 8: diberi tanda punya Buku KIA (√) atau dikosongkan bila tidak punya
Buku KIA.
12) Kolom 9: diisi berat badan lahir dalam satuan gram, jika <2.500 gram tulis
BBLR diisi panjang lahir dalam satuan em, jika kurang dari 48 cm ditulis
Pendek
13) Kolom 10: Diisi kode tempat pelayanan, Diisi kondisi saat lahir :
klasifikasi/diagnosis jika lahir dengan komplikasi (asfiksia, trauma lahir,
infeksi, kelainan kongenital, hipotermi, dll), Diisi kode pelayanan yang
didapat: IMD, Vit K1, Salep Mata (ditulis SM), EID+, ARV dan pengobatan
profilaksis kotrimoksazol (PPK), Diisi (+) jika meninggal
14) Kolom 11-13: Diisi tanggal dan bulan pelayanan, Diisi kode tempat
pelayanan, Diisi tanda bintang (*) jika sehat, diisi klasifikasi sesuai
MTBM/diagnosis penyakit jika sakit
Diisi tanda tambah (+) jika meninggal, Diisi kode pelayanan.
15) Kolom 14-37: Diberi garis tebal sebagai pembatas untuk umur 3 bl, 6 bl, 9 bl,
dan 12bl, Diisi tanggal pelayanan, Diisi tempat pelayanan, Diisi kode
pelayanan, Diisi berat badan bayi dalam kg, Diisi kode kondisi bayi
16) Kolom 38-44: Diisi tanggal, bulan dan tahun diberikan pelayanan
17) Kolom 45: Jika sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap (IDL), diberikan
tanda rumput (√)
18) Kolom 46: Diisi tanggal, bulan dan tahun kematian, Diisi sesuai tempat
kematian (misalnya RS/Puskesmas/ Klinik/ BPM/ Rumah/dll), Diisi penyebab
kematian (Pneumonia, Diare, DBD, Tetanus, Difteri, dll).
19) Kolom 47: Diisi keterangan baru atau pindah domisili, Diisi keterangan
lainnya yang diperlukan.
15
sumber daya manusia yang handal, terutama tenaga bidan yang sangat berperan
sebagai sarana kegiatan tersebut.
b. Tujuan PWS-KIA
Pembuatan PWS KIA adalah memantau cakupan pelayanan KIA yang
dipilih sebagai indikator, secara teratur (bulanan) dan terus menerus untuk tiap
wilayah, menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapaian,
merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
dalam penggerakan sasaran dan mobilisasi sumber daya yang ada di dalam
masyarakat itu sendiri.
c. Indikator Pemantauan PWS-KIA
1. Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan K1)
Digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan
program dalam menggerakkan masyarakat. Cakupan K1 di sini adalah ibu
hamil yang memeriksakan kehamilan pertama kali sebelum kehamilan ibu
berumur 14 minggu.
2. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K4)
cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan
menepati waktu yang ditetapkan) yang menggambarkan tingkat perlindungan
ibu hamil di suatu wilayah, disamping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungsan program KIA.
3. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga
kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA
dalam pertolongan persalinan.
4. Penjaringan (Deteksi) Ibu Hamil Oleh Masyarakat
Indikator ini dapat mengukur tingkat kemampuan dan peran serta masyarakat
dalam melakukan deteksi dini ibu hamil berisiko di suatu wilayah.
5. Penjaringan (Deteksi) Ibu Hamil Berisiko Oleh Tenaga Kesehatan
Indikator ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi oleh program
KIA dan harus ditindaklanjuti dengan intervensi secara intensif.
6. Cakupan Pelayanan Neonatal (Kn) Oleh Tenaga Kesehatan
16
Dengan indikator ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi oleh
program KIA dan harus ditindaklanjuti dengan intervensi secara intensif.
7. Cakupan Pelayanan Nifas Oleh Tenaga Kesehatan
Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu nifas.
8. Penanganan Komplikasi Obstetri
Indikator ini menunjukan kemampuan sarana pelayanan kesehatan menangani
kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri pada ibu bersalin yang kemudian
ditindak lanjuti sesuai dengan kewenangannya atau dapat dirujuk ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi.
9. Penanganan Komplikasi Neonatal
Indikator ini menunjukan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam
menangani kasus-kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian
ditindaklanjuti sesuai kewenangannya atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan
yang lebih tinggi.
d. Persiapan Perencanaan PWS-KIA
Proses yang diperlukan dalam penerapan PWS KIA dimulai dengan langkah-
langkah perencanaan/persiapan sebagai berikut:
1. Pertemuan di tingkat propinsi (pertemuan sosialisasi/orientasi)
2. Pertemuan di tingkat Kabupaten/Kota
3. Petemuan di puskesmas
4. Fasilitas petugas kabupaten/kota
5. Pelatihan petugas puskesmas
6. Pertemuan dengan unit kesehatan swasta dan RSU
e. Pemantauan Hasil/Monitoring Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses pelayanan
kebidanan komunitas yang manandakan seberapa jauh pendataan, perencanaan,
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Evaluasi memungkinkan bidan untuk
memonitor kejadian yang terjadi di setiap tahap pelaksanaan.
Pemantauan kegiatan PWS-KIA dapat dilakukan melalui laporan kegiatan
PWS KIA bulanan dengan melihat kelengkapan data PWS KIA yaitu hasil
17
analisis indikator PWS KIA serta rencana tindak lanjut berupa jadwal rencana
kegiatan.
4. Pendataan Sasaran
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
0
DAFTAR PUSTAKA
Putri, Noviyanti Rahardjo. 2021. Konsep advokasi Dalam Pelayanan Kebidanan. Surakarta :
Prodi Kebidanan FK UNS
Keriastianto, Aji. 2013. Konsep Advokasi Dalam Promosi Kesehatan.Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Kristiyanti, R., Setyaningsih, P., & Fajriyah, N. N. (2019). Evaluasi Pencatatan Kohort Bayi Di
Wilayah Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kebidanan Indonesia, 10(2).
Rahayu, T. P. (2019). Modul Ajar 2 Kebidanan Komunitas. Surabaya: Prodi Kebidanan Magetan
Poltekkes Kemenkes Surabaya.