Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TEORI DAN KONSEP ADVOKASI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:


Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan
Dosen Pengampu :
Hj. Noorhayati Maslani,S.Si.T.,MPd

Disusun Oleh Kelompok 4 :


Aisya Supiah
Asyifa Putri Nabila
Desy Komala
Ihda Mabruka
Masriah
Nona
Salisa Ananda Rizqa
Shirera Triana Putri

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEBIDANAN
2023

0
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah Mata Kuliah Manajemen
Organisasi dan Kepemimpinan yang berjudul “Teori dan konsep advokasi dalam pelayanan
kebidanan” ini pada tepat waktu.

Penulisan makalah ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Selain itu, kami
juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah
ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Demikian
yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Banjarbaru, Februari 2023

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PEDAHULUAN..............................................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................................5
A. Pengertian.............................................................................................................................5
B. Tujuan Advokasi...................................................................................................................5
C. Sasaran..................................................................................................................................6
D. Prinsip Advokasi...................................................................................................................6
E. Strategi Pendekatan Utama Advokasi..................................................................................7
F. Komunikasi Dalam Advokasi...............................................................................................9
G. Advokasi Dalam Pelayanan Kebidanan..............................................................................11
H. Contoh Implementasi Advokasi Bidan...............................................................................11
BAB III............................................................................................................................................0
PENUTUP.......................................................................................................................................0
A. Kesimpulan...........................................................................................................................0
B. Saran.....................................................................................................................................0
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................1

2
BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebidanan adalah memberikan asuhan kebidanan pada msayarakat baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada pelayanan kesehatan ibu dan
anak (KIA), keluarga berencana (KB), kesehatan reproduksi termasuk usia wanita
adiyuswa secara paripurna. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas
akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu sistem kepercayaan atau keyakinan
baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit sehingga diperlukan bidan di
masyarakat.

Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan melayani keluarga dan


masyarakat yang mencakup bidan sebagai penyedia layanan dan komunitas sebagai
sasaran yang dipengaruhi oleh IPTEK dan lingkungan. Komunitas digambarkan sebagai
sebuah lingkungan fisik di mana seseorang tinggal sebagai sebuah lingkungan beserta
aspek-aspek sosialnya. Masyarakat setempat yang bertempat tinggal di suatu wilayah
(dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu di mana faktor utama yang menjadi
dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para anggotanya, dibanding dengan
penduduk di luar batas wilayah. Dengan demikian dapat disimpilkan bahwa masyarakat
setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat
hubungan sosial tertentu.

Dalam isu-isu kesehatan masyarakat, seringkali kita harus melakukan advokasi


sebagai bagian penting dalam strategi program. Peta pikiran berikut ini berbicara tentang
advokasi. Intinya, advokasi merupakan proses untuk mempengaruhi pengambil
kebijakan. Ia dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi program, karena untuk
mencapai hasil yang kita inginkan kita memerlukan pendekatan yang lebih luas, dan
mendasar kepada penyebab majemuk.

3
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan advokasi.
2. Untuk mengetahui tujuan dari advokasi.
3. Untuk mengetahui sasaran dari advokasi.
4. Untuk mengetahui prinsip dari advokasi.
5. Untuk mengetahui bagaimana strategi pendekatan utama advokasi.
6. Untuk mengetahui bagaimana menjalankan komunikasi dalam advokasi.
7. Untuk mengetahui bagaimana advokasi dalam pelayanan kebidanan.
8. Untuk mengetahui apa saja Pemantauan Pelayanan Kebidanan.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Dan Konsep Advokasi Dalam Pelayanan Kebidanan

1. Pengertian
Advokasi berasal dari kata advocate, yang berarti pembelaan, atau anjuran
terhadap suatu masalah atau kasus. Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha
untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk
komunikasi persuasif. WHO (1989) : “advocacy is a combination on individual and
social action design to gain political commitment, policy support, social acceptance
and systems support for particular health goal or programme (WHO,1989).
Advokasi juga dapat diartikan sebagai upaya pendekatan (approches) terhadap orang
lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau
kegiatan yang dilaksanakan.

2. Tujuan Advokasi
Adapun Tujuan advokasi adalah sebagai berikut:

1) Adanya pemahaman atau kesadarah terhadap masalah kesehatan.


2) Adanya ketertarikan dalam menyelesaikan masalah kesehatan.
3) Adanya kemauan atau kepedulian menyelesaikan masalah kesehatan dengan
memberikan alternatif solusi.
4) Adanya tindakan nyata dalam menyelesaikan masalah kesehatan.
5) Adanya tindak lanjut kegiatan.
6) Adanya komitmen dan dukungan dari kebijakan pemerintah, sumberdaya, dan
keikutsertakan berbagai pihak untuk memberikan kemudahan dalam
menyelesaikan masalah kesehatan.
7) Secara umum tujuan advokasi adalah untuk mewujudkan berbagai hak dan
kebutuhan kelompok masyarakat yang oleh karena keterbatasannya untuk

5
memperoleh akses di bidang sosial, kesehatan, politik, ekonomi, hukum, budaya,
mengalami hambatan secara struktural akibat tidak adanya kebijakan publik yang
bepihak kepada mereka. Pada intinya tujuan utama advokasi adalah untuk
mendorong kebijakan publik seperti dukungan tentang kesehatan.

3. Sasaran
1. Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak diharapkan memberikan
dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya: para pengambil keputusan dan
penentu kebijakan di pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, para mitra di
kalangan pengusaha/ swasta, badan penyandang dana, kalangan media massa,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat,
tokoh-tokoh berpengaruh dan tenar, dan kelompok-kelompok potensial lainnya
di masyarakat. 
2. Mereka itu bukan hanya yang potensial pendukung, tetapi juga yang menentang
atau yang upayanya berlawanan atau merugikan kesehatan (misalnya: Industri
rokok). 
3. Pelaku advokasi diharapkan siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan
memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. 
4. Mereka itu diharapkan: memahami permasalahan kesehatan, mempunyai
kemampuan advokasi khususnya melakukan pendekatan persuasif, dapat
dipercaya (credible), dan sedapat mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela
khususnya di depan kelompok sasaran. 
5. Mereka itu juga dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, Perguruan
Tinggi, Organisasi profesi, Organisasi berbasis masyarakat/agama, LSM, tokoh
berpengaruh, dll. 

6
4. Prinsip Advokasi
Prinsip-Prinsip Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi
mencakup kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai
memberikan tekanan (pressure) kepada para pemimpin institusi. Advokasi tidak
hanya dilakukan individu, tetapi juga oleh kelompok atau organisasi, maupun
masyarakat..Advokasi terdiri atas sejumlah tindakan yang dirancang untuk menarik
perhatian masyarakat pada suatu isu dan mengontrol para pengambil kebijakan untuk
mencari solusinya. Advokasi juga berisi aktivitas-aktivitas legal dan politisi yang
dapat mempengaruhi bentuk dan praktek penerapan hukum.

5. Strategi Pendekatan Utama Advokasi

1. Pendekatan Advokasi

Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi yaitu:

a. Melibatkan para pemimpin

Para pembuat undang-undang,mereka yang terlibatdalam penyusunan


hukum, peraturan maupun pemimpin poilitik, yaitu mereka yang menetapkan
kebijakan publik sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang
terkait dengan masalah sosial termaksud kesehatan dan kependudukan. Oleh
karena itu, sangat penting melibatkan mereka semaksimum mungkin dalam
isu yang akan diadvokasikan.

b. Bekerja dengan media massa

Media massa sangat penting berperan dalam membentuk oponi publik.


Media juga sangat kuat dalam mempengaruhi presepsi publik atas isu atau
masalah tertentu. Mengenal, membangun dan menjaga kemitraan dengan
media massa sangat penting dalam proses advokasi.

7
c. Membangun kemitraan

Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya jaringan,


kemitraan yang brekelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi dan
sektor lain yang bergerak dalam isu yang sama. Kemitraan ini dibentuk oleh
individu, kelompok yang bekerja sama yang bertujuan untuk mencapai tujun
umum yang sama atau hampir sama. Namum membangun pengembangan
kemitraan tidak mudah, memerlukan aktual, perencanaan yang matang serta
memerlukan penilaian kebutuhan serta minat dari calon mitra.

d. Memobilisasi massa

Memobilisasi massa merupakan suatu proses mengorganisasikan


individu yang telah termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau
mengorganisasikan kelompok yang sudah ada. Dengan mobilisasi
dimaksudkan agar motivasi individu dapat diubah menjadi tindakan kolektif.

e. Membangun kapasitas

Membangun kapasitas disini dimasudkan melembagakan kemampuan


untuk mengembangkan dan mengelolah program yang komprehensif dan
membangun kritical massa pendukukung yang memiliki keterampilan
advokasi. Kelompok ini dapat diidentifikasikan dari LSM tertentu,kelompok
profesi serta kelompok lain.

8
2. Strategi Advokasi

Strategi advokasi di dalam pemberdayaan masyarakat dapat kita bagi dalam


tiga strategi yaitu sebagai berikut:

a. Strategi mikro

Yaitu penghubung sosial masyarakat atau penghubung klien dengan


sumber-sumber di lingkungan sekitar. Adapun teknik yang dapat dilakukan
adalah menjalin relasi kerjasama dengan profesi-profesi kunci, membangun
kontak-kontak antara klien dengan lembaga-lembaga pelayanan sosial,
mempelajari kebijakan-kebijakan dan syarat-syarat serta proses pemanfaatan
sumber daya yang ada di dalam masyarakat.

b. Strategi mezzo
Yaitu mediator, maksudnya disini adalah mewakili dan mendampingi
kelompok-kelompok formal atau organisasi guna mengidentifikasi masalah
sosial yang dihadapi secara bersama dalam merumuskan tujuan, mendiskusi
solusi-solusi secara potensial, monitoring dan mengevaluasi rencana aksi.
Teknik yang dapat dilakukan, antara lain, bersikap netral, tidak memihak, dan
pada saat bersamaan percaya bahwa kerjasama yang dibuat dapat berjalan
serta mendatangkan manfaat. Kemudian memfasilitasi pertukaran informasi
secara terbuka di antara pihak yang terlibat, mengidentifikasi manfaat
kerjasama yang timbul, menggali kesaman-kesamaan yang dimiliki oleh
pihak terlibat konflik, mendefinisikan, mengkonfrontasikan dan menangani
berbagai hambatan komunikasi.
c. Strategi makro

Yaitu sebagai aktivis dan analis kebijakan. Advokasi berperan sebagai


aktivis sosial, maka harus terlibat langsung dalam gerakan perubahan sosial
dan aksi sosial bersama masyarakat. Wujud riil dari peran sebagai aktivis
sosial adalah meningkatkan kesadaran publik terhadap masalah sosial,

9
ketidak-adilan, memobilisasi sumber daya masyarakat untuk merubah
kondisi-kondisi yang buruk dan tidak adil, melakukan lobi dan negosiasi
agar terjadi perubahan di bidang hukum, termasuk melakukan class action.

d. Memobilisasi massa

Memobilisasi massa merupakan suatu proses mengorganisasikan


individu yang telah termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau
mengorganisasikan kelompok yang sudah ada. Dengan mobilisasi
dimaksudkan agar motivasi individu dapat diubah menjadi tindakan
kolektif.

e. Membangun kapasitas

Membangun kapasitas disini dimasudkan melembagakan kemampuan


untuk mengembangkan dan mengelolah program yang komprehensif dan
membangun kritical massa pendukukung yang memiliki keterampilan
advokasi. Kelompok ini dapat diidentifikasikan dari LSM tertentu,kelompok
profesi serta kelompok lain.

10
6. Komunikasi Dalam Advokasi
Advokasi adalah berkomunikasi dengan para pengambil keputusan atau penentu
kebijakan. Dengan demikian maka sasaran komunikasi atau komunikannya secara
structural lebih tinggi daripada komunikator atau paling tidak setingkat. Dengan kata
lain arah komunikasinya adalah vertikal dan horizontal sehingga bentuk
komunikasinya adalah komunikasi interpersonal. Keberhasilan komunikasi
interpersonal dalam advokasi sangat ditentukan oleh efektivitas komunikasi para
petugas kesehatan termasuk bidan dengan para pembuat atau penentu kebijakan.
Berikut adalah hal-hal yang diperlukan untuk menghasilkan komunikas yang efektif :

1. Atraksi Interpersonal. Atraksi interpersonal adalah daya tarik seseorang atau sikap
positif pada seseorang yang memudahkan orang lain untuk berhubungan atau
berkomunikasi dengannya. Atraksi interpersonal ditentukan oleh beberapa faktor
antara lain sebagai berikut :
a. Daya tarik
b. Percaya diri
c. Kemampuan
d. Familiar
e. Kedekatan
2. Perhatian. Sasaran komunikasi dalam advokasi adalah para pembuat keputusan
atau penetu kebijakan. Tujuan utama advokasi adalah memperoleh komitmen atau
dukungan kebijakan dari para pembuat keputusan. Untuk memberikan komitmen
dan dukungan terhadap sesuatu pertama kali ia harus mempunyai perhatian
terhadap sesuatu tersebut.
3. Intensitas. Komunikasi Dalam komunikasi, pesan adalah faktor eksternal yang
menarik perhatian komunikan (penerima pesan). Pesan akan bersifat menonjol
bila intensitasnya tinggi dan diulang-ulang. Oleh sebab itu agar komunikasi
advolasi efektif maka harus sering dikomunikasikan melaui berbagai kesempatan
atau pertemuan, baik pertemuan formal atau informal, melalui seminar dan
sebagainya.

11
4. Visualisasi. Selain pesan yang ditawarkan harus disampaikan dengan intensitas
yang tinggi, informasi atau pesan perlu divisualisasikan dalam bentuk media,
khususnya media interpersonal. Media interpersonal yang paling efektif dalam
rangka komunikasi advokasi adalah flip chard, booklet, slide atau video cassette.
Pesan itu didasari fakta-fakta yang diilustrasikan melalui grafik, table, gambar,
atau foto.

7. Advokasi Dalam Pelayanan Kebidanan


Sebuah upaya yang dilakukan orang-orang di bidang kebidanan, utamanya promosi
kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan . Menyentuh pada level
pembuat kebijakan ➔ memengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan
memerhatikan kesehatan. Misalnya kita memberikan promosi kesehatan dengan
sokongan dari kebijakan public dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari
informasi kesehatan bisa tersampaikan dengan kemudahan kepada masyarakat atau
promosi kesehatan yang kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan terhadap kaum
lemah (miskin).

8. Contoh Implementasi Advokasi Bidan


1) Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya yang
diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal
2) Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman.
Contoh: Jika ada ibu bersalin yang lahir di dukun dan menggunakan peralatan yang
tidak steril, maka bidan melakukan advokasi kepada pemerintah setempat agar
pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun menggunakan peralatan yang steril
salah satu caranya adalah melakukan pembinaan terhadap dukun bayi dan pemerintah
memberikan sangsi jika ditemukan dukun bayi di lapangan menggunakan alat-alat
yang tidak steril.
3) Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan. Bidan sebagai advocator
mempunyai tugas antara lain :
a) Mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang dalam pelayanan
kebidanan, yang mungkin rentan dan tidak mampu melindungi kepentingan
mereka sendiri.

12
b) Membantu masyarakat untuk mengakses kesehatan yang relevan dan informasi
kesehatan dan membertikan dukungan sosial.
c) Melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan berbagai
program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
d) Melakukan upaya agar para pengambil keputusan tersebut meyakini atau
mempercayai bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu di dukung melalui
kebijakan atau keputusan politik dalam bentuk peraturan, Undang-Undang,
instruksi yang menguntungkan kesehatan public dengan sasaran yaitu pejabat
legislatif dan eksekutif. Para pemimpin pengusaha, organisasi politik dan
organisasi masyarakat baik tingkat pusat, propinsi, kabupaten, keccamatan desa
kelurahan.

13
B. Pemantauan Pelayanan Kebidanan
1. Kohort Ibu
2. Kohort Bayi
a. Pengertian
Pengisian Kohort adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu
aktivitas. Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara kemudian
diakhiri dengan pembuatan laporan. Pelaporan adalah catatan yang memberikan
informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya disampaikan kepihak yang
berwenang atau berkaitan dengan kegiatan tertentu. Pengisiaan kohort selengkap
mungkin dapat mengantisipasi adanya risiko tinggi pada kehamilan ibu.
 kohort bayi merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk
neonatal. Kohort bayi merupakan salah satu instrumen kesehatan ibu dan anak
yang merupakan sumber data tentang bayi di suatu wilayah kerja bidan. Evaluasi
pencatatan kohort perlu dilakukan agar dapat mengetahui sejauh mana instrumen
tersebut bermanfaat dan untuk menentukan program ke depan berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak.
b. Tujuan Kohort Bayi
Untuk Mengidentifikasi masalah Kesehatan neonatal, bayi yang
teridentifikasi dari data bidan.
c. Isi Kohort Bayi
Kohort tersebut berisikan:
1) Nomor urut
2) Nama bayi
3) Jenis kelamin
4) Jenis kelamin
5) Alamat
6) Kondisi saat lahir.
d. Cara Pengisian Kohort Bayi
1) Tuliskan nama Desa, Kelurahan, Puskesmas, Kecamatan (kode),
Kabupaten/Kota (kode), Provinsi (kode) dan petugas kesehatan pada sampul
kohort bayi.
2) Tuliskan pada kolom 14-25 sesuai tahun pelaksanaan dan pada kolom 26-37
dengan tahun berikutnya.
3) Isilah data bayi perempuan dengan tulisan tinta merah dan bayi laki-laki
dengan tinta hitam.
4) Kolom 1: diisi nomor urut, setiap ganti tahun dimulai dengan angka satu (1).
5) Kolom 2: diisi Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang diperoleh dari
Dukcapil sesuai dengan Akta Kelahiran.
6) Kolom 3: diisi nama bayi dengan lengkap (bukan nama orang tua).
14
7) Kolom 4 :diisi tanggal, bulan dan tahun lahir bayi dengan jelas.
8) Kolom 5: diisi sesuai jenis kelamin bayi, tulis L untuk laki-laki dan P untuk
perempuan.
9) Kolom 6: diisi nama lengkap ibu sesuai KTP.
10) Kolom 7: diisi alamat domisili anak dan nomor telpon/Hp bila ada.
11) Kolom 8: diberi tanda punya Buku KIA (√) atau dikosongkan bila tidak punya
Buku KIA.
12) Kolom 9: diisi berat badan lahir dalam satuan gram, jika <2.500 gram tulis
BBLR diisi panjang lahir dalam satuan em, jika kurang dari 48 cm ditulis
Pendek
13) Kolom 10: Diisi kode tempat pelayanan, Diisi kondisi saat lahir :
klasifikasi/diagnosis jika lahir dengan komplikasi (asfiksia, trauma lahir,
infeksi, kelainan kongenital, hipotermi, dll), Diisi kode pelayanan yang
didapat: IMD, Vit K1, Salep Mata (ditulis SM), EID+, ARV dan pengobatan
profilaksis kotrimoksazol (PPK), Diisi (+) jika meninggal
14) Kolom 11-13: Diisi tanggal dan bulan pelayanan, Diisi kode tempat
pelayanan, Diisi tanda bintang (*) jika sehat, diisi klasifikasi sesuai
MTBM/diagnosis penyakit jika sakit
Diisi tanda tambah (+) jika meninggal, Diisi kode pelayanan.
15) Kolom 14-37: Diberi garis tebal sebagai pembatas untuk umur 3 bl, 6 bl, 9 bl,
dan 12bl, Diisi tanggal pelayanan, Diisi tempat pelayanan, Diisi kode
pelayanan, Diisi berat badan bayi dalam kg, Diisi kode kondisi bayi
16) Kolom 38-44: Diisi tanggal, bulan dan tahun diberikan pelayanan
17) Kolom 45: Jika sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap (IDL), diberikan
tanda rumput (√)
18) Kolom 46: Diisi tanggal, bulan dan tahun kematian, Diisi sesuai tempat
kematian (misalnya RS/Puskesmas/ Klinik/ BPM/ Rumah/dll), Diisi penyebab
kematian (Pneumonia, Diare, DBD, Tetanus, Difteri, dll).
19) Kolom 47: Diisi keterangan baru atau pindah domisili, Diisi keterangan
lainnya yang diperlukan.

3. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA.


a. Pengertian
PWS-KIA adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan
pelayanan KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus. Hal tersebut
dimaksudkan agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap
wilayah kerja yang cakupan pelayanan KIA nya masih rendah ataupun wilayah
yang membutuhkan.
PWS-KIA dapat dipandang sebagai surveilens sistem untuk mengukur
perkiraan angka kematian ibu dan anak, PWS-KIA sangat bergantung pada

15
sumber daya manusia yang handal, terutama tenaga bidan yang sangat berperan
sebagai sarana kegiatan tersebut.
b. Tujuan PWS-KIA
Pembuatan PWS KIA adalah memantau cakupan pelayanan KIA yang
dipilih sebagai indikator, secara teratur (bulanan) dan terus menerus untuk tiap
wilayah, menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapaian,
merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
dalam penggerakan sasaran dan mobilisasi sumber daya yang ada di dalam
masyarakat itu sendiri.
c. Indikator Pemantauan PWS-KIA
1. Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan K1)
Digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan
program dalam menggerakkan masyarakat. Cakupan K1 di sini adalah ibu
hamil yang memeriksakan kehamilan pertama kali sebelum kehamilan ibu
berumur 14 minggu.
2. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K4)
cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan
menepati waktu yang ditetapkan) yang menggambarkan tingkat perlindungan
ibu hamil di suatu wilayah, disamping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungsan program KIA.
3. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga
kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA
dalam pertolongan persalinan.
4. Penjaringan (Deteksi) Ibu Hamil Oleh Masyarakat
Indikator ini dapat mengukur tingkat kemampuan dan peran serta masyarakat
dalam melakukan deteksi dini ibu hamil berisiko di suatu wilayah.
5. Penjaringan (Deteksi) Ibu Hamil Berisiko Oleh Tenaga Kesehatan
Indikator ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi oleh program
KIA dan harus ditindaklanjuti dengan intervensi secara intensif.
6. Cakupan Pelayanan Neonatal (Kn) Oleh Tenaga Kesehatan

16
Dengan indikator ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi oleh
program KIA dan harus ditindaklanjuti dengan intervensi secara intensif.
7. Cakupan Pelayanan Nifas Oleh Tenaga Kesehatan
Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu nifas.
8. Penanganan Komplikasi Obstetri
Indikator ini menunjukan kemampuan sarana pelayanan kesehatan menangani
kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri pada ibu bersalin yang kemudian
ditindak lanjuti sesuai dengan kewenangannya atau dapat dirujuk ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi.
9. Penanganan Komplikasi Neonatal
Indikator ini menunjukan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam
menangani kasus-kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian
ditindaklanjuti sesuai kewenangannya atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan
yang lebih tinggi.
d. Persiapan Perencanaan PWS-KIA
Proses yang diperlukan dalam penerapan PWS KIA dimulai dengan langkah-
langkah perencanaan/persiapan sebagai berikut:
1. Pertemuan di tingkat propinsi (pertemuan sosialisasi/orientasi)
2. Pertemuan di tingkat Kabupaten/Kota
3. Petemuan di puskesmas
4. Fasilitas petugas kabupaten/kota
5. Pelatihan petugas puskesmas
6. Pertemuan dengan unit kesehatan swasta dan RSU
e. Pemantauan Hasil/Monitoring Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses pelayanan
kebidanan komunitas yang manandakan seberapa jauh pendataan, perencanaan,
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Evaluasi memungkinkan bidan untuk
memonitor kejadian yang terjadi di setiap tahap pelaksanaan.
Pemantauan kegiatan PWS-KIA dapat dilakukan melalui laporan kegiatan
PWS KIA bulanan dengan melihat kelengkapan data PWS KIA yaitu hasil

17
analisis indikator PWS KIA serta rencana tindak lanjut berupa jadwal rencana
kegiatan.

4. Pendataan Sasaran

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

0
DAFTAR PUSTAKA

Putri, Noviyanti Rahardjo. 2021. Konsep advokasi Dalam Pelayanan Kebidanan. Surakarta :
Prodi Kebidanan FK UNS

Keriastianto, Aji. 2013. Konsep Advokasi Dalam Promosi Kesehatan.Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

Kristiyanti, R., Setyaningsih, P., & Fajriyah, N. N. (2019). Evaluasi Pencatatan Kohort Bayi Di
Wilayah Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kebidanan Indonesia, 10(2).

Rahayu, T. P. (2019). Modul Ajar 2 Kebidanan Komunitas. Surabaya: Prodi Kebidanan Magetan
Poltekkes Kemenkes Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai