Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ADVOKASI DALAM PROMOSI KESEHATAN

DISUSUN OLEH:

LARA DELVIA SYAFNITA

20200010

DOSEN PENGAMPU :

Ns.MARIZKI PUTRI,S.Kep,M.Kep

PRODI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karwna itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................1

Daftar Isi.....................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan..................................................................................................4
D. Manfaat................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Advokasi............................................................................6
B. Prinsip Dasar Advokasi........................................................................6
C. Metode dan Tehnik Advokasi..............................................................7
D. Unsur-Unsur Advokasi.........................................................................8
E. Pendekatan Utama Advokasi..............................................................8
F. Langkah-Langkah Advokasi................................................................8
G. Proses dan Arah Advokasi..................................................................9
H. Argumen untuk Advokasi.....................................................................9
I. Arus Komunikasi Advokasi Kesehatan..............................................11
J. Contoh Proposal Advokasi Pendidikan dan Promosi Kesehatan.....12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Istilah Advokasi mulai digunakan dalam program kesehatan
masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984, sebagai salah satu
strategi global promosi kesehatan. Akhir- akhir ini topik “advokasi” begitu
popular dan menjadi kata yang sering diucapkan maupaun dimuat dalam
surat kabar. Bahkan dengan peran masyarakat yang lebih besar dalam
perumusan kebijakan publik, kata ini menjadi jargon yang selalu muncul
dimedia massa. Dalam kaitan dengan promosi kesehatan, apa
sebenaranya kaitan advokasi dengan bidang ini? Apakah advokasi dan
promosi kesehatan saling berkait? Bagaimana kaitan keduanya? untuk
melihat jauh isu itu, akan dijelaskan pengertian dan tujuan promosi
kesehatan serta berbagai tehnik yang digunakan dalam promosi
kesehatan. Selain itu akan disinggung mengenai penegertian dan tujuan
advokasi dengan minat khusus advokasi dalam promosi kesehatan.
Dalam konteks ini kedua topik tersebut dikaji dan dijelaskan kaitanya
serta lebih jauh diuraikan lebih dalam mengenai advokasi dalam promosi
kesehatan. Di sektor kesehatan, dalam konteks pembangunan nasional
sasaran advokasi adalah pimpinan eksekutif, termasuk presiden dan para
sector lain yang terkait dengan kesehatan, dan lembaga legislative.
Sedangkan istilah kemitraan di Indonesia masih relative baru, namun
demikian praktiknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak
zaman dahulu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan advokasi?
2. Apa saja prinsip dasar advokasi?

4
3. Apa saja Metode dan Tehnik Advokasi?
4. Apa saja undur-undur advokasi?
5. Apa saja pendekatan utama advokasi?
6. Apa saja langkah-langkah advokasi?
7. Apa saja proses dan arah advokasi?
8. Apa saja arus komukasi advokasi kesehatan?
9. Bagaimana argumentasi untuk advokasi?
10. Bagaimana contoh proposa advokasi pendidikan dan promosi
kesehatan?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian advokasi.
2. Mengetahui dan memahami prinsip dasar advokasi.
3. Mengetahui dan memahami Metode dan Tehnik Advokasi.
4. Mengetahui dan memahami unsur-unsur advokasi.
5. Mengetahui dan memahami pendekatan utama advokasi.
6. Mengetahui dan memahami langkah-langkah advokasi.
7. Mengetahui dan memahami proses dan arah advokasi;
8. Mengetahui dan memahami arus komukasi advokasi kesehatan.
9. Mengetahui dan memahami argumentasi untuk advokasi.
10. Mengaplikasikan proposal advokasi pendidikan dan promosi
kesehatan.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa bisa mengetahui dan memahami bahwa advokasi sangat
berguna dan penting dalam promosi kesehatan yang akan dilakukan
2. Bagi Institusi
Menciptakan mahasiswa yang mampu melakukan promosi kesehatan
agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang dituju

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Advokasi
Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan
terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi
mula-mula digunakan di bidang hukum atau pengadilan.
Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk
mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk
komunikasi persuasif. Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan
mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh
WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Pendidikan
atau Promosi Kesehatan. WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan
visi dan misi Promosi Kesehatan secara efektif  menggunakan 3 strategi
pokok, yaitu Advocacy, Social support dan Empowermen. Advokasi
diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program  atau
kegiatan yang dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi sasaran
advokasi adalah para pemimpin atau pengambil kebijakan (policy
makers) atau pembuat keputusan (decision makers) baik di institusi
pemerintah maupun swasta. 

B. Prinsip Dasar Advokasi


Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik,tetapi
mencakup kegiatan persuasif ,memberikan semangat dan bahkan
sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin
institusi.
      Tujuan advokasi yaitu :

6
1. Komitmen politik ( Political commitment )
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan
sangat penting untuk mendukung atau mengeluarkan peraturan-
peraturan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat,misalnya
untuk pembahasan kenaikan anggaran kesehatan,contoh konkrit
pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh presiden. Untuk
meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik.
2. Dukungan kebijakan ( Policy support )
Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu
ditindaklanjuti dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk
mendukung program yang telah memperoleh komitmen politik
tersebut.
3. Penerimaan sosial (Social acceptance)
Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program oleh
masyarakat. Suatu program kesehatan yang telah memperoleh
komitmen dan dukungan kebijakan,maka langkah selanjutnya adalah
mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh dukungan
masyarakat.
4. Dukungan sistem (System support)
Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya
sistem atau prosedur kerja yang jelas mendukung.
 
C. Metode Dan Tehnik Advokasi
Metode atau cara dan teknik advokasi untuk mencapai tujuan ada
bermacam-macam,yaitu :
1. Lobi politik ( political lobying )
2. Seminar/presentasi
3. Media
4. Perkumpulan

7
D. Unsur-Unsur Advokasi
Ada 8 unsur dasar advokasi,yaitu :
1. Penetepan tujuan advokasi
2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
3. Identifikasi khalayak sasaran
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
5. Membangun koalisi
6. Membuat presentasi yang persuasif
7. Penggalangan dana untuk advokasi
8. Evaluasi upaya advokasi.

E. Pendekatan Utama Advokasi


Ada 5 pendekatan utama advokasi,yaitu :
1. Melibatkan para pemimpin
2. Bekerja dengan media massa
3. Membangun kemitraan
4. Memobilisasi massa
5. Membangun kapasitas.

F. Langkah-Langkah Advokasi
1. Tahap Persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun
bahan/materi atau instrument advokasi. Bahan advokasi adalah:data
informasi – bukti yang dikemas dalam bentuk tabel,grafik atau diagram
yang mnjelaskan besarnya masalah kesehatan,akibat atau dampak
masalah,dampak ekonomi,dan program yang diusulkan/proposal
program.
2. Tahap pelaksanaan

8
Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara
advokasi.
3. Tahap Penilaian
Untuk menilai keberhasilan advokasi dapat menggunakan
indikator sebagai berikut :
a. Software. Misalnya: Dikeluarkannya UU, PP, Perda, KepMen, SK
Bupati, MOU, dsb
b. Hardware. Misalnya: Meningkatnya anggaran kesehatan, adanya
bantuan sarana.

G. Proses Dan Arah Advokasi


Istilah Advocacy / Advokasi dibidang kesehaan mulai digunakan
dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada
tahun 1984 sebagai salah satu strategi global pendidikan atau promosi
kesehatan . WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi
promosi kesehatan secara efektif menggunakan strategi pokok , yaitu
1. Advocacy ( advokasi )
2. Sosial support ( dukungan social ) , 
3. Empowermen ( pemberdayaan masyarakat ) .
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain
yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu
program atau kegiatan yang dilaksanakan . Oleh karena itu yang menjadi
sasaran advokasi adalah para pemimpin atau pengambil kebijakan
( policy makers ) atau pembuat keputusan (decision makers ) baik di
institusi pemerintah maupun swasta .

H. Argumentasi Untuk Advokasi


Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program kesehatan
tidaklah mudah , memerlukan argumentasi yang kuat . Dibawah ini ada

9
beberapa hal yang dapat memperkuat argumen dalam melakukan
kegiatan aplikasi antara lain : 
1. Creadible : Credibilatas ( creadible ) adalah suatu sipat pada
seseorang atau institusi yang menyebabkan orang atau pihak lain
mempercayainya .
2. Layak ( feasibel ) Artinya program yang diajukan tersebut baik secara
tekhnik , politik , maupun ekonomi dimungkinkan atau layak .
3. Relevan ( relevant ) Program yang diajukan tersebut paling tidak harus
mencakup 2 kriteria , yakni : memenuhi kebutuhan masyarakat , dan
benar – benar memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat .
4. Penting dan mendesak ( urgent ) Artinya program yang diajukan harus
mempunyai urgensi yang tinggi : harus segera dilaksanakan dan kalau
tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan masalah yang lebih
besar lagi .
5. Prioritas tinggi ( haigh priority ) Artinya program yang diajukan tersebut
harus mempunyai prioritas yang tinggi

10
I. Arus Komunikasi Advokasi Kesehatan
Komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat
khusus agar komunikasi tersebut efektif. Berikut adalah bagan arus
komunikasi dalam agar pengajuan proposal advokasi berjalan lancar.

Pelaksana menentukan dan mengadakan rapat


pelaksana
Penyusunan proposal

Pengajuan proposal

Tertuju pada advokat yang jelas dan berpengaruh


dalam sasaran promosi kesehatan

Penjelasan tehnis isi dari proposal dan tehnis promkes

Menunggu dan meminta persetujuan dari advokat

Persiapan dan rapat sebelum pelaksanaan

Pelaksanaan promosi kesehatan

Evaluasi dan laporan kepada advokat tentang hasil


yang didapat

11
J. Contoh Proposal Advokasi Pendidikan dan Promosi Kesehatan
ADVOKASI “KAWASAN KAMPUS BEBAS ROKOK”
DI UNIVERSITAS DIPONEGORO DAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

I. LATAR BELAKANG
Merokok merupakan suatu kebiasaan yang merugikan
kesehatan dan penyebab utama runtuhnya kesehatan manusia serta
menyebabkan kematian dini. Lima ratus juta orang yang dewasa ini
hidup di muka bumi akan meninggal akibat kebiasaan merokok.
Kebiasaan merokok kini merupakan penyebab kematian 10 %
penduduk dunia. Pada tahun 2030, atau bahkan mungkin lebih cepat
dari itu, satu dari enam manusia akan meninggal akibat kebiasaan
merokoknya.
Kebiasaan merokok itu telah terbukti berhubungan dengan
sedikitnya 25 jenis penyakit pada berbagai organ tubuh, antara lain
kanker saluran pernafasan hingga paru, kandung kemih, bronchitis
kronik, dan penyakit jantung. Selain itu, kebiasaan merokok juga
berhubungan dengan gangguan pembuluh darah di otak (stroke),
penyakit saluran cerna, gangguan katarak di mata, membuat kulit
cepat keriput dan bahkan sampai impotensi. Dari 25 jenis penyakit
yang berhubungan dengan kebiasaan merokok, beberapa diantaranya
bahkan dapat menimbulkan kematian, antara lain kanker pada saluran
pernafasan, gangguan pada pembuluh darah, hingga gangguan pada
janin dan kelahiran berat rendah, kematian pre-natal, kelahiran
premature dan rentan terhadap keguguran pada wanita yang merokok.
Dewasa ini di seluruh dunia diperkirakan terdapat 1,26 milyar
perokok, lebih dari 200 juta diantaranya adalah perempuan. Data
WHO menyebutkan di negara berkembang jumlah perokoknya 800
juta orang, hampir tiga kali lipat negara maju. Setiap harinya sekitar

12
80-100 ribu remaja di dunia yang menjadi pecandu dan ketagihan
rokok. Bila pola ini terus menetap maka sekitar 250 juta anak – anak
yang hidup sekarang ini akan meninggal akibat penyakit yang
berhubungan dengan kebiasaan merokok. Di tahun 2000 ditemukan
3,5 juta kematian akibat rokok setahunnya, dimana 1,1 juta
diantaranya terjadi di negara- negara berkembang. Angka kematian
tersebut diperkirakan meningkat menjadi 10 juta orang pada tahun
2025, 70% berasal dari negara-negara berkembang. Sedangkan
Indonesia menduduki peringkat ke 5 dalam konsumsi rokok dunia,
serta peringkat ke 7 dalam penghasil tembakau.
Data Survei Nasional tahun 2004 menyebutkan bahwa 63,2 %
laki-laki dan 4,4 % perempuan Indonesia adalah perokok. Secara
keseluruhan (laki-laki dan perempuan digabung) maka lebih dari 30 %
penduduk Indonesia merokok, artinya di negara kita ada sekitar 60
jutaan orang perokok.
Sedangkan kegiatan merokok sendiri telah menjadi salah satu
lambang kebanggaan atau kedewasaan bagi kelompok remaja.
Sekarang sudah bukan hal yang baru jika remaja pada saat ini sudah
merokok serta kecanduan dengan rokok. Kebanyakan remaja memulai
kebiasaan merokok karena ikut-ikutan teman, selain karena
terpengaruh oleh image yang diciptakan oleh produsen rokok
(misalnya, dengan menggunakan idola remaja sebagai bintang iklan)
atau karena punya orangtua perokok. Berbagai faktor pemicu
meningkatnya angka merokok pada remaja adalah iklan dan promosi
besar-besaran dari industri rokok, mudahnya mengakses produk
rokok, dan harganya yang terjangkau.
Penelitian dilakukan oleh Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Profesor Dr
Hamka, remaja usia sekolah sangat terpengaruh oleh iklan rokok.
Sebanyak 81 persen responden dari 353 siswa SMP, SMA, dan SMK

13
mengaku pernah mengikuti kegiatan yang disponsori oleh perusahaan
rokok.
Suatu hal yang sangat memprihatinkan adalah usia mulai
merokok dari tahun ke tahun semakin muda. Sekitar 70% dari perokok
di Indonesia memulai kebiasaannya sebelum berumur 19 tahun,
karena terbiasa melihat anggota keluarganya yang merokok. Data juga
menunjukkan bahwa sebagian besar (84%) dari perokok Indonesia
yang merokok setiap hari ternyata meghisap 1-12 batang per hari dan
14% merokok sejumlah 13-24 batang sehari. Perokok 25 batang atau
lebih sehari hanya 1,4 % saja.
Di tingkat dunia sudah ada FCTC (Framework Convention on
Tobacco Control) FCTC telah disetujui 192 negara anggota Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) pada Mei 2003. Tujuan dari FCTC adalah
melindungi masyarakat dari kerusakan kesehatan, sosial, lingkungan,
dan konsekuensi ekonomi akibat konsumsi tembakau serta paparan
terhadap asap tembakau. Kini FCTC telah menjadi hukum
internasional dan 137 negara telah meratifikasinya. Satu-satunya
negara di Asia yang belum menandatanganinya adalah Indonesia.
Indonesia belum meratifikasi FCTC karena tekanan dari industri rokok,
dan ketidaktahuan pemerintah mengenai perincian FCTC.
Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004, prevelensi perokok anak
usia 13 tahun sampai 15 tahun mencapai 26,8 persen dari total
populasi Indonesia. Sementara, tren usia perokok semakin dini, yakni
usia lima tahun sampai sembilan tahun dan mencapai 1,8 persen.
Meningkatnya prevalensi perokok usia dini sebanding dengan
masifnya iklan dan promosi yang dilakukan oleh industri rokok.
Indonesia adalah negara yang iklan, promosi dan sponsor rokoknya
paling masif di Asia Tenggara. Indonesia juga adalah satu-satunya
negara yang tidak memiliki larangan iklan, promosi, dan sponsor
rokok. KNPA mencatat, ada sebanyak 2.846 tayangan televisi yang

14
disponsori oleh industri rokok di 13 stasiun televisi. Dan, tercatat 1.350
kegiatan yang diselenggarakan atau disponsori industri rokok, mulai
dari kegiatan musik, olah raga, film layar lebar, hingga keagamaan.
Iklan dan sponsor industri rokok.
Survei yang dilakukan Global Health Professional Survey
(GHPS) tahun 2006 terhadap mahasiswa fakultas kedokteran di
Indonesia, menunjukkan hasil yang di luar dugaan. Survei itu
melaporkan hampir separuh (48,4 persen) mahasiswa/i kedokteran
yang seharusnya menjadi ujung tombak sosialisasi bahaya rokok,
mengaku pernah merokok dan sebanyak 9,3 persen yang menyatakan
masih merokok hingga sekarang. Mahasiswa (laki-laki) yang merokok
sebanyak 21 persen dan mahasiswi 2,3 persen dengan tingkat
kecanduan mencapai 33 persen atau dengan kata lain 1 dari 3
perokok tadi tergolong kecanduan dengan parameter 30 menit bangun
tidur langsung merokok.
Rokok, satu benda yang begitu populer di kalangan
masyarakat. Kampus sebagai wahana berekspresi mahasiswa dalam
berbagai kegiatan seringkali memerlukan dana besar dalam setiap
pelaksanaannya, sehingga ketika ada sponsor yang berani
menawarkan dana besar pastilah menjadi sesuatu yang menggiurkan
bagi mahasiswa. Oleh karena itu tidaklah mengherankan, dengan
berbagai strateginya perusahaan rokok bermodal besar siap
mendukung berbagai kegiatan yang diajukan kepada mereka, apalagi
jika kegiatan itu yang bersifat having fun dan “anak muda banget”.
Maka industri rokok, di kalangan mahasiswa, adalah “nirwana“ sumber
dana, sponsor yang paling mudah mengeluarkan dana dan siap
mengeluarkan dana besar untuk proposal yang diajukan.
Namun ternyata, di balik “nirwana” dana tersebut, ada sebuah
aturan dan etika yang secara terang-terang dilibas habis oleh industri
rokok. Di dalam kampus, industri rokok tidak lagi mengindahkan

15
peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah, yaitu PP No. 19 Tahun
2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan. Di dalam
peraturan tersebut, tepatnya pasal 22 secara jelas dinyatakan bahwa
institusi pendidikan adalah kawasan tanpa rokok.
Universitas Diponegoro (Undip) adalah salah satu perguruan
tinggi negeri di Kota Semarang yang merupakan tempat bagi sekitar
37.609 orang mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia menimba
ilmu, dengan jumlah dosen tetap 1.646 orang dan 600 staf pengajar
tidak tetap. Sedangkan Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) adalah
salah satu perguruan tinggi swasta terbesar di Semarang dengan
jumlah mahasiswa sekitar 9.000 orang dan staf pengajar sekitar 300
orang. Setelah disurvey, kami dapatkan dari jumlah mahasiswa yang
disebutkan diatas sekitar 5.000 mahasiswa merokok setiap harinya
kurang lebih 1 bungkus rokok, sedangkan untuk tenaga pengajar
sendiri dan staf jumlah perokok yang kami dapatkan adalah sekitar
100 orang dengan jumlah yang digunakan adalah 1 bungkus rokok
utuh. Undip maupun Udinus adalah rujukan bagi aktivitas akademik
maupun kemahasiswaan di Kota Semarang sehingga penting
menerapkan kawasan bebas rokok di kampus ini untuk mengawali
terciptanya kawasan bebas rokok di Semarang khususnya dan Jawa
Tengah umumnya.
Advokasi ”Kawasan Kampus Bebas Tembakau” tahun 2008 di
Undip akan dimulai di Fakultas Kesehatan Masyarakat, sedangkan di
Udinus di Fakultas Kesehatan dan Fakultas Ekonomi. Di Udinus dipilih
dua fakultas tersebut karena keduanya terletak pada gedung yang
sama. Program ini diharapkan akan berlanjut ke fakultas-fakultas lain
pada tahun berikutnya.
II. TUJUAN KEBIJAKAN (POLICY OBJECTIVES)
Lahirnya kebijakan “Kawasan Kampus Bebas Tembakau” yang
diimplementasikan secara nyata di Fakultas Kesehatan Masyarakat

16
Universitas Diponegoro serta Fakultas Kesehatan dan ekonomi
Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
III. TARGET
1. Rektor, Wakil Rektor I, II, dan III Universitas Diponegoro
2. Rektor, Wakil Rektor I, II, dan III Universitas Dian Nuswantoro
3. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
4. Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
5. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro

IV. PESAN (MESSAGE)


1. Kawasan Kampus Tanpa tembakau” akan meningkatkan citra
kampus sebagai lembaga pendidikan yang peduli dengan masa
depan generasi bangsa.
2. Menciptakan kampus yang mandiri secara intelektual, akademik,
dan ekonomi tanpa tembakau.
3. Tanpa tembakau kawasan kampus menjadi lebih sehat, aktivitas
kampus lebih optimal, mahasiswa lebih berprestasi.
4. Merokok dan Promosi rokok di kampus adalah tindakan melanggar
peraturan (elegal
5.
VII. PENYAMPAI PESAN (MESSANGER)
1. Tim Advokasi ”Kawasan Kampus Tanpa tembakau” Undip dan
Udinus
2. Undip : Prof. Ir. Eko Budiharjo, M.Sc.
3. Udinus : dr. Lily Kresnowati

VIII. METODE PENYAMPAIAN PESAN (ENSURE MESSAGE REACHES


THE POLICY MAKER)
1. Audiensi dengan Rektor, Wakil Rektor di Undip dan Udinus

17
2. Round table discucussion dengan Rektor, Wakil Rektor, Dekan,
Kepala Biro di Undip dan Udinus
3. Seminar tentang ”Kawasan Kampus Tanpa tembakau” di Undip
dan Udinus
4. Mobilisasi massa dengan aksi simpatik mahasiswa ”Membebaskan
Kampus dari Tembakau”
5. Deklarasi ”Kawasan Kampus Tanpa tembakau” di Undip dan
Udinus
IX. PENGGUNAAN MEDIA SECARA EFEKTIF (UTILIZE MEDIA
EFFECTIVELY)
1. Media adalah kekuatan penting dalam pelaksanaan ”Kawasan
Kampus Tanpa tembakau”. Beberapa media yang akan dipakai
untuk mengkampanyekan ”Kawasan Kampus Tanpa tembakau”
adalah :
2. TVKU (Televisi Kampus Udinus) yang merupakan televisi lokal
yang mempunyai daya jangkau siaran di Pantura dan sebagian
Jawa Tengah bagian Selatan. TVKU bisa dijadikan media
kampanye ”Kawasan Kampus Tanpa tembakau” melalui acara
talkshow (evening talks), peliputan kegiatan diskusi, seminar,
deklarasi (edunews) maupun program Campus on TV, serta iklan
layanan masyarakat.
3. Televisi lokal lain seperti TVB, Cakra Semarang TV, Pro TV, TVRI
Semarang melalui program news, iklan layanan masyarakat dan
program lain yang memungkinkan.
4. Televisi Nasional (Metro TV, SCTV, RCTI, Trans TV, Trans 7, dll)
melalui program News
5. Koran Suara Merdeka, Jawa Pos dan Kompas melalui berita dan
opini.

18
6. Media alternatif yang dipakai adalah ”Kampanye Kampus Tanpa
Tembakau” yang dilakukan dengan pentas musik, teater, tari,
pameran fotografi, pameran poster tentang bahaya rokok.
X. KEKUATAN DAN KELEMAHAN PROMOSI ROKOK (THE
STRENGTHS AND WEAKNESSES OF THE OPPOSITION)
1. Kekuatan Promosi Rokok
a. Rokok menyumbangkan dana untuk kegiatan kemahasiswaan
di kampus (pentas musik dan event olah raga)
b. Rokok memberikan beasiswa untuk mahasiswa
c. Sebagian besar civitas akademika di kampus adalah pro-rokok
2. Kelemahan Promosi Rokok
a. Promosi rokok di kampus melanggar PP No. 19 Tahun 2003
tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, pasal 22 yang
menyatakan bahwa institusi pendidikan adalah kawasan tanpa
rokok.
b. Promosi rokok di kampus merusak masa depan generasi
muda Indonesia.

XI. PIHAK-PIHAK YANG BISA DILIBATKAN (OTHER VOICES)


1) BEM dan Himpinan Mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
2) BEM dan Himpinan Mahasiswa di Fakultas Kesehatan dan Fakultas
Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro
3) LSM Lembaga Perlindungan Konsumen, Lembaga Perlindungan
Anak.
4) Indonesia Tobacco Control Network terutama untuk dukungan
narasumber
5) Korps Sukarela PMI (KSR PMI) di masing-masing universitas
6) UKM musik, teater, tari, fotografi, dll, dari di masing-masing
universitas.

19
7) IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia) Propinsi Jawa
Tengah

XII. ORGANISASI PELAKSANA


1. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro :
Contact Person : dr. Badoes Wijanarko, MPH
2. Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro :
Contact Person : Nurjanah, SKM
3. IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia) Propinsi Jawa
Tengah, Contact Person : dr. Antono Suryoputro, MPH

20
XIII. JADWAL KEGIATAN (TIME FRAME)
Waktu
2009
N 2008 (bulan)
Kegiatan Sasaran (bulan)
o 1 1 1
5 6 7 8 9 1 2 3 4
0 1 2
1 Pembuatan Tim
proposal advokasi
2 Pengiriman TCSC –
proposal IAKMI
3 Review Proposal
4 Audiensi Rektor,
WR
5 Round table Rektor,
discucussion WR,
Dekan,
Ka Biro
6 Seminar tentang Civitas
”Kawasan akademik
Kampus Tanpa a
tembakau”
7 Mobilisasi massa: Civitas
Aksi simpatik akademik
mahasiswa a
8 Deklarasi Civitas
”Kawasan akademik
Kampus Tanpa a
tembakau”
9 Media advocacy : Media
press release, lokal &
peliputan nasional
kegiatan

21
1 Media alternatif: Civitas
0 pentas seni, akademik
pameran a
1 Aplikasi hasil Civitas
1 advocacy akademik
a
1 Evaluasi Civitas
2 akademik
a
1 Laporan
3

22
ANGGARAN
I. Persiapan
1 Pembuatan proposal
a. Penggandaan proposal Rp. 100.000
b. Pengiriman proposal Rp 100.000
c. Review Proposal
~ Transportasi Rp 1.000.000
~ Akomodasi Rp 750.000
Rp 1.950.000
II. Pelaksanaan
1 Audiensi
a. Transportasi 2 X 4 X 25. Rp 200.000
000
b. Penggandaan Materi 2 X 5 X 25. Rp 250.000
audiensi 000
Rp 450.000
2 Round table discucussion
a. Transportasi 2 X 1 X 25. Rp 750.000
5 000
b. Konsumsi 2 X 2 X 25. Rp 1.250.000
5 000
c. Penggandaan materi 2 X 2 X 10. Rp 500.000
5 000
Rp 2.500.000
3 Seminar tentang
”Kawasan Kampus Tanpa
tembakau”
a. Transportasi pembicara Rp 1.000.000
Jkt
b. Honor pembicara 4 X 1.000.00 Rp 4.000.000
00
c. Konsumsi 3 X 6.0 Rp 1.800.000
0 00
0
d. Penggandaan materi 3 X 5.0 Rp 1.500.000
0 00
0

23
f. Sewa sound system 400.000 Rp 400.000
g. Backdrop Rp 250.000
h. Spanduk 1 X 100.000 Rp 1.000.000
0
i. Dokumentasi Rp 300.000
Rp 10.250.000
7 Mobilisasi massa: Aksi
simpatik mahasiswa
a. Media kampanya Rp 1.000.000
8 Deklarasi ”Kawasan
Kampus Tanpa
tembakau”
a. Media deklarasi Rp 1.000.000
9 Media advocacy : press Rp 1.000.000
release, peliputan
kegiatan
1 Media alternatif: pentas 2 X 3.000.00 Rp 6.000.000 Rp 6.000.000
0 seni, pameran 0
III. Laporan
1 Penggandaan Laporan Rp 500.000 500.000
TOTAL 23.650.000

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Oleh karena konsep perubahan yang terjadi pada individu dan


masyarakat juga dipengaruhi oleh kebijakan maupun perubahahn
organisasi, dan politik bahkan faktor ekonomi, maka lingkungan yang
mendukung perubahan prilaku menjadi penting. Oleh karena itu,
advokasi sebagai salah satu strategi promosi kesehatan untuk
mendukung perubahan perilaku individu maupun masyarakat menjadi
penting. Advokasi pada hakekatnya adalah bekerja dengan dan

24
organisasi untuk membuat suatu perubahan, suatu proses dimana orang
terlibat dalam proses pembuatan keputusan yang mempengaruhi
kehidupan mereka. Dengan demikian, advokasi menjadi suatu
pengetahuan maupun keterampilan yang akan sangat membantu bagi
mereka yang berkecimpung dalam bidang ksehatan
masyarakat.karenamasalah ksehatan perlu juga memberoleh perahtian
dari para pembuat keputusan terkait diluar bidang ksehatan, maka
advokasi masalah kesehatan sendiri bagi hal layak di luar kesehatan juga
menjadi salah satu tugas yang harus dilakukan dalam bidang promosi
kesehatan. Kemitraan dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra
yang terlibat, sumberdaya (3M) tersedia (input), pertemuan-pertemuan,
lokakarya, kesepakatan bersama, seminat (proses), terbentuknya
jaringan kerja, tersusunnya program dan pelaksanaan kegiatan bersama
(output), membaiknya indikator derajat kesehatan (outcome). 1. Dalam
melakukan gerakan pemberdayaan terlebih dahulu kegiatan harus
difokuskan pada upaya pemberdayaan petugas agar siap dan mampu
berperan secara tepat dalam membangun masyarakat. 2.
Mengembangkan masyarakat itu sendiri agar siap dan mampu
berpartisipasi, memecahkan masalah yang dihadapinya secara mandiri.
3. Setelah kegiatan di masyarakat berlangsung, tidak berarti
pemberdayaan petugas sudah berakhir, namun interaksi timbal balik
antara petugas dan masyarakat masih terus berlangsung. Artinya, masih
banyak tatangan maupun permasalahan yang bervariasi harus dihadapi
oleh petugas dalam melestarikan maupun mengembangkan kegiatan
yang telah dibangun. Untuk itu proses pemberdayaan petugas harus
terus dilakukan, sehingga tetap semangat dan mampu berperan dengan
tepat dalam membantu masyarakat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo,suekidjo prof Dr.2008.promosi kesehatan dan perilaku;Rineka


cipta:Jakarta.

Iqbal Mubarak wahit.2012.ilmu kesehatan masyarakat:konsep dan aplikasi


dalam kebidanan.salemba medika.jakarta.

Husaini. Aiman. dr. Tobat Merokok, Rahasia dan cara empatik berhenti
merokok. Pustaka Iman. Depok. Juni 2006
1) Yoga Aditama.Tjandra. Tuberkulosis, Rokok, dan perempuan.FKUI.
Jakarta.2006
2) Agus Firdaus. Industri Asap Rokok yang di-Tuhankan (Menyikapi
maraknya iklan rokok masuk kampus). Minggu, 12 Pebruari 2007.
http://www.bem.its.ac.id/web/index.php?
option=com_content&task=blogcategory&id=13&item=18/html
3) Guntoro Utamadi. Rokok bagi Remaja, Gaya atau Bahaya? Jumat, 1
Pebruari, 2002. http : // www . kompas . com /kompas cetak/0202/01/
dikbud/roko27.htm
4) Agnes Aristiarini.kalau Rokok Dibiarkan Merajalela. Sabtu, 21 Januari
2000.http://www.kompas.com/kompas-cetak/001/21/fokus/2381676. Htm
5) Ketika Iklan Rokok 'Memangsa' Remaja http://indotc1.blogspot.com/

26

Anda mungkin juga menyukai