A. Latar Belakang
Reformasi sub bidang kesehatan dan gizi masyarakat terutama difokuskan pada penguatan upaya
kesehatan dasar yang berkualitas terutama melalui peningkatan jaminan kesehatan dan peningkatan
akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan didukung dengan penguatan sistem
kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan. Arah kebijakan yang tertuang pada RPJMN
2015-2019 merujuk pada masalah, tantangan, dan sasaran pokok yang telah disebutkan di atas,
yakni:
1. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja dan lanjut usia yang
berkualitas,
2. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat,
3. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan,
4. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas,
5. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas,
6. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi dan alat
kesehatan,
7. Meningkatkan pengawasan obat dan makanan,
8. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran, dan mutu sumber daya manusia kesehatan,
9. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat,
10. Menguatkan manajemen, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi kesehatan,
11. Memantapkan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan,
12. Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta JKN terdapat di beberapa Instansi yaitu,
pemanfaatan di FKTP sebanyak 147,5 juta kunjungan. Pemanfaatan di poliklinik rawat jalan RS
sebanyak 76,8 juta kunjungan, 9,7 juta lanjutan dan 24,4 juta jumlah rujukan.
Sistem Kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side) dan orang-
orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta negara dan
organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk
material.
a. Regulasi
b. Insfrastruktur Fasyankes
Misalnya, rumah sakit dan puskesmas, penyediaan peralatan penunjang (tempat tidur,
alat diagnostic, dll)
c. Tenaga Kesehatan
Dokter, perawat, bidan pekarya kesehatan yang bekerja sesuai kompetensi dan memiliki
STR dan SIP sesuai perundangan yang berlaku.
d. Manajemen
Mutu pelayanan dan kualitas tenaga kesehatan yang bertanggung jawab atas profesinya.
Hal ini terjadi karena jadwal praktek dokter yang tidak tersosialisasi atau tidak sesuai kenyataan
(real time). Belum lagi jadwal buka poliklinik RS yang belum bisa menjawab kebutuhan pasien.
Dalam hal ini apakah diperlukan pembatasan kuota pasien? Atau penyederhanaan prosedur atau
administrasi pendaftaran?
Hal ini terjadi karena penanganan pasien rawat inap yang lambat sehingga pasien IGD yang
rawat inap tidak bisa masuk. Alat kesehatan yang tersedia pun terbatas sehingga harus
mengantri dengan banyak pasien. Belum lagi karena kurangnya tenaga kesehatan di IGD untuk
menangani kasus-kasus kegawatan yang berat. Lalu pasien dengan penyakit atau gejala ringan
belum di edukasi untuk melakukan konsultasi online terlebih dahulu untuk mempermudah
pelayanan.
Hal ini terjadi karena terbatasnya fasilitas RS yaitu kamar rawat inap yang penuh dan banyaknya
pasien inap yang memerlukan perawatan jangka Panjang. Hal lain yaitu kendala pada
administrasi BPJS yang membuat pasien lambat di tangani.
Maraknya OOP & pengobatan alternatif yang tidak rasional adalah cerminan ketidakpuasan
pasien terhadap pelayanan kesehatan
Hal ini terjadi karena keterbatasan distribusi dan ketersediaan SDM kesehatan sesuai dengan
jenis dan kompetensinya. Masalah lain yaitu karena infrastruktur utama dan penyokong
pelayanan kesehatan di daerah yang belum kuat.
Karena adanya permasalahan pelayanan kesehatan berdampak besar bagi tenaga kesehatan, yaitu:
1. Menurunnya pendapatan
2. Rasionalisasi karyawan (pengurangan pegawai)