Anda di halaman 1dari 7

Pidato tentang Seminar Kesehatan Ibu dan Anak

Assalamualaikum Wr. Wb.

Yang terhormat Bapak Letjen TNI (Purn) dr Terawan Agus Putranto selaku
Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Yang terhormat Ibu dan Bapak petugas kesehatan di seluruh Indonesia

serta para hadirin sekalian yang saya muliakan.

Alhamdulillah Wasyukurillah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah


SWT, yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah, Inayah serta nikmat Iman,
Islam dan kesehatan kepada kita sekalian hingga kita dapat bersilahturahmi
dalam acara penyuluhan kepada masyarakat di tempat ini tentang Masalah
Kesehatan Ibu dan Anak.

Hadirin yang berbahagia,

Sebagai negara yang sedang berkembang dan sedang membangun,


bangsa Indonesia masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan
jika dibandingkan negara lain yang sudah lebih maju.

Di bidang kesehatan, bangsa Indonesia masih harus berjuang memerangi


berbagai macam penyakit infeksi dan kurang gizi yang saling berinteraksi
satu sama lain, menjadikan tingkat kesehatan masyarakat Indonesia tidak
kunjung meningkat secara signifikan. Tingginya angka kesakitan dan
kematian Ibu dan Anak Balita di Indonesia sangat berkaitan dengan
buruknya status gizi.

Hadirin yang berbahagia,

Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu,
manusia kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya
menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang
mengandungnya.

Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut
akan mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah yang
mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan
berikutnya.

Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah umumnya akan mengalami
kehidupan masa depan yang kurang baik. Bayi BBLR mempunyai risiko
lebih tinggi untuk meninggal dalam lima tahun pertama kehidupan. Mereka
yang dapat bertahan hidup dalam lima tahun pertama akan mempunyai
risiko lebih tinggi untuk mengalami hambatan dalam kehidupan jangka
panjangnya.

Bagi bayi non BBLR, pada umumnya mereka mempunyai status gizi saat
lahir yang kurang lebih sama dengan status gizi bayi di Negara lain. Akan
tetapi seiring dengan bertambahnya umur, disertai dengan adanya asupan
zat gizi yang lebih rendah dibandingkan kebutuhari serta tingginya beban
penyakit infeksi pada awal kehidupan maka sebagian besar bayi Indonesia
terus mengalami penurunan status gizi dengan puncak penurunan pada
umur kurang lebih 18-24 bulan. Pada kelompok umur inilah prevalensi balita
kurus (wasting) dan balita pendek (stunting) mencapai tertinggi. Setelah
melewati umur 24 bulan, status gizi balita umumnya mengalami perbaikan
meskipun tidak sempurna.

Hadirin yang saya Hormati.

Balita yang kurang gizi mempunyai risiko meninggal lebih tinggi


dibandingkan balita yang tidak kurang gizi. Setiap tahun kurang lebih 11
juta dan balita di seluruh dunia meninggal oleh karena penyakit-penyakit
infeksi seperti ISPA, diare, malaria, campak dll. Ironisnya, 54% dan
kematian tersebut berkaitan dengan adanya kurang gizi (WHO 2002).
Kekurangan gizi pada balita ini meliputi kurang energi dan protein serta
kekurangan zat gizi seperti vitainin A, zat besi, iodium dan zinc. Seperti
halnya AKI, angka kematian balita di Indonesia juga tertinggi di ASEAN
(BAPPENAS, 2004). Masa balita menjadi lebih penting lagi oleh karena
merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya
manusia yang berkualitas. Terlebih lagi 6 bulan terakhir masa kehamilan
dan dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa emas dimana
sel-sel otak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal.

Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini
akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki. Anak
yang menderita kurang gizi (stunted) berat mempunyai rata-rata IQ 11 point
lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang tidak stunted
(UNICEF, 1998).

Masalah kurang gizi lain yang dihadapi anak usia balita adalah kekurangan
zat gizi mikro seperti vitainin A, zat besi, iodium dan sebagainya. Lebih dan
50% anak balita mengalami defisiensi vitainin A subklinis yang ditandai
dengan serum retinol <20 mcg/dL (Hadi et. al., 2000), dan satu diantara dua
(48.1%) dari mereka menderita anemia kurang zat besi (SKRT, 2001).
Seperti telah diketahui bahwa anak-anak yang kurang vitamin A meskipun
pada derajat sedang mempunyai risiko tinggi untuk mengalami gangguan
pertumbuhan, menderita beberapa penyakit infeksi seperti campak, dan
diare dan lebih penting lagi ialah bahwa kekurangan vitainin A bertanggung-
jawab terhadap 23% kematian anak balita di seluruh dunia.

Standar acuan status gizi balita adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U),
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U). Sementara klasifikasinya adalah normal, underweight
(kurus), dan overweight (gemuk). Untuk acuan yang menggunakan tinggi
badan, bila kondisinya kurang baik disebut stunted (pendek). Pedoman
yang digunakan adalah standar berdasar tabel WHO-NCHS (National
Center for Health Statistics).

Hadirin yang saya hormati,

Di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), telah disediakan Kartu Menuju


Sehat (KMS) yang juga bisa digunakan untuk memprediksi status gizi anak
berdasarkan kurva KMS. Perhatikan dulu umur anak, kemudian plot berat
badannya dalam kurva KMS. Bila masih dalam batas garis hijau maka
status gizi baik, bila di bawah garis merah, maka status gizi buruk.

Parameter yang umum digunakan untuk menentukan status gizi pada balita
adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Lingkar kepala sering
digunakan sebagai ukuran status gizi untuk menggambarkan
perkembangan otak.

Sementara parameter status gizi balita yang umum digunakan di Indonesia


adalah berat badan menurut umur, dan berat badan menurut tinggi/panjang
badan. Parameter ini dipakai menyeluruh di Posyandu.

Untuk mengatasi kasus kurang gizi memerlukan peranan dari keluarga,


praktisi kesehatan, maupun pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan
kualitas Posyandu, jangan hanya sekedar untuk penimbangan dan
vaksinasi, tapi harus diperbaiki dalam hal penyuluhan gizi dan kualitas
pemberian makanan tambahan, pemerintah harus dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat agar akses pangan tidak terganggu.

Para ibu khususnya harus memiliki kesabaran bila anaknya mengalami


problema makan, dan lebih memperhatikan asupan makanan sehari-hari
bagi anaknya. Anak-anak harus terhindar dari penyakit infeksi seperti diare
ataupun ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas).

Hadirin yang berbahagia,


Semua nutrisi penting bagi anak dalam usia pertumbuhan. Perhatikan
asupan makanan sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang, yang
terdiri dari:

Makanlah beraneka ragam makanan.

Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.

Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan


energi.

Gunakan garam beriodioum.

Makanlah makanan sumber zat besi.

Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur 4 bulan.

Biasakan makan pagi.

Minumlah air bersih dan aman yang cukup jumlahnya.

Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.

Hindari minum minuman beralkohol.

Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

Bacalah label makanan yang dikemas.

Jadi, berikan anak dan balita anda asupan makanan yang bergizi.
Pemantauan status gizi balita dengan mempertahankan berat badan dan
timbanglah balita anda secara periodik minimal satu bulan sekali. Upaya ini
merupakan salah satu cara untuk memantau perkembangan status gizi
pada balita.

Demikianlah pidato yang saya sampaikan, sebelum dan sesudahnya


mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyampaian saya.
Semoga yang saya sampaikan tadi dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Amin.

Akhir kata saya ucapkan Wabillahi Taufik Wal Hidayah, Wassalamualaikum


Warohmatullahi Wabarakatu.. Terima Kasih.

Anda mungkin juga menyukai