Anda di halaman 1dari 62

Ahmad Taufik

20 Agustus 2019
Curriculum Vitae
Nama Dr. Ahmad Taufik

Tempat, Tgl. Lahir Kudus, 29 Juli 1972

Jabatan Widyaiswara Madya Pusdiklat Kemensetneg


(November 2014 s.d. Sekarang)
Jabatan Sebelumnya  Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi
(April s.d. Oktober 2014)
 Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Administrasi dan
Keuangan (2012-2014)
 Kabag Persuratan dan TUP Sekretariat Presiden (2005-2010)
Pendidikan  Program Doktor, Ilmu Administrasi UI (2018)
 Magister Sains, Ilmu Administrasi dan Kebijakan
Publik, UI (2002)
 Ilmu Administrasi Negara, FISIP UNDIP (1996)
No. Telepon/Email R. (021) 8563726 HP. 08129338872
taufik1000_ahmad@yahoo.com
Pengalaman Penugasan

Penugasan  Sebagai Petugas Protokol Kepresidenan


Dalam Negeri ke beberapa daerah di Indonesia
 Sebagai Widyaiswara mengajar berbagai diklat dengan spesialisasi
Materi Manajemen Keprotokolan, Tata Cara Penulisan Efektif, Teknik
Komunikasi dan Presentasi, Public Speaking, Kebijakan Publik,
Manajemen Perkantoran dan Kesekretariatan, Tata Naskah Dinas,
Rahasia Kedinasan, Diklat Manajemen Konflik, Diklat Prajabatan,
Diklatpim IV dan III (Dinamika Kelompok, Diagnostic Reading, Proyek
Perubahan)

Penugasan Sebagai Petugas Protokol Kepresidenan ke beberapa negara sahabat, seperti:


Luar Negeri Amerika Serikat (1999, 2001, 2006, 2009), Perancis (1999, 2009), Rusia
(2006), Jerman (2001), Singapura (2006, 2007, 2010), Qatar (2006),
Jepang (1999, 2003, 2006), New Zealand (2005), Laos (2004), Thailand
(1999, 2003), Bahrain (2000), Iran (2000), Pakistan (2000), Mesir
(2000), Bangladesh (2003), Mongolia (2003), Vietnam (2003), Meksiko
(2002), Yunani (2002, 2011), Turki (2011), Republik Rakyat China
(2002, 2005), Kuwait (1999), Jordania (1999), Kesultanan Oman (1999),
Malaysia (1998)
Pengertian dan Tujuan Pengaturan
Keprotokolan

Landasan dan Sumber Hukum


Keprotokolan

Ruang Lingkup Keprotokolan (Tata Tempat,


Tata Upacara, dan Tata Penghormatan)
PENGERTIAN KEPROTOKOLAN
Keprotokolan adalah serangkaian kegiatan
yang berkaitan dengan aturan dalam acara
kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata
Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan
sebagai bentuk penghormatan kepada
seseorang sesuai dengan jabatan dan/atau
kedudukannya dalam negara, pemerintahan,
atau masyarakat.
(UU No. 9 tahun 2010 tentang Keprotokolan)
TUJUAN PENGATURAN KEPROTOKOLAN
PASAL 3 UU NO.9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN

a. Memberikan penghormatan kepada Pejabat Negara,


Pejabat Pemerintahan, Perwakilan Negara Asing dan/atau
Organisasi Internasional, serta Tokoh Masyarakat tertentu,
dan/atau Tamu Negara sesuai dengan kedudukan dalam
negara, pemerintahan, dan masyarakat;
b. Memberikan pedoman penyelenggaraan suatu acara
agar berjalan tertib, rapi, lancar, dan teratur sesuai
dengan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, baik secara
nasional maupun internasional; dan
c. Menciptakan hubungan baik dalam tata pergaulan
antarbangsa.
LANDASAN & SUMBER HUKUM KEPROTOKOLAN
 PERSETUJUAN INTERNASIONAL
 Konvensi Wina 1815, 1961 dan 1963
 PERATURAN PERUNDANGAN
 UU Nomor 8 Tahun 1987 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 9 Tahun
2010 tentang Keprotokolan
 UU Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri
 UU Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina 1961 dan 1963
 PP Nomor 39 Tahun 2018 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 9/2010
 PP Nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan mengenai Tata
Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan
 Keppres Nomor 32 Tahun 1971 tentang Protokol Negara
 Permensesneg Nomor 13 Tahun 2009 tentang
Juklak Keprotokolan Presiden dan Wakil Presiden
 Perpres Nomor 71 Tahun 2018 tentang Tata Pakaian
 TRADISI, ADAT ISTIADAT DAN KEBIASAAN SETEMPAT
 AZAS TIMBAL BALIK (RESIPROSITAS)
 LOGIKA UMUM (COMMON SENSE)
Ruang Lingkup Keprotokolan
(Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 9 Tahun 2010)

TATA TEMPAT :
Pengaturan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat
Pemerintahan, Perwakilan Negara Asing dan/atau
Organisasi Internasional, serta Tokoh Masyarakat tertentu
dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.

TATA UPACARA:
Aturan untuk melaksanakan upacara dalam Acara
Kenegaraan atau Acara Resmi.

TATA PENGHORMATAN:
Aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi
Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, Perwakilan
Negara Asing dan/atau Organisasi Internasional, dan Tokoh
Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara
Resmi.
12
TATA TEMPAT (PRESEANCE)
 Adalah pengaturan tempat
bagi Pejabat Negara,
Pejabat Pemerintahan,
perwakilan negara asing
dan/atau organisasi
internasional, serta Tokoh
Masyarakat Tertentu dalam
acara kenegaraan atau acara
resmi;
 Mengandung unsur tentang
siapa yang berhak
didahulukan dan siapa yang
berhak mendapat prioritas.
ATURAN DASAR TATA TEMPAT
1. Orang yang berhak mendapat tata
urutan pertama/paling tinggi adalah
mereka yang mempunyai urutan
paling depan/mendahului.
ATURAN DASAR TATA TEMPAT
2. Jika berjajar, yang berada di sebelah kanan
dari orang yang mendapat urutan tata
tempat paling utama, dianggap lebih
tinggi/mendahului orang yang duduk di
sebelah kirinya.
Lanjutan Aturan Dasar...
3. Jika menghadap meja, tempat utama yang
menghadap ke pintu keluar dan tempat
terakhir adalah tempat yang paling dekat
dengan pintu keluar.
Lanjutan Aturan Dasar ...
3. Pada posisi berjajar pada garis yang sama,
tempat yang terhormat adalah di tempat paling
tengah, dan di tempat sebelah kanan luar.
ATURAN DASAR TATA TEMPAT (lanjutan)
5. Apabila naik kendaraan, orang yang mendapat tata
urutan paling utama di pesawat terbang naik paling
akhir dan turun paling dahulu.
ATURAN DASAR TATA TEMPAT
6. Dalam hal kedatangan dan kepulangan, orang
yang paling dihormati selalu datang paling
akhir dan pulang paling dahulu.
PEDOMAN TATA TEMPAT
a. Urutan Tata Tempat di Pusat:
1) Presiden RI
2) Wakil Presiden RI
3) Mantan Presiden &
Mantan Wakil Presiden RI
4) Ketua Lembaga Negara
(Ketua MPR, DPR, DPD, BPK, MA, MK dan KY)
5) Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan
6) Duta Besar/Kepala Perwakilan Negara Asing dan
Organisasi Internasional.
8
7) Wakil Ketua MPR, DPR, DPD, Gubernur BI, Ketua
Badan Penyelenggara Pemilu, Wakil Ketua BPK,
MA, MK dan KY.
8) Menteri, Pejabat Setingkat Menteri, Anggota DPR-
RI, dan Anggota DPD-RI, serta Dubes LBBP-RI.
9) Kepala Staf TNI AD, AL dan AU TNI
10) Pemimpin Parpol yang memiliki wakil di DPR-RI
11) Anggota BPK, Ketua Muda dan Hakim Agung MA,
Hakim MK, dan Anggota KY Republik Indonesia.
12) Pemimpin LN yang ditetapkan sebagai PN,
Pemimpin LN lainnya yang ditetapkan dg UU,
DGS dan Deputi Gubernur BI, serta Wakil Ketua
Badan Penyelenggara Pemilu.
9
13) Gubernur Kepala Daerah.
14) Pemilik Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan
Tertentu
15) Pimpinan Lembaga Pemerintah Nonkementerian,
Wakil Menteri, Wakil Kepala Staf AD, AL, dan AU
TNI, Wakil Kapolri, Wakil Jakgung, Wakil
Gubernur, Ketua DPRD Provinsi, Pejabat Eselon I
atau yang disetarakan.
16) Bupati/Walikota dan Ketua DPRD
Kabupaten/Kota; dan
17) Pimpinan tertinggi representasi organiasi
keagamaan tingkat nasional yang secara faktual
diakui keberadaannya oleh Pemerintah dan
Masyarakat. 10
Dalam hal terdapat pejabat negara atau
pejabat pemerintahan baru yang belum
disebutkan dalam Undang-Undang
Keprotokolan, urutan tata tempat dalam
Acara Kenegaraan dan Acara Resmi
ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesekretariatan negara (Pasal 6 (4)
PP Nomor 39/2018 tentang Pelaksanaan UU
Keprotokolan).
b. Urutan Tata Tempat di Provinsi:
1) Gubernur;
2) Wakil Gubernur;
3) Mantan Gubernur dan Wakil Gubernur;
4) Ketua DPRD Provinsi atau nama lainnya;
5) Kepala Perwakilan Konsuler Negara Asing di
daerah;
6) Wakil Ketua DPRD Provinsi atau nama lainnya;
7) Sekretaris Daerah, Panglima/Komandan Tertinggi
TNI semua angkatan, Kepala Kepolisian, Ketua
Pengadilan Tinggi semua badan peradilan, dan
Kepala Kejaksaan Tinggi di Provinsi.
11
b. Lanjutan Urutan Tata Tempat di Provinsi:
8) Pemimpin Parpol di Provinsi yang memiliki wakil
di DPRD Provinsi;
9) Anggota DPRD Provinsi atau nama lainnya,
Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh
dan Anggota Majelis Rakyat Papua;
10) Bupati/Walikota;
11) Kepala Kantor Perwakilan BPK di daerah, Kepala
Kantor Perwakilan BI di daerah, Ketua KPUD;
12) Pemuka Agama, Pemuka Adat, dan Tokoh
Masyarakat Tertentu Tingkat Provinsi;
13) Ketua DPRD Kabupaten/Kota;
11
b. Lanjutan Urutan Tata Tempat di Provinsi:
14) Wakil Bupati/Wakil Walikota dan Wakil Ketua
DPRD Kabupaten/Kota;
15) Anggota DPRD Kabupaten/Kota;
16) Asisten Sekda Provinsi, Kepala Dinas Tingkat
Provinsi, Kepala Kantor Instansi Vertikal di
Provinsi, Kepala Badan Provinsi, dan Pejabat
Eselon II; dan
17) Kepala Bagian Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pejabat Eselon III.

11
c. Urutan Tata Tempat di Kabupaten/Kota:
1) Bupati/Walikota;
2) Wakil Bupati/Walikota;
3) Mantan Bupati/Walikota dan Wakil
Bupati/Walikota;
4) Ketua DPRD Kabupaten/Kota atau nama lainnya;
5) Wakil Ketua DPRD Kabupaten/Kota atau nama
lainnya;
6) Sekretaris Daerah, Komandan Tertinggi
TNI semua angkatan, Kepala Kepolisian, Ketua
Pengadilan Negeri semua badan peradilan, dan
Kepala Kejaksaan Negeri di Kabupaten/Kota;
11
c. Lanjutan Urutan Tata Tempat di Kabupaten/Kota:
7) Pemimpin Parpol di Provinsi yang memiliki wakil
di DPRD Kabupaten/Kota;
8) Anggota DPRD Kabupaten/Kota atau nama
lainnya;
9) Pemuka Agama, Pemuka Adat, dan Tokoh
Masyarakat Tertentu Tingkat Kabupaten/Kota;
10) Asisten Sekda Kabupaten/Kota, Kepala Badan
Tingkat Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Tingkat
Kabupaten/Kota, dan Pejabat Eselon II, Kepala
Kantor Perwakilan BI di Tingkat Kabupaten,
Ketua KPU Kabupaten/Kota;
11
c. Lanjutan Urutan Tata Tempat di Kabupaten/Kota:
11) Kepala Instansi Vertikal Tingkat Kabupaten/Kota,
Kepala Unit Pelaksana Teknis Instansi Vertikal,
Komandan Tertinggi TNI semua angkatan di
kecamatan, dan Kepala Kepolisian di kecamatan;
12) Kepala Bagian Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, Camat, dan Pejabat Eselon III;
13) Lurah/Kepala Desa atau yang disebut dengan
nama lain dan Pejabat Eselon IV.

d. Istri / suami yg mendampingi Pejabat Negara/


Pemerintah atau Tokoh Masyarakat ttt mendapat
tempat sesuai dengan urutan tata tempat pejabat tsb
11
e. Dlm hal Pejabat Negara/Pemerintah atau Tokoh
Masyarakat ttt berhalangan hadir pd suatu acara,
maka tempatnya tidak diisi oleh Pejabat yg mewakili
(Pejabat yg mewakili mendapat tempat sesuai dg
jabatan yang dipangkunya)

f. Dalam hal Pejabat Negara/Pemerintahan memangku


jabatan lebih dari satu yang berbeda tingkatannya,
maka tata tempatnya berdasarkan urutan yang
lebih dahulu

g. Mantan Pejabat Negara/Pemerintah mendapat tempat


setingkat lebih rendah dari jabatan yg pernah
dipangku sebelumnya
12
h. Acara resmi yang diselenggarakan oleh instansi
pusat dan dilaksanakan di daerah, maka Menteri/
Pimpinan LPNK yang ber tindak sebagai tuan rumah
acara. Sedangkan tuan rumah daerah adalah
Gubernur atau Bupati/Walikota.

i. Pendamping Presiden RI atau Wakil Presiden RI


pada saat menghadiri acara resmi di daerah :
- Bila penyelenggaranya adalah instansi pusat,
maka Menteri/Pimpinan LPNK yang mendampingi
- Bila penyelenggaranya adalah daerah, maka
Gubernur atau Bupati/Walikota yang bersang-
kutan yang mendampingi
13
3. Contoh Pengaturan Tata Tempat
a. Berdiri
- Bila berjabat tangan :
P = Presiden
P

5 4 3 2 1

1 = Presiden
M
M = Masyarakat
1 2 3 4 5

- Bila tidak berjabat tangan :

5 3 1 2 4 4 2 1 3
14
b. Duduk
- Dalam rapat (meja bentuk U):
13 12
11 10
9 8
7 6 1 = Pemimpin Rapat

5 3 1 2 4
- Meja Bulat :
7 6
5 4
3 2
1 15
- Dalam pertemuan / tatap muka (theater):

6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6
6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6
6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6
6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6
6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6

1 = Presiden

4 2 1 3

16
LAYOUT TEMPAT ACARA PERESMIAN

Berhadapan : Satu Arah :

Kursi Utama/Main Seat Kursi Perangkat Podium


Tombol Sirine 17
Kursi Menteri/ Rombongan Kursi Muspida Daerah
Meja Prasasti
Resmi Presiden Para Undangan lainnya
LAYOUT TEMPAT ACARA JAMUAN
SANTAP MALAM KENEGARAAN

Kursi Utama/Main Seat Para Ka. Lembaga Negara, Undangan lain


Menteri dan Romb. Resmi 19
Tamu Negara
KESIMPULAN
Aturan Dasar Tata tempat yang telah
kita bahas bersama tersebut pada
dasarnya mengandung esensi bahwa
tata tempat (preseance)
mengandung unsur tentang siapa
yang berhak didahulukan dan siapa
yang berhak mendapat prioritas.
Ahmad Taufik
2018
Aturan untuk melaksanakan
TATA UPACARA upacara dalam Acara
Kenegaraan atau Acara
Resmi (Pasal 1 UU Nomor 9
Tahun 2010)

JENIS UPACARA

PEDOMAN
PENYELENGGARAAN
UPACARA

PAKAIAN UPACARA
JENIS UPACARA
UPACARA BENDERA BUKAN UPACARA BENDERA
• Kegiatan pengibaran atau • Kegiatan yang memerlukan
penurunan bendera merah pengaturan protokol seperti
putih yang dilaksanakan antara lain penerimaan
dalam rangka memperingati tamu-tamu Presiden,
hari-hari besar nasional, credentials,
seperti HUT Proklamasi penganugerahan tanda
Kemerdekaan RI, Hari kehormatan, peresmian
Kebagkitan Nasional, Hari pembukaan
Pahlawan dll. munas/rakernas, dll.
Penerimaan
Tamara

Penyelenggaraan
Perjalanan ke Upacara lainnya:
daerah/LN hari besar nas,
credentials dll.

Pengaturan
Penyelenggaraan
rapat/sidang Resepsi/Jamuan
/konferensi
PEDOMAN PENYELENGGARAAN UPACARA

Persiapan
• Apa, siapa yang harus Upacara • Pembukaan
berbuat apa, dimana
(tempat), bilamana • Menyusun acara, tata • Acara Pokok
ruang, pengaturan tempat,
(waktu) membuat rencana upacara, • Penutup
• Bagaimana tata menetapkan jenis pakaian
caranya • Pengecekan kelengkapan
Perencanaan
dan perlengkapan upacara Pelaksanaan
Upacara Upacara
PAKAIAN UPACARA
No Pejabat Sipil TNI/POLRI Wanita Acara
(Pria/Wanita) (istri pejabat)
1. PSDH/PSN PDU 2 Pakaian Nasional PSDH: Jamuan resepsi/santap
resmi atau kenegaraan
PSN: Acara resmi/kenegaraan
di luar negeri
2. PSL PDU 1 Pakaian Nasional Upacara resmi/kenegaraan,
dan 3 bepergian resmi ke LN,
upacara pelantikan pejabat
tertentu
3. PSR PDU 4 Bebas Rapi Upacara selain upacara
kenegaraan, seperti menerima
tamu LN, upacara pelantikan
4. PSH PDH Bebas Rapi Bekerja sehari-hari dan
keperluan umum lainnya, spt:
upacara peresmian proyek dll
5. Batik Batik Batik Acara resmi/tidak resmi di luar
jam kerja atau acara lainnya
Jenis Pakaian pada Acara Kenegaraan dan Resmi (Pasal
3)

Acara Kenegaraan Acara Resmi Keterangan

1. Pakaian Sipil Lengkap 1. Pakaian Sipil Lengkap  PSL untuk laki-laki berupa jas berwarna gelap, kemeja lengan
(PSL) (PSL) panjang putih, celana panjang yang berwarna sama dengan jas,
dasi, dan sepatu hitam
 PSL untuk perempuan berupa jas berwarna gelap, kemeja putih,
rok atau celana panjang yang berwarna sama dengan jas, dan
sepatu hitam
2. Pakaian Dinas 2. Pakaian Dinas Pakaian Dinas Upacara (PDU) bagi TNI dan Polri serta Pakaian Dinas
yang ditetapkan Kementerian/Lembaga Negara

3. Pakaian Kebesaran 3. Pakaian Kebesaran Pakaian Khusus yang digunakan pada upacara resmi, kenegaraan,
atau adat

4. Pakaian Nasional 4. Pakaian Nasional Pakaian yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang dapat
digunakan pada Acara Kenegaraan dan Acara Resmi sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Panitia Negara/Kesekretariatan
Kementerian/Kesekretariatan Lembaga Negara
5. Pakain Sipil Harian (PSH) Ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga
atau Seragam Resmi
Pakaian Sipil Lengkap (PSL)
Pakaian Dinas Upacara (TNI dan Polri)
Permendagri Nomor 6 Tahun 2016
(Pakaian Dinas PNS Di Lingkungan Kemendagri dan Pemda)

Kamis dan
Jumat
PDH Pakaian
Batik/Tenun/Pakaia Linmas (pada
saat hari Linmas
n Khas Daerah dan/atau sesuai
ketentuan acara

Senin dan Selasa


PDH Warna Khaki
Rabu
PDH Kemeja Warna Putih,
celana/rok hitam atau gelap
Pakaian Kebesaran

Masyarakat Adat
Ogie Bugis
menyematkan
gelar adat
Kapiten Lou
Pulau kepada
Presiden Jokowi

Gelar dari Istana Maimun


Pakaian Nasional
Pasal 5,
Perpres
71/2018

Jenis pakaian lain yang Place your screenshot here


dapat digunakan dalam
Acara Kenegaraan dan
Acara Resmi yaitu Pakaian
Sipil Nasional (PSN),
berupa:
 Jas beskap tertutup dan
memakai saku
 Celana panjang
berwarna sama dengan
jas, sarung fantasi,
 Peci nasional
TATA PENGHORMATAN
DALAM KEPROTOKOLAN
DASAR
• Pasal 31 UU No. 9 Tahun 2010, “Pejabat Negara, Pejabat
Pemerintahan, Perwakilan Negara Asing dan/atau
organisasi internasional serta Tokoh Masyarakat Tertentu
mendapat penghormatan.
• Yang dimaksud dengan penghormatan dan perlakuan
sesuai dengan kedudukannya dan martabatnya adalah
sikap perlakuan yang bersifat protokol yang harus
diberikan kepada seseorang dalam acara kenegaraan atau
acara resmi sesuai dengan jabatan dan/atau
kedudukannya dalam negara, pemerintahan atau
masyarakat.
BENTUK-BENTUK PENGHORMATAN
• Penghormatan terhadap seseorang dalam bentuk preseance
• Penghormatan terhadap seseorang dalam bentuk rotation

Urutan
Sambutan

Kedatangan
Jajar
dan
kepulangan
Rotation kehormatan

Naik
kendaraan
LANJUTAN BENTUK-BENTUK
PENGHORMATAN

• Penghormatan terhadap seseorang dalam


bentuk perlakuan
• Penghormatan terhadap sesorang dengan
menggunakan Bendera Kebangsaan Sang
Merah Putih
• Penghormatan terhadap seseorang dengan
menggunakan Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya
• Penghormatan Jenazah
Lambang-
Lambang
Kehormatan
NKRI

55
Presiden Joko Widodo (kanan) memukul beduk
disaksikan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama Said Aqil Siradj sebagai simbolis
pembukaan Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33
di Jombang, Jawa Timur, Sabtu (1/8).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla
melaksanakan pertemuan konsultasi dengan Pimpinan Lembaga
Negara di Istana Bogor, Rabu (05/8).

Anda mungkin juga menyukai