Anda di halaman 1dari 48

PELATIHAN KEPROTOKOLAN

IMPLEMENTASI
ATURAN KEPROTOKOLAN
BERDASARKAN
UU NOMOR 9 TAHUN 2010

No. HP: ROBBY J. PRIHANA, S.SOS., MM.


Email:
@robbydeinspirer 081210414860 rjprihana@gmail.com
Aktif sebagai tenaga pengajar di bidang
keprotokolan, public speaking, mc, dan
personal development lainnya sejak 1999

S-1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,


Universitas Padjadjaran, Bandung
S-2 Program Magister Manajemen,
Universitas Mercu Buana, Jakarta

Memiliki sertifikasi trainer dan keprotokolan


baik di dalam dan luar negeri
Pranata Humas Ahli Madya
Sekretariat Wakil Presiden Meraih berbagai prestasi akademik dan non
akademik di antaranya dua kali menjadi
Protokol Wakil Presiden Wakil Presiden
wisudawan terbaik dengan IPK tertinggi serta
sejak 2008 serta berkecimpung di dunia
meraih gelar Abang Bekasi Tahun 2001 dan
keprotokolan dan MC di dalam dan luar
Jajaka Parahyangan Jawa Barat Tahun 2001
negeri sejak 1998

+6281210414860 rjprihana@gmail.com @robbydeinspirer robbydeinspirer


Apa itu PROTOKOL...???
Protocol (Bahasa Inggris)
Protocole (Bahasa Perancis)
Protokollum (Bahasa Latin)

Protokollum
➢ Protos : Yang Pertama
➢ Kolla : Lem/Perekat

Lembaran pertama yang dilekatkan


pada gulungan papyrus atau kertas
tebal yang berisi perintah atau
keputusan-keputusan raja kepada
rakyatnya pada jaman itu
DEFINISI KEPROTOKOLAN
Keprotokolan adalah serangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan aturan
dalam acara kenegaraan atau acara
resmi yang meliputi
TATA TEMPAT,
TATA UPACARA, dan
TATA PENGHORMATAN
sebagai bentuk penghormatan kepada
seseorang sesuai dengan jabatan
dan/atau kedudukannya dalam negara,
pemerintahan, atau masyarakat”.

(UU Nomor 9 Tahun 2010)


STAKEHOLDERS OF PROTOCOL

ONE OF THE MOST IMPORTANT KEY


TO SUCCESS OF THE PROTOCOL IS SYNERGY
TUJUAN PROTOKOL

Membangun
Citra Positif
Menciptakan
hubungan baik

Menyukseskan
Acara
Aturan Tata Tempat

Adalah Pengaturan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat


Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi
internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara
Kenegaraan atau Acara Resmi.
PENGATURAN TATA TEMPAT DI PUSAT
1. Presiden RI; 15.Pemimpin partai politik yang memiliki wakil di
2. Wakil Presiden RI; DPR RI;
3. Mantan Presiden dan mantan Wapres; 16.Anggota BPK RI, Ketua Muda dan Hakim Agung
4. Ketua MPR RI MA RI, Hakim MK RI, dan anggota KY RI;
5. Ketua DPR RI; 17.Pemimpin lembaga negara yang ditetapkan
6. Ketua DPD RI; sebagai pejabat negara, pemimpin lembaga
7. Ketua BPK RI; negara lainnya yang ditetapkan dengan UU,
8. Ketua Mahkamah Agung RI; Deputi Gubernur Senior dan Deputi Gubernur
9. Ketua Komisi Yudisial RI; BI, serta Wakil Ketua Badan Penyelenggara
10. Perintis pergerakan kemerdekaan; Pemilihan Umum;
11. Dubes/Kepala Perwakilan Negara Asing 18.Gubernur Kepala Daerah;
dan Organisasi Internasional; 19.Pemilik tanda jasa dan tanda kehormatan
12. Wakil Ketua MPR RI, Wakil Ketua DPR RI, tertentu;
Wakil Ketua DPD RI, Gubernur BI, Ketua 20.Pimpinan lpnk, Wakil Menteri, WAKASAD,
Badan Penyelenggara Pemilihan Umum, WAKASAU, WAKASAL, WAKAPOLRI, Wakil
Wakil Ketua BPK RI, Wakil Ketua MA RI, Jaksa Agung , Wagub, Ketua DPRD provinsi,
Wakil Ketua MK RI, dan Wakil Ketua KY RI; pejabat eselon I atau yang disetarakan;
13. Menteri, pejabat setingkat menteri, 21.Bupati/walikota dan Ketua DPRD Kab/kota;
Anggota DPR RI, dan anggota DPD RI, dan
serta Dubes Luar Biasa dan Berkuasa 22.Pimpinan tertinggi representasi organisasi
Penuh RI; keagamaan tingkat nasional yang secara
14. KASAD, KASAU, dan KASAL faktual diakui oleh Pemerintah dan
masyarakat.
PENGATURAN TATA TEMPAT DI PROVINSI
1. Gubernur; 10. Bupati / walikota
2. Wakil gubernur; 11. Kepala Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa
3. Mantan gubernur dan mantan wakil Keuangan di daerah, Kepala Kantor
gubernur; Perwakilan Bank Indonesia di daerah,
4. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah;
provinsi atau nama lainnya; 12. Pemuka agama, pemuka adat, dan Tokoh
5. Kepala perwakilan konsuler Negara asing di Masyarakat Tertentu tingkat provinsi;
daerah; 13. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
6. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat kabupaten/kota;
Daerah provinsi atau nama lainnya; 14. Wakil bupati/wakil walikota dan Wakil
7. Sekretaris daerah, panglima/komandan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
tertinggi Tentara Nasional Indonesia semua kabupaten/kota;
angkatan, kepala kepolisian, ketua 15. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
pengadilan tinggi semua badan peradilan, kabupaten/kota;
dan kepala kejaksaan tinggi di provinsi; 16. Asisten sekretaris daerah provinsi, kepala
8. Pemimpin partai politik di provinsi yang dinas tingkat provinsi, kepala kantor
memiliki wakil di Dewan Perwakilan Rakyat instansI vertikal di provinsi, kepala badan
Daerah provinsi; provinsi, dan pejabat eselon II; dan
10. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 17. Kepala bagian pemerintah daerah provinsi
provinsi atau nama lainnya, anggota Majelis dan pejabat eselon III.
Permusyawaratan Ulama Aceh dan anggota
Majelis Rakyat Papua;
PENGATURAN TATA TEMPAT DI KAB/KOTA
1. Bupati/walikota; 9. Pemuka agama, pemuka adat, dan Tokoh
2. Wakil bupati/wakil walikota; Masyarakat Tertentu tingkat
3. Mantan bupati/walikota dan mantan kabupaten/kota;
wakil bupati/wakil walikota; 10. Asisten sekretaris daerah kabupaten/kota,
4. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kepala badan tingkat kabupaten/ kota,
kabupaten/kota atau nama lainnya; kepala dinas tingkat kabupaten/kota, dan
5. Wakil Ketua Dewan Penwakilan Rakyat pejabat eselon II, kepala kantor
Daerah kabupaten/kota atau nama perwakilan Bank Indonesia di tingkat
lainnya; kabupaten/kota, ketua komisi pemilihan
6. Sekretaris daerah, komandan tertinggi umum kabupaten/kota;
Tentara Nasional Indonesia semua 11. Kepala instansi vertikal tingkat
angkatan, kepala kepolisian, ketua kabupaten/kota, kepala unit pelaksana
pengadilan semua badan peradilan, dan teknis instansi vertikal, komandan tertinggi
kepala kejaksaan negeri di Tentara Nasional Indonesia semua
kabupaten/kota; angkatan di kecamatan, dan kepala
7. Pemimpin partai politik di kepolisian di kecamatan;
kabupaten/kota yang memiliki wakil di 12. Kepala bagian pemerintah daerah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota, camat, dan pejabat
kabupaten/kota; eselon III; dan
8. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat 13. Lurah/kepala desa atau yang disebut
Daerah kabupaten/kota atau nama dengan nama lain dan pejabat eselon IV.
lainnya;
PEDOMAN PENGATURAN TATA TEMPAT

Orang yang berhak Jika berjajar, yang


mendapat tata urutan berada di sebelah
pertama/paling tinggi kanan dari orang yang
1 3 1 2
adalah mereka yang mendapat urutan tata
mempunyai urutan tempat paling utama, atau
paling depan atau 2 dianggap lebih tinggi
mendahului. dibanding orang yang
duduk di sebelah 2 1
kirinya.

Depan
Jika menghadap meja, Jika pintu keluar
tempat yang 1 berada di samping, 1 1
menghadap ke pintu maka tempat yang
keluar lebih utama meja paling jauh dari pintu 2 2
dibandingkan yang keluar lebih utama
membelakangi pintu 2 dibandingkan yang 3 3
keluar. dekat pintu keluar.
Pintu Pintu
PEDOMAN PENGATURAN TATA TEMPAT
(PRESEANCE)
Main Seat GANJIL :
STAGE

GONG
PODIUM

5 3 1 2 4
PEDOMAN PENGATURAN TATA TEMPAT
(PRESEANCE)

Main Seat GENAP :


STAGE

GONG
PODIUM

6 4 2 1 3 5
PEDOMAN PENGATURAN TATA TEMPAT
(PRESEANCE)

STAGE

GONG
PODIUM

Kiri : Tengah Kanan :


4 3 2 1 5 3 1 2 4 1 2 3 4
TATA TEMPAT ACARA SEREMONIAL (TEATER)
STAGE

GONG
PODIUM

MC

MAIN SEAT
6 4 2 1 3 5
6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6
PERANGKAT PENGAMANAN
12 11 10 9 8 7 7 8 9 10 11 12

8 6 4 2 1 3 5 7

UNDANGAN UNDANGAN UNDANGAN

KAMERA (MEDIA CETAK DAN ELEKTRONIK)


TATA TEMPAT ACARA SEREMONIAL (TEATER)
STAGE

GONG
PODIUM

MC

MAIN SEAT

PERANGKAT PENGAMANAN WAPRES

UNDANGAN UNDANGAN

KAMERA (MEDIA CETAK DAN ELEKTRONIK)


TATA TEMPAT ACARA SEREMONIAL (ROUND TABLE)
STAGE

GONG
PODIUM

MC

6 5
6 5 6 5
1 6 5 6 5
5 3 4 3 2 4
4 3 4 3 2 1 4 3 4 3
2 1 2 1 2 1 2 1

6 5 6 5 6 5 6 5 6 5
10 8 6 7 9
4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
2 1 2 1 2 1 2 1 2 1

6 5 6 5 6 5 6 5 6 5
15 13 11 12 14
4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
2 1 2 1 2 1 2 1 2 1
KAMERA (MEDIA CETAK DAN ELEKTRONIK)
TATA TEMPAT UNTUK ISTERI/SUAMI PEJABAT
❑ Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi
internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan dan/atau Acara
Resmi dapat didampingi istri atau suami. Dimana isteri atau suami menempati urutan sesuai
tata tempat jabatan suami atau isterinya;

❑ Apabila pejabat tertinggi hadir pada suatu acara


resmi atau acara kenegaraan didampingi
isteri/suaminya, maka pejabat lain di bawahnya
yang juga menempati tempat duduk utama
(main seat) juga didampingi isteri/suaminya.

❑ Apabila pejabat tertinggi hadir pada suatu acara


resmi atau acara kenegaraan tidak didampingi
isteri/suaminya, maka pejabat lain di bawahnya
yang juga menempati tempat duduk utama
(main seat) juga tidak didampingi
isteri/suaminya.
TATA TEMPAT BAGI PEJABAT YANG MEWAKILI

❑ Apabila seorang Pejabat Negara, pejabat pemerintah, atau tokoh


masyarakat berhalangan hadir pada suatu acara resmi atau acara
kenegaraan, maka kehadirannya dapat diwakilkan oleh pejabat lainnya
selagi tidak ada ketentuan lain yang melarangnya.
❑ Tata tempat pejabat yang diwakili tidak dak dapat digantikan oleh pejabat
yang mewakilinya.
❑ Pejabat yang mewakili mendapatkan tata tempat sesuai jabatan yang
dimilikinya.
❑ Dalam hal Pejabat Negara, pejabat pemerintah, atau tokoh masyarakat
tertentu selaku tuan rumah berhalangan hadir dalam acara
kenegaraan/resmi, maka tempatnya diisi oleh pejabat minimal satu tingkat
di bawahnya yang mewakili
TATA TEMPAT JIKA DIHADIRI OLEH BEBERAPA
PEJABAT YANG SEDERAJAT

❑ Apabila terdapat pejabat negara pejabat


pemerintah, atau tokoh masyarakat tertentu yang
menjadi leading sector suatu kegiatan, maka
pejabat tersebut mendapat tempat yang utama

❑ Apabila tidak terdapat pejabat negara/pejabat


pemerintah, atau tokoh masyarakat tertentu yang
menjadi leading sector, maka aturan tata
tempatnya mengacu kepada susunan dalam surat
keputusan atau struktur organisasi yang resmi
PEDOMAN PENGATURAN TATA TEMPAT
(PRESEANCE)

BERHADAPAN DENGAN AUDIENCE

4 2 1 3 5

AUDIENCE
TATA TEMPAT SAAT MENERIMA TAMU

❑ Apabila jabatan/kedudukan tamu sederajat


dengan tuan rumah maka posisinya adalah tuan
rumah lebih menghormat tamunya. Sehingga
tamu berada di posisi kanan dan tuan rumah di
posisi kiri.

❑ Apabila jabatan/kedudukan tamu dan tuan rumah


tidak sederajat, maka pengaturannya disesuaikan
dengan pengaturan tata tempat berdasarkan
tinggi rendahnya jabatan/kedudukan.
TATA TEMPAT ACARA AUDIENSI

SELEVEL

Tamu Tuan Rumah

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

Pintu
masuk
PERTEMUAN BILATERAL

7 6

5 4

TUAN RUMAH
3 2

TAMU
1 1

2 3

4 5

6 7

Pintu
masuk
PENANDATANGANAN MoU

TUAN
TAMU
RUMAH
FOTO BERSAMA

SELEVEL
FOTO BERSAMA

TIDAK SELEVEL
POSISI MENDAMPINGI SAAT BERJALAN
PERESMIAN ACARA/PROYEK
RECEIVING LINE KEDATANGAN

❑ Kendaraan tamu terhormat


berada di sebelah kanan
pejabat penyambut
❑ Pejabat penyambut yang
paling tinggi jabatannya
paling dekat dengan
1
kendaraan tamu terhormat
2

5
RECEIVING LINE KEPERGIAN

❑ Kendaraan tamu terhormat


berada di sebelah kiri
pejabat penyambut
❑ Pejabat penyambut yang
1 paling tinggi jabatannya
paling dekat dengan
2 kendaraan tamu terhormat

5
DASAR NON JURIDIS
DALAM PRAKTEK KEPROTOKOLAN

❑ ADAT ISTIADAT/KEBIASAAN SETEMPAT

❑ NILAI SOSIAL DAN BUDAYA

❑ ASAS TIMBAL BALIK/RESIPROSITAS

❑ KAIDAH AGAMA

❑ COMMON SENSE/LOGIKA UMUM


Contoh Kasus LOGIKA UMUM

4 2 1 3

Gubernur Isteri Gubernur


Menkeu Gubernur BI Menkeu
DKI Gubernur BI DKI
Contoh Kasus LOGIKA UMUM Saat Rapat

4 2 1 3

Kepala
Dirjen Kepala
Dirjen
Menkeu Gubernur BI
KPw BI
Anggaran Anggaran
KPwBI
Aturan Tata Upacara

Adalah Pengaturan untuk melaksanakan upacara dalam


Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.
Tata Upacara terbagi menjadi dua, yaitu: Tata Upacara
Bendera, dan Tata Upacara Bukan Upacara Bendera
TATA URUTAN DALAM UPACARA BENDERA

Tata urutan upacara bendera sekurang-kurangnya


meliputi:
1. Pengibaran bendera negara diiringi dengan lagu
kebangsaan Indonesia Raya;
2. Mengheningkan cipta;
3. Pembacaan naskah
Pancasila;
4. Pembacaan Pembukaan
Undang-Undang Dasar
Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
dan
5. Pembacaan doa
TATA LAGU KEBANGSAAN DALAM
UPACARA BENDERA

Tata lagu kebangsaan dalam upacara bendera meliputi:


1. Pengibaran atau penurunan bendera Negara dengan
diiringi lagu kebangsaan;
2. Iringan lagu kebangsaan dalam pengibaran atau
penurunan bendera Negara dilakukan oleh korps musik
atau genderang dan/atau sangkakala, sedangkan
seluruh peserta upacara mengambil sikap sempurna dan
memberikan penghormatan menurut keadaan setempat.
3. Dalam hal tidak ada korps musik atau genderang
dan/atau sangkakala pengibaran atau penurunan
bendera negara diringi dengan lagu kebangsaan yang
dinyanyikan oleh seluruh peserta upacara.
ATURAN LAIN DALAM
TATA LAGU KEBANGSAAN

Lagu Kebangsaan wajib diperdengarkan dan/atau dinyanyikan:


a. Untuk menghormati Presiden dan/atau Wakil Presiden;
b. Untuk menghormati Bendera Negara pada waktu pengibaran atau penurunan
Bendera Negara yang diadakan dalam upacara;
c. Dalam acara resmi yang diselenggarakan oleh pemerintah;
d. Dalam acara pembukaan Sidang Paripurna MPR, DPR, DPRD, dan DPD;
e. Untuk menghormati kepala negara atau kepala pemerintahan negara sahabat
dalam kunjungan resmi;
f. Dalam acara atau kegiatan olah raga internasional;
g. Dalam acara ataupun kompetisi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
internasional yang diselenggarakan di Indonesia
ATURAN LAIN DALAM
TATA LAGU KEBANGSAAN

Lagu Kebangsaan dapat diperdengarkan dan/atau dinyanyikan:


a. Sebagai pernyataan rasa kebangsaan;
b. Dalam rangkaian program pendidikan dan pengajaran;
c. Dalam acara resmi lainnya yang diselenggarakan oleh organisasi,
partai politik, dan kelompok masyarakat lain;
d. Dalam acara ataupun kompetisi ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni internasional.
TATA UPACARA BUKAN UPACARA BENDERA

➢Upacara bukan upacara bendera dapat dilaksanakan untuk


Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.

➢Bendera Negara dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi


upacara bukan upacara bendera dipasang pada sebuah tiang
bendera dan diletakkan di sebelah kanan mimbar.
Aturan Tata Penghormatan

Adalah Pengaturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi


Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara asing
dan/atau organisasi internasional, dan Tokoh Masyarakat
Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.
TATA PENGHORMATAN

Penghormatan sebagaimana dimaksud


meliputi:
a. penghormatan dengan bendera negara;
b. penghormatan dengan lagu kebangsaan;
dan/atau
c. bentuk penghormatan lain seperti
greetings, dentuman meriam,
pemasangan foto, gelar adat, pakaian
kebesaran dll.
UKURAN BENDERA NEGARA
❑ 200 cm x 300 cm untuk penggunaan di lapangan istana kepresidenan;
❑ 120 cm x 180 cm untuk penggunaan di lapangan umum;
❑ 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di ruangan;
❑ 36 cm x 54 cm untuk penggunaan di mobil Presiden dan Wakil Presiden;
❑ 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di mobil pejabat negara;
❑ 20 cm x 30 cm untuk penggunaan di kendaraan umum;
❑ 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kapal;
❑ 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kereta api;
❑ 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di pesawat udara;
❑ 10 cm x 15 cm untuk penggunaan di meja.

(Sumber: Pasal 4 UU Nomor 24 Tahun 2009)


TANTANGAN PRAKTISI PROTOKOL MASA KINI

Masyarakat yang semakin kritis

Sosial Politik Sangat Dinamis

Arus Informasi Sangat Cepat

Teknologi Berkembang Pesat

Reformasi Birokrasi

Kondisi Pandemi
PARADIGMA BARU PROTOKOL
ZAMAN NOW
DAPAT BERADAPTASI
MEMILIKI NETWORKING
MENGIMPLEMENTASIKAN
YANG KUAT DAN LUAS
ATURAN KEPROTOKOLAN

MEMAHAMI ESENSI DARI SELALU UPDATE


ACARA KEPROTOKOLAN INFORMASI

LOYALITAS YANG MENJUNJUNG PRINSIP


PROPORSIONAL CONFIDENTIALITY

MULTI TALENT AND MULTI MELEK TEKNOLOGI


TASKING INFORMASI

PERSONAL BRANDING
@robby.prihana2020

Anda mungkin juga menyukai