Anda di halaman 1dari 123

DASAR-DASAR

KEPROTOKOLAN

Oki Putra Budiarahman, S.H.


Penyelia Keprotokolan
DASAR-DASAR
KEPROTOKOLAN
HAKIKAT KEBERHASILAN PRAKTEK
PELAYANAN KEPROTOKOLAN

BAGAIMANA ANDA DAPAT


MENGATUR ORANG LAIN UNTUK
MELAKUKAN SESUATU SESUAI
PERATURAN KEPROTOKOLAN
TANPA ORANG TERSEBUT
MERASA TERPAKSA
MELAKUKANNYA
KEPROTOKOLAN
MENURUT UU NO. 9/2010

Keprotokolan adalah serangkaian


kegiatan yang berkaitan dengan
aturan dalam acara kenegaraan
atau acara resmi yang meliputi
TATA TEMPAT,
TATA UPACARA, dan TATA
PENGHORMATAN sebagai bentuk
penghormatan kepada seseorang
sesuai dengan jabatan dan/atau
kedudukannya dalam negara,
pemerintahan, atau masyarakat”.
TUJUAN PROTOKOL
PASAL 3 UU NO. 9 TAHUN 2010

 Memberikan penghormatan kepada Pejabat Negara,


Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau
organisasi internasional, serta Tokoh Masyarakat
Tertentu, dan/atau Tamu Negara sesuai dengan
kedudukan dalam negara, pemerintahan, dan
masyarakat;
 Memberikan pedoman penyelenggaraan suatu acara agar
berjalan tertib, rapi, lancar, dan teratur sesuai dengan
ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, baik secara
nasional maupun internasional;
 Menciptakan hubungan baik dalam tata pergaulan
1. Tata Tempat

Adalah Pengaturan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat


Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi
internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara
Kenegaraan atau Acara Resmi.
PENGATURAN TATA TEMPAT
DI PUSAT
1. Presiden RI; 15.Pemimpin partai politik yang memiliki wakil
2. Wakil Presiden RI; di DPR RI;
3. Mantan Presiden dan mantan Wapres; 16.Anggota BPK RI, Ketua Muda dan Hakim
4. Ketua MPR RI Agung MA RI, Hakim MK RI, dan anggota KY
5. Ketua DPR RI; RI;
6. Ketua DPD RI; 17.Pemimpin lembaga negara yang ditetapkan
7. Ketua BPK RI; sebagai pejabat negara, pemimpin lembaga
8. Ketua Mahkamah Agung RI; negara lainnya yang ditetapkan dengan UU,
9. Ketua Komisi Yudisial RI; Deputi Gubernur Senior dan Deputi
10. Perintis pergerakan kemerdekaan; Gubernur BI, serta Wakil Ketua Badan
11. Dubes/Kepala Perwakilan Negara Penyelenggara Pemilihan Umum;
Asing dan Organisasi Internasional; 18.Gubernur Kepala Daerah;
12. Wakil Ketua MPR RI, Wakil Ketua DPR 19.Pemilik tanda jasa dan tanda kehormatan
RI, Wakil Ketua DPD RI, Gubernur BI, tertentu;
Ketua Badan Penyelenggara Pemilihan 20.Pimpinan lpnk, Wakil Menteri, WAKASAD,
Umum, Wakil Ketua BPK RI, Wakil WAKASAU, WAKASAL, WAKAPOLRI, Wakil
Ketua MARI, Wakil Ketua MK RI, dan Jaksa Agung , Wagub, Ketua DPRD provinsi,
Wakil Ketua KY RI; pejabat eselon I atau yang disetarakan;
13. Menteri, pejabat setingkat menteri, 21.Bupati/walikota dan Ketua DPRD Kab/kota;
Anggota DPR RI, dan anggota DPD RI, dan
serta Dubes Luar Biasa dan Berkuasa 22.Pimpinan tertinggi representasi organisasi
Penuh RI; keagamaan tingkat nasional yang secara
14. KASAD, KASAU, dan KASAL faktual diakui oleh Pemerintah dan
masyarakat.
PENGATURAN TATA TEMPAT
DI PROVINSI
1. Gubernur; 10. Bupati / walikota
2. Wakil gubernur; 11. Kepala Kantor Perwakilan Badan
3. Mantan gubernur dan mantan wakil Pemeriksa Keuangan di daerah, Kepala
gubernur; Kantor Perwakilan Bank Indonesia di
4. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat daerah, ketua Komisi Pemilihan Umum
Daerah provinsi atau nama lainnya; Daerah;
5. Kepala perwakilan konsuler Negara 12. Pemuka agama, pemuka adat, dan
asing di daerah; Tokoh Masyarakat Tertentu tingkat
6. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat provinsi;
Daerah provinsi atau nama lainnya; 13. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat
7. Sekretaris daerah, panglima/komandan Daerah kabupaten/kota;
tertinggi Tentara Nasional Indonesia 14. Wakil bupati/wakil walikota dan Wakil
semua angkatan, kepala kepolisian, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat
ketua pengadilan tinggi semua badan Daerah kabupaten/kota;
peradilan, dan kepala kejaksaan tinggi 15. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
di provinsi; Daerah kabupaten/kota;
8. Pemimpin partai politik di provinsi yang 16. Asisten sekretaris daerah provinsi,
memiliki wakil di Dewan Perwakilan kepala dinas tingkat provinsi, kepala
Rakyat Daerah provinsi; kantor instansI vertikal di provinsi,
10. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat kepala badan provinsi, dan pejabat
Daerah provinsi atau nama lainnya, eselon II; dan
anggota Majelis Permusyawaratan 17. Kepala bagian pemerintah daerah
Ulama Aceh dan anggota Majelis provinsi dan pejabat eselon III.
Rakyat Papua;
PENGATURAN TATA TEMPAT
DI KABUPATEN/KOTA
1. Bupati/walikota; 9. Pemuka agama, pemuka adat, dan
2. Wakil bupati/wakil walikota; Tokoh Masyarakat Tertentu tingkat
3. Mantan bupati/walikota dan mantan kabupaten/kota;
wakil bupati/wakil walikota; 10. Asisten sekretaris daerah
4. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat kabupaten/kota, kepala badan tingkat
Daerah kabupaten/kota atau nama kabupaten/ kota, kepala dinas tingkat
lainnya; kabupaten/kota, dan pejabat eselon
5. Wakil Ketua Dewan Penvakilan II, kepala kantor perwakilan Bank
Rakyat Daerah kabupaten/kota atau Indonesia di tingkat kabupaten, ketua
nama lainnya; komisi pemilihan umum
6. Sekretaris daerah, komandan kabupaten/kota;
tertinggi Tentara Nasional Indonesia 11. Kepala instansi vertikal tingkat
semua angkatan, kepala kepolisian, kabupaten/kota, kepala unit
ketua pengadilan semua badan pelaksana teknis instansi vertikal,
peradilan, dan kepala kejaksaan komandan tertinggi Tentara Nasional
negeri di kabupaten/kota; Indonesia semua angkatan di
7. Pemimpin partai politik di kecamatan, dan kepala kepolisian di
kabupaten/kota yang memiliki wakil kecamatan;
di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 12. Kepala bagian pemerintah daerah
kabupaten/kota; kabupaten/kota, camat, dan pejabat
8. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat eselon III; dan
Daerah kabupaten/kota atau nama 13. Lurah/kepala desa atau yang disebut
lainnya; dengan nama lain dan pejabat eselon
IV.
Tata Urutan Pejabat Kemdikbud
1. Menteri
2. Wakil Menteri
3. Mantan Menteri dan Mantan Wakil Menteri
4. Pejabat Eselon I
5. Pemimpin Perguruan Tinggi
6. Pejabat eselon II pimpinan unit kerja pusat
7. Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi
8. Pimpinan Unit Pelaksana Teknis

Keterangan:
- Staf khusus Menteri memiliki kedudukan Pejabat Eselon I
- isteri/suami memiliki kedudukan yang setingkat dengan
urutan tata tempat suami/isterinya.
PEDOMAN PENGATURAN TATA TEMPAT
(PRESEANCE)
Orang yang berhak mendapat tata urutan
pertama/di depan adalah mereka yang
mempunyai kedudukan yang paling tinggi
 Jika
berjajar, yang berada di sebelah kanan
mendapat urutan tata tempat paling utama
dibanding orang yang duduk di sebelah kirinya.
 Jika
menghadap meja, (rapat) tempat utama
adalah yang menghadap ke pintu keluar dan
tempat yang paling rendah dekat dengan pintu
keluar.
TATA TEMPAT UNTUK ISTERI/SUAMI PEJABAT

 Isteri atau suami menempati urutan sesuai tata


tempat jabatan suami atau isterinya;
 Apabila didampingi isteri/suaminya, maka
pejabat lain di bawahnya yang juga menempati
tempat duduk utama (main seat) juga
didampingi isteri/suaminya.
 Apabila tidak didampingi isteri/suaminya, maka
pejabat lain di bawahnya yang juga menempati
tempat duduk utama (main seat) juga tidak
didampingi isteri/suaminya.
TATA TEMPAT BAGI PEJABAT YANG MEWAKIL

 Apabila berhalangan hadir, maka kehadirannya


dapat diwakilkan oleh pejabat lainnya selagi
tidak ada ketentuan lain yang melarangnya.
 Tata tempat pejabat yang diwakili tidak dapat
digantikan oleh pejabat yang mewakilinya.
 Pejabat yang mewakili mendapatkan tata
tempat sesuai jabatan yang dimilikinya.
 Dalam hal Pejabat selaku tuan rumah
berhalangan hadir dalam acara
kenegaraan/resmi, maka diwakili pejabat satu
tingkat di bawahnya
TATA TEMPAT JIKA DIHADIRI BEBERAPA
ORANG PEJABAT YANG SEDERAJAT

 Pejabat tertinggi yang menjadi leading


sector suatu kegiatan, maka pejabat
tersebut mendapat tempat yang utama
 Jika Pejabat tertinggi yang menjadi
leading sector tidak hadir maka aturan
tata tempatnya mengacu kepada
susunan dalam surat keputusan atau
struktur organisasi yang resmi
Pengaturan Tempat Duduk (seating
arrangement)

Main Seats;
Untuk jumlah 3 orang : 3-1-2

Untuk jumlah 4 orang : 4-2-1-3

Untuk jumlah 5 orang : 5-3-1-2-4

Untuk jumlah 6 orang : 6-4-2-1-3-5


Pedoman Umum Tata Tempat

Panggung Utama

VIP 2 MAIN SEATS VIP 1

Priority Priority Priority


Peserta Peserta
dan Peserta
dan
Undangan dan Undangan Undangan
Panggung Utama

Main Seats
VIP 2 3 1 2 VIP 1
4 3 2 1 1 2 3 4
Panggung Utama

VIP 2 VIP 1

Priority Priority

Peserta dan Peserta dan


Undangan Undangan
Panggung utama

VIP 2
VIP 1

4 3 1 2 2 1 3 4

Catatan; Kehadiran Pejabat bersama suami/istri


Panggung utama

VIP 2
VIP 1

4 3 2 1 2 1 3 4

Catatan; Kehadiran Pejabat tanpa suami/istri


Tata Tempat di Panggung

3 1 2 4
podium

VIP 2 MAIN SEATS VIP 1

Priority Priority Priority

Peserta Peserta Peserta


dan dan
dan Undangan
Undangan Undangan
podium

VIP 2 MAIN SEATS VIP 1

Priority Priority Priority

Peserta Peserta Peserta


dan dan
dan Undangan
Undangan Undangan
Arahan Presiden pada
Pembukaan RNPK 2018
Arahan Wapres pada
RNPK 2018
PEDOMAN PENGATURAN TATA TEMPAT
(PRESEANCE)
Main Seat GANJIL :

5 3 1 2 4
PEDOMAN PENGATURAN TATA TEMPAT
(PRESEANCE)
Main Seat GENAP :

6 4 2 1 3 5
PEDOMAN PENGATURAN TATA TEMPAT
(PRESEANCE)
STAGE

GONG
PODIUM

Kiri : Tengah Kanan :


4 3 2 1 5 3 1 2 4 1 2 3 4

Kiri : Tengah Kanan :


4 3 2 1 4 2 1 3 1 2 3 4
TATA TEMPAT ACARA SEREMONIAL (acara Presiden)
STAGE

GONG
PODIUM

MC

MAIN SEAT

PERANGKAT PENGAMANAN

UNDANGAN UNDANGAN UNDANGAN

KAMERA (MEDIA CETAK DAN ELEKTRONIK)


TATA TEMPAT ACARA SEREMONIAL (acara Presiden)
STAGE

GONG
PODIUM

MC

MAIN SEAT

PERANGKAT PENGAMANAN

UNDANGAN UNDANGAN

KAMERA (MEDIA CETAK DAN ELEKTRONIK)


Acara Arahan mendikbud
pada RNPK 2019
Tata Panggung Acara Presiden
TATA TEMPAT ACARA SEREMONIAL (ROUND TABLE)
STAGE

GONG
PODIUM

MC

6 5
6 5 6 5
1 6 5 6 5
5 3 4 3 2 4
4 3 4 3 2 1 4 3 4 3
2 1 2 1 2 1 2 1

6 5 6 5 6 5 6 5 6 5
10 8 6 7 9
4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
2 1 2 1 2 1 2 1 2 1

6 5 6 5 6 5 6 5 6 5
15 13 11 12 14
4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
2 1 2 1 2 1 2 1 2 1
KAMERA (MEDIA CETAK DAN ELEKTRONIK)
TATA
TEMPAT
ACARA ADC

AUDIENSI NOTULIS

(Wapres
dengan
Menteri) PENDAMPING PENDAMPING
TUAN RUMAH
TAMU
PIMPINAN
RAPAT

TATA TEMPAT
RAPAT/ ADC

PENDAMPING PESERTA RAPAT (EKSTERNAL)


PERSIDANGAN

PESERTA RAPAT (EKSTERNAL)


Protokol

PESERTA RAPAT (INTERNAL)


Notulis

Operator

LAYAR
Jamuan Makan
Informal

Panggung
Jajuan Makan
Semi Formal

Catatan; Tanpa Hiburan


Jamuan Gala Dinner
Jamuan Gala Dinner
Susunan Acara Jamuan Makan
Informal (Gala Dinner)
1. Pembukaan oleh MC
2. Persembahan Pembuka
3. Sambutan Tuan Rumah
4. Sambutan Tamu
5. Pertukaran Cinderamata
6. Jamuan Makan (diiringi Musik)
7. Persembahan Budaya
8. Penutup
9. Foto Bersama
Jamuan Makan
Resmi/Formal

Catatan; - posisi duduk berselang-seling


- tidak ada acara hiburan
Tatanan Jamuan Makan
Resmi/Formal
Jamuan Makan
Resmi/Formal
Jamuan Makan Formal
Tata tempat audiensi
Courtesy Call
Setingkat Menteri
MoU di Korea
MoU di Indonesia
FOTO BERSAMA
Menteri Kabinet
FOTO BERSAMA
Istri –istri Kabinet
FOTO BERSAMA (APABILA SELEVEL)

di Turki di Indonesia
FOTO BERSAMA
(APABILA TIDAK SELEVEL)
POSISI MENDAMPINGI SAAT BERJALAN
POSISI MENDAMPINGI SAAT BERJALAN
PERESMIAN ACARA
PENANDATANGANAN PRASASTI
CONTOH PRASASTI
90 cm

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JUSUF KALLA INOVATION AND ENTREPRENEURSHIP CENTER

DIRESMIKAN OLEH

60 cm
WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

M. JUSUF KALLA
Malang, 4 Desember 2017

KETERANGAN:
UKURAN : PANJANG = 90 CM
LEBAR = 60 CM

BAHAN : MARMER ATAU GRANIT WARNA HITAM

TULISAN : WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN NAMA PROYEK YANG


DIRESMIKAN,
HURUFNYA YANG LEBIH BESAR DARI HURUF TULISAN YANG LAINNYA.

WARNA : HURUF DAN LOGO BERWARNA EMAS


RECEIVING LINE KEDATANGAN
Kendaraan tamu
Utama berada di
sebelah kanan
pejabat penyambut

2
Pejabat penyambut
yang paling tinggi
3 jabatannya paling
4 dekat dengan
kendaraan tamu
5
Utama
RECEIVING LINE KEPERGIAN
 Kendaraan tamu Utama
berada di sebelah kiri
pejabat penyambut

 Pejabat penyambut
1 yang paling tinggi
jabatannya paling dekat
2
dengan kendaraan tamu
3 terhormat

5
Jajar Kehormatan
2. Tata Upacara

Adalah Pengaturan untuk melaksanakan upacara dalam


Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.
Tata Upacara terbagi menjadi dua, yaitu: Tata Upacara
Bendera, dan Tata Upacara Bukan Upacara Bendera
A. Tata Upacara Bendera
 1. Hari Pendidikan Nasional
 2. Hari Kebangkitan Nasional
 3.Hari Lahir Pancasila
 4. Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI
 5. Hari Kesaktian Pancasila
 6. Hari Sumpah Pemuda
 7. Hari Pahlawan
 8. Hari Guru Nasional
 9. Hari Korpri
 10. Hari Ibu
TATA URUTAN DALAM UPACARA BENDERA
sekurang-kurangnya meliputi:

1. Pengibaran bendera negara diiringi dengan lagu


kebangsaan Indonesia Raya;
2. Mengheningkan cipta;

3. Pembacaan naskah
Pancasila;
4. Pembacaan Pembukaan
Undang-Undang Dasar
Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
dan
5. Pembacaan doa
Kelangkapan Upacara Bendera:
1.pembina upacara;
2.pengatur upacara;
3.pemimpin upacara;
4.pengibar bendera;
5.pembaca naskah;
6.pembawa acara; dan
7.peserta upacara.
Perlengkapan Upocara Bendera

1.bendera
2.tiang bendera dengan tali;
3.mimbar upacara;
4.naskah Pancasila;
5.naskah Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; dan
6.teks doa.
Tata Bendera Negara
1. bendera dikibarkan antara waktu
terbitnya matahari sampai dengan saat
matahari terbenam;
2. tiang bendera didirikan di tempat
upacara;
3. Bendera Negara yang dibawa dari
tempat penyimpanan ke tempat
pengibaran dilakukan dengan cara
meletakan bendera tersebut di atas
kedua telapak tangan atau di atas baki;
4. regu pengibar bendera paling sedikit
berjumlah tiga orang. Bendera Negara
dinaikkan atau diturunkan pada tiang
secara perlahan-lahan, dengan khidmat,
dan tidak menyentuh tanah;

5. apabila Bendera Negara dikibarkan


setengah tiang, tata pengibarannya
adalah dinaikkan terlebih dahulu hingga
ke ujung tiang, dihentikan sebentar dan
diturunkan tepat setengah tiang;
6. untukmenurunkan Bendera
Negara pada posisi
setengah tiang, tata
penurunannya adalah
bendera dinaikkan terlebih
dahulu hingga ujung tiang,
dihentikan sesaat, kemudian
diturunkan;
7. pada waktu penaikkan atau penurunan
Bendera Negara, semua orang yang hadir
memberi hormat (posisi tangan kanan di
atas pelipis kanan) dengan berdiri tegak
dan khidmat sambil menghadapkan muka
pada Bendera Negara sampai penaikkan
atau penurunan Bendera Negara selesai.
Semua jenis penutup kepala harus dibuka
kecuali peci, ikat kepala, sorban, kerudung,
atau topi wanita yang dipakai menurut
agama atau adat kebiasaan;
8. penaikan atau penurunan Bendera
Negara dapat diiringi Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya atau Genderang
Sangkakala.
apabila terjadi hal yang tidak diinginkan
saat pengibaran bendera berlangsung,
misalnya tali pengerek putus/macet,
tiang bendera roboh, dan lain
sebagainya, maka hal-hal yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut.
10. apabila posisi bendera terbalik saat
dibentangkan, maka petugas segera
memperbaiki posisi bendera tersebut
Apabila tali putus saat pengibaran bendera dan
masih memungkinkan bendera untuk naik, maka
pengibaran tetap dilakukan sampai lagu
kebangsaan Indonesia Raya berakhir.
Setelah itu, bendera diturunkan dan
kaitan tali diperbaiki, kemudian bendera
dikibarkan kembali tanpa diiringi Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya.

Apabila tidak memungkinkan untuk


dikibarkan kembali, maka bendera dilipat
dan dibawa kembali dan upacara
dilanjutkan.
Apabila tali putus saat pengibaran bendera
dan bendera jatuh, petugas harus segera
mengambil kembali dan membentangkan
bendera dengan posisi tegak lurus sampai
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya selesai.
Apabila bendera dimungkinkan untuk
dikibarkan kembali, maka bendera
dikibarkan kembali tanpa diiringi Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya.

Apabila tidak memungkinkan untuk


dikibarkan kembali, maka bendera
dilipat dan dibawa kembali dan
upacara dilanjutkan.
Tata Lagu Kebangsaan Dalam
Upacara Bendera
1. Pengibaran atau penurunan bendera Negara dengan
diiringi lagu kebangsaan;

2. Iringan lagu kebangsaan dalam pengibaran atau


penurunan bendera dilakukan oleh korps musik atau
genderang dan/atau sangkakala, sedangkan seluruh
peserta upacara mengambil sikap sempurna dan
memberikan penghormatan menurut keadaan setempat.

3. Dalam hal tidak ada korps musik atau genderang dan/atau


sangkakala dapat diringi dengan lagu kebangsaan yang
dinyanyikan oleh seluruh peserta upacara.

4. Saat mengiri pengibaran dan penurunan bendera tidak


dibenarkan menggunakan musik dari alat rekam
Genderang dan
Terompet Sangkakala
Upacara Bendera Dalam Ruangan
Apabila terjadi hujan pada hari pelaksanaan
upacara bendera, upacara bendera dilaksanakan di
dalam ruangan dengan kelengkapan dan
perlengkapan upacara yang sama namun tanpa
penaikan bendera merah putih (bendera sudah
dalam keadaan terpasang ditiang bendera).
UKURAN BENDERA NEGARA

 200 cm x 300 cm untuk penggunaan di lapangan istana


kepresidenan;
 120 cm x 180 cm untuk penggunaan di lapangan umum;
 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di ruangan;
 36 cm x 54 cm untuk penggunaan di mobil Presiden dan Wakil
Presiden;
 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di mobil pejabat negara;
 20 cm x 30 cm untuk penggunaan di kendaraan umum;
 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kapal;
 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kereta api;
 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di pesawat udara;
 10 cm x 15 cm untuk penggunaan di meja.
(Sumber: Pasal 4 UU Nomor 24 Tahun 2009)
Jika ada dua Bendera dengan
Bendera Negara Asing
Jika Ada tiga bendera negara
Bersama bendera negara asing
Jika tiangnya bersilangan dua
bendera negara
Jika sebagai penutp peti
jenazah
Jika dipakai sebagai
lencana
Jika dibawa dalam pawai
Aturan Lain Dalam Tata Lagu Kebangsaan

Lagu Kebangsaan wajib diperdengarkan dan/atau dinyanyikan:

a. Untuk menghormati Presiden dan/atau Wakil Presiden;


b. Untuk menghormati Bendera Negara pada waktu
pengibaran atau penurunan Bendera Negara yang
diadakan dalam upacara;
c. Dalam acara resmi yang diselenggarakan oleh
pemerintah;
d. Dalam acara pembukaan Sidang Paripurna MPR, DPR,
DPRD, dan DPD;
e. Untuk menghormati kepala negara atau kepala
pemerintahan negara sahabat dalam kunjungan resmi;
f. Dalam acara atau kegiatan olah raga internasional;
g. Dalam acara ataupun kompetisi ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni internasional yang diselenggarakan
di Indonesia
Lagu Kebangsaan dapat diperdengarkan
dan/atau dinyanyikan:

a. Sebagai pernyataan rasa kebangsaan;


b. Dalam rangkaian program pendidikan dan
pengajaran;
c. Dalam acara resmi lainnya yang
diselenggarakan oleh organisasi, partai
politik, dan kelompok masyarakat lain;
d. Dalam acara ataupun kompetisi ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni
internasional.
PEMBACAAN PENGULANGAN/PENIRUAN
PANCASILA PANCASILA
SATU SATU
KETUHANAN YANG MAHA ESA KETUHANAN YANG MAHA ESA
DUA DUA
KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN
BERADAB BERADAB
TIGA TIGA
PERSATUAN INDONESIA PERSATUAN INDONESIA
EMPAT EMPAT
KERAKYATAN YANG DIPIMPIN KERAKYATAN YANG DIPIMPIN
OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN
DALAM PERMUSYAWARATAN DALAM PERMUSYAWARATAN
PERWAKILAN PERWAKILAN
LIMA LIMA
KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH
RAKYAT INDONESIA RAKYAT INDONESIA
B. TATA UPACARA
BUKAN UPACARA BENDERA
Upacara bukan upacara bendera dapat dilaksanakan untuk
Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.
Upacara Bukan Upacara Bendera

1. Upacara Pelantikan dan Serah Terima


Jabatan
2. Upacara Pengambilan Sumpah/Janji PNS
3. Upacara Akademik di Perguruan Tinggi
a. Upacara Penerimaan Mahasiswa Baru
b.Upacara Wisuda
c. Upacara Dies Natalis
d.Upacara Pengukuhan Guru
e. Besar/ProfesorUpacara Pemberian Gelar
Doktor Kehormatan
4. Upacara Acara Resmi di Lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Pelantikan
Serah Terima Jabatan
Pengambilan Sumpah PNS
Dies Natalis/Wisuda
Catatan:
PTNBH biasanya menggunakan judul
“Rapat/Sidang Terbuka Universitas X. Atau “Upacara
Wisuda”
sedangkan PTN BLU/PTN Satker/PTNB dan PTS
menggunakan judul “Rapat/Sidang Terbuka Senat X
dalam rangka Wisuda Sarjana …”

Istilah “Sidang Senat Terbuka Univ X …” tidak ada di


dalam Pedoman Keprotokolan yang berlaku.
PEDOMAN PENGATURAN TATA
UPACARA BUKAN UPACARA BENDERA
1. Urutan acara disusun sesederhana mungkin;
2. Greetings dilakukan menurut urut-urutan dari yang tertinggi
berdasarkan aturan keprotokolan (Yth.., Ykh..)
3. Kata yang terhormat hanya diberikan kepada satu orang yang
tertinggi kedudukannya sesuai aturan keprotokolan;
4. Sambutan disusun berdasarkan urut-urutan dari yang terendah
berdasarkan aturan keprotokolan;
5. Usahakan Tamu Terhormat tidak
melakukan pergerakan kepanggung
berulang-ulang, kecuali jika tidak
memungkinkan menurut aturan
keprotokolan;
6. Laporan atau sambutan dari sebuah
institusi hanya dilakukan oleh satu
orang/pejabat.
3. Tata Penghormatan

Adalah Pengaturan untuk melaksanakan pemberian


hormat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan,
perwakilan negara asing dan/atau organisasi
internasional, dan Tokoh Masyarakat Tertentu dalam
Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.
Sikap Hormat
Penghormatan sebagaimana dimaksud
meliputi:
a. penghormatan dengan bendera
negara;
b. penghormatan dengan lagu
kebangsaan; dan/atau
c. bentuk penghormatan lain sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Segala ketentuan tentang bendera, bahasa, dan lambang
negara, serta lagu kebangsaan diatur dalam Undang-undang
nomor 24 tahun 2009.
Pemyambutan Tamu Negara
di bandara
Upacara Penyambutan Tamu
Negara di Istana Merdeka
Pemyambutan Tamu
Negara Istana Bogor
Sebut warna

Anda mungkin juga menyukai