Anda di halaman 1dari 32

KEPROTOKOLAN

TATA TEMPAT, TATA


UPACARA DAN TATA
PENGHORMATAN

Oleh:
GILANG SAILENDRA
PROTOKOL JAWA BARAT
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat No.29
Tahun 2009
Tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata
Kerja Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.
Pasal 169,Ayat 1:
“Bagian Protokol Tata Usaha dan Kepegawaian mempunyai
tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan
umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi
protokol, tata usaha, serta pengelolaan administrasi
kepegawaian Sekretariat Daerah”
Tugas Protokol adalah :
1. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum
keprotokolan
2. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi keprotokolan
3. Melaksanakan upacara, acara pelantikan, rapat dan
acara lainnya;
4. Melaksanakan penerimaan kunjungan tamu negara,
pejabat negara, tamu asing serta tamu lainnya.
5. Melaksanakan kunjungan pimpinan ke
Kabupaten/Kota dalam Provinsi , atau luar Provinsi;
6. Melaksanakan kunjungan pimpinan ke
Kabupaten/Kota dalam Provinsi , atau luar Provinsi;
7. Melaksanakan acara jamuan resmi bagi
pimpinan
8. Melaksanakan penyusunan bahan
telaahan staf sebagai bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan;
9. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi
kegiatan Subbagian Protokol;
10. Melaksanakan koordinasi dengan unit
kerja terkait;
11. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya
Dalam melaksanakan tugas-tugas seperti
disebutkan tadi, Petugas Protokol harus
mengacu kepada aturan yang sudah
ditetapkan yaitu “Undang-Undang No. 9
Tahun 2010 Tentang keprotokolan” yang
intinya adalah Serangkaian Kegiatan yang
berkaitan dengan aturan, dalam Acara
kenegaraan atau Acara Resmi yang meliputi
Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata
Penghormatan sebagai bentuk penghormatan
kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan
atau kedudukannya dalam Negara,
Pemerintahan atau Masyarakat.
INTI/SUBSTANSI KEPROTOKOLAN
1. ATURAN
2. ACARA KENEGARAAN DAN ACARA
RESMI
3. TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN
TATA PENGHORMATAN
4. PEJABAT NEGARA (PN), PEJABAT
PEMERINTAH (PP), PERWAKILAN
NEGARA ASING DAN ATAU
ORAGANISASI INTERNASIONAL DAN
TOKOH MASYARAKAT (TOMASTU)
Acara Kenegaraan & Acara Resmi
Acara Kenegaraan Acara Resmi
Definisi Acara yang diatur dan dilaksanakan Acara yang diatur dan dilaksanakan
oleh panitia negara secara oleh pemerintah atau lembaga negara
terpusat,dihadiri oleh Presiden dalam melaksanakan tugas dan fungsi
dan/atau Wakil Presiden,serta Pejabat tertentu dan dihadiri oleh Pejabat
Negara dan undangan lain. Negara dan/atau Pejabat
Pemerintahan serta undangan lain.

Pelaksana Panitia negara yang diketuai oleh Petugas protokol yang merupakan
menteri yang membidangi urusan bagian dari kesekretariatan lembaga
kesekretariatan negara. negara dan/atau instansi
pemerintahan.

Tempat Ibukota Negara Republik Indonesia atau di luar Ibukota Negara Republik
Indonesia.

Aturan Penuh Sesuai Kondisi


Keprotokolan
TATA TEMPAT, TATA UPACARA,
DAN TATA PENGHORMATAN
TATA TEMPAT /PRESEANCE
(Pasal 1 UU No. 9 (Th. 2010)

Tata Tempat adalah Pengaturan tempat bagi


Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan,
perwakilan negara asing dan/atau organisasi
internasional, serta Tokoh Masyarakat
Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau
Acara Resmi.
PEDOMAN UMUM
TATA

TEMPAT
ORANG YANG BERHAK MENDAPAT TATA
URUTAN PERTAMA/PALING TINGGI ADALAH
MEREKA YANG MEMPUNYAI URUTAN PALING
DEPAN/MENDAHULUI.
• JIKA BERJAJAR,YANG BERADA DI SEBELAH
KANAN DARI ORANG YANG MENDAPAT
URUTAN TATA TEMPAT PALING UTAMA,
DIANGGAP LEBIH TINGGI/MENDAHULUI
ORANG YANG DUDUK DI SEBELAH KIRINYA.
• JIKA MENGHADAP MEJA, TEMPAT UTAMA YANG
MENGHADAP KE PINTU KELUAR DAN TEMPAT
TERAKHIR ADALAH TEMPAT YANG PALING
DEKAT DENGAN PINTU KELUAR.
PADA POSISI BERJAJAR PADA GARIS YANG SAMA,
TEMPAT YANG TERHORMAT ADALAH DI TEMPAT
PALING TENGAH, DAN DI TEMPAT SEBELAH KANAN
LUAR, ATAU
DENGAN RUMUS POSISI SEBELAH KANAN LEBIH
TERHORMAT DARI POSISI SEBELAH KIRI.

(3) (1) (2)


ATAU KURSI BARIS UTAMA
(4) (2) (1) (3)
DST (5) (4) (3) (2) (1) (1) (2) (3) (4) (5) DST
A

DST (5) (4) (3) (2) (1) (1) (2) (3) (4) (5) DST
B KURSI BARIS
UTAMA
KLASIFIKASI PRESEANCE

1. PRESEANCE NEGARA/NASIONAL
2. PRESEANCE PROVINSI
3. PRESEANCE KABUPATEN/KOTA
4. PRESEANCE PERORANGAN
(ISTERI/SUAMI, MANTAN PEJABAT, WAKIL,
PEJABAT YANG MEWAKILI, TUAN RUMAH,
MENTERI NEGARA, PEJABAT ASING).
PRESEANCE NEGARA
( Pasal 9, ayat (1) UU No.9 Th 2010 )
(1) Tata Tempat dalam Acara Kenegaraan dan Acara Resmi di Ibukota
Negara Republik Indonesia ditentukan dengan urutan:
A. Presiden Republik Indonesia;
B. Wakil Presiden Republik Indonesia;
C. Mantan Presiden dan mantan Wakil Presiden
 Republik Indonesia;
A. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia;
B. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;
C. Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia;
D. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
E. Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia;
F. Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia;
G. Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia;
H. Perintis pergerakan kebangsaan/ kemerdekaan;
I. Duta besar/Kepala Perwakilan Negara Asing dan Organisasi
Internasional;
M. Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Badan
Penyelenggara Pemilihan Umum, Wakil Ketua Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Wakil Ketua
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Wakil Ketua Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia, dan Wakil Ketua Komisi Yudisial
Republik Indonesia;
N. Menteri, Pejabat setingkat menteri, Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia, dan Anggota Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia, serta Duta Besar Luar Biasa dan
Berkuasa Penuh Republik Indonesia;
O. Kepala Staf Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara Tentara Nasional Indonesia;
P. Pemimpin Partai Politik yang memiliki wakil di Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;
Q. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia,
Ketua Muda dan Hakim Agung Mahkamah Agung Republik
Indonesia, Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,
dan nggota Komisi Yudisial Republik Indonesia;
R. Pemimpin Lembaga Negara yang ditetapkan sebagai
pejabat negara, pemimpin lembaga negara lainnya
yang ditetapkan dengan undang-undang, Deputi
Gubernur Senior dan Deputi Gubernur Bank
Indonesia, serta Wakil Ketua Badan Penyelenggara
Pemilihan Umum
S. Gubernur Kepala Daerah;
T. Pemilik tanda jasa dan tanda kehormatan tertentu;
U. Pimpinan lembaga pemerintah nonkementrian, Wakil
Menteri, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Angkatan
Laut dan Angkatan Udara TNI, Wakil Kapolri, Wakil
Jaksa Agung RI, Wakil Gubernur, Ketua DPRD Provinsi,
pejabat Eselon I atau yang disetarakan;
V. Bupati/walikota dan Ketua DPRD Kabupaten/Kota;
dan
W. Pimpinan tertinggi representasi organisasi keagamaan
tingkat nasional yang secara faktual diakui
keberadaannya oleh Pemerintah dan masyarakat.
PRESEANCE PROVINSI
( Pasal 10, ayat (1) UU No.9 Th 2010 )

(1) Tata Tempat dalam Acara Resmi di provinsi


ditentukan dengan urutan:
a) Gubernur;
b) Wakil Gubernur;
c) Mantan Gubernur dan Mantan Wakil Gubernur;
d) Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau
nama lainnya;
e) Kepala Perwakilan Konsuler Negara Asing di daerah;
f) Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
atau nama lainnya;
g) Sekretaris Daerah, Panglima/Komandan Tertinggi Tentara
Nasional Indonesia semua Angkatan, Kepala Kepolisian,
Ketua Pengadilan Tinggi semua Badan Peradilan, dan
Kepala Kejaksaan Tinggi di Provinsi;
h) Pemimpin Partai Politik di Provinsi yang memiliki wakil di
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi;
i) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau
Nama lainnya, anggota Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh
dan anggota Majelis Rakyat Papua
j) Bupati/Walikota;
k) Kepala Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan di
daerah, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah,
ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah;
l) Pemuka Agama, Pemuka Adat, dan Tokoh Masyarakat Tertentu
Tingkat Provinsi;
m) Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota;
n) Wakil Bupati/Wakil Walikota dan Wakil Ketua Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota;
o) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota;
p) Asisten Sekretaris Daerah Provinsi, Kepala Dinas Tingkat
Provinsi, Kepala Kantor Instansi Vertikal di provinsi, Kepala
Badan Provinsi, dan Pejabat Eselon II
q) kepala bagian pemerintah daerah provinsi dan pejabat eselon
III.
PRESEANCE PERORANGAN
Tuan Rumah (Psl 13 UU No. 9 Th. 2010)
a. Pada Acara Resmi dihadiri Presiden dan/atau Wakil Presiden,
penyelenggara dan/atau pejabat tuan rumah mendampingi
Presiden dan/atau Wakil Presiden.
b. Pada Acara Resmi tidak dihadiri Presiden dan/atau Wakil Presiden,
penyelenggara dan/atau pejabat tuan rumah mendampingi Pejabat
Negara dan/atau Pejabat Pemerintah yang tertinggi kedudukannya.
ISTERI/SUAMI yang mendampingi mendapat tempat sesuai dengan
urutan tata tempat suami/isteri (Pasal 14 ayat 2 UU No. 9 Th. 2010)
.
PEJABAT YANG MEWAKILI (Pasal 15 UU No. 9 Th. 2010)
1. Dalam hal PN, PP, kepala perwakilan negara asing dan/atau
organisasiinternasional, serta TOMASTU berhalangan hadir pada
Acara Kenegaraan atau Acara Resmi, tempatnya tidak diisi oleh
yang mewakilinya.
2. Seorang yang mewakili sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mendapat tempat sesuai dengan kedudukan sosial dan kehormatan
yang diterimanya atau jabatannya.
 JABATAN RANGKAP
Dalam hal Pejabat Negara dan Pejabat
Pemerintah memangku jabatan lebih
dari satu yang tidak sama tingkatannya,
maka baginya berlaku tata tempat
yang urutannya lebih dahulu.
 MANTAN PEJABAT
Mantan Pejabat Negara/Pejabat
Pemerintah mendapat tempat
setingkat lebih rendah dari pada yang
masih berdinas aktif, tetapi mendapat
tempat pertama dalam golongan yang
setingkat lebih rendah itu
TATA UPACARA DAN
TATA PENGHORMATAN
TATA UPACARA
Upacara Bendera
Upacara Bendera hanya dapat dilaksanakan untuk Acara
Kenegaraan atau Acara Resmi:

1. Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan


Republik Indonesia;
2. Hari Besar Nasional;
3. Hari Ulang Tahun Lahirnya Lembaga Negara;
4. Hari Ulang Tahun Lahirnya Instansi Pemerintah
5. Hari Ulang Tahun Lahirnya Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Tata upacara bendera dalam
penyelenggaraan
Acara Kenegaraan dan Acara Resmi
meliputi:
a. Tata Urutan dalam Upacara Bendera;
b. Tata Bendera Negara dalam Upacara
Bendera
c. Tata Lagu Kebangsaan dalam upacara
bendera
d. Tata Pakaian dalam upacara bendera
( ps 16 & 17)
Tata Urutan Upacara Bendera
sekurang-kurangnya meliputi:

1. Pengibaran Bendera Negara diiringi dengan Lagu


Kebangsaan Indonesia Raya

2. Mengheningkan Cipta

3. Pembacaan Naskah Pancasila

4. Pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan

5. pembacaan doa. (ps 19)


Tata urutan upacara bendera dalam rangka peringatan
Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI
sekurang-kurangnya meliputi :
a. Pengibaran Bendera Negara diiringi dengan Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya;

b. Mengheningkan Cipta;

c. Mengenang Detik-Detik Proklamasi diiringi dengan


tembakan meriam, sirine, bedug, lonceng gereja dan
lain-lain selama 1 menit;

d. Pembacaan Teks Proklamasi;dan

e. Pembacaan doa (ps 20)


Upacara Bukan Upacara Bendera
Tata urutan acara bukan Upacara Bendera dalam Acara
Kenegaraan atau Acara Resmi,
antara lain meliputi:

1. Menyanyikan dan/atau mendengarkan Lagu


Kebangsaan Indonesia Raya;

2. Pembukaan;

3. Acara Pokok; dan

4. Penutup.

 Misalnya : Rapat kerja , seminar , Lokarya , dll


TATA PENGHORMATAN
Pasal 31
1) Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan
negara asing dan/atau organisasi internasional, serta
Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan
atau Acara Resmi mendapat penghormatan.
2) Penghormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Penghormatan dengan Bendera Negara;
b. Penghormatan dengan Lagu Kebangsaan; dan/atau
c. Bentuk Penghormatan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3) Tata penghormatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. (ps 31)
PN, PP,Tamu Negara, dan Tomastu
- Pejabat Negara adalah Pimpinan dan
anggota lembaga negara yang diatur dalam
Undang-Undang
- Pejabat Pemerintahan adalah Pejabat yang
menduduki jabatan tertentu dalam
pemerintahan, baik di pusat maupun di
daerah.
- Tamu Negara adalah Pemimpin negara asing
yang berkunjung secara kenegaraan, resmi,
kerja, atau pribadi ke negara Indonesia.
- Tokoh Masyarakat Tertentu adalah tokoh
masyarakat yang berdasarkan kedudukan
sosialnya mendapat pengaturan
Keprotokolan.
Semua pengaturan ini bertujuan untuk ( Pasal 3 UU
no. 9 Tahun 2010 ) yaitu :

1. Memberikan penghormatan kepada Pejabat


Negara, Pejabat Pemerintahan, Perwakilan Negara
Asing dan atau Organisasi Internasional, serta
Tokoh Masyarakat Tertentu dan atau Tamu Negara
sesuai dengan kedudukan dalam negara,
pemerintahan atau masyarakat
2. Memberikan pedoman penyelenggaraan suatu
acara agar berjalan tertib, rapi, lancar dan teratur
sesuai dengan ketentuan dan kebiasaan yang
berlaku, baik secara nasional maupun internasional
3. Menciptakan hubungan baik dalam tata pergaulan
antar bangsa
KEDUDUKAN PROTOKOLER

 KEDUDUKAN YANG DIBERIKAN


KEPADA SESEORANG UNTUK
MENDAPATKAN:
 PENGHORMATAN, PERLAKUAN
DAN TATA TEMPAT DALAM
ACARA RESMI DAN
PERTEMUAN RESMI
HAK PROTOKOLER
HAK SESEORANG UNTUK
MEMPEROLEH PENGHORMATAN
BERKENAAN DENGAN
JABATANNYA DALAM ACARA
KENEGARAAN ATAU ACARA
RESMI MAUPUN DALAM
MELAKSANAKAN TUGASNYA
PROTOKOLER
• SUATU JULUKAN YANG BERSIFAT
FILOSOFI TERHADAP SESEORANG YANG
MENERIMA HAK PROTOKOLER SERTA
MELAKSANAKAN KETENTUAN
KEPROTOKOLAN SEBAGAIMANA
MESTINYA
• JULUKAN TERHADAP SESUATU
KEGIATAN YANG MENGAPLIKASIKAN
KETENTUAN-KETENTUAN
KEPROTOKOLAN YANG MELIPUTI
ATURAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA
UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN
TERIMA KASIH
32

Anda mungkin juga menyukai