KEPROTOKOLAN
1. Konsep Keprotokolan
Istilah “Protokol” mengambil dari Bahasa perancis Protocole . Bahasa Perancis
mengambilnya dari Bahasa Latin Protokollum, yang aslinya berasal dari Bahasa Yunani, yaitu dari
kata-kata protos dan kolla. Protos berarti “yang pertama” dan kolla berarti “Lem” atau “perekat”.
Sehingga menjadi perekat yang pertama. Artinya, setiap orang yang bekerja pada suatu institusi
tertentu akan bersikap dan bertindak mewakili institusi nya jika yang bersangkutan berada di dalam
negeri dan akan mewakili negara jika ia berada di luar negeri atau forum internasonal (Rai dan
Erawanto, 2017).
Protokol dapat diartikan sebagai tata cara untuk menyelenggarakan suatu acara agar
berjalan tertib, hikmat, rapi, lancar dan teratur serta memperhatikan ketentuan dan kebiasaan yang
berlaku, baik secara nasional maupun internasional. Esensi Protokol di dalam tatanan suatu
bangsa antara lain mencakup :
a. Tata cara, yang menentukan tindakan yang harus dilakukan dalam suatu acara tertentu
b. Tata krama, yang menentukan pilihan kata-kata, ucapan dan perbuatan yang sesuai
dengan tinggi rendahnya jabatan seseorang
c. Rumus-rumus dan aturan tradisi / kebiasaan yang telah ditentukan secara universal
ataupun di dalam suatu bangsa itu sendiri.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan yang memberikan
penjelasan bahwa “Keprotokolan “ adalah : “serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan
dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata
Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan/atau
kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat.”
Perubahan istilah dari protokol menjadi keprotokolan ini dapat jelas terlihat bahwa
protokol yang sebelumnya hanya memiliki makna “sempit” dan kaku sebagai serangkaian aturan,
maka ketika terjadi perubahan istilah menjadi keprotokolan maka maknanya akan menjadi lebih
“luas” sebagai serangkaian kegiatan yang tidak lepas dan harus menyesuaikan dengan segala
aturan tertulis maupun tidak tertulis yang berhubungan dalam dunia keprotokolan itu sendiri.
Pengaturan tata upacara merupakan salah satu bagian utama dari pengertian dan
pemahaman tentang Keprotokolan selain Tata Tempat dan Tata Penghormatan. Konsep
Keprotokolan adalah hal yang lebih difokuskan kepada kemampuan memahami dan melakukan
pengaturan keprotokolan dalam berbagai bentuk upacara ada bersifat acara kenegaraan atau acara
resmi maupun berupa upacara bendera, atau upacara bukan upacara bendera serta acara kunjungan.
Adapun beberapa bentuk upacara yaitu :
a. Upacara Bendera : Hari Kesaktian Pancasila, Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, dan
Hari Ibu
b. Upacara Bendera pada Acara Kenegaraan : peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan
Republik Indonesia yang diselenggarakan di Halaman Istana Merdeka Jakarta
c. Upacara Bendera pada Acara Resmi : ialah upacara bendera yang dilaksanakan bukan
oleh Negara, melainkan oleh Instansi Pemerintah
d. Upacara Bukan Upacara Bendera : Upacara Pelantikan Pejabat, Upacara Pembukaan
Raker, Pembukaan Diklat/Seminar, Upacara Peresmian Proyek
Mengacu pada penjelasan diatas, maka setiap peserta Latsar diharapkan mampu memahami
konsep keprotokolan mulai dari tata upacara melalui pembelajaran tentang peraturan dan praktik
tata upacara baik upacara bendera dan upacara bukan upacara bendera yang bersifat Resmi
dan/atau Kenegaraan, termasuk pelaksanaan kegiatan apel, begitu juga dengan pengaturan tata
tempat dan tata penghormatan sesuai kaidah dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku
sehingga akan menghindarkan keraguan dalam melakukan pengaturan keprotokolan di instansi
masing masing.
2. TATA TEMPAT (Preseance)
a. Pengertian Umum dan Hakekat
Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1990, definisi Tata
Tempat adalah “aturan mengenai urutan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah dan
Tokoh Masyarakat tertentu dalam acara kenegaraan atau acara resmi”.
Lazimya, orang yang mendapat hak untuk didahulukan dalam urutan ialah seseorang
karena jabatan atau pangkatnya, seperti Pejabat Negara dan Pejabat Pemerintah mereka disebut
VIP (Very Important Person), dan kadang-kadang pula seseorang karena derajat dan
kedudukannya sosialnya seperti pemuka agama, pemuka adat tokoh masyarakat yang lainnya,
mereka disebut VIC (Very Important Citizen), IIstilah tata tempat dalam bahasa perancis adalah
“Preseance”, dalam bahasa Inggris disebut “Precedence” (Rai dan Erawanto, 2017).
Perolehan tata tempat (preseance) seseorang didasarkan terhadap hal-hal sebagai berikut :
1. Penunjukkan/pengangkatan/pemeliharaan dalam suatu jabatan dalam negara atau dalam
organisasi pemerintahan.
2. Memperoleh anugerah penghargaan, atau tanda jasa dari Negara/Pemerintah.
3. Pernikahan
4. Kelahiran
5. Hak Preseance.
b. Aturan Dasar Tata Tempat
1. Orang yang berhak mendapat tata urutan yang pertama adalah mereka yang mempunyai
jabatan tertinggi yang bersangkutan mendapatkan urutan paling depan atau paling mendahului
2. Jika menghadap meja, maka tempat utama adalah yang menghadap ke pintu keluar dan
tempat terakhir adalah tempat yang paling dekat dengan pintu keluar
3. Pada posisi berjajar pada garis yang sama, tempat yang terhormat adalah:
a) tempat paling tengah;
b) tempat sebelah kanan luar, atau rumusnya posisi sebelah kanan pada umumnya selalu
lebih terhormat dari posisi sebelah kiri;
c) genap = 4 – 2 – 1 – 3; d) ganjil = 3 – 1 – 2.
Gambar 1. Contoh Pengaturan Tata Tempat Posisi Berdiri (Bahan ajar Sandra Erawanto, 2015)
4) Apabila naik kendaraan, bagi Menteri atau Kepala LPNK atau seseorang yang mendapat tata
urutan paling utama, maka :
4.1) di pesawat udara, naik paling akhir turun paling dahulu
4.2) di kapal laut, naik dan turun paling dahulu;
4.3) di kereta api, naik dan turun paling dahulu;
4.4) di mobil, naik dan turun paling dahulu.
5) Orang yang paling dihormati selalu datang paling akhir dan pulang paling dahulu.
6) Jajar Kehormatan (Receiving Line) :
a) Orang yang paling dihormati harus datang dari sebelah kanan dari pejabat yang
menyambut.
b) Bila orang yang paling dihormati yang menyambut tamu, maka tamu akan datang dari
arah sebelah kirinya.
4)Aturan Tata Tempat bagi Pegawai Negeri Sipil dan Mantan Pejabat
Negara/Pejabat Pemerintah/Tokoh Masyarakat Tertentu
a) Urutan tata tempat antar Pegawai Negeri Sipil diatur menurut senioritas berdasarkan tata
urutan sesuai jabatan.
b) Mantan Pejabat Negara/Pejabat Pemerintah mendapat tempat setingkat lebih rendah dari
pada yang masih berdinas aktif, tetapi mendapat tempat pertama dalam
golongan/kelompok yang setingkat lebih rendah.
c) Mantan Presiden dan mantan Wakil Presiden Republik Indonesia mendapat tempat
setelah Wakil Presiden Republik Indonesia sebelum Ketua Lembaga Negara.
d) Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan mendapat tempat setelah kelompok
Pimpinan Lembaga Negara.
e) Ketua Umum Partai Politik yang mewakili wakil-wakil di lembaga legislatif mendapat
tempat setelah kelompok Perintis Pergerakan Kebangsaan/ Kemerdekaan.
f) Pemilik Tanda Kehormatan Republik Indonesia berbentuk Bintang mendapat tempat
setelah kelompok Ketua Umum Partai Politik yang mewakili wakil-wakil di lembaga
legislatif.
g) Ketua Umum Organisasi Keagamaan Nasional (yang diakui oleh pemerintah) mendapat
tempat setelah kelompok Pemilik Tanda Kehormatan Republik Indonesia
7) Aturan Tata Tempat bagi Pejabat Pemangku Status Darurat Militer/Sipil Dalam
hal tertentu daerah berstatus darurat militer/sipil, pejabat tertinggi pemangku status
darurat tersebut, berhak mendapatkan tempat di kursi utama di samping Gubernur selaku
tuan rumah.
8) Aturan Tata Tempat bagi Pejabat Negara yang Memangku Jabatan Lebih dari
Satu Dalam hal Pejabat
Negara yang menghadiri suatu acara/pertemuan memangku jabatan lebih dari satu yang
tidak sama tingkatnya, maka baginya berlaku tata tempat untuk jabatan/urutan yang
tertinggi.