Anda di halaman 1dari 20

KARYA TULIS ILMIAH

“ INTEGRITAS ASN “

DI SUSUN OLEH :
RUDIANSYAH

NIP. 198501202010011001

BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH


KABUPATEN MUARO JAMBI
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha
Esa yang telah memberkati kami sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah
kami pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ilmiah ini yang telah kami
selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya
tulis ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami
miliki.
Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis kami di masa datang.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat
yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini.

Jambi, 2019
Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................... i


Daftar Isi......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. Definisi Integritas ASN ...................................................................... 3
B. Pakta Integritas ................................................................................... 6
C. Pamantapan Integritas Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam Pelayanan
D. Publik .................................................................................................. 9
E. Contoh Berdasarkan Sikap Integritas .................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernahkah atau seringkah kita mendengar “Setiap pegawai itu harus
memiliki integritas yang tinggi.” Kemudian, “Korupsi akan dapat kita hindari
jika kita jujur, amanah, dan berintegritas.” Pernahkah juga kita membaca poster
yang terpampang di luar gedung KPK “Berani jujur itu hebat”.
Lalu apakah integritas itu? Seberapa pentingkah intergitas itu dan jujur?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas adalah mutu, sifat, atau
keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan
kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Integritas sangat
berhubungan dengan dedikasi atau pengerahan segala daya dan upaya untuk
mencapai satu tujuan. Integritas tersebut memberikan arah kepada seseorang
agar tidak keluar dari jalurnya dalam mencapai tujuan. Seorang pemimpin yang
berintegritas, tidak akan mudah korupsi atau memperkaya diri dengan
menyalahgunakan wewenang. Seorang pengusaha yang berintegritas tidak
akan menghalalkan segala cara mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya.
Mengacu kepada Undang-Undang No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN) pasal 23 butir (f) : menunjukkan integritas dan keteladanan
dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang,baik di dalam
maupun di luar kedinasan. Bahkan pada Pasal 69 butir 4 menyebutkan
Integritas diukur dari kejujuran, kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan, kemampuan bekerja sama,dan pengabdian kepada
masyarakat, bangsa dan negara.
Institusi/ lembaga pemerintah sebagai salah satu bentuk organisasi agar
mampu mencapai keberhasilan sangat tergantung kepada sumber daya
manusianya. Dalam hal ini “aparatur” yang mewakilinya yang tidak dapat
dipegang oleh sembarang orang, memerlukan persiapan melalui pendidikan
dan pelatihan. sebagai dasar meningkatkan kualitas sumber daya dan
peningkatan kinerja SDM dalam menghadapi persaingan global. Dalam kaitan
ini, salah satu aspek (indikator) keberhasilan suatu organisasi pemerintah yakni

1
2

kelancaran pelayanan di sektor publik hingga saat ini belum sepenuhnya


dirasakan oleh masyarakat luas. Dengan adanya Undang-Undang RI Nomor 5
tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, diharapkan mampu memperbaiki
manajemen pemerintahan yang beorientasi pada pelayanan publik sebab PNS
tidak lagi berorientasi melayani atasannya, melainkan masyarakat
Oleh karena itu, sebagai Sumber Daya Manusia yang handal dalam
melaksanakan tugas sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) harus mampu
menjalankan revolusi mental dengan mendasari tuntunan kehidupan beragama
secara benar, selalu memiliki komitmen dalam melayani masyarakat sehingga
tercipta good governance .Di setiap organisasi akan bisa dicapai melalui
kesadaran diri ASN yang mempunyai etos kerja yang baik sudah barang tentu
akan menghasilkan kinerja yang baik, sehingga akan didapatkan ASN yang
professional.
Di sisi lain, ASN dalam menjalankan revolusi mental harus
membentengi dengan cara mewarisi nilai –nilai kepahlawanan kemerdekaan
para pendahulu kita ditambah nilai- nilai moral dengan menjalankan/
mengamalkan kehidupan beragama secara konsisten.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Inetgritas ASN ?
2. Apa pakta dari integritas tersebut ?
3. Apa pemanpatan ASN dalam pelayanan public ?
4. Contoh sikap seperti apa yang menggambarkan integritas ?
5. Bagaimana menguji Aparatur sipil negara (ASN) tersebut ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Integritas ASN


Kata integritas dalam keseharian sering kita dengar, dalam pengertian
yang sempit integritas bisa berarti kejujuran. Namun secara luas, kata
integritas memiliki makna patuh pada aturan, memegang teguh nilai-nilai,
prinsip-prinsip, yang baik. Orang yang ber-integritas akan memiliki karakter
yang akan mencerminkan nama baik seseorang, integritas akan menjadi
pertaruhan seorang pada posisi tertentu. Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN),
sangat terikat dengan sumpah dan janji yang diucapkan ketika diangkat
menjadi ASN atau pada saat disumpah untuk memegang jabatan
tertentu. Seorang ASN juga terikat dengan Kode Etik yang diberlakukan di
mana ia bekerja, ketika seorang ASN melanggar kode etik, maka integritasnya
di pertanyakan. Tidak hanya itu seorang ASN juga terikat dengan PP No.53
Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, ketika melanggar aturan ini maka seorang
ASN bisa dianggap tidak berintegritas.
Saatnya menguji integritas ASN, dengan kenaikan tunjangan kinerja
atau remunerasi akan kah integritas ASN bisa dipertahankan. Pola modernisasi
dan gaya hidup kadang menggoda ASN untuk mencari penghasilan yang
sebenarnya sudah tidak diperbolehkan. Gratifikasi kecil-kecilan katakanlah
kadang masih menggoda, padahal sebenarnya sudah tidak diperbolehkan.
Reformasi birokrasi bertujuan agar menciptakan perubahan dalam pelayanan,
standar biaya, dan menghilangkan pungli atau pungutan tak resmi. Sehingga
segala hal yang merusak integritas seperti pungli, suap, uang pelicin, segera
dihilangkan meskipun bukan hal yang mudah karena kadang sudah berurat dan
berakar. Integritas juga memiliki makna yang setia, orang yang berintegritas
akan punya loyalitas dan jiwa corsa yang baik dengan nama baik institusinya,
sehingga orang yang berintegritas tak mau merusak nama baik institusi di mana
ia bekerja.

3
4

ASN yang berintegritas juga memiliki komitmen untuk terus berbuat


yang terbaik, pada level yang lebih tinggi ASN yang berintegritas akan
mengajak orang lain di sekitarnya untuk selalu mematuhi aturan dan kode etik
yang harus dijaga. Sebaliknya ASN yang tidak berintegritas akan berbuat tanpa
mempertimbangkan dampak negatif dan kehormatan nama institusinya, berani
menabrak aturan dan kode etik yang seharusnya dijaga. Melihat kondisi seperti
sekarang ini, sudah waktunya setiap individu senantiasa menjaga integritas.
Bangsa yang besar dan bermartabat adalah bangsa yang memiliki integritas
yang baik, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. ASN yang ber-
integritas adalah ASN yang menjunjung tinggi kejujuran, selalu mematuhi
aturan, menjaga kode etik, memegang teguh nilai-nilai luhur, dan tidak
menjual nama jabatan dan institusi untuk keuntungan pribadi.
Dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun
2013 (Lampiran 1-f) tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil, integritas
adalah “adakalanya dalam melaksanakan tugas bersikap jujur, ikhlas, dan tidak
pernah menyalahgunakan wewenangnya serta berani menanggung risiko dari
tindakan yang dilakukannya. Uraian di atas adalah uraian untuk penilaian unsur
perilaku kerja pegawai negeri sipil yang nilainya 91—100 atau sangat baik.
Nilai integritas itu adalah nilai tertinggi dalam penilaian perilaku Pegawai
Negeri Sipil. Dengan kata lain, PNS tersebut dapat menyelesaikan pekerjaan
dengan sempurna. Maksud penyelesaian pekerjaan dengan sempurna adalah
pekerjaan yang sudah dikontrakan dalam satu tahun kepadanya harus mencapai
penyelesaian seratus persen dan tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah
disepakati di awal tahun anggaran.
Kata integritas berasal dari bahasa Inggris, yaitu integrity, yang berarti
menyeluruh, lengkap atau segalanya. Integritas berarti ‘bertindak konsisten
sesuai dengan nilai-nilai dan kode etik’. Dalam bahasa Latin, integritas berasal
dari kata integrate yang berarti ‘komplit atau tanpa cacat, sempurna, tanpa
kedok. Maksudnya adalah apa yang ada dengan apa yang kita pikirkan,
5

ucapkan, dan lakukan (Bertens, 1994 dalam Satria Hadi Lubis, Widyaiswara
Madya STAN (STAN REVIEW:2012).
Menurut Warren J. von Eschenbach (Springer Science+Busniss Media
Dordrecht, 2015) mengatakan bahwa Integrity is important for understanding
of what it means to process a constituted and coherent self. Dan Jean Paul Satre
(Springer Science+Busniss Media Dordrecht, 2015) mengatakan bahwa “We
are what we will and affirm in the sense that a human subject creates himself
by choosing to act according to an “image of man such as he believes he ought
to be” so ‘to affirm the value of that which is chosen (p. 2)
Intergritas itu berhubungan dengan perbuatan yang harus dilakukan
oleh seseorang. Integritas itu nyata dan terjangkau dan mencakup sifat yang
bertanggung jawab, jujur, menepati kata-kata, dan setia. Jadi, integritas tidak
pernah lepas dari kepribadian dan perilaku seseorang yang , berhubungan
dengan sifat yang dipercaya, komitmen, tanggung jawab, kejujuran, kebenaran,
dan kesetiaan terhadap tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Integritas
tentu mempunyai nilai. Nilai integritas sangat penting untuk diterapkan dalam
sebuah instansi pemerintah. Integritas adalah saling percaya dan pada akhirnya
sifat saling percaya ini berguna untuk mencapai tujuan organisasi. Jika nilai-
nilai integritas tidak dijalankan, kerja sama tim yang dilakukan akan menjadi
lebih sulit akibat tidak terbangunnya kepercayaan yang komprehensif di antara
mereka.
Billy Boen (2009) dalam Satria Hadi Lubis, Widyaiswara Madya
STAN (STAN REVIEW:2012) mengatakan, jika seseorang sudah tahu apa
keinginannya, semua perilaku dan tindakannya akan mengupayakan agar
keinginan itu terwujud. Pada umumnya tindakan untuk mencapai keinginan
tersebut memerlukan integritas. Dengan integritas, seseorang akan melakukan
segala sesuatunya secara positif dan konsisten.
Komitmen juga tidak dapat diabaikan begitu saja. Komitmen adalah
perlu bagi Pegawai negeri Sipil. Pegawai yang mempunyai integritas tentu
memiliki komitmen. Komitmen adalah ‘suatu janji pada diri sendiri ataupun
orang lain yang tercermin dalam tindakan-tindakan seseorang’. Seseorang yang
6

berkomitmen adalah orang yang dapat menepati janji dan mempertahankan


janji itu sampai akhir walaupun ia harus berkorban. Sebelum menjadi Pegawai
Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil yang sudah memenuhi syarat untuk
diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil harus disumpah dengan jani-janji.
Salah satu janji itu adalah mementingkan pekerjaan Negara daripada pekerjaan
pribadi atau golongan.
Orang yang mempunyai integritas tentu mempunyai tanggung jawab.
Tanpa tanggung jawab seseorang tidak akan ada integritas pada diri orang itu.
Tanggung jawab adalah tanda dari kedewasaan pribadi yang juga berkaitan
dengan integritas. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani
menanggung risiko, memperbaiki keadaan, dan melakukan kewajiban dengan
kemampuan yang terbaik. Dengan kata lain, orang yang bertanggung jawab
adalah orang yang memiliki integritas.
Integritas berarti juga harus mampu menguasai diri dan berdisiplin diri.
Banyak orang keliru menggambarkan sikap disiplin sehingga menyamakan
disiplin dengan bekerja keras tanpa istirahat. Padahal sikap disiplin berarti
melakukan yang seharusnya dilakukan, bukan sekedar hal yang ingin
dilakukan. Disiplin mencerminkan sikap pengendalian diri, suatu sikap hidup
yang teratur dan seimbang serta berorientasi pada tugas yang diberikan
kepadanya.

B. Pakta Integritas
Dalam sepuluh tahun terakhir ini. Dua suku kata yang bermakna sebagai
kontrak moral itu tiba-tiba berubah wujud menjadi sebuah ikon. Walaupun
dipahami bersama bahwa semua fungsi dari jabatan itu sudah ada aturan
mainnya serta sudah diatur secara jelas rangkaian sanksi bagi pelanggarnya.
Secara lugas integritas adalah kesetiaan kepada yang benar, artinya ada
konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip, satu kata dengan
perbuatan. Nilai dan prinsip ini tentunya tidak lepas dari yang namanya
kebenaran. Oleh karena itu orang yang memiliki integritas pasti akan menjadi
orang yang jujur dan menerapkan keadilan. Tidak mudah memang,
7

melaksanakan apa-apa yang telah kita tuangkan dalam janji setia terhadap
sebuah kejujuran sekaligus kebenaran.
Penerapan pakta integritas di Institusi Publik adalah untuk memastikan
bahwa semua kegiatan dan keputusan di institusi publik dilakukan secara
transparan, karena Pakta Integritas dapat digunakan sebagai salah satu dokumen
untuk pengawasan. Pakta Integritas adalah merupakan janji di atas kertas untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai ketentuan yang berlaku. Janji
itu tidak akan bermakna jika tidak disertai dengan niat, itikad dan diwujudkan
dalam tindakan nyata. yang sungguh-sungguh untuk melakukan kegiatan
pengadaan dengan transparan.
Penandatanganan Pakta Integritas bukan sekedar mengikuti tren dan tanpa
maksud. Pakta Integritas diharapkan mampu mempercepat upaya mewujudkan
citra birokrasi yang bersih dan baik, sehingga mendapatkan kepercayaan publik
setinggi-tingginya. Namun perlu disadari pula bahwa Pakta Integritas hanya
merupakan salah satu alat (tool) dalam upaya mewujudkan jalannya
pemerintahan yang baik dan bersih. Oleh karena itu, ia tidak bisa berjalan
sendiri. Penandatanganan pakta integritas harus diikuti dengan pembenahan di
seluruh lini. Tak dapat dipungkiri bahwa pendekatan pakta integritas tersebut
adalah sebagai suatu metode untuk meminimalisasi praktek korupsi sekaligus
membuka ruang bagi kelompok masyarakat sipil untuk melakukan pengawasan,
karena dikhawatirkan Pakta Integritas tersebut akan jatuh pada praktek
seremonial belaka.
Pakta integritas adalah juga menjadi sebuah prasyarat investasi sosial
ditengah merebaknya krisis kepercayaan di masyarakat dewasa ini. Komitmen
atas kebenaran ini penting agar skema kebijakan dapat diimplementasikan
secara penuh dan tepat sasaran, tanpa ada sedikitpun penyelewengan atau
minimal mengurangi loopholes (sesuatu yang bertentangan dengan peraturan)
yang merugikan kepentingan komunal. Namun pada kenyataannya, sering ada
kesenjangan diantara das sollen (segala sesuatu yang merupakan keharusan atau
yang mengharuskan masyarakat untuk berpikir dan bersikap tindak secara
tertentu dalam menghadapai pekerjaan atau masalah tertentu) antara cita-cita
8

dengan apa yang terjadi. Sering kali pakta integritas dianggap tidaklah sekuat
undang-undang atau konstitusi, jadi bagi para ASN yang sudah “kebal”
terhadap pelanggaran hukum atau undang-undang, maka penyimpangan dari
pakta integritas bisa lebih dimungkinkan, karena sikap permisif yang massif dan
dipelihara oleh penguasa.
Memang tidak ada sesuatupun yang sempurna, namun bukan berarti alasan
ketidaksempurnaan itu digunakan sebagai cara berkelit akibat melakukan
sebuah tindakan kesalahan yang seringkali dilakukan berulang kali. Dapat kita
contohkan kasus korupsi yang semakin banyak terjadi. Berdasarkan data kasus
korupsi yang ditangani KPK pada tahun 2015, terdapat 8 pelaku korupsi antara
lain : Birokrat 84 kasus, Swasta 58 kasus, Legislatif 40 kasus, Kepala Daerah
37 kasus, Lembaga independen 17 kasus, Penegak Hukum 12 kasus, Menteri 8
kasus dan Badan Usaha Milik Negara sebanyak 3 kasus. Berdasarkan data
tersebut, terlihat bahwa pelaku korupsi terbanyak adalah Birokrat dengan 84
kasus. Lalu bagaimana dengan fungsi birokrasi yang dilakukan, jika dari data
tersebut terlihat bahwa birokrat sebagai pelaku korupsi terbesar?. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi pelayanan, pengaturan, perizinan dan pengumpul
informasi kurang berjalan dengan baik.
Jadi, upaya mewujudkan komitmen kejujuran, bukanlah sesuatu yang
utopis (tata masyarakat dan tata politik yang hanya bagus dalam gambaran,
tetapi sulit untuk diwujudkan), melainkan faktual, meskipun tidak mudah. Pakta
integritas tetap menjadi penting untuk dikedepankan sebagai komitmen awal,
sebagai tolok ukur agar setiap orang selalu mengacu kepada aturan main (the
rule of conduct) yang benar.
Kelanjutan dari pakta integritas tersebut harus terus diawasi dan dievaluasi
/ agar selalu tetap terjaga sepanjang proses perjalanan organisasi atau birokrasi
bersangkutan. Mengingat bahwa sifat manusia yang mudah lupa atau malah
sering melupakan aturan-aturan, maka harus selalu ada mekanisme check and
balance, saling mengingatkan. Kesetiaan kepada kebenaran atau kejujuran itu
mudah diucapkan tetapi sulit untuk diwujudkan tanpa ada dukungan sistem
yang baik.
9

Fakta kenyataan saat ini banyak tidak sesuai dari pakta integritas yang
telah dibangun, dan faktor-faktor tersebut disebabkan oleh : Pertama,
kelangkaan panutan dan contoh dari pemimpin dan para tokoh masyarakat saat
ini, sehingga bergulir kepada perilaku asosial, pragmatisme, demotivasi hingga
degradasi moral. Kedua, sistem yang dibangun kurang baik dan kurang sesuai
dengan kebutuhan, artinya mengandung banyak celah yang mudah disiasati
untuk dilanggar. Ketiga, faktor lingkungan yang tidak kondusif, sebagai contoh
anggapan umum bahwa memperoleh uang ekstra diluar gaji sebagai pegawai
atau pejabat publik, yang sesungguhnya merupakan gratifikasi, malah dianggap
wajar atau lumrah. Keempat, sanksi yang tidak tegas ketika terjadi pelanggaran
atas pakta integritas yang disepakati. Kelima, tidak dilakukannya pengawasan
melekat dan berkesinambungan, sehingga rentan dengan kelalaian dan
memudahkan terjadinya pelanggaran. Keenam, mental dasar manusianya yang
memang rendah serta mudah tergiur oleh materi.
Faktor sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas adalah menjadi hal
penting, sebagai awal yang harus dilakukan dalam memilih dan memilah
individu-individu ASN yang berkualitas, atau secara bahasa umum adalah
perlunya fit and proper test yang tepat atas individu-individu ASN yang terkait
dengan pakta integritas tersebut.

C. Pamantapan Integritas Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam Pelayanan


Publik
Aparatur Sipil Negara (ASN) berdasarkan Undang-undangNomor 5
Tahun 2014 sebagai landasan Pegawai ASN untuk membangun jati diridengan
sikap dan perilaku atau budaya kerja yang profesional dalammenyelenggarakan
pelayanan. Sebagai pegawai ASN harus mampu dan memahami
hakikatnyasebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS),yaitu dapat menjiwai karakter
sebagai pelayan publik profesional yangberintegritas serta dilandaskan etika
dan moral tinggi bagi kepentingan dankesejahteraan Bangsa Indonesia dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
10

Dengan memahami ASN, setiap PNS membantu dirinya untukmenyadari


posisi yang mempunyai peran yang sangat strategis, memahami kewajibandan
haknya, bekerjasama, cerdas untuk melayani pekerjaan publik. Semua itudapat
dilakukan dengan integritas dan kinerja secara kualitas dan kuantitasyang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas.
Namun kenyataannya integritas dan profesionalisme belummelembaga
di tubuh aparatur birokrasi, masih berorientasi pada kekuasaan danmateri,
memandang kekuasaan sebagai “powerover”, begitu juga kondisi beberapa
pelayanan publik di Indonesia masihburuk dan menjadi rahasia umum.
Dalamhal pelayanan publik, pemerintah belum dapat menyediakan pelayanan
publik yangberkualitas sesuai dengan tantangan yang dihadapi, yaitu
perkembangan kebutuhanmasyarakat yang semakin maju dan persaingan global
yang semakin ketat.
Apayang kita lakukan dengan integritas ASN, sebelum lebih jauh kita
pahami dahuluapa yang di maksud dengan integritas?.
Integritas merupakan isu penting yang harus ditindaklanjuti sekaligus
dijadikan sebagaisikap dan komitmen segenap aparatur pemerintah untuk
mewujudkan Pemerintahanyang bersih dari korupsi
Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang taktergoyahkan dalam
menjungjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan atauintegritas adalah suatu
konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan dankebenaran dari tindakan
seseorang. Ciri seorang yang berintegritas ditandai oleh kata dan perbuatannya
bukan dilihatdari wajah dan penampilannya yang disesuaikan dengan motif dan
kepentinganpribadinya. Seorang pemimpin yang berintegritas adalah dipercayai
karena ucapandan tindakannya.
“Ingat tanpa integritas, motivasi menjadi berbahaya, tanpa motivasi,
kapasitas menjadi tak berdaya,tanpa kapasitas pemahaman menjadi terbatas,
tanpa pemahaman pengetahuan tidakada artinya, tanpa pengetahuan,
pengalaman menjadi buta.”
Olehkarena itu integritas dan profesionalisme aparatur harus
mengandung aspek, sebagaiberikut :
11

1. Aspekpotensial, yang berkaitan dengan daya mengingat, daya berfikir,


bakat danminat, serta motivasi,
2. Aspekprofesionalisme, memiliki kemampuan, keterampilan, dan kejujuran,
2. Aspekfungsional, melaksanaan pekerjaan dengan tepat guna,
3. Aspekoperasional, setiap aparatur dapat mendayagunakan kemampuan dan
keterampilannyadalam proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan kerja,
4. Aspekpersonal, memiliki sifat kepribadian yang menunjang pekerjaannya,
bertanggungjawab, tekun, disiplin dan dedikasi tinggi,
5. Aspekproduktivitas, memiliki motif berprestasi, berupaya agar berhasil,
danmemberikan hasil dari pekerjaannya baik kuantitas maupun kualitas.

Jadi untuk pengembangan SDMaparatur, diperlukan adanya kebijakan


dalam hal pengetahuan umum, teknisspesifik, pengorganisasian tugas/
pekerjaan, wawasan administrasi, dan mempunyaikemauan untuk selalu
melakukan pengenalan diri, serta memiliki perilaku atauketertarikan dalam hal
sikap percaya diri, berorientasi pada tindakan, doronganuntuk selalu
meningkatkan kualitas diri, dan sikap tanggung jawab.
Kebijakan lain yangditempuh untuk meningkatkan integritas aparatur
adalah pengembangan kebijakandan penerapan disiplin pegawai, netralitas
PNS, penerapan kode etik, paktaintegritas, dan pembatasan konflik
kepentingan. Hal itu harus disertai denganpenerapan sanksi dan penghargaan.
Dengan sistem integritasyang kokoh, diharapkan dapat terwujud
pemerintahan yang bersih, berwibawa danmemiliki kinerja tinggi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik. Namun semua itutidak terlepas dari nilai
etika yang perlu dituangkan dalam berbagai aturanatau standar perilaku, agar
menjadi kerangka yang dapat dijadikan pedoman bagiseluruh aparatur. Nilai
etika bukan hanya sekedar bermanfaat untuk membentuk(motivasi dan
mendorong) perilaku pegawai sehari-hari, tapi membimbing pegawaiketika
melakukan proses pengambilan keputusan.
Berhasil tidaknya pelayananpublik yang dilakukan oleh Aparatur akan
terlihat dari hasil kinerja seseorang,karena pada dasarnya kinerja merupakan
12

faktor kunci guna mengembangkan suatuorganisasi secara efisien dan efektif,


karena hasil kerja secara kualitas dankuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuaidengan tanggung jawab yang
diberikan. Kinerja seseorang merupakan kombinasidari kemampuan, usaha dan
kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.Oleh karena itu kinerja
merupakan suatu kondisi yang perlu diketahui dandikonfirmasikan kepada
pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaiannyasesuai dengan visi dan
misi yang diembanorganisasi.
Terdapat pendapat beberapa pakar yangmenyampaikan faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja:
1. MenurutRobert L. Mathis dan John H. Jackson: faktor yang mempengaruhi
kinerja individuyaitu; kemampuan, motivasi, dukungan, keberadaan bekerja
dan hubungan.
2. MenurutMangkunegara: faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain;
kemampuan potensi(IQ), kemampuan realita (pendidikan) dan motivasi.
3. MenurutMc. Clelland: faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu; tanggung
jawab, beranimengambil risiko, mempunyai tujuan realitas, mempunyai
rencana kerja,memanfaatkan umpan balik, dan merealisasikan pekerjaan.
Pengembangan suatuorganiasi tidak lepas dari penilaian kinerja yang
pada dasarnya merupakanfaktor kunci, karena penilaian kinerja ini sangat
bermanfaat bagi dinamikapertumbuhan organisasi, sehingga dapat diketahui
kondisi sebenarnya parapegawai dan organisasi menjadi efektif dan efisien.
Penilaian kinerja suatuevaluasi yang dilakukan secara periodik dan
sistematis yang sangat bermanfaatbagi perencanaan kebijakan organisasi, untuk
melakukan penyesuaian kompensasi,perbaikan kinerja, kebutuhan latihan dan
pengembangan, pengambilan keputusanuntuk penempatan promosi/mutasi,
penelitian pegawai, dan membantu diagnosiskesalahan desain pegawai. Bagi
PNSpenilaian pelaksanaan pekerjaan dulunya Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan(DP3), dimana komponen penilaian yang dilakukan antara lain
kesetiaan, prestasikerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, prakarsa dan
kepemimpinan. Namunseiring jalan reformasi birokrasi, sistem penilaian
13

kinerja PNS melalui DP3dinilai tidak lagi komprehensif sebagai alat ukur
kinerja, karena denganpenilaian DP3 PNS cenderung terjebak dalam proses
formalitas dan tidak berkaitanlangsung dengan apa yang dilakukan PNS.
Setelah dilakukan proseskajian yang panjang dan mendalam mengenai
DP3 PNS, maka dirumuskan metode baru dalam melihatkinerja PNS melalui
pendekatan Sasaran Kinerja PNS (SKP). Sistem inimenggabungkan antara
penilaian SKP dengan penilaian perilaku kerja. Sistem penilaian kinerja dengan
SKP yangdigunakan sebagai dasar penilaian prestasi kerja sesuai tugas dan
fungsi darimasing-masing pegawai, dan tugas tambahan yang diberikan
pimpinan/pejabatpenilai yang berkaitan dengan tugas pokok jabatan, hasilnya
dinilai sebagaibagian dari capaian SKP.
Dengan adanya sistem penilaianbaru dengan SKP dan tambahan
tunjangan kinerja yang diberikan setiap satu bulansekali, sedikit demi sedikit
merubah sikap perilaku laku dari para PNS terutamayang berkaitan dengan
pelayanan publik. Karena penilaian kinerja sudahmempengaruhi imbalan yang
didapat para pegawai yang dipengaruhi keterampilan,dan kemampuan,
walaupun masih belum secara penuh didukung dengan bukti-buktihasil kinerja
yang dicapainya.

D. Contoh Sikap Berdasarkan Integritas


Tak hanya ingin jadi slogan semata, kini berbagai pihak berusaha
mengimplementasikan Revolusi Mental. Revolusi Mental mengajak manusia
Indonesia untuk memiliki integritas.
Perwujudan integritas bisa dilakukan dengan banyak cara, salah satunya
dengan berperilaku jujur, bertanggung jawab dan dapat dipercaya serta
konsisten.Dengan berperilaku jujur, memegang teguh prinsip-prinsip
kebenaran, etika, dan moral, serta berbuat sesuai dengan perkataan maka orang
tersebut bisa disebut bertanggung jawab serta memiliki integritas. Hal tersebut
cukup untuk menjadi modal agar mendapat kepercayaan dari orang lain.
Tak kalah penting adalah kekonsistenan dalam menerapkan perilaku
jujur dan bertanggung jawab, sehingga integritas tidak lagi dipertanyakan.
14

Pada tataran kolektif, nilai integritas dapat memandu masyarakat untuk


berkomitmen pada tugasnya serta membuat masyarakat menjadi pribadi yang
dapat diandalkan dan dipercaya.
Sementara di tataran negara, integritas dapat mendorong aparatur
pemerintahan bekerja secara lebih profesional, transparan, jujur, dapat
diandalkan, dan terpercaya.

E. Menguji Integritas Aparatur Sipil Negara (ASN)


Kata integritas dalam keseharian sering kita dengar, dalam pengertian
yang sempit integritas bisa berarti kejujuran. Namun secara luas, kata integritas
memiliki makna patuh pada aturan, memegang teguh nilai-nilai, prinsip-prinsip,
yang baik. Orang yang ber-integritas akan memiliki karakter yang akan
mencerminkan nama baik seseorang, integritas akan menjadi pertaruhan
seorang pada posisi tertentu. Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), sangat
terikat dengan sumpah dan janji yang diucapkan ketika diangkat menjadi ASN
atau pada saat disumpah untuk memegang jabatan tertentu. Seorang ASN juga
terikat dengan Kode Etik yang diberlakukan di mana ia bekerja, ketika seorang
ASN melanggar kode etik, maka integritasnya di pertanyakan. Tidak hanya itu
seorang ASN juga terikat dengan PP No.53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS,
ketika melanggar aturan ini maka seorang ASN bisa dianggap tidak
berintegritas.
Saatnya menguji integritas ASN, dengan kenaikan tunjangan kinerja
atau remunerasi akan kah integritas ASN bisa dipertahankan. Pola modernisasi
dan gaya hidup kadang menggoda ASN untuk mencari penghasilan yang
sebenarnya sudah tidak diperbolehkan. Gratifikasi kecil-kecilan katakanlah
kadang masih menggoda, padahal sebenarnya sudah tidak diperbolehkan.
Reformasi birokrasi bertujuan agar menciptakan perubahan dalam pelayanan,
standar biaya, dan menghilangkan pungli atau pungutan tak resmi. Sehingga
segala hal yang merusak integritas seperti pungli, suap, uang pelicin, segera
dihilangkan meskipun bukan hal yang mudah karena kadang sudah berurat dan
berakar. Integritas juga memiliki makna yang setia, orang yang berintegritas
15

akan punya loyalitas dan jiwa corsa yang baik dengan nama baik institusinya,
sehingga orang yang berintegritas tak mau merusak nama baik institusi di mana
ia bekerja.
ASN yang berintegritas juga memiliki komitmen untuk terus berbuat
yang terbaik, pada level yang lebih tinggi ASN yang berintegritas akan
mengajak orang lain di sekitarnya untuk selalu mematuhi aturan dan kode etik
yang harus dijaga. Sebaliknya ASN yang tidak berintegritas akan berbuat tanpa
mempertimbangkan dampak negatif dan kehormatan nama institusinya, berani
menabrak aturan dan kode etik yang seharusnya dijaga. Melihat kondisi seperti
sekarang ini, sudah waktunya setiap individu senantiasa menjaga integritas.
Bangsa yang besar dan bermartabat adalah bangsa yang memiliki integritas
yang baik, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. ASN yang ber-
integritas adalah ASN yang menjunjung tinggi kejujuran, selalu mematuhi
aturan, menjaga kode etik, memegang teguh nilai-nilai luhur, dan tidak menjual
nama jabatan dan institusi untuk keuntungan pribadi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nilai integritas mengandung nilai yang meliputi kejujuran, kemandirian,
kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan
keikhlasan. Salah satu dari nilai itu yang sangat bersinggungan dengan tulisan
adalah keikhlasan. Keikhlasan di sini adalah ketulusan dan kejujuran dari
seorang Pegawai Negeri Sipil untuk menerima atau mendapatkan apa yang
sudah menjadi haknya, yaitu gaji, tunjangan, dan sebagainya yang diberikan
sudah ditentukan sesuai dengan tugas dan golongan dan pangkat serta jabatan
PNS oleh pemerintah sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Yang bukan
hak PNS harus ditolak. Menurut hemat penulis, jika nilai-nilai integritas
dimiliki oleh Pegawai Aparatur Sipil Negara atau Pegawai Negeri Sipil, tentu
anti korupsi akan tertanam dalam bekerja. Dengan kata lain, seorang Pegawai
Negeri Sipil yang berintegritas harus menjadi orang yang baik yang terbebas
dari korupsi. Orang yang ber-integritas akan memiliki karakter yang akan
mencerminkan nama baik seseorang, integritas akan menjadi pertaruhan
seorang pada posisi tertentu

16
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia, Undang-undang tentang ASN, UU Nomor 5 Tahun 201


Suwiknya, Edi,“Komplain Pebisnis Meningkat”. Bisnis Indonesia, tanggal 23
Agustus 2016.
J.E Sahetapy, 2011, Amburadulnya Integritas, (Jakarta:Komisi Hukum Nasional
RI),
Mangkunegara,Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Penerbit PT, RemajaRosdakarya, Bandung, Tahun 2000.
AndreasLako, Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi, Amara Books, Yogyakarta,
Tahun 2004
Boy Yendra Tamin. “Integritas Aparatur Sipil Negara” diakses pada 24 April 2016
melalui https://www.boyyendratamin.com/2015/11/integritas-aparatur-
sipil-negara.html

iii

Anda mungkin juga menyukai