Analisis atas kinerja Bank Kalsel menunjukkan terdapat peningkatan pesat dalam
jumlah aset dan dana pihak ketiga yang dikelola Bank Kalsel meski dinamika dunia bisnis
perbankan menekan kinerja bank ini. Kondisi ini memerlukan langkah antisipasi yang
efektif. Untuk menghadapi hal ini, manajemen Bank Kalsel telah berkomitmen untuk
melaksanakan Kerangka Program Transformasi dengan melakukan Growth Acceleration
berupa penguatan pada bisnis inti bank pada beberapa bidang. Analisis investasi dengan
menggunakan model proyeksi laba bersih menunjukkan bahwa investasi ini akan
menguntungkan pada kondisi di mana kinerja benar-benar meningkat secara signifikan
sesuai dengan sasaran dari rencana bisnis tersebut. Bila hal tersebut diimplementasikan,
investasi ini bernilai Rp 1.263.030 per lembar saham lebih tinggi dari nilai nominal sebesar
Rp 250.000 per lembar saham. Hasil analisis ini berimplikasi bahwa bila investasi dengan
penambahan penyertaan modal pada Bank Kalsel benar-benar dilaksanakan, tuntutan agar
manajemen serius melaksanakan transformasi guna perbaikan kinerja yang sungguh-
sungguh mutlak diperlukan.
Assalamualaikum Wr.Wb.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
H. SUKAMTA
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
izinNya jualah Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal
Daerah oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Laut pada PT Bank
Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan ini dapat diselesaikan
sesuai dengan harapan kita.
Naskah akademik ini memuat analisis investasi yang diperlukan sebagai persyaratan untuk
melakukan penambahan penyertaan modal daerah (PMD) pada BUMD sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan investasi daerah. Naskah ini disusun sehingga berisikan
tinjauan aspek hukum dan perundangan-undangan terkait dengan PMD dan mengevaluasi apakah
persyaratan yang diminta telah dipenuhi. Di samping juga dilakukan analisis investasi atas BUMD
yang dituju yaitu PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan dengan menilai kinerja
keuangannya dan menelaah rencana bisnisnya. Selanjutnya dilakukan penilaian atau valuasi
investasi apakah investasi melalui PMD ini layak secara keuangan dan apa saja kondisi
pendukungnya. Atas dasar analisis itu dapat diambil pertimbangan tentang keputusan melakukan
investasi melalui PMD ini.
Naskah akademik ini disadari belum sempurna tetapi paling tidak dapat menjadi acuan dalam
menindaklanjuti rencana penambahan PMD dimaksud. Kepada semua pihak yang turut
berpartisipasi dalam penyusunan kajian ini, kami ucapkan banyak terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Tabel 1 - Realisasi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tanah Laut 2017-2020 (dalam
jutaan rupiah) ........................................................................................................................ 23
Tabel 2 - Perkembangan Jaringan Kantor PT Bank Kalsel ................................................................. 27
Tabel 3 - Penyertaaan Modal oleh PT Bank Kalsel ............................................................................. 34
Tabel 4 - Pemegang Saham PT Bank Kalsel ........................................................................................ 35
Tabel 5 – Tingkat Pertumbuhan Aset, Kredit dan DPK Historis dan Proyeksi ................................. 53
Tabel 6 - Perhitungan Tingkat Diskonto Bank Kalsel Berdasarkan CAPM ....................................... 61
Tabel 7 - Perhitungan Nilai Wajar atas Saham Bank Kalsel dengan Model Proyeksi Dividen Historis
................................................................................................................................................ 63
Gambar 1 - Perkembangan Aset, Dana Pihak Ketiga dan Ekuitas Bank Kalsel 2009-2018.............. 36
Gambar 2 - Perkembangan dan Pertumbuhan Pendapatan dan Laba Bersih PT Bank Kalsel ......... 37
Gambar 3 - Perkembangan CAR dan Aset Tetap terhadap Modal Bank Kalsel ................................. 39
Gambar 4 - Perkembangan NPL Bank Kalsel ...................................................................................... 40
Gambar 5 - Perkembangan LDR Bank Kalsel ...................................................................................... 41
Gambar 6 - Perkembangan Rasio Efisiensi Usaha dengan BOPO Bank Kalsel .................................. 43
Gambar 7 - Perkembangan Net Interest Margin (NIM) Bank Kalsel 2012-2018 .............................. 44
Gambar 8 - Perkembangan ROA Bank Kalsel ...................................................................................... 45
Gambar 9 - Perkembangan ROE Bank Kalsel 2009-2018 .................................................................. 46
Gambar 10 – Proyeksi Aset, DPK dan Kredit 2019-2022 ................................................................... 54
Gambar 11 – Proyeksi Kinerja Bank 2019-2022 ................................................................................ 55
Gambar 12 - Perkembangan Pembayaran Dividen Bank Kalsel 2009-2019 .................................... 60
Gambar 13 - Proyeksi Laba Bersih Bank Kalsel .................................................................................. 62
Gambar 14 - Proyeksi Penerimaan Dividen Bank Kalsel Berdasarkan Laba Bersih ........................ 63
Pemerintah Kabupaten Tanah Laut selama ini telah berpartisipasi dalam bentuk
penyertaan modal kepada PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan (selanjutnya
disebut Bank Kalsel). Terakhir kali Pemerintah Kabupatan Tanah Laut telah melakukan
penambahan penyertaan modal ke Bank Kalsel, dengan melakukan perubahan pada
besaran nominal penambahan penyertaan modal yang terakhir diatur dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 6 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Daerah Kabupaten tanah Laut Nomor 15 Tahun 2008 tentang Penambahan
Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Tanah Laut kepada Perusahaan Daerah Bank
Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan. Dengan peraturan ini maka seluruh penyertaan
modal Pemerintah Kabupaten Tanah Laut kepada Bank Kalsel sejak tahun 2014 menjadi
sebesar Rp 85.374.367.703 dengan jumlah lembar saham sebanyak 341.497 atau dengan
persentase kepemilikan sebesar 6,79%.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penyusunan Naskah Kajian Penambahan Penyertaan Modal Daerah ini
adalah memberikan landasan bagi perumusan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Laut
yang mengatur penambahan penyertaan modal daerah kepada PT Bank Kalsel.
Ruang lingkup kegiatan dalam kajian ini sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 52 Tahun 2012 mencakup hal-hal:
1. analisis kelayakan, yaitu analisis kebijakan investasi berdasarkan kebutuhan daerah,
aspek peraturan perundang-undangan, aspek operasional dan aspek keuangan.
2. analisis portofolio, yaitu analisis atas kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset,
baik berupa aset riil maupun aset finansial yang dimiliki oleh pemerintah daerah
sebagai investor yang tujuannya adalah menurunkan risiko dan menghasilkan
pendapatan sesuai dengan tujuan investasi.
3. analisis risiko, yaitu analisis atas risiko yang dihadapi oleh investasi yang dilakukan
pemerintah daerah dan efektivitas cara memitigasinya.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan penyusunan ini adalah agar tersedianya
naskah akademis dalam bentuk buku dokumen naskah akademik yang valid dan dapat
dipertanggungjawabkan yang dapat dipergunakan sebagai basis perumusan dan imple-
mentasi pelaksanaan penambahan penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Tanah Laut
kepada PT Bank Kalsel.
Penyertaan modal didefinisikan secara umum sebagai suatu usaha untuk memiliki
perusahaan yang baru atau yang sudah berjalan, dengan melakukan setoran modal ke
perusahaan tersebut. Penyertaan modal Pemerintah Daerah adalah pengalihan
kepemilikan kekayaan Daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan
menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham daerah.
Penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah pada dasarnya merupakan bagian dari
investasi dalam bentuk pemberian modal, baik penyertaan modal awal maupun
penambahan modal untuk upaya peningkatan kemampuan organisasi/perusahaan dalam
melakukan kegiatan operasionalnya. Modal dapat diartikan sebagai akumulasi dari
ketersediaan sumber daya yang berkontribusi pada perputaran barang dan jasa yang lebih
luas dalam waktu tertentu untuk menyediakan keberlanjutan tingkat konsumsi yang lebih
tinggi untuk permintaan (kebutuhan) yang penting. Untuk itu pemerintah memiliki peran
sebagai agen pendorong aktif dalam kapasitas sebagai penyelamat (pemberian bantuan
keuangan) ataupun pengusaha (mengelola badan usaha tertentu), serta berperan pula
sebagai pengontrol atau pengarah dalam kegiatan ekonomi tertentu.
Dalam pelaksanaan investasi daerah terdapat lima prinsip yang penting (Abdul
Halim dan Muhammad Iqbal, 2019), yaitu:
Secara lebih rinci pada bagian ini diuraikan pengaturan mengenai pelaksanaan
penyertaan modal Pemerintah Daerah dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang
saling berkaitan yaitu sebagai berikut:
Penyertaan modal Pemerintah Daerah itu sendiri dapat dilaksanakan apabila jumlah
yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam
Peraturan Daerah tentang penyertaaan modal daerah. Penyertaan modal oleh
Pemerintah Daerah bersumber dari APBD tahun anggaran berjalan pada saat
penyertaan atau penambahan penyertaan modal tersebut dilakukan. Penyertaan
modal Pemerintah Daerah dapat berasal dari APBD dengan syarat APBD
diperkirakan surplus, dan barang milik daerah. Konsekuensi dari penyertaan
modal Pemerintah Daerah yang dilakukan dalam bentuk uang dan barang milik
daerah merupakan bentuk investasi Pemerintah Daerah pada badan usaha BUMD
dengan mendapatkan hak kepemilikan, sehingga terjadi pengalihan kepemilikan
uang dan barang milik daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak
dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai
modal/saham daerah pada BUMD.
Penyertaan modal tersebut dapat berupa uang dan barang milik Daerah, untuk
barang milik Daerah yang dijadikan penyertaan modal harus dilakukan penafsiran
harga barang milik Daerah, untuk mendapatkan nilai riil pada saat barang milik
Daerah tersebut dijadikan penyertaan modal Daerah.
Diatur dalam PP ini penyertaan modal Daerah dalam rangka pendirian BUMD
ditujukan untuk memenuhi modal dasar dan modal disetor, sedangkan Penyertaan
modal Daerah dalam rangka penambahan modal BUMD dilakukan untuk:
1) Pengembangan usaha;
2) Penguatan struktur permodalan; dan
3) Penugasan Pemerintah Daerah
Atas investasi pemerintah daerah ini, cara pengelolaan yang harus dilakukan adalah
meliputi perencanaan investasi, pelaksanaan investasi, penganggaran, pelaksanaan
anggaran, penatausahaan anggaran dan pertanggungjawaban investasi pemerintah
daerah, divestasi; dan pengawasan. Permendagri ini dalam Pasal 14 juga mengharus-
kan investasi pemerintah daerah dapat dilaksanakan dalam hal Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diperkirakan surplus yang penggunaannya
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD.
Tabel 1 - Realisasi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tanah Laut 2017-2020
(dalam jutaan rupiah)
Uraian Realisasi Realisiasi APBD 2019 APBD 2020
APBD 2017 APBD 2018 (disesuaikan)
Pendapatan 1.364.055 1.557.958 1.449.681 1.504.841
Belanja 1.441.016 1.226.255 1.588.826 1.925.804
Transfer 178.967 175.890 n.a n.a
Surplus (Defisit) (255.928) 155.813 (139.145) (420.963)
Pembiayaan Daerah:
Penerimaan pembiayaan:
SILPA tahun sebelumnya 695.374 436.895 591.708 451.463
Pengeluaran pembiayaan:
Penyertaan modal 2.000 1.000 1.100 30.500
Pembayaran pokok
pinjaman dalam negeri 553 0 0 0
SILPA tahun berkenaan 436.893 591.708 451.463 0
Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tanah Laut 2018, RAPBD 2019 dan 2020. Data diolah.
Pada bagian ini akan diuraikan kondisi latar belakang organisasi PT Bank Kalsel
agar dapat menjelaskan kondisi umum yang mencakup latar belakang operasional PT Bank
Kalsel yang mencakup sejarah pendirian, perkembangan operasional dan lingkungan
bisnis PT Bank Kalsel. Selanjutnya diuraikan produk dan jasa yang diberikan, anak usaha
dan para pemegang saham perusahaan Bab ini akan memberikan pemahaman kontekstual
agar dapat melakukan analisis investasi yang tepat yang akan dibahas di Bab-bab
selanjutnya.
Perubahan juga menyangkut modal dasar dimana terjadi perubahan dari sebesar
Rp.1.000.000.000.000 (satu triliun rupiah) yang kemudian dengan Akta Notaris Nomor 9
tanggal 7 April 2017 modal dasar menjadi Rp.2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus
miliar rupiah) dan Pengalihan izin usaha dari Perusahaan Daerah ke Perseroan Terbatas
diperoleh melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 14/5/KEP.GBI/2012
tanggal 1 Februari 2012, sesuai Surat Keputusan Nomor AHU-58606.AH.01 Tahun 2011
tanggal 29 November 2011 yang diubah beberapa kali terakhir dengan Akte Nomor 12
tanggal 12 Oktober 2018 yang pelaporannya telah diterima Menteri Hukum dan HAM
Republik Indonesia sebagaimana Nomor AHU-0136867.AH.01.11 Tahun 2018 Tanggal 16
Oktober 2018.
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar Bank, maksud dan tujuan Bank adalah
melakukan usaha di bidang perbankan. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut,
ruang lingkup kegiatan Bank antara lain adalah:
• Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
• Memberikan kredit
• Menerbitkan surat pengakuan utang
• Menempatkan surat pengakuan utang
• Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada
bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengna
wesel unjuk, cek atau sarana lainnya
Dalam menjalankan operasi bisnisnya, Bank Kalsel berdasarkan pada visi yaitu
“Menjadi Bank yang Unggul di Daerah dan Berperan dalam Mendorong Pertumbuhan
Ekonomi”. Berdasarkan pada visi Bank Kalsel ini terkandung dua sasaran pokok yang
mendasar yakni menjadi Bank yang unggul di daerah, yaitu memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dirinya sebagai bank yang modern, memiliki daya saing yang tinggi, serta
mempunyai ketahanan kelembagaan yang kuat. Sedangkan menjadi Bank yang berperan
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi mengandung arti berperan dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi sebagai implikasi peran bank sebagai salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah, berperan sebagai mitra konsultasi bagi pemerintah daerah dalam
pengelolaan keuangan, dan sebagai pemegang kas bagi Pemerintah Daerah, yang
berdampak kepada pertumbuhan ekonomi daerah Kalimantan Selatan. Kedua sasaran
pokok tersebut tidak terlepas dari keinginan untuk mengantar Bank Kalsel menjadi bank
Regional Champion di Kalimantan Selatan.
Untuk mencapai visi tersebut, misi yang berusaha dilaksanakan oleh Bank Kalsel
adalah mencakup (1) Penyedia Layanan Jasa Perbankan yang Berkualitas; (2) Penggerak
Pendorong Ekonomi Daerah; (3) Pemegang/Menyimpan Dana Kas Daerah; (4) Salah satu
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD); dan (5) Turut membina lembaga perkreditan atau
Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah.
Pada Bank Kalsel juga dilakukan pembentukan budaya baru yang diwujudkan
dengan mengimplementasikan budaya perusahaan yang merupakan salah satu pondasi
Bank Kalsel Regional Champion, dengan lebih berorientasi kepada pembangunan iklim
bisnis yang kompetitif dan pelayanan yang berkualitas, dan dijiwai semangat untuk
menjadi Regional Champion. Budaya baru ini dikenal dengan slogan “PASTI PRIMA” yang
merupakan rangkuman dari semangat Pelayanan Prima, Antusias, Kehati-hatian,
Profesional, Integritas, dan Kerja sama.
Modal manusia Bank Kalsel meliputi jajaran Manajemen dan pegawai yang bekerja
di Kantor Pusat, Kantor Cabang maupun Kantor Layanan Bank Kalsel lainnya. Total
karyawan Bank Kalsel hingga tahun 2018 tercatat mencapai 1.156 orang, atau mengalami
peningkatan dengan tahun 2017 sebesar 7,04% atau 76 orang. Terjadinya perubahan
dalam jumlah karyawan Bank Kalsel pada tahun 2018 disebabkan oleh penyesuaian
Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 27
Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
organisasi terhadap kebutuhan realisasi rekrutmen pegawai untuk memenuhi kebutuhan
pengembangan dan program kerja Bank Kalsel pada tahun 2018.
Bidang usaha dan produk PT Bank Kalsel terdiri dari produk dan jasa bank
konvensional dan bank syariah. Untuk bank konvensional, produk dan jasa mencakup:
A. Produk Dana
1. Produk Dana Tabungan yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan nasabah yaitu
a. Tabungan SIMPEDA
b. Tabungan BANUA
c. Tabungan HAJI AR-RAHMAN
d. Tabunganku
e. Tabungan SimPel
2. Produk Dana Simpanan Berjangka yang merupakan produk investasi yang memiliki
suku bunga yang kompetitif. Produk dana simpanan berjangka Bank Kalsel sebagai
berikut:
a. Deposito BANUA
b. Deposito BANUA PLUS
c. Deposito MINGGUAN
d. Deposito BERJANGKA
e. Deposit ON CALL (DOC)
f. SERTIFIKAT Deposito yang dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan
kepada pihak lain.
3. Produk Dana Giro yang merupakan produk yang memiliki suku bunga yang
kompetitif. Berikut rangkuman produk dana simpanan berjangka Bank Kalsel:
a. Giro Individu;
b. Giro Perusahaan
c. Giro Pemerintahan
d. Giro Yayasan
Dalam menjalankan usahanya, PT Bank Kalsel tidak memiliki anak perusahaan atau
perusahaan terafiliasi yang terkonsolidasi pada laporan keuangannya. Namun demikian,
dalam rangka menjalankan salah satu misinya dalam turut membina lembaga perkreditan
atau Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah, PT Bank
Kalsel per 31 Desember 2018 tercatat melakukan kegiatan penyertaan seperti ditampilkan
pada Tabel 3 berikut.
Pada bagian ini dibahas analisis atas kinerja keuangan PT Bank Kalsel ditinjau dari
berbagai aspek selama 10 tahun terakhir agar dapat menilai sepenuhnya kondisi kinerja
dan prospeknya. Tinjauan sekilas atas perkembangan usaha PT Bank Kalsel menunjukkan
bahwa bank ini telah berkembang dengan sangat pesat selama 10 tahun belakangan ini.
Seperti terlihat pada Gambar 1 berikut ini, aset PT Bank Kalsel pada tahun 2018 telah
meningkat 3,2 kali lipat dari aset pada tahun 2009 yaitu dari Rp 4.091 milyar menjadi Rp
13.182 milyar. Demikian pula penghimpunan dana pihak ketiga dan kredit yang diberikan
telah jauh meningkat dari posisi 9 tahun sebelumnya.
Gambar 1 - Perkembangan Aset, Dana Pihak Ketiga dan Ekuitas Bank Kalsel 2009-2018
16.000
14.000 13.182
11.882 11.882
12.000 10.824 10.993
9.468 9.473
10.000
8.000
6.447
6.000 4.579
4.091
4.000
2.000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2009-
2018, Data diolah.
Meski telah ada perkembangan mengesankan atas pertumbuhan aset selama dekade
belakangan ini namun hal yang sama tidak ditunjukkan dalam kinerja dari pendapatan dan
laba yang diperoleh. Seperti ditunjukkan pada Gambar 2 berikut, memang terjadi
peningkatan pendapatan sehingga bertambah 2,5 kali lipat di tahun 2018 relatif terhadap
Gambar 2 - Perkembangan dan Pertumbuhan Pendapatan dan Laba Bersih PT Bank Kalsel
600
150
500
400 795 788 769
674 700 100
300
543
200 393 350 371 50
303
100
0 0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
60% 59%
40%
34%
20% 22%
9%
0%
-7% -9%
2010
2016
2011
2012
2013
2014
2015
2017
2018
-20%
-25% -26%
-36%
-40%
Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2009-
2018, Data diolah.
26,00%
24,00%
22,00%
20,00%
18,00%
16,00%
14,00%
12,00%
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Bank Kalsel 16,90% 18,09% 17,65% 18,22% 17,92% 21,12% 21,91% 22,89% 19,81% 25,63%
Seluruh BPD 15,82% 16,68% 14,33% 18,02% 17,58% 17,79% 20,61% 21,69% 21,65% 22,05%
Bank Umum 17,42% 17,18% 16,05% 17,43% 18,13% 19,57% 21,39% 22,93% 23,18% 22,97%
Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember
2009-2018, Statistik Perbankan Indonesia, 2009-2018. Data diolah.
Dalam hal kualitas aset, penilaian dapat didasarkan atas rasio non-performing loan
(NPL)-nya. Kredit macet menjadi persoalan bila suatu bank mencatat NPL di atas 5 persen.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib
Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional,
Rasio Non-Performing Loan terhadap total kredit (Rasio NPL) adalah rasio antara jumlah
total kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit,
sebagaimana telah diubah dengan PBI Nomor 17/11/PBI/2015. NPL yang tinggi
menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima bank. Menurut ketentuan, apabila NPL
lebih dari 5% maka bank akan dikenakan pengurangan jasa giro oleh OJK (Pasal 17A PBI
Nomor 17/11/PBI/2015). Berbagai faktor dapat menyebabkan penurunan kualitas kredit,
baik secara makro karena pelemahan sektor riil akibat kondisi perekonomian nasional dan
daerah yang masih lesu maupun karena manajemen kredit yang belum optimal menjaga
kualitas kredit yang diberikan. Gambar 4 berikut menyajikan perkembangan NPL Bank
Kalsel selama periode 2009-2018 relatif terhadap rata-rata industri.
6,00% 5,65%
5,00%
4,21% 4,33% 4,23%
4,09%
4,00%
3,00%
1,83% 1,80%
2,00%
1,22% 1,12%
0,96%
1,00%
0,00%
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember
2009-2018, Statistik Perbankan Indonesia, 2009-2018. Data diolah.
Terlihat dari Gambar 4 bahwa Bank Kalsel memiliki NPL cukup rendah di tahun 2009-
2013 dengan rata-rata sebesar 1,39% di bawah rata-rata bank umum di Kalsel sebesar
1,74%. Namun sejak tahun 2014 rasio NPL melonjak melebihi rata-rata bank umum di
Kalsel yaitu rata-rata sebesar 4,50% dibandingkan rata-rata industri 3,08%. Rasio NPL
Bank Kalsel bahkan sempat naik di atas 5% di tahun 2017. Seperti dijelaskan di atas, NPL
bank yang sehat adalah apabila bank tersebut memiliki NPL total kredit tidak lebih dari
5%. Secara umum terdapat kecenderungan menaik pada rasio NPL di periode yang diamati.
Adanya kecenderungan ini harus perlu diwaspadai mengingat dampaknya yang dapat
menggerus profitabilitas bank.
Gambar 5 menunjukkan LDR rata-rata Bank Kalsel pada rentang tahun 2009-2018
mencapai rata-rata 83,94% per tahun dan terdapat kecenderungan menaik pada 5 tahun
terakhir. Sebagai perbandingan, LDR Bank Kalsel ini lebih rendah dari bank BPD seluruh
Indonesia periode 2009-2018 dengan rata-rata 85,52% dan LDR bank umum konvensional
periode yang sama rata-rata sebesar 85,72%. Tetapi kemudian rasio LDR Bank Kalsel ini
melebihi rata-rata BPD dan bank umum di periode 2014-2018 yaitu rata-rata sebesar
98,43%. Rasio ini bahkan melebihi 100% di tahun 2015-2017 seperti diperlihatkan pada
Gambar 5 berikut.
110,00% 106,53%
103,89%
100,55%
100,00%
91,44%
89,73%
90,00% 85,38%
80,00% 74,92%
67,93%
70,00%
63,30%
60,00% 55,77%
50,00%
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember
2009-2018, Statistik Perbankan Indonesia, 2009-2018. Data diolah.
Dari data-data di atas seperti ditunjukkan pada Gambar 5, dapat diartikan sebagian
besar (atau semua pada tahun 2015-2017) dana pihak ketiga atau simpanan yang
dihimpun Bank Kalsel disalurkan dalam bentuk kredit. Bahkan terdapat dana yang
melebihi simpanan yang dipinjamkan. Hal ini berarti Bank Kalsel mampu memperoleh
banyak permintaan kredit yang semakin meningkat yang akan memampukan peningkatan
kesempatan pendapatan bunga. Namun demikian semakin melonjaknya permintaan
pinjaman ini kurang dapat dipenuhi dengan dana pihak yang dihimpun sehingga LDR
menjadi melebihi 100%.
Kinerja manajemen operasional suatu bank dapat dilihat dan dianalisis dari
perbandingan pendapatan operasional dengan beban/biaya operasional (BOPO). Pada
periode 2009 sampai 2018, kinerja BOPO Bank Kalsel memiliki kecenderungan meningkat
seperti dilihat pada Gambar 6. Rasio BOPO Bank Kalsel tahun 2009 sebesar 65,75%
meningkat menjadi sebesar 87,82% di tahun 2018 dengan rata-rata BOPO Bank Kalsel
periode 2009-2018 mencapai 76,39%. Secara idealnya, rasio BOPO maksimal sebesar 70%
yang berarti jika semakin besar beban/biaya operasional, maka pendapatan operasional
90,00%
87,82%
85,00%
83,54%
80,00%
79,40% 79,62% 79,91%
75,00%
76,00%
74,68% 75,15%
70,00%
65,00%
65,75%
60,00% 62,07%
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember
2009-2018, Statistik Perbankan Indonesia, 2009-2018. Data diolah.
Pendapatan bank dari bunga kredit (NIM) juga merupakan salah satu indikator
kinerja keuangan bank. Gambar 7 menunjukkan NIM Bank Kalse tahun 2012- 2018 rata-
rata mencapai 6,35% per tahun. Semakin tinggi NIM mengindikasikan pengelolaan kredit
bank semakin baik dibandingkan terhadap nilai aset produktif. Sedangkan NIM bank BPD
8,00% 7,78%
7,50%
5,50% 5,15%
5,00%
4,50%
4,00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
NIM Bank Kalsel NIM BPD NIM Bank Umum Linear (NIM Bank Kalsel)
Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2009-
2018, Statistik Perbankan Indonesia, 2009-2018. Data diolah.
Kinerja Bank Kalsel juga dapat dilihat dari nilai Return on Asset (ROA) dibandingkan
dengan bank lain tahun 2009-2019. Rasio ROA sangat penting bagi industri perbankan
karena menunjukkan seberapa besar kemampuan manajemen menambah laba dari setiap
aset produktif yang dimiliki. Semakin tinggi nilai ROA semakin baik kualitas aset bank.
Sebaliknya, semakin kecil ROA maka perolehan laba dibandingkan rata-rata nilai aset
Seperti ditunjukkan Gambar 8, dalam sepuluh tahun terakhir rata-rata ROA Bank
Kalsel hanya sebesar 2,54% per tahun dan terdapat kecenderungan penurunan sepanjang
periode 2009-2018. Sebagai perbandingan nilai ROA bank BPD se Indonesia periode 2009-
2018 rata-rata 2,93% per tahun dan ROA bank umum konvensional rata-rata sebesar
2,71% per tahun. Dari data ROA di atas, nilai ROA Bank Kalsel masih lebih rendah
dibandingkan rata-rata industri kelompok bank di atas. Bahkan di tahun 2018, ROA Bank
Kalsel hanya sebesar 1,31% dibandingkan ROA BPD se Indonesia sebesar 2,30% dan bank
umum sebesar 2,55%.
5,00%
4,50% 4,68%
4,00%
3,50% 3,77%
3,00%
2,50% 2,81%
2,68% 2,60%
2,00% 2,33%
2,20%
1,50% 1,73%
Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2009-
2018, Statistik Perbankan Indonesia, 2009-2018. Data diolah.
Walaupun tidak ada ukuran minimal ROA suatu bank, namun kecilnya nilai ROA
Bank Kalsel tahun 2009-2018 ini menunjukkan kurang mampunya manajemen Bank Kalsel
untuk menambah profit dan benefit dari aset-aset yang dimilikinya. Padahal, nilai aset BPD
35,00% 32,56%
30,67%
30,00%
25,00%
21,45%
19,69% 19,02%
20,00% 17,44%
14,01%
15,00% 12,71%
10,14%
10,00%
6,08%
5,00%
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember
2009-2018,
Dari hasil analisis yang dilakukan di atas dapat ditarik sintesis sehubungan dengan
kinerja Bank Kalsel selama satu dekade belakangan ini. Pertama, telah ada peningkatan
yang signifikan dalam aset yang dimilik Bank Kalsel yang meningkat 3,2 kali lipat dari 10
tahun sebelumnya. Hal ini terjadi selain dari berasal sokongan penambahan modal dari
pemegang saham juga semakin tingginya permintaan kredit yang harus dipenuhi bank ini
dari dinamika ekonomi di daerah ini. Namun kekuatan dan peluang yang bersifat eksternal
yang baik ini sejauh ini, berdasarkan analisis di atas, kurang dapat dikelola secara internal
dengan optimal oleh manajemen Bank Kalsel. Hal ini ditunjukkan dengan kurang bagusnya
Sesuai dengan dokumen Rencana Bisnis PT Bank Kalsel Tahun 2020-2022, Bank
Kalsel berkomitmen untu melaksanakan Program Transformasi BPD. Untuk tahun 2020
telah memasuki tahap kedua yaitu melakukan Growth Acceleration berupa penguatan pada
bisnis inti bank pada beberapa bidang. Kerangka Program Transformasi BPD dirancang
untuk menjadikan Bank Kalsel sebagai pemimpin di wilayah Kalimantan Selatan serta
menjadikan Bank Kalsel sebagai salah satu bank terbesar, terbaik dan terkuat di industri
perbankan nasional.
Arah dan kebijakan bank yang diambil tahun 2020-2022 mengacu pada dua Grand
Strategy atau pokok pengembangan Bank Kalsel yaitu IT Development dan People
Development. Sedangkan arah kebijakan adalah pada 5 fokus bidang yang diturunkan dari
Grand Strategy bank, yaitu (1) Digitalization; (2) Ekspansi Kredit dan Pembiayaan; (3)
Peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Fee-based Income (FBI); (4) Non Perfoming Loan;
dan (5) People Development. Berikut ini uraian masing-masing fokus pengembangan
tersebut.
a. Digitalization
Langkah utama dalam rencana pengembangan bisnis dan proses kredit yaitu
dengan penguatan dan pemutakhiran pedoman, perkreditan, peningkatan kemampuan
SDM serta upaya meneka NPL. Langkah-langkah yanag diambil adalah pertama, ekspansi
kredit dan pembiayaan dengan melakukan perubahan model bisnis berdasarkan
segmentasi kredit untuk mencapai pertumbuhan yang ditetapkan dalam Rencana Bisnis.
Perubahan model bisnis perkreditan yaitu dengan konsep nomenklatur organisasi bidang
perkreditan. Hal ini diharapkan dapat menciptakan pengelolaan bidang usaha kredit yang
terintegrasi sehingga dapat berfokus pada pencapaian bisnis per segmentasi kredit. Di
samping itu juga melakukan spesialisasi channel distribution yang meningkatkan efisiensi
serta efektivitas proses kredit. Hal ini untuk meningkatkan pelayanan dan meminimalkan
risiko operasional kredit dengan pengembangan fungsi monitoring, four eyes principle dan
dual custody.
Dalam upaya peningkatan dana pihak ketiga, langkah-langkah yang diambil adalah
yaitu: pertama, memenuhi kebutuhan SDM secara kualitas dan kuantitas dalam rangka
meningkatkan jumlah nasabah bank dan memperbesar penyimpanan dana dari
masyarakat. Langkah kedua yaitu meningkatkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)
dengan meningkatkan penyerapan dana ritel hingga tercapai porsi tabungan (CASA) yang
optimal dan mencapai prosi CASA yang optimal dengan pengembangan fitur dan produk
khusus CASA dan kerja sama dengan institusi/lembaga keuangan lain. Selain itu
penyaluran dana melalui aparatur desa yaitu dengan menjadikan aparat dessa sebagai
sasaran penetrasi produk dana bank serta melaksanakan cross-selling untuk para aparat
desa dan masyarakat sekitar.
Langkah ketiga adalah dengan penguasaan pasar, dengan cara (a) pengembangan
kerjasama dengna seluruh Pemkab/Pemko untuk implementasi SP2D online dan pajak
daerah online di seluruh Kabupaten/Kota; (b) sistem standardisasi marketing
communication (sarana promosi produk terstandar) untuk produk dana; (c) implementasi
program cross-selling antara lain dengan pewajiban pembukaan rekening bagi calon
debitur baru dan pewajiban penempatan dana bagi setiap debitur yang mendapatkan
fasilitas kredit.
d. Non-performing Loan
Upaya untuk menurunkan ting non-performing loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah
dilakukan dengan (a) pencegahan kredit bermasalah dengan Early Warning Officer (EWO)
sebagai upaya pemantauan kredit (monitoring) kolektibilitas; (b) penerapan strategi
penyelamatan kredit bermasalah yaitu dengna restrukturisasi, pemantauan dan supervisi;
(c) penerapan strategi penyelesaian kredit bermasalah melalui collection, keringanan
bunga, klaim asuransi atau penjaminan kredit serta hapus buku murni; (d) meningkatkan
kepatuhan terhadap ketentuan dengan melakukan review, pengembangan dan
implementasi restrukturisasi, hapus buku serta penyelesaian kredit bermasalah.
e. People Management
Dengan asumsi-asumsi tertentu, sasaran yang mau dicapai adalah sebagai berikut:
Target jangka menengah mengacu pada 5 fokus bidang utama Bank Kalsel seperti
dikemukakan di depan. Di bidang dana, pengembangan dalam penghimpunan dana untuk
meningkatkan dana murah (CASA) dan fee-based income masih berlanjut di tahun 2020
disertai dengan penambahan strategi untuk mengakselerasi pertumbuhan. Di bidang
penyaluran kredit/pembiayaan dilakukan dengan melakukan ekspansi kredit yang intensif
dan tersegmentasi disertai dengan perubahan model bisnis perkreditan. Pasar dalam
sektor produktif masih dalam lingkup sektor perkebunan, sarana prasarana, manufaktur
dan pertambangan. Pada sektor konsumtif menyangkut ekspansi KPR dan Kredit
Kendaraan Bermotor hingga Program Kredit Multiguna Bunga Murah. Upaya-upaya untuk
mendukung peningkatan FBI dalam pelayanan jasa-jasa bank dalam bidang perkreditan
termasuk melakukan co-branding dengan pihak-pihak lain termasuk komunitas, organisasi
usaha serta fintech.
Pengembangan SDM masih dalam upaya menciptakan talent pool SDM yang
berkompetensi tinggi dan memiliki daya saing dengan membangun program-program
pelatihan dan sertifikasi termasuk career path. Peningkatan kualitas layanan dan
pengembangan jaringan kantor yang berorientasi pada keuntungan dengan membangun
mekanisme program pemantauan dan pengendalian yang ketat terhadap pencapaian
kinerja cabang, divisi, unit kerja hingga level individu.
Dalam usaha pengembangan Unit Usaha Syariah (UUS), bank akan mengakomodasi-
kan tahapan upaya pemisahan (spin-off) Unit Usaha Syariah di tahun 2020 secara organik
maupun non-organik dalam rangka memenuhi ketentuan regulasi. Bank juga akan
melakukan peningkatan pelayanan usaha dan jasa di bidang syariah pada beberapa
jaringan kantor bank konvensional dalam rangka mendukung kinerja Unit Usaha Syariah.
Penerapan yang efektif atas rencana bisnis seperti yang dikemukakan di atas
diproyeksikan akan berdampak positif pada perbaikan kinerja keuangan PT Bank Kalsel di
masa depan. Manajemen memperkirakan bahwa terdapat perbaikan signifikan dalam
semua aspek kinerja perusahaan. Dalam hal aset total, kredit dan DPK, manajemen
memproyeksikan secara amat optimistik akan bertumbuh dengan sangat signifikan selama
5 tahun ke depan dan berbeda tren pertumbuhannya dibanding 5 tahun sebelumnya
seperti terlihat pada Tabel berikut:
Tabel 5 – Tingkat Pertumbuhan Aset, Kredit dan DPK Historis dan Proyeksi
23.000 21.382
21.000
18.873
19.000
16.944
17.000 15.703
15.000
13.182
13.000 11.882 11.882
10.824 10.993
11.000
9.000
7.000
5.000
2014 2015 2016 2017 2018 2019-P 2020-P 2021-P 2022-P
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Kalsel 2014-2018, Rencana Bisnis 2019-2022, Data diolah.
Proyeksi atas masing-masing jenis kinerja bank dapat terlihat pada Gambar 5.2
berikut. Tampak bahwa manajemen berkeinginan untuk menjadikan kinerja bank pada
tingkat yang lebih baik daripada kinerja selama beberapa tahun belakangan. Seperti
dijelaskan di Bab 4 sebelumnya, terjadi penurunan kinerja dalam berbagai ukuran pada
periode 2014-2018. Untuk kinerja permodalan, bank menjaga rasio CAR pada tingkat aman
dengan rata-rata 22,45% sedangkan untuk kinerja aset produktif, manajemen berusaha
untuk menurunkan NPL, dengan strategi seperti dijabarkan di atas, sehingga menghasilkan
penurunan NPL secara konsisten sampai di bawah 4%. Untuk kinerja rentabilitas, tren
penurunan selama ini baik untuk ROA maupun ROE berusaha dibalik sehingga akan
kembali menaik pada tingkat sebelumnya yang pernah mencapai di atas 2% untuk ROA dan
di atas 12% untuk ROE. Demikian pula untuk rasio NIM berusaha diperbaiki sehingga dapat
mencapai di atas 6,5% dan rasio BOPO dijaga konstan pada rata-rata 86%.
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Kalsel 2014-2018, Rencana Bisnis 2019-2022, Data diolah.
Pada bagian ini dibahas analisis investasi yang dilakukan bila Pemerintah
Kabupaten Tanah Laut berniat untuk menambah penyertaan modalnya pada PT Bank
Kalsel. Investasi melalui penambahan penyertaan modal itu dinilai terutama dari apakah
nilai pengembalian (return) dari investasi itu cukup memadai mencapai maksud investasi
bagi Pemerintah Daerah. Analisis investasi yang dilakukan di sini terutama mengandalkan
pada penilaian (valuasi) penyertaan modal berdasarkan teori manajemen investasi.
Sesuai dengan teori investasi (Drake dan Fabozzi, 2010), jika seorang investor
melakukan penyertaan dalam bentuk saham berarti dia mempunyai kepentingan
kepemilikan dalam perusahaan tersebut. Saham itu merupakan surat berharga atau
sekuritas perpetual atau tidak memilki masa jatuh tempo. Investor tersebut sebagai
pemilik saham perusahaan mempunyai hak untuk menerima sejumlah tertentu dividen kas
tetapi penerimaannya sendiri tidak pasti. Keputusan membayarkan dividen itu sendiri
tergantung dari keputusan para komisaris sebagai perwakilan pemegang saham. Biasanya
ada pola atas dividen yang dibayarkan perusahaan yaitu bisa konstan atau bertumbuh
dengan tingkat yang konstan. Tetapi sekali lagi tidak ada jaminan bahwa dividen akan pasti
dibayarkan di masa depan.
Dalam aktivitas investasi yang wajar, investor membayar suatu saham harus
mencerminkan apa yang diharapkan dapat diterimanya dari saham itu yaitu sebagai imbal
hasil (return) atas modal yang ditanamkan investor. Dalam hal ini yang investor terima
adalah dalam bentuk dividen tunai di masa depan. Secara teoritis, nilai suatu saham
haruslah sama dengan nilai kini (present value) dari semua arus kas di masa depan yang
investor harapkan terima dari saham tersebut. Dengan demikian penilaian saham dapat
Pada dasarnya DDM ini adalah penerapan dari analisis nilai kini/sekarang (present
value analysis) yang menyatakan bahwa nilai wajar dari suatu aset adalah nilai kini dari
arus kas yang diharapkan diperoleh dari aset tersebut. Dalam hal saham maka arus kas itu
adalah penerimaan atas dividen yang diharapkan. Secara matematis model DDM ini
diungkapkan dengan rumus dasar (Fabozzi dan Drake, 2009):
𝐷1 𝐷2
𝑃= 1
+ +⋯
(1 + 𝑟1 ) (1 + 𝑟2 )2
Di mana:
P = nilai wajar atau nilai teoritis atas saham
Dt = dividen diharapkan untuk periode t
rt = tingkat diskonto atau tingkat kapitalisasi untuk periode t
Meski demikian model DDM menurut rumus di atas jarang digunakan namun
disesuaikan dengan beberapa hal. Penyesuaian pertama adalah dengan Model Diskonto
Dividen dengan Pertumbuhan Konstan (Constant Growth Dividend Discount Model) yang
mengasumsikan dividen di masa depan bertumbuh dengan tingkat konstan (g) dan tingkat
diskonto tunggal (r) digunakan sehingga rumus DDM menjadi:
𝐷1
𝑃=
𝑟−𝑔
1⁄
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑔= ( ) −1
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙
Namun demikian asumsi pertumbuhan konstan itu dapat menjadi tidak realistis dan
menyesatkan sehingga banyak praktisi menyesuaikan DDM pertumbuhan konstan dengan
mengasumsikan pertumbuhan itu dalam beberapa fase pertumbuhan yang berbeda
tingkatnya atau disebut Model Diskonto Dividen Multifase (Multiphase Dividend Discount
Model).
Bentuk yang paling sederhana dari DDM multifase adalah model pertumbuhan dua
tahap yang merupakan pengembangan dari persamaan DDM di atas dengan menggunakan
dua nilai g yang berbeda. Tingkat pertumbuhan yang pertama g 1 dan tingkat pertumbuhan
kedua g2 dan bila diasumsikan bahwa tingkat pertumbuhan pertama berlaku untuk empat
tahun ke depan dan tingkat pertumbuhan kedua mengacu pada tahun-tahun sesudahnya
maka persamaan DDM dimodifikasi menjadi:
𝐷0 (1 + 𝑔1 )1 𝐷0 (1 + 𝑔1 )2 𝐷0 (1 + 𝑔1 )3 𝐷0 (1 + 𝑔1 )4 𝐷0 (1 + 𝑔2 )5
𝑃= + + + +
(1 + 𝑟)1 (1 + 𝑟)2 (1 + 𝑟)3 (1 + 𝑟)4 (1 + 𝑟)5
𝐷0 (1 + 𝑔2 )6
+ +⋯
(1 + 𝑟)6
Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 58
Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
Persamaan di atas disederhanakan lagi menjadi:
𝐷0 (1 + 𝑔1 )1 𝐷0 (1 + 𝑔1 )2 𝐷0 (1 + 𝑔1 )3 𝐷0 (1 + 𝑔1 )4
𝑃= + + + + 𝑃4
(1 + 𝑟)1 (1 + 𝑟)2 (1 + 𝑟)3 (1 + 𝑟)4
Oleh karena dividen sesudah tahun keempat dianggap bertumbuh dengan tingkat
konstan (g2) selamanya maka nilai saham pada akhir tahun keempat (yaitu P4) ditentukan
dengan rumus DDM tingkat pertumbuhan konstan dengan mensubstitusikan 𝐷0 (1 + 𝑔1)4
dengan D0 (sebab periode 4 adalah periode dasar untuk nilai pada akhir tahun keempat)
dan g2 untuk tingkat konstan g, sehingga persamaan menjadi:
𝐷0 (1 + 𝑔1 )1 𝐷0 (1 + 𝑔1 )2 𝐷0 (1 + 𝑔1 )3 𝐷0 (1 + 𝑔1 )4
𝑃= + + +
(1 + 𝑟)1 (1 + 𝑟)2 (1 + 𝑟)3 (1 + 𝑟)4
1 𝐷0 (1 + 𝑔1 )4 (1 + 𝑔2)
+ [ ( )]
(1 + 𝑟)4 𝑟 − 𝑔2
Dari hasil proses valuasi saham ini akan didapatkan suatu estimasi nilai saham yang
yang akan dibandingkan dengan nilai atau harga saham yang berlaku. Jika harga saham
lebih rendah daripada harga wajar yang diperoleh dari perhitungan melalui DDM maka
sahamnya dianggap layak diinvestasikan karena bersifat undervalued. Sebaliknya jika nilai
nominal lebih tinggi daripada harga yang diperoleh dari DDM ini maka saham itu dikatakan
overvalued atau terlalu mahal karena imbal hasilnya tidak sebanding dengan investasi yang
ditanamkan. Sedangkan nilai saham yang sama atau mendekati nilai nominal dikatakan
sebagai nilai yang wajar (fairly valued).
160,00 100.000
140,00 90.000
80.000
120,00
70.000
100,00 60.000
80,00 50.000
60,00 40.000
30.000
40,00
20.000
20,00 10.000
0,00 -
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Dividen (Rp milyar) 81,46 119,03 71,75 82,07 86,83 124,81 152,64 136,50 156,11 151,61 72,13
Dividen per saham (Rp) 83.036 96.254 52.356 53.206 37.752 32.764 34.968 29.246 33.107 30.158 14.348
Dividen (Rp milyar) Dividen per saham (Rp)
Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember
2009-2018, Notulen RUPS 2019. Data Diolah.
Dari hasil proses valuasi saham Bank Kalsel yang dilakukan di sini berdasarkan
data-data di atas didapatkan suatu estimasi nilai saham yang diperoleh dengan
menggunakan dividend discount model (DDM). Estimasi nilai saham ini akan dibandingkan
dengan nilai atau harga saham namun oleh karena saham Bank Kalsel tidak
diperdagangkan di bursa maka nilai patokan yang digunakan adalah nilai nominal per
lembar saham yang saat ini yaitu sebesar Rp 250.000 per lembar saham.
6.3. Perhitungan Nilai Wajar Saham Bank Kalsel dengan Model Proyeksi Laba
Bersih Historis
Model DDM dalam analisis ini memproyeksikan dividen berdasarkan pola proyeksi
atas laba bersih yang menjadi dasar bagi penetapan pembagian dividen. Dari data laba
bersih yang diperoleh dari Laporan Keuangan Bank Kalsel diperoleh data yang kemudian
diproyeksikan untuk 10 tahun ke depan seperti diperlihatkan pada Gambar 11. Terdapat
dua skenario dari proyeksi ini yaitu Skenario 1 yang bersifat moderat dimana terjadi
pertumbuhan laba diproyeksikan berdasarkan data laba bersih historis selama 10 tahun
terakhir. Pertumbuhan laba yang diproyeksikan ini bernilai positif meskipun kecil yaitu g
sebesar 3,94%. Di lain pihak terdapat juga Skenario 2 yang lebih optimistik berdasarkan
Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2009-
2018, Rencana Bisnis PT BPD Kalimantan Selatan 2020-2022. Data Diolah.
Proyeksi dividen seperti terlihat pada Gambar 14 terbagi dalam dua skenario sama
seperti proyeksi laba bersih yaitu Skenario 1 yang moderat dan Skenario 2 yang lebih
optimistik. Dengan proyeksi dividen mengandalkan data laba bersih, pada Skenario 1
didapatkan pertumbuhan dividen konstan sebesar 2,32%. Sedangkan pada Skenario 2
pertumbuhan dividennya lebih tinggi yaitu 13,85% dengan mengasumsikan adanya
kenaikan signifikan di tahun 2020 sebesar 67,55% dan ada pertumbuhan konstan sejak
tahun 2021 sebesar 6,53%. Skenario 2 ini mengasumsikan adanya peningkatan kinerja
50.000 47.188
45.392
43.531
45.000 41.594
39.566
40.000 37.428
35.151
33.804
35.000
30.030
30.000 26.698
24.040
25.000
20.000
14.348
15.000
18.053
17.599
17.145
16.691
16.237
15.784
15.330
14.876
14.422
14.348
13.968
13.514
10.000
5.000
-
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
Skenario 1 Skenario 2
Perhitungan atas nilai wajar atas saham Bank Kalsel dengan model proyeksi dividen
berdasarkan proyeksi laba bersih dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
Tabel 7 - Perhitungan Nilai Wajar atas Saham Bank Kalsel dengan Model Proyeksi Dividen
Historis
Uraian Skenario 1 Skenario 2
Tingkat Pertumbuhan g = 2,32% g1 = 67,55%
Tahunan Majemuk (g) g2 = 6,53%
Tingkat Diskonto (r) r = 8,44% r = 8,44%
Model Perhitungan Constant Growth Dividend Multiphase Dividend
Discount Model Discount Model dengan dua
tahap pertumbuhan
Nilai Wajar Rp 221.093 Rp 1.263.030
Penilaian Overvalued Undervalued
Sumber: Data diolah.
Tampak bahwa dalam model ini untuk Skenario 1 didapatkan nilai wajar di bawah
nilai nominal saham Bank Kalsel sebesar Rp 250.000 yaitu sebesar Rp 221.093 atau bersifat
Berdasarkan hasil analisis investasi yang dikemukakan di depan maka dapat ditarik
sintesis yaitu bahwa dengan analisis menggunakan model proyeksi laba bersih dan DDM
didapatkan bahwa investasi penyertaan saham pada Bank Kalsel akan menguntungkan
pada kondisi di mana kinerja benar-benar meningkat secara signifikan sesuai dengan
sasaran dari rencana manajemen seperti diproyeksikan berdasarkan rencana bisnis yang
ditetapkan. Investasi ini bernilai Rp 1.263.030 jauh lebih tinggi dari nilai nominal
sahamnya yang sebesar Rp 250.000 per lembar saham. Hasil analisis ini berimplikasi
bahwa bila investasi dengan penambahan penyertaan modal pada Bank Kalsel benar-benar
dilaksanakan, tuntutan agar manajemen serius melaksanakan transformasi guna
perbaikan kinerja yang berkelanjutan mutlak diperlukan.
7.1. Kesimpulan
Analisis atas kinerja Bank Kalsel menunjukkan terdapat terdapat peningkatan pesat
dalam jumlah aset dan dana pihak ketiga yang dikelola Bank Kalsel. Meski demikian
tekanan dinamika dunia bisnis perbankan menekan kinerja bank ini. Untuk meningkatkan
dan mempertahankan posisi dan kinerja Bank Kalsel sebagai bank daerah maka perlu
dukungan dari segenap pemegang saham. Perlu langkah kehati-hatian dalam pengelolaan
bank ini agar kemampuan perusahaan tetap dapat memenuhi kewajibannya membagikan
dividen kepada pemegang saham di masa depan.
7.2. Rekomendasi
Berdasarkan analisis yang dilaporkan dalam naskah ini ada beberapa hal yang dapat
disarankan bagi Pemerintah Kabupaten Tanah Laut sehubungan dengan rencana
penambahan penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Tanah Laut pada PT Bank Kalsel
yang mencakup hal-hal berikut ini:
Bank Indonesia. 2012. Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 10 No. 1. Desember 2011.
Jakarta.
Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan. 2010. Laporan Tahunan Tahun 2009.
Banjarmasin.
Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan. 2011. Laporan Tahunan Tahun 2010.
Banjarmasin.
Fabozzi, Frank J. dan Harry M. Markowitz (ed.). 2010. The Theory and Practice of
Investment Management. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.
Fabozzi, Frank J. dan Pamela Peterson Drake. 2009. Finance: capital markets, financial
management, and investment management. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New
Jersey.
Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 12 No. 1. Desember
2013. Jakarta.
Otoritas Jasa Keuangan. 2017. Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 15 No. 1. Desember
2016. Jakarta.
Otoritas Jasa Keuangan. 2019. Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 17 No. 1. Desember
2018. Jakarta.
PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan. 2019. Rencana Bisnis Bank PT Bank
Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan. Banjarmasin.