Anda di halaman 1dari 69

NASKAH AKADEMIK

KAJIAN KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN


PENYERTAAN MODAL OLEH PEMERINTAH KABUPATEN
TANAH LAUT PADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH
KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH LAUT


2019
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH AKADEMIK

KAJIAN KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL


OLEH PEMERINTAH KABUPATEN TANAH LAUT PADA PT BANK
PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN SELATAN

Yang diajukan oleh:

Tim Penasihat Investasi – LP2M STIE Indonesia Banjarmasin

Dr. Yanuar Bachtiar, S.E., M.Si.


Dr. Riswan Yudhi Fahrianta, S.E., M.Si.
Meldasari Said, S.IP., M.Si.
Tri Ramaraya Koroy, S.E., M.Si., Ph.D., Ak.
Roesmansyah Darman, S.Sos.
Normalina, S.Sos., M.M.
Ari Irawan, S.E., M.M.

Ketua Tim Penyusun, Tanggal Desember 2019

Dr. Yanuar Bachtiar, S.E., M.Si.


NIDN. 0023016801

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 1


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pemerintah Kabupaten Tanah Laut selama ini telah berpartisipasi dalam bentuk
penyertaan modal kepada PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan (selanjutnya
disebut Bank Kalsel) dan bermaksud untuk melakukan penambahan penyertaan modal
pada Bank Kalsel. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Tanah Laut akan melanjutkan
menerapkan pola investasi langsung dalam bentuk penyertaan modal daerah. Kajian atas
aspek dan perundang-undangan terkait menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah dalam
rangka melaksanakan otonomi daerah dapat melakukan upaya untuk menambah sumber
pendapatan daerah guna meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kegiatan
pembangunan dalam bidang perekonomian melalui penambahan penyertaan modal
pemerintah daerah kepada BUMD. Dalam pelaksanaan penyertaan modal pemerintah
daerah kepada BUMD terdapat beberapa ketentuan. Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten
Tanah Laut telah memenuhi persyaratan secara legal untuk melakukan penambahan
penyertaan modal pada PT Bank Kalsel. Hal itu mencakup (a) dana untuk penyertaan
modal yang harus berasal dari surplus APBD telah tersedia; (b) penyertaan modal yang
harus ditetapkan melalui Peraturan Daerah dapat dilakukan; dan (c) penyertaan modal
Daerah untuk penambahan modal dilaksanakan setelah dilakukan analisis investasi oleh
Pemerintah Daerah dan tersedianya rencana bisnis BUMD dipenuhi melalui naskah ini.

Analisis atas kinerja Bank Kalsel menunjukkan terdapat peningkatan pesat dalam
jumlah aset dan dana pihak ketiga yang dikelola Bank Kalsel meski dinamika dunia bisnis
perbankan menekan kinerja bank ini. Kondisi ini memerlukan langkah antisipasi yang
efektif. Untuk menghadapi hal ini, manajemen Bank Kalsel telah berkomitmen untuk
melaksanakan Kerangka Program Transformasi dengan melakukan Growth Acceleration
berupa penguatan pada bisnis inti bank pada beberapa bidang. Analisis investasi dengan
menggunakan model proyeksi laba bersih menunjukkan bahwa investasi ini akan
menguntungkan pada kondisi di mana kinerja benar-benar meningkat secara signifikan
sesuai dengan sasaran dari rencana bisnis tersebut. Bila hal tersebut diimplementasikan,
investasi ini bernilai Rp 1.263.030 per lembar saham lebih tinggi dari nilai nominal sebesar
Rp 250.000 per lembar saham. Hasil analisis ini berimplikasi bahwa bila investasi dengan
penambahan penyertaan modal pada Bank Kalsel benar-benar dilaksanakan, tuntutan agar
manajemen serius melaksanakan transformasi guna perbaikan kinerja yang sungguh-
sungguh mutlak diperlukan.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 2


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
KATA SAMBUTAN

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dengan memanjatkan Syukur Alhamdulillah, berkat petunjuk dan


kehendakNya jualah saya menyambut baik adanya Naskah Akademik
Penambahan Penyertaan Modal Daerah oleh Pemerintah Kabupaten
Tanah Laut pada PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan.
Melalui naskah akademik ini disajikan analisis investasi atas rencana
penambahan penyertaan modal tersebut.
Pemerintah Kabupaten Tanah Laut berusaha memenuhi pencapaian proyeksi pendapatan
daerah selama periode 2018- 2023 yang akan terus meningkat yang salah satu upaya yang perlu
diambil adalah dengan kebijakan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Sehubungan
dengan itu diperlukan juga optimalisasi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
dengan memperkuat struktur permodalan badan usaha milik daerah (BUMD), antara lain melalui
penyertaan modal daerah (PMD). Dengan penambahan PMD ini diharapkan investasi daerah akan
semakin efektif membantu meningkatkan pendapatan daerah.
Kami berharap rencana penambahan PMD ini dapat ditindaklanjuti dengan penetapan
peraturan daerah tentang PMD pada PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan yang
merupakan BUMD utama yang selama ini berkontribusi besar bagi PAD Kabupaten Tanah Laut.
Besar harapan kami kebijakan ini dampak membantu pendanaan penyelenggaran pemerintahan
dan pembangunan daerah disamping juga meningkatkan kemampuan kinerja BUMD dalam
perekonomian daerah.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Pelaihari, Desember 2019

BUPATI TANAH LAUT,

H. SUKAMTA

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 3


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
izinNya jualah Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal
Daerah oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Laut pada PT Bank
Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan ini dapat diselesaikan
sesuai dengan harapan kita.

Naskah akademik ini memuat analisis investasi yang diperlukan sebagai persyaratan untuk
melakukan penambahan penyertaan modal daerah (PMD) pada BUMD sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan investasi daerah. Naskah ini disusun sehingga berisikan
tinjauan aspek hukum dan perundangan-undangan terkait dengan PMD dan mengevaluasi apakah
persyaratan yang diminta telah dipenuhi. Di samping juga dilakukan analisis investasi atas BUMD
yang dituju yaitu PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan dengan menilai kinerja
keuangannya dan menelaah rencana bisnisnya. Selanjutnya dilakukan penilaian atau valuasi
investasi apakah investasi melalui PMD ini layak secara keuangan dan apa saja kondisi
pendukungnya. Atas dasar analisis itu dapat diambil pertimbangan tentang keputusan melakukan
investasi melalui PMD ini.

Naskah akademik ini disadari belum sempurna tetapi paling tidak dapat menjadi acuan dalam
menindaklanjuti rencana penambahan PMD dimaksud. Kepada semua pihak yang turut
berpartisipasi dalam penyusunan kajian ini, kami ucapkan banyak terima kasih.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Pelaihari, Desember 2019

Kepala Bagian Perekonomian Pembangunan,

MUHAMMAD YUSRAN, S.Sos.,M.I.Kom

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 4


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan .................................................................................................................................................................. 8
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................................................... 8
1.2. Dasar Hukum............................................................................................................................................. 9
1.3. Tujuan ........................................................................................................................................................ 10
1.4. Ruang Lingkup....................................................................................................................................... 10
1.5. Hasil yang Diharapkan ....................................................................................................................... 10
1.6. Sistematika Kajian ............................................................................................................................... 10
2. Tinjauan Aspek Hukum dan Perundang-Undangan atas Penambahan Penyertaan
Modal pada PT Bank Kalsel oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Laut .................................. 12
2.1. Hukum dan Perundangan-undangan Terkait Penyertaan Modal pada Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) .......................................................................................................... 12
2.2. Penilaian Persyaratan Legal Penambahan Penyertaan Modal pada PT Bank Kalsel
oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Laut .................................................................................. 22
3. Latar Belakang Organisasi PT Bank Kalsel .............................................................................................. 24
3.1. Kondisi Umum Organisasi PT Bank Kalsel............................................................................... 24
3.2. Produk dan Jasa yang Diberikan ................................................................................................... 28
3.3. Anak Usaha atau Penyertaan Modal pada Perusahaan Lain ........................................... 34
3.4. Pemegang Saham Perusahaan ....................................................................................................... 35
4. Analisis Kinerja PT Bank Kalsel ..................................................................................................................... 36
4.1. Analisis Kinerja Permodalan dan Aset ....................................................................................... 38
4.2. Analisis Likuiditas ................................................................................................................................ 40
4.3. Analisis Efisiensi Usaha ..................................................................................................................... 42
4.4. Analisis Rentabilitas ........................................................................................................................... 44
4.5. Sintesis atas Analisis Kinerja Bank Kalsel ................................................................................ 46
5. Rencana Bisnis PT Bank Kalsel ....................................................................................................................... 48
5.1. Strategi dan Arah Kebijakan Utama Bank ................................................................................ 48
5.2. Rencana Jangka Pendek dan Menengah .................................................................................... 52
5.3. Proyeksi Keuangan Bank 2019-2022 ......................................................................................... 53
6. Analisis Investasi Atas Penambahan Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Tanah
Laut pada PT Bank Kalsel ................................................................................................................................... 56
6.1. Dasar Teoritis Analisis Investasi .................................................................................................. 56
6.2. Data Dasar Model Proyeksi Dividen Bank Kalsel .................................................................. 59
6.3. Perhitungan Nilai Wajar Saham Bank Kalsel dengan Model Proyeksi Laba Bersih
Historis...................................................................................................................................................... 61
6.4. Sintesis atas Hasil Analisis Investasi........................................................................................... 64
7. Kesimpulan dan Rekomendasi ........................................................................................................................ 65
7.1. Kesimpulan ............................................................................................................................................. 65
7.2. Rekomendasi .......................................................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................................................ 67

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 5


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
DAFTAR TABEL

Tabel 1 - Realisasi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tanah Laut 2017-2020 (dalam
jutaan rupiah) ........................................................................................................................ 23
Tabel 2 - Perkembangan Jaringan Kantor PT Bank Kalsel ................................................................. 27
Tabel 3 - Penyertaaan Modal oleh PT Bank Kalsel ............................................................................. 34
Tabel 4 - Pemegang Saham PT Bank Kalsel ........................................................................................ 35
Tabel 5 – Tingkat Pertumbuhan Aset, Kredit dan DPK Historis dan Proyeksi ................................. 53
Tabel 6 - Perhitungan Tingkat Diskonto Bank Kalsel Berdasarkan CAPM ....................................... 61
Tabel 7 - Perhitungan Nilai Wajar atas Saham Bank Kalsel dengan Model Proyeksi Dividen Historis
................................................................................................................................................ 63

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 6


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 - Perkembangan Aset, Dana Pihak Ketiga dan Ekuitas Bank Kalsel 2009-2018.............. 36
Gambar 2 - Perkembangan dan Pertumbuhan Pendapatan dan Laba Bersih PT Bank Kalsel ......... 37
Gambar 3 - Perkembangan CAR dan Aset Tetap terhadap Modal Bank Kalsel ................................. 39
Gambar 4 - Perkembangan NPL Bank Kalsel ...................................................................................... 40
Gambar 5 - Perkembangan LDR Bank Kalsel ...................................................................................... 41
Gambar 6 - Perkembangan Rasio Efisiensi Usaha dengan BOPO Bank Kalsel .................................. 43
Gambar 7 - Perkembangan Net Interest Margin (NIM) Bank Kalsel 2012-2018 .............................. 44
Gambar 8 - Perkembangan ROA Bank Kalsel ...................................................................................... 45
Gambar 9 - Perkembangan ROE Bank Kalsel 2009-2018 .................................................................. 46
Gambar 10 – Proyeksi Aset, DPK dan Kredit 2019-2022 ................................................................... 54
Gambar 11 – Proyeksi Kinerja Bank 2019-2022 ................................................................................ 55
Gambar 12 - Perkembangan Pembayaran Dividen Bank Kalsel 2009-2019 .................................... 60
Gambar 13 - Proyeksi Laba Bersih Bank Kalsel .................................................................................. 62
Gambar 14 - Proyeksi Penerimaan Dividen Bank Kalsel Berdasarkan Laba Bersih ........................ 63

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 7


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pemerintah Kabupaten Tanah Laut selama ini telah berpartisipasi dalam bentuk
penyertaan modal kepada PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan (selanjutnya
disebut Bank Kalsel). Terakhir kali Pemerintah Kabupatan Tanah Laut telah melakukan
penambahan penyertaan modal ke Bank Kalsel, dengan melakukan perubahan pada
besaran nominal penambahan penyertaan modal yang terakhir diatur dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 6 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Daerah Kabupaten tanah Laut Nomor 15 Tahun 2008 tentang Penambahan
Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Tanah Laut kepada Perusahaan Daerah Bank
Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan. Dengan peraturan ini maka seluruh penyertaan
modal Pemerintah Kabupaten Tanah Laut kepada Bank Kalsel sejak tahun 2014 menjadi
sebesar Rp 85.374.367.703 dengan jumlah lembar saham sebanyak 341.497 atau dengan
persentase kepemilikan sebesar 6,79%.

Pemerintah Kabupaten Tanah Laut bermaksud untuk melakukan penambahan


penyertaan modal pada Bank Kalsel. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Tanah Laut akan
melanjutkan menerapkan pola investasi langsung dalam bentuk penyertaan modal daerah
kepada Perseroan Terbatas Bank Kalimantan Selatan. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan
Investasi Pemerintah Daerah investasi langsung adalah penyertaan modal dan/atau
pemberian pinjaman oleh pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan usaha.
Penyertaan modal daerah dalam bentuk uang adalah bentuk investasi pemerintah daerah
pada Badan Usaha dengan mendapat hak pemilikan. Bentuk ini bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian daerah, meningkatkan
pendapatan daerah, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Apabila ditinjau dari
manfaatnya mencakup: 1) keuntungan sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu
berupa deviden, bunga dan pertumbuhan nilai perusahaan daerah yang mendapatkannya;
2) peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi sejumlah tertentu dalam

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 8


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
jangka waktu tertentu; 3) peningkatan penerimaan daerah dalam dalam jangka waktu
tertentu sebagai akibat langsung dari investasi dari investasi bersangkutan; 4) peningkatan
penyerapan tenaga kerja sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu; dan 5)
peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai akibat dari investasi daerah.

Dalam rangka untuk mengimplementasikan program tersebut agar dapat terarah


sesuai rencana diperlukan kajian akademis berupa analisis investasi sebagai landasan yang
valid dan dapat dipertanggungjawabkan yang dapat dipergunakan sebagai basis
perumusan dan implementasi pelaksanaan program penyertaan modal daerah kepada PT
Bank Kalsel. Penyusunan kajian akademik ini dilakukan ini sebagaimana yang
dipersyaratkan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 52 Tahun
2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Pemerintah Daerah. Dalam Permendagri ini
diatur bahwa pada tahap perencanaan ada keharusan bahwa pengelola investasi
menyusun analisis investasi pemerintah daerah sebelum melakukan investasi. Penyusunan
analisis investasi pemerintah daerah itu dilakukan oleh penasehat investasi pemerintah
daerah yang independen dan profesional, dan ditetapkan oleh Kepala Daerah (Pasal 16).

1.2. Dasar Hukum

Penyusunan kajian naskah akademik ini didasarkan pada peraturan dan


perundang-undangan sebagai berkut:

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana


telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pengelolaan Investasi Pemerintah Daerah.
4. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 6 Tahun 2014 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten tanah Laut Nomor 15 Tahun 2008 tentang

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 9


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
Penambahan Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Tanah Laut kepada
Perusahaan Daerah Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan.

1.3. Tujuan

Tujuan dari penyusunan Naskah Kajian Penambahan Penyertaan Modal Daerah ini
adalah memberikan landasan bagi perumusan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Laut
yang mengatur penambahan penyertaan modal daerah kepada PT Bank Kalsel.

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan dalam kajian ini sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 52 Tahun 2012 mencakup hal-hal:
1. analisis kelayakan, yaitu analisis kebijakan investasi berdasarkan kebutuhan daerah,
aspek peraturan perundang-undangan, aspek operasional dan aspek keuangan.
2. analisis portofolio, yaitu analisis atas kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset,
baik berupa aset riil maupun aset finansial yang dimiliki oleh pemerintah daerah
sebagai investor yang tujuannya adalah menurunkan risiko dan menghasilkan
pendapatan sesuai dengan tujuan investasi.
3. analisis risiko, yaitu analisis atas risiko yang dihadapi oleh investasi yang dilakukan
pemerintah daerah dan efektivitas cara memitigasinya.

1.5. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari kegiatan penyusunan ini adalah agar tersedianya
naskah akademis dalam bentuk buku dokumen naskah akademik yang valid dan dapat
dipertanggungjawabkan yang dapat dipergunakan sebagai basis perumusan dan imple-
mentasi pelaksanaan penambahan penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Tanah Laut
kepada PT Bank Kalsel.

1.6. Sistematika Kajian

Naskah akademis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 10


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, tujuan, ruang lingkup, hasil
yang diharapkan, pelaksana dan metode kegiatan.
BAB 2 TINJAUAN ASPEK HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN
Bab ini membahas tentang berbagai aspek hukum dan perundangan-
undangan terkait dengan penyertaan (dan penambahan) modal oleh
pemerintah daerah pada badan usaha milik daerah (BUMD). Berbagai hukum
dan peraturan yang relevan ditelaah dan dipertimbangkan dalam menilai
aspek legalitas penambahan penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah.
BAB 3 LATAR BELAKANG ORGANISASI PT BANK KALSEL
Bab ini menguraikan informasi umum organisasi pada PT Bank Kalsel yang
mencakup sejarah organisasi dan aspek operasional.
BAB 4 ANALISIS KINERJA
Bab ini menguraikan kinerja keuangan Bank Kalsel yang menjadi dasar
analisis investasi.
BAB 5 RENCANA BISNIS PT BANK KALSEL
Bab ini menguraikan rencana bisnis Bank Kalsel untuk meningkatkan
kinerjanya.
BAB 6 ANALISIS INVESTASI ATAS PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL OLEH
PEMERINTAH DAERAH
Bab ini berisikan mengenai analisis atas atas investasi dari kebijakan
penambahan penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Tanah Laut
berdasarkan aspek keuangan.
BAB 7 PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan rekomendasi yang dapat diberikan dari
hasil analisis yang dilakukan di bab-bab sebelumnya.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 11


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
2. Tinjauan Aspek Hukum dan Perundang-
Undangan atas Penambahan Penyertaan Modal
pada PT Bank Kalsel oleh Pemerintah
Kabupaten Tanah Laut
Pada bagian ini dibahas mengenai aspek hukum dan perundangan-undangan terkait
dengan penyertaan (dan penambahan) modal oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Laut
pada PT Bank Kalsel sebagai badan usaha milik daerah (BUMD). Pada bagian pertama
ditelaah berbagai hukum dan peraturan yang relevan dalam menilai aspek legalitas
penambahan penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah. Bagian selanjutnya membahas
pemenuhan persyaratan-persyaratan tersebut oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Laut
dalam rangkat menambah penyertaan modal pada PT Bank Kalsel.

2.1. Hukum dan Perundangan-undangan Terkait Penyertaan Modal pada Badan


Usaha Milik Daerah (BUMD)

Dalam rangka melaksanakan otonomi daerah, Pemerintah Daerah memerlukan


langkah dan upaya untuk menambah sumber pendapatan daerah guna meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan kegiatan pembangunan dalam bidang perekonomian.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan melakukan penyertaan modal pada Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD). Dengan demikian BUMD memiliki kedudukan sangat penting dan
strategis dalam menunjang pelaksanaan otonomi. Oleh karenanya, BUMD perlu dioptimal-
kan pengelolaannya agar benar-benar menjadi kekuatan ekonomi yang handal sehingga
dapat berperan aktif, baik dalam menjalankan fungsi dan tugasnya maupun sebagai
kekuatan perekonomian daerah.

Pemerintah Daerah sebagai pemilik BUMD dapat memberikan bantuan finansial,


salah satunya melalui penyertaan modal. Penyertaan modal berperan penting pada tahap
awal pembentukan perusahaan karena dana dapat digunakan untuk pembangunan dasar
yang menunjang operasional bisnis perusahaan, misalnya untuk pembangunan
infrastruktur yang terkait dengan operasional perusahaan. Pemberian dana penyertaan
Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 12
Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
modal ini sebagai upaya bantuan keuangan bagi perusahaan daerah yang bersumber dari
uang publik yang dikelola Pemerintah Daerah dalam keuangan daerah.

Penyertaan modal didefinisikan secara umum sebagai suatu usaha untuk memiliki
perusahaan yang baru atau yang sudah berjalan, dengan melakukan setoran modal ke
perusahaan tersebut. Penyertaan modal Pemerintah Daerah adalah pengalihan
kepemilikan kekayaan Daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan
menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham daerah.
Penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah pada dasarnya merupakan bagian dari
investasi dalam bentuk pemberian modal, baik penyertaan modal awal maupun
penambahan modal untuk upaya peningkatan kemampuan organisasi/perusahaan dalam
melakukan kegiatan operasionalnya. Modal dapat diartikan sebagai akumulasi dari
ketersediaan sumber daya yang berkontribusi pada perputaran barang dan jasa yang lebih
luas dalam waktu tertentu untuk menyediakan keberlanjutan tingkat konsumsi yang lebih
tinggi untuk permintaan (kebutuhan) yang penting. Untuk itu pemerintah memiliki peran
sebagai agen pendorong aktif dalam kapasitas sebagai penyelamat (pemberian bantuan
keuangan) ataupun pengusaha (mengelola badan usaha tertentu), serta berperan pula
sebagai pengontrol atau pengarah dalam kegiatan ekonomi tertentu.

Untuk mencapai tujuan tersebut, penyertaan modal Pemerintah Daerah dilak-


sanakan berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang transparan dan akuntabel.
Penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah dapat dilakukan kepada Badan Usaha Milik
Pemerintah dan/atau milik swasta dengan cara penambahan, pengurangan, penjualan
kepada pihak lain, dan pengalihan kepada BUMD sesuai peraturan perundang-undangan.
Investasi Pemerintah Daerah cenderung diberikan kepada BUMD yang memiliki misi
sebagai agent of development. Negara terlibat dalam perekonomian masyarakat dengan
mengelola sumber daya untuk kemakmuran rakyat yang bertanggungjawab sebagai
penyedia pelayanan publik dan biasanya dibebankan kepada perusahaan publik.

Dalam pelaksanaan investasi daerah terdapat lima prinsip yang penting (Abdul
Halim dan Muhammad Iqbal, 2019), yaitu:

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 13


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
a. Legalitas
Pemerintah Daerah yang mendapatkan legitimasi dari masyarakat wajib bertanggung-
jawab atas setiap kebijakan dan tindakan sesuai peraturan yang ada. Begitu pula
dengan investasi daerah harus berdasarkan perangkat perundang-undangan yang
berlaku. Investasi jangka pendek tidak perlu mendapatkan persetujuan lembaga
legislatif, namun hanya cukup dengan peraturan yang ada. Investasi yang bersifat
jangka panjang, keputusan Pemerintah Daerah harus mendapatkan persetujuan
melalui lembaga legislatif.
b. Keamanan
Keputusan investasi daerah harus didasarkan pada analisis investasi agar dana publik
terbebas dari risiko kerugian.
c. Likuiditas
Fungsi likuiditas menekankan pada kemudahan dalam hal pencairan kembali agar
digunakan sewaktu-waktu saat pemerintah membutuhkan kas secara mendadak.
Namun, prinsip ini tidak berlaku bagi investasi yang tidak untuk ditarik kembali oleh
Pemerintah Daerah.
d. Keuntungan
Selain untuk menyejahterakan masyarakat, investasi daerah juga diharapkan dapat
mendatangkan keuntungan agar masuk ke kas daerah.
e. Kesesuaian
Pemilihan investasi harus menyesuaikan dengan peraturan yang terkait agar tidak ada
yang mempersoalkan secara hukum pilihan tersebut.

Secara lebih rinci pada bagian ini diuraikan pengaturan mengenai pelaksanaan
penyertaan modal Pemerintah Daerah dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang
saling berkaitan yaitu sebagai berikut:

a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


UU Nomor 17 Tahun 2003 mengatur bahwa penyertaan modal pada Perusahaan
Negara/Daerah berasal dari surplus anggaran, surplus penerimaan negara/daerah
dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara/daerah tahun anggaran

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 14


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
berikutnya, penggu-naan surplus penerimaan negara/daerah membentuk dana
cadangan atau penyer-taan pada Perusahaan Negara/Daerah harus memperoleh
persetujuan terlebih dahulu dari DPR/DPRD. UU Nomor 17 Tahun 2003 juga
mengatur bab mengenai hubungan keuangan antara pemerintah dan perusahaan
negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta, serta badan pengelola dana
masyarakat, pada bab tersebut ditentukan bahwa pemerintah dapat memberikan
pinjaman/hibah/penyertaan modal kepada dan menerima pinjaman/hibah dari
perusahaan negara/daerah, dan pemberian pinjaman/hibah/penyertaan modal dan
penerimaan pinjaman/hibah terlebih dahulu ditetapkan dalam APBN/APBD, dan
dalam keadaan tertentu, untuk penyelamatan perekonomian nasional, Pemerintah
Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau melakukan penyertaan modal kepada
perusahaan swasta setelah mendapat persetujuan DPR.

b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara


Pasal 41 UU Nomor 1 Tahun2004 menyatakan bahwa pemerintah dapat melakukan
investasi jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan/atau
manfaat lainnya, investasi tersebut dilakukan dalam bentuk saham, surat utang, dan
investasi langsung. Penyertaan modal pemerintah pusat pada perusahaan
negara/daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan pemerintah, sedangkan
penyertaan modal Pemerintah Daerah pada perusahaan negara/daerah/swasta
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

c. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas


UU Nomor 40 Tahun 2007 mensyaratkan bahwa pendirian badan hukum negara atau
daerah wajib ditetapkan melalui peraturan. Hal tersebut ditegaskan dalam
penjelasan Pasal 8 ayat (2) huruf a, yang menyatakan bahwa dalam hal pendiri adalah
badan hukum negara atau daerah, diperlukan Peraturan Pemerintah tentang
penyertaan dalam Perseroan atau Peraturan Daerah tentang penyertaan daerah
dalam Perseroan.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 15


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
d. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
UU Nomor 23 Tahun 2014 mengatur bahwa Pemerintah Daerah dapat melakukan
penyertaan modal pada suatu BUMD dan/atau milik swasta, penyertaan modal dapat
ditambah, dikurangi, dijual kepada pihak lain, dan/atau dapat dialihkan kepada
BUMD, dan penyertaan modal dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Lebih spesifik, berdasarkan Pasal 304 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2014
dinyatakan bahwa Daerah dapat melakukan penyertaan modal pada badan usaha
milik negara dan/atau BUMD. Penyertaan modal Daerah dapat dilakukan untuk
pembentukan BUMD dan penambahan modal BUMD. Penyertaan modal Daerah itu
dapat berupa uang dan barang milik Daerah. Berdasarkan peraturan perundang-
undangan dinyatakan bahwa setiap penyertaan modal atau penambahan penyertaan
modal kepada perusahaan daerah harus diatur dalam Peraturan Daerah (Perda)
tersendiri tentang penyertaan atau penambahan modal.

Penyertaan modal Pemerintah Daerah itu sendiri dapat dilaksanakan apabila jumlah
yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam
Peraturan Daerah tentang penyertaaan modal daerah. Penyertaan modal oleh
Pemerintah Daerah bersumber dari APBD tahun anggaran berjalan pada saat
penyertaan atau penambahan penyertaan modal tersebut dilakukan. Penyertaan
modal Pemerintah Daerah dapat berasal dari APBD dengan syarat APBD
diperkirakan surplus, dan barang milik daerah. Konsekuensi dari penyertaan
modal Pemerintah Daerah yang dilakukan dalam bentuk uang dan barang milik
daerah merupakan bentuk investasi Pemerintah Daerah pada badan usaha BUMD
dengan mendapatkan hak kepemilikan, sehingga terjadi pengalihan kepemilikan
uang dan barang milik daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak
dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai
modal/saham daerah pada BUMD.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 16


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
Terdapat berbagai pengaturan yang perlu diperhatikan mengenai penyertaan modal
Pemerintah Daerah ini di mana seluruh peraturan tersebut perlu diperhatikan agar
penyertaan modal memenuhi asas-asas fungsional, kepastian hukum, efisiensi,
akuntabilitas, dan kepastian nilai. Selanjutnya Pasal 305 Ayat (1) mengatur bahwa
dalam kondisi APBD surplus maka dapat digunakan untuk pengeluaran pembiayaan
daerah yang ditetapkan dalam perda. Pengeluaran pembiayaan ini digunakan untuk
pembiayaan: (1) pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo; (2) penyertaan
modal daerah; (3) pembentukan dana cadangan; serta (4) pengeluaran pembiayaan
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Daerah
PP Nomor 58 Tahun 2005 mendefinisikan investasi adalah penggunaan aset untuk
memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, dividen, royalti, manfaat sosial
dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Investasi jangka panjang yang
dimaksud merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 bulan,
yang terdiri dari investasi permanen dan non permanen. Investasi permanen
dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk
diperjualbelikan atau tidak ditarik kembali sedangkan investasi non permanen
dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjual
belikan atau ditarik kembali.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun
2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008
tentang Investasi Pemerintah (PP 49/2011)
Menurut PP ini, penyertaan modal merupakan bagian dari investasi langsung oleh
badan investasi pemerintah untuk membiayai kegiatan usaha. Investasi langsung
dapat dilakukan dengan cara:

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 17


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
1) kerjasama investasi antara Badan Investasi Pemerintah dengan Badan Usaha
dan/atau BLU dengan pola kerjasama pemerintah dan swasta (Public Private
Partnership); dan/atau
2) kerjasama investasi antara Badan Investasi Pemerintah dengan Badan Usaha,
BLU, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, BLUD, dan/atau badan hukum
asing, dengan selain pola kerjasama pemerintah dan swasta (Non Public
Private Partnership).
Kemudian Pasal 1 angka 4 PP Nomor 49 Tahun 2011 memberikan definisi penyertaan
modal sebagai bentuk Investasi Pemerintah pada Badan Usaha dengan mendapat hak
kepemilikan.

g. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang


Milik Negara/Daerah
PP Nomor 27 Tahun 2014 Pasal 1 angka 21 memberikan pengertian mengenai
penyertaan modal Pemerintah Daerah, yaitu pengalihan kepemilikan Barang Milik
Negara/Daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi
kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham negara atau
daerah pada badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum
lainnya yang dimiliki negara. Lebih lanjut Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat/Daerah atas Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dalam rangka pendirian,
memperbaiki struktur permodalan dan/atau meningkatkan kapasitas usaha Badan
Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam PP ini diatur juga Penyertaan Modal Pemerintah Pusat/Daerah dapat
dilakukan dengan pertimbangan:
1) Barang Milik Negara/Daerah yang dari awal pengadaannya sesuai dokumen
penganggaran diperuntukkan bagi Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau
badan hukum lainnya yang dimiliki negara dalam rangka penugasan
pemerintah; atau

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 18


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
2) Barang Milik Negara/Daerah lebih optimal apabila dikelola oleh Badan Usaha
Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara, baik
yang sudah ada maupun yang akan dibentuk.

Penyertaan Modal Pemerintah Pusat/Daerah atas Barang Milik Negara/


Daerah dapat berupa tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan kepada
Pengelola Barang untuk Barang Milik Negara dan Gubernur/ Bupati/Walikota untuk
Barang Milik Daerah; tanah dan/atau bangunan pada Pengguna Barang; atau Barang
Milik Negara/Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

h. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik


Daerah
PP Nomor 54 Tahun 2017 pada Pasal 21 ayat (1) mengatur bahwa Penyertaan modal
Daerah dilakukan untuk:
1) Pendirian BUMD;
2) Penambahan modal BUMD; dan
3) Pembelian saham pada perusahaan perseroan Daerah lain.

Penyertaan modal tersebut dapat berupa uang dan barang milik Daerah, untuk
barang milik Daerah yang dijadikan penyertaan modal harus dilakukan penafsiran
harga barang milik Daerah, untuk mendapatkan nilai riil pada saat barang milik
Daerah tersebut dijadikan penyertaan modal Daerah.

Diatur dalam PP ini penyertaan modal Daerah dalam rangka pendirian BUMD
ditujukan untuk memenuhi modal dasar dan modal disetor, sedangkan Penyertaan
modal Daerah dalam rangka penambahan modal BUMD dilakukan untuk:

1) Pengembangan usaha;
2) Penguatan struktur permodalan; dan
3) Penugasan Pemerintah Daerah

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 19


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
Penyertaan modal Daerah untuk penambahan modal BUMD dilaksanakan setelah
dilakukan analisis investasi oleh Pemerintah Daerah dan tersedianya rencana bisnis
BUMD.

i. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman


Pengelolaan Investasi Pemerintah Daerah
Permendagri Nomor 52 Tahun 2012 ini mengatur bahwa penyertaan modal
Pemerintah Daerah termasuk ke dalam investasi langsung Pemerintah Daerah.
Menurut Permendagri ini, bentuk investasi pemerintah daerah meliputi investasi
surat berharga; dan/atau investasi langsung (Pasal 9). Lebih lanjut investasi langsung
itu meliputi penyertaan modal pemerintah daerah; dan/atau pemberian pinjaman
(Pasal 11).
Permendagri Nomor 52 Tahun 2012 membagi penyertaan modal Pemerintah Daerah
menjadi dua sesuai dengan bentuk penyertaan, yaitu:
1) Penyertaan modal daerah dalam bentuk uang adalah bentuk investasi
Pemerintah Daerah pada Badan Usaha dengan mendapat hak kepemilikan.
2) Penyertaan modal Pemerintah Daerah atas barang milik daerah adalah
pengalihan kepemilikan barang milik daerah yang semula merupakan
kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk
diperhitungkan sebagai modal/saham daerah pada badan usaha
milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum lainnya yang
dimiliki negara.

Atas investasi pemerintah daerah ini, cara pengelolaan yang harus dilakukan adalah
meliputi perencanaan investasi, pelaksanaan investasi, penganggaran, pelaksanaan
anggaran, penatausahaan anggaran dan pertanggungjawaban investasi pemerintah
daerah, divestasi; dan pengawasan. Permendagri ini dalam Pasal 14 juga mengharus-
kan investasi pemerintah daerah dapat dilaksanakan dalam hal Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diperkirakan surplus yang penggunaannya
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 20


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
Dalam Permendagri Nomor 52 Tahun 2012 ini pada tahap perencanaan ada
keharusan bahwa pengelola investasi menyusun analisis investasi pemerintah
daerah sebelum melaku-kan investasi. Penyusunan analisis investasi pemerintah
daerah itu dilakukan oleh penasehat investasi pemerintah daerah yang independen
dan profesional, dan ditetapkan oleh Kepala Daerah (Pasal 16). Permendagri Nomor
52 Tahun 2012 ini mensyaratkan dalam penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah
harus dilaksanakan berdasarkan pada analisis kelayakan, analisis portofolio dan
analisis risiko.

Berdasarkan tinjauan atas peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penyertaan


modal dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah dapat melakukan penyertaan modal
jika dipenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Pemerintah Daerah dalam rangka melaksanakan otonomi daerah dapat melakukan


upaya untuk menambah sumber pendapatan daerah guna meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan kegiatan pembangunan dalam bidang pereko-
nomian melalui pembentukan dan penyertaan modal pemerintah daerah kepada
BUMD.
2. Dalam pelaksanaan penyertaan modal pemerintah daerah kepada BUMD terdapat
beberapa ketentuan yang harus diperhatikan, yaitu:
a. dana untuk penyertaan modal harus berasal dari surplus APBD;
b. penyertaan modal harus ditetapkan melalui Peraturan Daerah;
c. penyertaan modal dapat berupa uang atau barang milik daerah, untuk barang
milik Daerah yang dijadikan penyertaan modal harus dilakukan penafsiran harga
barang milik Daerah, untuk mendapatkan nilai riil pada saat barang milik Daerah
tersebut dijadikan penyertaan modal Daerah;
d. penyertaan modal pemerintah daerah merupakan bagian dari investasi langsung
sehingga dalam penyertaan modal tersebut mensyaratkan adanya analisis
kelayakan, analisis portofolio, dan analisis risiko;

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 21


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
e. penyertaan modal Daerah untuk penambahan modal BUMD dilaksanakan setelah
dilakukan analisis investasi oleh Pemerintah Daerah dan tersedianya rencana
bisnis BUMD;
f. penyertaan modal pemerintah harus memperhatikan aspek keamanan, sehingga
keputusan penyertaan modal harus didasarkan pada analisis investasi agar dana
publik terbebas dari risiko kerugian.

2.2. Penilaian Persyaratan Legal Penambahan Penyertaan Modal pada PT Bank


Kalsel oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Laut

Peraturan perundang-undangan seperti dikemukakan di bagian sebelumnya sejauh


ini mengijinkan Pemerintah Daerah melakukan penyertaan modal dengan memperlaku-
kannya sebagai investasi jangka panjang sepanjang memenuhi persyaratan yang telah
diuraikan. Pada bagian ini akan ditelaah masing-masing persyaratan tersebut untuk
menilai apakah kondisi pada Pemerintah Kabupaten Tanah Laut telah memenuhinya
sehingga dapat melakukan penambahan penyertaan modal pada PT Bank Kalsel.

Persyaratan pertama adalah penyertaan modal Pemerintah Daerah harus berasal


dari APBD dengan syarat APBD diperkirakan surplus. Untuk menilai hal ini berikut
disajikan data terkait dengan kondisi realisasi anggaran tahun 2018 dan 2017 dan
anggaran 2019 dan rancangan anggaran 2020 seperti terlihat pada Tabel 1. Pada tabel
tersebut tampak bila dilakukan penambahan penyertaan modal pada tahun anggaran 2020
masih terdapat dana untuk pembiayaan daerah yang berasal dari surplus anggaran tahun-
tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 451,5 milyar. Adanya dana selisih lebih ini menunjuk-
kan dipenuhi syarat APBD bernilai surplus sehingga persyaratan ini dapat terpenuhi.

Persyaratan kedua adalah penyertaan modal harus ditetapkan melalui Peraturan


Daerah. Oleh karenanya adalah perlu bagi Pemerintah Kabupaten Tanah Laut bekerja sama
dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Kabupaten Tanah Laut untuk dapat menyepakai
peraturan daerah yang dimaksud. Tentu hal ini dilaksanakan dengan memenuhi tahapan
prosedur yang seharusanya.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 22


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
Persyaratan berikutnya yaitu penyertaan modal dapat berupa uang atau barang
milik daerah. Dalam hal ini untuk penyertaan pada PT Bank Kalsel, Pemerintah Kabupaten
Tanah Laut telah merencanakan penyertaan modal berupa uang yang berasal dari APBD.
Persyaratan selanjutnya adalah penyertaan modal Daerah untuk penambahan modal
BUMD dilaksanakan setelah dilakukan analisis investasi oleh Pemerintah Daerah dan
tersedianya rencana bisnis BUMD. Persyaratan ini telah dipenuhi dengan selesai naskah
kajian analisis investasi seperti yang termuat dalam dokumen ini yang di dalam sudah
dilakukan dengan tersedia rencana bisnis dari PT Bank Kalsel. Dengan demikian dapat
dikatakan semua persyaratan untuk rencana penyertaan modal Daerah untuk penambahan
modal PT Bank Kalsel telah terpenuhi.

Tabel 1 - Realisasi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tanah Laut 2017-2020
(dalam jutaan rupiah)
Uraian Realisasi Realisiasi APBD 2019 APBD 2020
APBD 2017 APBD 2018 (disesuaikan)
Pendapatan 1.364.055 1.557.958 1.449.681 1.504.841
Belanja 1.441.016 1.226.255 1.588.826 1.925.804
Transfer 178.967 175.890 n.a n.a
Surplus (Defisit) (255.928) 155.813 (139.145) (420.963)
Pembiayaan Daerah:
Penerimaan pembiayaan:
SILPA tahun sebelumnya 695.374 436.895 591.708 451.463
Pengeluaran pembiayaan:
Penyertaan modal 2.000 1.000 1.100 30.500
Pembayaran pokok
pinjaman dalam negeri 553 0 0 0
SILPA tahun berkenaan 436.893 591.708 451.463 0
Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tanah Laut 2018, RAPBD 2019 dan 2020. Data diolah.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 23


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
3. Latar Belakang Organisasi PT Bank Kalsel

Pada bagian ini akan diuraikan kondisi latar belakang organisasi PT Bank Kalsel
agar dapat menjelaskan kondisi umum yang mencakup latar belakang operasional PT Bank
Kalsel yang mencakup sejarah pendirian, perkembangan operasional dan lingkungan
bisnis PT Bank Kalsel. Selanjutnya diuraikan produk dan jasa yang diberikan, anak usaha
dan para pemegang saham perusahaan Bab ini akan memberikan pemahaman kontekstual
agar dapat melakukan analisis investasi yang tepat yang akan dibahas di Bab-bab
selanjutnya.

3.1. Kondisi Umum Organisasi PT Bank Kalsel

PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan, dahulu bernama PD Bank


Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan, didirikan berdasarkan Peraturan Daerah
Tingkat I Kalimantan Selatan Nomor 4 tanggal 25 Maret 1964 tentang Bank Pembangunan
Daerah Kalimantan Selatan. Peraturan Daerah tersebut telah disahkan oleh Menteri Dalam
Negeri dengan Surat Keputusan Nomor Des.9/20/26-64 tanggal 3 Juni 1964 dan
diundangkan dalam lembaran Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan Nomor 9 tanggal 10 Juli
1964. Bank ini telah mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 31 Maret 1965
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Urusan Bank Sentral/Gubernur Bank Indonesia
Nomor Kep. 26/UBS/65 tanggal 31 Maret 1965. Sementara itu, izin prinsip pembukaan
kantor cabang berdasarkan prinsip syariah diperoleh berdasarkan surat Bank Indonesia
(BI) Nomor 6/54/DPIP/Prz/Bjm tanggal 8 Juni 2004.

Untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai perkembangan terkini, terjadi


perubahan bentuk badan hukum dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas.
Perubahan bentuk badan hukum itu ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan Nomor 4 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan
Daerah Kalimantan Selatan dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas.
Peraturan Daerah tersebut telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan Nomor 4 tanggal 31 Mei 2011. Penyesuaian bentuk badan hukum Bank

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 24


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
menjadi Perseroan Terbatas lebih lanjut dinyatakan melalui Akta Notaris Nomor 13 tanggal
11 November 2011 di hadapan Nenny Indriani, SH, M.Kn notaris pengganti M. Farid Zain,
SH, MH, Notaris di Banjarmasin yang kemudian disahkan melalui Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU-58606.AH.01.01 Tahun 2011 tanggal 29
November 2011.

Perubahan juga menyangkut modal dasar dimana terjadi perubahan dari sebesar
Rp.1.000.000.000.000 (satu triliun rupiah) yang kemudian dengan Akta Notaris Nomor 9
tanggal 7 April 2017 modal dasar menjadi Rp.2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus
miliar rupiah) dan Pengalihan izin usaha dari Perusahaan Daerah ke Perseroan Terbatas
diperoleh melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 14/5/KEP.GBI/2012
tanggal 1 Februari 2012, sesuai Surat Keputusan Nomor AHU-58606.AH.01 Tahun 2011
tanggal 29 November 2011 yang diubah beberapa kali terakhir dengan Akte Nomor 12
tanggal 12 Oktober 2018 yang pelaporannya telah diterima Menteri Hukum dan HAM
Republik Indonesia sebagaimana Nomor AHU-0136867.AH.01.11 Tahun 2018 Tanggal 16
Oktober 2018.

Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar Bank, maksud dan tujuan Bank adalah
melakukan usaha di bidang perbankan. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut,
ruang lingkup kegiatan Bank antara lain adalah:

• Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
• Memberikan kredit
• Menerbitkan surat pengakuan utang
• Menempatkan surat pengakuan utang
• Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada
bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengna
wesel unjuk, cek atau sarana lainnya

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 25


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
• Kegiatan lainnya yang lazim dilakukan oleh Bank sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam menjalankan operasi bisnisnya, Bank Kalsel berdasarkan pada visi yaitu
“Menjadi Bank yang Unggul di Daerah dan Berperan dalam Mendorong Pertumbuhan
Ekonomi”. Berdasarkan pada visi Bank Kalsel ini terkandung dua sasaran pokok yang
mendasar yakni menjadi Bank yang unggul di daerah, yaitu memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dirinya sebagai bank yang modern, memiliki daya saing yang tinggi, serta
mempunyai ketahanan kelembagaan yang kuat. Sedangkan menjadi Bank yang berperan
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi mengandung arti berperan dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi sebagai implikasi peran bank sebagai salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah, berperan sebagai mitra konsultasi bagi pemerintah daerah dalam
pengelolaan keuangan, dan sebagai pemegang kas bagi Pemerintah Daerah, yang
berdampak kepada pertumbuhan ekonomi daerah Kalimantan Selatan. Kedua sasaran
pokok tersebut tidak terlepas dari keinginan untuk mengantar Bank Kalsel menjadi bank
Regional Champion di Kalimantan Selatan.

Untuk mencapai visi tersebut, misi yang berusaha dilaksanakan oleh Bank Kalsel
adalah mencakup (1) Penyedia Layanan Jasa Perbankan yang Berkualitas; (2) Penggerak
Pendorong Ekonomi Daerah; (3) Pemegang/Menyimpan Dana Kas Daerah; (4) Salah satu
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD); dan (5) Turut membina lembaga perkreditan atau
Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah.

Pada Bank Kalsel juga dilakukan pembentukan budaya baru yang diwujudkan
dengan mengimplementasikan budaya perusahaan yang merupakan salah satu pondasi
Bank Kalsel Regional Champion, dengan lebih berorientasi kepada pembangunan iklim
bisnis yang kompetitif dan pelayanan yang berkualitas, dan dijiwai semangat untuk
menjadi Regional Champion. Budaya baru ini dikenal dengan slogan “PASTI PRIMA” yang
merupakan rangkuman dari semangat Pelayanan Prima, Antusias, Kehati-hatian,
Profesional, Integritas, dan Kerja sama.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 26


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
PT Bank Kalsel berkantor pusat di Jalan Lambung Mangkurat Nomor 7 Banjarmasin.
Bank mengklasifikasikan Kantor Bank menjadi Kantor Cabang Utama, Kantor Cabang,
Kantor Cabang Pembantu, Kantor Unit Usaha Syariah, BPD Unit, Kedai Syariah, Kantor Kas,
Kas Mobil, ATM, Payment Point, dan ADM. Jumlah kantor dan jaringan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) Bank pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017 diperlihatkan pada Tabel
2 berikut:

Tabel 2 - Perkembangan Jaringan Kantor PT Bank Kalsel


No. Jaringan Kantor Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
1. KANTOR PUSAT 1 1 1 1 1
a. Kantor Pusat Banjarmasin 1 1 1 1 1
2. KANTOR CABANG 17 17 17 17 17
a. Kantor Cabang Utama 1 1 1 1 1
b. Kantor Cabang Konvensional 14 14 14 14 14
c. Kantor Cabang Syariah 2 2 2 2 2
3. KANTOR CABANG PEMBANTU 11 11 11 11 11
a. KCP Konvensional 9 9 9 9 9
b. KCP Syariah 2 2 2 2 2
4. BPD UNIT DAN KEDAI SYARIAH 26 30 32 32 34
a. BPD Unit 20 23 25 25 27
b. Kedai Syariah 6 7 7 7 7
5. KANTOR KAS 16 21 21 21 25
a. Kantor Kas Konvensional 13 18 18 18 22
b. Kantor Kas Syariah 3 3 3 3 3
6. KAS MOBIL 15 15 18 18 24
a. Kas Mobil Konvensional 13 13 14 14 15
b. Kas Mobil Syariah 2 2 4 4 9
7. PAYMENT POINT 20 20 37 37 52
a. Payment Point Konvensional 20 20 34 34 44
b. Serambi Syariah 0 0 3 3 8
8. ATM 154 190 211 211 240
a. ATM Konvensional 138 169 190 190 214
b. ATM Syariah 13 15 15 15 20
c. ATM Mobile 3 5 5 5 5
d. ADM Konvensional 0 1 1 1 1
9. EDC 0 43 0 0 182
Sumber: Laporan Tahunan PT Bank Kalsel 2018.

Modal manusia Bank Kalsel meliputi jajaran Manajemen dan pegawai yang bekerja
di Kantor Pusat, Kantor Cabang maupun Kantor Layanan Bank Kalsel lainnya. Total
karyawan Bank Kalsel hingga tahun 2018 tercatat mencapai 1.156 orang, atau mengalami
peningkatan dengan tahun 2017 sebesar 7,04% atau 76 orang. Terjadinya perubahan
dalam jumlah karyawan Bank Kalsel pada tahun 2018 disebabkan oleh penyesuaian
Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 27
Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
organisasi terhadap kebutuhan realisasi rekrutmen pegawai untuk memenuhi kebutuhan
pengembangan dan program kerja Bank Kalsel pada tahun 2018.

3.2. Produk dan Jasa yang Diberikan

Bidang usaha dan produk PT Bank Kalsel terdiri dari produk dan jasa bank
konvensional dan bank syariah. Untuk bank konvensional, produk dan jasa mencakup:

A. Produk Dana
1. Produk Dana Tabungan yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan nasabah yaitu
a. Tabungan SIMPEDA
b. Tabungan BANUA
c. Tabungan HAJI AR-RAHMAN
d. Tabunganku
e. Tabungan SimPel
2. Produk Dana Simpanan Berjangka yang merupakan produk investasi yang memiliki
suku bunga yang kompetitif. Produk dana simpanan berjangka Bank Kalsel sebagai
berikut:
a. Deposito BANUA
b. Deposito BANUA PLUS
c. Deposito MINGGUAN
d. Deposito BERJANGKA
e. Deposit ON CALL (DOC)
f. SERTIFIKAT Deposito yang dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan
kepada pihak lain.
3. Produk Dana Giro yang merupakan produk yang memiliki suku bunga yang
kompetitif. Berikut rangkuman produk dana simpanan berjangka Bank Kalsel:
a. Giro Individu;
b. Giro Perusahaan
c. Giro Pemerintahan
d. Giro Yayasan

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 28


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
e. Giro Koperasi
B. Produk Kredit
1. Kredit non tunai yaitu kredit yang tidak dibayarkan secara langsung pada saat
perjanjian kredit ditanda tangani, melainkan diperlukan adanya tenggang waktu
tertentu sesuai dengan yang dipersyaratkan
a. Garansi bank merupakan jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga
penerima jaminan atas pemenuhan kewajiban tertentu nasabah bank selaku
pihak yang dijamin kepada pihak ketiga dimaksud. Adapun jenis Garansi Bank
yang diberikan oleh Bank Kalsel adalah :
1. Garansi Bank Penawaran (Tender Bond) yang merupakan jaminan yang
diberikan Bank dalam rangka mengikuti lelang pekerjaan.
2. Garansi Bank Uang Muka (Advace Payment Bond) yaitu jaminan yang
diberikan Bank untuk memperoleh uang muka dalam melaksanakan
pekerjaan.
3. Garansi Bank Pelaksanaan (Performance Bond) yaitu jaminan yang diberikan
Bank dalam rangka pelaksanaan atau penyelesaian pekerjaan.
4. Garansi Bank Pemeliharaan (Maintenance Bond) merupakan jaminan yang
diberikan Bank dalam rangka pemeliharaan pekerjaan.
5. Garansi Bank Pembayaran Termijn yaitu jaminan yang diberikan Bank dalam
rangka pembayaran termijn
6. Garansi Bank Pembelian Barang Modal yaitu jaminan yang diberikan Bank
dalam rangka pembelian barang modal.
7. Garansi Bank dengan Back to Back Guarantee yang merupakan jaminan yang
diberikan Bank atas dasar kerjasama dengan pihak asuransi
b. Surat Keterangan Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) yaitu surat kredit yang
diterbitkan sebagai sarana untuk menjamin pembayaran kepada penjual barang
antar pulau didalam negeri.
2. Kredit tunai yaitu kredit yang dibayarkan secara langsung pada saat perjanjian
kredit ditandatangani oleh kedua belah pihak sesuai dengan yang dipersyaratkan
atau diperjanjikan

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 29


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
a. Kredit Umum (Produktif) yaitu terdiri dari:
1. Kredit Modal Kerja (KMK) yang dipergunakan untuk menambah modal kerja
suatu perusahaan seperti pembelian bahan baku, biaya-biaya produksi,
pemasaran;
2. Kredit Investasi (KI) dengan jangka waktu menengah atau panjang untuk
pembelian barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk
rehabilitasi, modernisasi, maupun ekspansi proyek yang sudah ada atau
pendirian proyek yang akan ada;
3. Kredit Konstruksi yaitu fasilitas kredit yang diberikan kepada perusahaan
jasa yang bergerak dibidang pembangunan fisik, engineering dan penyediaan
barang dan jasa;
4. Kredit Kepada Lembaga Keuangan (KKLK) kepada pengusaha mikro dan
kecil melalui Lembaga Keuangan seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR),
Koperasi Simpang Pinjam (KSP) dan KoperasiPegawai/Karyawan;
5. Pinjaman Daerah yang diberikan kepada Pemerintah Daerah dalam rangka
pelaksanaan pembangunan daerah baik berupa sarana maupun prasarana;
6. Cash Collateral Credit (CCC) yang diberikan kepada debitur dengan jaminan
tunai pada Bank Kalsel berupa tabungan ataupun deposito.
b. Kredit Program yang berbentuk:
1. Kredit BPD Peduli Kredit kepada pengusaha mikro dan atau usaha kecil baik
perorangan, kelompok maupun koperasi untk kegiatan usaha produktif,
2. Kredit Wira Usaha (KWU) yakni skim kredit yang diberikan kepada
perorangan dengan status PNS, Pensiunan PNS, Pegawai BUMN / BUMD, dan
pekerja profesional yang memiliki usaha produktif yang dikelola oleh yang
bersangkutan atau anggota keluarga sampai dengan derajat kedua.
3. Kredit Usaha Rakyat (KUR) yaitu kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau
investasi kepada debitur usaha yang produktif yang produktif dan layak
(feasible) namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan
belum cukup. Kredit ini terdiri dari (1) KUR Mikro Kredit dengan skema KUR
dengan plafond sampai dengan Rp 25.000.000; (2) KUR Ritel Kredit dengan

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 30


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
skema KUR dengan plafond sampai dengan Rp 25.000.000 sampai dengan
Rp 500.000.000.
4. Kredit Resi Gudang yang diberikan kepada pemegang Resi Gudang yang
merupakan pemilik barang atau pihak yang menerima pengalihan dari
pemilik barang atau pihak lain yang menerima pengalihan dari pemilik
barang atau pihak lain yang menerima pengalihan lebih lanjut. Ada dua jenis
kredit ini yakni a) Kredit Skema Subsidi Resi Gudang (S-SRG) dengan pola
subsidi bunga dari Pemerintah dan b) Kredit Resi Gudang Banua Sejahtera
(RGBS) dengan pola non subsidi bunga dari Pemerintah.
5. Kredit Konsumtif yang terdiri dari:
a. Kredit Multiguna Kredit
b. Kredit Multiguna Utama Kredit kepada Pegawai Negeri Sipil atau Calon
Pegawai Negeri Sipil;
c. Kredit Multiguna Pensiunan yang diberikan kepada Pensiunan Pegawai
Negeri Sipil dan Pensiunan TNI/POLRI/BUMD/BUMN;
d. Kredit Pemilikan Rumah (KPR);
e. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB);
f. Pinjaman Haji baik untuk pendaftaran haji maupun pelunasan haji.
C. Produk Jasa
Bank Kalsel menawarkan beragam layanan yang dapat mendukung usaha atau
aktivitas bisnis nasabah. Layanan Bank Kalsel yang ditawarkan antara lain:
1. ATM Bank Kalsel
a. Automatic Teller Mechine (ATM)
b. Automatic Deposit Machine (ADM)
c. Kartu ATM Suka-suka yang memberikan kebebasan bagi nasabah dalam
menentukan materi desain kartu ATM yang dapat disesuaikan dengan
keinginan nasabah.
2. SMS Banking dengan Transaksi perbankan Bank Kalsel dapat dilakukan
nasabah secara fleksibel dengan layanan SMS Banking. Layanan ini dapat
diakses di manapun dan kapanpun oleh seluruh nasabah Bank Kalsel.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 31


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
3. Mobile Banking adalah suatu layanan perbankan dengan menggunakan fasilitas
handphone atau smartphone dengan aplikasi yang disediakan bank agar
nasabah dapat bertransaksi dengan mudah dan cepat.
4. Kiriman Uang dalam bentuk:
a. BPD Net Online yang dikembangkan Bank Kalsel untuk mendukung
aktivitas transfer secara online ke seluruh jaringan kantor Bank
Pembangunan Daerah se-Indonesia;
b. SKN – BI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia) yaitu Layanan kiriman
uang memiliki lingkup transfer yang terbatas (nominal dan waktu) yang
dilakukan antar Bank dengan melalui SKN – BI;
c. BI – RTGS (Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement) yaitu layanan
kiriman uang memiliki lingkup transfer yang lebih luas, nasabah akan
dimudahkan dengan kemampuan Bank Kalsel dalam melayani aktivitas
transfer secara online ke seluruh jaringan perbankan se-Indonesia.
5. Inkaso untuk mempermudah nasabah dalam melakukan penagihan hak berupa
cek atau giro bank penerbit yang berada di luar jangkauan. Tarif yang berbeda
dikenakan Bank Kalsel untuk inkaso dalam provinsi dengan inkaso luar
provinsi.
6. Money Changer untuk membantu kebutuhan transaksi dengan pihak asing
dengan mata uang yang tersedia adalah Dollar USA, Riyal Saudi Arabia.
7. SIKDO (Sistem Informasi Keuangan Daerah Online) yang merupakan sistem
komputerisasi yang mengelola/membukukan penerimaan dan pengeluaran
Dana Kas Daerah melalui sistem kode rekening secarasentralisasi dan online.
8. Pajak Online untuk membantu nasabah melakukan penyetoran pajak di seluruh
kantor cabang Bank Kalsel melalui layanan Pajak Online. Aktivitas tersebut
dapat dilakukan karena Bank Kalsel telah terhubung secara online dengan
Ditjen Pajak dan Ditjen Perbendaharaan.
9. Garansi Bank yang hanya diterbitkan untuk keperluan nasabah yang berperan
sebagai debitur (kontraktor) dalam bentuk mata uang rupiah. Bank Kalsel
memiliki beragam jenis Garansi Bank yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 32


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
10. Safe Deposit Box (SDB) yang menawarkan tempat penyimpanan yang terbuat
dari baja tahan api dengan ukuran tertentu yang dapat dimanfaatkan untuk
menyimpan dokumen, surat atau benda berharga dengan perlindungan 24 jam.
11. Jasa-jasa lainnya mencakup Payment Point, Surat Keterangan Bank, Surat
Dukungan Bank, Surat Keterangan Lainnya (SKL), Kartu PNS Elektronik (KPE),
Mesin EDC (Electronic Data Capture), E-Voucher Setoran Tunai, Jasa Pick Up
Service dan Delivery Service, Produk DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan),
Call Center Bank Kalsel, dan Program Loyalty Customer yang merupakan
program apresiasi hari keagamaan dan hari ulang tahun nasabah Bank Kalsel.

Untuk produk dan jasa syariah Bank Kalsel menawarkan:

A. Produk Dana Syariah


1. Produk Dana Tabungan yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan nasabah yaitu:
(1) Tabungan iB al-Barakah; (2) Tabungan iB Pelajar; (3) Tabungan iB Haji Ar-
Rahman; (4) TabunganKu iB; (5) Tabungan Simpel iB.
2. Produk Dana Simpanan Berjangka yang merupakan produk investasi yang memiliki
margin yang kompetitif. Produk dana simpanan berjangka Bank Kalsel Syariah yaitu
Deposito iB mudharabah.
3. Produk Dana Giro iB Al-Amanah
B. Pembiayaan Syariah
Penyediaan dana dan atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
2. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli dalam bentuk Ijarah
Muntahiya bittamlik
3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam dan Istishna
4. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang Qardh
5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi multijasa
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau Unit
Usaha Syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 33


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan Ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil.

3.3. Anak Usaha atau Penyertaan Modal pada Perusahaan Lain

Dalam menjalankan usahanya, PT Bank Kalsel tidak memiliki anak perusahaan atau
perusahaan terafiliasi yang terkonsolidasi pada laporan keuangannya. Namun demikian,
dalam rangka menjalankan salah satu misinya dalam turut membina lembaga perkreditan
atau Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah, PT Bank
Kalsel per 31 Desember 2018 tercatat melakukan kegiatan penyertaan seperti ditampilkan
pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 - Penyertaaan Modal oleh PT Bank Kalsel


Penyertaan pada Jumlah Total Persentase
Kepemilikan
1. PD BPR Kandangan 241.355.901 7,79%
2. PD BPR Pulau Laut Utara 150.000.000 4,84%
3. PD BPR Paringin 150.000.000 4,84%
4. PD BPR Pelaihari 150.000.000 4,84%
5. PD BPR Amuntai Selatan 139.500.000 4,50%
6. PD BPR Muara Uya 128.900.000 4,16%
7. PD BPR Haruai 118.100.000 3,81%
8. PD BPR Simpang Empat 117.597.823 3,80%
9. PD BPR Martapura 113.350.000 3,66%
10. PD BPR Amuntai Utara 111.271.607 3,59%
11. PD BPR Astambul 109.900.000 3,55%
12. PD BPR Sungai Pandan 108.850.000 3,51%
13. PD BPR Kelua 108.300.000 3,50%
14. PD BPR Tapin Selatan 101.659.968 3,28%
15. PD BPR Sungai Tabuk 93.516.138 3,02%
16. PD BPR Binuang 90.800.000 2,93%
17. PD BPR Tapin Utara 86.900.000 2,81%
18. PD BPR Candi Laras Utara 72.250.000 2,33%
19. PD BPR Amuntai Tengah 70.300.000 2,27%
20. PD BPR Tapin Tengah 69.500.000 2,24%
21. PD BPR Labuan Amas Selatan 22.321.380 0,72%
22. PT Sarana Kalsel Ventura 743.553.000 24,00%
JUMLAH 3.097.925.817
Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan 31 Desember 2019.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 34


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
3.4. Pemegang Saham Perusahaan

Mengingat industri perbankan di mana Bank Kalsel beroperasi merupakan highly


regulated industry, baik dari sisi permodalan, operasional hingga produk yang dimiliki,
bank dituntut untuk memperkuat struktur permodalan yang salah satunya sebagai bentuk
penyerapan risiko yang berasal baik dari risiko kredit, risiko operasional hingga risiko
pasar. Oleh karena itu, Bank Indonesia melalui PBI Nomor 15/12/PBI/2013 telah
mengatur tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, perubahan
komponen dan persyaratan instrumen modal dalam rangka peningkatan kualitas
permodalan. Selain itu, penguatan struktur modal juga dilakukan dalam rangka
mendukung bisnis, seperti ekspansi pembiayaan (kredit) ataupun aktivitas investasi
lainnya.

Secara kepemilikan, pemegang saham PT Bank Kalsel adalah seluruh pemerintah


yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan. Hingga akhir Desember 2018 jumlah modal yang
disetor mencapai Rp 1.256.812.133.720 dengan perincian seperti disajikan pada Tabel 4
berikut.

Tabel 4 - Pemegang Saham PT Bank Kalsel


31 Desember 2018
Pemegang Saham Lembar Persentase Jumlah (Rp)
Saham Kepemilikan
1. Pemerintah Provinsi Kalsel 1.420.313 28,25% 355.078.226.034
2. Pemerintah Kabupaten Balangan 433.590 8,62% 108.397.600.000
3. Pemerintah Kota Banjarmasin 403.201 8,02% 100.800.402.296
4. Pemerintah Kabupaten Tabalong 387.261 7,70% 96.815.486.709
5. Pemerintah Kabupaten Kotabaru 352.747 7.02% 88,186,782,474
6. Pemerintah Kabupaten Tanah Laut 341,497 6.79% 85,374,367,703
7. Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara 331,055 6.59% 82,763,750,000
8. Pemerintah Kabupaten Barito Kuala 280,000 5.57% 70,000,000,000
9. Pemerintah Kota Banjarbaru 251,533 5.00% 62,883,500,000
10. Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah 222,000 4.42% 55,500,000,000
11. Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan 220,000 4.38% 55,000,000,000
12. Pemerintah Kabupaten Tapin 169,769 3.38% 42,442,328,939
13. Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu 116,000 2.31% 29,000,000,000
14. Pemerintah Kabupaten Banjar 98,278 1.95% 24,569,649,565
JUMLAH 5,027,245 100,00% 1,256,812,133,720
Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan 31 Desember 2018.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 35


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
4. Analisis Kinerja PT Bank Kalsel

Pada bagian ini dibahas analisis atas kinerja keuangan PT Bank Kalsel ditinjau dari
berbagai aspek selama 10 tahun terakhir agar dapat menilai sepenuhnya kondisi kinerja
dan prospeknya. Tinjauan sekilas atas perkembangan usaha PT Bank Kalsel menunjukkan
bahwa bank ini telah berkembang dengan sangat pesat selama 10 tahun belakangan ini.
Seperti terlihat pada Gambar 1 berikut ini, aset PT Bank Kalsel pada tahun 2018 telah
meningkat 3,2 kali lipat dari aset pada tahun 2009 yaitu dari Rp 4.091 milyar menjadi Rp
13.182 milyar. Demikian pula penghimpunan dana pihak ketiga dan kredit yang diberikan
telah jauh meningkat dari posisi 9 tahun sebelumnya.

Gambar 1 - Perkembangan Aset, Dana Pihak Ketiga dan Ekuitas Bank Kalsel 2009-2018

16.000
14.000 13.182
11.882 11.882
12.000 10.824 10.993
9.468 9.473
10.000
8.000
6.447
6.000 4.579
4.091
4.000

2.000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Aset Kredit yang diberikan


Dana pihak ketiga Linear (Aset )
Linear (Kredit yang diberikan) Linear (Dana pihak ketiga)

Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2009-
2018, Data diolah.

Meski telah ada perkembangan mengesankan atas pertumbuhan aset selama dekade
belakangan ini namun hal yang sama tidak ditunjukkan dalam kinerja dari pendapatan dan
laba yang diperoleh. Seperti ditunjukkan pada Gambar 2 berikut, memang terjadi
peningkatan pendapatan sehingga bertambah 2,5 kali lipat di tahun 2018 relatif terhadap

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 36


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
tahun 2009 dengan rata-rata 12% per tahun. Tetapi pertumbuhannya tidak sepesat
pertumbuhan asetnya. Keadaan berbeda didapatkan dari pertumbuhan laba bersih yang
relatif tidak drastis yaitu pada tingkat rata-rata sebesar 2,46% per tahun (lihat Panel A
Gambar 2).

Gambar 2 - Perkembangan dan Pertumbuhan Pendapatan dan Laba Bersih PT Bank Kalsel

Panel A: Perkembangan Pendapatan dan Laba 2009-18


900 250
800
700 200

600
150
500
400 795 788 769
674 700 100
300
543
200 393 350 371 50
303
100
0 0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Pendapatan Operasional - bersih Laba Tahun Berjalan


Linear (Pendapatan Operasional - bersih) Linear (Laba Tahun Berjalan)

Panel B: Perkembangan Laba Operasional dan Bersih

60% 59%

40%
34%
20% 22%
9%
0%
-7% -9%
2010

2016
2011

2012

2013

2014

2015

2017

2018

-20%
-25% -26%
-36%
-40%

Pendapatan Operasional - bersih Laba Operasional


Laba Tahun Berjalan Linear (Laba Tahun Berjalan)

Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2009-
2018, Data diolah.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 37


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
Analisis lebih lanjut seperti ditunjukkan pada Panel B Gambar 2, pertumbuhan laba
bersih dari tahun ke tahun (year-to-year) justru mengalami penurunan. Hal itu
diindikasikan dari pertumbuhan 34% di tahun 2010 menurun bahkan menjadi -36% di
tahun 2018. Adanya hasil ini perlu ditelaah lebih lanjut dengan menganalisis rasio-rasio
keuangan penting berkaitan dengan pengelolaan manajemen perbankan pada PT Bank
Kalsel. Analisis di bagian selanjutnya mencakup analisis kinerja permodalan dan aset,
analisis efisiensi usaha, analisis rentabilitas dan analisis likuiditas.

4.1. Analisis Kinerja Permodalan dan Aset

Dalam pengelolaan usaha perbankan faktor permodalan berperan sangat penting.


Walaupun sudah berdiri sejak tahun 1964, bank ini masih memiliki modal yang relatif
kecil. Bank Indonesia (BI) sudah menerapkan kebijakan bank BUKU berdasarkan modal
inti dan CAR di mana semakin besar modal inti dan capital adequacy ratio (CAR)-nya maka
semakin sehat dan baik bank itu. Bank Kalsel sendiri memiliki modal inti sebesar Rp 1,75
triliun dan tergolong sebagai BUKU 2 (modal inti Rp 1-5 triliun). Modal yang masih
tergolong kecil ini membuat bank ini sulit bersaing dengan bank BUMN dan bank swasta
devisa yang memiliki modal inti di atas Rp 20 triliun. Implikasinya adalah cakupan kegiatan
usahanya menjadi terbatas.

Perkembangan CAR Bank Kalsel dari tahun ke tahun memang memperlihatkan


kenaikan dan sudah melampaui 20% pada tahun 2014. Berdasarkan ketentuan Bank
Indonesia, CAR minimal perbankan yang sehat adalah 15%. Seperti terlihat pada Gambar
3, pada periode-periode sebelumnya yakni tahun 2009 sampai dengan 2014 angka CAR
Bank Kalsel masih relatif kecil dengan rata-rata sebesar 17,76%, sedangkan periode 2014-
2018 rata-rata CAR Bank Kalsel sudah membaik yakni mencapai 22,27% per tahun. Angka
ini lebih tinggi dari rata-rata CAR pada BPD dan bank umum konvensional umumnya. Hal
ini berarti upaya pemenuhan kewajiban modal minimum (CAR) Bank Kalsel cukup bagus
dibandingkan bank BPD lainnya dan bank swasta devisa.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 38


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
Gambar 3 - Perkembangan CAR dan Aset Tetap terhadap Modal Bank Kalsel

26,00%

24,00%

22,00%

20,00%

18,00%

16,00%

14,00%

12,00%
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Bank Kalsel 16,90% 18,09% 17,65% 18,22% 17,92% 21,12% 21,91% 22,89% 19,81% 25,63%
Seluruh BPD 15,82% 16,68% 14,33% 18,02% 17,58% 17,79% 20,61% 21,69% 21,65% 22,05%
Bank Umum 17,42% 17,18% 16,05% 17,43% 18,13% 19,57% 21,39% 22,93% 23,18% 22,97%

Bank Kalsel Seluruh BPD Bank Umum Linear (Bank Kalsel)

Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember
2009-2018, Statistik Perbankan Indonesia, 2009-2018. Data diolah.

Dalam hal kualitas aset, penilaian dapat didasarkan atas rasio non-performing loan
(NPL)-nya. Kredit macet menjadi persoalan bila suatu bank mencatat NPL di atas 5 persen.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib
Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional,
Rasio Non-Performing Loan terhadap total kredit (Rasio NPL) adalah rasio antara jumlah
total kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit,
sebagaimana telah diubah dengan PBI Nomor 17/11/PBI/2015. NPL yang tinggi
menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima bank. Menurut ketentuan, apabila NPL
lebih dari 5% maka bank akan dikenakan pengurangan jasa giro oleh OJK (Pasal 17A PBI
Nomor 17/11/PBI/2015). Berbagai faktor dapat menyebabkan penurunan kualitas kredit,
baik secara makro karena pelemahan sektor riil akibat kondisi perekonomian nasional dan
daerah yang masih lesu maupun karena manajemen kredit yang belum optimal menjaga
kualitas kredit yang diberikan. Gambar 4 berikut menyajikan perkembangan NPL Bank
Kalsel selama periode 2009-2018 relatif terhadap rata-rata industri.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 39


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
Gambar 4 - Perkembangan NPL Bank Kalsel

6,00% 5,65%

5,00%
4,21% 4,33% 4,23%
4,09%
4,00%

3,00%

1,83% 1,80%
2,00%
1,22% 1,12%
0,96%
1,00%

0,00%
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Bank Kalsel Bank Umum Kalsel Linear (Bank Kalsel)

Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember
2009-2018, Statistik Perbankan Indonesia, 2009-2018. Data diolah.

Terlihat dari Gambar 4 bahwa Bank Kalsel memiliki NPL cukup rendah di tahun 2009-
2013 dengan rata-rata sebesar 1,39% di bawah rata-rata bank umum di Kalsel sebesar
1,74%. Namun sejak tahun 2014 rasio NPL melonjak melebihi rata-rata bank umum di
Kalsel yaitu rata-rata sebesar 4,50% dibandingkan rata-rata industri 3,08%. Rasio NPL
Bank Kalsel bahkan sempat naik di atas 5% di tahun 2017. Seperti dijelaskan di atas, NPL
bank yang sehat adalah apabila bank tersebut memiliki NPL total kredit tidak lebih dari
5%. Secara umum terdapat kecenderungan menaik pada rasio NPL di periode yang diamati.
Adanya kecenderungan ini harus perlu diwaspadai mengingat dampaknya yang dapat
menggerus profitabilitas bank.

4.2. Analisis Likuiditas

Penilaian likuiditas biasa menggunakan loan-to-deposit ratio (LDR) yang mengindi-


kasikan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban untuk menutup kerugian pinjaman
dan penarikan oleh nasabah dalam menjalankan fungsi intermediasi. Hal ini menunjukkan

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 40


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
kemampuan bank menjaga likuiditasnya kepada masyarakat sebagai pemilik simpanan
(deposit) sambil tetap secara berhati-hati mengelola kreditnya. Investor memantau LDR
bank untuk memastikan terdapat likuiditas mencukupi untuk menutup pinjaman pada saat
mengalami penurunan ekonomi yang berakibat kredit macet. Jika rasio ini terlalu tinggi hal
ini berarti bank mungkin tidak memiliki likuiditas yang mencukupi untuk menutup
permintaan dana yang tak terduga. Sebaliknya, jika rasio ini terlalu rendah, bank mungkin
tidak dapat memperoleh pendapatan sebanyak yang seharusnya.

Gambar 5 menunjukkan LDR rata-rata Bank Kalsel pada rentang tahun 2009-2018
mencapai rata-rata 83,94% per tahun dan terdapat kecenderungan menaik pada 5 tahun
terakhir. Sebagai perbandingan, LDR Bank Kalsel ini lebih rendah dari bank BPD seluruh
Indonesia periode 2009-2018 dengan rata-rata 85,52% dan LDR bank umum konvensional
periode yang sama rata-rata sebesar 85,72%. Tetapi kemudian rasio LDR Bank Kalsel ini
melebihi rata-rata BPD dan bank umum di periode 2014-2018 yaitu rata-rata sebesar
98,43%. Rasio ini bahkan melebihi 100% di tahun 2015-2017 seperti diperlihatkan pada
Gambar 5 berikut.

Gambar 5 - Perkembangan LDR Bank Kalsel

110,00% 106,53%
103,89%
100,55%
100,00%
91,44%
89,73%
90,00% 85,38%

80,00% 74,92%

67,93%
70,00%
63,30%

60,00% 55,77%

50,00%
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

LDR Bank Kalsel LDR Seluruh BPD


LDR Bank Umum Linear (LDR Bank Kalsel)

Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember
2009-2018, Statistik Perbankan Indonesia, 2009-2018. Data diolah.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 41


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
LDR dapat digunakan untuk menilai sebagai baik suatu bank menarik dan
mempertahankan nasabahnya. Jika dana yang dihimpun meningkat, tersedia dana yang
lebih banyak untuk dipinjamkan sehingga bank semakin banyak pendapatan yang
diperoleh. LDR juga dapat membantu investor menentukan apakah bank dikelola dengan
baik. Jika bank tidak mampu meningkatkan dana simpanan atau simpanannya menurun,
bank mempunyai lebih sedikit uang untuk dipinjamkan. Kadang bank perlu meminjam
uang untuk memenuhi permintaan pinjaman untuk dapat meningkatkan pendapatan
bunga. Namun jika bank meminjam ketimbang menarik simpanan maka akan mempunyai
marjin laba yang rendah dan utang lebih banyak. Biasanya LDR yang ideal ada pada tingkat
80-90%. LDR sebesar 100% berarti bank meminjamkan sebesar jumlah yang sama dengan
jumlah yang disimpan oleh pihak ketiga. Hal ini berarti pula bank tidak mempunyai
cadangan signifikan yang tersedia untuk keaadaan terduga atau tidak terduga.

Dari data-data di atas seperti ditunjukkan pada Gambar 5, dapat diartikan sebagian
besar (atau semua pada tahun 2015-2017) dana pihak ketiga atau simpanan yang
dihimpun Bank Kalsel disalurkan dalam bentuk kredit. Bahkan terdapat dana yang
melebihi simpanan yang dipinjamkan. Hal ini berarti Bank Kalsel mampu memperoleh
banyak permintaan kredit yang semakin meningkat yang akan memampukan peningkatan
kesempatan pendapatan bunga. Namun demikian semakin melonjaknya permintaan
pinjaman ini kurang dapat dipenuhi dengan dana pihak yang dihimpun sehingga LDR
menjadi melebihi 100%.

4.3. Analisis Efisiensi Usaha

Kinerja manajemen operasional suatu bank dapat dilihat dan dianalisis dari
perbandingan pendapatan operasional dengan beban/biaya operasional (BOPO). Pada
periode 2009 sampai 2018, kinerja BOPO Bank Kalsel memiliki kecenderungan meningkat
seperti dilihat pada Gambar 6. Rasio BOPO Bank Kalsel tahun 2009 sebesar 65,75%
meningkat menjadi sebesar 87,82% di tahun 2018 dengan rata-rata BOPO Bank Kalsel
periode 2009-2018 mencapai 76,39%. Secara idealnya, rasio BOPO maksimal sebesar 70%
yang berarti jika semakin besar beban/biaya operasional, maka pendapatan operasional

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 42


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
akan semakin kecil dan sebaliknya. Pendapatan operasional sebenarnya bukan menjadi isu
strategis suatu usaha perbankan namun pendapatan bunga menjadi fokus utama dan
strategis dalam bisnis perbankan. Meski demikian pendapatan operasional akan mendo-
rong peningkatan laba bank secara keseluruhan. Pada periode 2009-2016, BOPO Bank
Kalsel pernah mencapai 70% di tahun 2009 dan 2010, tetapi sejak 2011 setiap tahun
beban/biaya operasional Bank Kalsel terus meningkat dalam 7 tahun terakhir, bahkan
pada tahun 2018 mencapai rekor tertinggi sebesar 87,82%. Dapat disimpulkan bahwa
manajemen Bank Kalsel belum efisien dalam menjalankan usaha yang ditunjukkan dengan
tingginya BOPO. Kemampuan manajemen Bank Kalsel menekan BOPO yang tinggi akan
mempengaruhi kinerja keuangan BPD secara keseluruhan termasuk perolehan laba.

Gambar 6 - Perkembangan Rasio Efisiensi Usaha dengan BOPO Bank Kalsel

90,00%

87,82%
85,00%

83,54%
80,00%
79,40% 79,62% 79,91%
75,00%
76,00%
74,68% 75,15%

70,00%

65,00%
65,75%

60,00% 62,07%
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

BOPO Bank Kalsel BOPO Seluruh BPD


BOPO Bank Umum Linear (BOPO Bank Kalsel)

Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember
2009-2018, Statistik Perbankan Indonesia, 2009-2018. Data diolah.

Pendapatan bank dari bunga kredit (NIM) juga merupakan salah satu indikator
kinerja keuangan bank. Gambar 7 menunjukkan NIM Bank Kalse tahun 2012- 2018 rata-
rata mencapai 6,35% per tahun. Semakin tinggi NIM mengindikasikan pengelolaan kredit
bank semakin baik dibandingkan terhadap nilai aset produktif. Sedangkan NIM bank BPD

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 43


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
se Indonesia tahun 2012-2018 mencapai rata-rata 6,69% setiap tahun, bank umum
konvensional mencapai 5,16%. Dari perbandingan ini terlihat bahwa Bank Kalsel unggul
dalam bersaing ketat dengan bank umum konvensional dalam hal pencapaian NIM.
Memang tidak mudah bagi suatu bank seperti Bank Kalsel untuk meningkatkan
pendapatan (margin) dari bunga karena di satu sisi penerapan suku bunga dasar kredit
(SBDK) harus cukup hati-hati dan di sisi lain, suku bunga simpanan juga harus atraktif dan
menarik agar semakin banyak dana masyarakat yang terhimpun oleh Bank Kalsel.

Gambar 7 - Perkembangan Net Interest Margin (NIM) Bank Kalsel 2012-2018

8,00% 7,78%

7,50%

7,00% 6,72% 6,67%


6,39%
6,50%
6,06%
6,00% 5,65%

5,50% 5,15%

5,00%

4,50%

4,00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

NIM Bank Kalsel NIM BPD NIM Bank Umum Linear (NIM Bank Kalsel)

Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2009-
2018, Statistik Perbankan Indonesia, 2009-2018. Data diolah.

4.4. Analisis Rentabilitas

Kinerja Bank Kalsel juga dapat dilihat dari nilai Return on Asset (ROA) dibandingkan
dengan bank lain tahun 2009-2019. Rasio ROA sangat penting bagi industri perbankan
karena menunjukkan seberapa besar kemampuan manajemen menambah laba dari setiap
aset produktif yang dimiliki. Semakin tinggi nilai ROA semakin baik kualitas aset bank.
Sebaliknya, semakin kecil ROA maka perolehan laba dibandingkan rata-rata nilai aset

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 44


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
menjadi semakin kecil. Hal ini dikarenakan nilai ROA selalu dihitung berdasarkan besar-
kecilnya laba.

Seperti ditunjukkan Gambar 8, dalam sepuluh tahun terakhir rata-rata ROA Bank
Kalsel hanya sebesar 2,54% per tahun dan terdapat kecenderungan penurunan sepanjang
periode 2009-2018. Sebagai perbandingan nilai ROA bank BPD se Indonesia periode 2009-
2018 rata-rata 2,93% per tahun dan ROA bank umum konvensional rata-rata sebesar
2,71% per tahun. Dari data ROA di atas, nilai ROA Bank Kalsel masih lebih rendah
dibandingkan rata-rata industri kelompok bank di atas. Bahkan di tahun 2018, ROA Bank
Kalsel hanya sebesar 1,31% dibandingkan ROA BPD se Indonesia sebesar 2,30% dan bank
umum sebesar 2,55%.

Gambar 8 - Perkembangan ROA Bank Kalsel

5,00%

4,50% 4,68%

4,00%

3,50% 3,77%

3,00%

2,50% 2,81%
2,68% 2,60%
2,00% 2,33%
2,20%

1,50% 1,73%

1,00% 1,27% 1,31%


2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

ROA Bank Kalsel ROA Seluruh BPD


ROA Bank Umum Linear (ROA Bank Kalsel)

Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2009-
2018, Statistik Perbankan Indonesia, 2009-2018. Data diolah.

Walaupun tidak ada ukuran minimal ROA suatu bank, namun kecilnya nilai ROA
Bank Kalsel tahun 2009-2018 ini menunjukkan kurang mampunya manajemen Bank Kalsel
untuk menambah profit dan benefit dari aset-aset yang dimilikinya. Padahal, nilai aset BPD

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 45


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
tumbuh positif sejak 2009-2018 seperti diperlihatkan pada Gambar 1 di atas. Penurunan
rentabilitas ini juga semakin terlihat dengan rasio Return on Equity (ROE) yang menun-
jukkan kecenderungan penurunan yang cukup tajam seperti tampak pada Gambar 9
berikut. Rasio ROE menurun dari 30,67% di tahun 2009 menjadi Cuma 6,08% di tahun
2018. Hal ini menunjukkan semakin rendahnya pengembalian dari laba yang diperoleh
Bank Kalsel atas modal yang ditanamkan.

Gambar 9 - Perkembangan ROE Bank Kalsel 2009-2018

35,00% 32,56%
30,67%
30,00%

25,00%
21,45%
19,69% 19,02%
20,00% 17,44%

14,01%
15,00% 12,71%
10,14%
10,00%
6,08%

5,00%
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember
2009-2018,

4.5. Sintesis atas Analisis Kinerja Bank Kalsel

Dari hasil analisis yang dilakukan di atas dapat ditarik sintesis sehubungan dengan
kinerja Bank Kalsel selama satu dekade belakangan ini. Pertama, telah ada peningkatan
yang signifikan dalam aset yang dimilik Bank Kalsel yang meningkat 3,2 kali lipat dari 10
tahun sebelumnya. Hal ini terjadi selain dari berasal sokongan penambahan modal dari
pemegang saham juga semakin tingginya permintaan kredit yang harus dipenuhi bank ini
dari dinamika ekonomi di daerah ini. Namun kekuatan dan peluang yang bersifat eksternal
yang baik ini sejauh ini, berdasarkan analisis di atas, kurang dapat dikelola secara internal
dengan optimal oleh manajemen Bank Kalsel. Hal ini ditunjukkan dengan kurang bagusnya

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 46


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
kinerja pengelolaan kredit dengan tingkat NPL yang di atas rata-rata industri dan kinerja
penghimpunan dana pihak ketiga tidak maksimal sehingga LDR yang menjad lebih tinggi
dari bank-bank lainnya. Selain itu kinerja manajemen kurang optimal dalam mengelola
efisiensi usaha yang ditunjukkan dengan besarnya beban operasional. Semuanya bermuara
pada rendahnya kinerja laba Bank Kalsel yang ditunjukkan dengan rasio ROA dan ROE yang
lebih rendah daripada ROA rata-rata BPD dan bank umum konvensional.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 47


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
5. Rencana Bisnis PT Bank Kalsel

Setelah memperoleh pemahaman tentang kinerja PT Bank Kalsel seperti dibahas


pada Bab 4 sebelumnya, maka perlu ditinjau bagaimana rencana bisnis PT Bank Kalsel
untuk mengembangkan usahanya agar dapat meningkatkan kinerjanya. Manajemen PT
Bank Kalsel telah membuat rencana bisnis bank Tahun 2020-2022. Rencana bisnis itu
mencakup arah dan kebijakan utama Bank dan Rencana Jangka Pendek dan Rencana
Jangka Menengah. Uraian pada bab ini diakhiri dengan proyeksi keuangan sehubungan
dengan implementasi rencana bisnis tersebut.

5.1. Strategi dan Arah Kebijakan Utama Bank

Sesuai dengan dokumen Rencana Bisnis PT Bank Kalsel Tahun 2020-2022, Bank
Kalsel berkomitmen untu melaksanakan Program Transformasi BPD. Untuk tahun 2020
telah memasuki tahap kedua yaitu melakukan Growth Acceleration berupa penguatan pada
bisnis inti bank pada beberapa bidang. Kerangka Program Transformasi BPD dirancang
untuk menjadikan Bank Kalsel sebagai pemimpin di wilayah Kalimantan Selatan serta
menjadikan Bank Kalsel sebagai salah satu bank terbesar, terbaik dan terkuat di industri
perbankan nasional.

Arah dan kebijakan bank yang diambil tahun 2020-2022 mengacu pada dua Grand
Strategy atau pokok pengembangan Bank Kalsel yaitu IT Development dan People
Development. Sedangkan arah kebijakan adalah pada 5 fokus bidang yang diturunkan dari
Grand Strategy bank, yaitu (1) Digitalization; (2) Ekspansi Kredit dan Pembiayaan; (3)
Peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Fee-based Income (FBI); (4) Non Perfoming Loan;
dan (5) People Development. Berikut ini uraian masing-masing fokus pengembangan
tersebut.

a. Digitalization

Strategi transformasi digital dikembangkan dengan melakukan dua grand strategy


pengembangan yaitu Operation Digital dan Digital Customer Experience (DCE). Migrasi core

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 48


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
banking masih berlanjut di tahun 2020 disertai dengan tahapan pembenahan atas
perubahan sistem. Transformasi infrastruktur sistem informasi bank selanjutnya
ditargetkan akan dilakukan pengembangan melalui beberapa strategi inisiatif pada Digital
Customer Experience (DCE) yaitu dengan (1) transformasi core banking; (2) sentra layanan
digital; (3) upgrade M-Banking Platform; (4) Business & Operation Dashboard; (5)
pengembangan digital marketing, social media marketing dan e-commerce. Selain itu
dilakukan peningkatan efisiensi bisnis internal bank pada Operation Digital salah satunya
dengan Nota Dinas Elektronik untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja secara
menyeluruh melalui peningkatan media digital.

b. Ekspansi Kredit dan Pembiayaan

Langkah utama dalam rencana pengembangan bisnis dan proses kredit yaitu
dengan penguatan dan pemutakhiran pedoman, perkreditan, peningkatan kemampuan
SDM serta upaya meneka NPL. Langkah-langkah yanag diambil adalah pertama, ekspansi
kredit dan pembiayaan dengan melakukan perubahan model bisnis berdasarkan
segmentasi kredit untuk mencapai pertumbuhan yang ditetapkan dalam Rencana Bisnis.
Perubahan model bisnis perkreditan yaitu dengan konsep nomenklatur organisasi bidang
perkreditan. Hal ini diharapkan dapat menciptakan pengelolaan bidang usaha kredit yang
terintegrasi sehingga dapat berfokus pada pencapaian bisnis per segmentasi kredit. Di
samping itu juga melakukan spesialisasi channel distribution yang meningkatkan efisiensi
serta efektivitas proses kredit. Hal ini untuk meningkatkan pelayanan dan meminimalkan
risiko operasional kredit dengan pengembangan fungsi monitoring, four eyes principle dan
dual custody.

Langkah kedua adalah meningkatkan inovasi produk perkreditan dengan cara-cara:


(a) mengoptimalkan nasabah ASN/karyawan yang payroll-nya melalui Bank Kalsel dengan
membuat produk pembiayaan syariah Musyarakah Mutanaqishah (MMQ) untuk mencapai
pertumbuhan 100%; (b) melakukan kerjasama dengan fintech utuk pengembangan kredit
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan Konsumtif Konvensional dan Syariah.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 49


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
Langkah ketiga yaitu pemasaran dan promosi produk kredit dan pembiayaan Bank Kalsel
melalui kerja sama dengan pihak ketiga.

c. Peningkatan Dana Pihak Ketiga dan Fee-based Income


Berikut ini rencana-rencana terkait yang dibagi menjadi dua bagian yaitu:

Peningkatan Dana Pihak Ketiga

Dalam upaya peningkatan dana pihak ketiga, langkah-langkah yang diambil adalah
yaitu: pertama, memenuhi kebutuhan SDM secara kualitas dan kuantitas dalam rangka
meningkatkan jumlah nasabah bank dan memperbesar penyimpanan dana dari
masyarakat. Langkah kedua yaitu meningkatkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)
dengan meningkatkan penyerapan dana ritel hingga tercapai porsi tabungan (CASA) yang
optimal dan mencapai prosi CASA yang optimal dengan pengembangan fitur dan produk
khusus CASA dan kerja sama dengan institusi/lembaga keuangan lain. Selain itu
penyaluran dana melalui aparatur desa yaitu dengan menjadikan aparat dessa sebagai
sasaran penetrasi produk dana bank serta melaksanakan cross-selling untuk para aparat
desa dan masyarakat sekitar.

Langkah ketiga adalah dengan penguasaan pasar, dengan cara (a) pengembangan
kerjasama dengna seluruh Pemkab/Pemko untuk implementasi SP2D online dan pajak
daerah online di seluruh Kabupaten/Kota; (b) sistem standardisasi marketing
communication (sarana promosi produk terstandar) untuk produk dana; (c) implementasi
program cross-selling antara lain dengan pewajiban pembukaan rekening bagi calon
debitur baru dan pewajiban penempatan dana bagi setiap debitur yang mendapatkan
fasilitas kredit.

Peningkatan Fee-based Income (FBI)

Untuk meningkatkan FBI sehingga tercapai penghimpunan dana yang optimal


dilakukan dengan (1) kerja sama dengan fintech; (2) kerja sama pihak ketiga melalui
pemanfaatan fitur Virtual Account (VA) untuk transaksi pembayaran; (3) pengembangan
penjualan beserta fitur Cash Management System (CMS); (4) relokasi ATM nonprofit/rugi

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 50


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
ke lokasi yang berpotensi menghimpun FBI; (5) pengembangan produk dan layanan
dengan cara: (a) melakukan diversifikasi produk dana dan layanan termasuk produk-
produk yang menyasar segmen kalangan muda dan pengembangan produk asuransi yang
bekerjasama dengan bank (bancassurance); (b) pengembangan akses layanan prima
(priority banking) dengan menyediakan fasilitas layanan Concordia Lounge; (c)
menyediakan produk berbasis digital sesuai kebutuhan antara lain pengembangan e-
money, QR code, aplikasi berbasis USSD, penyediaan fasilitas tarik tunai tanpa kartu,
pengembangan fasilitas mesin ADM dan Pinpad serta memprakarsai kerja sama dengan
fintech dan co-branding dengan pihak ketiga antara lain pengembangan co-branding
dengan PT Taspen dan pengembangan Kartu Kredit Pemerintah (KKP).

d. Non-performing Loan

Upaya untuk menurunkan ting non-performing loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah
dilakukan dengan (a) pencegahan kredit bermasalah dengan Early Warning Officer (EWO)
sebagai upaya pemantauan kredit (monitoring) kolektibilitas; (b) penerapan strategi
penyelamatan kredit bermasalah yaitu dengna restrukturisasi, pemantauan dan supervisi;
(c) penerapan strategi penyelesaian kredit bermasalah melalui collection, keringanan
bunga, klaim asuransi atau penjaminan kredit serta hapus buku murni; (d) meningkatkan
kepatuhan terhadap ketentuan dengan melakukan review, pengembangan dan
implementasi restrukturisasi, hapus buku serta penyelesaian kredit bermasalah.

e. People Management

Pengembangan SDM, produktivitas dan kompetensi pegawai menjadi prioritas


pengembangan dalam rencana bisnis bank. Adapun strategi inisiatif yang dilakukan yakni
(1) meningkatkan produktivitas pegawai dengan character building/diklat/seminar
motivasi dan penyempurnaan SOP reward and punishment; (2) pengembangan sistem
jenjang karir pegawai; (3) kompetensi pegawai dengan peningkatan kompetensi melalui
pelaksanaan coaching & counselling dan pengembangan modul e-learning. Selain itu
dengan menyiapkan Bank Kalsel University dalam hal penyusunan kurikulum dan silabus

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 51


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
dan menyediakan trainer melalui seleksi internal dan pembekalan Training of Trainers
(ToT); (4) pengembangan program leadership dan management associates.

5.2. Rencana Jangka Pendek dan Menengah

Dengan asumsi-asumsi tertentu, sasaran yang mau dicapai adalah sebagai berikut:

Target Jangka Pendek (2020)

a. Pertumbuhan DPK minimal 16,56% dari estimasi Desember 2019;


b. Kredit direncanakan tumbuh minimal 11,00% dari estimasi Desember 2019;
c. Untuk mendukung permodalan melalui kontribusi internal, laba bank diproyeksi-
kan tumbuh minimal 11,06% dari estimasi Desember 2019;
d. Tingkat kesehatan bank minimal berada pada peringkat II
e. Memperbaiki kualitas aktiva produktif melalui penurunan rasio NPL hingga
maksimal 4,50% (gross) di bulan Desember 2020.

Target Jangka Menengah (Tahun 2020-2022)

Target jangka menengah mengacu pada 5 fokus bidang utama Bank Kalsel seperti
dikemukakan di depan. Di bidang dana, pengembangan dalam penghimpunan dana untuk
meningkatkan dana murah (CASA) dan fee-based income masih berlanjut di tahun 2020
disertai dengan penambahan strategi untuk mengakselerasi pertumbuhan. Di bidang
penyaluran kredit/pembiayaan dilakukan dengan melakukan ekspansi kredit yang intensif
dan tersegmentasi disertai dengan perubahan model bisnis perkreditan. Pasar dalam
sektor produktif masih dalam lingkup sektor perkebunan, sarana prasarana, manufaktur
dan pertambangan. Pada sektor konsumtif menyangkut ekspansi KPR dan Kredit
Kendaraan Bermotor hingga Program Kredit Multiguna Bunga Murah. Upaya-upaya untuk
mendukung peningkatan FBI dalam pelayanan jasa-jasa bank dalam bidang perkreditan
termasuk melakukan co-branding dengan pihak-pihak lain termasuk komunitas, organisasi
usaha serta fintech.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 52


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
Di bidang IT strategi adalah mendukung pengembangan tahap pelaksanaan migrasi
infrastruktur IT (core banking) sehingga dapat membangun efisiensi dan efektivitas bisnis
dari segala lini melalui peningkatan proses bisnis. Pengembangan IT juga disertai dengan
upaya-upaya menciptakan Pengalaman Digital Nasabah secara menyeluruh.

Pengembangan SDM masih dalam upaya menciptakan talent pool SDM yang
berkompetensi tinggi dan memiliki daya saing dengan membangun program-program
pelatihan dan sertifikasi termasuk career path. Peningkatan kualitas layanan dan
pengembangan jaringan kantor yang berorientasi pada keuntungan dengan membangun
mekanisme program pemantauan dan pengendalian yang ketat terhadap pencapaian
kinerja cabang, divisi, unit kerja hingga level individu.

Dalam usaha pengembangan Unit Usaha Syariah (UUS), bank akan mengakomodasi-
kan tahapan upaya pemisahan (spin-off) Unit Usaha Syariah di tahun 2020 secara organik
maupun non-organik dalam rangka memenuhi ketentuan regulasi. Bank juga akan
melakukan peningkatan pelayanan usaha dan jasa di bidang syariah pada beberapa
jaringan kantor bank konvensional dalam rangka mendukung kinerja Unit Usaha Syariah.

5.3. Proyeksi Keuangan Bank 2019-2022

Penerapan yang efektif atas rencana bisnis seperti yang dikemukakan di atas
diproyeksikan akan berdampak positif pada perbaikan kinerja keuangan PT Bank Kalsel di
masa depan. Manajemen memperkirakan bahwa terdapat perbaikan signifikan dalam
semua aspek kinerja perusahaan. Dalam hal aset total, kredit dan DPK, manajemen
memproyeksikan secara amat optimistik akan bertumbuh dengan sangat signifikan selama
5 tahun ke depan dan berbeda tren pertumbuhannya dibanding 5 tahun sebelumnya
seperti terlihat pada Tabel berikut:

Tabel 5 – Tingkat Pertumbuhan Aset, Kredit dan DPK Historis dan Proyeksi

Tingkat Pertumbuhan 2014-2018 2019-2022


Aset 5,05% 12,85%
Dana Pihak Ketiga 2,57% 19,37%
Kredit yang Diberikan 5,67% 17,32%
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Kalsel 2014-2018, Rencana Bisnis 2019-2022, Data diolah.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 53


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
Grafik atas proyeksi komponen neraca perusahaan ini dapat dilihat pada Gambar 5.1
berikut:

Gambar 10 – Proyeksi Aset, DPK dan Kredit 2019-2022

23.000 21.382
21.000
18.873
19.000
16.944
17.000 15.703

15.000
13.182
13.000 11.882 11.882
10.824 10.993
11.000

9.000

7.000

5.000
2014 2015 2016 2017 2018 2019-P 2020-P 2021-P 2022-P

Aset Kredit yang diberikan Dana pihak ketiga

Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Kalsel 2014-2018, Rencana Bisnis 2019-2022, Data diolah.

Proyeksi atas masing-masing jenis kinerja bank dapat terlihat pada Gambar 5.2
berikut. Tampak bahwa manajemen berkeinginan untuk menjadikan kinerja bank pada
tingkat yang lebih baik daripada kinerja selama beberapa tahun belakangan. Seperti
dijelaskan di Bab 4 sebelumnya, terjadi penurunan kinerja dalam berbagai ukuran pada
periode 2014-2018. Untuk kinerja permodalan, bank menjaga rasio CAR pada tingkat aman
dengan rata-rata 22,45% sedangkan untuk kinerja aset produktif, manajemen berusaha
untuk menurunkan NPL, dengan strategi seperti dijabarkan di atas, sehingga menghasilkan
penurunan NPL secara konsisten sampai di bawah 4%. Untuk kinerja rentabilitas, tren
penurunan selama ini baik untuk ROA maupun ROE berusaha dibalik sehingga akan
kembali menaik pada tingkat sebelumnya yang pernah mencapai di atas 2% untuk ROA dan
di atas 12% untuk ROE. Demikian pula untuk rasio NIM berusaha diperbaiki sehingga dapat
mencapai di atas 6,5% dan rasio BOPO dijaga konstan pada rata-rata 86%.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 54


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
Gambar 11 – Proyeksi Kinerja Bank 2019-2022

CAR NPL (Gross)


25,63%
26,00% 6,00% 5,65%
25,00% 5,50% 5,18%
24,00%
22,89% 5,00%
23,00% 4,50%
4,50%
22,00% 22,79%
22,55% 3,91%
21,91% 21,78% 4,00%
21,00% 4,09%
21,12% 3,39%
20,00% 3,50%

19,00% 19,81% 3,00%

Rentabilitas (ROA & ROE) Rentabilitas (NIM & BOPO)


2,80% 21,00% 8,00% 87,82% 89,00%
2,60% 19,00% 85,95% 87,00%
7,50%
2,40% 17,00%
2,09% 6,87% 85,00%
2,20% 7,00% 6,75%
15,00%
2,00% 83,00%
13,00% 6,50% 6,82%
1,80% 13,65% 81,00%
11,00%
1,60% 6,00%
79,00%
1,40% 9,00%
1,31% 5,50% 5,43% 77,00%
1,20% 7,00%
6,08%
1,00% 5,00% 5,00% 75,00%

ROA ROE NIM BOPO

Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Kalsel 2014-2018, Rencana Bisnis 2019-2022, Data diolah.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 55


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
6. Analisis Investasi Atas Penambahan
Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten
Tanah Laut pada PT Bank Kalsel

Pada bagian ini dibahas analisis investasi yang dilakukan bila Pemerintah
Kabupaten Tanah Laut berniat untuk menambah penyertaan modalnya pada PT Bank
Kalsel. Investasi melalui penambahan penyertaan modal itu dinilai terutama dari apakah
nilai pengembalian (return) dari investasi itu cukup memadai mencapai maksud investasi
bagi Pemerintah Daerah. Analisis investasi yang dilakukan di sini terutama mengandalkan
pada penilaian (valuasi) penyertaan modal berdasarkan teori manajemen investasi.

6.1. Dasar Teoritis Analisis Investasi

Sesuai dengan teori investasi (Drake dan Fabozzi, 2010), jika seorang investor
melakukan penyertaan dalam bentuk saham berarti dia mempunyai kepentingan
kepemilikan dalam perusahaan tersebut. Saham itu merupakan surat berharga atau
sekuritas perpetual atau tidak memilki masa jatuh tempo. Investor tersebut sebagai
pemilik saham perusahaan mempunyai hak untuk menerima sejumlah tertentu dividen kas
tetapi penerimaannya sendiri tidak pasti. Keputusan membayarkan dividen itu sendiri
tergantung dari keputusan para komisaris sebagai perwakilan pemegang saham. Biasanya
ada pola atas dividen yang dibayarkan perusahaan yaitu bisa konstan atau bertumbuh
dengan tingkat yang konstan. Tetapi sekali lagi tidak ada jaminan bahwa dividen akan pasti
dibayarkan di masa depan.

Dalam aktivitas investasi yang wajar, investor membayar suatu saham harus
mencerminkan apa yang diharapkan dapat diterimanya dari saham itu yaitu sebagai imbal
hasil (return) atas modal yang ditanamkan investor. Dalam hal ini yang investor terima
adalah dalam bentuk dividen tunai di masa depan. Secara teoritis, nilai suatu saham
haruslah sama dengan nilai kini (present value) dari semua arus kas di masa depan yang
investor harapkan terima dari saham tersebut. Dengan demikian penilaian saham dapat

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 56


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
dilakukan dengan memproyeksikan arus kas masa depan yang berarti juga memproyeksi-
kan semua dividen yang diterima di masa depan (Fabozzi dan Drake, 2009; Bodie, Kane
dan Marcus, 2014). Cara penilaian saham ini disebut sebagai pendekatan arus kas
didiskontokan (discounted cash flow approach). Ada bermacam model discounted cash flow
(DCF) yang bisa digunakan untuk menilai saham, namun untuk keperluan analisis ini
difokuskan pada Dividend Discount Models (DDM) yang menggunakan dividen sekarang
dan beberapa ukuran pertumbuhan dividen yang historis ataupun yang diproyeksikan dan
juga estimasi atas tingkat imbal hasil yang diminta (the required rate of return) (Fabozzi
dan Markowitz, 2011).

Pada dasarnya DDM ini adalah penerapan dari analisis nilai kini/sekarang (present
value analysis) yang menyatakan bahwa nilai wajar dari suatu aset adalah nilai kini dari
arus kas yang diharapkan diperoleh dari aset tersebut. Dalam hal saham maka arus kas itu
adalah penerimaan atas dividen yang diharapkan. Secara matematis model DDM ini
diungkapkan dengan rumus dasar (Fabozzi dan Drake, 2009):

𝐷1 𝐷2
𝑃= 1
+ +⋯
(1 + 𝑟1 ) (1 + 𝑟2 )2

Di mana:
P = nilai wajar atau nilai teoritis atas saham
Dt = dividen diharapkan untuk periode t
rt = tingkat diskonto atau tingkat kapitalisasi untuk periode t

Dalam hal ini dividen diharapkan untuk diterima selamanya.

Meski demikian model DDM menurut rumus di atas jarang digunakan namun
disesuaikan dengan beberapa hal. Penyesuaian pertama adalah dengan Model Diskonto
Dividen dengan Pertumbuhan Konstan (Constant Growth Dividend Discount Model) yang
mengasumsikan dividen di masa depan bertumbuh dengan tingkat konstan (g) dan tingkat
diskonto tunggal (r) digunakan sehingga rumus DDM menjadi:

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 57


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
𝐷0 (1 + 𝑔)1 𝐷0 (1 + 𝑔)2 𝐷0 (1 + 𝑔)3 𝐷0 (1 + 𝑔)𝑁 𝑃𝑁
𝑃= + + + ⋯ +
(1 + 𝑟)1 (1 + 𝑟)2 (1 + 𝑟)3 (1 + 𝑟)𝑁 (1 + 𝑟)𝑁

Jika N atau periodenya diasumsikan mendekati tidak terhingga maka persaman


diatas akan menjadi:

𝐷1
𝑃=
𝑟−𝑔

Di mana D1 sama dengan D0 (1 + g).

Tingkat pertumbuhan dividen itu diestimasikan dengan menggunakan tingkat


pertumbuhan majemuk atas dividen historis. Tingkat pertumbuhan majemuk itu didapat-
kan dengan rumus berikut:

1⁄
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑔= ( ) −1
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙

Namun demikian asumsi pertumbuhan konstan itu dapat menjadi tidak realistis dan
menyesatkan sehingga banyak praktisi menyesuaikan DDM pertumbuhan konstan dengan
mengasumsikan pertumbuhan itu dalam beberapa fase pertumbuhan yang berbeda
tingkatnya atau disebut Model Diskonto Dividen Multifase (Multiphase Dividend Discount
Model).

Bentuk yang paling sederhana dari DDM multifase adalah model pertumbuhan dua
tahap yang merupakan pengembangan dari persamaan DDM di atas dengan menggunakan
dua nilai g yang berbeda. Tingkat pertumbuhan yang pertama g 1 dan tingkat pertumbuhan
kedua g2 dan bila diasumsikan bahwa tingkat pertumbuhan pertama berlaku untuk empat
tahun ke depan dan tingkat pertumbuhan kedua mengacu pada tahun-tahun sesudahnya
maka persamaan DDM dimodifikasi menjadi:

𝐷0 (1 + 𝑔1 )1 𝐷0 (1 + 𝑔1 )2 𝐷0 (1 + 𝑔1 )3 𝐷0 (1 + 𝑔1 )4 𝐷0 (1 + 𝑔2 )5
𝑃= + + + +
(1 + 𝑟)1 (1 + 𝑟)2 (1 + 𝑟)3 (1 + 𝑟)4 (1 + 𝑟)5
𝐷0 (1 + 𝑔2 )6
+ +⋯
(1 + 𝑟)6
Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 58
Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
Persamaan di atas disederhanakan lagi menjadi:

𝐷0 (1 + 𝑔1 )1 𝐷0 (1 + 𝑔1 )2 𝐷0 (1 + 𝑔1 )3 𝐷0 (1 + 𝑔1 )4
𝑃= + + + + 𝑃4
(1 + 𝑟)1 (1 + 𝑟)2 (1 + 𝑟)3 (1 + 𝑟)4

Oleh karena dividen sesudah tahun keempat dianggap bertumbuh dengan tingkat
konstan (g2) selamanya maka nilai saham pada akhir tahun keempat (yaitu P4) ditentukan
dengan rumus DDM tingkat pertumbuhan konstan dengan mensubstitusikan 𝐷0 (1 + 𝑔1)4
dengan D0 (sebab periode 4 adalah periode dasar untuk nilai pada akhir tahun keempat)
dan g2 untuk tingkat konstan g, sehingga persamaan menjadi:

𝐷0 (1 + 𝑔1 )1 𝐷0 (1 + 𝑔1 )2 𝐷0 (1 + 𝑔1 )3 𝐷0 (1 + 𝑔1 )4
𝑃= + + +
(1 + 𝑟)1 (1 + 𝑟)2 (1 + 𝑟)3 (1 + 𝑟)4
1 𝐷0 (1 + 𝑔1 )4 (1 + 𝑔2)
+ [ ( )]
(1 + 𝑟)4 𝑟 − 𝑔2

Dari hasil proses valuasi saham ini akan didapatkan suatu estimasi nilai saham yang
yang akan dibandingkan dengan nilai atau harga saham yang berlaku. Jika harga saham
lebih rendah daripada harga wajar yang diperoleh dari perhitungan melalui DDM maka
sahamnya dianggap layak diinvestasikan karena bersifat undervalued. Sebaliknya jika nilai
nominal lebih tinggi daripada harga yang diperoleh dari DDM ini maka saham itu dikatakan
overvalued atau terlalu mahal karena imbal hasilnya tidak sebanding dengan investasi yang
ditanamkan. Sedangkan nilai saham yang sama atau mendekati nilai nominal dikatakan
sebagai nilai yang wajar (fairly valued).

6.2. Data Dasar Model Proyeksi Dividen Bank Kalsel

Seperti dijelaskan di atas, ada bermacam cara ataupun ukuran pertumbuhan


dividen yang digunakan dalam DDM yaitu bisa berdasarkan dividen yang diproyeksikan
berdasarkan asumsi tertentu. Berikut ini disajikan data-data penerimaan dividen PT Bank
Kalsel seperti terlihat pada Gambar 12 berikut. Tampak bahwa meskipun jumlah besaran
total dividen tunai secara rata-rata menaik sebesar 4% namun pembayaran dividen per

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 59


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
lembar saham justru menurun dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (g) sebesar
minus 16,1%.

Gambar 12 - Perkembangan Pembayaran Dividen Bank Kalsel 2009-2019

160,00 100.000

140,00 90.000
80.000
120,00
70.000
100,00 60.000
80,00 50.000

60,00 40.000
30.000
40,00
20.000
20,00 10.000
0,00 -
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Dividen (Rp milyar) 81,46 119,03 71,75 82,07 86,83 124,81 152,64 136,50 156,11 151,61 72,13
Dividen per saham (Rp) 83.036 96.254 52.356 53.206 37.752 32.764 34.968 29.246 33.107 30.158 14.348
Dividen (Rp milyar) Dividen per saham (Rp)

Linear (Dividen (Rp milyar)) Linear (Dividen per saham (Rp))

Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember
2009-2018, Notulen RUPS 2019. Data Diolah.

Memprakirakan dividen dapat dikatakan lebih mudah dilakukan dengan biasanya


menggunakan data historis di atas dan arus kas dapat diproyeksikan berdasarkan skenario
tertentu. Sedangkan tingkat diskonto adalah merupakan tingkat imbal hasil yang diper-
syaratkan dan memprakirakan tingkat r ini lebih rumit daripada memprakirakan dividen.
Dalam praktik biasa r didapat dari capital asset pricing model (CAPM) yang memberikan
tingkat imbal hasil diharapkan berdasarkan risiko sistematis (beta). Menurut CAPM tingkat
r itu berbanding lurus dengan risikonya, jadi semakin besar risiko investasi maka investor
akan mengharapkan tingkat pengembalian/imbal hasil yang lebih tinggi ((Fabozzi dan
Drake, 2009; Bodie, Kane dan Marcus, 2014). Lebih lanjut CAPM mengasumsikan adanya
premi risiko yang didasarkan selisih historis antara return pasar (diproksikan dengan

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 60


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan tingkat return bebas risiko. Perhitungan
tingkat diskonto menurut CAPM ini ditunjukkan dalam Tabel 7 berikut ini.

Tabel 6 - Perhitungan Tingkat Diskonto Bank Kalsel Berdasarkan CAPM

Komponen Besaran Sumber


Tingkat bunga bebas risiko 7,30% Tingkat risk-free rate berasal Implied
Market Risk Premia dari www.market-risk-
premia.com
Premi risiko pasar 2,47% Implied Market Risk Premia (IMRP) dari
www.market-risk-premia.com
Beta (β) 0,46 Perhitungan beta atas return Bank Jabar
Banten (BJB) tahun 2012-2017 sebagai
salah satu Bank Pembangunan Daerah
(BPD) yang terdaftar di BEI.
Perhitungan r menurut CAPM = tingkat bunga bebas risiko + (beta x premi risiko)
r = 7,30% + (0,46 x 2,47%) = 8,44%
Sumber: www.market-risk-premia.com, data saham BJB dari BEI dan yahoo finance. Data diolah.

Dari hasil proses valuasi saham Bank Kalsel yang dilakukan di sini berdasarkan
data-data di atas didapatkan suatu estimasi nilai saham yang diperoleh dengan
menggunakan dividend discount model (DDM). Estimasi nilai saham ini akan dibandingkan
dengan nilai atau harga saham namun oleh karena saham Bank Kalsel tidak
diperdagangkan di bursa maka nilai patokan yang digunakan adalah nilai nominal per
lembar saham yang saat ini yaitu sebesar Rp 250.000 per lembar saham.

6.3. Perhitungan Nilai Wajar Saham Bank Kalsel dengan Model Proyeksi Laba
Bersih Historis

Model DDM dalam analisis ini memproyeksikan dividen berdasarkan pola proyeksi
atas laba bersih yang menjadi dasar bagi penetapan pembagian dividen. Dari data laba
bersih yang diperoleh dari Laporan Keuangan Bank Kalsel diperoleh data yang kemudian
diproyeksikan untuk 10 tahun ke depan seperti diperlihatkan pada Gambar 11. Terdapat
dua skenario dari proyeksi ini yaitu Skenario 1 yang bersifat moderat dimana terjadi
pertumbuhan laba diproyeksikan berdasarkan data laba bersih historis selama 10 tahun
terakhir. Pertumbuhan laba yang diproyeksikan ini bernilai positif meskipun kecil yaitu g
sebesar 3,94%. Di lain pihak terdapat juga Skenario 2 yang lebih optimistik berdasarkan

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 61


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
proyeksi oleh manajemen Bank Kalsel yang termuat dalam rencana bisnis bank tahun
2020-2022. Pada proyeksi ini laba bertumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang relatif
tinggi yaitu g sebesar 14,42%. Data proyeksi laba bersih ini kemudian menjadi dasar untuk
menghitung proyeksi dividen yang akan dibagikan. Sesuai dengan anggaran dasar Bank
Kalsel, dividen dibagikan adalah sebesar 60% dari perhitungan laba bersih setelah audit
berdasarkan share saham kumulatif masing-masing pemegang saham. Dengan mengalikan
60% dari laba bersih maka didapatkan proyeksi dividen seperti tampak pada Gambar 13.

Gambar 13 - Proyeksi Laba Bersih Bank Kalsel

400 365 380


349
332
350 314
283 295
300 252
250 224
201
200
147
132 136 140 144
150 113 117 121 125 128
103
100
50
0
-50
-100

Laba bersih Skenario 1 Lower Confidence Bound(Laba bersih) Skenario 2

Sumber: Laporan Keuangan PT BPD Kalimantan Selatan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2009-
2018, Rencana Bisnis PT BPD Kalimantan Selatan 2020-2022. Data Diolah.

Proyeksi dividen seperti terlihat pada Gambar 14 terbagi dalam dua skenario sama
seperti proyeksi laba bersih yaitu Skenario 1 yang moderat dan Skenario 2 yang lebih
optimistik. Dengan proyeksi dividen mengandalkan data laba bersih, pada Skenario 1
didapatkan pertumbuhan dividen konstan sebesar 2,32%. Sedangkan pada Skenario 2
pertumbuhan dividennya lebih tinggi yaitu 13,85% dengan mengasumsikan adanya
kenaikan signifikan di tahun 2020 sebesar 67,55% dan ada pertumbuhan konstan sejak
tahun 2021 sebesar 6,53%. Skenario 2 ini mengasumsikan adanya peningkatan kinerja

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 62


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
yang konsisten bila rencana manajemen diimplementasikan dengan efektif sehingga
menghasilkan dividen yang benar-benar signifikan.

Gambar 14 - Proyeksi Penerimaan Dividen Bank Kalsel Berdasarkan Laba Bersih

50.000 47.188
45.392
43.531
45.000 41.594
39.566
40.000 37.428
35.151
33.804
35.000
30.030
30.000 26.698
24.040
25.000

20.000
14.348
15.000

18.053
17.599
17.145
16.691
16.237
15.784
15.330
14.876
14.422
14.348

13.968
13.514

10.000

5.000

-
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Skenario 1 Skenario 2

Sumber: Data diolah.

Perhitungan atas nilai wajar atas saham Bank Kalsel dengan model proyeksi dividen
berdasarkan proyeksi laba bersih dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 7 - Perhitungan Nilai Wajar atas Saham Bank Kalsel dengan Model Proyeksi Dividen
Historis
Uraian Skenario 1 Skenario 2
Tingkat Pertumbuhan g = 2,32% g1 = 67,55%
Tahunan Majemuk (g) g2 = 6,53%
Tingkat Diskonto (r) r = 8,44% r = 8,44%
Model Perhitungan Constant Growth Dividend Multiphase Dividend
Discount Model Discount Model dengan dua
tahap pertumbuhan
Nilai Wajar Rp 221.093 Rp 1.263.030
Penilaian Overvalued Undervalued
Sumber: Data diolah.

Tampak bahwa dalam model ini untuk Skenario 1 didapatkan nilai wajar di bawah
nilai nominal saham Bank Kalsel sebesar Rp 250.000 yaitu sebesar Rp 221.093 atau bersifat

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 63


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
overvalued. Sedangkan pada Skenario 2 yang lebih optimistik, didapatkan bahwa investasi
saham sebesar Rp 250.000 adalah undervalued yaitu di bawah nilai wajar sebesar Rp
1.263.030. Hal ini mengindikasikan investasi ini akan menguntungkan bila skenario ini
terlaksana.

6.4. Sintesis atas Hasil Analisis Investasi

Berdasarkan hasil analisis investasi yang dikemukakan di depan maka dapat ditarik
sintesis yaitu bahwa dengan analisis menggunakan model proyeksi laba bersih dan DDM
didapatkan bahwa investasi penyertaan saham pada Bank Kalsel akan menguntungkan
pada kondisi di mana kinerja benar-benar meningkat secara signifikan sesuai dengan
sasaran dari rencana manajemen seperti diproyeksikan berdasarkan rencana bisnis yang
ditetapkan. Investasi ini bernilai Rp 1.263.030 jauh lebih tinggi dari nilai nominal
sahamnya yang sebesar Rp 250.000 per lembar saham. Hasil analisis ini berimplikasi
bahwa bila investasi dengan penambahan penyertaan modal pada Bank Kalsel benar-benar
dilaksanakan, tuntutan agar manajemen serius melaksanakan transformasi guna
perbaikan kinerja yang berkelanjutan mutlak diperlukan.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 64


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
7. Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan pada analisis yang dikemukakan di depan, maka dapat dikemukakan


beberapa hal sehubungan dengan rencana penambahan penyertaan modal Pemerintah
Kabupaten Tanah Laut pada PT Bank Kalsel yang terbagi atas kesimpulan analisis dan
rekomendasi seperti dipaparkan di bawah ini.

7.1. Kesimpulan

Kajian atas aspek dan perundang-undangan terkait menunjukkan bahwa


Pemerintah Daerah dalam rangka melaksanakan otonomi daerah dapat melakukan upaya
untuk menambah sumber pendapatan daerah guna meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan kegiatan pembangunan dalam bidang perekonomian melalui penambahan
penyertaan modal pemerintah daerah kepada BUMD. Dalam pelaksanaan penyertaan
modal pemerintah daerah kepada BUMD terdapat beberapa ketentuan yang harus
diperhatikan, yaitu (a) dana untuk penyertaan modal harus berasal dari surplus APBD; (b)
penyertaan modal harus ditetapkan melalui Peraturan Daerah; dan (c) penyertaan modal
Daerah untuk penambahan modal BUMD dilaksanakan setelah dilakukan analisis investasi
oleh Pemerintah Daerah dan tersedianya rencana bisnis BUMD. Analisis atas persyaratan-
persyaratan di atas menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Tanah Laut telah
memenuhi persyaratan secara legal untuk melakukan penambahan penyertaan modal
pada PT Bank Kalsel.

Analisis atas kinerja Bank Kalsel menunjukkan terdapat terdapat peningkatan pesat
dalam jumlah aset dan dana pihak ketiga yang dikelola Bank Kalsel. Meski demikian
tekanan dinamika dunia bisnis perbankan menekan kinerja bank ini. Untuk meningkatkan
dan mempertahankan posisi dan kinerja Bank Kalsel sebagai bank daerah maka perlu
dukungan dari segenap pemegang saham. Perlu langkah kehati-hatian dalam pengelolaan
bank ini agar kemampuan perusahaan tetap dapat memenuhi kewajibannya membagikan
dividen kepada pemegang saham di masa depan.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 65


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
Analisis investasi dengan menggunakan model proyeksi laba bersih menunjukkan
penambahan investasi penyertaan modal pada Bank Kalsel akan menguntungkan pada
kondisi di mana kinerja benar-benar meningkat secara signifikan dengan adanya
transformasi bisnis sesuai yang digagas dalam rencana manajemen, investasi ini akan
menguntungkan untuk dilaksanakan. Hal ini berimplikasi bahwa bila investasi dengan
penambahan penyertaan modal pada Bank Kalsel benar-benar dilaksanakan, diperlukan
upaya manajemen yang serius untuk melakukan transformasi guna perbaikan kinerja yang
signifikan.

7.2. Rekomendasi

Berdasarkan analisis yang dilaporkan dalam naskah ini ada beberapa hal yang dapat
disarankan bagi Pemerintah Kabupaten Tanah Laut sehubungan dengan rencana
penambahan penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Tanah Laut pada PT Bank Kalsel
yang mencakup hal-hal berikut ini:

a. Pemerintah Kabupaten Tanah Laut dapat menindaklanjuti rencana ini dengan


mengusulkan ditetapkannya peraturan daerah tentang penambahan penyertaan
modal pada PT Bank Kalsel kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tanah Laut
dengan disertai dokumen analisis ini sebagai pelengkap usulan yang dimaksud;
b. Apabila peraturan daerah yang dimaksud telah disetujui untuk ditetapkan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Tanah Laut, langkah selanjutnya, sesuai dengan hasil
analisis investasi dalam naskah ini, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut selaku
pemegang saham agar dapat melakukan pengawasan dan pemantauan yang
berkesinambungan pada operasional PT Bank Kalsel. Hal ini dilakukan untuk
menjamin investasi ini mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 66


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2012. Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 10 No. 1. Desember 2011.
Jakarta.

Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan. 2010. Laporan Tahunan Tahun 2009.
Banjarmasin.

Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan. 2011. Laporan Tahunan Tahun 2010.
Banjarmasin.

Fabozzi, Frank J. dan Harry M. Markowitz (ed.). 2010. The Theory and Practice of
Investment Management. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.

Fabozzi, Frank J. dan Pamela Peterson Drake. 2009. Finance: capital markets, financial
management, and investment management. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New
Jersey.

Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 12 No. 1. Desember
2013. Jakarta.

Otoritas Jasa Keuangan. 2017. Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 15 No. 1. Desember
2016. Jakarta.

Otoritas Jasa Keuangan. 2019. Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 17 No. 1. Desember
2018. Jakarta.

PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan. 2012. Laporan Tahunan Tahun


2011. Banjarmasin.

PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan. 2013. Laporan Tahunan Tahun


2012. Banjarmasin.

PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan. 2014. Laporan Tahunan Tahun


2013. Banjarmasin.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 67


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan
PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan. 2015. Laporan Tahunan Tahun
2014. Banjarmasin.

PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan. 2016. Laporan Tahunan Tahun


2015. Banjarmasin.

PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan. 2017. Laporan Tahunan Tahun


2016. Banjarmasin.

PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan. 2018. Laporan Tahunan Tahun


2017. Banjarmasin.

PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan. 2019. Laporan Tahunan Tahun


2018. Banjarmasin.

PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan. 2019. Rencana Bisnis Bank PT Bank
Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan. Banjarmasin.

Naskah Akademik Penambahan Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten 68


Tanah Laut pada PT Bank Pembangungan Daerah Kalimantan Selatan

Anda mungkin juga menyukai