Anda di halaman 1dari 5

PEMANFAATAN IDLE CASH BAGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN

KENERJA DAERAH

Pemanfaatan idle cash melalui


penerapan pengelolaan kas
dengan menginvestasikan dana
yang menganggur dalam bentuk
sertifikat deposito. Meskipun
pola penghitungan besaran idle
cash masih bersifat incremental,
namun kebijakan pengelolaan
kas ini terbukti mampu
memberikan kontribusi yang
cukup besar dalam peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD),
melalui perolehan bunga
deposito. Untuk mengetahui
apakah idle cash yang
diinvestasikan sudah optimal
sesuai dengan potensi yang ada
dalam aliran kas maka perlu
dilakukan analisis terhadap
kebijakan pengelolaan kas
tersebut. Analisis kebijakan
pengelolaan kas dilakukan dengan menggunakan alat analisis model anggaran kas,
sebagaimana dikemukakan oleh BIGG dalam menghasilkan informasi mengenai
besaran idle cash yang bisa diinvestasikan dan perolehan bunga deposito, untuk
menilai prospek kebijakan pengelolaan kas dari segi perspektif altematif kebijakan
publik, dalam menghasilkan informasi idle cash yang akan diinvestasikan. Hasil
analisis menurijukkan bahwa penggunaan anggaran kas, temyata mampu
memberikan informasi besaran idle cash dan perolehan bunga deposito yang lebih
optimal dibanding model incremental., investasi idle cash dalam bentuk sertifikat
deposito hanya menghasilkan bunga deposito padahal potensi idle cash yang
terdapat dalam aliran kas sebenamya jauh lebih besar, sehingga mampu
menghasilkan bunga deposito dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan
PAD Dari segi pemilihan altematif kebijakan publik dengan menggunakan kriteria
penilaian kelayakan tekhnis, kelayakan ekonomi/finansial, keberlangsungan
kebijakan secara politis, dan kemampuan administrasi, dapat dikatakan bahwa
kebijakan pengelolaan kas dan pemanfaatan idle cash untuk investasi guna
meningkatkan PAD, mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan oleh
Pemerintah Daerah
bahwa peluang besar yang diperoleh pemerintah daerah dan DPRD dengan
reformasi keuangan daerah ini kiranya adalah peluang untuk menunjukkan
kemampuan dalam mengelola anggaran daerah dengan tanpa terlalu banyak
campur tangan pemerintah pusat atau propinsi. suatu daerah mampu melaksanakan
otonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan daerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada
pemerintah pusat mempunyai proporsi yang semakin kecil diharapkan bahwa
Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadi bagian terbesar dalam memobilisasi dana
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam pengelolaan keuangan daerah
tersebut, temyata tidaklah semudah yang dibayangkan, karena salah satunya
memerlukan kemampuan ekonomi yaitu pertama adalah bagaimana pemerintah
daerah dapat menghasilkan finansial untuk menjalankan organisasi termasuk
memberdayakan masyarakat, kedua bagaimana pemerintah daerah melihat
fungsinya mengembangkan kemampuan perekonomian daerah, Tantangan dalam
pelaksanaan otonomi daerah ini terlihat dari tujuan utama pelaksanaan otonomi
daerah di mana menurut Mardiasmo (2002:99) pada dasarya terkandung tiga misi
utama sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal,
yaitu : menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah,
meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejehteraan masyarakat,
memberdayakan dan menciptakan peluang bagi masyarakat untuk ikut serta
berpartisipasi dalam proses pembangunan. Ketiga misi utama dimaksud
memberikan mandat kepada daerah untuk melakukan reformasi keuangan daerah
terutama untuk memecahkan permasalahan keuangan yang muncul akibat
meningkatnya kebutuhan
Dalam optimalisasi sumber-sumber PAD perlu dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan keuangan daerah. Untuk itu diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi
subyek dan obyek pendapatan. Dalam jangka pendek kegiatan yang paling mudah
dan dapat segera dilakukan adalah dengan melakukan intensifikasi terhadap obyek
atau sumber pendapatan daerah yang sudah ada terutama melalui pemanfaatan
teknologi informasi. dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah adalah melalui
optimalisasi intensifikasi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.
Salah satu potensi sumber penerimaan daerah yang belum banyak digali adalah
adanya potensi arus kas (cash flow) dalam pengelolaan keuangan daerah. Sebagai
bagian dari PAD, pemanfaatan arus kas untuk menjadi sumber penerimaan hanya
membutuhkan kreatifitas dari pemerintah dan tidak memerlukan model khusus serta
tidak akan membebani masyarakat dalam bentuk pungutan apapun. Karena yang
diperlukan hanya proyeksi mengenai besaran penerimaan dan
pengeluaran ,Informasi surplus arus kas beserta jangka waktunya inilah yang
dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya keuangan melalui
investasi, Peluang untuk melakukan investasi ini tercantum dalam Peraturan
Pemerintah No 105 Tahun 2000, yang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah
dapat melakukan investasi dalam bentuk penyertaan modal, deposito atau bentuk
investasi lainnya sepanjang hal tersebut memberi manfaat bagi peningkatan
pelayanan masyarakat dan tidak mengganggu likuiditas Pemerintah Daerah.
Pentingnya pengelolaan sumber daya secara efisien ini dikemukakan dalam
penjelasan umum UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Dijelaskan bahwa sejalan dengan perkembangan kebutuhan pengelolaan keuangan
Negara,
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemanfaatan idle cash melalui penyusunan
anggaran kas yang mampu menyajikan gambaran aliran dana kas masuk dan
keluar, merupakan salah satu altematif sumber penerimaan daerah yang bisa
meningkatkan nilai tambah keuangan daerah, untuk meningkatkan PAD
pengelolaan kas akan dapat mengatasi kendala yang dihadapi pemerintah daerah
dalam meningkatkan PAD. Kriteria kelayakan teknis ini terdiri atas dua subkriteria
yaitu: a) effectiveness, menyangkut sampai seberapa jauh suatu kebijakan atau
program bisa mencapai apa yang diinginkan, yang bisa diukur dalarn jangka panjang
atau pendek, baik secara Iangsung maupun tidak langsung; a) adequacy,
menyangkut sarnpai seberapa jauh kebijakan yang disarankan marnpu
memecahkan persoalan yang dihadapi, apakah secara keseluruhan atau hanya
sebahagian 2) Economic and Financial Possibility atau kelayakan
ekonomis/finansial, w1tuk mengevaluasi aspek ekonomis dan finansial dari
kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah, yang meliputi : a) change in
networth (perobahan dalam nilai). Mempersoalkan apakah suatu programlkebijakan
dapat merobah kemampuan ekonomis, khususnya dalam konteks penelitian ini
mampu meningkatkan PAD, kreativitas aparatur dan penggunaan sumber daya
lainnya; b) economic e.fficiency, mempersoalkan apakah penggunaan smnber daya
yang ada telah menghasilkan manfaat yang lebih tinggi; c) profitability,
mempertanyakan apakah perbandingan antara pengeluaran untuk melaksanakan
kebijakan dengan pemasukan dari pelaksanaannya menguntungk:an atau tidak,
khususnya dalam konteks keuangan pemerintah daerah; d) cost effoctivenes.v,
menyangkut apakah tujuan telah dicapai dengan biaya yang mmtmwn.
Di mana: IC =Idle Cash (Dana yang benar-benar menganggur) SKAk = Saldo Kas
Akhir SKM = Saldo Kas Minimum 4) Untuk menghitung pendapatan yang diperoleh
dari aktivitas investasi digunakan rumus bunga deposito beijangka "maximum dollar
available". Dengan teknik ini besaran pokok deposito langsung dikalikan dengan
jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan. Besaran pokok deposito diperoleh dari
rata-rata saldo kas awal bulan dan saldo kas akhir bulan. Teknik ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: "lnvestasi dalam hari" idle cash X Jumlah hari dalam
bulan ybs Analisis kualitatif Untuk menggambarkan prospek kebijakan pengelolaan
kas dalam upaya meningkatkan PAD digunakan alat anal isis studi kelayakan secara
kualitatif berdasarkan kriteria dan indikator yang dikembangkan oleh Bardach.
Tipologi ini digunakan untuk menganalisis kelayakan penerapan kebijakan
pengelolaan kas

Pada saat terjadi surplus, anggaran kas dapat memberikan informasi besaran dana
yang bisa dimanfaatkan besertajangka waktu dana tersebut menganggur. 2) Akurasi
informasi idle cash. Informasi idle cash sebagaimana tercantum pada tabel 3.5
merupakan informasi idle cash yang dihasilkan dari anggaran kas setelah dikurangi
dengan saldo kas minimum untuk berjaga-jaga. Walaupun besaran idle cash yang
dihasilkan dalam anggaran kas ini tidak sama persis dengan potensi yang
sesungguhnya, setidaknya besaran tersebut telah mendekati potensi idle cash yang
dimiliki. Tingkat akurasi informasi idle cash sebenamya dapat ditingkatkan apabila
didukung oleh adanya kebijakan dalam pengelolaan kas, yaitu kebijakan
pengumpulan pendapatan dan pengeluaran. Dukungan kebijakan ini akan
memberikan kepastian mengenai besamya dana yang bisa dikumpulkan atau
dibelanjakan dan kapan hal tersebut akan dilakukan. 3) Perolehan bunga deposito.
Perolehan bunga deposito akan sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang
berlaku pada saat investasi dilakukan serta adanya kebijakan dalam surat berharga,
seperti besamya saldo kas minimum untuk berjaga-jaga dan berapa besamya idle
cash yang akan diinvestasikan. Resiko paling utama dari pemanfaatan idle cash
untuk investasi pada surat berharga adalah likuiditas dari kas pemerintah daerah,
karena dana yang akan diinvestasikan adalah dana yang sebenamya akan
dipergunakan untuk kinerja Pemerintahan daerahnya

Model anggaran kas dapat meminimumkan resiko likuiditas kas pemerintah, karena
dengan anggaran kas akan dapat diketahui kapan pemerintah akan kekurangan
likuiditas sehingga dapat diantisipasi. Untuk lebih menjamin likuiditas kas pemda
dapat pula dilakukan dengan dua cara. Pertama, kebijakan penetapan besaran
saldo kas minimum, yang dimaksudkan sebagai dana untuk berjaga-jaga apabila
perhitungan dalam anggaran kas meleset. Kedua, pengaturan investasi deposito
dalam beberapa sertifikat deposito dan diinvestasikan setiap hari sehingga nantinya
jatuh tempo sertifikat deposito tersebut juga dalam hitungan hari,

kebijakan pengelolaan kas kemudian dimanfaatkan untuk diinvestasikan dalam


bentuk deposito berjangka. Melalui investasi inilah manfaat idle cash bisa
ditingkatkan melalui perolehan bunga deposito yang cukup signifikan. Besamya
manfaat yang diperoleh dengan memanfaatkan sumber daya yang selama ini
dibiarkan menganggur begitu saja, menjadikan kebijakan pengelolaan kas sangat
prospektifjika dipandang dari sisi ekonomis dan efisiensinya. 3) Profitability. Dalam
penerapan kebijakan pengelolaan kas tidak diperlukan pengeluaran khusus, karena
kebijakan ini hanya membutuhkan keterampilan dalam mengelola informasi aliran
kas. Dengan demikian kebijakan pengelolaan kas sangat menguntungkan bagi
pemerintah kabupaten, sehingga layak untuk dikembangkan. 4) Cost effectiveness.
Tujuan utama kebijakan pengelolaan kas adalah ketersediaan kas dalam jumlah
yang cukup pada saat dibutuhkan. Kata 'cukup' di sini mengandung arti tidak terlalu
banyak dan juga tidak terlalu sedikit. Upaya Pemerintah Kabupaten Tanah Datar
dalam memanfaatkan potensi idle cash untuk investasi dalam bentuk deposito
dimaksudkan untuk mengurangi saldo kas yang terlalu banyak. Disamping itu
investasi juga bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah ekonomi melalui perolehan
bunga deposito. Dalam mencapai tujuan tersebut, biaya yang harus ditanggung oleh
Pemda adalah biaya investasi deposito dan likuiditas kas daerah. Biaya yang
ditanggung pemerintah dalam menerapkan kebijakan pengelolaan kas dapat
diminimumkan, sehingga hampir tidak ada biaya yang harus dikeluarkan. Untuk
menjaga likuiditas kas daerah, dilakukan dengan menetapkan saldo kas minimum
dan pengaturan investasi deposito dalam beberapa sertifikat deposito dengan
jangka waktu yang berbeda setiap harinya, sehingga jatuh temponya juga setiap
hari. Dengan demikian, ditinjau dari segi biaya investasi

Selain Idlecash dapat ditempatkan melalu deposito idlecash juga dapat ditempatkan
pada Investasi Pemerintah Pusat seperti membeli Obligasi Pemerintah (ORI), Surat
Berharga lainnya seperti SUKUK, yang dapat memberikan keuntungan bagi
Pemerintah daerah dan keamanan terjaga dengan berinvestasi Pendek dalam satu
tahun.
Kebijakan dalam pengelolaan kas mempunyai prospeknya cukup baik dan layak
untuk dilanjutkan Kelayakan politik kebijakan pengelolaan kas. Kriteria ini digunakan
untuk melihat tingkat penerimaan masyarakat dan keberlangsungan penerapan
kebijakan pengelolaan kas secara politik, yang meliputi : 1) Acceptability. Untuk
memperoleh gambaran mengenai tingkat penerimaan terhadap kebijakan
pengelolaan kas dengan memanfaatkan idle cash dapat dilihat dari kronologis
pelaksanaan kebijakan ini mulai dari tahap pengusulan. Ide pemanfaatan idle bisa
disikapi oleh Dispenda dan Bagian Keuangan, dengan membuat telaahan oleh staf
mengenai pemanfaatan idle cash dalam bentuk investasi disertai dengan proyeksi
dan antisipasi resiko likuiditas kas daerah. Secara politis penerimaaan kebijakan ini
oleh semua kalangan, menunjukkan bahwa kebijakan pengelolaan kas layak
dikembangkan dan dapat dijadikan altematif untuk meningkatkan PAD. 2)
Approriateness. Amanah dari masyarakat yang terwujud dalam APBD, di satu sisi
menuntut pemerintah untuk mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, dan di sisi
lain pemerintah hams berupaya mencarikan sumber-sumber penerimaan untuk
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Untuk mengetahui dampak
kebijakan pengelolaan kas dapat dilihat dari peningkatan realisasi belanja.

Idlecash yang ada dipemerintahan daerah dapat juga digunakan untuk


meningkatkan kinerja pemerintahan daerahnya dan dapat juga dimanfaatkan untuk
mengatasi Bencana Alam yang ada diwilayah pemerintahnya, apalagi dimana
wilayah kerjanya rawan akan bencana alam seperti longsor,banjir maupun Gempa.

Anda mungkin juga menyukai