Anda di halaman 1dari 48

MODUL

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN


PERKOTAAN BERKELANJUTAN

Materi Pokok 2:
Agenda Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan

1) Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat


2) Bahan Ajar
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN
MATA DIKLAT (RBPMD)

Nama Pelatihan untuk Pelatih (Training of Trainers) Pembangunan dan


1 Diklat Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Mata
2 Ajar
Agenda Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan

Alokasi
3 Waktu
2 Jam Pelajaran (1 Sesi), meliputi tugas membaca dan kuis

Deskripsi
4 Singkat
Materi ajar ini membekali peserta pelatihan untuk memahami arah
kebijakan perkotaan yang telah disepakati pada tingkat global serta arah
kebijakan perkotaan pada tingkat nasional untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan

Tujuan
5 Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta memiliki pemahaman
tentang agenda perkotaan di tingkat global dan nasional untuk
mewujudkan pembangunan perkotaan berkelanjutan
b. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat:
Menjelaskan agenda perkotaan pada NUA dan SDGs serta
penerapannya di Indonesia
Menjelaskan arah kebijakan perkotaan nasional dan indeks kota
berkelanjutan di Indonesia

Materi
6 Pembelajaran
a. Arah
Arah Kebijakan
KebijakanPerkotaan
PerkotaandidiIndonesia
Indonesia
Tantangan Pembangunan Perkotaan di Indonesia
Kebijakan Perkotaan Pada RPJMN 2020-2024
b. New
New Urban
Urban Agenda
Agenda
Pengantar New Urban Agenda
Visi Bersama
Pendekatan dan Prinsip New Urban Agenda
Implementasi New Urban Agenda di Indonesia
c. Sustainable
c. SustainableDevelopment
DevelopmentGoals
Goals
Pengantar Sustainable Development Goals
Prinsip Sustainable Development Goals
Tujuan dan Target Sustainable Development Goals
Ratifikasi Sustainable Development Goals
Peta Jalan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia 2030
d. Kebijakan
Kebijakan Perkotaan
PerkotaanNasional
Nasional2045
2045
e. Indeks Kota Berkelanjutan
Indeks Kota Berkelanjutan
Metode Asinkronus
7 Tugas Membaca
Kuis

Alat dan
8 Bahan
Soal kuis secara online melalui google form, monkey survey atau
aplikasi sejenis lainnya dengan mengirimkan link ke e-mail peserta
pelatihan

2-ii
DAFTAR ISI
Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat 1-i
Daftar Isi 1-iii
Daftar Tabel 1-iv
Daftar Gambar 1-.iv

I III
Sustainable
V
Arah Kebijakan Indeks Kota
Perkotaan di Development Goals Berkelanjutan
Indonesia 3.1 Pengantar Sustainable
Development Goals...............2-19
1.1 Tantangan Pembangunan 3.2 Prinsip Sustainable
Perkotaan di Indonesia.........2-1 Development Goals...............2-21
1.2 Kebijakan Perkotaan pada 3.3 Tujuan dan Target
RPJMN 2020-2024...................2-5 Sustainable Development
Goals...................................................2-23
3.4 Ratrifikasi Sustainable
Development Goals di

II
Indonesia........................................2-26
3.5 Peta Jalan Pembangunan
Berkelanjutan Indonesia....2-28

New Urban Agenda

IV
2.1 Pengantar New Urban
Agenda..............................................2-8
2.2 Visi Bersama........................2-10
2.3 Pendekatan dan Prinsip
New Urban Agenda................2-11
2.4 Implementasi New Urban Kebijakan Nasional
Agenda..............................................2-13
Perkotaan

Daftar Pustaka 2-49

2-iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Indikator/Target Proyek Prioritas (Pro-P) Pengembangan Kawasan Perkotaan dalam
RPJMN 2020-2024……………………………………………………………..……………………..………….2-6
Tabel 2.1 Deskripsi Prinsip-Prinsip Perkotaan....................................................................................... 2-13
Tabel 2.2 Prasyarat Implementasi NUA ................................................................................................... 2-14
Tabel 2.3 Pilihan Peran Pelaku Pembangunan Perkotaan ................................................................ 2-15
Tabel 2.4 Sarana Implementasi Agenda Baru Perkotaan .................................................................. 2-17
Tabel 4.1 Skenario dalam Peta Jalan Menuju Perkotaan Berkelanjutan 2045 .......................... 2-32
Tabel 4.2 Kerangka Implementasi Kebijakan Perkotaan Nasional 2045 ..................................... 2-33
Tabel 5.1 Penjabaran Dimensi IKB berdasarkan Misi KPN 2045 .................................................... 2-36
Tabel 5.2 Penjelasan Cascading Dimensi-Subdimensi-Indikator IKB dengan Indkator
SDGs .................................................................................................................................................. 2-38

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tantangan Pembangunan Pelayanan Dasar Perkotaan di Indonesia………………2-4


Gambar 2.1 Keterkaitan NUA dan SDGs……………………………………………………………………………..2-9

Gambar 2.2 Sistematika Panduan Praktis Implementasi Agenda Baru Perkotaan ................. 2-16
Gambar 3.1 Peran Para Pemangku Kepentingan dalam Pelaksanaan TPB ............................... 2-26
Gambar 3.2 Pilar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia .......................................... 2-27
Gambar 3.3 Simulasi Proyeksi Baseline dan Proyeksi Skenario Intervensi ................................ 2-29
Gambar 3.4 Contoh Penerapan Skenario Proyeksi Untuk Indikator Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan ........................................................................................................................... 2-29
Gambar 4.1 Visi dan Misi Kebijakan Perkotaan Nasional 2045 ..................................................... 2-30
Gambar 5.1 Kerangka Kerja Konseptual IKB dari Misi KPN ............................................................. 2-35
Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN


BERKELANJUTAN

1. ARAH KEBIJAKAN PERKOTAAN DI INDONESIA


1.1 TANTANGAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN DI
INDONESIA

Populasi Indonesia meningkat pesat dan sekitar 72,8% masyarakat akan tinggal di
Kawasan Perkotaan pada tahun 2045 (BPS, 2018), dengan konsentrasi penduduk dan
ekonomi yang terpusat di Jawa dan kawasan barat Indonesia. Oleh karena itu perlu
reorientasi untuk mewujudkan pembangunan yang lebih berkeadilan. Dengan
peningkatan penduduk perkotaan maka akan menyebabkan angka urbanisasi yang
tinggi yang berarti perpindahan penduduk ke wilayah perkotaan juga akan terus
meningkat.

Urbanisasi dan pertambahan penduduk perkotaan akan memberikan


dampak terhadap pembangunan ekonomi negara dan regional serta
dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi
masyarakat. Namun demikian, selain memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu negara, urbanisasi dan pertambahan
penduduk perkotaan menimbulkan permasalahan perkotaan yang
dikelompokkan berdasarkan pilar Kebijakan Perkotaan Nasional
sebagai berikut:

Sosial
Sistem
Budaya
Perkotaan
Perkotaan

Perekonomian
Perkotaan

Infrastruktur
Perkotaan
Lingkungan
Hidup dan
Ketangguhan
Bencana

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-01


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Belum ada penegasan entitas Kota, Kawasan,


Sistem Perkotaan Wilayah perkotaan secara yuridis dengan
metode delineasi dan data perkotaan yang
memadai.
Tidak tegasnya batas, nama, peran, dan fungsi
wilayah/kawasan perkotaan.
Belum jelasnya kedudukan permukiman
perkotaan swasta skala besar (kawasan
perkotaan baru) dalam sistem perkotaan.
Terjadinya sprawling yang tidak terkendali.
Ketahanan pangan terancam dan masih
minimnya praktik pertanian perkotaan.

Pembangunan infrastruktur belum sepenuhnya


diarahkan pada daerah prioritas berdasarkan
rencana tata ruang.
Backlog, permukiman kumuh, transformasi
budaya bermukim (dari hak milik menjadi sewa,
dari perumahan tapak menjadi vertical
housing), perumahan tidak terjangkau.
Keterbatasan lahan bagi kepentingan umum
Infrastruktur
dan penguasaan lahan skala besar oleh swasta
Perkotaan
yang tidak terkendali, tanah terlantar tidak
dikelola Pemerintah Daerah.
Peremajaan kota dan Cagar Budaya Kota yang
terabaikan.
Kapasitas dan kualitas transportasi umum
kurang optimal.
Kualitas dan kuantitas pelayanan dasar
perkotaan belum memadai.
Minimnya ketersediaan infrastruktur perkotaan
yang inklusif bagi kelompok masyarakat rentan.
Belum terpadunya infrastruktur perkotaan
serta pengaturan mengenai pemanfaatan
ruang dalam bumi perkotaan.

2-02 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Masalah sosial dan kriminalitas tinggi meningkatkan


Sosial Budaya kerentanan sosial kota serta ketidakamanan hunian
Perkotaan dan lingkungan kota.
Hilangnya identitas, kearifan dan budaya lokal
perkotaan akibat keseragaman citra kota.
Segregasi sosial dan kesenjangan antara masyarakat
perkotaan terutama di dalam dan di luar permukiman
perkotaan skala besar.
Minimnya kesadaran masyarakat terhadap budaya
berkota serta penegakan hukum yang bias kelas.
Administrasi Kependudukan yang kaku.

Belum optimalnya penanganan dan perencanaan


terhadap sektor informal.
Perekonomian
Perkotaan Belum optimalnya pengembangan dan pembinaan
UMKM, IKM serta keterkaitannya dalam rantai pasok
perekonomian wilayah dan global.
Belum optimalnya investasi dan penciptaan lapangan
kerja serta keterkaitannya terhadap pengembangan
SDM berkualitas.
> Terancamnya pasar tradisional dan pasar modern,
serta pemanfaatan ekonomi digital belum optimal.

Meningkatnya ancaman perubahan iklim, terutama


bagi kelompok masyarakat rentan di kota pesisir dan
kota pulau.
Lingkungan
Keterbatasan infrastruktur hijau dan tangguh
Hidup dan
bencana.
Ketangguhan
Menurunnya keanekaragaman hayati dan kualitas
Bencana
lingkungan hidup perkotaan karena pencemaran
udara, tanah, dan air.
Keterbatasan pengelolaan limbah cair dan limbah
padat perkotaan serta belum diterapkannya circular
economy.
Rendahnya proporsi ruang terbuka hijau dan ruang
terbuka publik di perkotaan yang aman, nyaman dan
inklusif.
Rendahnya proporsi energi baru terbarukan dan
hijau

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-03


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Belum diaturnya kelembagaan perkotaan di dalam


kabupaten dan yang bersifat lintas daerah.
Tata Kelola dan Masih terbatasnya metode pemantauan
Kelembagaan pembangunan perkotaan.
Perkotaan Fragmentasi pengelolaan pelayanan menyebabkan
keterbatasan layanan bagi warga di zona komuter.
Belum ada mekanisme penganggaran dan
pembiayaan yang mendorong investasi perkotaan.
Belum jelasnya hubungan pemerintah dan pengelola
dalam kawasan perkotaan baru swasta.
Belum optimalnya pemanfaatan Teknologi Informasi
dan Big Data dalam pengelolaan perkotaan.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan kondisi utama bagi keberlangsungan


pembangunan ekonomi daerah. Untuk mengukur kemajuan perekonomian daerah
dengan mengamati seberapa besar laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai daerah
tersebut yang tercermin dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Faktanya, peningkatan urbanisasi di Indonesia hanya membangkitkan 1,4% PDB
perkapita dan hal ini relatif rendah dibandingkan rata-rata Asia Timur dan Pasifik
yaitu sekitar 2,7%. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan urbanisasi yang optimal
agar besarnya urbanisasi yang terjadi dapat berjalan optimal dan akan memberikan
pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi. Namun untuk melakukan
pengoptimalan terhadap urbanisasi yang terjadi juga terdapat beberapa tantangan
terutama dalam peningkatan kebutuhan layanan dasar seperti kesehatan,
pendidikan, dan infrastruktur dasar seperti air pipa, sanitasi, dan pemenuhan
kebutuhan perumahan dan permukiman masyarakat.

Gambar 1.1 Tantangan Pembangunan Pelayanan Dasar Perkotaan di Indonesia


Sumber: Bappenas, 2020

2-04 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Selain permasalah perkotaan, tantangan terbesar yang dihadapi oleh perkotaan di


Indonesia adalah ancaman terhadap bencana seperti gunung meletus, gempa bumi,
banjir, longsor, tsunami, dan rentan terhadap dampak negatif dari perubahan iklim
seperti kenaikan muka air laut, kejadian iklim ekstrem dan bencana
hidrometerologis. Dengan demikian, perkotaan Indonesia dituntut untuk
meningkatkan ketahanan kota dari bencana serta semakin tanggap dan responsif
dalam mengurangi risiko dan dampak yang timbul dari ancaman bencana geologi
dan bencana hidrometerologis akibat perubahan iklim.

1.2 KEBIJAKAN PERKOTAAN PADA RPJMN 2020-


2024

Kebijakan perkotaan pada RPJMN 2020-2024 termuat pada kebijakan


pengembangan wilayah. Pembangunan kewilayahan menjadi salah
satu prioritas nasional (PN) dalam RPJMN 2020-2024 yang diarahkan
untuk menyelesaikan isu strategis utama yaitu ketimpangan antar
wilayah dengan sasaran antara lain: (i) meningkatnya pemerataan
antarwilayah (KBI-KTI, Jawa luar Jawa); (ii) meningkatnya keunggulan
kompetitif pusat-pusat pertumbuhan wilayah; (iii) meningkatnya
kualitas dan akses pelayanan dasar, daya saing serta kemandirian
daerah; (iv) meningkatnya sinergi pemanfaatan ruang wilayah.

Dalam lima tahun mendatang (2020-2024),


sasaran pembangunan kewilayahan yang
akan dicapai yaitu “Menurunnya
kesenjangan antarwilayah dengan
mendorong transformasi dan akselerasi
pembangunan wilayah KTI yaitu Kalimantan,
Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan
Papua, dan tetap menjaga momentum
pertumbuhan di wilayah Jawa Bali dan
Sumatera”. Salah satu kebijakan yang
diterapkan dalam mewujudkan sasaran
tersebut adalah “Meningkatkan keunggulan
kompetitif pusat-pusat pertumbuhan
wilayah” melalui kegiatan prioritas (KP)
Pengembangan Kawasan Perkotaan
dengan dengan strategi sebagai berikut:

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-05


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Pembangunan Ibu Kota Negara di luar pulau Jawa di posisi yang lebih seimbang secara spasial dan
ekonomi, sebagai stimulus pertumbuhan perekonomian melalui peningkatan permintaan agregat,
mendorong diversifikasi ekonomi Pulau Kalimantan, sumber pertumbuhan ekonomi baru jangka panjang
terutama untuk Wilayah Pulau Kalimantan dan Kawasan Timur Indonesia, dan mengurangi ketimpangan
antar wilayah, didukung oleh kebijakan pengelolaan ASN berbasis smart governance

Pembangunan kota
baru sebagai contoh
untuk pengembangan
kota publik inklusif
Strategi Pengembangan yang terencana

Kawasan Perkotaan

Pembangunan kota
baru sebagai contoh
untuk pengembangan
Optimalisasi Wilayah Metropolitan (WM) dan kota besar di luar Jawa,
kota publik inklusif
termasuk perencanaan ruang, pembangunan infrastruktur perkotaan,
yang terencana
perencanaan investasi dan pembiayaan pembangunan dengan tetap
mempertahankan pertumbuhan dan meningkatkan daya dukung
lingkungan untuk WM dan kota besar di Jawa

Target proyek prioritas pada pengembangan kawasan perkotaan tersebut dapat


dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.1 Indikator/Target Proyek Prioritas (Pro-P) Pengembangan Kawasan


Perkotaan dalam RPMN 2020-2024

Sumber: Lampiran 1 Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024

2-06 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Pada RPJMN 2020-2024, pengembangan wilayah dilakukan melalui dua


pendekatan utama, yaitu pendekatan pertumbuhan dan pendekatan pemerataan,
sebagaimana tercermin dari pendekatan koridor pertumbuhan dan koridor
pemerataan berbasis wilayah pulau. Koridor pertumbuhan dan pemerataan wilayah
secara spasial dijelaskan sebagai berikut.

Koridor pertumbuhan berorientasi Sementara koridor pemerataan


untuk memacu pertumbuhan berorientasi untuk pemenuhan
ekonomi nasional melalui pelayanan dasar yang lebih merata
percepatan pengembangan melalui pengembangan PKW dan
kawasan-kawasan pertumbuhan, PKL sehingga terbentuk pusat-pusat
meliputi PKN, PKW, KEK, KI, dan pelayanan dasar baru yang
KSPN, serta kota-desa serta menjangkau daerah pelayanan yang
kawasan aglomerasi perkotaan pada lebih luas, pada kabupaten/kota
kabupaten/kota yang terletak pada pada koridor pemerataan.
koridor pertumbuhan.

Pendekatan melalui koridor pertumbuhan mengutamakan pengembangan pusat-


pusat pertumbuhan dengan basis keunggulan wilayah yang dapat mendorong
peningkatan nilai tambah, peningkatan penerimaan devisa dan atau pneumatic
devisa, perluasan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi secara nyata dalam
lima tahun mendatang. Pusat-pusat pertumbuhan wilayah antara lain adalah
kawasan pertanian, perikanan, perkebunan dan pertambangan sebagai pusat
produksi; kawasan strategis prioritas seperti Kawasan Industri (KI) dan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) sebagai pusat pengolahan sumber daya alam; Kawasan
Pelabuhan Bebas Dan Perdagangan Bebas (KPBPB) sebagai pusat perdagangan dan
industri ke pelabuhanan; Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan
Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) sebagai pusat pengembangan jasa pariwisata;
serta kawasan perkotaan termasuk metropolitan, kota-kota baru dan kota-kota
sedang dan kecil sebagai pusat pelayanan jasa dan perdagangan.

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-07


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Pendekatan melalui koridor pemerataan mengutamakan pengembangan


wilayah penyangga (hinterland) yang berada disekitar pusat pertumbuhan, serta
daerah dan kawasan tertinggal untuk menjamin kesetaraan dan keadilan dalam
pemenuhan hak-hak dasar rakyat sesuai dengan kaidah tujuan pembangunan
berkelanjutan, yaitu tidak meninggalkan satupun kelompok masyarakat (no-one
left behind). Wilayah penyangga tersebut antara lain adalah desa, kawasan
perdesaan, kawasan transmigrasi, kawasan perbatasan, termasuk pulau-pulau
kecil, terluar dan terdepan, serta daerah tertinggal.

Pendekatan Koridor Pertumbuhan Pendekatan Koridor


Kerangka Ekonomi Pemerataan

a. Petumbuhan Ekonomi Kawasan a.Mitigasi Bencana


Strategis b.Tata Kelola
·PKN, PKW, KI, KEK, KPBPB, DPP/ c.Pemenuhan Pelayanan Dasar
KSPN d.Pemerataan Pembangunan
Kota – Desa e.Pusat Pertumbuhan Ekonomi Lokal
b. Sektor Unggulan 1) Arahan Sektor:
Manufaktur Sektor Utama
Pariwisata, dsb Sektor Pendukung
c. Arahan Sektor 2) Kawasan Strategis:
Transportasi PKW, PKL, PKSN
Energi, dsb Kota – desa

II. NEW URBAN AGENDA


2.1 PENGANTAR NEW URBAN AGENDA
New Urban Agenda (NUA) merupakan komitmen global, sesuai dengan
kesepakatan yang disusun oleh delegasi dari 140 negara, termasuk Indonesia,
untuk mewujudkan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan (Sustainable
Urbanization). Di era peningkatan urbanisasi yang belum pernah terjadi
sebelumnya, dan dalam konteks Agenda SDGs dan Perjanjian Paris 2030, serta
perjanjian dan kerangka kerja pembangunan global lainnya, NUA dirancang
untuk memahami bahwa kota dapat menjadi sumber solusi, daripada
penyebabnya, untuk tantangan yang dihadapi dunia saat ini. NUA menawarkan
pendekatan baru dalam membangun, mengelola, dan menata suatu kota. Jika
direncanakan dan dikelola dengan baik, urbanisasi dapat menjadi alat yang
ampuh untuk pembangunan berkelanjutan baik bagi negara berkembang
maupun negara maju.

2-08 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

New Urban Agenda (NUA) adalah hasil kesepakatan pada Habitat III Cities
Conference di Quito, Ecuador pada bulan Oktober 2016, yang merupakan
penegasan komitmen global dalam pembangunan perkotaan yang
berkelanjutan. Implementasi NUA mendukung tujuan dan sasaran serta
pelaksanaan dan penerapan Sustainable Development Goals (SDGs). NUA
mengakui adanya keragaman budaya dan dampak negatif perubahan
iklim dalam pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.

Gambar 2.1 Keterkaitan NUA dan SDGs


Sumber: Panduan Praktis Implementasi NUA, 2017

NUA sejatinya adalah penjabaran lebih lanjut dari tujuan-tujuan global yang
tercantum dalam TPB/ SDGs, khususnya Tujuan 11 mengenai Sustainable
Sustainable Cities
and Communities.
Communities. Terutama mengenai visi kota-kota dan permukiman yang
berkelanjutan di masa mendatang. Keterkaitan yang paling mendasar adalah
kesamaan semangat yang diusung oleh kedua dokumen tersebut, yakni semangat
inklusivitas. Selain itu, NUA juga memberikan penjabaran yang lebih spesifik dari
Tujuan 11 pada TPB/ SDGs, terutama mengenai visi kota-kota dan permukiman
yang berkelanjutan di masa mendatang.

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-09


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

2.2 VISI BERSAMA


NUA bertujuan untuk mewujudkan kota dan permukiman yang memberikan
persamaan hak dan kesempatan, mendorong inklusifitas dan memastikan bahwa
setiap warga negara tanpa diskriminasi mampu menempati dan menciptakan kota
dan permukiman yang berkeadilan, aman, sehat, terjangkau, terjangkau, tangguh,
dan berkelanjutan. Visi bersama yang ditetapkan dalam NUA meliputi:

Cities for all (kota untuk semua)

1) Kota untuk
memarginalkan
semua dapat diartikan
kelompok-kelompok
kota yang
tertentu,
inklusif
termasuk
generasi sekarang dan masa depan. Visi kota untuk semua pun termasuk
dan tidak
kebutuhan

jaminan bahwa setiap penduduk, tanpa terkecuali dan tanpa diskriminasi,


mempunyai hak yang sama untuk tinggal di kota guna meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidupnya. Di beberapa negara, konsep kota
untuk semua seringkali disebut dengan right to the city.

Equal rights and opportunities (hak dan peluang yang sama bagi

2) semua)
Setiap penduduk kota dijamin hak dan peluang yang setara untuk menikmati
kebebasan yang mendasar, sesuai dengan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia dan perjanjian internasional lainnya.

Sustainable cities and human settlements (kota dan permukiman

3) yang berkelanjutan)
Visi bersama kota dan permukiman yang berkelanjutan mencakup kota yang
mampu memenuhi fungsi-fungsi sosial, partisipatif, serta berpedoman pada
prinsip-prinsip kesetaraan dan responsif terhadap gender dan usia. Kota
yang berkelanjutan pun harus dapat mengantisipasi tantangan dan peluang-
peluang pembangunan di masa mendatang serta mampu berperan sebagai
hub untuk meningkatkan keterkaitan antara kota dan wilayah. Selain itu, kota
dan permukiman yang berkelanjutan harus dapat menjaga keberlanjutan
ekologis dengan mengimplementasikan manajemen risiko bencana dan
melindungi ekosistem alami.

2-10 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

2.3 PENDEKATAN DAN PRINSIP NEW URBAN


AGENDA

Pendekatan yang digunakan dalam NUA terdiri atas:

Urban and territorial development (pembangunan perkotaan dan wilayah)

Perencanaan dan pembangunan kawasan perkotaan


tidak terpisah dari kawasan di sekitarnya sehingga
perlu adanya keterpaduan dan integrasi.

Good governance and multi-stakeholders (tata kelola pemerintahan


dan multi-aktor)

Dalam membangun kota untuk semua, peran dari


pemerintah, baik itu pemerintah pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota, serta masyarakat sipil merupakan
hal yang sangat penting. Selain itu, untuk menjamin
partisipasi yang inklusif dari setiap aktor yang
terlibat, diperlukan pula penerapan prinsip-prinsip
transparansi dan akuntabilitas.

People-centered and age- and gender-responsive (berorientasi kepada manusia


dan responsif terhadap usia dan gender)

Kebijakan pembangunan perkotaan harus dirancang


dengan mempertimbangkan kepentingan dan
kebutuhan manusia, sesuai dengan jenis kelamin
dan usia. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan
adanya kebijakan pembangunan perkotaan yang
terintegrasi di setiap tingkatan pemerintahan, yang
didukung dengan tata kelola perkotaan dan
kerangka pendanaan pembangunan yang memadai.

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-11


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Prinsip-prinsip pelaksanaan NUA antara lain: (i) tidak menelantarkan siapapun (no
one left behind); (ii) pembangunan ekonomi perkotaan yang inklusif dan
berkelanjutan; dan (iii) memastikan keberlanjutan lingkungan hidup serta mitigasi
dan adaptasi perubahan iklim. Berikut penjelasan mengenai prinsip yang ditetapkan
dalam NUA yaitu:

Tidak menelantarkan seorang pun (leave no one behind)

dengan mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dan


dimensinya, termasuk pengentasan kemiskinan ekstrem,
dengan memastikan persamaan hak dan kesempatan,
keragaman sosial-ekonomi dan budaya, dan integrasi di ruang
kota, dengan meningkatkan kelayakan huni, pendidikan,
ketahanan pangan dan gizi, kesehatan dan kesejahteraan

Memastikan ekonomi perkotaan yang inklusif dan berkelanjutan (ensure


sustainable and inclusive urban economies)

dengan memanfaatkan manfaat aglomerasi dari urbanisasi


yang terencana, termasuk produktivitas tinggi, daya saing
dan inovasi, dengan mempromosikan lapangan kerja penuh
dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua,
dengan memastikan penciptaan pekerjaan yang layak dan
akses yang sama bagi semua untuk sumber daya dan
peluang ekonomi dan produktif dan dengan mencegah
spekulasi tanah, mempromosikan kepemilikan tanah yang
aman dan mengelola penyusutan kota, jika perlu.

Keberlanjutan lingkungan hidup (ensure environmental sustainability)

dengan mempromosikan energi bersih dan penggunaan


lahan dan sumber daya yang berkelanjutan dalam
pembangunan perkotaan, dengan melindungi ekosistem dan
keanekaragaman hayati, termasuk mengadopsi gaya hidup
sehat yang selaras dengan alam, dengan mempromosikan
pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, dengan
membangun ketahanan perkotaan, dengan mengurangi risiko
bencana dan dengan melakukan mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim.

2-12 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Berdasarkan kesepakatan di dalam NUA, terdapat beberapa prinsip pembangunan


kota lainnya yang ingin diwujudkan. Berikut adalah prinsip-prinsip pembangunan
perkotaan yang ingin dicapai, sebagaimana disebutkan dalam NUA.

Tabel 2.1 Deskripsi Prinsip-Prinsip Perkotaan

Sumber: Panduan Praktis Implementasi NUA Kementerian PUPR, 2017

2.4 IMPLEMENTASI NEW URBAN AGENDA DI


INDONESIA
Di Indonesia, NUA digunakan sebagai pedoman bagi para pemangku kepentingan di
tingkat nasional dan daerah untuk diterjemahkan ke dalam setiap rencana
pembangunan. Dengan demikian, NUA dapat menjadi pedoman dalam penyusunan
RPJM, baik di tingkat nasional maupun daerah.

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-13


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Prasyarat Implementasi New Urban Agenda

Mewujudkan kota untuk semua, seperti yang menjadi visi bersama NUA merupakan
tugas dari setiap pemangku kepentingan. Ini berarti pemerintah (pusat dan daerah),
sektor swasta, komunitas filantropi, komunitas, organisasi masyarakat,
akademisi/perguruan tinggi, hingga lembaga internasional memiliki peran penting
untuk mewujudkan visi NUA tersebut sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Selain itu, NUA juga sangat mendorong adanya kemitraan secara vertikal dan
horizontal (multi-level dan multi-aktor) dalam merencanakan, membangun, dan
mengelola perkotaan yang inklusif dan berkelanjutan.

Sebelum membagi peran antar aktor untuk mengimplementasikan NUA, UN-Habitat


telah mengidentifikasi beberapa hal yang dibutuhkan sebagai prasyarat untuk
mewujudkan perkotaan yang berkelanjutan bagi semua.

Tabel 2.3 Pilihan Peran Pelaku Pembangunan Perkotaan

No Prasyarat Penjelasan

Perlu adanya komitmen, kebijakan, dan strategi


Kebijakan Perkotaan
1 pembangunan perkotaan di tingkat nasional agar
Nasional
dapat lebih terarah.

Peraturan perundang-undangan terkait


Peraturan Perundang- perkotaan dibutuhkan agar pembangunan
2 perkotaan memiliki landasan hukum yang jelas
Undangan Perkotaan
dan mengikat.

Perencanaan dan Desain Perencanaan dan desain perkotaan perlu


3
Perkotaan berorientasi pada manusia dan terpadu.

Kebijakan pembangunan perkotaan harus


Ekonomi Perkotaan dan
4 mampu menciptakan peluang ekonomi serta
Pembiayaan Perkotaan
dapat memberikan pemasukan bagi daerah.

Perencanaan dan pembangunan fisik perkotaan


Pembangunan Fisik harus dapat mendukung pencapaian NUA dan
5 sesuai dengan perencanaan dan desain
Perkotaan
perkotaan.

Sumber: Panduan Praktis Implementasi NUA Kementerian PUPR, 2017

2-14 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Peran Pelaku Pembangunan Perkotaan

Dengan memperhatikan kebutuhan prasyarat implementasi NUA, maka masing-


masing aktor pembangunan dapat mengambil peran. Dokumen NUA memang tidak
secara spesifik menjabarkan hal-hal apa saja yang menjadi tugas dan wewenang
dari masing-masing aktor, karena bentuk sistem pemerintahan tiap-tiap negara pun
berbeda-beda. Berikut adalah pembahasan singkat mengenai peran apa saja yang
diambil oleh setiap para pelaku pembangunan di Indonesia.

Tabel 2.2 Prasyarat Implementasi NUA

Deskripsi Peran yang Dapat Diambil

Aktor: Pemerintah

Menyusun kebijakan perkotaan nasional yang mengakomodasi


NUA dan SDGs
Mengkoordinasikan pemerintah daerah untuk menangani
Pemerintah Pusat permasalahan pembangunan lintas daerah
Mendorong terwujudnya kerjasama multipihak dan multi level
pemerintahan untuk mewujudkan NUA

Memperkuat mekanisme kerja sama antar kabupaten/kota


Bersama dengan pemerintah pusat, mendorong terlaksananya
Pemerintah Provinsi
kebijakan perkotaan nasional (jika sudah berlandaskan hukum) di
tingkat daerah

Menjalankan wewenang dan fungsi pemerintahan sesuai dengan


Pemerintah yang diamanatkan UU 23/2014
Kota/Kabupaten Memetakan keterkaitan NUA dengan RPJMD
Mendorong kerja sama dengan badan usaha

Aktor: Non-Pemerintah

Menggiatkan Corporate Social Responsibility (CSR) dan


Sektor Swasta dan Corporate Shared Value (CSV)
Komunitas Filantropi Mendorong KPBU untuk membantu pemenuhan kebutuhan
pembangunan perkotaan

Akademisi dan Menyediakan evidence-based research sebagai masukan dalam


Perguruan Tinggi pembuatan kebijakan pembangunan perkotaan

Komunitas dan
Terlibat aktif dalam berbagai forum pembangunan kota
Organisasi
Mendorong aspirasi masyarakat terkait pembangunan perkotaan
Masyarakat

Memantau perkembangan pembangunan kota secara objektif


Media Mengadvokasi isu-isu pembangunan perkotaan yang tengah
ramai di masyarakat

Sumber: Panduan Praktis Implementasi NUA Kementerian PUPR, 2017

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-15


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Keterlibatan para pemangku kepentingan seperti yang telah disebutkan di dalam


tabel di atas tentu masih banyak yang bisa dilakukan. Namun, yang paling penting
adalah mendorong terciptanya kolaborasi dan kemitraan antara para pemangku
kepentingan dalam mengimplementasikan NUA. Pendekatan kolaboratif dan
kemitraan ini pun sangat didorong di dalam NUA, terlebih karena adanya
keterbatasan peran dan kapasitas dari masing-masing aktor pembangunan,
termasuk dari segi alternatif pendanaan pembangunan.

Panduan Praktis Implementasi New Urban Agenda di Indonesia

Kementerian Pekerjaan Umum dan Permukiman Rakyat telah mengeluarkan


panduan praktis terkait prinsip-prinsip pembangunan perkotaan dalam NUA.
Panduan tersebut terdiri dari 8 buku, yang hingga saat ini baru 4 buku yang telah
dipublikasikan. Pembahasan di tiap-tiap buku panduan terdiri dari konsep dan
prinsip, pendekatan dan sarana implementasi, serta pembagian peran antar aktor.

Gambar 2.2 Sistematika Panduan Praktis Implementasi Agenda Baru Perkotaan


Sumber: Panduan Praktis Implementasi NUA Kementerian PUPR, 2017

2-16 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Sarana Implementasi

Panduan Praktis Implementasi Agenda Baru Perkotaan yang telah dipublikasikan


oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah Buku 1, Buku 2,
Buku, 3, dan Buku 4. Sebagai Pengantar, Buku 1 menguraikan gambaran singkat
tentang New Urban Agenda sebagai Agenda Bersama Pembangunan Perkotaan dan
juga terjemahan New Urban Agenda. Pada Buku 2 sampai 3, sebagai panduan
praktis, di dalamnya menguraikan sarana implementasi berdasarkan isu-isu
perumahan dan akses pelayanan dasar (Buku 2), kebencanaan dan lingkungan
perkotaan (Buku 3), dan tata kelola perkotaan (Buku 4) yang sering dihadapi oleh
aktor pelaku pembangunan di tingkat lokal.

Tabel 2.4 Sarana Implementasi Agenda Baru Perkotaan

Isu Sarana Implementasi

PERUMAHAN DAN AKSES PELAYANAN DASAR


Menyediakan Perumahan dan Sarana-Prasarana Dasar Perkotaan yang Layak Untuk Semua

Pengadaan lahan untuk perumahan rakyat


Pembangunan Perumahan
Pendayagunaan alternatif pembiayaan perumahan
yang Terjangkau
Penyediaan berbagai pilihan perumahan

Pengakuan terhadap permukiman informal


Penanganan Kawasan Peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh
Permukiman Kumuh Pencegahan tumbuh dan berkembangnya kawasan permukiman
kumuh

Penyediaan akses terhadap air minum yang aman


Akses Universal Air Minum
Pengelolaan air limbah yang layak
dan Sanitasi Perkotaan
Pengembangan infrastruktur persampahan ramah lingkungan

Penyediaan ruang publik untuk semua


Sarana-prasarana Sosial
Penyediaan dan pengembangan ruang terbuka hijau
Perkotaan
Penyediaan sarana pendidikan dan kesehatan yang berkualitas

Infrastruktur Permukiman
Pelibatan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur
dan Perkotaan Berbasis
Menjadikan masyarakat kota yang beradab
Masyarakat

KEBENCANAAN DAN LINGKUNGAN PERKOTAAN


Membangun Ketahanan Kota yang Berwawasan Lingkungan

Pemanfaatan dan Perlindungan dan perbaikan ekosistem dan jasa lingkungan


pengelolaan sumber daya hidup perkotaan
alam dan keanekaragaman Konservasi dan pemanfaataan air secara berkelanjutan
hayati yang berkelanhutan Pola konsumsi dan produksi berkelanjutan

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-17


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Instrumen perencanaan dan peran cangan kota yang


Pengelolaan Perkotaan
berwawasan lingkungan
Berwawasan Lingkungan
Pemanfaatan energi yang berkelanjutan
Pengelolaan sampah yang ramah lingkungan
Perkuatan perencanaan sistem pangan
Pemanfaatan lahan berkelanjutan
Perencanaan infrastruktur yang ramah lingkungan

Pengembangan strategi pengurangan risiko bencana


Pengurangan dan
Terdapat ruang partisipasi bagi masyarakat
Pengelolaan Risiko Bencana
Aksi iklim di semua tingkatan

Proses perencanaan upaya adaptasi jangka menengah dan


Perencanaan dan penerapan
jangka panjang
kebijakan kebencanaan dan
Pengarusutamaan pengurangan dan pengelolaan risiko bencana
perubahan iklim yang
terpadu Kerja sama dan koordinasi lintas sektor
Penjaminan sumber daya pendanaan

TATA KELOLA PERKOTAAN


Mengembangkan Sistem Pengeloaan Kota yang Inklusif, Responsif, dan Efisien

Keselarasan proses pelaksanaan pembangunan antara nasional


dan daerah
Kelembagaan yang baik
Peningkatan kapasitas aktor pembangunan
dan kuat
Peran aktif seluruh aktor pembangunan
Mekanisme Pengelolaan berdasarkan temuan/ bukti

Mekanisme Pengelolaan berdasarkan temuan/ bukti


Hubungan/Koordinasi Melakukan pertukaran ilmu pengetahuan, teknologi, inovasi yang
antara Lembaga dan Antar dimiliki oleh tiap aktor pembangunan
Aktor Membentuk sistem yang mendorong partisipasi dalam seluruh
tahapan pembangunan perkotaan pada semua tingkatan

Memiliki kebijakan dan agenda pembangunan yang inklusif


Mewujudkan Pemerintah Terdapat ruang partisipasi bagi masyarakat
yang Responsif
Memiliki mekanisme akuntabilitas
Desentralisasi wewenang

·Penguatan keuangan dan sistem fiskal daerah


Pembiayaan Pembangunan
·Identifikasi alternatif pembiayaan pembangunan
Perkotaan
Pelibatan aktor-aktor pembiayaan perkotaan

Kemitraan dengan komunitas, masyarakat, pihak swasta, institusi


keuangan, badan-badan kerjasama, lembaga penjaminan dalam
Kemitraan
mewujudkan perkotaan yang berkelanjutan
Kemitraan dan kerja sama regional dan internasional

Pemanfaatan TIK (Teknologi, Pemanfaatan TIK di internal tata kelola pemerintahan


Informasi, dan Komunikasi) Pemanfaatan TIK di internal tata kelola pemerintahan

Sumber: Panduan Praktis Implementasi NUA Kementerian PUPR, 2017

2-18 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Berbagai perencanaan pembangunan dan kebijakan perkotaan diharapkan


mengakomodir prinsip-prinsip NUA sebagai pedoman bagi para pemangku
kepentingan di tingkat nasional dan daerah. Sinergi antar aktor hendaknya
diterjemahkan melalui pelibatan para aktor terkait dalam sarana implementasi NUA.

III. SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS


3.1 PENGANTAR SUSTAINABLE DEVELOPMENT
GOALS
Pada 25 September tahun 2015, PBB mengeluarkan dan mengesahkan
Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai agenda tujuan pembangunan
berkelanjutan dengan tema “Mengubah Dunia Kita: Agenda 2030 untuk
Pembangunan Berkelanjutan”. SDGs merupakan suatu rencana aksi global yang
disepakati oleh negara-negara guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi
kesenjangan dan melindungi lingkungan. Perancangan dan pelaksanaan SDGs
tentunya menggunakan pendekatan keberlanjutan (sustainability) yang diartikan
sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa
mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi
kebutuhannya. SDGs dibangun di atas kerja puluhan tahun oleh negara-negara
dan PBB, termasuk UN Department of Economic and Social Affairs.

journey started here


Pada bulan Juni 1992
diselenggarakan KTT Bumi
(Earth Summit) di Rio de
Negara-negara Anggota Janeiro, Brasil,
dengan suara bulat
mengadopsi Deklarasi
Milenium (Millennium Lebih dari 178 negara mengadopsi
Agenda 21, sebuah rencana aksi
Declaration) pada KTT
yang komprehensif untuk
Milenium bulan September membangun kemitraan global
2000 di Markas Besar PBB di untuk pembangunan berkelanjutan
New York. guna meningkatkan kehidupan
manusia dan melindungi
lingkungan.
KTT tersebut mengarah pada
penjabaran delapan Tujuan
Pembangunan Milenium
(Millennium Development Goals/
MDGs) untuk mengurangi
kemiskinan ekstrem pada tahun
2015.

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-19


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Deklarasi Johannesburg
(Johan-nesburg Declaration) Pada Konferensi Perserikatan
tentang Pembangunan Bangsa-Bangsa tentang
Berkelanjutan dan Rencana Pembangunan Berkelanjutan
Pelaksanaan (Rio+20) di Rio de Janeiro,
Brasil, pada Juni 2012.
diadopsi pada KTT Dunia tentang
Pembangunan Berkelanjutan Negara-negara Anggota
(World Summit on Sustainable mengadopsi dokumen hasil "The
Development) di Afrika Selatan Future We Want" di mana mereka
pada tahun 2002, menegaskan memutuskan, antara lain,
kembali komitmen komunitas meluncurkan proses pengem-
global untuk pengentasan bangan Sustainable Development
kemiskinan dan lingkungan, dan Goals (SDGs) yang dibangun di atas
dibangun di atas Agenda 21 dan MDGs dan membentuk Forum
Deklarasi Milenium dengan Politik Tingkat Tinggi PBB tentang
memasukkan lebih banyak Pem-bangunan Berkelanjutan (UN
menekankan pada kemitraan High-level Political Forum on
multilateral. Sustainable Development). Hasil
Rio +20 juga berisi langkah-langkah
lain untuk menerap-kan
Pada tahun 2013, General pembangunan berkelanjutan,

Assembly membentuk termasuk mandat untuk program


kerja di masa depan dalam
Kelompok Kerja Terbuka
pembiayaan pembangunan, negara
yang beranggotakan 30 berkembang pulau kecil dan
orang untuk banyak lagi.
mengembangkan proposal
tentang SDGs.
Tahun 2015 merupakan tahun
penting bagi multilateralisme
dan pembentukan kebijakan
Pada Januari 2015, General
internasional, dengan
Assembly memulai proses
diadopsinya beberapa
nego-siasi agenda
kesepakatan utama:
pembangunan pas-ca-2015.
(1) Kerangka Sendai untuk
Pada Januari 2015, General Pengurangan Risiko Bencana
Assembly memulai proses negosiasi (Maret 2015)
agenda pembangunan pasca-2015. (2) Agenda Aksi Addis Ababa
Proses tersebut mencapai Pembiayaan Pembangunan (Juli
puncaknya pada adopsi selanjutnya 2015)
dari Agenda 2030 untuk (3) Mengubah dunia kita: Agenda
Pembangunan Berkelanjutan, 2030 untuk Pembangunan
dengan 17 SDGs sebagai intinya, Berkelanjutan dengan 17 SDG-nya
pada KTT Pembangunan diadopsi pada KTT Pembangunan
Berkelanjutan PBB pada Berkelanjutan PBB di New York
September 2015. pada September 2015.
(4) Perjanjian Paris tentang
Perubahan Iklim (Desember 2015)

2-20 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

right now

Saat ini, Forum Politik Tingkat Tinggi tahunan tentang Pembangunan Berkelanjutan berfungsi
sebagai platform pusat PBB untuk tindak lanjut dan tinjauan SDGs.

3.2 PRINSIP SUSTAINABLE DEVELOPMENT


GOALS
SDGs mempunyai tiga prinsip utama dalam penerapannya, yaitu:

Human Rights-Based Approach


1 yang menjadi pilar utama kerja United Nations sejak didirikan pada tahun
1945. Human Rights-Based Approach adalah kerangka kerja konseptual
untuk proses pembangunan manusia yang secara normatif didasarkan
pada standar hak asasi manusia internasional dan secara operasional
diarahkan untuk memajukan dan melindungi hak asasi manusia.

Leave No One Behind


2 yang menjadi janji utama dan transformatif dari agenda SDGs 2030. Prinsip
ini mewakili komitmen tegas dari semua Negara Anggota PBB untuk
memberantas kemiskinan dalam segala bentuknya, mengakhiri diskriminasi
dan pengucilan, dan mengurangi ketidaksetaraan dan kerentanan yang
meninggalkan orang dan merusak potensi individu dan kemanusiaan secara
keseluruhan.

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-21


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Gender Equality and Women's Empowerment


3 untuk membuat pembangunan lebih kuat dan lebih berkelanjutan.
Kesetaraan gender adalah upaya politik yang kompleks untuk membentuk
sikap dan keputusan kebijakan yang mendukung distribusi sumber daya
yang adil antara laki-laki dan perempuan, serta anak perempuan dan anak
laki-laki.

Pada Deklarasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030, telah disepakati


bahwa agenda ini merupakan rencana aksi untuk People, Planet, Prosperity,
Peace and Partnership.

People yang memiliki makna bertekad untuk mengakhiri kemiskinan dan kelaparan dalam bentuk apapun
dan memastikan bahwa semua orang dapat memenuhi potensi mereka dalam kesetaraan dan dalam
lingkungan yang sehat.

Planet
Planet yang memiliki
makna bertekad untuk
menjadikan planet ini dari
Prosperity
Prosperity memiliki
degradasi, termasuk
makna bertekad untuk
melalui konsumsi dan
memastikan bahwa semua
produksi yang
manusia dapat menikmati
berkelanjutan, mengelola
kehidupan yang sejahtera
sumber daya alamnya
dan memuaskan dan
secara berkelanjutan dan
bahwa kemajuan ekonomi,
mengambil tindakan
sosial dan teknologi
segera terhadap
terjadi selaras dengan
perubahan iklim, sehingga
alam.
dapat mendukung
kebutuhan generasi
sekarang dan mendatang

Partnership memiliki makna bertekad untuk


Partnership
Peace memiliki makna bertekad untuk
memobilisasi sarana yang diperlukan untuk
membina masyarakat yang damai, adil dan
melaksanakan agenda ini melalui Kemitraan
inklusif yang bebas dari ketakutan dan
global untuk Pembangunan Berkelanjutan
kekerasan. Tidak akan ada pembangunan
yang direvitalisasi, berdasarkan semangat
berkelanjutan tanpa perdamaian dan tidak ada
memperkuat solidaritas global, terutama
perdamaian tanpa pembangunan
berfokus pada kerjasama semua pemangku
berkelanjutan.
kepentingan dan semua orang.

2-22 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

3.3 TUJUAN DAN TARGET SUSTAINABLE


DEVELOPMENT GOALS

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global


yang telah disepakati oleh Indonesia guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi
kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berisi 17 Tujuan dan 169 Target
yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030. Tujuan-tujuan Pembangunan
Berkelanjutan yang sangat terkait dengan perkotaan adalah Tujuan 11 yaitu
Menjadi Kota dan Permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.
Berikut adalah 11 target guna mencapai tujuan tersebut:

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-23


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Pada tahun 2030 menjamin


Number 1 akses bagi semua terhadap
perumahan yang layak, aman,
terjangkau dan pelayanan
dasar serta menata kawasan
kumuh.

Pada tahun 2030 menyediakan akses terhadap sistem transportasi


Number 2
yang aman, terjangkau, mudah diakses dan berkelanjutan untuk
semua, meningkatkan keselamatan lalu lintas, terutama dengan
memperluas jangkauan transportasi umum, dengan memberi perhatian
khusus pada kebutuhan mereka yang berada dalam situasi rentan,
perempuan, anak, penyandang difabilitas, dan orang tua.

Number 3 Pada tahun 2030 memperkuat urbanisasi yang


inklusif dan berkelanjutan serta kapasitas
partisipasi, perencanaan penanganan
permukiman yang berkelanjutan dan terintegrasi
di semua negara.

Number 4 Mempromosikan
dan menjaga
warisan budaya
dunia dan alam
dunia.

Pada tahun 2030 secara signifikan mengurangi jumlah Number 5


kematian dan jumlah orang terdampak, dan secara substansial
mengurangi kerugian ekonomi relative terhadap PDB global
yang disebabkan oleh bencana, dengan fokus melindungi
orang miskin dan orang-orang dalam situasi rentan

Number 6 Pada tahun 2030 mengurangi dampak


lingkungan perkotaan per kapita yang
merugikan, termasuk dengan memberi perhatian
khusus pada kualitas udara, termasuk
penanganan sampah kota.

2-24 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Pada tahun 2030 menyediakan ruang publik


Number 7
dan ruang terbuka hijau yang aman, inklusif
dan mudah dijangkau, terutama untuk
perempuan dan anak, manula dan
penyandang difabilitas.

Number 8 Mendukung hubungan ekonomi, sosial,


dan lingkungan antara urban, pinggiran
kota, dan perdesaan dengan memperkuat
perencanaan pembangunan nasional dan
daerah.

Pada tahun 2030 meningkatkan secara substansial jumlah kota dan


Number 9
permukiman yang mengadopsi dan mengimplementasi kebijakan dan
perencanaan yang terintegrasi tentang penyertaan, efisiensi sumber daya,
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, ketahanan terhadap
bencana, serta mengembangkan dan mengimplementasikan penanganan
holistik risiko bencana di semua lini, sesuai dengan the Sendai Framework
for Disaster Risk Reduction 2015-2030

Memberikan dukungan kepada negara-


Number 10 negara kurang berkembang, melalui
bantuan keuangan dan teknis, dalam
membangun bangunan yang
berkelanjutan dan tangguh, dengan
memanfaatkan bahan lokal

Sebelas target tersebut membutuhkan komitmen yang kuat antar aktor baik di
pusat maupun daerah baik pemerintah, akademisi, ormas maupun pelaku usaha.
Selain itu juga dibutuhkan payung hukum sebagai dasar regulasi dalam pencapaian
tujuan, yang dilengkapi dengan mekanisme monitoring dan evaluasi guna
mengawal keberlajutan program dan ketercapaian sasaran.

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-25


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

3.4 RATIFIKASI SUSTAINABLE DEVELOPMENT


GOALS DI INDONESIA

Pelaksanaan SDGs di Indonesia didasari dalam bentuk komitmen Pemerintah


Indonesia melalui Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Pencapaiaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Kebijakan ini diselenggarakan
dengan serius oleh pemerintah guna menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat secara berkesinambungan, pembangunan yang menjaga keberlanjutan
kehidupan sosial masyarakat, pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan
hidup serta pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya tata kelola
yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Di dalam Perpres tersebut dikatakan bahwa dalam pelaksanaan dan
pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/ SDGs akan dilaksanakan
secara partisipatif dan melibatkan seluruh pihak.

Gambar 3.1 Peran Para Pemangku Kepentingan dalam Pelaksanaan TPB


Sumber: https://www.icctf.or.id/sdgs/, 2021

2-26 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Untuk memudahkan pelaksanaan dan pemantauan, Pemerintah mengelompokkan


17 Tujuan dan 169 Target TPB/SDGs ke dalam empat pilar yaitu pilar pembangunan
sosial, pilar pembangunan ekonomi, pilar pembangunan lingkungan, dan pilar
pembangunan hukum dan teta kelola.

Tercapainya pemenuhan hak dasar


PILAR
manusia yang berkualitas secara adil dan
PEMBANGUNAN
setara untuk meningkatkan kesejahteraan
SOSIAL
bagi seluruh masyarakat.

PILAR Tercapainya pengelolaan sumberdaya


PEMBANGUNAN alam dan lingkungan yang berkelanjutan
EKONOMI sebagai penyangga seluruh kehidupan.

Tercapainya pertumbuhan ekonomi


berkualitas melalui keberlanjutan
PILAR
peluang kerja dan usaha, inovasi, industri
PEMBANGUNAN
inklusif, infrastruktur memadai, energi
LINGKUNGAN
bersih yang terjangkau dan didukung
kemitraan.

Terwujudnya kepastian hukum dan tata


PILAR
kelola yang efektif, transparan, akuntabel
PEMBANGUNAN
dan partisipatif untuk menciptakan
HUKUM DAN
stabilitas keamanan dan mencapai negara
TATA KELOLA
berdasarkan hukum.

Gambar 3.2 Pilar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia


Sumber: https://www.icctf.or.id/sdgs/, 2021

Perpres No. 59 Tahun 2017 telah menetapkan 17 Tujuan dan 169 Target yang
sejalan dengan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN), dan dituangkan lebih lanjut dalam Peta Jalan (Roadmap), Rencana Aksi
Nasional (RAN) dan Rencana Aksi Daerah (RAD) TPB/ SDGs. Perpres tersebut
menjelaskan bahwa Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)
harus menyusun dan menetapkan Peta Jalan dan RAN TPB/ SDGs untuk
mencapai target TPB/ SDGs nasional. Sementara itu, untuk mencapai target TPB/
SDGs di tingkat daerah, Gubernur harus menyusun RAD TPB/ SDGs bersama
Bupati/ Walikota di daerahnya masing-masing dengan melibatkan Organisasi
Masyarakat Sipil, Filantropis, Pelaku Usaha, Akademisi, dan pihak terkait lainnya.
Selanjutnya, RAD TPB/ SDGs harus diintegrasikan ke dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), baik di tingkat nasional
maupun daerah.

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-27


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

3.5 PETA JALAN TUJUAN PEMBANGUNAN


BERKELANJUTAN INDONESIA 2030

Perpres No. 59 Tahun 2017 secara tegas telah mengamanatkan Peta Jalan
(Roadmap) TPB/ SDGs, di samping memerintahkan penyusunan rencana aksi
TPB/ SDGs baik di tingkat nasional maupun daerah. Roadmap SDGs menuju 2030
telah diluncurkan Wakil Presiden RI saat Konferensi Tahunan SDGs pada 8-9
Oktober 2019.

Peta Jalan TPB/ Roadmap SDGs berfungsi sebagai acuan proyeksi pencapaian
SDGs pada 57 indikator strategis dari 17 tujuan sehingga terdapat indikator yang
terukur untuk melacak perkembangan rencana aksi TPB/ SDGs Indonesia. Peta
Jalan TPB sangat penting untuk menjadi salah satu rujukan berbagai dokumen
perencanaan pembangunan nasional dan daerah hingga 2030. Dokumen tersebut
bermanfaat bagi semua pemangku kepentingan TPB/ SDGs untuk merencanakan
dan menargetkan program kegiatan agar sejalan dengan pencapaian TPB/ SDGs.
Peta jalan ini diharapkan dapat digunakan bersama-sama untuk mendukung
pencapaian TPB/ SDGs 2030.

Peta Jalan TPB/ Roadmap SDGs berisi kondisi saat ini dan skenario proyeksi
untuk beberapa indikator yang diikuti dengan arah kebijakan bagi setiap
indikator dalam setiap tujuan. Proyeksi dalam Peta Jalan ini menggunakan dua
skenario, yaitu business as usual (BAU) dan policy scenario. Skenario BAU artinya
hanya menjalankan kebijakan yang telah ada tanpa ada tambahan intervensi
atau upaya baru. Sementara itu, policy scenario yaitu skenario dengan tambahan
intervensi kebijakan dan tambahan upaya. Dengan demikian dapat mengukur
apakah skenario intervensi telah sejalan dengan rencana pembangunan nasional.
Sebagai contoh, penurunan tingkat kemiskinan Indonesia pada 2030
diproyeksikan dengan skenario BAU maka akan tercapai kondisi kemiskinan
sebesar 5,73 persen, namun proyeksi dengan skenario tambahan intervensi
kebijakan menghasilkan kemiskinan akan bisa turun lebih besar menjadi 4,33
persen.

2-28 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Gambar 3.3 Simulasi Proyeksi Baseline dan Proyeksi Skenario Intervensi


Sumber: Dokumen Peta Jalan TPB Indonesia, 2020

Gambar 3.4 Contoh Penerapan Skenario Proyeksi Untuk Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan
Sumber: Dokumen Peta Jalan TPB Indonesia, 2020

Peta Jalan TPB/ Roadmap SDGs juga menghitung kebutuhan pembiayaan per
tahun untuk pencapaian TPB/ SDGs hingga 2030, berdasarkan kontribusi dari
pemerintah dan non pemerintah. Pembiayaan investasi TPB/ SDGs dibuat
dengan tiga skenario, yaitu skenario business as usual, skenario moderat, dan
skenario intervensi tinggi. Sebagai contoh, untuk pembiayaan skenario intervensi
tinggi SDGs pada 2020 membutuhkan Rp 2.867 triliun, lalu pada 2030
dibutuhkan pembiayaan Rp 10.397 triliun. Pemerintah masih tetap berperan
cukup besar dalam pembiayaan SDGs karena sebagian besar target SDGs terkait
dengan belanja publik. Secara bertahap, peran tersebut akan berkurang seiring
dengan meningkatnya peran non-pemerintah.

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-29


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Melalui regulasi yang berjenjang dari tingkat nasional melalui Perpres hingga
rencana aksi daerah diharapkan mampu menjadi payung regulasi dalam
implementasi berbagai program dengan indikator tujuan pembangunan
berkelanjutan. Berbagai target dan perencanaan pembangunan melalui peta jalan
hendaknya dapat diterjemahkan dalam rencana aksi yang akan menjadi pedoman
dalam implementasi program dan kegiatan pembangunan berkelanjutan.

IV. KEBIJAKAN PERKOTAAN NASIONAL 2045


Berbagai permasalahan yang terjadi dan tantangan pembangunan perkotaan
Indonesia di masa mendatang perlu direspon secara baik dengan kebijakan. Oleh
karena itu, Kebijakan Perkotaan Nasional (KPN) disusun sebagai acuan dan
pedoman strategis dan antisipatif untuk seluruh pemangku kepentingan dalam
melaksanakan pembangunan perkotaan berkelanjutan. Selain itu, KPN disusun
untuk dapat mengoptimalkan potensi urbanisasi dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan menjadi rujukan dalam pengelolaan perkotaan
berkelanjutan serta juga sebagai jembatan antara dokumen rencana spasial dan
pembangunan.

Hasil integrasi New Urban Agenda


dan Sustainable Development Goals
(SDGs) dituangkan kedalam
rancangan Kebijakan Perkotaan
Nasional (KPN) 2045. KPN 2045
merupakan langkah awal pemerintah
pusat dalam mewujudkan urbanisasi
yang berkualitas serta perkotaan
yang berkelanjutan. KPN 2045
disusun sebagai jembatan antara
rencana pembangunan dan rencana
spasial. Bagi pemerintah daerah, KPN
2045 berfungsi sebagai pedoman
dalam melaksanakan program
pembangunan perkotaan yang
berkelanjutan di tingkat lokal. KPN
2045 merupakan bagian dari Visi
Gambar 4.1 Visi dan Misi Kebijakan Perkotaan
Nasional yang diturunkan kedalam
Nasional 2045
Visi dan Misi Kebijakan Perkotaan Sumber: Bappenas, 2020

Nasional 2045.

2-30 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Visi Perkotaan Berkelanjutan 2045 menjadi dasar dalam penentuan arah kebijakan
perkotaan nasional. Untuk mencapai visi tersebut, disusun lima misi yang saling
terkait dan bersinergi, yaitu (1) Sistem Perkotaan yang Seimbang , Menyejahterakan
dan Berkeadilan; (2) Layak huni, Inklusif dan Berbudaya; (3) Maju dan Sejahtera; (4)
Hijau dan Tangguh; dan (5) Tata Kelola Perkotaan Transparan, Akuntabel, Cerdas
dan Terpadu. Berikut detail arah kebijakan perkotaan nasional 2045.

Mewujudkan Sistem Perkotaan yang Seimbang, Menyejahterakan dan Berkeadilan

1. Penguatan PKN & metropolitan berdaya saing global


2. Pengembangan kota besar, kota sedang, kota kecil dan
metropolitan di luar jawa yang terkoneksi baik
3. Pengembangan pusat pemerintahan nasional baru
4. Pengembangan keterkaitan desa-kota yang tidak
eksploitatif dan saling menguntungkan
5. Penerapan sempadan pertumbuhan perkotaan yang tegas

Mendorong Perkotaan yang Layak Huni, Inklusif, dan Berbudaya

1. Permukiman yang layak untuk semua


2. Akses sistem transportasi dan mobilitas perkotaan bagi
semua
3. Layanan sosial dasar untuk semua
4. Lingkungan perkotaan yang aman dan tentram
5. Perlindungan pemeliharaan warisan budaya dan alam
6. Budaya berkota yang bertanggung jawab

Perkotaan yang Maju dan Menyejahterakan

1. Peningkatan produktivitas ekonomi, lapangan kerja layak


dan peluang penghidupan di perkotaan
2. Penciptaan kondisi dan ruang kota yang kondusif bagi
tumbuhnya usaha dan investasi
3. Pemberdayaan sektor ekonomi informal di perkotaan

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-31


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Mendorong Perkotaan yang Hijau dan Tangguh

1. Penyediaan dan pemanfaatan energi terbarukan dan


berkelanjutan di perkotaan
2. Penyediaan RTH dan ruang publik
3. Pemanfaatan SDA berkelanjutan dan pengendalian
pencemaran lingkungan
4. Peningkatan ketangguhan kota terhadap perubahan iklim
dan risiko bencana

Tata Kelola Perkotaan Transparan, Akuntabel, Cerdas, dan Terpadu

1. Pengembangan kerangka regulasi yang terpadu


2. Pengembangan kerangka pendanaan inovatif dan
berkelanjutan
3. Peningkatan kapasitas kelembagaan perkotaan di nasional
dan daerah
4. Pemanfaatan pengembangan pengetahuan dan teknologi
secara cerdas.

Penerjemahan dari Visi dan Misi Perkotaan Berkelanjutan 2045 adalah melalui
penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Menuju Perkotaan Berkelanjutan 2045. Peta
Jalan tersebut mencakup skenario pembangunan dengan model dan intervensi
yang berbeda. Tiap skenario memiliki dasar pertimbangan yang ditunjang data dan
informasi yang memadai. Berikut empat Skenario sebagai Peta Jalan Menuju
Perkotaan Berkelanjutan 2045.

Tabel 4.1 Skenario dalam Peta Jalan Menuju Perkotaan Berkelanjutan 2045

Kode Skenario Penjelasan

Menggunakan proyeksi TRF BPS dalam


SC1 Business as Usual
SUPAS 2015

Menambahkan intervensi kawasan dalam


RPJMN 2015-2019 (KI, KEK, Kota Baru,
SC2 Intervensi Lemah Metropolitan) serta KAPET, KPBPB
Populasi Jawa sesuai skenario 1 dan Populasi
Luar Jawa dengan pertumbuhan average

2-32 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

SC1, SC2 ditambah intervensi RPJMN 2020-


SC3 Intervensi Moderat
2024 dengan asumsi berjalan secara efektif
Intervensi: Kota Baru, Metropolitan, IKN,
KI/KEK, Destinasi Wisata, Smelter,
Perbatasan, Infrastruktur Bandara, Pelabuhan
dan Jaringan KA
Populasi Jawa sesuai skenario 1,
pertumbuhan luar jawa yang mendapatkan
intervensi dengan pertumbuhan average

Kebijakan sama dengan SC3 dengan


pertumbuhan upper bond di lokasi yang
SC4 Intervensi Optimis mendapat intervensi 2020-2024
Dikembangkan Growth Triangle Baru
Kawasan Timur Indonesia: Makassar-
Manado-Sorong
Daerah yang kurang berhasil ditingkatkan
menjadi average
Pemindahan IKN mulai berjalan 2025 dengan
1,5 juta minimal migrasi dari Pulau Jawa

Sumber: Bappenas, 2020

Berdasarkan skenario yang telah disusun, maka dirumuskan kerangka implementasi


kebijakan perkotaan yang terbagi menjadi tiga tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan evaluasi. Ketiga tahap tersebut memuat ketentuan
dalam sebagai Kerangka Implementasi Kebijakan Perkotaan Nasional 2045.

Tabel 4.1 Skenario dalam Peta Jalan Menuju Perkotaan Berkelanjutan 2045

(1) Perencaan Penyusunan landasan hukum untuk KPN


Sinkronisasi agenda nasional dan global
Perumusan panduan pelaksanaan KPN
Koordinasi antar kementerian dan lembaga dalam pembangunan
perkotaan
Penyusunan program pembangunan perkotaan di daerah

(2) Pelaksanaan Kerangka Regulasi


Peraturan pengelolaan perkotaan berbasis wilayah fungsional
Reformasi peraturan pertanahan
Reformasi peraturan kependudukan
Perbaikan peraturan perpajakan dan insentif daerah
·Integrasi peraturan terkait rencana pembangunan, rencana spasial dan
rencana keuangan

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-33


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Kerangka Panduan
Skema blended finance
blended finance
Pendanaan alternatif seperti: crowdfunding,
crowdfunding sumber dana keagamaan
(zakat, infaq shodaqoh, waqaf dan dana amal lain), obligasi daerah,
CSR, dsb.
Kerangka Kelembagaan
Kerja sama antar daerah (metropolitan governance)
governance)
Pengelolaan kawasan perkotaan fungsional dalam daerah

(3) Pemantauan Memantau dan mengevaluasi kemajuan pelaksanaan KPN


dan Evaluasi Memantau dan mengevaluasi kinerja pembangunan kota dalam
mencapai target
Proses evaluasi periodik dilakukan dalam periode yang sama dengan
RPJMN

V. INDEKS KOTA BERKELANJUTAN


Kementerian PPN/Bappenas sedang mengembangkan Indeks Kota
Berkelanjutan (IKB) yang mencakup indikator-indikator keberhasilan
pembangunan perkotaan. IKB ini digunakan untuk memantau dan mengevaluasi
implementasi KPN 2045, terutama di tingkat lokal. Melalui IKB, diharapkan dapat
melacak dan memantau kinerja kota sehingga dapat digunakan untuk
pengambilan kebijakan bidang perkotaan dan dapat menghasilkan indikator
yang kuat (robust) yang dapat dipahami dengan mudah oleh Pemerintah Pusat
dan Daerah sehingga dapat mendorong kerja sama dalam mewujudkan
perkotaan berkelanjutan di tahun 2045.

Merujuk pada misi KPN, kerangka kerja konseptual IKB diambil dari 4 (empat)
aspek atau dimensi utama kota berkelanjutan yaitu kehidupan yang layak dan
budaya (sosial), maju dan sejahtera (ekonomi), hijau dan tangguh (lingkungan),
dan tata kelola pemerintahan yang baik (tata kelola). Selain itu, hasil agregat dari
empat dimensi ke dalam dimensi pertama serta membaginya ke dalam proporsi
antara pulau Jawa dan pulau-pulau lain dilakukan sebagai pendekatan untuk
memahami perbedaan kinerja antarwilayah, mewakili misi pertama KPN (sistem
perkotaan). Beberapa pertimbangan utama dalam pengembangan IKB:

IKB dikembangkan menggunakan KPN sebagai referensi. IKB menggunakan


1 misi dalam KPN sebagai dimensi dan menurukan sub-dimensi serta indikator
berdasarkan kelima misi KPN tersebut. Pada masing-masing dimensi
dikembangkan lima sub-dimensi sebagai aspek-aspek utama untuk
mengukur kinerja pembangunan berkelanjutan suatu kota atau kawasan
perkotaan.

2-34 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Menggunakan indikator yang tersedia sebelumnya. IKB menggunakan


2 indikator eksisting, yang sebagian besar diperoleh dari indikator TPB/SDG.
Indikator-indikator tersebut juga telah mengakomodasi berbagai indikator
yang relevan dari referensi nasional dan global seperti ISO 37120 dan CPI
(City Prosperity Index).

Menggunakan data statistik yang tersedia. Pengukuran Kinerja Kota


3 Berkelanjutan memerlukan dukungan data yang konsisten dan menerus.
Artinya, IKB akan lebih baik jika dapat mengoptimalkan data yang tersedia
dari Kementerian/ Lembaga/ Daerah dibandingkan mengumpulkan data
primer yang baru. Di masa mendatang, IKB harus diukur secara berkala
sehingga memungkinkan pemerintah daerah untuk merumuskan respon
yang efektif dan efisien dalam memperbaiki kinerja di indikator tertentu.
Diharapkan pemerintah daerah dapat menggunakan indikator ini sebagai
baseline untuk memperbaiki kondisi yang ada pada saat ini, dan mengisi
kesenjangan dalam mencapai visi kota berkelanjutan di 2045

Pengukuran menerus. IKB dapat berperan penting sebagai standar ukuran


4 dalam memetakan kondisi perkotaan eksisting dan pencapaian
pembangunan perkotaan. Melalui IKB, pemerintah dapat mempersiapkan
jalur pembangunan perkotaan yang sesuai untuk mewujudkan visi KPN.
IKB akan berfungsi sebagai alat pemantauan untuk mengidentifikasi
kesenjangan pembangunan antara kondisi ideal dan kondisi eksisting.
Selain itu, IKB dapat berfungsi untuk mengukur kinerja pemerintah
daerah dan memberikan laporan kinerja perkotaan sesuai dengan yang
dibutuhkan

Gambar 5.1 Kerangka Kerja Konseptual IKB dari Misi KPN


Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2019

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-35


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Tabel 5.1 Penjabaran Dimensi IKB berdasarkan Misi KPN 2045

Misi KPN Dimensi IKB

Misi 1: membentuk Sistem Perkotaan – Misi 1 KPN merepresentasikan sistem


sistem perkotaan perkotaan, sehingga dimensi 1 IKB digunakan untuk mengukur

nasional yang sistem perkotaan. IKB tidak akan mengukur masing-masing


strategi misi 1 KPN. Pendekatan yang dilakukan adalah
seimbang,
membandingkan nilai komposit dimensi antara Jawa dan Luar
menyejahterakan
Jawa sebagai proksi untuk mengukur keseimbangan,
dan berkeadilan
kesejahteraan, dan keadilan pembangunan perkotaan. Indikator ini
akan membantu Pemerintah untuk memahami efektivitas KPN
Jumlah Indikator: 4 dalam mengurangi kesenjangan antarkota di Jawa dan Luar Jawa.
Dengan menggunakkan agregasi ini, Pemerintah juga dapat
menemukenali bahwa pertumbuhan perkotaan memberikan
eksternalitas bagi wilayah lainnya, dan jangan sampai memberikan
dampak negatif antara satu sama lain.

Misi 2: mendorong Sistem Budaya - Dimensi ini merepresentasikan masyarakat


terwujudnya kota perkotaan masa depan. Tidak hanya mencakup standar pelayanan

yang layak huni, dasar, tetapi juga kualitas hidup dan martabat sebagai manusia
dalam kehidupan perkotaan, sehingga nilai budaya harus menjadi
inklusif, dan
bagian dari dimensi ini. Layak huni juga dilihat dari perspektif kota
berbudaya
untuk menyediakan kebutuhan penghuninya, termasuk kecerdasan
kota (smart
(smart approach)
approach) dalam memberikan layanan bagi penduduk
Jumlah Indikator: 15 maupun pengunjung untuk semua golongan tanpa terkecuali.

Misi 3: mendorong Kesejahteraan & Ekonomi – Artinya kota-kota diharapkan dapat


terwujudnya kota terus menumbuhkan ekonomi perkotaan mereka untuk

yang maju dan meningkatkan kesejahteraan warga kota, serta bertransformasi


dari kegiatan industri dan pergudangan yang terkonsentrasi
sejahtera
menuju kepada ekonomi berbasis pengetahuan. Dimensi ini dapat
diukur melalui investasi lokal dan daya saing regional dan global,
Jumlah Indikator: 10
serta melalui produktivitas dan kondusivitas kota untuk investasi.
Kota yang progresif dan sejahtera akan memberikan kesempatan
yang sama bagi penduduknya terhadap kemakmuran, mata
pencaharian, termasuk bagi pelaku usaha di sektor informal.

Misi 4: mendorong Ketangguhan Lingkungan – Kota Hijau dan Tangguh terjadi ketika
terwujudnya kota pengembangan kota tidak mengorbankan elemen lingkungan.

yang hijau dan Dimensi ini mewakili pentingnya memiliki biosfer yang dikelola
dengan baik, mulai dari rendahnya jumlah polutan di kota,
tangguh
melindungi aset keanekaragaman hayati serta berkontribusi untuk
menanggulangi dampak buruk perubahan iklim melalui berbagai
Jumla Indikator: 10
cara: mitigasi, adaptasi, dan tindakan pemulihan bencana.

2-36 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Misi 5: memperkuat
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik – Dimensi ini harus menjaga
tata kelola proses bisnis urbanisasi untuk tetap pada jalur yang baik.
perkotaan yang Beberapa contoh utama dari dimensi ini termasuk transparansi dan
cerdas, transparan, akuntabilitas, pengukuran kolaborasi diantara para pemangku
akuntabel dan kepentingan perkotaa termasuk keterlibatan aktor non-
terpadu pemerintahan seperti sektor swasta, regulasi inklusif, administrasi
dan birokrasi yang baik, dan lingkungan ramah investasi seperti
skema keuangan inovatif
Jumlah Indikator: 10

Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2019

Perlu menjadi catatan, meski jumlah indikator berbeda antar dimensi tidak akan
mempengaruhi bobot. Indeks tidak dihitung langsung dari 45 indikator, melainkan
secara komposit dari lima dimensi yang terdiri dari masing-masing lima subdimensi.
Jumlah indikator ini sebagian besar didasarkan pada ketersediaan data untuk
memastikan operasionalisasi IKB dan keterkaitan dengan indikator TPB/SDGs yang
secara detail dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Penjelasan Cascading Dimensi-Subdimensi-Indikator IKB dengan Indkator SDGs

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-37


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Sumber: Bappenas, 2019

2-38 MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN


Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan

Rekomendasi Bahan Pembelajaran Lebih Lanjut

1. Bappenas. (2019). Peta Jalan SDGs Indonesia. Jakarta: Bappenas.


2. Bappenas. (2017). Terjemahan Tujuan & Target Global Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB)/ Sustainable Development Goals (SDGs). Jakarta: Bappenas.
3. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2017). Panduan Praktis Implementasi
Agenda Baru Perkotaan Untuk Kota Berkelanjutan di Indonesia: Pengantar Agenda
Baru Perkotaan. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
4. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2017). Panduan Praktis Implementasi
Agenda Baru Perkotaan Untuk Kota Berkelanjutan di Indonesia: Perumahan dan Akses
Pelayanan Dasar. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
5. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2017). Panduan Praktis Implementasi
Agenda Baru Perkotaan Untuk Kota Berkelanjutan di Indonesia: Kebencanaan dan
Lingkungan Perkotaan. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
6. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2017). Panduan Praktis Implementasi
Agenda Baru Perkotaan Untuk Kota Berkelanjutan di Indonesia: Tata Kelola Perkotaan.
Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
7. United Nations. (2015). Transforming Our World: The 2030 Agenda For Sustainable
Development.
8. UN Habitat. (2016). The New Urban Agenda.
9. UN Habitat. (2015). International guidelines on urban and territorial planning. Nairobi: UN-
Habitat

MATERI 2: AGENDA PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN 2-39


DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. 2019. Peta Jalan SDGs Indonesia.

BAPPENAS. 2020. Kebijakan Perkotaan Nasional 2045: Menuju Perkotaan Berkelanjutan. Bahan
Presentasi.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2017). Panduan Praktis Implementasi
Agenda Baru Perkotaan Untuk Kota Berkelanjutan di Indonesia: Pengantar Agenda Baru
Perkotaan. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2017). Panduan Praktis Implementasi
Agenda Baru Perkotaan Untuk Kota Berkelanjutan di Indonesia: Perumahan dan Akses
Pelayanan Dasar. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2017). Panduan Praktis Implementasi
Agenda Baru Perkotaan Untuk Kota Berkelanjutan di Indonesia: Kebencanaan dan Lingkungan
Perkotaan. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2017). Panduan Praktis Implementasi
Agenda Baru Perkotaan Untuk Kota Berkelanjutan di Indonesia: Tata Kelola Perkotaan. Jakarta:
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

UN-Habitat. 2016. The New Urban Agenda. https://habitat3.org/the-new-urban-agenda/, diakses


pada 19 Juli 2021.

World Bank. 2016. Indonesia’s Urban Story.


https://www.worldbank.org/en/news/feature/2016/06/14/indonesia-urban-story , diakses
pada 19 Juli 2021.

Anda mungkin juga menyukai