Materi Pokok 2:
Agenda Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan
Mata
2 Ajar
Agenda Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan
Alokasi
3 Waktu
2 Jam Pelajaran (1 Sesi), meliputi tugas membaca dan kuis
Deskripsi
4 Singkat
Materi ajar ini membekali peserta pelatihan untuk memahami arah
kebijakan perkotaan yang telah disepakati pada tingkat global serta arah
kebijakan perkotaan pada tingkat nasional untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan
Tujuan
5 Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta memiliki pemahaman
tentang agenda perkotaan di tingkat global dan nasional untuk
mewujudkan pembangunan perkotaan berkelanjutan
b. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat:
Menjelaskan agenda perkotaan pada NUA dan SDGs serta
penerapannya di Indonesia
Menjelaskan arah kebijakan perkotaan nasional dan indeks kota
berkelanjutan di Indonesia
Materi
6 Pembelajaran
a. Arah
Arah Kebijakan
KebijakanPerkotaan
PerkotaandidiIndonesia
Indonesia
Tantangan Pembangunan Perkotaan di Indonesia
Kebijakan Perkotaan Pada RPJMN 2020-2024
b. New
New Urban
Urban Agenda
Agenda
Pengantar New Urban Agenda
Visi Bersama
Pendekatan dan Prinsip New Urban Agenda
Implementasi New Urban Agenda di Indonesia
c. Sustainable
c. SustainableDevelopment
DevelopmentGoals
Goals
Pengantar Sustainable Development Goals
Prinsip Sustainable Development Goals
Tujuan dan Target Sustainable Development Goals
Ratifikasi Sustainable Development Goals
Peta Jalan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia 2030
d. Kebijakan
Kebijakan Perkotaan
PerkotaanNasional
Nasional2045
2045
e. Indeks Kota Berkelanjutan
Indeks Kota Berkelanjutan
Metode Asinkronus
7 Tugas Membaca
Kuis
Alat dan
8 Bahan
Soal kuis secara online melalui google form, monkey survey atau
aplikasi sejenis lainnya dengan mengirimkan link ke e-mail peserta
pelatihan
2-ii
DAFTAR ISI
Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat 1-i
Daftar Isi 1-iii
Daftar Tabel 1-iv
Daftar Gambar 1-.iv
I III
Sustainable
V
Arah Kebijakan Indeks Kota
Perkotaan di Development Goals Berkelanjutan
Indonesia 3.1 Pengantar Sustainable
Development Goals...............2-19
1.1 Tantangan Pembangunan 3.2 Prinsip Sustainable
Perkotaan di Indonesia.........2-1 Development Goals...............2-21
1.2 Kebijakan Perkotaan pada 3.3 Tujuan dan Target
RPJMN 2020-2024...................2-5 Sustainable Development
Goals...................................................2-23
3.4 Ratrifikasi Sustainable
Development Goals di
II
Indonesia........................................2-26
3.5 Peta Jalan Pembangunan
Berkelanjutan Indonesia....2-28
IV
2.1 Pengantar New Urban
Agenda..............................................2-8
2.2 Visi Bersama........................2-10
2.3 Pendekatan dan Prinsip
New Urban Agenda................2-11
2.4 Implementasi New Urban Kebijakan Nasional
Agenda..............................................2-13
Perkotaan
2-iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Indikator/Target Proyek Prioritas (Pro-P) Pengembangan Kawasan Perkotaan dalam
RPJMN 2020-2024……………………………………………………………..……………………..………….2-6
Tabel 2.1 Deskripsi Prinsip-Prinsip Perkotaan....................................................................................... 2-13
Tabel 2.2 Prasyarat Implementasi NUA ................................................................................................... 2-14
Tabel 2.3 Pilihan Peran Pelaku Pembangunan Perkotaan ................................................................ 2-15
Tabel 2.4 Sarana Implementasi Agenda Baru Perkotaan .................................................................. 2-17
Tabel 4.1 Skenario dalam Peta Jalan Menuju Perkotaan Berkelanjutan 2045 .......................... 2-32
Tabel 4.2 Kerangka Implementasi Kebijakan Perkotaan Nasional 2045 ..................................... 2-33
Tabel 5.1 Penjabaran Dimensi IKB berdasarkan Misi KPN 2045 .................................................... 2-36
Tabel 5.2 Penjelasan Cascading Dimensi-Subdimensi-Indikator IKB dengan Indkator
SDGs .................................................................................................................................................. 2-38
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Sistematika Panduan Praktis Implementasi Agenda Baru Perkotaan ................. 2-16
Gambar 3.1 Peran Para Pemangku Kepentingan dalam Pelaksanaan TPB ............................... 2-26
Gambar 3.2 Pilar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia .......................................... 2-27
Gambar 3.3 Simulasi Proyeksi Baseline dan Proyeksi Skenario Intervensi ................................ 2-29
Gambar 3.4 Contoh Penerapan Skenario Proyeksi Untuk Indikator Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan ........................................................................................................................... 2-29
Gambar 4.1 Visi dan Misi Kebijakan Perkotaan Nasional 2045 ..................................................... 2-30
Gambar 5.1 Kerangka Kerja Konseptual IKB dari Misi KPN ............................................................. 2-35
Modul Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Berkelanjutan
Populasi Indonesia meningkat pesat dan sekitar 72,8% masyarakat akan tinggal di
Kawasan Perkotaan pada tahun 2045 (BPS, 2018), dengan konsentrasi penduduk dan
ekonomi yang terpusat di Jawa dan kawasan barat Indonesia. Oleh karena itu perlu
reorientasi untuk mewujudkan pembangunan yang lebih berkeadilan. Dengan
peningkatan penduduk perkotaan maka akan menyebabkan angka urbanisasi yang
tinggi yang berarti perpindahan penduduk ke wilayah perkotaan juga akan terus
meningkat.
Sosial
Sistem
Budaya
Perkotaan
Perkotaan
Perekonomian
Perkotaan
Infrastruktur
Perkotaan
Lingkungan
Hidup dan
Ketangguhan
Bencana
Pembangunan Ibu Kota Negara di luar pulau Jawa di posisi yang lebih seimbang secara spasial dan
ekonomi, sebagai stimulus pertumbuhan perekonomian melalui peningkatan permintaan agregat,
mendorong diversifikasi ekonomi Pulau Kalimantan, sumber pertumbuhan ekonomi baru jangka panjang
terutama untuk Wilayah Pulau Kalimantan dan Kawasan Timur Indonesia, dan mengurangi ketimpangan
antar wilayah, didukung oleh kebijakan pengelolaan ASN berbasis smart governance
Pembangunan kota
baru sebagai contoh
untuk pengembangan
kota publik inklusif
Strategi Pengembangan yang terencana
Kawasan Perkotaan
Pembangunan kota
baru sebagai contoh
untuk pengembangan
Optimalisasi Wilayah Metropolitan (WM) dan kota besar di luar Jawa,
kota publik inklusif
termasuk perencanaan ruang, pembangunan infrastruktur perkotaan,
yang terencana
perencanaan investasi dan pembiayaan pembangunan dengan tetap
mempertahankan pertumbuhan dan meningkatkan daya dukung
lingkungan untuk WM dan kota besar di Jawa
New Urban Agenda (NUA) adalah hasil kesepakatan pada Habitat III Cities
Conference di Quito, Ecuador pada bulan Oktober 2016, yang merupakan
penegasan komitmen global dalam pembangunan perkotaan yang
berkelanjutan. Implementasi NUA mendukung tujuan dan sasaran serta
pelaksanaan dan penerapan Sustainable Development Goals (SDGs). NUA
mengakui adanya keragaman budaya dan dampak negatif perubahan
iklim dalam pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.
NUA sejatinya adalah penjabaran lebih lanjut dari tujuan-tujuan global yang
tercantum dalam TPB/ SDGs, khususnya Tujuan 11 mengenai Sustainable
Sustainable Cities
and Communities.
Communities. Terutama mengenai visi kota-kota dan permukiman yang
berkelanjutan di masa mendatang. Keterkaitan yang paling mendasar adalah
kesamaan semangat yang diusung oleh kedua dokumen tersebut, yakni semangat
inklusivitas. Selain itu, NUA juga memberikan penjabaran yang lebih spesifik dari
Tujuan 11 pada TPB/ SDGs, terutama mengenai visi kota-kota dan permukiman
yang berkelanjutan di masa mendatang.
1) Kota untuk
memarginalkan
semua dapat diartikan
kelompok-kelompok
kota yang
tertentu,
inklusif
termasuk
generasi sekarang dan masa depan. Visi kota untuk semua pun termasuk
dan tidak
kebutuhan
Equal rights and opportunities (hak dan peluang yang sama bagi
2) semua)
Setiap penduduk kota dijamin hak dan peluang yang setara untuk menikmati
kebebasan yang mendasar, sesuai dengan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia dan perjanjian internasional lainnya.
3) yang berkelanjutan)
Visi bersama kota dan permukiman yang berkelanjutan mencakup kota yang
mampu memenuhi fungsi-fungsi sosial, partisipatif, serta berpedoman pada
prinsip-prinsip kesetaraan dan responsif terhadap gender dan usia. Kota
yang berkelanjutan pun harus dapat mengantisipasi tantangan dan peluang-
peluang pembangunan di masa mendatang serta mampu berperan sebagai
hub untuk meningkatkan keterkaitan antara kota dan wilayah. Selain itu, kota
dan permukiman yang berkelanjutan harus dapat menjaga keberlanjutan
ekologis dengan mengimplementasikan manajemen risiko bencana dan
melindungi ekosistem alami.
Prinsip-prinsip pelaksanaan NUA antara lain: (i) tidak menelantarkan siapapun (no
one left behind); (ii) pembangunan ekonomi perkotaan yang inklusif dan
berkelanjutan; dan (iii) memastikan keberlanjutan lingkungan hidup serta mitigasi
dan adaptasi perubahan iklim. Berikut penjelasan mengenai prinsip yang ditetapkan
dalam NUA yaitu:
Mewujudkan kota untuk semua, seperti yang menjadi visi bersama NUA merupakan
tugas dari setiap pemangku kepentingan. Ini berarti pemerintah (pusat dan daerah),
sektor swasta, komunitas filantropi, komunitas, organisasi masyarakat,
akademisi/perguruan tinggi, hingga lembaga internasional memiliki peran penting
untuk mewujudkan visi NUA tersebut sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Selain itu, NUA juga sangat mendorong adanya kemitraan secara vertikal dan
horizontal (multi-level dan multi-aktor) dalam merencanakan, membangun, dan
mengelola perkotaan yang inklusif dan berkelanjutan.
No Prasyarat Penjelasan
Aktor: Pemerintah
Aktor: Non-Pemerintah
Komunitas dan
Terlibat aktif dalam berbagai forum pembangunan kota
Organisasi
Mendorong aspirasi masyarakat terkait pembangunan perkotaan
Masyarakat
Sarana Implementasi
Infrastruktur Permukiman
Pelibatan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur
dan Perkotaan Berbasis
Menjadikan masyarakat kota yang beradab
Masyarakat
Deklarasi Johannesburg
(Johan-nesburg Declaration) Pada Konferensi Perserikatan
tentang Pembangunan Bangsa-Bangsa tentang
Berkelanjutan dan Rencana Pembangunan Berkelanjutan
Pelaksanaan (Rio+20) di Rio de Janeiro,
Brasil, pada Juni 2012.
diadopsi pada KTT Dunia tentang
Pembangunan Berkelanjutan Negara-negara Anggota
(World Summit on Sustainable mengadopsi dokumen hasil "The
Development) di Afrika Selatan Future We Want" di mana mereka
pada tahun 2002, menegaskan memutuskan, antara lain,
kembali komitmen komunitas meluncurkan proses pengem-
global untuk pengentasan bangan Sustainable Development
kemiskinan dan lingkungan, dan Goals (SDGs) yang dibangun di atas
dibangun di atas Agenda 21 dan MDGs dan membentuk Forum
Deklarasi Milenium dengan Politik Tingkat Tinggi PBB tentang
memasukkan lebih banyak Pem-bangunan Berkelanjutan (UN
menekankan pada kemitraan High-level Political Forum on
multilateral. Sustainable Development). Hasil
Rio +20 juga berisi langkah-langkah
lain untuk menerap-kan
Pada tahun 2013, General pembangunan berkelanjutan,
right now
Saat ini, Forum Politik Tingkat Tinggi tahunan tentang Pembangunan Berkelanjutan berfungsi
sebagai platform pusat PBB untuk tindak lanjut dan tinjauan SDGs.
People yang memiliki makna bertekad untuk mengakhiri kemiskinan dan kelaparan dalam bentuk apapun
dan memastikan bahwa semua orang dapat memenuhi potensi mereka dalam kesetaraan dan dalam
lingkungan yang sehat.
Planet
Planet yang memiliki
makna bertekad untuk
menjadikan planet ini dari
Prosperity
Prosperity memiliki
degradasi, termasuk
makna bertekad untuk
melalui konsumsi dan
memastikan bahwa semua
produksi yang
manusia dapat menikmati
berkelanjutan, mengelola
kehidupan yang sejahtera
sumber daya alamnya
dan memuaskan dan
secara berkelanjutan dan
bahwa kemajuan ekonomi,
mengambil tindakan
sosial dan teknologi
segera terhadap
terjadi selaras dengan
perubahan iklim, sehingga
alam.
dapat mendukung
kebutuhan generasi
sekarang dan mendatang
Number 4 Mempromosikan
dan menjaga
warisan budaya
dunia dan alam
dunia.
Sebelas target tersebut membutuhkan komitmen yang kuat antar aktor baik di
pusat maupun daerah baik pemerintah, akademisi, ormas maupun pelaku usaha.
Selain itu juga dibutuhkan payung hukum sebagai dasar regulasi dalam pencapaian
tujuan, yang dilengkapi dengan mekanisme monitoring dan evaluasi guna
mengawal keberlajutan program dan ketercapaian sasaran.
Perpres No. 59 Tahun 2017 telah menetapkan 17 Tujuan dan 169 Target yang
sejalan dengan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN), dan dituangkan lebih lanjut dalam Peta Jalan (Roadmap), Rencana Aksi
Nasional (RAN) dan Rencana Aksi Daerah (RAD) TPB/ SDGs. Perpres tersebut
menjelaskan bahwa Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)
harus menyusun dan menetapkan Peta Jalan dan RAN TPB/ SDGs untuk
mencapai target TPB/ SDGs nasional. Sementara itu, untuk mencapai target TPB/
SDGs di tingkat daerah, Gubernur harus menyusun RAD TPB/ SDGs bersama
Bupati/ Walikota di daerahnya masing-masing dengan melibatkan Organisasi
Masyarakat Sipil, Filantropis, Pelaku Usaha, Akademisi, dan pihak terkait lainnya.
Selanjutnya, RAD TPB/ SDGs harus diintegrasikan ke dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), baik di tingkat nasional
maupun daerah.
Perpres No. 59 Tahun 2017 secara tegas telah mengamanatkan Peta Jalan
(Roadmap) TPB/ SDGs, di samping memerintahkan penyusunan rencana aksi
TPB/ SDGs baik di tingkat nasional maupun daerah. Roadmap SDGs menuju 2030
telah diluncurkan Wakil Presiden RI saat Konferensi Tahunan SDGs pada 8-9
Oktober 2019.
Peta Jalan TPB/ Roadmap SDGs berfungsi sebagai acuan proyeksi pencapaian
SDGs pada 57 indikator strategis dari 17 tujuan sehingga terdapat indikator yang
terukur untuk melacak perkembangan rencana aksi TPB/ SDGs Indonesia. Peta
Jalan TPB sangat penting untuk menjadi salah satu rujukan berbagai dokumen
perencanaan pembangunan nasional dan daerah hingga 2030. Dokumen tersebut
bermanfaat bagi semua pemangku kepentingan TPB/ SDGs untuk merencanakan
dan menargetkan program kegiatan agar sejalan dengan pencapaian TPB/ SDGs.
Peta jalan ini diharapkan dapat digunakan bersama-sama untuk mendukung
pencapaian TPB/ SDGs 2030.
Peta Jalan TPB/ Roadmap SDGs berisi kondisi saat ini dan skenario proyeksi
untuk beberapa indikator yang diikuti dengan arah kebijakan bagi setiap
indikator dalam setiap tujuan. Proyeksi dalam Peta Jalan ini menggunakan dua
skenario, yaitu business as usual (BAU) dan policy scenario. Skenario BAU artinya
hanya menjalankan kebijakan yang telah ada tanpa ada tambahan intervensi
atau upaya baru. Sementara itu, policy scenario yaitu skenario dengan tambahan
intervensi kebijakan dan tambahan upaya. Dengan demikian dapat mengukur
apakah skenario intervensi telah sejalan dengan rencana pembangunan nasional.
Sebagai contoh, penurunan tingkat kemiskinan Indonesia pada 2030
diproyeksikan dengan skenario BAU maka akan tercapai kondisi kemiskinan
sebesar 5,73 persen, namun proyeksi dengan skenario tambahan intervensi
kebijakan menghasilkan kemiskinan akan bisa turun lebih besar menjadi 4,33
persen.
Peta Jalan TPB/ Roadmap SDGs juga menghitung kebutuhan pembiayaan per
tahun untuk pencapaian TPB/ SDGs hingga 2030, berdasarkan kontribusi dari
pemerintah dan non pemerintah. Pembiayaan investasi TPB/ SDGs dibuat
dengan tiga skenario, yaitu skenario business as usual, skenario moderat, dan
skenario intervensi tinggi. Sebagai contoh, untuk pembiayaan skenario intervensi
tinggi SDGs pada 2020 membutuhkan Rp 2.867 triliun, lalu pada 2030
dibutuhkan pembiayaan Rp 10.397 triliun. Pemerintah masih tetap berperan
cukup besar dalam pembiayaan SDGs karena sebagian besar target SDGs terkait
dengan belanja publik. Secara bertahap, peran tersebut akan berkurang seiring
dengan meningkatnya peran non-pemerintah.
Melalui regulasi yang berjenjang dari tingkat nasional melalui Perpres hingga
rencana aksi daerah diharapkan mampu menjadi payung regulasi dalam
implementasi berbagai program dengan indikator tujuan pembangunan
berkelanjutan. Berbagai target dan perencanaan pembangunan melalui peta jalan
hendaknya dapat diterjemahkan dalam rencana aksi yang akan menjadi pedoman
dalam implementasi program dan kegiatan pembangunan berkelanjutan.
Nasional 2045.
Visi Perkotaan Berkelanjutan 2045 menjadi dasar dalam penentuan arah kebijakan
perkotaan nasional. Untuk mencapai visi tersebut, disusun lima misi yang saling
terkait dan bersinergi, yaitu (1) Sistem Perkotaan yang Seimbang , Menyejahterakan
dan Berkeadilan; (2) Layak huni, Inklusif dan Berbudaya; (3) Maju dan Sejahtera; (4)
Hijau dan Tangguh; dan (5) Tata Kelola Perkotaan Transparan, Akuntabel, Cerdas
dan Terpadu. Berikut detail arah kebijakan perkotaan nasional 2045.
Penerjemahan dari Visi dan Misi Perkotaan Berkelanjutan 2045 adalah melalui
penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Menuju Perkotaan Berkelanjutan 2045. Peta
Jalan tersebut mencakup skenario pembangunan dengan model dan intervensi
yang berbeda. Tiap skenario memiliki dasar pertimbangan yang ditunjang data dan
informasi yang memadai. Berikut empat Skenario sebagai Peta Jalan Menuju
Perkotaan Berkelanjutan 2045.
Tabel 4.1 Skenario dalam Peta Jalan Menuju Perkotaan Berkelanjutan 2045
Tabel 4.1 Skenario dalam Peta Jalan Menuju Perkotaan Berkelanjutan 2045
Kerangka Panduan
Skema blended finance
blended finance
Pendanaan alternatif seperti: crowdfunding,
crowdfunding sumber dana keagamaan
(zakat, infaq shodaqoh, waqaf dan dana amal lain), obligasi daerah,
CSR, dsb.
Kerangka Kelembagaan
Kerja sama antar daerah (metropolitan governance)
governance)
Pengelolaan kawasan perkotaan fungsional dalam daerah
Merujuk pada misi KPN, kerangka kerja konseptual IKB diambil dari 4 (empat)
aspek atau dimensi utama kota berkelanjutan yaitu kehidupan yang layak dan
budaya (sosial), maju dan sejahtera (ekonomi), hijau dan tangguh (lingkungan),
dan tata kelola pemerintahan yang baik (tata kelola). Selain itu, hasil agregat dari
empat dimensi ke dalam dimensi pertama serta membaginya ke dalam proporsi
antara pulau Jawa dan pulau-pulau lain dilakukan sebagai pendekatan untuk
memahami perbedaan kinerja antarwilayah, mewakili misi pertama KPN (sistem
perkotaan). Beberapa pertimbangan utama dalam pengembangan IKB:
yang layak huni, dasar, tetapi juga kualitas hidup dan martabat sebagai manusia
dalam kehidupan perkotaan, sehingga nilai budaya harus menjadi
inklusif, dan
bagian dari dimensi ini. Layak huni juga dilihat dari perspektif kota
berbudaya
untuk menyediakan kebutuhan penghuninya, termasuk kecerdasan
kota (smart
(smart approach)
approach) dalam memberikan layanan bagi penduduk
Jumlah Indikator: 15 maupun pengunjung untuk semua golongan tanpa terkecuali.
Misi 4: mendorong Ketangguhan Lingkungan – Kota Hijau dan Tangguh terjadi ketika
terwujudnya kota pengembangan kota tidak mengorbankan elemen lingkungan.
yang hijau dan Dimensi ini mewakili pentingnya memiliki biosfer yang dikelola
dengan baik, mulai dari rendahnya jumlah polutan di kota,
tangguh
melindungi aset keanekaragaman hayati serta berkontribusi untuk
menanggulangi dampak buruk perubahan iklim melalui berbagai
Jumla Indikator: 10
cara: mitigasi, adaptasi, dan tindakan pemulihan bencana.
Misi 5: memperkuat
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik – Dimensi ini harus menjaga
tata kelola proses bisnis urbanisasi untuk tetap pada jalur yang baik.
perkotaan yang Beberapa contoh utama dari dimensi ini termasuk transparansi dan
cerdas, transparan, akuntabilitas, pengukuran kolaborasi diantara para pemangku
akuntabel dan kepentingan perkotaa termasuk keterlibatan aktor non-
terpadu pemerintahan seperti sektor swasta, regulasi inklusif, administrasi
dan birokrasi yang baik, dan lingkungan ramah investasi seperti
skema keuangan inovatif
Jumlah Indikator: 10
Perlu menjadi catatan, meski jumlah indikator berbeda antar dimensi tidak akan
mempengaruhi bobot. Indeks tidak dihitung langsung dari 45 indikator, melainkan
secara komposit dari lima dimensi yang terdiri dari masing-masing lima subdimensi.
Jumlah indikator ini sebagian besar didasarkan pada ketersediaan data untuk
memastikan operasionalisasi IKB dan keterkaitan dengan indikator TPB/SDGs yang
secara detail dapat dilihat pada Tabel 5.2.
BAPPENAS. 2020. Kebijakan Perkotaan Nasional 2045: Menuju Perkotaan Berkelanjutan. Bahan
Presentasi.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2017). Panduan Praktis Implementasi
Agenda Baru Perkotaan Untuk Kota Berkelanjutan di Indonesia: Pengantar Agenda Baru
Perkotaan. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2017). Panduan Praktis Implementasi
Agenda Baru Perkotaan Untuk Kota Berkelanjutan di Indonesia: Perumahan dan Akses
Pelayanan Dasar. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2017). Panduan Praktis Implementasi
Agenda Baru Perkotaan Untuk Kota Berkelanjutan di Indonesia: Kebencanaan dan Lingkungan
Perkotaan. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2017). Panduan Praktis Implementasi
Agenda Baru Perkotaan Untuk Kota Berkelanjutan di Indonesia: Tata Kelola Perkotaan. Jakarta:
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.