PROPOSAL DISERTASI
Oleh:
NENG SUSI SUSILAWATI SUGIANA
NIM: 2211167
1
2
Daftar Isi
BAB i...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.1. Latar Belakang...................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................14
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................................15
1.4. Kegunaan penelitian........................................................................................16
BAB II...............................................................................................................................18
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS......................18
2.1. Kajian Pustaka.....................................................................................................18
2.1.1. Konsep Branding smart city (BSC).............................................................19
2.1.1.1. Definisi Branding Smart City...............................................................20
2.1.1.2. Pengukuran Branding Smart City.......................................................22
2.1.2. Konsep Behavioural Eco-Intentions (BE-I)...............................................24
2.1.2.1. Sintesa Konsep Behavioural Eco-Intentions......................................28
2.1.2.2. Pengembangan Proposisi Behavioural Eco-Intentions (BE-I).........31
2.1.2.3. Pengukuran Behavioural Eco-Intentions...........................................32
2.1.3. Konsep Public Engagement (PE)................................................................39
2.1.3.1. Definisi Public Engagement (PE)........................................................40
2.1.3.2. Pengukuran Public Engagement........................................................41
2.1.4. Konsep Green Eco-friendly (GE-f).............................................................43
2.1.4.1. Definisi Green Eco-friendly.........................................................................45
2.1.4.2. Pengukuran Green Eco-friendly..........................................................47
2.1.5. Konsep Adoption technology (AT)...............................................................48
2.1.5.1. Definisi Adoption technology (AT)......................................................50
2.1.5.2. Pengukuran Adoption technology (AT)..............................................51
2.1.6. Natural Resource (NR).................................................................................53
2.1.6.1. Definisi Natural Resource...................................................................54
2.1.6.2. Pengukuran Natural Resource...........................................................55
2.1.7. Konsep Living Culture (LC)........................................................................57
2.1.7.1. Definisi Living Culture........................................................................58
2.1.7.2. Pengukuran Living Culture (LC)........................................................60
2.1.8. Transportasion and Mobility (TM)............................................................61
2.1.8.1. Definisi Transportasi dan Mobilitas...................................................62
3
BAB i
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Branding smart city (BSC) untuk dapat bertahan pada kota-kota perlu
memberikan kebermanfaatan yang maksimal bagi para pihak pihak yang
melakukan aktifitas didalamnya
(Allahar, 2020; Ninevi Pašali et al., 2021b; Nunes et al., 2021; J. Y
. Smart City perlu memutuskan posisi
branding mereka di pasar global atau regional dengan melibatkan identifikasi
nilai-nilai inti dari keunggulan kompetitif
(Allahar, 2020; Ismagilova et al., 2022; Nunes et al., 2021)
, dan manfaat yang ditawarkan kepada penduduk, pengusaha,
dan pengunjung. Namun tingkat implementasi dari nilai nilai tersebut belum dapat
diterima sepenuhnya bagi masyarakat dengan kata lain belum mendapatkan
dukungan proaktif (Kapoor et al., 2021a) , sehingga menyebabkan implementasi
branding smart city ini hanya menjadi kemasan implementasi dengan standarisasi
nilai keunggulan yang kompetitif namun kurang berdampak signifikan bagi
keberlangsungan lingkunganya.
(Hou et al., 2023; Peng, 2023a; Wassmann et al., 2023; Zhu et al., 2022a)
,
Andilnya pemerintah cenderung memfokuskan pada kontribusi
penghasilan sebagai unsur komersial dari penyelarasan konsep smart city ini
(Lin & Zhai, 2023; Peng, 2023b)
, mengakibatkan adanya ruang implementasi branding
smart city ini tidak sepenuhnya berbasis green Eco-friendly sehingga tanggapan
masyarakatpun diduga tidak memiliki niat yang kuat untuk mendukung program
pemerintah tersebut, karena dari value branding smart citynya tersebut kurang
memberikan jaminan atau janji sesuai dengan konsep smart
(Allahar, 2020; Nunes et al., 2021)
. Lantas hal ini dapat dilihat dari jumlah pendapatan yang diperoleh
daerah atau Penghasilan Asli Daerah (PAD) dari smart city yang sudah ada di
Indonesia namun tidak terjadi peningkatan signifikan mengenai PAD dari setiap
kota smart city.
5
Jaminan dari branding smart city ini tidak lepas dari aktifitas marketing
yang termutakhir dengan tujuan untuk memperkuat Branding Smart City (BSC)
yang diharapkan dapat membantu peningkatan pengunjung wisatawan. Selaras
dengan ini, penelitian terdahulu yang dilakukan menjelaskan bahwa kota-kota di
Indonesia telah mengalami proses pergeseran perubahan yang besar dimana
pembangunan modern telah dilakukan berkiblat pada kota-kota cerdas di negara
lain dan sebagai bentuk triger untuk dapat bersaing di dunia bisnis khususnya
sektor Tourism (Ishida et al., 2016; Sun et al., 2022).
Faktanya bahwa Indonesia hanya mampu memberikan 3 kota dengan
Branding Smart City (BSC) (BSC) dalam rangking dunia berdasarkan The Smart
City Observatory yang diterbitkan oleh IMD World Competitiveness Center pada
tahun 2023, terdapat tiga kota di Indonesia yang tercantum dalam daftar 141 kota
cerdas di seluruh dunia, yaitu Jakarta, Medan dan Makassar. Berkaca dari masalah
tersebut Indonesia berinisiatif melaksanakan sebuah program yang dicanangkan
sejak tahun 2017 dengan tujuan untuk memberikan dukungan kepada 100
kota/kabupaten sebagai model dalam perancangan dan implementasi rencana
utama (Master Plan) Smart City di wilayah indonesia. "Gerakan Menuju 100
Smart City".
Kondisi ini menunjukan bahwa kota-kota Indonesia mempunyai daya
saing yang sangat besar peluangnya dikarenakan letak geografis Indonesia yang
sangat menarik berbagai perhatian khususnya menarik dalam sektor wisata.
Berkaitan dengan hal ini adanya penelitian terdahulu yang menjelaskan bahwa
untuk menciptakan branding kota cerdas perlu membangun habit yang lebih
termutakhir baik dari perangkat kota maupun perilaku masyarakatnya
(Dhiman & Arora, 2020a; S. A. Khan et al., 2022; Y. K. Kim & Sullivan, 2019; Park &
Melihat Grafik 1.3. Masalah lain yang timbul bisa terlihat dari beberapa
provinsi yang mempunya potensi wisatawan besar namun tidak dapat terkelola
secara baik dalam segi pembangunan fasilitas dan akomodasi sehingga
menyebabkan konsep smart pada sebuah kota, yang tidak tercerminkan
dampaknya dengan baik menyebabkan tingkat kunjungan yang rendah bagi
daerah-daerah tersebut. Pada akhirnya timbul asumsi bahwa konsep smart city
membuka peluang potensi wisatawan besar namun tidak mendapatkan
meningkatkan PAD yang maksimal, sehingga menyebabkan beberapa masalah
mengenai tingkat Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tidak terasa secara
signifikan.
Gambar 1.1. Grafik Tingkat Kerusakan Lahan Seiring Dengan Pembangunan Area Wisata Baru (
Untuk Tingkat Kerusakan Alam, Untuk Tingkat Pembangunan Area Wisata Baru)
Sumber : Diolah dari https://trends.google.co.id/trends/explore?date=today%205-
y&geo=ID&gprop=images&q=KERUSAKAN%20LAHAN%20DI%20INDONESIA,TEMPAT
%20WISATA%20BARU&hl=id
Paradigma baru saat ini memandang bahwa kolerasi antara Branding kota-
kota di Indonesia dengan para pengunjung dalam hal untuk berwisata dapat
dikategorikan sebagai sebuah bisnis dimana kepentingan konsumen selalu
berdampak pada kepentingan komersial. Sehingga pada penyelenggaraaan sebuah
Kotapun sekarang merupakan sebuah implementasi dari kegiatan pemasaran
(Ananda et al., 2016; Hu & Wang, 2020; Santos-Vijande et al., 2022; Saura, 2021a) .
Perencanaan dan penyelenggaraan tata letak kota tidak lepas dari aktifitas
marketing yang termutakhir dengan tujuan untuk memperkuat Branding Smart
7
Gambar 1.2. Grafik Minat Pencarian Kota Smart City di Indonesia sebagai Destinasi Wisata 5
tahun tekahir.
Sumber : https://trends.google.co.id/trends/explore?cat=67&date=today%205-y&geo=ID&q=smart
%20city&hl=id
Geografis Indonesia yang membentuk kota kota mempunyai keunikan
masing-masing dikarenakan letaknya yang terdiri dari banyak pulau. Menjadikan
Indonesia sebagai lokasi dengan banyak pilihan untuk melakukan kunjungan
wisata namun hal ini belum terasa, sehingga informasi yang diperoleh pengunjung
wisata baik domestik ataupun wisatawan luar negeri terhitung rendah untuk
mengenalkan bahkan mematenkan Branding Smart City (BSC) sebagai tujuan
wisata di Indonesia. Dari sebaran Smart City yang sedang dikembangkan dapat
terlihat dari gambar 2 bahwa 4 pulau besar di Indonesia memiliki titik area yang
digandrungi oleh para turis.
Gambar 1.3. Sebaran titik Smart City di Indonesia yang sering dikunjungi para pelancong.
Sumber : https://trends.google.co.id/trends/explore?cat=67&date=today%205-y&geo=ID&q=smart%20city&hl=id
Sejalan dengan penelitian terdahulu bahwa titik lokasi yang sering menjadi
pencarian para pengunjung akan lebih difokuskan dalam pembangunan kotanya,
lantas program pembangunan kota cerdas ini telah menjadi fokus dunia bahkan
Indonesia sendiri (D. Li et al., 2009; J. Yang et al., 2021) , namun kendati
demikian dampak dari lancarnya pembangunan komersil di area Smart City ini
dapat membuat sebuah masalah lebih lanjut yaitu mengenai kerusakan alam, yang
sebetulnya menjadi nilai originalitas Indonesia.
9
434
613.3
735
Gambar. 1.4. Tingkat Rata-Rata Kunjungan Wisata dari Tahun 2021-2023 di Indonesia
Sumber: Data diolah berdasarkan data statistik BPS (Angka kunjungan dalam jutaan)
Melihat, jumlah pengunjung yang paling tinggi terjadi pada tahun 2022.
Pada tahun 2022, jumlah total pengunjung mencapai 734.864.693 wisatawan,
jumlah ini merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun yang tercatat dalam data
tersebut. Jadi, tahun 2022 adalah tahun dengan jumlah pengunjung tertinggi di
antara tahun 2021, 2022, dan 2023. Kejadian pelonjakan kunjungan ini dapat
dirasakan setelah beberapa kondisi yang menjadi penyebab penurunan ditahun
sebelumnya, faktor ekseternal dengan adanya pembatasan skala besar-besaran
untuk orang-orang bepergian. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian terdahulu
yang menjelaskan bahwa efek yang terasa akan mempengaruhi kegiatan
marketing termasuk dalam menawarkan dan mengenalkan pilihan wilayah wisata
(Mason et al., 2021).
Penjabaran data-data tersebut, menjadi alasan kuat atas terlibatnya para
pengunjung wisata terhadap keberlangsungan kota-kota yang sudah memiliki
Branding Smart City (BSC), seperti Pulau Bali, DKI Jakarta, Pulau Jawa, Medan
dan Makasar. Masalah dari aktifitas komersial di kota tersebut menjadikan bahan
11
perhatian badan pemerhati lingkungan hidup karena tingkat polusi serta kerusakan
alam yang signifikan dari tahun ke tahum. Namun di satu sisi bahwa pemerintah
berkomitmen dengan target akan menjalankan program 100 kota/kabupaten cerdas
yang ada di Indonesia agar dapat mempertahakan dan meningkatkan jumlah
kunjungan wisata baik lokal atapun wisatawan asing dengan cara memproses
pembangunan infrastruktur pengadopsian teknologi berstandar SNI.
Pembangunan-pembanguna kota pintar sebagai modal untuk
mendatangkan para tamu mendapatkan tantangan yaitu aspek internal yang harus
dilibatkan dengan tingginya resiko kehilangan identitias sebagai kota cerdaspun
akan terjadi apabila para masyarakat atau pengunjung wisata merasa bahwa label
kota cerdas tidak dapat menyuguhkan fasilitas sebagaimana citra yang dibangun
dapat mempengaruhi minat mereka terhadap lingkungan alamnya. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan, bahwa unsur unsur yang menjadi keunikan
sebuah kota pintar akan dinilai lebih bermanfaat jika memberikan interaksi
humanitas dengan lingkungan yang tetap terjaga dan bagaimana Branding Smart
City (BSC) itu akan tetap mempunyai resistensi pada setiap perubahan baik dari
sisi teknologi ataupun dari sisi perilaku manusianya.
(Ismagilova et al., 2022; Ju & Lee, 2020; Kapoor et al., 20
.
Dari tahun ketahun berada dalam keragaman konteks penelitian dari
berbagai belahan dunia yang berkecimbung mengenai bagaimana untuk mengkaji
Smart City hal ini dapat terlihat dari gambar 1.3. bahwa lingkup penelitian yang
membahas Konsep smar city masih relatif sedikit, sehingga masih bisa dijadikan
garapan untuk penelitian selanjutnya serta dapat dlihat dari hasil SLR
(Ismagilova et al., 2022; Lee & Trimi, 2018; J. Yang
. Berjalan dengan pemaparan
kondisi permasalah lapangan mengenai Branding Smart City (BSC) yang harus
dikembangkan dan diperkuat melalui interaksi kerangka kerja kota cerdas banyak
menampilkan konsep smart city berbasis Green Eco Friendly (G-EF), namun
dalam temuanya terdapat ketidak konsistenan terhadap faktor yang menjadikan
Branding Smart City (BSC) ini kurang melekat dan meluas pada calon turis baik
lokal maupun asing.
12
Minat dari para konsumen sebagai turis ini erat kaitanya dengan sebuah
teori mengenai Marketing Management serta Theory Of Planned Behavior
(Lovelock (2016), Zeithamel dan Parasuraman (2014)) yang berdasar pada hal-
14
hal yang membuat mereka tertarik dengan sebuah object (Yadgar, 2020). Dalam
konsep Smart City hadirnya sebuah konsep Green Eco-Friendly (GEF) yang
didefinisikan sebagai tingkat kepedulian pada lingkungan, akan memperkuat
Branding Smart City (BSC) ini (Jeyung yang, dkk,2020). Adapun sebagai jalan
dalam memperkuat dan mempertahankan Branding Smart City (BSC) ini akan
menjadi lebih terukur apabila kita mengetahui tingkat Public Engagment (PE)
yang tercipta dalam kota pintar tersebut didalami dari teorinya Relationship
Marketing, Berry (1995), Percy (1995). Namun juga ada celah dari berbagai
perilaku humanitas dalam melihat fasilitas yang disuguhkan dari smart city ini,
sisi layanan konsumen dari sisi teori Services Domain Smart City (Jeyung yang,
dkk (2020) yang akan membuat kesan publik menjadi memperhatikan dan menilai
bahwa layak untuk diberikan Branding Smart City (BSC)
Pemaparan kebaragaman hasil yang dikaitkan dengan fenomena dapat
ditawarkan sebuah kerangka model solusi akibat hadirnya model Branding Smart
City (BSC) yang jika tidak dapat diimplemtasikan akan berdampak pada kinerja
dari Branding Smart City (BSC) ini baik untuk keberlangsungan lingkungan
ataupun kinerja Smart City terutama dari sektor pariwisata.
Untuk itu dalam proposal ini diusulkan untuk mengimplementasikan
model baru dalam Smart City Base On Green Eco-Friendy dengan adanya
moderasi behaviour Eco-intentions (BE-I) sebagai faktor baru penguat dimana
harus terciptanya sebuah kebiasan perilaku atau sikap yang tertarik dengan
kepedulian dan atau pemanfaatan fasilitas yang ramah lingkungan yang
sebelumnya sudah disediakan serta menciptakan Public Engagment (PE) untuk
dapat mempertahankan dan memperkuat Branding Smart City (BSC) di Indonesia.
Merujuk beberapa pada hal yang mendasari latar belakang antara lain ruang
dalam penelitian dan fenomena bisnis yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian
ini menemukan masih banyak inkonklusif empiris atau perbedaan hasil antara
15
Green Eco-Friendly (GE-F) kepada kinerja sebuah Branding Smart City (BSC).
pada empiris penelitian terdahulu masih ada kontradiktif mengenai pengaruh dari
Green Eco-Friendly (G-EF). Selain itu adanya ruang dalam teori yaitu belum
adanya konstruk yang tepat dalam menjebatani dan memperkuat G-EF dalam
meningkatkan kinerja Branding Smart City (BSC).
Untuk itu dirumuskan masalah sebagai berikut:
atas masalah penelitian, implikasi teoretis dan manajerial, serta rekomendasi bagi
user dan policy maker.
BAB II
Kajian pustaka ini menerangkan grand theory, middle range theory dan
applied theory yang digunakan dalam penelitian. Grand theory yang digunakan
adalah manajemen pemasaran untuk menjadi dasar teori yang dapat digunakan
dalam middle range theory dan applied theory.
Middle ranga theory adalah teori yang berada pada tingkat pertengahan
sebagau turunan dari grand theory. Dalam penulisan penelitian ini middle range
theory yang digunakan adalah perilaku wisatawan yang berasal dari Teori
Planned Behavior (TPB), Adapun pada penelitian ini membahas mengenai entitas
branding city smart berbasis Green Eco-Friendly (GE-F), maka kajian teori
didukung oleh beberapa middle theory yaitu strategic brand management, Services
Domain, Relationship Marketing Management, Green Marketing, TAM.
19
Applied theory merupakan teori yang berada pada level mikro atau
aplikasi. Oleh sebab itu applied theory yang digunakan dalam penelitian ini terkait
dengan variabel penelitian, yaitu branding city smart, public engagement,
Behavioural Eco-Intentions (BE-I), Green Eco-Friendly (GE-F), natural
resource, adoption technology, living culture, transportasion and mobilty.
Branding dalam konteks Smart City dapat dilihat dari perspektif Strategic
Brand Management, di mana tujuannya adalah untuk menciptakan citra dan
identitas yang kuat bagi kota pintar tersebut. Branding adalah elemen penting
dalam dunia bisnis dan memiliki dampak yang signifikan pada berbagai
aspek (Fisher-Buttinger & Vallaster, n.d.) . Dalam perspektif teori Strategic Brand
Management, Branding memiliki pengaruh yang luas dan mendalam pada
berbagai aspek bisnis
(Febriyantoro, 2020; S. A. Khan et al., 2022; Luxury Brand Management Ffirs 4 Ma
, termasuk citra merek, pengambilan
keputusan konsumen, loyalitas pelanggan, posisi pasar, dan profitabilitas
(Neirotti et al., 2016)
Smart City perlu memutuskan posisi strategis mereka di pasar global atau
regional dengan melibatkan identifikasi nilai-nilai inti dari keunggulan
kompetitif (Allahar, 2020; Ismagilova et al., 2022; Nunes et al., 2021) , dan
manfaat yang ditawarkan kepada penduduk, pengusaha, dan pengunjung. Posisi
ini harus mencerminkan visi, misi, dan nilai-nilai kota pintar tersebut. Identitas
merek Smart City harus mencakup elemen-elemen seperti logo, slogan, warna,
dan elemen desain lainnya (Chauhan et al., 2021; Ismagilova et al., 2022) .
Identitas ini harus konsisten di semua komunikasi dan interaksi dengan penduduk
dan pemangku kepentingan. Melibatkan penduduk dalam proses Branding dan
pengambilan keputusan akan memperkuat citra positif Smart City. Ini dapat
dilakukan melalui pemungutan suara, forum komunitas, dan berbagai inisiatif
partisipasi publik lainnya (Flachenecker et al., 2022; Pardalis et al., 2022) . Merek
20
Dalam konteks Branding Smart City (BSC), Midle Range Theory yang lainnya
yaitu Theory Of Planned Behavior menekankan wawasan yang berharga tentang
bagaimana penduduk, pengunjung, dan pemangku kepentingan merespons, berinteraksi,
dan mengadopsi layanan dan inovasi Smart City.
Branding Smart City adalah proses membangun citra dan identitas positif
untuk sebuah kota pintar atau Smart City. Ini melibatkan pengembangan dan
21
Dari tabel 2.1. definisi Branding Smart City oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa Branding Smart City adalah upaya untuk membangun citra
yang positif dan kuat untuk kota pintar atau Smart City. Branding Smart City
melibatkan pengembangan identitas kota yang mencerminkan nilai-nilai inti dan
karakteristik kota tersebut, seperti inovasi, teknologi, keberlanjutan, kualitas hidup
yang tinggi, serta inklusi sosial
(Ricard et al., 2017; Spandagos et al., 2022; Tiberius et al., 2021a)
. Definisi-definisi tersebut menekankan pentingnya
menciptakan citra kota yang menarik bagi penduduk lokal, pengusaha, dan
pengunjung. Ini mencakup promosi kualitas hidup yang lebih baik, pelayanan
publik yang efisien, dan komitmen pada teknologi canggih. Branding Smart City
(BSC) juga melibatkan upaya untuk membedakan kota tersebut dari kota-kota
lainnya, menciptakan reputasi yang positif, dan menarik investasi bisnis.
Tabel 2.1. Definisi Branding Smart City (BSC) Menurut Para Ahli
Wally Olins, 2005 Branding Smart City (BSC) adalah usaha untuk menciptakan
perbedaan yang jelas di mata penduduk dan pengunjung,
menciptakan identitas yang menarik dan membedakan kota dari
yang lain.
Jeremy Millard, Branding Smart City (BSC) mencakup strategi untuk
2012 mempromosikan kota sebagai pusat inovasi teknologi yang
berfokus pada kualitas hidup yang tinggi.
Greg Clark, 2017 Branding Smart City (BSC) adalah tentang menciptakan citra kota
yang berorientasi masa depan, inklusif, dan berkelanjutan, yang
menarik investasi dan penduduk.
Antoine Picon, Branding Smart City (BSC) melibatkan penciptaan citra kota
2016 sebagai tempat yang memadukan teknologi, budaya, dan
lingkungan yang memajukan kualitas hidup.
Teresa Galván, Branding Smart City (BSC) adalah proses mempromosikan kota
2019 sebagai lingkungan yang ramah teknologi, inklusif, dan
berkesinambungan yang memungkinkan penduduk dan bisnis
berkembang.
Dapat dilihat dari esensi definisi Branding Smart City (BSC) berfungsi
memperkuat aspek inklusif dan berkelanjutan, sehingga menciptakan citra kota
yang berorientasi pada masa depan dan ramah terhadap penduduknya. Ini
mencerminkan kompleksitas Branding Smart City (BSC) yang harus mencakup
banyak elemen berbeda untuk menciptakan citra yang kuat dan menarik yang
mendukung perkembangan kota dan kualitas hidup penduduknya.
positif, dan mencerminkan karakteristik kota pintar. Dimensi ini mencakup sejauh
mana merek Smart City memiliki citra yang positif. Keberlanjutan (Sustainability,
Boyd Cohen) Boyd Cohen adalah seorang pakar dalam keberlanjutan. Dimensi
keberlanjutan ini menilai sejauh mana Smart City mempromosikan dan mencapai
tujuan keberlanjutan, termasuk penggunaan sumber daya yang efisien, energi
terbarukan, dan lingkungan yang bersih.
Inovasi (Innovation, Carlo Ratti) Carlo Ratti adalah seorang arsitek dan
ahli dalam inovasi kota, dimensi inovasi ini mencakup tingkat inovasi yang
diterapkan di Smart City, termasuk teknologi canggih, proyek inovatif, dan
kolaborasi dengan pemangku kepentingan dalam mengembangkan solusi cerdas.
Kualitas Hidup (Quality of Life, Greg Clark) Greg Clark adalah seorang ahli
dalam perkembangan kota. Dimensi ini mencakup pengukuran kualitas hidup
yang dialami oleh penduduk, termasuk aspek seperti transportasi, akses ke
pendidikan dan layanan kesehatan, dan lingkungan yang bersih dan aman.
Kepuasan Penduduk (Citizen Satisfaction, Wally Olins) Wally Olins adalah
seorang ahli Branding. Dimensi ini mengukur sejauh mana penduduk merasa puas
dengan layanan dan fasilitas yang disediakan oleh Smart City, serta sejauh mana
mereka merasa diberdayakan dan didengarkan.
dukungan bagi kelompok rentan dan marginal. Teresa Galván adalah seorang ahli
dalam aspek keberlanjutan sosial
(Lang et al., 2016; Miller, 2015; Mishra et al., 2023b; Saeed et al., 2
. Keberlanjutan Lingkungan (Environmental
Sustainability, Antoine Picon) Antoine Picon adalah seorang ahli dalam
keberlanjutan lingkungan. Dimensi ini mencakup pengukuran dampak Smart City
terhadap lingkungan, seperti pengurangan emisi karbon, pengelolaan limbah yang
baik, dan pelestarian alam
(Allison et al., 2022; Bakchan et al., 2022; Bibi et al., 2023; Pryce et al.,
Berikut adalah dimensi-dimensi yang dapat diidentifikasi dari definisi para ahli;
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ahli Icek Ajzen dalam penelitiannya pada
tahun 1991, "Niat adalah faktor utama dalam memahami dan meramalkan
perilaku yang disengaja." Dalam konteks eco-intentions, penelitian TPB juga
menyoroti bahwa eco-intentions terdiri dari tiga komponen utama: niat, sikap, dan
norma subjektif. Menurut Ahli Ajzen, "Niat dipengaruhi oleh sikap individu
terhadap perilaku yang diinginkan dan norma subjektif yang mencerminkan
pengaruh sosial yang dirasakan individu." Dengan kata lain, sikap positif terhadap
perilaku pro-lingkungan dan pengaruh positif dari orang-orang di sekitar individu
atau organisasi akan cenderung meningkatkan eco-intentions.
akan lebih tepat mendefinisikan perilaku eco sebagai sesuatu yang terkait dengan
“aktivitas, minat, emosional, tanggapan terhadap sebuah pembentukan Branding
Smart City”, maka konstruksi baru Behavioural Eco-Intentions (BE-I) akan lebih
sesuai untuk mendefinisikan perilaku dari eco-intentions.
perilaku yang mendukung dan berdampingan dengan sistem kota cerdas berbasis
Green Eco-Friendly (GE-F).
Konsep kebaruan ini lahir dari mensintesis salah satu teori yang paling
berpengaruh, mapan, dan telah teruji dalam manajemen pemasaran, yaitu Teori
Planned Behavior (TPB) yang dicetuskan oleh Icek Ajzen pada tahun 1991. TPB
telah terbukti menjadi kerangka konseptual yang kuat dalam memahami perilaku
konsumen dalam berbagai konteks. Dalam konteks "Behavioural Eco-Intentions
(BE-I)," TPB memberikan fondasi yang solid dengan dukungan konsep yang
penting dari TPB itu sendiri seperti Extend Planning Behavior, Interpesonal
behavior, reasoned Action, dengan memasukkan faktor-faktor kunci seperti niat
(intention), sikap (attitude), norma subjektif (subjective norm), dan kendali
perilaku (perceived behavioral control).
Selain itu, konsep ini juga didukung oleh penelitian dan teori-teori lain
dalam psikologi lingkungan dan perilaku sosial, termasuk Teori Dorongan (Nudge
Theory), Teori Norma Sosial (Social Norms Theory), dan Teori Efikasi Diri (Self-
Efficacy Theory), yang semuanya berkontribusi untuk memperdalam pemahaman
tentang bagaimana mendorong perilaku pro-lingkungan yang berkelanjutan.
Dengan mengintegrasikan aspek-aspek ini, konsep ini bertujuan untuk
menghadapi tantangan yang muncul dari penelitian sebelumnya dan merancang
pendekatan yang lebih holistik dalam memahami serta mendorong "Behavioural
Eco-Intentions (BE-I).".
Efikasi Diri (Self-Efficacy Theory) yang diusung oleh Bandura pada tahun 1977,
memiliki dampak yang signifikan pada konsep 'Behavioural Eco-Intentions (BE-
I).' Teori Dorongan menekankan peran lingkungan dalam membentuk perilaku,
dan pendekatan nudging dapat menciptakan perubahan positif dalam perilaku
lingkungan. Teori Norma Sosial menyoroti pengaruh norma sosial terhadap
individu; ketika perilaku pro-lingkungan dianggap sebagai norma yang
diharapkan, individu cenderung mengikuti. Sementara itu, Teori Efikasi Diri
berfokus pada keyakinan individu terhadap kemampuan mereka untuk melakukan
tindakan tertentu, dan tingkat efikasi diri yang tinggi dapat mendorong individu
untuk merencanakan dan melaksanakan perilaku lingkungan yang positif.
Gabungan pengaruh dari ketiga teori ini, bersama dengan nama-nama ahli dan
tahun pencetusan teori tersebut, memberikan landasan yang kokoh untuk
memahami dan mendorong 'Behavioural Eco-Intentions (BE-I)' yang
berkelanjutan."
Penciptaan Branding kota pintar pada zaman sekarang akan lebih terasa
tuntutannya, yang harus dilaksanakan sebagai sebuah strategi marketing daerah
tersebut tentu saja dimana tuntutan itu sudah mengarah pada pembangunan sebuah
kota pintar yang ramah lingkungan yang selanjutnya disebut dengan Green Eco-
Friendly (GE-F), terutama focus masyarakat pada penggunaan infrastruktur yang
ramah lingkungan serta tercipatanya gaya hidup yang eco friendly sebagai
dampak dari perencaan kota pintar berdasar sifat Green Eco-Friendly (GE-F)nya.
32
Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk (tahun 1980an): Dalam buku
teks mereka yang terkenal, "Consumer Behavior: A European Outlook,"
Schiffman dan Kanuk menjelaskan bahwa perilaku konsumen mencakup aktivitas
yang individu lakukan dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi,
dan membuang produk atau jasa. Mereka memahami bahwa attitude dalam
konteks pemasaran adalah respons emosional dan kognitif individu terhadap
produk, merek, atau iklan, dan bahwa attitude ini dapat memengaruhi keputusan
pembelian dan loyalitas pelanggan. Kedua ahli tersebut menggaris bawahi
pentingnya memahami perilaku konsumen dan sikap mereka terhadap produk dan
merek dalam mengelola strategi pemasaran
(Ananda et al., 2016; Micheels & Boecker, 2017; Saura, 2021b, 2021c)
. Konsep-konsep ini menjadi dasar bagi manajemen
pemasaran modern dalam merancang kampanye yang lebih efektif dan berfokus
pada kebutuhan serta preferensi konsumen.
Dalam TPB, ketiga dimensi ini saling berinteraksi dan memengaruhi niat
(intentions) individu untuk melakukan atau menghindari perilaku tertentu. Niat,
pada gilirannya, merupakan prediktor penting dari perilaku aktual. Dengan
35
memahami sikap, norma subjektif, dan kendali perilaku yang dirasakan individu
terhadap suatu perilaku, kita dapat meramalkan dan memahami perilaku individu
dengan lebih baik.
1. Konsisten dengan Nilai dan Tujuan Pribadi: Perilaku yang efektif dan
ideal seringkali sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan pribadi individu. Ini
mencerminkan konsistensi antara perilaku dan identitas individu.
4. Didukung oleh Niat yang Kuat: Perilaku yang efektif dan ideal
seringkali didasarkan pada niat yang kuat dan komitmen untuk bertindak.
Niat yang kuat menjadi pendorong untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
5. Menghormati Hak dan Nilai Orang Lain: Perilaku yang efektif dan
ideal menghormati hak, nilai, dan kepentingan orang lain. Ini mencakup
sikap empati dan toleransi terhadap perbedaan.
36
Perilaku yang dianggap efektif dan ideal dapat bervariasi tergantung pada
konteks dan tujuan. Dalam konteks bisnis, perilaku yang efektif mungkin terkait
dengan mencapai target penjualan, sementara dalam konteks lingkungan
(Reisch et al., 2021; Saeed et al., 2019)
, perilaku yang efektif mungkin berfokus pada
pengurangan jejak karbon. Penting untuk mengidentifikasi nilai-nilai, tujuan, dan
konteks yang spesifik untuk menentukan apa yang dianggap sebagai perilaku yang
efektif dan ideal dalam situasi tertentu.
Atitude,Subjecti
ve Norms,
individual Value Perceived
Trush, Tujuan Behavioural
Pribadi, Control,
Education
kolaborasi
public
engagement
4. Keyakinan dan Nilai Pribadi: Keyakinan dan nilai pribadi individu dapat
mempengaruhi sejauh mana mereka merasa terdorong untuk mengadopsi
perilaku Eco-Friendly . Nilai-nilai seperti keberlanjutan, lingkungan, dan
etika dapat memainkan peran penting.
TPB, yang dicetuskan oleh Icek Ajzen pada tahun 1991, memfokuskan
pada tiga komponen utama: sikap individu terhadap perilaku (attitude), norma
40
Selain itu, integrasi lingkungan dalam strategi bisnis menjadi kunci dalam
memastikan bahwa Smart City benar-benar berbasis Green Eco-Friendly . Ini
mencakup pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana, pemantauan dampak
lingkungan, dan komitmen untuk mencapai tujuan berkelanjutan. Dengan
menggunakan dimensi ini, Smart City dapat memastikan bahwa semua keputusan
dan langkah yang diambil secara aktif mendukung keberlanjutan lingkungan.
Dengan mengadopsi dimensi yang diilhami oleh Michael Porter, penelitian dalam
konteks Smart City berbasis Green Eco-Friendly dapat membantu merancang
strategi Branding dan pengembangan kota yang berkelanjutan dan berdaya tarik.
49
Ini juga membantu dalam mencapai tujuan keberlanjutan yang semakin penting di
masa depan.
Adopsi teknologi dalam konteks smart city telah menjadi kunci dalam
mengubah kota menjadi lebih efisien, berkelanjutan, dan berorientasi pada
pelayanan. Dengan pendekatan yang inovatif, kota-kota pintar mengintegrasikan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan berbagai aspek,
mulai dari manajemen transportasi, pengelolaan energi, hingga penyediaan
layanan publik. Adopsi teknologi ini memungkinkan kota untuk mengumpulkan
dan menganalisis data yang relevan, mempromosikan partisipasi masyarakat, dan
meningkatkan kualitas hidup warga. Melalui upaya-upaya seperti sensor pintar,
Internet of Things (IoT), dan aplikasi pintar, adopsi teknologi membuka peluang
besar untuk membangun kota yang lebih berkelanjutan dan memberikan dampak
positif bagi masyarakat serta lingkungan.
51
ICEK AJZEN (1991) Theory of Planned Behavior (Tpb) Menjelaskan Bahwa Adopsi
Teknologi Dipengaruhi Oleh Sikap, Norma Subjektif, Dan
Kendali Perilaku Yang Dirasakan.
DON NORMAN (1998) Norman Menyoroti Peran Desain Pengalaman Pengguna (User
Experience) Dalam Mempengaruhi Adopsi Teknologi.
lingkungan. Adopsi teknologi yang ramah lingkungan dapat menjadi kunci dalam
mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem, menghemat sumber daya alam,
dan menciptakan infrastruktur yang berkelanjutan. Oleh karena itu, memahami
dan merancang strategi pemasaran yang mendorong adopsi teknologi hijau
menjadi krusial dalam menciptakan kota pintar yang berbasis keberlanjutan. Hal
ini juga berperan penting dalam mengubah perilaku masyarakat dan bisnis menuju
praktek yang lebih ramah lingkungan, menjadikan konsep Adoption technology
(AT) sebagai elemen kunci dalam mewujudkan visi kota pintar yang Green Eco-
Friendly.
Dari berbagai dimensi yang disajikan, dimensi yang paling cocok dalam
konteks Green Eco-Friendly untuk Branding Smart City adalah dimensi yang
mencakup faktor-faktor lingkungan dan sosial. Oleh karena itu, dimensi dari
Venkatesh et al. (2003) yang mencakup ekspektasi kinerja, kemudahan
penggunaan, norma sosial, dan kondisi dukungan sangat relevan. Penerapan
teknologi hijau dalam kota pintar dapat sangat dipengaruhi oleh bagaimana
teknologi tersebut dinilai dalam hal kinerja yang mendukung keberlanjutan,
kemudahan penggunaan yang mengurangi dampak lingkungan, norma sosial yang
mendorong perilaku hijau, serta kondisi dukungan yang memfasilitasi penerapan
teknologi ramah lingkungan (Lian et al., 2022; Xie et al., 2022) .
Mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam strategi pemasaran dapat membantu
menciptakan citra kota pintar yang Green Eco-Friendly yang berdaya tarik bagi
penduduk dan investasi.
54
TURNER, R. K. (1992) Sumber daya alam adalah komponen penting dari ekosistem yang
memberikan manfaat bagi manusia, termasuk bahan baku dan
layanan ekosistem.
DALY, H. E. (1996) Natural Resource (NR) adalah modal alam yang memberikan
kemakmuran, tetapi penggunaannya harus bijaksana agar tidak
merusak lingkungan.
OSTROM, E. (1990) Natural Resource (NR) mencakup sumber daya bersama yang
memerlukan pengelolaan kolektif untuk mencegah degradasi.
WORLD BANK (1997) Sumber daya alam mencakup berbagai bahan baku, energi, air,
tanah, dan berbagai ekosistem yang memengaruhi kehidupan
manusia.
UNITED NATIONS Natural Resource (NR) adalah komponen alam yang penting
(1992) bagi perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungan berkelanjutan.
HETTIGE, H. ET AL. Natural Resource (NR) mencakup bahan baku, sumber daya air,
(2000) energi, dan sumber daya alam lainnya yang digunakan untuk
keperluan manusia.
3. Water
4. Land
Dalam konteks Branding Smart City berbasis Green Eco-Friendly , dimensi yang
relevan dalam pengukuran Natural Resource (NR) adalah turner, r.k, 1992 dan
Costanza, r.et.al, 1997, yaitu:
Dengan mengukur dan memantau dimensi-dimensi ini, Smart City dapat memastikan
bahwa pengelolaan Natural Resource (NR) berkontribusi positif pada citra Green Eco-
Friendly yang mereka bangun, menarik penduduk dan investasi yang berorientasi pada
keberlanjutan lingkungan.
Ahli dalam studi perilaku konsumen, seperti Shrum, L. J., McCarty, J. A.,
dan Lowrey, T. M., telah menyoroti bagaimana norma sosial dan budaya
masyarakat memengaruhi perilaku konsumen. Mereka menekankan bahwa
perubahan budaya dan norma sosial yang mendukung keberlanjutan lingkungan
dapat memengaruhi preferensi konsumen terhadap produk yang ramah lingkungan
dan berdampak positif pada strategi pemasaran yang berfokus pada Living Culture
(LC). Dalam Living Culture (LC), individu dan masyarakat umumnya memiliki
kesadaran yang lebih tinggi tentang masalah lingkungan, termasuk perubahan
iklim, pelestarian sumber daya alam, dan polusi. Mereka cenderung mengadopsi
perilaku yang ramah lingkungan, seperti pengurangan penggunaan energi,
penggunaan transportasi berkelanjutan, dan penggunaan produk yang dihasilkan
secara berkelanjutan. Living Culture (LC) juga mencakup norma sosial yang
mendukung keberlanjutan lingkungan, seperti mendukung produk dan layanan
yang berkelanjutan, serta berpartisipasi dalam inisiatif komunitas yang berfokus
pada lingkungan.
Oleh karena itu, pemahaman dan penerapan Living Culture (LC) dalam
pemasaran membantu menciptakan hubungan yang lebih kuat antara merek dan
konsumen yang memiliki nilai-nilai keberlanjutan
(Al-Debei et al., 2022; García-Monleón et al., 202
, serta berkontribusi pada upaya
bersama untuk menciptakan dunia yang lebih hijau.
Definisi Living Culture (LC) yang ideal bagi Branding Smart City
berbasis Green Eco-Friendly(GE-F) menurut beberapa ahli, yaitu;
Steg, L., & Vlek, C. (2009) Living Culture (LC) mencakup norma sosial yang
mendukung penggunaan energi yang efisien, transportasi
berkelanjutan, dan pengelolaan sumber daya alam yang
bijaksana.
Gatersleben, B., Steg, L., & Vlek, Living Culture (LC) mencerminkan norma sosial
C. (2002) yang mendorong partisipasi dalam inisiatif komunitas
yang berfokus pada keberlanjutan dan lingkungan.
Schultz, P. W., & Kaiser, F. G. Living Culture (LC) adalah budaya yang
(2012) memberikan penghargaan pada individu yang mengambil
tindakan lingkungan yang positif, seperti daur ulang dan
hemat energi.
60
Hines, J. M., Hungerford, H. R., & Living Culture (LC) mencakup budaya di mana
Tomera, A. N. (1986) individu merasa bertanggung jawab terhadap pelestarian
sumber daya alam dan mempraktikkan tindakan
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Dolan, P., Galizzi, M. M., & Living Culture (LC) mencerminkan norma-norma
Navarro-Martínez, D. (2015) sosial yang mendukung keputusan konsumen untuk
memprioritaskan produk dan layanan yang mendukung
keberlanjutan.
Kollmuss, A., & Agyeman, J. Living Culture (LC) adalah budaya yang
(2002) mendorong individu untuk mempertimbangkan dampak
lingkungan dalam keputusan mereka, termasuk konsumsi,
transportasi, dan gaya hidup.
Kesimpulan Living Culture (LC) bagi Branding Smart City berbasis Green
Eco-Friendly adalah sebuah budaya yang mengedepankan perilaku konsumen
yang peduli terhadap lingkungan. Ini mencakup norma sosial, nilai-nilai, dan
tindakan sehari-hari yang mendukung penggunaan sumber daya alam yang
bijaksana, pengurangan dampak lingkungan, serta pemilihan produk dan layanan
yang ramah lingkungan. Dalam konteks Smart City, Living Culture (LC)
mencerminkan komitmen masyarakat untuk mendukung praktik-praktik
berkelanjutan, mengadopsi teknologi hijau, dan berpartisipasi dalam inisiatif
lingkungan. Dengan memahami dan mempromosikan Living Culture (LC) ini,
Dalam konteks Green Marketing dan Branding kota pintar berbasis Green
Eco-Friendly , Transportasi dan Mobilitas (TM) adalah aspek kunci yang perlu
diperhatikan. TM mencakup sistem transportasi kota, pilihan mobilitas, dan
norma-norma perilaku terkait transportasi yang mendukung pengurangan dampak
62
lingkungan dan pemakaian sumber daya alam yang bijaksana. Dalam bidang
Green Marketing, Philip Kotler, seorang pakar pemasaran terkemuka,
menggarisbawahi pentingnya mengintegrasikan aspek lingkungan dalam strategi
pemasaran sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan konsumen yang semakin
peduli terhadap isu-isu keberlanjutan.
1. Pengurangan Emisi Karbon: Salah satu fokus utama dalam Branding kota
pintar berbasis Green Eco-Friendly adalah pengurangan emisi karbon.
TM harus dirancang untuk mengurangi penggunaan kendaraan berbahan
bakar fosil dan meningkatkan penggunaan transportasi berkelanjutan
seperti transportasi umum, sepeda, dan berjalan kaki. Ini menciptakan
kesempatan untuk menciptakan citra kota yang peduli terhadap lingkungan
dengan mengurangi kontribusi terhadap perubahan iklim.
2. Fasilitas Transportasi Ramah Lingkungan: Smart City yang berfokus pada
keberlanjutan perlu menyediakan fasilitas transportasi yang ramah
lingkungan. Ini mencakup infrastruktur untuk transportasi umum, jalur
sepeda yang aman, dan dukungan untuk kendaraan listrik. Mendorong
penggunaan transportasi beremisi rendah dan memberikan akses yang
63
KOTLER DAN Transportasi adalah sistem yang memungkinkan orang dan barang
ARMSTRONG, 2018 bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Mobilitas adalah
64
PEATTIE DAN Transportasi adalah proses fisik yang menghubungkan barang dari
PEATTIE, 2003 produsen ke konsumen. Mobilitas adalah konsep yang mencakup
mobilitas individu dan aksesibilitas ke berbagai jenis transportasi
ramah lingkungan.
POLONSKY DAN Transportasi adalah aspek dari rantai pasokan yang mempengaruhi
ROSENBERGER, ekonomi dan lingkungan. Mobilitas adalah kemampuan individu
2001 dan komunitas untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain
dengan cara yang berkelanjutan.
BELZ DAN Transportasi adalah bagian dari strategi rantai pasokan yang
PEATTIE, 2010 melibatkan pergerakan produk. Mobilitas adalah konsep yang
mencakup penggunaan transportasi ramah lingkungan dan pilihan
mobilitas yang berkelanjutan.
BELZ DAN Transportasi adalah elemen penting dalam rantai pasokan yang
PEATTIE dapat mempengaruhi jejak karbon. Mobilitas adalah kemampuan
individu untuk berpindah-pindah dengan menggunakan transportasi
berkelanjutan.
GUMMESSON ET Transportasi adalah bagian dari sistem logistik yang berperan dalam
AL. 2008 menghubungkan produsen dan konsumen. Mobilitas adalah
kebebasan individu untuk berpindah dengan cara yang ramah
lingkungan.
LAROCHE ET AL. Transportasi adalah elemen kunci dalam rantai pasokan yang dapat
2001 mempengaruhi keberlanjutan. Mobilitas adalah cara individu
berpindah dengan meminimalkan dampak lingkungan.
OTTMAN ET AL. Transportasi adalah salah satu aspek dari rantai pasokan yang
2017 memengaruhi dampak lingkungan produk. Mobilitas adalah
65
PEATTIE DAN Transportasi adalah elemen penting dalam pengiriman barang dan
BELZ, 2012 dapat berkontribusi pada dampak lingkungan. Mobilitas adalah
kebebasan individu untuk berpindah dengan meminimalkan
dampak lingkungan.
Tabel 2.12, ini mencantumkan nama-nama ahli dan tahun, serta dimensi
yang terkait dengan definisi mereka dalam konteks transportasi dan mobilitas.
guna untuk mengevaluasi dan memahami bagaimana aspek-aspek tersebut dapat
diintegrasikan ke dalam strategi Branding dan komunikasi yang direncanakan
untuk Smart City yang berkelanjutan.
4 Belz dan Peattie (Definisi Peran transportasi dalam rantai pasokan, pergerakan
Pertama), 2010 produk, penggunaan transportasi ramah lingkungan,
pilihan mobilitas berkelanjutan.
5 Belz dan Peattie (Definisi Pengaruh transportasi pada jejak karbon, elemen
Kedua), 2010 penting dalam rantai pasokan, kemampuan individu
untuk berpindah dengan transportasi berkelanjutan.
6 Charter dan Polonsky, 1999 Proses pengiriman barang, pergerakan fisik,
kemampuan individu untuk bergerak dengan
transportasi yang mengurangi dampak lingkungan.
7 Gummesson et al. 2008 Peran transportasi dalam sistem logistik,
menghubungkan produsen dan konsumen, kebebasan
individu untuk berpindah dengan cara yang ramah
lingkungan.
8 Laroche et al.2001 Peran kunci dalam rantai pasokan, dampak pada
keberlanjutan, cara individu berpindah dengan
meminimalkan dampak lingkungan.
9 Ottman et al.2017 Pengaruh transportasi pada dampak lingkungan
produk, aspek rantai pasokan, kemampuan individu
untuk bergerak dengan transportasi berkelanjutan.
10 Peattie dan Belz, 2012 Peran dalam pengiriman barang, kontribusi pada
dampak lingkungan, kebebasan individu untuk
berpindah dengan meminimalkan dampak
lingkungan.
penting dalam membuat Smart City yang ramah lingkungan lebih mudah
diakses oleh warga.
dengan perilaku yang pasti memperdulikan lingkungan, dan hal ini akan menjadi
faktor yang sangat penting untuk dapat membentuk branding smart city yang
ideal sebagai perwujudan implementasi teori Strategic Brand Management
(Judsen, dkk (2006), Nguyen dan melawar (2015) sebuah perencanaan kota pintar
di Indonesia.
Produk dan layanan pada branding Smart city tentu saja sebuah rangkaian
yang akan mencerminkan identitas dari citra merek kota tersebut, dengan berbasis
green eco-friendly dalam teori Green Marketing (Lovelock (1979). Michael
Porter (1999)), bahwa manusia dapat merasakan fasililtas dan dapat
mengintrepetasikan perilakunya atas dampak dari interaksi kebutuhan dan
penawaran melalui hal yang mengadopsi berdasarkan kerangka kerja yang peduli
terhadap lingkungan, ramah lingkungan yang tidak hanya saja bertumpu pada
perilaku manusianya, akan tetapi penggunaan sumber daya natural (NR) seperti
dikatakan oleh Jeyung yang, dkk (2020), akan tetapi makna lebih luas sikap peduli
lingkungan ini akan tercermin dari kebiasaan yang tercipta membentuk sebuah
budaya hidup (LC) dari penelitian terdahulu oleh Shouwen wang, 2021, dan tidak
lepas juga dari kepedulian masyarakat dalam memilih dadmpak dari
transportation dan mobility yang mengukur seberapa jauh efeknya pada alam.
diajukan sebagai sebuah kebaharuan dan melengkapi konstruk behaviour dan eco-
intentions yang telah ada sebelumnya. BE-I merupakan gagasan yang di ususlan
agar dapat memediasi gap reseacrh yaitu menjadi perantara antara green eco-
friendly pada sebuah branding smart city begitu pula untuk mengukur green eco-
friendly untuk dapat meningkatkan public engagement. Perihal ini ditegaskan
dengan kelogisan mengingat bahwa dasar teori TPB yang melahirkan konstruk
BE-I berfokus pada pembentukan komitmen perilaku peduli lingkungan agar
mengikat public untuk memperkuat citra dari branding smart city.
Penelitian ini mengacu pada teori-teori tingkat tinggi (grand theory) dan
teori tingkat menengah (middle range theory) yang telah ada sebelumnya, dengan
alasan bahwa teori ini dianggap memiliki potensi untuk mengatasi ketidakpastian
hasil penelitian empiris sebelumnya yang masih belum memberikan kesimpulan
yang memuaskan. Dengan melakukan tinjauan pustaka ini, diharapkan akan
muncul proposisi-proposisi yang akan membentuk dasar dari model konseptual
yang selanjutnya akan diekspresikan dalam bentuk model empiris yang dapat diuji
dalam penelitian kami.
2.3. Hipotesis
Referensi
Agrawal, R., Wankhede, V. A., Kumar, A., Luthra, S., & Huisingh, D. (2022). Big data analytics
and sustainable tourism: A comprehensive review and network based analysis for
potential future research. In International Journal of Information Management Data
Insights (Vol. 2, Issue 2). Elsevier B.V. https://doi.org/10.1016/j.jjimei.2022.100122
Ahmad, N., Li, S., Hdia, M., Bélas, J., & Hussain, W. M. H. W. (2023a). Assessing the
COVID-19 pandemic impact on tourism arrivals: The role of innovation to reshape the
future work for sustainable development. Journal of Innovation and Knowledge, 8(2).
https://doi.org/10.1016/j.jik.2023.100344
Ahmad, N., Li, S., Hdia, M., Bélas, J., & Hussain, W. M. H. W. (2023b). Assessing the
COVID-19 pandemic impact on tourism arrivals: The role of innovation to reshape the
future work for sustainable development. Journal of Innovation and Knowledge, 8(2).
https://doi.org/10.1016/j.jik.2023.100344
Al-Debei, M. M., Dwivedi, Y. K., & Hujran, O. (2022). Why would telecom customers
continue to use mobile value-added services? Journal of Innovation and Knowledge, 7(4).
https://doi.org/10.1016/j.jik.2022.100242
73
Allahar, H. (2020). What are the challenges of building a smart city? Technology Innovation
Management Review, 10(9). https://doi.org/10.22215/TIMREVIEW/1388
Allal-Chérif, O., & Bidan, M. (2017a). Collaborative open training with serious games:
Relations, culture, knowledge, innovation, and desire. Journal of Innovation and
Knowledge, 2(1), 31–38. https://doi.org/10.1016/j.jik.2016.06.003
Allal-Chérif, O., & Bidan, M. (2017b). Collaborative open training with serious games:
Relations, culture, knowledge, innovation, and desire. Journal of Innovation and
Knowledge, 2(1), 31–38. https://doi.org/10.1016/j.jik.2016.06.003
Allison, A. L., Baird, H. M., Lorencatto, F., Webb, T. L., & Michie, S. (2022). Reducing plastic
waste: A meta-analysis of influences on behaviour and interventions. Journal of Cleaner
Production, 380. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2022.134860
Aman-Ullah, A., Mehmood, W., Amin, S., & Abbas, Y. A. (2022). Human capital and
organizational performance: A moderation study through innovative leadership. Journal
of Innovation and Knowledge, 7(4). https://doi.org/10.1016/j.jik.2022.100261
Ananda, A. S., Hernández-García, Á., & Lamberti, L. (2016). N-REL: A comprehensive
framework of social media marketing strategic actions for marketing organizations.
Journal of Innovation and Knowledge, 1(3), 170–180.
https://doi.org/10.1016/j.jik.2016.01.003
Bakchan, A., Roy, A., & Faust, K. M. (2022). Leveraging water-wastewater data
interdependencies to understand infrastructure systems’ behaviors during COVID-19
pandemic. Journal of Cleaner Production, 367.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2022.132962
Bibi, A., Bibi, S., Abu-Dieyeh, M., & Al-Ghouti, M. A. (2023). Towards sustainable
physiochemical and biological techniques for the remediation of phenol from wastewater:
A review on current applications and removal mechanisms. In Journal of Cleaner
Production (Vol. 417). Elsevier Ltd. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2023.137810
Bossle, M. B., de Barcellos, M. D., & Vieira, L. M. (2015). Eco-innovative food in Brazil:
perceptions from producers and consumers. Agricultural and Food Economics, 3(1).
https://doi.org/10.1186/s40100-014-0027-9
Chauhan, A., Jakhar, S. K., & Chauhan, C. (2021). The interplay of circular economy with
industry 4.0 enabled smart city drivers of healthcare waste disposal. Journal of Cleaner
Production, 279. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2020.123854
Chen, R., Ramzan, M., Hafeez, M., & Ullah, S. (2023). Green innovation-green growth nexus
in BRICS: Does financial globalization matter? Journal of Innovation and Knowledge,
8(1). https://doi.org/10.1016/j.jik.2022.100286
Cheng, H., Li, D., & Luo, L. (2014). The Chinese perception of quality: model building and
analysis based on consumers’ perception. Journal of Chinese Management, 1(1).
https://doi.org/10.1186/s40527-014-0003-7
74
Compagnucci, L., Spigarelli, F., Coelho, J., & Duarte, C. (2021). Living Labs and user
engagement for innovation and sustainability. Journal of Cleaner Production, 289.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2020.125721
Coppola, A., & Verneau, F. (n.d.). An empirical analysis on technophobia/ technophilia in
consumer market segmentation. http://www.agrifoodecon.com/content/2/1/2
Corvello, V., Felicetti, A. M., Steiber, A., & Alänge, S. (2023). Start-up collaboration units as
knowledge brokers in Corporate Innovation Ecosystems: A study in the automotive
industry. Journal of Innovation and Knowledge, 8(1).
https://doi.org/10.1016/j.jik.2022.100303
Cossío-Silva, F. J., Revilla-Camacho, M. Á., & Vega-Vázquez, M. (2019a). The tourist loyalty
index: A new indicator for measuring tourist destination loyalty? Journal of Innovation
and Knowledge, 4(2), 71–77. https://doi.org/10.1016/j.jik.2017.10.003
Cossío-Silva, F. J., Revilla-Camacho, M. Á., & Vega-Vázquez, M. (2019b). The tourist loyalty
index: A new indicator for measuring tourist destination loyalty? Journal of Innovation
and Knowledge, 4(2), 71–77. https://doi.org/10.1016/j.jik.2017.10.003
Dhiman, P., & Arora, S. (2020a). A conceptual framework for identifying key employee
branding dimensions: A study of hospitality industry. Journal of Innovation and
Knowledge, 5(3), 200–209. https://doi.org/10.1016/j.jik.2019.08.003
Dhiman, P., & Arora, S. (2020b). A conceptual framework for identifying key employee
branding dimensions: A study of hospitality industry. Journal of Innovation and
Knowledge, 5(3), 200–209. https://doi.org/10.1016/j.jik.2019.08.003
Febriyantoro, M. T. (2020). Exploring YouTube Marketing Communication: Brand awareness,
brand image and purchase intention in the millennial generation. Cogent Business and
Management, 7(1). https://doi.org/10.1080/23311975.2020.1787733
Fisher-Buttinger, C., & Vallaster, C. (n.d.). CONNECTIVE BRANDING Building Brand Equity
in a Demanding World.
Flachenecker, F., Kornejew, M., & Janiri, M. L. (2022). The effects of publicly supported
environmental innovations on firm growth in the European Union. Journal of Cleaner
Production, 372. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2022.133429
Flagstad, I., Hauge, Å. L., & Kjøs Johnsen, S. Å. (2022). Certification dissonance:
Contradictions between environmental values and certification scheme requirements in
small-scale companies. Journal of Cleaner Production, 358.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2022.132037
Foreword by AMITABH KANT BRAND WARS Combat Strategies for Indian Brands RAJIV
GUPTE ANAND LIMAYE. (n.d.).
García-Monleón, F., Erdmann, A., & Arilla, R. (2023). A value-based approach to the adoption
of cryptocurrencies. Journal of Innovation and Knowledge, 8(2).
https://doi.org/10.1016/j.jik.2023.100342
75
Haavisto, V. E., & Linge, T. T. (2022). Internal crisis communication and Nordic leadership:
the importance of transparent and participative communication in times of crisis.
Scandinavian Journal of Hospitality and Tourism.
https://doi.org/10.1080/15022250.2022.2123038
He, Y., He, J., & Wen, N. (2023). The challenges of IoT-based applications in high-risk
environments, health and safety industries in the Industry 4.0 era using decision-making
approach. Journal of Innovation & Knowledge, 8(2), 100347.
https://doi.org/10.1016/j.jik.2023.100347
Hensel, R., Visser, R., Overdiek, A., & Sjoer, E. (2021). A small independent retailer’s
performance: Influenced by innovative strategic decision-making skills? Journal of
Innovation and Knowledge, 6(4), 280–289. https://doi.org/10.1016/j.jik.2021.10.002
Himeur, Y., Alsalemi, A., Bensaali, F., Amira, A., Varlamis, I., Bravos, G., Sardianos, C., &
Dimitrakopoulos, G. (2022). Techno-economic assessment of building energy efficiency
systems using behavioral change: A case study of an edge-based micro-moments solution.
Journal of Cleaner Production, 331. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2021.129786
Höflinger, P. J., Nagel, C., & Sandner, P. (2018). Reputation for technological innovation: Does
it actually cohere with innovative activity? Journal of Innovation and Knowledge, 3(1),
26–39. https://doi.org/10.1016/j.jik.2017.08.002
Hojnik, J., Ruzzier, M., Konečnik Ruzzier, M., Sučić, B., & Soltwisch, B. (2023). Challenges
of demographic changes and digitalization on eco-innovation and the circular economy:
Qualitative insights from companies. Journal of Cleaner Production, 396.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2023.136439
Hu, Y., & Wang, Y. (2020). Marketing research in China during the 40-year reform and
opening. In Frontiers of Business Research in China (Vol. 14, Issue 1). Springer.
https://doi.org/10.1186/s11782-019-0071-0
Huang, Y., Li, P., Wang, J., & Li, K. (2022a). Innovativeness and entrepreneurial performance
of female entrepreneurs. Journal of Innovation and Knowledge, 7(4).
https://doi.org/10.1016/j.jik.2022.100257
Huang, Y., Li, P., Wang, J., & Li, K. (2022b). Innovativeness and entrepreneurial performance
of female entrepreneurs. Journal of Innovation and Knowledge, 7(4).
https://doi.org/10.1016/j.jik.2022.100257
Hwang, J. A., Park, Y., & Kim, Y. (2016). Why do consumers respond to eco-labels? The case
of Korea. SpringerPlus, 5(1). https://doi.org/10.1186/s40064-016-3550-1
Hyllegard, K. H., Ogle, J. P., Yan, R. N., & Kissell, K. (2016). Consumer response to exterior
atmospherics at a university-branded merchandise store. Fashion and Textiles, 3(1).
https://doi.org/10.1186/s40691-016-0056-y
Igalla, M., Edelenbos, J., & van Meerkerk, I. (2020). What explains the performance of
community-based initiatives? Testing the impact of leadership, social capital,
76
Levidow, L., Lindgaard-Jørgensen, P., Nilsson, Å., Skenhall, S. A., & Assimacopoulos, D.
(2016). Process eco-innovation: Assessing meso-level eco-efficiency in industrial water-
service systems. Journal of Cleaner Production, 110, 54–65.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2014.12.086
Li, D., Ahn, J. S., Zhou, R., & Wu, B. (2009). A Study on the influence of country image on
purchase intention of Chinese consumers based on Fishbein’s model of reasoned action:
Focused on USA, Germany, Japan and South Korea. Frontiers of Business Research in
China, 3(4), 621–646. https://doi.org/10.1007/s11782-009-0030-2
Li, F., Wang, R., & Huisingh, D. (2014). Call for papers for a special volume of the Journal of
Cleaner Production on urban ecological infrastructure for healthier cities: governance,
management and engineering. Journal of Cleaner Production, 83, 1–4.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2014.07.041
Lian, G., Xu, A., & Zhu, Y. (2022). Substantive green innovation or symbolic green
innovation? The impact of ER on enterprise green innovation based on the dual
moderating effects. Journal of Innovation and Knowledge, 7(3).
https://doi.org/10.1016/j.jik.2022.100203
Luxury Brand Management ffirs 4 May 2012; 8:34:0. (n.d.).
Lv, Z., Wang, N., Ma, X., Sun, Y., Meng, Y., & Tian, Y. (2022). Evaluation Standards of
Intelligent Technology based on Financial Alternative Data. Journal of Innovation and
Knowledge, 7(4). https://doi.org/10.1016/j.jik.2022.100229
Mason, A. N., Brown, M., Mason, K., & Narcum, J. (2021). Pandemic effects on social media
marketing behaviors in India. Cogent Business and Management, 8(1).
https://doi.org/10.1080/23311975.2021.1943243
Melander, L., & Arvidsson, A. (2022). Green innovation networks: A research agenda. In
Journal of Cleaner Production (Vol. 357). Elsevier Ltd.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2022.131926
Micheels, E. T., & Boecker, A. (2017). Competitive strategies among Ontario farms marketing
direct to consumers. Agricultural and Food Economics, 5(1).
https://doi.org/10.1186/s40100-017-0079-8
Miller, L. F. (2015). Anticipating the ultimate innovation, volitional evolution: can it not be
promoted or attempted responsibly? Journal of Responsible Innovation, 2(3), 280–300.
https://doi.org/10.1080/23299460.2015.1107019
Mishra, R. K., Jothi, J. A. A., Urolagin, S., & Irani, K. (2023a). Knowledge based topic
retrieval for recommendations and tourism promotions. International Journal of
Information Management Data Insights, 3(1).
https://doi.org/10.1016/j.jjimei.2022.100145
Mishra, R. K., Jothi, J. A. A., Urolagin, S., & Irani, K. (2023b). Knowledge based topic
retrieval for recommendations and tourism promotions. International Journal of
79
Puertas Medina, R. M., Martín Martín, J. M., Guaita Martínez, J. M., & Serdeira Azevedo, P.
(2022b). Analysis of the role of innovation and efficiency in coastal destinations affected
by tourism seasonality. Journal of Innovation and Knowledge, 7(1).
https://doi.org/10.1016/j.jik.2022.100163
Reisch, L. A., Sunstein, C. R., Andor, M. A., Doebbe, F. C., Meier, J., & Haddaway, N. R.
(2021). Mitigating climate change via food consumption and food waste: A systematic
map of behavioral interventions. In Journal of Cleaner Production (Vol. 279). Elsevier
Ltd. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2020.123717
Ricard, L. M., Klijn, E. H., Lewis, J. M., & Ysa, T. (2017). Assessing public leadership styles
for innovation: a comparison of Copenhagen, Rotterdam and Barcelona. Public
Management Review, 19(2), 134–156. https://doi.org/10.1080/14719037.2016.1148192
Saeed, M. A., Farooq, A., Kersten, W., & Ben Abdelaziz, S. I. (2019). Sustainable product
purchase: does information about product sustainability on social media affect purchase
behavior? Asian Journal of Sustainability and Social Responsibility, 4(1).
https://doi.org/10.1186/s41180-019-0029-3
Sánchez-Vergara, J. I., Ginieis, M., & Papaoikonomou, E. (2021). The emergence of the
sharing city: A systematic literature review to understand the notion of the sharing city
and explore future research paths. In Journal of Cleaner Production (Vol. 295). Elsevier
Ltd. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2021.126448
Sancino, A., & Hudson, L. (2020). Leadership in, of, and for smart cities–case studies from
Europe, America, and Australia. Public Management Review, 22(5), 701–725.
https://doi.org/10.1080/14719037.2020.1718189
Santos-Vijande, M. L., López-Sánchez, J. Á., Loredo, E., Rudd, J., & López-Mielgo, N.
(2022). Role of innovation and architectural marketing capabilities in channelling
entrepreneurship into performance. Journal of Innovation and Knowledge, 7(2).
https://doi.org/10.1016/j.jik.2022.100174
Saura, J. R. (2021a). Using Data Sciences in Digital Marketing: Framework, methods, and
performance metrics. Journal of Innovation and Knowledge, 6(2), 92–102.
https://doi.org/10.1016/j.jik.2020.08.001
Saura, J. R. (2021b). Using Data Sciences in Digital Marketing: Framework, methods, and
performance metrics. Journal of Innovation and Knowledge, 6(2), 92–102.
https://doi.org/10.1016/j.jik.2020.08.001
Saura, J. R. (2021c). Using Data Sciences in Digital Marketing: Framework, methods, and
performance metrics. Journal of Innovation and Knowledge, 6(2), 92–102.
https://doi.org/10.1016/j.jik.2020.08.001
Schnurr, S., Homolar, A., Macdonald, M. N., & Rethel, L. (2014). Legitimizing claims for
‘crisis’ leadership in global governance: The discourse of nuclear non-proliferation.
Critical Discourse Studies, 12(2), 187–205.
https://doi.org/10.1080/17405904.2014.974636
81
Shahzad, M., Qu, Y., Rehman, S. U., & Zafar, A. U. (2022). Adoption of green innovation
technology to accelerate sustainable development among manufacturing industry. Journal
of Innovation and Knowledge, 7(4). https://doi.org/10.1016/j.jik.2022.100231
Shao, K., & Wang, X. (2023). Do government subsidies promote enterprise innovation?——
Evidence from Chinese listed companies. Journal of Innovation & Knowledge, 8(4),
100436. https://doi.org/10.1016/j.jik.2023.100436
Sigalat-Signes, E., Calvo-Palomares, R., Roig-Merino, B., & García-Adán, I. (2020a).
Transition towards a tourist innovation model: The smart tourism destination: Reality or
territorial marketing? Journal of Innovation and Knowledge, 5(2), 96–104.
https://doi.org/10.1016/j.jik.2019.06.002
Sigalat-Signes, E., Calvo-Palomares, R., Roig-Merino, B., & García-Adán, I. (2020b).
Transition towards a tourist innovation model: The smart tourism destination: Reality or
territorial marketing? Journal of Innovation and Knowledge, 5(2), 96–104.
https://doi.org/10.1016/j.jik.2019.06.002
Singh, A., Rana, N. P., & Parayitam, S. (2022). Role of social currency in customer experience
and co-creation intention in online travel agencies: Moderation of attitude and subjective
norms. International Journal of Information Management Data Insights, 2(2).
https://doi.org/10.1016/j.jjimei.2022.100114
Skare, M., Gavurova, B., & Kovac, V. (2023). Investigation of selected key indicators of
circular economy for implementation processes in sectorial dimensions. Journal of
Innovation and Knowledge, 8(4). https://doi.org/10.1016/j.jik.2023.100421
Skare, M., & Riberio Soriano, D. (2021). How globalization is changing digital technology
adoption: An international perspective. Journal of Innovation and Knowledge, 6(4), 222–
233. https://doi.org/10.1016/j.jik.2021.04.001
Skotis, A., Morfaki, C., & Livas, C. (2023). Identifying drivers of evaluation bias in online
reviews of city destinations. International Journal of Information Management Data
Insights, 3(2). https://doi.org/10.1016/j.jjimei.2023.100184
Song, S., Xing, Z., Wang, K., Zhao, H., Chen, P., Li, Z., & Zhou, W. (2023). 3D flower-like
mesoporous Bi4O5I2/MoS2 Z-scheme heterojunction with optimized photothermal-
photocatalytic performance. Green Energy and Environment, 8(1), 200–212.
https://doi.org/10.1016/j.gee.2021.03.013
Spandagos, C., Tovar Reaños, M. A., & Lynch, M. (2022). Public acceptance of sustainable
energy innovations in the European Union: A multidimensional comparative framework
for national policy. Journal of Cleaner Production, 340.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2022.130721
Stone, T. (2021a). Design for values and the city. Journal of Responsible Innovation, 8(3),
364–381. https://doi.org/10.1080/23299460.2021.1909813
Stone, T. (2021b). Design for values and the city. Journal of Responsible Innovation, 8(3),
364–381. https://doi.org/10.1080/23299460.2021.1909813
82
Sun, Y., Shahzad, M., & Razzaq, A. (2022a). Sustainable organizational performance through
blockchain technology adoption and knowledge management in China. Journal of
Innovation and Knowledge, 7(4). https://doi.org/10.1016/j.jik.2022.100247
Sun, Y., Shahzad, M., & Razzaq, A. (2022b). Sustainable organizational performance through
blockchain technology adoption and knowledge management in China. Journal of
Innovation and Knowledge, 7(4). https://doi.org/10.1016/j.jik.2022.100247
Tena Medialdea, J., Prieto Ruiz, J. A., Fagoaga García, C., Calvo Capilla, A., Chirivella
Martorell, J., & Bueso Rodenas, J. (2018a). Potential of science to address the hunger
issue: Ecology, biotechnology, cattle breeding and the large pantry of the sea. Journal of
Innovation and Knowledge, 3(2), 82–89. https://doi.org/10.1016/j.jik.2017.12.007
Tena Medialdea, J., Prieto Ruiz, J. A., Fagoaga García, C., Calvo Capilla, A., Chirivella
Martorell, J., & Bueso Rodenas, J. (2018b). Potential of science to address the hunger
issue: Ecology, biotechnology, cattle breeding and the large pantry of the sea. Journal of
Innovation and Knowledge, 3(2), 82–89. https://doi.org/10.1016/j.jik.2017.12.007
Tiago, F., Gil, A., Stemberger, S., & Borges-Tiago, T. (2021a). Digital sustainability
communication in tourism. Journal of Innovation and Knowledge, 6(1), 27–34.
https://doi.org/10.1016/j.jik.2019.12.002
Tiago, F., Gil, A., Stemberger, S., & Borges-Tiago, T. (2021b). Digital sustainability
communication in tourism. Journal of Innovation and Knowledge, 6(1), 27–34.
https://doi.org/10.1016/j.jik.2019.12.002
Tiago, F., Gil, A., Stemberger, S., & Borges-Tiago, T. (2021c). Digital sustainability
communication in tourism. Journal of Innovation and Knowledge, 6(1), 27–34.
https://doi.org/10.1016/j.jik.2019.12.002
Tiberius, V., Schwarzer, H., & Roig-Dobón, S. (2021a). Radical innovations: Between
established knowledge and future research opportunities. Journal of Innovation and
Knowledge, 6(3), 145–153. https://doi.org/10.1016/j.jik.2020.09.001
Tiberius, V., Schwarzer, H., & Roig-Dobón, S. (2021b). Radical innovations: Between
established knowledge and future research opportunities. Journal of Innovation and
Knowledge, 6(3), 145–153. https://doi.org/10.1016/j.jik.2020.09.001
Tu, Y. Te, Aljumah, A. I., Van Nguyen, S., Cheng, C. F., Tai, T. D., & Qiu, R. (2023).
Achieving sustainable development goals through a sharing economy: Empirical
evidence from developing economies. Journal of Innovation and Knowledge, 8(1).
https://doi.org/10.1016/j.jik.2022.100299
Verma, S., Warrier, L., Bolia, B., & Mehta, S. (2022). Past, present, and future of virtual
tourism-a literature review. International Journal of Information Management Data
Insights, 2(2). https://doi.org/10.1016/j.jjimei.2022.100085
Wang, S., Abbas, J., Sial, M. S., Álvarez-Otero, S., & Cioca, L. I. (2022). Achieving green
innovation and sustainable development goals through green knowledge management:
83
Zhu, Y., Liu, J., Lin, S., & Liang, K. (2022). Unlock the potential of regional innovation
environment: The promotion of innovative behavior from the career perspective. Journal
of Innovation and Knowledge, 7(3). https://doi.org/10.1016/j.jik.2022.100206