Anda di halaman 1dari 45

USULAN PENELITIAN

PENGARUH MODAL, JAM KERJA, LAMA USAHA,


DAN E-COMERCE TERHADAP USAHA BABI
GULING DI KOTA DENPASAR

Usulan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk menyusun skripsi pada Program Sarjana Ekonomi 

Diajukan Oleh :
I WAYAN ALGI SAPUTRA
NIM : 1907511249

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
HALAMAN PERSETUJUAN USULAN PELITIAN gak jadi disetujui

Usulan penelitian ini telah diseminarkan oleh Mahasiswa dan disetujui oleh Dosen

Pembimbing pada ……………………….... dan layak dilanjutkan menjadi skripsi.

Koordinator
Program Studi Sarjana Ekonomi Dosen Pembimbing

Dr. Ni Putu Wiwin Setyari, SE, M.Si Ni Nyoman Reni Suasih, S.IP., M.Si.
NIP. 197812272005012001 NIP. 198806292007012001

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN USULAN PENELITIAN....................................i


DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka...........................................................................................9
2.2 Kerangka Konseptual..............................................................................15
2.3 Hipotesis Penelitian.................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian.....................................................................................19
3.2 Lokasi Penelitian.....................................................................................19
3.3 Objek Penelitian......................................................................................19
3.4 Variabel Penelitian..................................................................................19
3.4.1 Identifikasi Variabel...........................................................................19
3.4.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Penelitian. 20
3.5 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel..................................21
3.6 Jenis dan Sumber Data............................................................................23
3.7 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian............................24
3.8 Teknik Analisis Data...............................................................................24
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................34

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada bulan maret 2020 World Health Organization (WHO) telah

menetapkan bahwa covid-19 sudah menjadi pandemi global. Bukan tanpa alasan

WHO menetapkan covid-19 menjadi pandemic, hal itu disebabkan karena

tingginya tingkat kasus penyebaran dari virus ini. Efek dari tingginya kasus covid-

19 di setiap negara besar seperti Italia, Spanyol, dan Amerika menimbulkan

situasi yang membuat ekonomi negara-negara besar bahkan seluruh negara di

dunia mengalami penurunan dan itu merupakan hal yang sangat buruk bagi negara

yang terdampak, tidak terkecuali indonesia.

Akibat dari lambatnya laju perekonomian Indonesia akan sangat

mempengaruhi berbagai sektor ekonomi seperti ekonomi kreatif. Padahal

ekonomi kreatif dapat dikatakan sebagai konsep ekonomi yang sangat bagus di era

digital pada saat ini, yang mana sangat mengandalkan ide-ide dari anak muda dan

juga dengan adanya ekonomi kreatif ini dapat memanfaatkan sumber daya

manusia yang ada di Indonesia. Ekonomi kreatif sangat diperlukan pada saat ini

apalagi sekarang sudah ada Revolusi industri 4.0, ekonomi kreatif menjadi salah

satu issue strategis yang dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi. ekonomi

kreatif didefinisikan sebagai perwujudan dari nilai tambah hak kekayaan

intelektual yang muncul dari kreativitas manusia dan berbasis pada ilmu

pengetahuan, warisan budaya dan teknologi (Nafisatul, Dkk, 2022). Usaha Mikro

1
Kecil dan Menengah atau UMKM merupakan salah satu industri kreatif yang

perkembangannya cukup signifikan selama masa pandemi

UMKM (Uaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu industri

kreatif yang berkembang pesat saat ini, UMKM merupakan entitas ekonomi yang

tidak dapat diabaikan keberadaanya dalam proses pembangunan ekonomi di

Indonesia. UMKM ini merupakan salah satu usaha yang berperan besar dalam

menganekaragamkan produk-produk ekspor Indonesia dan menjadi andalan dalam

perolehan devisa. UMKM sebagai salah satu pelaku ekonomi swasta yang

memiliki kontribusi nyata bagi perekonomian negara, antara lain dari sisi jumlah,

penyerapan tenaga kerja, PDB, nilai ekspor, dan investasi sudah sepatutnya

mendapatkan dukungan, kesempatan, pemberdayaan, serta perlindungan hukum

sebagai bentuk keberpihakan kepada pelaku usaha ekonomi rakyat. Hal ini selaras

dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan,

Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (PP UMKM) telah diterbitkan oleh pemerintah. PP UMKM tersebut

mengubah beberapa ketentuan yang sebelumnya telah diatur di dalam Undang-

Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(Kurnianingsih, 2021:5)

Provinsi Bali adalah salah satu Provinsi dari 37 (tiga puluh tujuh) Provinsi

yang memiliki potensi dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Provinsi Bali memiliki peran penting dalam menumbuhkan pariwisata dan usaha-

usaha kecil seperti Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Kontribusi

sektor UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali sangat besar, dan

2
sebagai salah satu sektor unggulan. UMKM ini mampu menyerap jumlah tenaga

kerja cukup besar.

Secara makro pertumbuhan dan peningkatan PDRB Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) dapat didefinisikan sebagai estimasi total produk barang

dan jasa yang diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari

penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Berdasarkan lapangan

usaha, PDRB dibagi ke dalam sembilan sektor, sedangkan secara makro ekonomi

dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu sektor primer, sekunder dan tersier.

Dikatakan sektor primer apabila outputnya masih ]merupakan proses tingkat dasar

dan sangat bergantung kepada alam. Yang termasuk dalam sektor ini adalah

sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder adalah

sektor ekonomi yang inputnya berasal dari sektor primer, yang meliputi sektor

industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; serta sektor konstruksi

(Nirfandi, Dkk, 2019).

Produk Domestik Bruto juga dapat diartikan sebagai salah satu indikator penting

untuk mengetahui perkembangan perekonomian di suatu negara dalam suatu periode

tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada

dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha di suatu

negara tertentu dalam periode tertentu. Jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

disediakan dari produksi harus sama dengan nilai barang yang digunakan sedangkan

untuk melihat pertumbuhan ekonomi di regional dapat dilihat dari laju pertumbuhan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Dari tahun ke tahun PDRB merupakan

indikator dari keberhasilan pembangunan daerah yang dapat dikategorikan dalam

berbagai sektor ekonomi. Berikut merupakan Tabel distribusi produk domestik

bruto kabupaten/kota di Provinsi Bali

3
Tabel 1.1 PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku
(Milyar Rupiah)
Kabupaten/Kota 2019 2020 2021
Kab. Jembrana 14.136,70 13.439,11 13.510,13
Kab. Tabanan 23.795,93 22.257,58 22.010,14
Kab. Badung 62.836,11 49.014,03 44.803,89
Kab. Gianyar 28.520,28 25.865,37 25.836,19
Kab. Klungkung 9.099,50 84.50,67 8.529,43
Kab. Bangli 6.993,64 6.716,21 6.799,14
Kab. Karangasem 17.086,88 16.407,77 16.487,62
Kab. Buleleng 35.362,32 33.306,17 33.337,29
Kota Denpasar 55.456,04 49,558,96 49.588,38
Provinsi Bali 251.934,10 223.900,89 219.800,03
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2022
Berdasarkan tabel 1.1 sebelum pandemi (2019) Kabupaten badung

menjadi penyumbang produk domestik bruto paling banyak di antara

kabupaten/kota lainnya di Provinsi Bali yaitu sebanyak 62.836,11 . Namun pada

masa pandemi dan pemulihan ekonomi pasca pandemi (2020 dan 2021) Kota

Denpasar menjadi penyumbang produk domestik bruto paling tinggi secara

berturut-turut sebanyak 49,558,96 dan 49.588,38 mengalahkan Kabupaten

Badung yang hanya menyumbang sebanyak 44.803,89. Dari data ini dapat

disimpulkan bahwa Kota Denpasar memiliki kekuatan ekonomi yang kuat di

Provinsi Bali dan dapat di tingkangkatkan lagi dengan campur tangan pemerintah.

Kota Denpasar sebagai daerah dengan penyumbang PDRB tertinggi di

Provinsi Bali akan berpengaruh signifikan terhadap tingkat konsumsi di Kota

Denpasar (Rahmawati, Dkk, 2014 : 2). Oleh karena kota Denpasar merupakan

pusat pemerintahan dan perekonomian di Bali, maka aktivitas masyarakat akan

banyak dilakukan di kota Denpasar. Banyaknya aktivitas masyarakat yang

4
meningkatkan permintaan akan kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman,

sehingga usaha bidang kuliner merupakan usaha yang menjanjikan untuk

dijalankan di Kota Denpasar. Usaha kuliner merupakan usaha pengolahan bahan

mentah menjadi makanan atau minuman jadi yang dapat dikonsumsi langsung.

Hal tersebut juga didukung dengan kontribibusi sektor kuliner terhadap PDRB

Kota Denpasar yang dijelaskan dalam tabel berikut

Tabel 1.2 Distribusi PDRB Kota Denpasar


Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Persen)
  2021
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7.39
Pertambangan dan Penggalian -
Industri Pengolahan 6.68
Pengadaan Listrik dan Gas 0.50
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.27
Konstruksi 12.12
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9.88
Transportasi dan Pergudangan 2.52
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 19.01
Informasi dan Komunikasi 5.53
Jasa Keuangan dan Asuransi 6.28
Real Estate 4.52
Jasa Perusahaan 1.95
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5.75
Jasa Pendidikan 13.03
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.01
Jasa Lainnya 1.57
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 100.00
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2023
Dalam tabel 1.2 dapat disimpulkan bahwa akomodasi makan minum

dalam hal ini sektor kuliner yang menyediakan makanan dan minuman untuk

dikonsumsi segera menyumbang sebanyak 19.01 persen tertinggi dibanding sektor

lainnya, dengan kata lain sektor kuliner memiliki peran besar dalam pertumbuhan

ekonomi di Kota Denpasar

5
Hal tersebut juga di dukung dengan data yang diperoleh dari Dinas

Koperasi dan UKM Pemerintah Kota Denpasar, yang mana UMKM bidang

kuliner merupakan UMKM dengan jumlah unit terbanyak yang berada di Kota

Denpasar. Berikut merupakan tabel persebaran UMKM di Kota Denpasar di

berbagai sektor pada tahun 2021.

Tabel 1.3 Persebaran UMKM di Kota Denpasar Diberbagai Sektor Industri


Jumlah Pelaku
No Bidang UMKM UMKM
1 UMKM Bidang Kuliner 8385
2 UMKM Bidang Fashion 6.769
3 UMKM Bidang Pendidikan 293
4 UMKM Bidang Otomotif 2.511
5 UMKM Bidang Agrobisnis 5.883
6 UMKM Bidang Teknologi Internet 913
7 UMKM Bidang Lainnya 3.306
  TOTAL 28.060
Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Pemerintah Kota Denpasar, 2022
Berdasarkan tabel 1.3 dapat disimpulkan bahwa dari 28.060 UMKM di

berbagai sektor di kota denpasar, sektor kuliner merupakan yang paling banyak

keberadaannya, yaitu sebanyak 8.385 unit. Dari hal ini dapat diartikan bahwa

sektor kuliner merupakan salah satu sektor produktif yang harus diperhatikan oleh

pemerintah Kota Denpasar selain karena permintaan makan dan minum yang

tinggi sektor kuliner, usaha kuliner juga mudah di kembangkan karena tidak

membutuhkan modal yang banyak dalam pengembangannya. Pertumbuhan dan

peran UMKM masih bisa terus ditingkatkan, tidak saja karena ketangguhannya

dalam menghadapi berbagai kejutan ekonomi, tetapi juga kemampuannya yang

besar dalam menyediakan lapangan kerja, serta mengatasi kemiskinan (Idris

6
Yanto, 2019:2) Berikut merupakan data penyebaran UMKM sektor kuliner di

Kota Denpasar.

Tabel 1.4 Jumlah UMKM Bidang Kuliner di Kota Denpasar

Jumlah UMKM Bidang


No Kecamatan Kuliner
1 Denpasar Selatan 2321

2 Denpasar Timur 1034

3 Denpasar Barat 3041

4 Denpasar Utara 1989

  TOTAL 8385
Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Pemerintah Kota Denpasar, 2022

Berdasarkan Tabel 1.4, menurut data dari Dinas Koperasi dan UMKM

Kota Denpasar per 18 November 2022, jumlah UMKM sektor kuliner di Kota

Denpasar cukup merata di seluruh kecamatan. UMKM sektor kuliner paling

banyak berada di Kecamatan Denpasar Barat sebanyak 3.041 unit dan paling

sedikit berada di Kecamatan Denpasar Timur sebanyak 1.034 unit.

Kota Denpasar merupakan salah satu daerah pariwisata yang ada di Provinsi Bali,

dengan berbagai macam jenis pariwisata yang ada di dalamnya. Peranan UMKM

terutama sektor kuliner sangat bermanfaat dalam menunjang pariwisata yang ada di Kota

Denpasar. Salah satu contohnya adalah k uliner tradisional yang berada di Kota

Denpasar, tidak hanya mendukung sektor pariwisata namun juga mendukung kegiatan

perekonomian dalam berbagai sektor. Menurut Fardiaz D (1998), Kuliner tradisional

adalah makanan dan minuman, termasuk jajanan serta bahan campuran atau bahan yang

digunakan secara tradisional, dan telah lama berkembang secara spesifik di daerah dan

diolah dari resep-resep yang telah lama dikenal oleh masyarakat setempat dengan sumber

bahan local serta memiliki citarasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat.

7
Bali memiliki berbagai kuliner lokal tradisional seperti lawar, nasi babi guling,

babi kecap, serombotan, tipat cantok, ayam betutu dan lainnya sebagai produk cultural

tourism, yang didasari oleh kebanggaan pada kekayaan daerah dalam menjadikan kuliner

dan produk lokal sebagai daya tarik dan produk wisata. Suatu daerah atau wilayah dapat

mudah dikenali karena kulinernya dan menjadikan kuliner sebagai ikon wisata (Tyas,

2017). Makanan tradisional adalah sekelompok makanan yang mencakup rempah-rempah

dimasak menjadi makanan dan minuman yang khusus pada kawasan tertentu (Gheorghe

et al., 2014). Pengembangan makanan tradisional menjadi suatu wisata kuliner akan

berdampak penting bagi perkembangan sebuah daerah (Stowe dan Johnston, 2008).

Makanan tradisional atau makanan lokal merupakan salah satu identitas

suatu kelompok masyarakat yang sangat mudah untuk ditemukan dan mudah

untuk dikenali. Setiap wilayah di Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang

menjadi ciri khas atau identitas daerah tersebut (Tyas, 2017). Makanan tradisional

atau kuliner lokal adalah jenis makanan yang berkaitan erat dengan suatu daerah

dan diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bagian dari tradisi (Jordana,

2000) dalam Pieniak et al., (2009). Beberapa contoh kuliner khas bali yaitu babi

guling, serombotan, tipat cantok, lawar, sambal matah, betutu, dan sate lilit.

Salah satu kuliner tradisional yang mudah di temui di kota denpasar adalah usaha

babi guling. Omset yang didapatkan dari usaha ini mencapai 20 juta per hari.

Membuktikan banyaknya pelanggan yang menyukai cita rasa Babi Guling , rumah makan

yang biasanya ditemui di pinggir jalan ataupun di ruko-ruko yang mudah dijumpai di

pinggir jalan (Denpasarkota.go.id).

Meskipun peranan UMKM dalam perekonomian indonesia adalah sentral,

namun kebijakan pemerintah maupun pengaturan yang mendukungnya sampai

sekarang dirasa belum maksimal. Modal adalah salah satu permasalahan dasar

yang meliputi UMKM sektor kuliner. Kurangnya akses ke sumber dana yang

8
formal, maupun tidak tersedianya informasi yang memadai. Selain itu banyaknya

UMKM yang belum bankable, baik disebabkan belum adanya manajemen

keuangan yang transparan maupun kurangnya kemampuan manajerial dan

finansial menyebabkan permodalan menjadi kendala yang besar bagi pelaku

UMKM sektor kuliner di Kota Denpasar (Dalam pramiyanti, 2008).

Dalam usaha kuliner babi guling, jam kerja menjadi faktor penting dalam

meningkatkan pendapatan. Jam kerja merupakan jam yang digunakan oleh pedagang

untuk bekerja mempromosikan dan menjual barangnya dengan tujuan memperoleh

omset/pendapatan. Menurut Firdausa (2012 : 41), semakin banyak waktu beroperasi yang

digunakan oleh para pedagang, maka semakin besar juga peluang untuk meningkatkan

laba penjualan. Para pedagang bekerja dengan asumsi memperoleh penghasilan lebih, dan

tidak bekerja akan mengorbankan penghasilan yang semestinya diperoleh. Meurut

penelitian sebelumnya menunjukan jam kerja berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan usaha umkm kuliner di Kecamatan Banjarmasin timur (Aditya, 2019).

Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap pendapatan Usaha Babi Guling adalah

lama usaha. Lama usaha adalah lama waktu yang sudah dijalani pelaku usaha dalam

menjalankan usahanya (Poniwatie, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ni

Luh Made Ayu DanniLastina dan Made Kembar Sri Budhi (2016) membuktikan

lama usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha. Penelitian ini juga

didukung oleh Husaini dan Ayu Fadhlani (2017) yang membuktikan bahwa

lama usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha. Namun penelitian tersbut

bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budi Prihatminingtyas

(2019) dimana lama usaha berpengaruh negatif terhadap pendapatan pedagang di pasar

Landungsari, dimana lama usaha yang kurang dari satu tahun perlu meningkatkan

ketrampilan pendekatan kepada konsumen.

9
Faktor lain yang menjadi pendukung pertumbuhan usaha kuliner saat ini adalah

tingginya tingkat mobilitas kesibukan masyarakat yang menuntut kecepatan dan

kepraktisan dalam semua aspek termasuk pada pemenuhan kebutuhan pokok seperti

makanan. Dengan masuknya digital economy yang berupa informasi, dan komunikasi

(TIK), aktivitas e-commerce, serta distribusi digital barang dan jasa sangat memberi

kemudahan kepada masyarakat. Penggunaan e-commerce menjadi salah satu bentuk hasil

dari globalisasi dimana masyarakat tidak perlu lagi berbelanja secara offline tetapi bisa

berbelanja secara online melalui berbagai macam marketplace yang tersedia .

Tabel 1.5 Persentase Penduduk Usia 5 Tahun Keatas Yang Mengakses


Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Dalam 3 Bulan Terhakir
Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Bali
Jenis Aktivitas / Type of Activity
Kabupaten/Kota Menggunakan Menggunakan Mengakses
Telepon Seluler Komputer* Internet**
Using Celluler Using Internet
Municipality
Phone Computer Access
Jembrana 86.11 7.63 61.84
Tabanan 80.26 12.46 63.90
Badung 84.99 22.42 77.84
Gianyar 80.19 13.15 65.74
Klungkung 68.78 8.55 54.24
Bangli 73.52 7.27 56.26
Karangasem 74.52 5.63 47.75
Buleleng 84.35 7.08 56.01
Denpasar 93.80 24.15 86.73
Jumlah / Total : 83.62 14.52 67.75
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2023
Berdasarkan Tebel 1.5 menunjukan bahwa Kota Denpasar memiliki persentase

penduduk usia lima tahun keatas yang mengakses internet tertinggi di Provinsi Bali yaitu

sebanyak 86.73 persen. Hal ini dapat dijadikan peluang untuk menjadi sumber

pendapatan baru bagi usaha babi guling untuk memasarkan produknya melalui e-

commerce. Hal ini sejalan dengan penelitian Desak Nyoman Marantiani (2017) yang

menyatakan bahwa e-commerce berpengaruh positif terhadap pendapatan UMKM.

10
1.2 Tujuan Penelitian

1) Untuk menganalisis pengaruh Modal, Jam Kerja, Lama Usaha, dan e-

commerce berpengaruh secara simultan terhadap pendapatan Usaha Babi

Kuliner Guling di Kota Denpasar.

2) Untuk menganalisis pengaruh Modal, Jam Kerja, Lama Usaha dan -commerce

berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan Usaha Kuliner Babi Guling di

Kota Denpasar.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis sebagai berikut :

1) Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman,

pengetahuan, dan wawasan di lingkungan akademis karena penelitian ini

telah memberikan pengembangan pengetahuan dalam bidang ilmu

ekonomi pembangunan yang berkaitan dengan modal, jam kerja, lama

usaha dan e-commerce, pendapatan Usaha Kuliner Babi Guling di Kota

Denpasar. Selain itu, dapat mendukung jurnal dari penelitian sebelumnya,

menjadi referensi penelitian selanjutnya sehingga dapat menambah

pengetahuan untuk membandingkan teori – teori dengan kenyataan di

lapangan.

2) Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan masukan dan informasi

kepada pemerintah dalam mengambil kebijakan dan memberikan solusi

terutama mengenai pendapatan Usaha Kuliner Babi Guling di Kota

11
Denpasar, dengan menggunakan teknologi yang semakin berkembang dan

penelitian ini juga didedikasikan untuk memperluas perekonomian di era

digital.

12
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Konsep UMKM

Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) adalah unit usaha produktif

yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha di

semua sektor ekonomi Suci (2017 : 1). Sedangkan definisi UMKM menurut

Undang-undang No.20 Pasal 1 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Usaha Kecil

dan Menengah pengertian UMKM dapat diartikan sebagai berikut

1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang atau badan usaha perorangan

yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang ini. Usaha Mikro memiliki kriteria aset maksimal sebesar Rp

50.000.000 (Lima puluh juta rupiah) dan omzet sebesar Rp 300.000.000 (Tiga

ratus juta rupiah)

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah

atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud

dalam Undang-undang ini. Usaha Kecil memiliki kriteria asset sebesar Rp

50.000.000 (Lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000(Lima

ratus juta rupiah) dan omzet sebesar Rp 300.000.000 (Tiga ratus juta rupiah)

sampai dengan Rp 2.500.000.000 (dua setengah miliyar rupiah)

13
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau

usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

sebagaimana diatur dalam undang undang ini. usaha menengah memiliki

kriteria aset sebesar Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan

Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) dan omzet sebesar Rp

2.500.000.000 (Dua setenah miliyar rupiah) sampai dengan 50.000.000.000

(Lima puluh miliyar rupiah).

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan,

Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (PP UMKM) telah diterbitkan oleh pemerintah. PP UMKM tersebut

mengubah beberapa ketentuan yang sebelumnya telah diatur di dalam Undang-

Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UU

UMKM). Salah satunya adalah aturan terkait kriteria UMKM itu sendiri. Kriteria

UMKM yang baru diatur di dalam Pasal 35 hingga Pasal 36 PP UMKM.

Berdasarkan pasal tersebut, UMKM dikelompokkan berdasarkan kriteria modal

usaha atau hasil penjualan tahunan. Kriteria modal usaha digunakan untuk

pendirian atau pendaftaran kegiatan UMKM yang didirikan setelah PP UMKM

berlaku. Kriteria modal tersebut terdiri atas:

1) Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha.

14
2) Usaha Kecil memiliki modal usaha lebih dari Rpl.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

3) Usaha Menengah memiliki modal usaha lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima

miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh

miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Sedangkan bagi UMKM yang telah berdiri sebelum PP UMKM berlaku,

pengelompokkan UMKM dilakukan berdasarkan kriteria hasil penjualan tahunan.

Kriteria hasil penjualan tahunan terdiri atas:

1) Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha

2) Usaha Kecil memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.000.000.000,00

(dua miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima

belas miliar rupiah)

3) Usaha Menengah memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)

2.1.2 Definisi Kuliner Babi Guling

Sektor kuliner merupakan salah satu kegiatan kreatif, kedepan

direncanakan untuk dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan

melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk makanan olahan khas

Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan pasar

internasional (Amin Dwi, Dkk : 2021:5) Salah satu UMKM yang diperlukan

15
manusia adalah kuliner, usaha ini mengolah produk menjadi berbagai bentuk

masakan berupa hidangan lauk pauk, makanan, dan minuman sehingga

menjadi makanan atau minuman yang dapat dinikmati sebagai bahan makanan

untuk perkembangan tubuh manusia (Sinurat, dkk,2021)

Babi guling adalah kuliner khas Bali, dibuat dari seekor babi utuh yang

telah dibersihkan dan dalam proses pembuatannya diguling-gulingkan di atas bara

api. Babi guling yang sudah matang ditandai oleh perubahan warna kulit dari

putih menjadi cokelat kemerah-merahan. Babi yang diguling, jeroannya

dikeluarkan, kemudian dimasukkan bumbu. Di Bali babi guling dikenal dengan

sebutan be guling. Definisi lain menyebutkan, babi guling adalah salah satu

makanan tradisional yang dahulu hanya dikonsumsi pada waktu upacara tertentu

saja. Babi yang dipanggang secara utuh ini digunakan sebagai persembahan dalam

upacara, setelah itu dikonsumsi bersama oleh masyarakat yang

mempersembahkannya (Indraguna, 2011)

2.1.3 Konsep Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas

prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan

maupun tahunan. Pendapatan merupakan hasil dari suatau usaha seperti home

industri yang sedang beroperasi. (Habriyanto, Dkk, 2021). Dalam teori mikro,

pendapatan dapat dihitung dengan cara mengalikan antar harga dengan jumlah

kuantitas yang terjual. Sedangkan pendapatan rata-rata yaitu jumlah pendapatan

total yang dibagi dengan jumlah produk. Secara lebih mendalam, keuntungan

suatu perusahaan dapat diperoleh dari hasil pengurangan pendapatan total dan

biaya total yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut (Mankiw, 2013).

16
Pendapatan dapat diartikan sebagai hasil dari penjualan kuantitas dari kegiatan

ekonomi.

Menurut Sukirno (2006), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang

diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik

harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan. Pendapatan merupakan imbalan dari

kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh penduduk dan merupakan tolak ukur

keberhasilan dalam melakukan kegiatan ekonomi. Pendapatan adalah keseluruhan

penerimaan baik berupa uang maupun barang, baik dari pihak lain maupun hasil

sendiri dengan jalan dinilai dengan sejumlah uang atas harga yang berlaku pada

saat itu.

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari

aktivitas normal entitas selama suatu periode, jika arus masuk tersebut

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman

modal (Kieso, 2011:955).

pendapatan dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu modal dan tenaga kerja.

Faktor-faktor tersebut dengan sendirinya atau bersama-sama mempengaruhi

pendapatan yang diperoleh UMKM (Rai Artini, 2019). Selain itu faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan menurut teori produksi dan teori human capital

yaitu variabel modal lama pendidikan formal, Jumlah Tenaga Kerja Lama Usaha

(Deiral Diandrino, 2018)

2.1.4 Konsep Modal Usaha

Modal usaha dapat diartikan sebagai dana yang digunakan untuk

menjalankan usaha dan agar usaha tetap berlangsung menurut agustina (2015:3)

Modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang,

17
melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya yang

dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan)

menurut kamus besar bahasa indonesia

Menurut Sukirno (2006), modal dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

1) Modal tetap (Fix cost), merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses

produksi yang tidak habis dalam satu proses produksi tersebut.

2) Modal tidak tetap (Variable cost), merupakan biaya yang dikeluarkan dalam

proses produksi dan habis dalam satu kali proses produksi tersebut

Modal usaha merupakan sumber dana yang diperlukan untuk melakukan

kegiatan usaha yang berpengaruh terhadap kinerja usaha (Carvalho, 2016). Oleh

karena itu diperlukan sejumlah dana sebagai dasar ukuran finansial atas usaha

yang dijalankan. Sumber modal usaha dapat diperoleh dari modal sendiri, bantuan

pemerintah, lembaga keuangan baik bank dan lembaga keuangan non-bank.

Modal adalah faktor usaha yang harus tersedia sebelum melakukan kegiatan.

Besar kecilnya modal akan mempengaruhi perkembangan usaha dalam

pencapaian pendapatan (Riyanto, 2001).

2.1.5 Pengertian Jam Kerja

Analisis jam kerja merupakan bagian dari teori ekonomi mikro, khususnya

pada teori penawaran tenaga kerja yaitu tentang kesediaan individu untuk bekerja

dengan harapan memperoleh penghasilan atau tidak bekerja dengan konsekuensi

mengorbankan penghasilan yang seharusnya ia dapatkan. Ketersediaan tenaga

kerja untuk bekerja dengan jam kerja panjang ataupun pendek adalah merupakan

keputusan individun (Nicholson dalam Wicaksono, 2011). Secara umum jam

kerja dapat diartikan sebagai waktu yang dicurahkan untuk bekerja. Di samping

18
itu juga, jam kerja adalah jangka waktu yang dinyatakan dalam jam yang

digunakan untuk bekerja (Mantra, 2003:225). Menurut Mubeen (2014), jam kerja

adalah hubungan kerja yang diatur melalui kesepakatan antara pemilik usaha

dengan pegawai atau tenaga kerja. Kesepakatan tersebut akan membuat pegawai

atau tenaga kerja untuk bertanggung jawab dengan waktu yang telah disepakati

dan ditentukan. Jam kerja yang paling umum untuk laki-laki maupun perempuan

yaitu bekerja selama 60 jam dalam seminggu.

Keputusan untuk bekerja merupakan suatu keputusan puncak mengenai

bagaimana memanfaatkan waktu. Dalam mengisi waktu biasanya orang-orang akan

melakukan hal-hal yang dianggap menyenangkan. Namun ada cara umum yang juga

dilakukan oleh banyak orang yaitu dengan bekerja. Pengalokasian waktu untuk bekerja

atau waktu luang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

1. Biaya kesempatan, di sisni akan dilihat apabila seseorang mengalokasikan

waktunya untuk bekerja maka dia juga memerlukan waktu untuk tidak

bekerja. Di mana harga waktu luang mereka tergantung dari besarnya

tingkat upah yang diterima.

2. Tingkat kesejahteraan seseorang. Tingkat kesejahteraan seseorang dapat

dilihat dari jumlah simpanan di bank, investasi financial, dan harta benda

fisik lainnya. Apabila seseorang memiliki simpanan yang banyak maka

mereka cenderung lebih meningkatkan waktu luang dibandingkan

menambah waktu bekerja untu mencari nafkah.

3. Seperangkat pilihan dari seseorang. Pilihan-pilihan itu biasanya ditentukan

sendiri oleh seseorang dan tidak secara seketika. Apabila seseorang merasa

telah terpenuhi kehidupan ekonominya maka cenderung akan lebih banyak

menghabiskan untuk waktu luang.

19
2.1.6 Konsep Penggunaan Teknologi

Teknologi Informasi Teknologi informasi yang digunakan untuk

membantu menyelesaikan pekerjaan meliputi komputer (mainframe, mini, micro),

perangkat lunak (software), database, jaringan (internet, intranet), electronic

commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi (Wilkinson,

2000). Teori Solow-Swan merupakan teori yang menyatakan bahwa tingkat

pertumbuhan output ditentukan oleh pertumbuhan eksogen yaitu kemajuan

teknologi. Teknologi merupakan suatu alat yang digunakan untuk mempercepat

produktivitas dalam suatu usaha. Dengan adanya alat tersebut, sangat mudah para

tenaga kerja untuk menghasilkan barang dan akan meningkatkan produktivitas

para tenaga kerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pendapatan.

(Utari, 2014).

Penggunaan teknologi tepat guna perlu dioptimalkan oleh pelaku UMKM

sektor kuliner, karena penggunaan teknologi tepat guna dapat meningkatkan mutu

serta mempercepat proses produksi maupun pemasaran (Nursalim, 2019:3). Istilah

teknologi dapat mencakup dua hal. Pertama, teknologi merujuk pada peralatan,

yaitu unsur yang digunakan untuk menyelesaikan tugas, seperti komputer. Kedua,

keterampilan atau prosedur yang diperlukan untuk membuat dan menggunakan

peralatan tersebut (Ngafifi,2014)

2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual penelitian adalah suatu hubungan antara konsep satu

terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Setelah teori yang

ada dianalisis lebih lanjut akan menghasilkan hubungan antar variabel yang

selanjutnya digunakan untuk menyusun hipotesis penelitian. Penelitian ini

20
menganalisis tentang pengaruh modal usaha, pelatihan, dan penggunaan teknologi

terhadap pendapatan pelaku UMKM sektor kuliner di kota denpasar. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah pendapatan pelaku UMKM sektor kuliner di

Kota Denpasar dan variabel independen dalam penelitian ini adalah modal usaha,

pelatihan, dan penggunaan teknologi.

Modal usaha merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi

pendapatan UMKM sektor kuliner, Ketika menggunakan modal kecil maka

memperoleh keuntungan terbatas, sedangkan menggunakan modal yang besar

maka memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya (Andri Waskita, 2021: 6).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prisilia Monika Polandos,

Dkk (2019) yang menunjukkan bahwa modal usaha memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap pendapatan pengusaha UMKM di Kecamatan Langowan

Timur. Artinya jika pengusaha memperbesar modal usaha dan melakukan

penambahan kuantitas serta jenis barang yang dijual, maka pendapatan pengusaha

akan semakin bertambah. Demikian sebaliknya jika pengusaha mengurangi modal

usahanya maka pendapatannya akan berkurang.

Pelatihan merupakan tahapan penting dalam memaksimalkan kapasitas,

kreativitas, inovasi dan kemampuan tenaga kerja dalam menjalankan operasional

secara maksimal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siti Mariam dan Findy

Yuliani (2022) jika banyak mengikuti pelatihan keterampilan maka pengetahuan

tentang usaha meningkat sehingga mendapatkan pendapatan yang akan

meningkat. Hal ini dapat diartikan jika pelatihan semakin sering dilakukan maka

21
pemahaman mengenai oprasional akan meningkat dan dapat meningkatkan

pendapatan UMKM sektor kuliner.

Teknologi merupakan suatu alat yang digunakan untuk mempercepat

produktivitas dalam suatu usaha. Dengan adanya alat tersebut, sangat mudah para

tenaga kerja untuk menghasilkan barang dan akan meningkatkan produktivitas

para tenaga kerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pendapatan. Hal

ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyan Latifahul (2020) yang

menunjukkan bahwa Teknologi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Pendapatan UMKM, dimana semakin tinggi penerapan teknologi maka akan

semakin besar pendapatan yang diperoleh. Hal ini sangat mungkin terjadi

mengingat dalam era yang semakin canggih, tentu teknologi turut berperan dalam

menunjang usaha.

Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian terdahulu yang telah

dikemukakan, maka kerangka konsep dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar

berikut

Modal Usaha (X1)

Pendapatan
Pelaku
Pelatihan (X2)
UMKM(Y)

Teknologi (X3)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Analisis Pengaruh Modal Usaha,

Pelatihan, dan Teknologi terhadap Pendapatan UMKM sektor Kuliner di

Kota Denpasar.

22
Keterangan:

Pengaruh Parsial Variabel X1, X2, dan X3 Terhadap Y

Pengaruh Simultan Variabel X1, X2, dan X3 Terhadap Y

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

1. Modal Usaha, Pelatihan, Teknologi secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan pelaku UMKM sektor kuliner di Kota Denpasar.

2. Modal Usaha, Pelatihan, Teknologi secara parsial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pendapatan pelaku UMKM sektor kuliner di Kota

Denpasar.

23
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berbentuk

asosiatif, yang artinya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

2 variabel atau lebih (Sugiyono,2007). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh modal, pelatihan dan teknologi terhadap pendapatan pelaku UMKM

Sektor Kuliner di Kota Denpasar

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Kota Denpasar. Kota Denpasar merupakan

penyumbang PDRB tertinggi di Provinsi Bali, dengan hal tersebut juga

mendorong konsumsi di Kota Denpasar menjadi lebih tinggi dibanding dengan

kabupaten/kota lainnya di Provinsi Bali.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah modal,

pelatihan, teknologi, dan pendapatan UMKM sektor kuliner di Kota Denpasar

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Identifikasi Variabel

1) Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi

oleh variabel bebas atau variabel yang mengalami perubahan akibat pengaruh

variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pendapatan pelaku

UMKM sektor kuliner di Kota Denpasar.

24
2) Variabel Bebas

Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang

mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

modal usaha, pelatihan, teknologi pada pelaku UMKM sektor kuliner Kota

Denpasar Denpasar.

Tabel 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian


Janis
No Nama Variabel Indikator Sumber
Variabel

Pendapatan Variabel 1) harga


1 Rosyidi (2014)
UMKM (Y1) Bebas 2) Quantitas

Variabel 1) Fix Cost Sukirno


2 Modal Usaha (Xi)
Terikat 2) Variabel Cost (2006)

1) Pelatihan untuk
peningkatan pengetahuan Rahardjo
Variabel 2) Pelatihan untuk (2010:18) dan
3 Pelatihan (X2)
Terikat peningkatan keterampilan Dewi dkk.,
3) Pelatihan untuk inovasi (2019)
dan kreativitas

1) Teknologi untuk
kelancaran aktivitas Ngafifi (2014)
transaksi usaha Dan (Irawan
Variabel
4 Teknologi (X3) 2) Teknologi untuk dan
Terikat
pemasaran produk Suparmoko
3) Teknologi untuk 1983 : 121).
monitoring dan evaluasi

3.4.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel

dengan cara memberi arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan

suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Berdasarkan

identifikasi terhadap variabel-variabel yang digunakan untuk menghindari

25
kesalahan dalam mengartikan variabel yang diteliti, berikut ini dijelaskan definisi

operasional dari masing-masing variabel.

1) Pendapatan (Y) adalah hasil penjualan produk maupun jasa berupa uang yang

diterima oleh pelaku UMKM sektor kuliner di Kota Denpasar selama satu

bulan. Pendapatan dalam penelitian ini dilihat dari omzet penjualan UMKM

selama satu bulan dengan satuan rupiah.

2) Modal Usaha (X1) dibagi menjadi 2 yaitu 1) Modal tetap (Fix Cost),

merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis

dalam satu proses produksi tersebut. 2) Modal tidak tetap (Variable Cost),

merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam

satu kali proses produksi tersebut

3) Pelatihan (X2) merupakan suatu bentuk proses pemahaman dan pengaplikasian

dari pengetahuan, keterampilan, inovasi dan kreativitas yang dimiliki dalam

menjalankan kegiatan usaha. Dalam penelitian ini pelatihan di ukur

menggunakan skala Likert.

4) Penggunaan Teknologi (X3) merupakan penggunaan media teknologi tepat

guna yang dipergunakan untuk membantu kelancaran kegiatan usaha. Dalam

penelitian ini penggunaan teknologi di ukur menggunakan skala Likert.

3.5 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:115).

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelaku usaha

26
UMKM sektor kuliner yang ada di Kota Denpasar yaitu sebanyak 8.385 tahun

2021 (Dinas Koperasi dan UMKM Kota Denpasar, 2022).

Menurut Sugiyono (2014: 116), sampel merupakan anggota dari jumlah

dan karakteristik dari populasi bila pemilihannya dengan cara yang tepat. Metode

penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik penentuan sampel

secara Probability Sampling, dengan metode Proportionale Stratified Random

sampling, yaitu penarikan sampel secara acak berdasarkan strata wilayah menurut

kecamatan di Kota Denpasar. Adapun ukuran Sampel dalam penelitian ini

ditentukan berdasarkan pendekatan Slovin seperti yang diungkapkan dalam

Rahyuda, dkk (2004: 45). Rumus Slovin yang digunakan adalah sebagai berikut :

N
n = 2 ...........................................................................................
1+ N (e)
(3.1)

Keterangan :

n = jumlah anggota sample


N =
jumlahanggotapopulasi
e = nilai kritis (batas ketelitian 10 %)
Berikut adalah perhitungan penentuan sampel dengan menggunakan rumus
Slovin:

8.385
n=
1+ 8.385 ¿¿

8.385
n=
1+ 8.385(0,01)

8.385
n=
84,85

n = 98,821

27
n = 99 (dibulatkan)
Dengan menggunakan rumus Slovin, populasi sebanyak 8.385 pelaku

UMKM Sektor Kuliner dan batas kesalahan 10 persen, maka diperoleh sampel

sebanyak 99 pelaku UMKM Sektor Kuliner di Kota Denpasar. Berikut disajikan

hasil perhitungan berdasarkan di empat kecamatan di Kota Denpasar sebagai

berikut:

2.321
1) Denpasar Selatan × 100 = 28
8.385
1.034
2) Denpasar Timur × 100 = 12
8.385
3.041
3) Denpasar Barat × 100 = 36
8.385
1.989
4) Denpasar Utara × 100 = 24
8.385

3.6 Jenis dan Sumber Data

3.6.1 Jenis Data


Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif

dan kualitatif

1) Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka (dapat

dinyatakan dalam bentuk angka) dan dapat diukur, seperti banyaknya jumlah

UMKM di Kota Denpasar, kondisi ekonomi di Kota Denpasar, serta data

kuantitatif pendukung lainnya dalam penelitian ini.

2) Data Kualitatif yaitu data yang tidak berupa angka-angka, melainkan berupa

gambaran, keterangan, dan deskripsi lainnya mengenai penelitian ini. Data

kualitatif dalam penelitian ini berupa teori-teori dan konsep yang dikutip dari

sumber buku, jurnal, dan artikel-artikel lainnya.

3.6.2 Sumber Data

28
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

primer dan sekunder yaitu penjelasannya sebagai berikut:

1) Data primer merupakan data yang dikumpulkan untuk pertama kalinya dan

merupakan data utama, dimana dalam penelitian ini data primer diperoleh

melalui penyebaran kuesioner yang mencakup modal usaha, pelatihan, dan

teknologi, dan pendapatan UMKM sektor kuliner di Kota Denpasar kepada

responden.

2) Data sekunder merupakan data yang sudah diolah, lebih dulu dikumpulkan

dan dilaporkan oleh orang lain atau pihak lain di luar penelitian ini. Data

sekunder dalam penelitian ini terdiri dari data mengenai jumlah UMKM di

Kota Denpasar, Jumlah UMKM sektor kuliner di Kota Denpasar dan PDRB

Provinsi Bali, dan data-data yang terkait dalam penelitian ini yang diperoleh

dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali dan Dinas Koperasi dan UMKM Kota

Denpasar.

3.7 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1) Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner. Kuesioner

dalam penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden

atas berbagai pertanyaan yang sudah tertera dalam kuesioner. Kuesioner

disebarkan langsung kepada sasaran responden yaitu pemilik UMKM sektor

kuliner di Kota Denpasar.

2) Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati, memperoleh data atau informasi

29
yang lengkap dalam melakukan suatu penelitian (Sugiyono, 2014). Secara

spesifik, instrumen penelitian adalah alat pengumpulan data yaitu daftar

pertanyaan (kuesioner).

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik terdiri dari tiga uji, diantaranya adalah uji normalitas, uji

multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.

3.8.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan menguji apakah residual dan model regresi yang

dibuat berdistribusi normal atau tidak (Suyana Utama, 2016: 84) Uji normalitas

bertujuan untuk menguji residual dari model regresi yang dibuat apakah

berdistribusi normal atau tidak. Terpenuhi atau tidaknya uji normalitas dapat diuji

dengan melakukan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Adapun langkah-

langkah uji nomalitas:

1) Rumusan Hipotesis

H0: Residual yang diuji berdistribusi normal

H1: Residual yang diuji tidak berdistribusi normal

2) Taraf nyata sebesar 5% (0.05)

3) Kriteria pengujian

H0 diterima jika probability > α

H0 ditolak jika probability ≤ α

4) Keputusan dan Simpulan

30
Apabila diperoleh probability > α maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Hal ini berarti residual yang diuji berdistribusi normal. Apabila diperoleh

probability ≤ α maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti residual yang

diuji tidak berdistribusi normal

3.8.1.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinaeritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

memiliki korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi antara variabel bebas atau bebas dari gejala multikolinear.

Beberapa indikator dalam mendeteksi adanya multikolinearitas, diantaranya

pertama nilai R2 yang terlampau tinggi, (lebih dari 0,8) tetapi tidak ada atau

sedikit t-statistik yang signifikan. Kedua, nilai F-statistik yang signifikan, namun

t-statistik dari masing-masing variabel bebas tidak signifikan. Untuk menguji

masalah multikolinearitas dapat diuji dengan melihat nilai tolerance dan VIF

(Variance Inflation Faktor). Jika nilai tolerance lebih dari 10 persen atau VIF

kurang dari 10, maka model tidak mengandung gejala multikolinearitas.

3.8.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ini digunakan untuk menguji apakah terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain di

model regresinya. Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji glejser yaitu dengan meregresikan nilai absolut residual

terhadap variabel bebas. Persamaan regresi dikatakan tidak mengandung

heteroskedastisitas jika koefisien parameter setiap variabel bebas tidak ada yang

signifikan secara statistik dengan tingkat kesalahan (α) sebesar 5%. Adapun

langkah-langkah uji heteroskedastisitas:

31
1) Rumusan Hipotesis

H0: Tidak terjadi heteroskedastisitas

H1: Terjadi heteroskedastisitas

2) Taraf nyata sebesar 5% (0.05)

3) Kriteria pengujian

H0 diterima jika probability > α

H0 ditolak jika probability ≤ α

4) Keputusan dan Simpulan

Apabila diperoleh probability > α maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini

berarti tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Apabila diperoleh probability ≤

α maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti terjadi gejala

heteroskedastisitas

3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Teknik analisis data yang akan digunakan adalah dengan menggunakan

pendekatan regresi berganda. Menurut pendapat Arikunto (2006:295) menyatakan

bahwa analisis korelasi atau regresi berganda ini adalah analisis tentang hubungan

antara satu variabel dependen dan dua atau lebih variabel independen. Pengolahan

data analisis ini dikerjakan dengan menggunakan program lunak eviews. Berikut

ini adalah bentuk persamaan regresi linear berganda yang digunakan dalam

penelitian

Y = β0+ β 1 X1+ β 2 X2 + β 3X3 + µ ……………................……. (3.2)

Keterangan :

Y = Pendapatan
β0 = Konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien regresi masing-masing variabel independen
X1 = Modal

32
X2 = Pelatihan
X3 = Teknologi
µ = Variabel pengganggu (residual error) yang mewakili
faktor lain berpengaruh terhadap Y namun tidak dimasukan
dalam model

3.8.3 Uji koefisien Regresi Secara Simultan (Uji-F)

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah variabel modal, teknologi

informasi dan jam kerja berpengaruh terhadap pendapatan pelaku UMKM sektor

kuliner. Proses pengujian signifikan simultan pengaruh variabel modal, pelatihan,

dan teknologi berpengaruh terhadap pendapatan pelaku UMKM sektor kuliner di

Kota Denpasar adalah:

1) Rumusan hipotesis

H0: β1 = β2 = β3 = 0, berarti modal, pelatihan, dan teknologi secara simultan

tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pelaku UMKM sektor

kuliner di Kota Denpasar.

H1: minimal salah satu βi ≠ 0 (i=1,2,3) berarti variabel modal, pelatihan, dan

teknologi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pelaku

UMKM sektor kuliner di Kota Denpasar.

2) Taraf Nyata

Dengan taraf nyata (α) 5% atau tingkat keyakinan 95% dengan derajat

kebebasan

df = (k-1) (n-k), maka Ftabel = F(α)(k-1)(n-k).

3) Kriteria Pengujian

H0 diterima jika F hitung ≤ F tabel atau nilai probabilitas F hitung > α

H0 ditolak jika F hitung > F tabel atau nilai probabilitas F hitung ≤ α

4) Menghitung Nilai Statistik Uji

33
2
R
−1
k ..............................................................................
F=
(1−R 2)/(n−k )
(3.3)

Keterangan :
F = nilai F hitung
R2 = koefisien determinasi
n = jumlah observasi
k = jumlah variabel dalam model
5) Simpulan

Apabila diperoleh F hitung ≤ F tabel atau nilai probabilitas F hitung >

α maka H0 diterima atau H1 ditolak. Hal ini berarti variabel bebas yaitu

modal, pelatihan, dan teknologi secara simultan tidak berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan pelaku UMKM sektor kuliner di Kota Denpasar.

Sebaliknya apabila diperoleh F hitung > F tabel atau nilai probabilitas F hitung

≤ α maka H0 ditolak atau H1 diterima, berarti variabel bebas yaitu modal,

pelatihan, dan teknologi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan pelaku UMKM sektor kuliner di Kota Denpasar.

3.8.4 Uji Signifikansi Keofisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan apakah masing-masing

variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Besarnya nilai koefisien

regresi masing-masing variabel bebas digunakan untuk melihat seberapa besar

pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Nilai thitung

harus dibandingkan dengan ttabel pada derajat keyakinan tertentu pada pengujian

hipotesis.

34
a.) Pengaruh Modal (X1) terhadap pendapatan pelaku UMKM sektor

kuliner di Kota Denpasar

1) Rumusan Hipotesis

H0 : 𝛽1 = 0, artinya variabel modal secara parsial tidak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pendapatan pelaku UMKM sektor kuliner di Kota

Denpasar.

H1 : 𝛽1 > 0, artinya variabel variabel modal secara parsial berpengaruh positif

signifikan terhadap Pendapatan pelaku UMKM sektor kuliner di Kota

Denpasar

2) Taraf Nyata

Menentukan taraf nyata (𝛼) = 0,05 dan derajat kebebasan df = n-k untuk

menentukan nilai.

3) Kriteria Pengujian

H0 diterima apabila thitung ≤ ttabel atau probabilitas thitung > α (0,05)

H0 ditolak apabila thitung > ttabel atau probabilitas thitung ≤ α (0,05)

4) Menghitung Nilai Statistik Uji

b1−β 1
t 1= ............................................................................. (3.4)
Sb1

Keterangan:

t1 = t hitung
b1 = koefisien X1
Sb1 = standar error koefisien regresi ke-1
𝛽1 = Koefisien parsial yang ke-1 dari regresi populasi

5) Kesimpulan

35
Apabila diperoleh nilai thitung ≤ ttabel atau atau probabilitas thitung > α (0,05)

maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel modal secara parsial

tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pelaku UMKM

sektor kuliner di Kota Denpasar. Sebaliknya apabila diperoleh nilai thitung > ttabel

atau probabilitas thitung ≤ α (0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti

variabel modal secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pendapatan pelaku UMKM sektor kuliner di Kota Denpasar.

b.) Pengaruh Pelatihan (X2) terhadap pendapatan pelaku UMKM sektor

kuliner di Kota Denpasar

1) Rumusan Hipotesis

H0 : 𝛽1 = 0, artinya variabel pelatihan secara parsial tidak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pendapatan pelaku UMKM sektor kuliner di Kota

Denpasar.

H1 : 𝛽1 > 0, artinya variabel variabel pelatihan secara parsial berpengaruh

positif signifikan terhadap Pendapatan pelaku UMKM bidang kuliner di Kota

Denpasar.

2) Taraf Nyata

Menentukan taraf nyata (𝛼) = 0,05 dan derajat kebebasan df = n-k untuk

menentukan nilai.

3) Kriteria Pengujian

H0 diterima apabila thitung ≤ ttabel atau probabilitas thitung > α (0,05)

H0 ditolak apabila thitung > ttabel atau probabilitas thitung ≤ α (0,05)

4) Menghitung Nilai Statistik Uji

36
b2−β 2
t 2= ............................................................................. (3.4)
Sb2

Keterangan:

t2 = t hitung
b2 = koefisien X2
Sb2 = standar error koefisien regresi ke-2
𝛽2 = Koefisien parsial yang ke-2 dari regresi populasi
5) Kesimpulan

Apabila diperoleh nilai thitung ≤ ttabel atau atau probabilitas thitung > α (0,05) maka

H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel pelatihan secara parsial tidak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pelaku UMKM sektor

kuliner di Kota Denpasar. Sebaliknya apabila diperoleh nilai thitung > ttabel atau

probabilitas thitung ≤ α (0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti

variabel pelatihan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pendapatan pelaku UMKM sektor kuliner di Kota Denpasar.

c.) Pengaruh Teknologi (X2) terhadap pendapatan pelaku UMKM sektor

kuliner di Kota Denpasar

1) Rumusan Hipotesis

H0 : 𝛽1 = 0, artinya variabel teknologi secara parsial tidak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pendapatan pelaku UMKM sektor kuliner di Kota

Denpasar.

H1 : 𝛽1 > 0, artinya variabel variabel teknologi secara parsial berpengaruh

positif signifikan terhadap Pendapatan pelaku UMKM bidang kuliner di Kota

Denpasar.

2) Taraf Nyata

37
Menentukan taraf nyata (𝛼) = 0,05 dan derajat kebebasan df = n-k untuk

menentukan nilai.

3) Kriteria Pengujian

H0 diterima apabila thitung ≤ ttabel atau probabilitas thitung > α (0,05)

H0 ditolak apabila thitung > ttabel atau probabilitas thitung ≤ α (0,05)

4) Menghitung Nilai Statistik UJI

b3−β 3
t 3= ............................................................................. (3.5)
Sb3

Keterangan:

t3 = t hitung
b3 = koefisien X2
Sb3 = standar error koefisien regresi ke-2
𝛽3 = Koefisien parsial yang ke-2 dari regresi populasi

5) Kesimpulan

Apabila diperoleh nilai thitung ≤ ttabel atau atau probabilitas thitung > α (0,05) maka

H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel teknologi secara parsial tidak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pelaku UMKM sektor

kuliner di Kota Denpasar. Sebaliknya apabila diperoleh nilai thitung > ttabel atau

probabilitas thitung ≤ α (0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti

variabel teknologi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pendapatan pelaku UMKM sektor kuliner di Kota Denpasar.

38
DAFTAR RUJUKAN

Aji, A. W., & Listyaningrum, S. P. (2021). Pengaruh Modal Usaha, Lokasi Usaha,
Dan Teknologi Informasi Terhadap Pendapatan Umkm Di Kabupaten
Bantul. JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia), 6(1).
Aprilia, D. S., & Melati, I. S. (2021). Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja, Modal
Usaha dan Bauran Pemasaran Terhadap Keberhasilan Usaha UMKM
Sentra Batik Kota Pekalongan. Journal of Economic Education and
Entrepreneurship, 2(1), 1-14.
Ariani, D. (2014). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi di
kabupaten Nagan Raya. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik
Indonesia, 1(1), 1-7.
Atsar, A., & Fadlian, A. (2021). Sosialisasi Kegiatan Penyuluhan UMKM
Mewujudkan Perekonomian Masyarakat Yang Mempunyai Potensi Dan
Peran Strategis Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008. Dinamisia:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(5), 1202-1210.
Aulia, T. (2022). Analisis Pengaruh Investasi dan Inflasi Terhadap Kesempatan
Kerja Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan (Kasus
5 Kabupaten/Kota) (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
Badan Pusat Statistik (BPS). (2022). Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.
Carvalho, Luciana and Ana Paula Macedo de Avelar,. 2016. Innovation and
Productivity: empirical evidence for Brazilian industrial enterprises.
Revista De Administracao. 52 hal 34-147
Dewi, N. P. M., & Utari, T. (2014). Pengaruh modal, tingkat pendidikan dan
teknologi terhadap pendapatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)

39
di Kawasan Imam Bonjol Denpasar Barat. E-Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Udayana, 3(12), 44496.
Dinas Koperasi dan UMKM. (2022). Dinas Koperasi dan UMKM Pemerintah
Kota Denpasar.
Fauziana, L. (2014). Keterkaitan investasi modal terhadap gdp
indonesia. Economics Development Analysis Journal, 3(2).
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis multivariete dengan program IBM SPSS 23
(Edisi 8). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Habriyanto, H., Kurniawan, B., & Firmansyah, D. (2021). Pengaruh Modal dan
Tenaga Kerja terhadap Pendapatan UMKM Kerupuk Ikan SPN Kota
Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(2), 853-859.
Hasanah, R. L., Kholifah, D. N., & Alamsyah, D. P. (2020). Pengaruh modal,
tingkat pendidikan dan teknologi terhadap pendapatan umkm di kabupaten
purbalingga. Kinerja, 17(2), 305-313.
Idris yanto, 2009. Sektor UMKM di Indonesia: Profil, Masalah, dan Strategi
Pemberdayaan. Jurnal Kajian Ekonomi dan Bisnis OIKOSNOMOS.
Volume 2, Nomor 1/ Januari 2009. ISSN 1979-1607. LPPEB FIS – UNG
Inc.
Indrawati, T., & Yovita, I. (2014). Analisis Sumber Modal Pedagang Pasar
Tradisional Di Kota Pekanbaru. Jurnal Ekonomi, 22(01), 1-8.
Joesron, Tati Suhartati. 2005. Manajemen Strategik Koperasi. Graha Ilmu.
Yogyakarta
Kieso, Warfield dan Weygantd (2011;955)). Intermediate Accounting Volume 1
IFRS Edition. Edisi Ketujuhbelas. Jilid Dua. Diterjemahkan oleh Emil
Salim. Jakarta: Erlangga
Kurnianingsih, R. (2021). Analisis Pajak Penghasilan sebelum dan setelah
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 bagi WP Orang Pribadi. Journal
Competency Of Business, 5(02), 112-129.
Mankiw, N Gregory. (2013). Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat.
Mariam, S., & Yuliani, F. (2022). FAKTOR–FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENDAPATAN UMKM DI KECAMATAN
TANJUNG PRIOK JAKARTA UTARA (STUDI KASUS BINAAN
JAKPRENEUR). JURNAL LENTERA BISNIS, 11(2), 181-189.
Melia, A. (2015). Pengaruh good corporate governance terhadap kinerja
perusahaan pada sektor keuangan. Business accounting review, 3(1), 223-
232.
Ngafifi, M. (2014). Kemajuan teknologi dan pola hidup manusia dalam perspektif
sosial budaya. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan
Aplikasi, 2(1).

40
Niode, I. Y. (2009). Sektor UMKM di Indonesia: Profil, masalah, dan strategi
pemberdayaan. Jurnal Kajian Ekonomi dan Bisnis OIKOS-NOMOS, 2(1),
1-10.
Nursalim, N., Sampeallo, A. S., Wahid, A., & Meok, N. J. (2019). Upaya
Peningkatan Produksi Mebel Pada Umkm Kota Kupang Berbasis
Teknologi Tepat Guna. Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 3(2), 258-265.
Rahardjo, M. D. 2010. Merayakan Kemajemukan Kebebasan dan Berkebangsaan.
Jakarta: Kencana Media.
Riyanto, Y. (2001). Metodologi penelitian Pendidikan
Sinurat, M., Lilinesia, L., Subhan, M., & Simanjuntak, A. 2021. The Culinary
Sector MSME Survival Strategy in Effort to Restore Populist Economy
Based on the Creative Industry during the Covid-19 Pandemic.
Management Research and Behavior Journal, 1(1), 7
Suci, Y. R. (2017). Perkembangan UMKM (Usaha mikro kecil dan menengah) di
Indonesia. jurnal ilmiah cano ekonomos, 6(1), 51-58.
Sukirno, S. (2006). Teori Pengantar Mikro Ekonomi. Rajawali Press
Sukirno, Sadono. 2006. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Suyana Utama. 2016. Buku Ajar Aplikasi Analisis Kuantitatif. Denpasar: CV.
Sastra Utama.
Wilkinson, J. W. (2000). Accounting Information Systems Fourth Edition. New
York: John Wiley & Sons.
Gonibala, Nirfandi, Vecky AJ Masinambow, and Mauna Th B. Maramis. "Analisis pengaruh
modal dan biaya produksi terhadap pendapatan UMKM di Kota Kotamobagu." Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi 19.01 (2019).
Artini, Ni Rai. "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan UMKM di Kabupaten
Tabanan." Ganec Swara 13.1 (2019): 71-77.

Mantra, I.B. (2003). Demografi Umum. Edisi Revisi. Pustaka Belajar :


Yogyakarta.
Mubeen, Hina. (2014). Impact of Long Working Hours on Job Satisfaction of
Employess Working in Services Sector of Karachi. Journal of Business Strategis.
Vol. 8 No. 1, pp:21-37.

41
42

Anda mungkin juga menyukai